• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisasi Internasional ORGANISASI GREE docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Organisasi Internasional ORGANISASI GREE docx"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ORGANISASI GREENPEACE DAN PERANANNYA DALAM

KEBAKARAN HUTAN YANG TERJADI DI INDONESIA

PADA TAHUN 2015

Disusun Oleh :

Umayah Arindah 153112350750002

Saputra Teguh Sanjaya 153112357500034 Rendra Hutama Putra 153112350750027 M. Ridwan Bagja Sukmana 153112350750044

M. Fikri Matdoan 153112350750029

Untuk memenuhi nilai tugas kelompok mata kuliah Organisasi Internasional Oleh dosen pengajar Mohammad Noer / Gulia Ichikaya Mitzy

UNIVERSITAS NASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

(2)

i

ABSTRAK

Judul Makalah : Organisasi Greenpeace dan Peranannya Dalam Kebakaran Hutan Yang Terjadi di Indonesia Pada Tahun 2015

Jumlah Halaman : v + 27

Kata Kunci : Organisasi Internasional, Greenpeace, Kebakaran Hutan

Isi Singkat Makalah

“When the last tree is cut, the last river poisened, and the last fish dead, we will

discover that we can’t eat money...” Kalimat tersebut merupakan kaliamat yang ada di

dalam salah satu spanduk terpanjang yang dibuat oleh Greenpeace. Kalimat itu bermakna bahwa ketika semua makhluk hidup maupun sumber kehidupan merupakan hal yang terakhir di kehidupan, maka kita akan baru menyadari bahwa uang bukanlah segalanya. Keserakahan manusia telah membuat bumi menjadi rusak, salah satunya adalah kebakaran hutan yang selalu terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Oleh karena itulah, Greenpeace sebagai salah satu organisasi internasional yang bergerak dalam hal kampanye lingkungan hidup global hadir untuk menyelamatkan bumi yang rusak ini, dan mengekspos para pelaku perusakan lingkungan.

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas semua karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok membuat karya tulis ilmiah berbentuk makalah yang bertemakan Organisasi Greenpeace, dan yang kami beri judul

“Organisasi Greenpeace dan Peranannya Pada Kasus Kebakaran Hutan Yang

Terjadi di Wilayah Indonesia Yaitu Sumatra, Kalimantan, dan Riau Pada Akhir

Tahun 2015.”

Karya tulis ilmiah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Organisasi Internasional oleh dosen Mohammad Noer / Gulia Ichikaya Mitzy, di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nasional Jakarta.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, kami banyak sekali menemui kendala dalam menemukan sumber-sumber, baik yang melalui buku maupun internet. Namun dilain pihak, kami juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, khususnya pihak pengelola Perpustakaan Pusat Universitas Nasional Jakarta. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Kami sadar dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan kemampuan kami yang masih dalam tahap pembelajaran. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada yang kurang berkesan dan jika ada kesalahan kata dari mulai hingga akhir tersusunya karya tulis ilmiah ini.

(4)

iii

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 4 April 2016 Hormat Kami,

(5)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SINGAKATAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

E. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II KERANGKA TEORI ... 4

A. Teori Lingkungan Hidup (Environmental Theory) ... 4

B. Teori Peranan ... 5

C. Konsep Paradigma Idealisme ... 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 8

A. Teknik Pengumpulan Data ... 8

B. Teknik Pengolahaan Data ... 10

C. Teknik Analisa Data ... 10

BAB IV ORGANISASI GREENPEACE DAN PERANANNYA DALAM KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA PADA TAHUN 2015 ... 11

A. Pengertian Organisasi Greenpeace ... 11

1. Pengertian Organisasi Internasional ... 11

2. Pengertian Organisasi Greenpeace ... 12

(6)

v

1. Penggolongan Organisasi Greenpeace ... 12

2. Sejarah Greenpeace ... 15

3. Greenpeace Hari Ini ... 16

4. Prinsip Utama Greenpeace ... 17

C. Peranan Greenpeace Dalam Kebakaran Hutan Yang Terjadi di Indonesia Pada Tahun 2015 ... 18

1. Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan ... 18

2. Jumlah Luas Kebakaran Hutan ... 19

3. Sebaran Titik-Titik Api Kebakaran Hutan ... 20

4. Peranan Greenpeace Dalam Kebakaran Hutan di Indonesia ... 21

BAB V PENUTUP ... 25

A. Kesimpulan ... 25

B. Penutup ... 25

(7)

vi

DAFTAR SINGKATAN

AS : Amerika Serikat

BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana HGU : Hak Guna Usaha

HPH : Hak Pengusah Hutan HTI : Hutan Tanaman Industri

IGO : Inter-Government Organization Karhutla : Kebakaran Hutan dan Lahan Menko : Menteri Koordinator

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Lingkungan hidup dilihat dari hakikatnya merupakan suatu ruang yang menggambarkan dimana makhluk hidup berada dan apa yang melingkupi makhluk hidup itu sendiri. Dalam kehidupan di bumi ini, kita manusia tidak hidup sendiri, kita hidup bersama makhluk lain seperti, tumbuhan, hewan, dan makhluk hidup lain. Semua saling berkegantungan dan tidak dapat dipisahkan1.

Isu lingkungan hidup yang kini menjadi salah salah satu agenda global pada abad ke-21 yang melibatkan banyak pihak seperti, pemimpin politik, pejabat pemerintahan, ilmuwan, industrialis, LSM, dan warga negara.

Greenpeace sebagai organisasi internasional yang bergerak dalam kampanye lingkungan hidup telah banyak melakukan kontribusi bagi penyelamatan lingkungan kita. Salah satu kegiatan kampanye penyelamatan lingkungan itu pun pernah dilakukan aktivis Greenpeace di Indonesia.

Kasus kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia yaitu, Sumatera, Kalimantan, Riau, dan Papua yang terjadi akhir tahun 2015 lalu, kembali menarik perhatian organisasi tersebut kembali. Kasus yang selalu menjadi agenda setiap tahunnya ini pun selalu mendapat perhatian dari pihak

Greenpeace, Organisasi tersebut pun mulai mendesak pemerintah Indonesia untuk lebih serius menangani kasus kebakaran hutan tersebut dan menemukan siapa pelaku dari kebakaran hutan.

