• Tidak ada hasil yang ditemukan

Benarkah Alokasi Dana Desa Sebagai Upaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Benarkah Alokasi Dana Desa Sebagai Upaya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ALOKASI DANA DESA

Oleh: Patty Regina Rafli Fadilah Achmad

Valeryan Natasha

Universitas Indonesia Depok

(2)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Kami yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Patty Regina Nama : Rafli Fadilah

NPM : 1106056075 NPM : 1206246313

Program Studi : Ilmu Hukum Program Studi: Ilmu Hukum

Nama : Valeryan Natasha

NPM : 1206251471

Program Studi: Ilmu Hukum Menyatakan bahwa artikel imiah yang berjudul :

ALOKASI DANA DESA

Benar-benar merupakan hasil karya pribadi dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar. Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, kami siap untuk didiskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk tanggung jawab kami.

Depok, 12 Mei 2015

(Patty Regina) (Rafli Fadilah Achmad) (Valeryan Natasha)

(3)

Lembar Orisinalitas...2 Daftar Isi ...3

I. PENDAHULUAN

I.1Pendahuluan...4

II. PEMBAHASAN

II.1Pembahasan...5 II.2 Pandangan Pro Alokasi Dana Desa...5 II.2.A Alokasi Dana Desa Sebagai Konsekuensi Nyata Pengakuan

Konstitusi akan Desa dan

Kewenangannya...6 II.2.B Implementasi Kewenangan Desa dalam Otonomi Daerah....7 II.2.C Kemudahan Pelaksanaan Pemerataan Pembangunan...8 II.3 Pandangan Kontra Alokasi Dana Desa...9 II.3.A Kurangnya Kemampuan Desa dalam Tata Kelola

Keuangan...9 II.3.B Alokasi Dana Desa Membuka Celah Penyalahgunaan ..Dana Baru...10 II.3.C Mekanisme Alokasi Dana Desa (Solusi)...11

III. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

I.

(4)

Terdapat sekitar 73.000 (tujuh puluh tiga ribu) Desa di seluruh Indonesia,1

Desa-Desa ini dapat dibedakan menjadi Desa biasa dan Desa adat. Desa merupakan cikal bakal keberadaan satuan territorial, dimulai dari satuan pemerintahan yang terbawah, yang pada akhirnya membentuk Negara. Oleh sebab itu, keberadaan Desa sangatlah penting bagi suatu Negara.

Desa menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Negara sendiri mengakui bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).2 Selain itu, dalam

perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.3

Isu yang sedang hangat belakangan ini terkait kemajuan dan kesejahteraan Desa adalah mengenai alokasi pendanaan bagi Desa oleh Negara. Alokasi pendanaan ini kerap kali dikenal dengan istilah Alokasi Dana Desa. Alokasi Dana Desa adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.4 Berdasarkan Rincian Dana Desa Per Kabupaten dan Kota yang

dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan Tahun 2015, total Penetapan Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2015 mencapai 9 (sembilan) trilyun rupiah untuk seluruh kabupaten dan kota di Indonesia.5 Sebelumnya, Presiden Joko Widodo

telah menjanjikan minimal 1 (satu) milyar per Desa atau lebih tergantung luas Desa dan tingkat pembangunannya.

(5)

pembukaan UUD NRI 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan kesejahteraan umum ini jugalah milik warga Desa. Melihat adanya kesenjangan pembangunan serta kondisi ekonomi di Desa dan kota, maka dibuatlah kebijakan alokasi dana Desa ini, sehingga Desa juga dapat mengembangkan wilayahnya agar dapat mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan.

II.

PEMBAHASAN

Kontroversi terkait alokasi dana Desa bertumpu pada pertanyaan mampu atau tidaknya Desa mengelola dana yang dialokasikan kepadanya sebagai bagian dari keuangan Desa. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.6 Pelaksanaan hak dan

kewajiban Desa tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa.

Pendapatan Desa diatur oleh Pasal 72 Undang-Undang Desa, yang mengatur bahwa pendapatan Desa bersumber dari :

a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;

b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota; d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang

diterima Kabupaten/Kota;

e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;

f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Alokasi dana Desa yang dimaksud di dalam pembahasan kali ini merupakan sumber pendapatan yang tercantum pada poin (d) Pasal 72 Undang-Undang Desa, yaitu “alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota.”

II.2 Pandangan Pro Alokasi Dana Desa

II.2.A Alokasi Dana Desa sebagai Konsekuensi Nyata Pengakuan Konstitusi akan Desa dan Kewenangannya

(6)

desa, sedangkan asas subsidiaritas merupakan lokalisasi kewenangan di atas desa dan pengambilan keputusan secara lokal atas kepentingan masyarakat setempat.7

Kedua hak ini diakui oleh konstitusi di dalam formulasi Pasal 18(b) ayat (2) yang menyebutkan bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur di dalam undang-undang.