Seperti yang kita tau, kebakaran hutan yang terjadi memang bisa saja terjadi karena akibat musim kemarau, namun dalam kasus ini, kebakaran hutan terjadi karena kesengajaan. Hutan-hutan sengaja dibakar demi membuka lahan baru yang nantinya akan ditanamani pohon kelapa sawit. Kebakaran hutan yang

1 Abdul Rauf Rahmansyah. 2015. Transformasi Aktor Politik Internasional: Studi Kasus Peranan Greenpeace Terhadap Kerusakan

(9)

2 terjadi tiap tahunnya ini pun tidak lain dan tidak bukan dilakukan oleh para pemilik perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang berada di wilayah tersebut demi memperluas wilayah perkebunan kelapa sawit mereka.

Oleh karena itulah, Greenpeace melakukan kampanye mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan dan menyelesaikan kasus kebakaran hutan yang selalu terjadi setiap tahunnya.

B.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari organisasi Greenpeace ?

2. Bagaimana seluk-beluk tentang organisasi Greenpeace ?

3. Bagaimanakah peran Greenpeace dalam kasus kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia pada tahun 2015 ?

C.

Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah diatas, tim peneliti menetapkan tujuan

penelitian adalah untuk memberikan penjelasan tentang organisasi Greenpeace, lalu hal-hal tentang organisasi Greenpeace, serta peranan organisasi Greenpeace saat kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia pada tahun 2015.

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan tim peneliti dalam hal ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian ilmiah dan menambah wawasan tentang Ilmu Hubungan Internasional khususnya mengenai Organisasi Internasional dan Organisasi Greenpeace.

2. Manfaat Praktis

(10)

3 dan juga peranan Greenpeace dalam kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Indonesia yaitu, Sumatera, Kalimantan, dan Riau.

E.

Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penyusunan karya ilmiah, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu gambaran yang lebih jelas mengenai isi dari

pembahasan karya ilmiah ini, serta mempermudah pembaca. Dalam penelitian ini tim penulis menjelaskan tentang sitematika penulisan dari penelitian mengenai “Organisasi Greenpeace serta Peranannya Dalam Kasus Kebakaran Hutan Yang Terjadi di Indonesia Pada Tahun 2015” dengan uraian sebagai berikut:

BAB SATU : Bab ini menjabarkan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB DUA : Bab ini menjelaskan konsep penelitian dan teori yang digunakan untuk menganilsa permasalahan yang ada berupa teori utama yaitu teori lingkungan hidup, serta konsep pendukung berupa konsep paradigma Idealis.

BAB TIGA : Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan yaitu metode studi kasus dengan menggunakan tipe pendekatan kuantitatif, melalui penggunakan pendekatan analitis. Selain itu, tim penulis juga menjelaskan pula teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik analisa.

BAB EMPAT : Bab ini berisi pembahasan serta analisa penelitian mengenai rumusan masalah yang sudah dicantumkan sebelumnya.

(11)

4

BAB II

KERANGKA TEORI

Pada bab dua penelitian ini berisi mengenai teori dan konsep yang mendukung dan berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas nantinya. Teori dan kosnep yang digunakan oleh kami adalah teori lingkungan hidup, teori peran dan konsep paradigma Idealisme.

A.

Teori Lingkungan Hidup (

Environmental Theory

)

Kata “teori” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “melihat” atau “memperhatikan”. Dari pengertian ini bisa dikatakan secara gampang bahwa teori adalah suatu pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi2. Miriam Budiardjo dalam bukunya, Dasar-Dasar Ilmu Politik, mengatakan bahwa teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena3.

Secara spesifik McCain dan Segal mendefinisikan teori dalam buku Ilmu Hubungan Internasional sebagai kalimat-kalimat yang meurujuk dan menghubungkan pada konsep-konsep dasar teori itu serta menghubungkan statemen teoritik itu dengan sekumpulan kemungkinan obyek pengamatan empirik. Hal ini dikutip dari pernyataan McCain dan Segal sebagai berikut :

“Serangkaian statemen yang saling-berkaitan ... (yang terdiri dari)

: 1) kalimat-kalimat yang memperkenalkan istilah-istilah yang merujuk pada konsep-konsep dasar teori itu; 2) kalimat-kalimat yang menghubungkan konsep-konsep dasar itu satu-sama-lain; dan 3) kalimat-kalimat yang menghubungkan beberapa statemen teoritik itu dengan sekumpulan kemungkinan obyek pengamatan empirik (yaitu hipotesis)4.”

Mengenai Teori Lingkungan Hidup, banyak ahli yang membahas tentang teori tersebut atau dalam arti lain hubungan antara manusia dengan

2Mohtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, hlm. 185. 3 Miriam Budiardjo. 2010.

Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

(12)

5 lingkungannya, tetapi hanya Harold Sprouts (1901-1980) dan istrinya Margaret Sprouts yang paling banyak memberikan sumbangan pemikiran mengenai teori lingkungan ini. Mereka mengemukakan pentingnya letak geografi dalam meneliti suatu tindakan politik, dan juga kegiatan manusia dipengaruhi oleh distribusi yang tidak merata dari SDM maupun non-SDM5.

Faktor-faktor lingkungan manusia dan non-manusia mempengaruhi kegiatan manusai hanya dalam dua segi. Pertama, faktor-faktor itu dapat memepengaruhi keputusan-keputusan manusia hanya jika manusia memperhatikannya. Kedua, faktor-faktor itu bisa mengatasai keleluasaan bergerak manusia per-individu6. Mereka Sprouts percaya bahwa geografi mempengaruhi semua manusia dan makhluk hidup lainnya.

Menurut Harold Sprouts dan istrinya Margaret Sprouts dalam buku

Teori-Teori Hubungan Internasional, suatu wilayah yang merupakan kombinasi unik dalam hal lokasi, ukuran, bentuk, iklim, dan sumber-sumber alamnya akan menunjukan pola-pola paksaan dan ketertundukan pada politik karena konotasi geografi kuat dengan kombinasi unik tersebut.

Hal ini dikutip dari pernyataan Harold Sprouts dan isterinya Margaret Sprouts, sebagai berikut:

“Pola-pola yang sedikit banyak jelas daripada paksaan dan

ketertundukan pada pengaruh dan hormat, pola-pola itu

dicerminkan dalam istilah-istilah politik dengan konotasi geografi yang kuat7.”

B.