Konsekuensi konkrit dari pengakuan ini adalah pemberian ruang bagi Desa untuk menjalankan kewenangannya. Kewenangan Desa ini tentu tidak dapat dilaksanakan apabila tidak ada dana yang dapat dikelola untuk menjalankan keuangan tersebut. Oleh sebab itu, secara otomatis pemberian alokasi dana desa merupakan hal yang sejalan dengan pengakuan konstitusi akan keberadaan Desa dan kewenangannya.

Hal ini lebih lanjut ditekankan di dalam Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang Desa yang menyebutkan bahwa Desa berhak: (a) mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa; (b) menetapkan dan mengelola kelembagaan Desa; dan (c) mendapatkan sumber pendapatan. Maka jelas bahwa hak Desa untuk mendapatkan sumber pendapatan, dalam hal ini melalui alokasi dana desa, telah dimaktubkan di dalam perundang-undangan.

II.2. B Implementasi Kewenangan Desa dalam Otonomi Daerah

Otonomi Daerah pada dasarnya adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hak tersebut diperoleh melalui penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan.8 Otonomi Daerah sebagai wujud dari dianutnya asas desentralisasi,

(7)

diatur dalam satu bab khusus pada Undang-Undang Pemerintah Daerah, yaitu Bab XVII.

Alokasi dana desa diimplementasikan sejalan dengan kewenangan otonomi Desa di atas. Hal ini dikarenakan faktor keuangan Desa merupakan hal yang vital bagi kemampuan Desa dalam menjalani hak, wewenang dan tanggungjawab Desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Sadu Wasistiono, bahwa pembiayaan atau keuangan merupakan faktor essensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa, sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah.9 Konsep alokasi dana

desa sebenarnya bermula dari sebuah refleksi terhadap model bantuan desa yang diberikan oleh pemerintah pusat bersamaan dengan agenda pembangunan desa. Pengaturan dan pengurusan rumah tangga Desa ini diwujudkan dalam bentuk Rencana Tata Ruang Pedesaan yang didasari oleh Pasal 48 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang menyebutkan bahwa penataan ruang kawasan pedesaan diarahkan untuk:

1. pemberdayaan masyarakat perdesaan;

2. pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya; 3. konservasi sumber daya alam;

4. pelestarian warisan budaya lokal;

5. pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan; 6. penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.

Dalam hal pelaksanaan pengarahan tata ruang kawasan pedesaan tersebut, tentunya dibutuhkan dana yang besar dan porsi yang bersumber dari alokasi dana desa sangatlah signifikan bagi keseluruhan pendapatan desa.

II.2.C Kemudahan Pelaksanaan Pemerataan Pembangunan

Selaras dengan amanat Pancasila dan UUD 1945, Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 mengarahkan agar pembangunan nasional dilaksanakan merata di seluruh tanah air dan tidak hanya untuk suatu golongan atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat, serta harus benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial, yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.

(8)

pembangunan nasional harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, dan bagi pengembangan pribadi warga negara.10 Pembangunan nasional yang diselenggarakan sebagai

usaha bersama harus merata di semua lapisan masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air, di mana setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan berperan serta dan menikmati hasilnya secara adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikan kepada bangsa dan negara, serta menuju pada keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan materiil dan spiritual.11

Dalam rangka implementasi pembangunan nasional yang merata, akan lebih mudah pelaksanaannya jika Desa memiliki kewenangan untuk mengelola dana yang dialokasikan baginya secara langsung. Hal ini menghilangkan hambatan bagi Desa agar dapat segera melaksanakan perencanaan tata ruang pedesaannya tanpa perlu menunggu cairnya dana dari Kabupaten/Kota. Selain itu hal ini juga memperlancar perputaran roda keuangan desa yang tidak akan dapat berjalan lancar tanpa adanya modal signifikan yang berasal dari suntikan alokasi dana Desa.

II.3 Pandangan Kontra Alokasi Dana Desa

Kedudukan pandangan kontra tidak mendukung pendanaan Desa dialokasikan langsung untuk dikelola oleh Desa, melainkan melalui pengaturan keuangan langsung oleh Kabupaten/Kota.

II.3. A Kurangnya Kemampuan Desa dalam Tata Kelola Keuangan

Individu-individu yang akan melakukan tata kelola keuangan Desa adalah individu-individu yang menjadi Pimpinan Desa, yaitu Kepala Desa.12 Pasal 203

ayat (1) UU Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa Kepala Desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk Desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Peraturan Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Selain itu, menurut Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa.