Teori Peranan

Dalam penelitian ini juga digunakan teori peranan, dimana peranan merupakan aspek dinamis. Peranan berarti perilaku yang diharapkan seseorang yang memiliki status. Peranan dapat dilihat sebagai tugas atau kewajiban atas suatu posisi. Peranan yang berhubungan dnegan kelompok perlu didefinidikan dalam hubungan dengan peran posisi yang lain. Peranan juga berhubungan

5Theo Ruslan. 2011. “Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Kebijakan Lingkungan Perusahaan Multinasional Honda Coorp Tahun

2008”, Skripsi. Jakarta: Universitas Nasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, hlm. 23.

6 James E. Dougherty dan Robert L. Pfaltzgraff, Jr. 1995. Teori-Teori Hubungan Internasional. Jakarta: Jurusan Ilmu Hubungan

Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, hlm. 138.

(13)

6 dengan harapan, di mana harapan-harapan ini tidak terbatas hanya pada aksi, namun juga termasuk harapan mengenai motivasi, kepercayaan, perasaan sikap, dan nilai-nilai8.

Menurut Mohtar Mas’oed, bahwa suatu arti dari peranan (role) adalah

sebagai berikut:

“Perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang

menduduki suatu posisi. Ini adalah perilaku yang dilekatkan pada posisi tersebut, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi tersebut9.”

C.

Konsep Paradigma Idealisme

Suatu konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu objek, sifat suatu obyek, atau suatu fenomena tertentu. Konsep juga merupakan sebuah kata yang melambangkan suatu gagasan. Konsep memiliki tiga fungsi10, yaitu:

1. Konsep berfungsi sangat penting dalam kegiatan pemikiran dan komunikasi hasil pemikiran itu;

2. Memperkenalkan suatu sudut pandang;

3. Konsep berfungsi sebagai sarana untuk mengorganisasikan gagasan, persepsi, dan simbol yaitu, dalam bentuk klasifikasi dan generalisasai.

Sedangkan, paradigma merupakan pijakan dasar untuk menjelaskan fenomena-fenomena, masalah-masalah Hubungan Internasional atau politik tertentu melalui suatu sistem kriteria, standar-standar, prosedur-prosedur, dan seleksi fakta permasalahan yang relavan11.

Konsep Paradigma Idealisme muncul pasca Perang Dunia Pertama, paradigma ini dicetuskan oleh Presiden Amerika saat itu, yaitu Woodrow Wilson, paradigma ini muncul atas respon Wilson terhadap “trauma” warga dunia atas pasca Perang Dunia Pertama. Presiden Wilson lalu memiliki visi

membuat dunia “aman bagi demokrasi” yang mendapat sambutan luas dari

8Ray Court Passandaran. 2009. “

Peran World Wide Fund For Nature (WWF) Dalam Pelestarian Hutan di Indonesia Tahun 2007”, Skripsi. Jakarta: Universitas Nasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, hlm. 11.

9Mohtar Mas’oed. 1989. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan Teorisasi. Yogyakarta: Pusat Studi Antar Universitas,

Studi Sosial Universitas Gadjah Mada, hlm. 44.

10 Mohtar Mas’oed. Loc. Cit., hlm. 93-95. 11 Anak Agung Banyu Prawita, dkk. 2006.

(14)

7 masyarakat biasa. Hal itu dirumuskan dalam pidato Kongres pada Januari 191812.

Dalam pidato Wilson tersebut, kita bisa melihat bahwa Paradigam Idealis yang dicetuskan oleh Wilson adalah sebuah paradigma mengenai perdamaian dan kebebasan bagi rakyat (warga dunia) demi terciptanya dunia yang aman (tanpa perang). Hal ini dikutip dari pidato Wilson sebagai berikut :

“We are glad that we see the facts with no veil or false pretense about them, to fight thus for the ultimate peace of the world and for liberation of its people, the German peoples included: for the right of nations great and small and the privilage of men

everywhere to choose their way of life and obedience. The world must be made safe for democracy. We have no selfish ends to serve. We desire no consequest, no domino. We seek no indemnities for ourselves, no material compensation for the sacrifices we shall freely make. We are but one of the champions of the right of mankind. We shall be satisfied when those rights have been as secure as the faith and the freedom of nations can make them13.”

Beberapa para tokoh Paradigma Idealis ini antara lain Immanuel Kant, Woodrow Wilson, Bertand Russel, Carter, Clinton, Gorbachev, dll14.

12 Robert Jackson dan Georg Sorensen. 2014. Pengantar Studi Ilmu Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 61. 13 Robert Jackson dan Georg Sorensen (Versi Bahasa Inggris). 2010. Introduction to International Relations : Theories and

Approaches. Amerika Serikat: Oxford University Press Inc., New York, hlm. 32.

14 Anak Agung Banyu Prawita, dkk. 2006.

(15)

8

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan oleh kami dalam mengerjakan penelitian ini adalah pendekatan tinjauan literatur. Secara terminologi, para ilmuwan mendefinisikan tinjauan literatur sebagai proses membaca dan meninjau published scholarship dalam bidang yang ditunjukan sebagai tinjauan literatur. Tujuan tinjauan literatur adalah membantu peneliti untuk menyempurnakan teori yang digunakan, menghindari kesalahan, dan mempertegas pemikiran peneliti (Donna, 1995: 39). Berbagai macam sumber literatur menurut Rosselle dan Spray (2008: 19) yaitu peer-reviewed books, edited books, electronic source, dan scholarly journals15.

A.

Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Kasus

Menurut Bogdan dan Bikien (1982) dalam buku Pengantar Metodologi Penelitian, studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Dan Surachad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan meusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci16.

Stake (1995) mengemukakan tiga bentuk studi kasus, yaitu:

a. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study)

15

Gabriela Natalia. 2013. Tinjauan Literatur: Dari Teori Menjadi Teks. Diakses pada tanggal 1 April 2016 dari website gabriela-n-p-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-82320-Analisis%20HI-Tinjauan%20Literatur:%20Dari%20Teori%20Menjadi%20Teks.html.

16

(16)

9 Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi atas kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Bukan untuk alasan eksternal lainnya.

b. Studi kasus instrumental (instrumental case study)

Studi kasus instrumental merupakan studi atas kasus untuk alasan eksternal, bukan karena ingin mengetahui hakikat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebagai sarana untuk memahami hal lain di luar kasus seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada.

c. Studi kasus kolektif (collective case study)

Studi kasus ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi atas fenomena atau populasi dari kasus-kasus

tersebut. Studi kasus kolektif ingin membentuk suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan yang diperoleh dari setiap kasus yang diselidiki17.

Dalam melakukan penelitian ini, kami menggunakan motede penelitian dengan memilih studi kasus instrinsik karena tim penulis mencoba menganalisa dan emndalami tentang Organisasi Greenpeace dan juga peranannya dalam kasus kebakaran hutan di wilayah Indonesia yaitu, Sumatra, Kalimantan, dan Riau pada akhir tahun 2015.

17

Ustiya Dahwuni. 2016. “trategi Pu li relatio s PT Perta i a Eksplorasi da Prduksi EP Dala

Menangani Kasus Sumur Tua di Asset 4 Wonocolo, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur Tahun

(17)

10 2. Studi Dokumen

Studi dokumen, merupakan kajian yang menitikberatkan pada analisis atau interprestasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatatan yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan

sejenisnya18. Sedangkan dalam penelitian ini, tim penulis menggunakan bahan berupa buku teks, dan artikel berita online resmi serta situs website resmi dari organisasi Greenpeace.

B.

Teknik Pengolahaan Data

Teknik pengolahan data akan dilkaukan apabila data-data yang telah dikumpulkan dan tersedua sudah dikategorikan yaitu disusun berdasarkan kategori tertentu. Lalu setelah itu, data-data yang ada akan dianalisa secara seksama.

C.

Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini tim penulis menggunakan analisis data secara induktif, yaitu dari suatu pembahasan yang khusus lalu ke pembahasan yang umum. Analisa yang dilakukankun berdasarkan data-data yang sebelumnya telah dikategorikan.

18

(18)

11

BAB IV

ORGANISASI GREENPEACE DAN PERANANNYA

DALAM KEBAKARAN HUTAN YANG TERJADI DI

INDONESIA PADA TAHUN 2015

A.

Pengertian Organisasi Greenpeace

1. Pengertian Organisasi Intenasional

Definisi secara sederhana mengenai organisasi internasional menurut Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr, dalam bukunya “Organizing For Peace: International Organization In World Affairs”

yang terdapat dalam buku “Organisasi Internasional dan Integrasi

Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi”, secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai:

“Any cooperative arrangement instituted among states, ususally by a basic agreement, to perform some mutually advantageous functions implemented through periodic meetings and staff activities19.”

Definisi lebih lengkap dan menyeluruh tentang organisasi internasional yang dikutip dari buku “Administrasi dan Organisasi Internasional” karya Teuku Umar Rudy, sebagai berikut :

“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara,

dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkjan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda20.”

19 Ade Maman Suherman. 2003. Organisasi Internasional dan Integritasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan

Globalisasi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, hlm. 49.

20 Teuku May Rudy. 1993.

(19)

12 2. Pengertian Organisasi Greenpeace

Greenpeace adalah organisasi kampanye global yang bertindak untuk mengubah sikap dan perilaku, untuk melindungi dan melestarikan lingkungan dan mempromosikan perdamaian dengan :

a. Melakukan revolusi energi untuk mengatasi ancaman nomer satu yang dihadapi bumi yaitu, perubahan iklim.

b. Melindungi lautan dengan membatasi kegiatan memancing yang merusak ekosistemn laut, dan menciptakan jaringan cagar laut global.

c. Melindungi hutan-hutan di dunia, hewan, tumbuhan dan orang-orang yang bergantung pada mereka.

d. Bekerja untuk pembatasan senjata dan perdamaian dengan mengatasi konflik dan menyerukan penghapusan semua sejata konflik.

e. Menciptakan masa depan yang bebas racun (polusi) dengan bahan alternatif yang lebih aman daripada bahan kimia yang saat ini sangat berbahaya.

f. Berkampanye untuk pertanian yang berkelanjutan dengan menolak organisme rekayasa genetika, melindungi keanekaragaman hayati, dan mendorong pertanian yang bertanggung jawab secara sosial21.

B.

Tentang Greepeace

1. Penggolongan Organisasi Greenpeace

Dari segi ruang-lingkupnya, fungsinya, kewenangannya dan lain sebagainya, ada bermacam-macam penggolongan organisasi

internasional. Suatu organisasi internasional dapat sekaligus menyadang

21 Greenpeace. Tanpa Tahun.

(20)

13 lebih daripada satu macam penggolongan, bergantung pada kepada segi yang ditinjau dalam menggolongkannya.

Secara terinci, penggolongan organisasi internasional ada bermacam-macam, menurut segi tinjauan, berdasarkan22 :

a. Kegiatan Administrasi

Dalam kegiatan administrasi, oragnisasi dibedakan atas dua macam, yaitu Organisasi Internasional Antar-pemerintah (Inter-Governmental Organization) yang lazim disebut IGO dan Organisasi Internasional Non-pemerintahan (Non-Governmental Organization) yang lazim disingkat NGO atau INGO

(International Non-governmental Organization).

Greenpeace merupakan organisasi internasional yang termasuk kedalam NGO/INGO yang memiliki organisasi dibidang lingkungan (penyelamatan lingkungan).

b. Ruang-Lingkup Kegiatan dan Keanggotaan

Wilayah kegiatan dan keanggotan suatu organisasi internasional terbagi atas global dan regional. Greenpeace memiliki ruang-lingkup (wilayah) kegiatan dan keanggotaan organisasi internasional global, dimana keanggotaannya terbuka dalam ruang-lingkup diberbagai penjuru dunia, salah satunya di kantor Greenpeace juga berada di Indonesia.

c. Bidang Kegiatan Organisasi

Dalam hal ini, pembagian organisasi internasional sangatlah luas dan beragam, mencangkup berbagai aspek dalam kehidupan umat manusia misalnya, bidang ekonomi, bidang lingkungan hidup, bidang kesehatan, bidang pertambangan, bidang komoditi, dan banyak lagi lainnya.

(21)

14 Sedangkan untuk Greenpeace sendiri termasuk kedalam bidang lingkungan hidup, dimana Greenpeace merupakan organisasi yang berfokus pada penyelamatan lingkungan hidup, seperti pada kasus Global Warming, Penebangan Hutan Liar, dan lain-lain.

d. Tujuan dan Luas-Bidang Kegiatan Organisasi

Dalam tujuan dan luas-bidang kegiatan organisasi, organisasi internasional dibedakan atas 2 yaitu, organisasi internasional umum dan organisasi internasional khusus. Greenpeace termasuk kedalam organisasi khusus, tujuan

organisasi dan kegiatannya adalah khusus pada bidang penyelatan lingkungan saja.

e. Ruang-Lingkup dan Bidang Kegiatan

Dalam golongan ini terdapat empat macam yaitu

organisasi internasional: global-umum, global-khusus, regional-umum, regional-khusus. Greenpeace termasuk kedalam global-khusus, karena Greenpeace merupakan oragnisasi internasional berskala global dengan fokus kegiatan di bidang lingkungan.

f. Menurut Taraf Kewenangan

Organisasi Internasional menurut taraf kewenangan dibedakan atas organisasi supra-national dan organisasi kerja-sama. Greenpeace termasuk kedalam organisasi kerja-sama dimana kedudukan dan kewenangan jenis ini tidaklah lebih tinggi dibanding negara-negara lain, organisasi adalah wadah

kerjasasma berdasarkan kesepakatan anggota.

(22)

15 Dalam hal ini, organisasi internasional dibedakan atas kerjasama perthanan-keamanan dan kerjasama fungsional. Greenpeace termasuk kedalam organisasi kerjasama fungsional, dimana Greenpeace melakukan kerjasama fungsional dibidang lingkungan khususnya penyelamatan lingkungan.

h. Fungsi Organisasi

Fungsi organisasi dibedakan atas tiga macam yaitu, organisasi politikal, organisasi administratif, dan organisasi peradilan. Greenpeace memang lebih terlihat termasuk kedalam jenis organisasi administratif, namun jika dilihat dari sisi lain Greenpeace juga bisa masuk kedalam jenis organisasi politikal dikarenakan Greenpeace memiliki peranan dalam dunia politik, Greenpeace sendiri pun sering disebut sebagai “partai hijau” atas keterlibatannya di dunia politik dalam menjalankan organisasinya tersebut.

2. Sejarah Greenpeace

Pada tahun 1971, sekelompok aktivis berlayar dari Vancouver, Kanada dengan kapal nelayan tua. Walaupun mereka menggunakan kapal tua yang bernama Phyllis Cormack, yang mengalami berbagai halangan sebelum sampai di Alaska, tetap saja dalam perjalan mereka menimbulkan banyak perhatian publik. Mereka adalah aktivis, pendiri dari Greenpeace, mereka membawa suatu motivasi dan visi untuk menjadikan dunia menjadi hijau dan damai, mereka percaya bahwa setiap orang dapat melakukan perubahan.

(23)

16 Greenpeace pertama berangkat ke pulau Amchitka. Hal inilah yang menjadi awal dari apa yang menjadi sebuah gerakan internasional23.

A trip for life, and for peace”, itulah bagaimana Irving Stowe, salah satu pendiri Greenpeace, menggambarkan recana untuk berlayar ke Samudra Arktik24. Misi mereka saat itu adalah untuk “menjadi saksi perusakan” karena percobaan nuklir yang dilakukan AS di Amchitka, sebuah pulau kecil di lepas pantai Alaska. Amchitka adalah tempat perlindungan terakhir 3000 berang-berang dan rumah untuk elang berkepala botak dan hewan liar lainnya. Saat itu, AS masih terus mendonasikan untuk bom itu, tapi suatu masalah harus di dengar. Uji coba Nuklir berakhir pada tahun yang sama dan pulau tersebut di deklarasikan menjadi suaka untuk burung.

Kemudian, sama seperti hari ini. Kemerdekaan, non-kekerasan, konfrontasi kreatif, dan etos kerja yang dibingkai oleh pendiri

Greenpeace masih sama seperti sekarang. Greenpeace pun telah menjadi kekuatan untuk perubahan25.

3. Greenpeace Hari Ini

Hari ini, Greenpeace adalah suatu organisasi internasional yang berkampanye untuk kampanye lingkungan secara global. Greenpeace hadir di lebih dari 55 negara di Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Pasifik. Kantor pusat Greenpace sendiri berada di Amsterdam, Belanda dan telah mempunyai 2,8 juta pendukung di seluruh dunia, nasional, dan kantor regional di 41 negara26.

Untuk menjaga independensinya, Greenpeace tidak menerima sumbangan dari pemerintah atau perusahaan tetapi bergantung pada kontribusi dari pendukung masing-masing dan hibah yayasan. Greenpeace hadir untuk mengekspos penjahat lingkungan, dan untuk

23 Greenpeace. 2009.

History and Successes. Diakses pada tanggal 3 April 2016 dari website m.greenpace.org/international/en/high/about/history/.

24 Greenpeace. 2009. History and Successes. Loc. Cit. 25 Greenpeace. 2009. History and Successes. Loc. Cit. 26 Greenpeace. 2008.

(24)

17 menantang perusahaan yag merusak lingkungan sampai mereka memiliki komitment untuk menjaga lingkungan, yang merupakan bagian dari masa depan kita bersama.

Dalam memenuhi misi mereka, mereka melakukan promosi terbuka, debat mengenai pilihan lingkungan masyrakat. Mereka juga menggunakan penelitian, lobi, dan diplomasi yang tenang untuk memenuhi tujuan mereka, yang diwujudkan dengan cara konflik non-kekerasan dan profil tinggi untuk meningkatkan pandangan dan kualitas debat publik.

Greenpeace menamai diri mereka sebagai Rainbow Warrior, yang berasal dari legenda Amerika Utara, hal tersebut menggambarkan bahwa keserakahan manusia telah membuat bumi yang sakit (menjadi rusak). Pada saat itulah, sebuah suku yang dikenal sebagai Warrior of the Rainbow akan bangkit untuk membela bumi.

Disalah satu spanduk terpanjang yang pernah Greenpeace buat, mereka menyimpulkan sesuatu bahwa uang bukanlah segalanya. Isi dari spanduk tersebut ialah sebagai berikut:

“When the last tree is cut, the last river poisened, and the

last fish dead, we will discover that we can’t eat money...27”

4. Prinsip Utama Greenpeace

Greenpeace memiliki landasasn prinsip dan nilai-nilai dasar yang tercermin dalm setiap aksi mereka di seluruh dunia. Mereka memiliki lima prinsip utama yang sebagaimana tercantum dalam website resmi mereka, yaitu sebagai berikut:

a. Menjadi “saksi” atas kerusakan lingkungan dengan cara damai

tanpa kekerasan;

b. Menggunakan konfrontasi tanpa kekerasan untuk meningkatkan perhatian dan debat publik mengenai isu lingkungan;

(25)

18 c. Dalam mengekspos ancaman terhadap lingkungan dan mencari

solusi, Greenpeace tidak memiliki sekutu permanen ataupun lawan.

d. Menjamin independensi sumber keuangan dari kepentingan politik atau komersial;

e. Mencari solusi untuk memperomosikan secara luas dan menginformasikan perkembangan dari pilihan untuk lingkungan di sekitar masyarakat28.

Dalam mengembangkan strategi kampanye dan kebijakannya, Greenpeace menaruh perhatian besar untuk mencerminkan dasar untuk menghormati prinsip-prinsip demokratis dan untuk mencari solusi dalam meningkatkan keadaan sosial secara global.

C.

Peran Greenpeace Dalam Kasus Kebakaran Hutan di Wilayah

Indonesia Pada Akhir Tahun 2015

1. Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Sumatra dan Kalimantan terjadi karena kesengajaan. Perusahaan-perusahaan pemegang konsensi hutan memilih cara cepat dan murah untuk melakukan pembersihan lahan (land clearing). Sedangkan di Jawa, karhutla terjadi lebih disebabkan karena kecerobohan atau

ketidaksengajaan.

Kebakaran hutan juga diperburuk oleh fenomena El Nino yang cukup kuat. Penyimpangan iklim itu membuat musim kemarau di Idnonesia menjadi lebih panjang dari yang telah diperkirakan29.

Dalam kondisi alamiah, karhutla hampir mustahil terjadi, apalagi di kawasan hutan hujan tropis yang lembap dan basah. Kerusakakan

28 Greenpeace. 2010. Prinsip Utama. Diakses pada tanggal 3 April 2016 dari website

greenpeace.org/seasia/id/about/Prinsip-Utama/.

29 Detik News. 2015.

(26)

19 hutan dan lahan gambut yang sudah parah telah membuat keseimbangan alamiah terganggu. Kawasan gambut pun menjadi kering dan sangat rentan kebakaran. Kebakaran pada kawasan gambut sangat mudah merambat ke bawah permukaan tanah dan sesekali membesar ke permukaan bila terdapat semak belukar atau bahan organik kering.

Selain itu, pembuatan kanal-kanal dalam kawasan gambut di area perkebunan kelapa sawit atau kebun kayu monokultur telah membuat gambut menjadi kering dan mudah dimakan api saat musim kemarau tiba. Dampak pengeringan yang dilakukan dengan membangun kanal-kanal drainase ini berdampak sangat buruk. Lahan gambut yang dikeringkan akan menjadi sangat mudah terbakar dan apabila terbakar pada musim yang kemarau akan menjadi kebakaaran hutan yang tidak terkendalikan30.

2. Jumlah Luas Kebakaran Hutan

Menurut Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) Sutopo Purwo Nurgroho yang dikutip dari situs berita CNN Indonesia, mengatakan bahwa luas area karhutla yang terjadi tahun 2015 setara dengan 32 kali wilayah Provinsi DKI Jakarta atau empat kali Pulau Bali. Pernyataan tersebut berdasarkan data Terra Moddis per 20 Oktober lalu. Total hutan dan lahan yang terbakar sudah sebesar 2.089.911 hektare.

Hingga 20 Oktober 2015, BNPB mencatat lahan gambut yang terbakar paling banyak terjadi di Kalimantan dengan luas 267.974 hektare, dimana penyumbang besar besaran lahan gambut yang terbakar aalah Provinsi Kalimantan Tengah dengan 196.987 hektare. Karhutla paling banyak terjadi di Kabupaten Seruyan dan Kotawaringin Timur.

Sedangkan, Sumatera berada di posisi kedua yaitu dengan 267.974 hektare, dengan lahan gambut yang terbakar di Sumatera

30 Detik News. 2015.

(27)

20 Selatran sebanyak 144.410 hektare. Karhutla paling banyak dimiliki oleh Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Karhutla juga terjadi di Papua, yakni seluas 31.214 hektare. Provinsi Merauke, Mappi, dan Boven Digul paling banyak terjadi karhutla.

Menurut data BNPB, karhutla tahun 2015 tidak didominasi oleh lahan gambut, lahan non-gambut pun juga ikut mendominasi, yaitu mencapai 1.471.337 hektare31.

3. Sebaran Titik-Titik Api Kebakaran Hutan

Tanggal 29 Oktober 2015 yang lalu, Greenpeace telah merilis analisis spasial yang menampilkan data konsesi perusahaan-perusahaan dengan sebaran titik-titik api. Menurut temuan Greenpeace, 49,9% dari keseluruhan titik api ditemukan dalam 2.065 konsesi, termasuk konsesi atau HGU perkebunan sawit, HTI, HPH, dan tambang batu bara. Keempat konsesi ini menyumbang titik api hingga 56.826 titik api selama periode 1 Agustus – 26 Oktober 2015.

Pada perkebunan kelapa sawit, Greenpeace mendapati sebanyak 18.203 titik api di dalam 909 konsesi, dimana 42% dari sebaran titik api berada di wilayah gambut. Dari 909 konsesi tersebut, 429 konsesi diantaranya dikuasai oleh 75 grup usaha sedangkan 330 lainnya belum dapat diidentifikasi.

Dari ke 75 grup tersebut terlacak 5.788 titik api (32%), dimana terdapat delapan grup yang teridentifikasi titik api yaitu: WILMAR (469), Korindo (421), GAR (370), Bakrie (361), Musim Mas (306), Perkebunan Nusantara (266), Sime Darby (264), IOI (207).

Sementara itu konsesi yang belum teridentifikasi grupnya menyumbang 12.415 titik api (68%), dimana ada tujuh konsesi yang memiliki titik api lebih dari 200 yaitu, PT. Sangkowong Sinta (718), PT.

31 CNN Indonesia. 2015.

(28)

21 Papua Argo Lestari (274), PT. Russelindo Putra Prima Blok (272), PT. Seruyan Sawit Makmur (256), PT. Pelangi Prima Indonesia (233), PT. Dinamika Graha Sarana (229), dan PT. Wachyuni Mandira (255)32.

4. Peranan Greenpeace Dalam Kebakaran Hutan di Indonesia

a. Merilis Data Sebaran Titik-Titik Api Kebakaran Hutan di Indonesia

Pada 29 Oktober 2015 yang lalu, Greenpeace merilis data sebaran titik api yang sebagian besar berada di berbagai konsesi hutan dan lahan. Hal ini ditempuh setelah Pemerintah Indonesia menyatakan belum mau membuka data perusahaan tersangka pembakaran hutan dan lahan kepada publik33.

Meski pemerintah saat itu sedang berfokus menangani kebakaran yang terjadi dari lahan gambut dengan tidak lagi memberi izin pengelolaan lahan gambut, terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Organisasi lingkungan Greenpeace menemukan sebaran titik api dan kebakaran hutan yang terjadi merata di konsensi HPH, HTI, dan bahkan di tambang batu bara34.

Greenpeace merilis data tersebut adalah untuk mendorong pemerintah agar membuka lebih luas lagi data dan informasi kebakaran hutan kepada publik. Data yang dirilis pemerintah menjadi acuan dalam menindaklajuti pelaku kebakaran hutan dan mencegah terjadinya kebakaran hutan di masa yang akan datang.

Namun, sayangnya kepentingan ekonomi lebih

diutamakan daripada melindungi hutan-hutan Indonesia. Menko

(29)

22 Polhukam, Luhut Pandjaitan mengakui bahwa “pertimbangan ekonomi” membuat pemerintah belum ingin mengumumkan perusahaan-perusahaan besar yang menjadi tersangka pembakaran hutan35.

Selain itu, menurut Greenpeace moratorium pemberian izin pembukaan hutan juga ternayata belum bisa melindungi hutan dan lahan dari kebakaran. Titik api dan kebakaran di wilayah konsesi kelapa sawit yang masuk dalam area moratorium ditemukan di Kalimantan Tengah. Kebakaran juga ditemukan di konsensi HTI di wilayah yang masuk moratorium di Sumatera Selatan dan Jambi, bahkan juga di wilayah HPH yang masuk moratorium di Maluku dan di wilayah konsesi tambang batu bara yang di-“moratorium”-kan di Sumatera Selatan.

Dengan satu kasus titik api saja sudah dapat menunjukkan bahwa pengelolaan di sektor pertambangan, perkebunan, dan kehutanan masih buruk. Moratorium bisa dikatakan belum cukup efektif melindungi apa yang harusnya dilindungi36.

b. Menyerukan Industri Perkebunan Indonesia Segera Menanggulangi Api dan Menjalankan Solusi Kebakaran Jangka Panjang

Dalam hal ini Greenpeace mempunyai tuntutan mengenai rencana penanggulangan api, yaitu sebagai berikut:

1) Semua perusahaan dan pemasok harus segera menghentikan pembukaan hutan dan pembangunan lebih lanjut di lahan gambut. Pemantauan aktif kepada pemasok diperlukan untuk memastikan kepatuhan ini. Perusahaan pembeli perlu menangguhkan perdagangan dengan

35 Greenpeace. 2015.

Ini Dia Sebaran Titik-Titik Api Kebakaran Hutan. Loc. Cit.

36 BBC Indonesia. 2015.

(30)

23 pemasok yang masih membuka hutan dan mengeringkan lahan gambut.

2) Membasahi kembali lahan gambut atau menerapkan langkah pengelolaan air lainnya di lahan gambut dengan berdasarkan pada saran dari ahli gambut independen untuk mengurangi risiko kebakaran.

3) Mendukung inisiatif “Satu Peta” melalui publikasi peta

menyeluruh balik dari konsesi yang dimiliki atau konsesi pemasok melalui sistem pemantauan peringatan milik Global Forest Watch.

4) Mendukung penghentian pembukaan hutan dan pembangunan di atas lahan gambut di indonesia dan bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk mewujudkannya37.

c. Mendesak Pemerintah Terkait Transparasi Informasi Kehutanan Kebakaran hutan dan bencana asap tahun 2015 yang lalu adalah sebuah hal yang mengerikan bagi umat manusia. Lebih dari 43 juta orang terpapar asap berminggu-minggu dan bahkan mengambil korban 17 nyawa. Berakar dari proses pembukaan hutan secara masif dan pengeringan gambut untuk perkebunan monokultur skala besar selama bertahun-tahun.

Peta-peta terbaru kehutanan yang akurat pun sulit sekali didapatkan, bahkan informasi mengenai sebaran titik-titik api yang ada di berbagai konsesi perusahaan-perusahaan perkebunan tidak tersedia untuk publik. Padahal informasi dan data

pengusahaan kawasan hutan dan gambut perlu dibuka seluas-luaskan karena publik berhak untuk tahu.

37 Greenpeace. 2015. Greenpeace Indonesia Menyerukan Industri Perkebunan Indonesia Segera Menanggulangi Api dan

Menjalankan Solusi Kebakaran Hutan Jangka Panjang. Diakses pada tanggal 4 April 2016 dari website

(31)

24 Oleh karena itulah, Greenpeace menggelar kampanye untuk mendorong proses tranparasi informasi dan secara resmi telah meminta agar informasi mengenai kehutanan dibuka ke publik atas nama Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Upaya tersebut akan terus dilakukan Greenpeace bahkan termasuk apabila memerlukan langkah-langkah advokasi hukum38.

38 CSR Indonesia. 2015. Sikapi Tragedi Kebakaran Hutan, Greenpeace Mendesak Transparasi Informasi Kehutanan. Diakes pada

(32)

25

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Organisasi Greenpeace merupakan bagian dari organisasi internasional non-pemerintah (NGO). Greenpeace adalah sebuah organisasi yang bergerak dalam hal kampanye lingkungan hidup global. Greenpeace lebih berfokus pada masalah perubahan iklim, perusakan ekosistem laut, perusakan hutan-hutan, polusi (bahan-bahan kimia), dan nuklir.

Greenpeace hadir untuk mengekspos para penjahat perusak lingkungan. Mereka dalam aksinya lebih melalui pendekatan diplomasi dengan

menggunakan debat alamiah yang didukut dengan hasil penelitian yang telah mereka lakukan.

Peran Greenpeace dalam kebakaran hutan di wilayah Indonesia akhir tahun 2015 lalu juga merupakan bagian dari aksi kampanye penyelamatan lingkungan mereka. Dalam menangani kasus tersebut, mereka menggunakanj data yang yang valid yaitu dengan merilis peta sebaran titik-titik api di Indonesia, lalu juga menyerukan tuntutan rencana penanggulangan api untuk menghentikan kebakaran hutan yang terus terjadi, dan mendesak pemerintah mengenai transparasi informasi kehutanan.

B.

Saran

Melalui pembahasan yang telah kami lakukan, kami dapat mengetahui bahwa pemerintah Indonesia belum mau melakukan transpaarsi informasi hutan Indonesia dan juga tidak mau mempublikasi pelaku-pelaku pembakaran hutan. Padahal hutan merupakan bagian dari kehidupan dan juga merupakan penghasil oksigen, udara yang kita hirup sehari-hari. Sama dengan apa yang telah

dilakukan Greenpeace, kami menyarankan agar pemerintah melakukan

(33)
(34)

27

DAFTAR PUSTAKA

BBC Indonesia. 2015. Greenpeace: Sebaran Titik Api Terjadi Merata di Konsesi Perusahaan. Diakses pad 4 Maret 2016 dari website bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151029_indonesia_data_perusahaa n.

BCC Indonesia. 2015. Greenpeace Umumkan Sebaran Titik Api. Diakses pada tanggal 4

April 2016 dari website

bbc.com/indonesia/multimedia/2015/10/151029_audio_greenpeace.

Budiardjo, Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

CNN Indonesia. 2015. BNPB: Kebakaran Hutan 2015 Seluas 32 Wilayah DKI Jakarta. Diakses pada tanggal 4 April 2015 dari website m.cnnindonesia.com/nasional/20151030133801-20-88437/bnpb-kebakaran-hutan-2015-seluar-32-wilayah-dki-jakarta/#.

CSR Indonesia. 2015. Sikapi Tragedi Kebakaran Hutan, Greenpeace Mendesak Transparasi Informasi Kehutanan. Diakes pada tanggal 4 April 2016 dari website csr-indonesia.com/2015/11/sikapi-tragedi-kebakaran-hutan-greenpeace-mendesak-transparasi-informasi-kehutanan.

Dahwuni, Ustiya. 2016. “Strategi Public relations PT Pertamina Eksplorasi dan Prduksi (EP) Dalam Menangani Kasus Sumur Tua di Asset 4 Wonocolo,

Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur Tahun 2015”, Skripsi. Jakarta: Universitas Nasional, Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi.

Detik News. 2015. Kolom: Melindungi Gambut, Mengatasi Kebakaran. Diakses pada

tanggal 4 April 2016 dari website

m.detik.com/news/kolom/3021750/melindungi-gambut-mengatasi-kebakaran. Dougherty, James E. dan Robert L. Pfaltzgraff, Jr. 1995. Teori-Teori Hubungan

(35)

28 Greenpeace. 2008. Sejarah Greenpeace. Diakses pada tanggal 3 April 2016 dari website

greenpeace.org/seasia/id/about/sejarah-greenpeace/.

Greenpeace. 2009. History and Successes. Diakses pada tanggal 3 April 2016 dari website m.greenpace.org/international/en/high/about/history/.

Greenpeace. 2010. Prinsip Utama. Diakses pada tanggal 3 April 2016 dari website greenpeace.org/seasia/id/about/Prinsip-Utama/.

Greenpeace. 2015. Greenpeace Indonesia Menyerukan Industri Perkebunan Indonesia Segera Menanggulangi Api dan Menjalankan Solusi Kebakaran Hutan Jangka Panjang. Diakses pada tanggal 4 April 2016 dari website

m.greenpeace.org/seasia/id/high/press/release/Greenpeace-Indonesia- Menyerukan-Industri-Perkebunan-Indonesia-Segera-Menanggulangi-Api-dan-Menjalankan-Solusi-Kebakaran-Hutan-Jangka-Panjang/.

Greenpeace. 2015. Ini Dia Sebaran Titik-Titik Api Kebakaran Hutan. Diakses pada tanggal 4 April 2016 dari website m.greenpeace.org/seasia/id/high/blog/ini-dia-sebaran-titik-titik-api-kebakaran-hut/blog/54758.

Greenpeace. 2015. Ini Dia Sebaran Titik-Titik Api Kebakaran Hutan. Loc. Cit.

Greenpeace. Tanpa Tahun. About Greenpeace. Diakses pada tanggal 3 April 2016 dari website www.greenpeace.org/international/en/about/.

Jackson, Robert dan Georg Sorensen (Versi Bahasa Inggris). 2010. Introduction to International Relations : Theories and Approaches. Amerika Serikat: Oxford University Press Inc., New York.

Jackson, Robert dan Georg Sorensen. 2014. Pengantar Studi Ilmu Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mas’oed, Mohtar. 1989. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisa dan Teorisasi.

Yogyakarta: Pusat Studi Antar Universitas, Studi Sosial Universitas Gadjah Mada.

Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi.

Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

(36)

gabriela-n-p-29

fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-82320-Analisis%20HI-Tinjauan%20Literatur:%20Dari%20Teori%20Menjadi%20Teks.html.

Passandaran, Ray Court. 2009. “Peran World Wide Fund For Nature (WWF) Dalam Pelestarian Hutan di Indonesia Tahun 2007”, Skripsi. Jakarta: Universitas

Nasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.

Prawita, Anak Agung Banyu, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rahmansyah, Abdul Rauf. 2015. Transformasi Aktor Politik Internasional: Studi Kasus Peranan Greenpeace Terhadap Kerusakan Lingkungan di Indonesia. Diakses

pada tanggal 3 April 2016 dari website

himahiunhas.org/index.php/2015/12/20/transformasi-aktor-politik-internasional-studi-kasus-peranan-greenpeace-terhadap-kerusakan-lingkungan-di-indonesia/. Rudy, Teuku May. 1993. Administrasi dan Organisasi internasional. Bandung: PT

Eresco Anggota IKAPI,.

Ruslan, Theo. 2011. “Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Kebijakan Lingkungan

Perusahaan Multinasional Honda Coorp Tahun 2008”, Skripsi. Jakarta: Universitas Nasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitan ini untuk menganalisis politik mutasi pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural eselon II pada kepemimpinan Bupati Boyolali Seno Samodro pada tahun 2014-2015

Prosiding Seminar Nasional: Penguatan Komitmen Akademik Dalam Merperkokoh Jatidiri PKn.. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan – Universitas

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf yang

Dari hasil simulasi dan analisa tentang identifikasi foramen mentale dengan metode thresholding perhitungan Discriminant Analysis yang telah diuraikan maka dapat

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian astaxanthin dapat meningkatkan kadar SOD dan memperbaiki kondisi klinis pasien preeklampsia ringan dibandingkan

secara ekonomi, realitik secara organisasional, terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, fleksibel, bersifat sebagai petunjuk dan operasional, dan diterima para

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif tersebut penulis melakukan penelitian untuk menghasilkan data deskriptif terkait dengan strategi rekrutmen kader yang diterapkan

Interaksi pemberian legin dengan kompos dapat meningkatkan nitrogen untuk tanaman dan kompos dapat memperbaiki tanah yang keras menjadi gembur sehingga pertumbuhan