Dikarenakan pandangan masyarakat Desa yang cenderung lebih konservatif dan konvensional dibandingkan masyarakat perkotaan,13 maka individu yang

(9)

memimpin warganya, belum tentu merupakan individu yang memiliki kemampuan manajerial untuk melakukan pengelolaan keuangan Desa. Oleh sebab itu, alokasi dana Desa yang jumlahnya besar tidak terjamin pengelolaannya akan baik jika dilimpahkan langsung ke Desa.

Rendahnya tingkat pendidikan formal di kalangan aparatur desa memperkuat kekhawatiran ini. Contohnya saja pada desa-desa di Kecamatan Tlogomulyo, dimana dari 86 (delapan puluh enam) aparat desa (Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Seksi dan Kepala Urusan) per tahun 2008, hanya 3 (tiga) orang yang mengenyam pendidikan S1, 22 (dua puluh dua) aparat mengenyam pendidikan SMA, 26 (dua puluh enam) aparat mengenyam pendidikan SMP dan 33 (tiga puluh tiga) aparat hanya menempuh pendidikan SD.14 Artinya, tidak

sampai separuh dari total aparat desa, yang lulus pendidikan jenjang SMA. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan manajerial keuangan, apalagi dalam jumlah yang besar, sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan formal.

Kesulitan pengelolaan sistem keuangan desa akibat kurangnya pemahaman ini telah diakui oleh beberapa aparat desa yang menjalankan sistem ini, di antaranya adalah Sekretaris Desa Geyer, yang menyatakan bahwa dirinya dan aparat desa terkait lainnya masih bingung dalam tataran administrasi pertanggungjawaban keuangan alokasi dana desa.15

Agar pelaksanaan suatu kebijakan publik dapat berjalan sebagaimana mestinya, pelaksanaan harus didukung oleh sumber daya yang cukup, tidak hanya lewat sumber daya finansial dan sumber daya teknologi saja, tetapi juga sumber daya manusia dan sumber daya psikologis.16 Dalam hal ini, alokasi dana desa

hanya memiliki sumber daya finansial, yaitu dana yang akan dialokasikan dan juga sumber daya teknologi saja, yaitu program dan sistemnya. Sayangnya, sumber daya manusia dan psikologis yang akan menjalankan program dan sistem tersebut belum memadai akibat kurangnya kompetensi dan juga mentalitas yang belum siap. Maka itu, dengan kondisi seperti ini alokasi dana desa tidak akan dapat terlaksana dengan baik.

(10)

Pandangan kontra terhadap alokasi dana Desa melihat bahwa mekanisme alokasi dana Desa tidaklah diperlukan, karena sebetulnya sistem penganggaran lain sebagai sumber keuangan Desa sudah cukup. Pasal 72 dari Undang-Undang Desa telah memaparkan berbagai sumber pendapatan Desa, termasuk di dalamnya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa besaran jumlah yang didapat dari alokasi dana Desa memang signifikan. Meski demikian, titik lemah mekanisme ini ada pada ide pemberian kewenangan bagi Desa untuk mengelola pendanaan tersebut secara langsung. Padahal, akan lebih efektif jika tingkat kabupaten/kota yang mengelola pendanaan tersebut untuk desa dengan menyesuaikan pada penataan ruang kawasan desa tersebut.

Alih-alih tidak diperlukan, justru mekanisme alokasi dana desa ini berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi Negara, yaitu peningkatan kemungkinan penyalahgunaan dana tersebut. Sudah banyak kasus yang menggambarkan rentannya korupsi dana di tingkat Desa, misalnya saja 3 (tiga) Kepala Desa di Kendal yang mengorupsi alokasi dana Desa Sukarejo, Pucangrejo dan Bangunsari, masing-masing berkisar Rp. 69.000.000,00 - 119.000.000,00.17

Kekhawatiran ini juga dikemukakan oleh Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi non-aktif, Bambang Widjajanto yang mengingatkan akan rawannya penyelewengan dana Desa, akibat belum ada sistem pengawasan dalam perputaran uang yang mencapai puluhan triliun rupiah tersebut.18

Jika rantai birokrasi keuangan diputus pada tingkat Kabupaten/Kota, maka otomatis kemungkinan penyalahgunaan dana atau korupsi akan semakin kecil, karena pengawasannyapun lebih mudah dan memiliki sistem pengawasan yang jelas.

II.3.C Mekanisme Alokasi Dana Desa (Solusi)

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Asas-asas inilah yang akan menjadi dasar pelaksanaan mekanisme alokasi dana desa. Pengelolaan keuangan desa yang bersumber dari alokasi dana desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.19

Mekanisme alokasi dana desa adalah sebagai berikut:

(11)

mendapatkan dana dari kabupaten yang besar, akan mendapatkan dana yang kecil dari APBN;

2. Dialokasikan sesuai dengan kriteria untuk mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa. Asas merata (semua desa harus mendapatkan dana) dan asas adil (sesuai kriteria). Kriteria ini mencakup, antara lain:

a. luas desa,

b. jumlah penduduk,

c. jumlah penduduk miskin,

d. ketersediaan infrastruktur untuk akses dan pelayanan dasar, dsb.

3. Model alokasi dana desa akan dibuat efektif dan transparan seperti mekanisme Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri); 4. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan;

5. Dilakukan kerjasama dengan KPK bidang Pencegahan, untuk melakukan antisipasi potensi korupsi dana desa. Wakil Ketua KPK bidang Pencegahan, Adnan Pandu Praja menyatakan KPK akan menyurati seluruh aparat desa di Indonesia untuk mengingatkan agar alokasi dana desa dimanfaatkan dengan benar dan tidak melanggar hukum, apalagi korupsi.20

III.PENUTUP

Alokasi dana Desa didasari oleh Pasal 72 ayat (d) Undang-Undang Desa. Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasar keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

(12)

Pandangan yang mendukung alokasi dana Desa didasari oleh paham bahwa alokasi dana Desa merupakan konsekuensi nyata pengakuan konstitusi akan Desa dan kewenangannya. Selain itu, alokasi dana Desa juga merupakan implementasi kewenangan Desa, serta membantu kemudahan pemerataan pembangunan.

(13)

1 Data ini dipakai dalam Penjelasan Umum Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia (TLN-RI) Nomor 5495. Menurut data Kementerian Dalam Negeri, jumlah Desa di seluruh Indonesia tercatat 65.189 buah. Sedangkan, menurut data Statistik BPS 2008, jumlah Desa di seluruh Indonesia ada 67.245 Desa dan 7.893 kelurahan.

2 Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, UUD NRI 1945, Pasal 18 (b) Ayat (2)

3 Indonesia, Undang-Undang tentang Desa, UU No. 6 Tahun 2014, LN Tahun 2014 No. 7, Bagian Pertimbangan

Poin (b)

4 Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Permendagri No. 113 Tahun

2014, TLN 5495, Pasal 1 Ayat (10).

5 Data Kementerian Keuangan, Penetapan Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2015 Untuk Kabupaten-Kota,

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/, diakses pada 3 Mei 2015

6 Indonesia, Undang-Undang tentang Desa, UU No. 6 Tahun 2014, LN Tahun 2014 No. 7, Pasal 71 7 Budiman Sudjatmiko, Isu-Isu Strategis Dalam UU Desa, Pimpinan Pansus UU Desa, 2014

8 Djohermansyah Djohan, Problematik Pemerintahan dan Politik Lokal, Jakarta: Bumi Aksara, 1990, hal. 52. 9 Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Bandungsadu: Fokus Media, 2001,

hal. 200

10 Bappenas, Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan, Jakarta: Bappenas, 2009, Bab 9 11 Ibid.

12 Indonesia, Undang-Undang tentang Desa, UU No. 6 Tahun 2014, LN Tahun 2014 No. 7, Pasal 26 ayat (4) (i) 13 Gregorius Syahdan, Transformasi Ekonomi-Politik Desa, Yogyakarta: APMD Press, 2005, hal. 4

14 Data Kecamatan Tlogomulyo Tahun 2008, sebagaimana dikutip dari Agus Subroto dalam tesisnya

“Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa, Studi Kasus Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008”

15 Berdasarkan wawancara tanggal 12 Juli 2008, oleh Daru Wisakti, dalam tesisnya “Implementasi Kebijakan

Alokasi Dana Desa di Wilayah Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan”

16 Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, hal. 34

17 Slamet Priyatin, Tiga Kades di Kendal Jadi Tersangka Korupsi Dana Desa,

19 Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Permendagri No. 113 Tahun

2014, TLN 5495, Pasal 2 Ayat (2).

20Redaksi, Pemerintah Tambah Alokasi Dana Desa dalam APBN-P 2015,

Referensi

Dokumen terkait

Æ Menciptakan Peraturan Kelas. Peraturan kelas ini dirancang untuk memberikan batasan dan kenyamanan bagi mahasiswa, yang berkaitan dengan pencapaian misi. Peraturan ini

Sebutkan 3 dampak negative dari bacaan tersebut, apabila pasar tradisional hilang! Jawab : ………. Kita harus selalu menghargai dan memiliki rasa bangga terhadap budaya local. Sebutkan

Pada minggu ke-10 didapatkan hasil untuk semua parameter pertumbuhan, hasil untuk perlakuan variasi dosis biofertilizer dengan nilai rerata tertinggi untuk

Setelah diketahui biaya konsumsi listrik yang digunakan apabila digunakan 2 konveyor untuk mendukung 2 proses distriping antara lain proses cover body R/L dan Cover

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode latihan bagian dengan metode latihan keseluruhan terhadap pukulan forehand drive tenis meja pada kegiatan ekstrakurikuler

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gula memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air, berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut, dan

[r]

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor