• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH M"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH” Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu: Ismah, M.Pd

Disusun Oleh kelompok 8 : Kelas 2D

Wilda Khafiyan 13120139

Kukuh Adi Prasetio 13120140

Riza Widayati 13120153

Resti Adiningsih 13120159

PROGRAM STUDI S1 PGSD

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdullilah atas segala rahmat, hidayah dan inayah yang telah diberikan Allah SWT sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul

“Perkembangan anak Usia Sekolah Menengah“

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Perkembangan Peserta Didik.Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mohon maaf dan dengan senang hati menerima kritik dan saran sebagai bekal acuan untuk lebih baik dikemudian hari.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi bekal pengetahuan dan manfaat bagi kita semua.

Semarang, 17 April 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR ...

... 2

DAFTAR

ISI ...

... 3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah ... 4 B. Rumusan

Masalah ...

... 5

C. Tujuan

Penulisan ... ... 5

D. Manfaat

Penulisan ...

... 5

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Karakteristik & Aspek-aspek perkembangan

anak usia sekolah

menengah ...6

B. Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah

menengah ... 17 C. Problematika dan solusi perkembangan anak usia

sekolah ... 19

(4)

A. Kesimpulan ...

... 28

B. Saran ...

... 28

DAFTAR

PUSTAKA ...

.. 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan bagi manusia akan semakin kompleks ketika mereka

menginjak usia remaja, usia dimana mereka masih berada di jenjang pendidikan usia sekolah menengah. Pada masa itulah mereka mulai mengenal lingkungan atau masyarakat lebihluas, yang selalu dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang lebih rumit danmemerlukan penanganan yang sangat serius.

(5)

dan pembelajaran peserta didik di usia itu. Keingin tahuan pada usia sekolah menengahsangatlah besar karena pada masa itu mereka mencari jati diri dan figur yang di idolakanoleh mereka.

Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap

perkembangan jiwa remaja. Selain mengemban fungsi pendidikan (transformasi nilai dan norma sosial).Dalam kaitan dengan pendidikan, peran sekolah tidak jauh berbeda dengan perankeluarga, yaitu sebagai tempat perlindungan jika anak mengalami masalah.

Bagi seorang pendidik haruslah tahu keadaan peserta didiknya dan harus bisa mengarahkan pada hal-hal yang positif, sehingga peserta didik pada usia sekolah menengah tersebut akanterarah pada hal-hal positif. Pendidik juga harus

mengetahui gejala-gejala yang terdapat pada peserta didik dan memberikan solusi yang terbaik dalam menghadapi keadaan peserta didik. Selain itu, di setiap sekolah lanjutan diadakan guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

B. Rumusan Masalah

1. Perkembangan apa saja yang terjadi pada masa anak usia sekolah?

2. Apa saja tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menengah?

3. Apa problematika dan solusi perkembangan anak usia menengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas , makalah ini secara khusus memiliki tujuan sebagai berikut :

(6)

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya perkembangan anak usia sekolah menengah

3. Untuk mengetahui problematika dan cara penyelesaian perkembangan anak usia sekolah menengah

Manfaat bagi penulis:

 Mendapat ilmu pengetahuan yang baru

 Dapat memahami perkembangan anak usia sekolah menengah

 Mendapat kesempatan untuk mempelajari materi perkembangan anak usia sekolah menengah

Manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat:

 Dapat lebih memahami perkembangan anak usia sekolah menengah

 Mampu menerapkan pengetahuan perkembangan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik & Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka dalam Pikunas, 1976; Kaczman dan Riva, 1996).

Ditilik dari segi usia, siswa SLTP (SMP dan MTS) dan SLTA termasuk fase atau masa remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan siswa. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) fase ini meliputi:

(7)

2. Remaja madya: 15-18 tahun

3. Remaja akhir: 19-22 tahun.

Jika dilihat dari klasifikasi usia tersebut, maka siswa sekolah menengah termasuk kedalam kategori awal dan madya. Untuk memahami lebih lanjut tentang remaja, pada uraian berikut dapat dipaparkan mengenai karakteristik aspek-aspek perkembangannya.

1. Aspek Fisik

Secara fisik, masa remaja ditandai dengan dengan adanya pubertas yaitu masa ketika sesorang mencapai kematangan seksual dan kemampuan reproduksi. Remaja pria mengalami pertumbuhan pada organ testis, penis pembuluh mani, dan kelenjar prostat. Matangnya organ-organ ini memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Sementara remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium. Ovarium menghasilkan ova (telur) dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, dan perkembangan seks sekunder. Matangnya organ-organ seksual memungkinkan wanita remaja untuk mengalami menstruasi.

Fase remaja ini merupakan masa terjadinya banjir hormon, yaitu zat-zat kimia yang sangat kuat, yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endoktrin dan dibawa keseluruh tubuh oleh aliran darah. Konsentrasi hormon-hormon tertentu meningkat secara dramatis selama masa remaja, seperti hormon testosteron dan estradiol.

Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.

Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi sebagai berikut :

1. Pengaruh Keluarga

(8)

tinggi dan panjang. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya.

2. Pengaruh Gizi

Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup.

Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja.

3. Gangguan Emosional

Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.

4.Jenis Kelamin

Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki-laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki-laki.

5. Status Sosial Ekonomi

(9)

6.Kesehatan

Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat dibanding yang sering sakit.

7. Pengaruh Bentuk Tubuh

Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan-perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah ; pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan dan”mimpi pertama” pada anak laki-laki ), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.

2. Aspek Intelektual (kognitif)

Dalam pandangan Piaget, perkembangan kognitif pada hakekatnya adalah perkembangan kemampuan penalaran logis. Baginya, berpikir dalam proses kognitif tersebut lebih penting daripada sekedar mengerti. Pada masa remaja, peserta didik mulai mengembangkan cara berpikirnya.

Masa remaja sudah mencapai tahap perkembangan berpikir operional formal. Tahap ini ditandai dengan kemampuan berfikir abstrak (seperti memecahkan persamaan aljabar), idealistik (seperti berpikir tentang ciri-ciri ideal dirinya, orang lain dan masyarakat) dan logis (seperti menyusun rencana untuk memecahkan masalah).

Pada masa ini terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe Frontal yang

berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan dan pengambilan keputusan.

Faktor –faktor yang mempengaruhi intelektual seseorang adalah :

 Bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif.

(10)

 Adanya kebebasan berfikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam penyusunan hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.

3. Aspek Bahasa Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.

Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, di lembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.

Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah

(11)

memahaminya. Kita bisa mendengar bagaimana bahasa remaja ini dibuat begitu singkat tetapi sangat komunikatif.

Dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini, di kota-kota besar bahkan berkembang pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan bahasa gaul. Bahkan karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu kalangan diluar remaja memahami bahasa mereka, Debby Sahertian (2000) telah menyusun dan menertibkan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan “Kamus Bahasa Gaul”. Dalam kamus itu tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas remaja yang jika kita pelajari sangat berbeda dengan bahasa pada umumnya. Kalangan remaja justru sangat akrab dan sangat memahami bahasa gaul serta merasa lebih aman jika berkomunikasi dengan sesama remaja menggunakan bahasa gaul.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa a) Umur anak

Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik ikut

mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya

pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.

b) Kondisi lingkungan

Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.

Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.

c) Kecerdasan anak

(12)

suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.

d) Status sosial ekonomi keluarga

Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.

e) Kondisi fisik

Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.

4. Aspek Emosional

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas. Pertumnbuhan organ-organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-persaan baru yang belum dialami sebelumnya. Dalam budaya Amerika, periode ini dipandang sebagai masa Strom

& Stress, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan

melamun tentang cinta, dan perasaan terealisasi dan kehidupan sosial budaya orang dewasa. (Pinukas, 1976).

Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa-masa kuliah, bedanya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap emosinya. Beberapa kondisi emosional yang akan dirasakan oleh remaja adalah seperti cinta / kasih sayang, gembira, kemarahan, permusuhan, ketakutan dan kecemasan.

Adapun ciri-ciri emosional remaja yang berusia 12-15 tahun menurut Biehler (1927) adalah sebagai berikut :

(13)

 Berperilaku kasar untuk menutupi kekurangannya dalam hal percaya diri.

 Sering terjadi ledakan emosi.

 Tidak toleran terhadap orang lain.

 Ada perasaan marah dengan gaya orang dewasa / guru yang bersikap serba tahu.

Sedangkan ciri emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :

 Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan masa kanak-kanak ke dewasa.

 Dengan berubahnya kebebasan. Banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan perhatian, simpati, dan nasihat dari orang tua.

 Sering melamun untuk memikirkan masa depannya.

Mendekati berakhirnya masa remaja, berarti telah melewati banyak badai emosional. Ia juga telah belajar dalam seni menyembunyikan perasaan, berarti jika ingin memahami remaja, kita tidak hanya mengamati emosi-emosi yang secara spontan dan terbuka, tetapi perlu berusaha mengerti emosi yang disembunyikan. Seiring bertambahnya umur, pengetahuan dan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap perubahan irama emosional remaja.

5. Aspek Sosial

Pada masa ini perkembangan sosial cognition, yaitu kemampuan memahami orang lain. Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap confomity (konformitas), yaitu kecenderungan untuk meniru, mengikuti, opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain. Perkembangan konfomitas ini dapat berdampak positif atau negatif bagi remaja sendiri, tergantung kepada siapa atau kelompok mana dia melakukan konformitasnya.

(14)

6. Aspek Kepribadian

Masa remaja merupakan saat berkembangnya self-identity (kesadaran akan identitas atau jati dirinya). Remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan: ”who am i, man ana, siapa saya?” (keberadaan diriya), akan menjadi apa saya? Apa peran saya dan mengapa saya harus beragama?

Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dalam kehidupan social, dan memahami makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya, dalam arti dia akan memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya apabila gagal, maka dia akan mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion) sehingga cenderung memiliki kepribadian yang tidak sehat.

7. Kesadaran Beragama

Pikunas (1976) mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas utama perkembangan remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja belumlah sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara universal. Pendapat ini menunjukkan tentang pentingnya remaja memiliki landasan hidup yang kokoh, yaitu nilai-nilai moral, terutama yang bersumber dari agama. Terkait dengan kehidupan beragama remaja, ternyata mengalamin proses yang cukup panjang untuk mencapai kesadaran beragama yang diharapkan.

Proses kesadaran beragama remaja itu dipaparkan pada uraian berikut:

a. Masa Remaja awal (usia 13-16 tahun)

(15)

Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul karena disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.

1. Faktor internal, terkait dengan 1). matangnya organ-organ seks yang

mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun disisi lain dia tahu perbuatan itu dilarang oleh agama. 2). Berkembangnya sikap independen, keinginan untuk hidup bebas, tidak mau terikat dengan norma-norma keluarga, sekolah atau agama.

2. Faktor eksternal, terkait dengan 1). Perkembangan kehidupan sosial

budaya dan masyarakat yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama. 2). Perilaku orang dewasa, orang tua sendiri, para pejabat dan warga masyarakat yang gaya hidupnya kurang mempedulikan agama, bersifat munafik, tidak jujur dan perilaku amoral lainnya.

b. Masa Remaja Akhir (17-21 tahun)

Secara psikologis, pada masa ini emosi remaja sudah mulai stabil dan pemikirannya mulai matang. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah melibatkan diri kedalam kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya.

8. Orientasi Seksual dan Seksualitas

Peserta didik pada usia sekolah menengah berusaha secara total menemukan satu identitas, berupa perwujudan orientasi seksual yang tercermin dari hasrat seksual, emosional, romantisme, dan atraksi kasih sayang kepada anggota jenis kelamin yang sama atau berbeda atau keduanya. Seorang peserta didik yang tertarik pada anggota jenis kelamin lain disebut heteroseksual, sebaliknya seseorang yang tertarik pada anggota jenis kelamin lain disebut homo seksual. Banyak yang menggunakan istialh gay sebagai kata ganti homo seksual untuk laki –laki dan lesbian untuk wanita. Ada juga peserta didik yang menyukai keduanya disebut biseksual.

(16)

Masalah seksualitas jangan dianggap sebagai hal yang tabu untuk dipelajari karena itu akan sangat berguna bagi remaja agar orientasi seksual mereka tidak

menyimpang.

Peran pendidik seperti orang tua dan guru sangat diperlukan untuk menemani remaja mengatasi masalah ini, pengertian serta bimbingan dari pendidik untuk membantu mengenali mana yang boleh dan yang tidak akan membatu menjaga mereka dalam masa ini.

Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah

1. Perkembangan fisik pada siswa usia sekolah menengah ditandai dengan adanya perubahan bentuk, berat, dan tinggi badan. Selain hal itu, perkembangan fisik pada usia ini ditandai pula dengan munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Hormon testoterone dan estrogen juga turut mempengaruhi perkembangan fisik.

2. Perkembangan intelektual siswa SMP ditandai dengan berkembangnya

kemampuan berpikir formal operasional. Selain itu, kemampuan mengingat dan memproses informasi cukup kuat berkembang pada usia ini.

3. Perkembangan pemikiran sosial dan moralitas nampak pada sikap berkurangnya egosentrisme. Siswa SMP dan SMA juga telah mempunyai pemikiran politik dan keyakinan yang lebih rasional.

4. Terdapat berbagai mazhab atau aliran dalam pendidikan yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Di antaranya adalah aliran nativisme, empirisme, dan konvergensi.

5. Papalia dan Olds (1992:7-8) menyebutkan faktor internal dan eksternal yang telah memberi pengaruh besar terhadap perkembangan anak. Urie Bronfenbrenner menyatakan ada 4 tingkatan pengaruh lingkungan seperti, sistem mikro, meso dan exo yang membentuk pribadi anak. Sedangkan pandangan konvensional

menyatakan bahwa ada 3 faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan siswa SLTP dan SMU, yaitu pembawaan, lingkungan dan waktu.

(17)

1. Secara garis besar, perbedaan individu dikategorikan menjadi 2, yaitu perbedaan secara fisik, dan psikis. Perbedaan secara psikis meliputi perbedaan dalam tingkat intelektualitas, kepribadian, minat, sikap dan kebiasaan belajar.

2. Dalam pandangan yang lain, perbedaan individual siswa sekolah menengah dibedakan berdasarkan perbedaan dalam kemampuan potensial dan

kemampuan nyata. Kemampuan nyata dapat disebut sebagai prestasi belajar.

3. Indikator perilaku intelegen menurut Witherington antara lain:

1. Kemudahan dalam menggunakan bilangan.

2. Efisiensi dalam berbahasa.

3. Kecepatan dalam pengamatan.

4. Kemudahan dalam mengingat.

5. Kemudahan dalam memahami hubungan.

6. Imajinasi.

4. Gage dan Berlinier (1984:165) mempunyai pandangan tentang kepribadian sebagai berikut. Personality is the integration of all of persons traits abilities, motives as well as his or her temperament, attitudes, opinios, beliefs, emotional responses, cognitive styles, characters and morals.

5. Menurut Murray, kebutuhan individu dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu viscerogenic dan psychogenic. Kemudian kebutuhan psychogenic dibagi lagi menjadi 20 kebutuhan.

6. Kebutuhan yang cenderung dominan pada siswa sekolah menengah berdasarkan 20 kebutuhan menurut konsep Murray, adalah seperti ini:

1. Need for affiliation

2. Need for aggression

3. Autonomy needs

4. Conteraction

5. Need for dominance

6. Exhibition

(18)

B. Tugas-tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah

Tugas-tugas perkembangan terkait dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang seyogyanya dimiliki setiap siswa sesuai dengan fase perkembangannya.

Munculnya Tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor berikut:

1. Kematangan fisik, misalnya (1) belajar berjalan karena kematangan otot-otot

kaki, dan (2) belajar bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa remaja, karena kematangan hormon seksual.

2. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya (1) belajar membaca, (2)

belajar menulis, (3) belajar berhitung, (4) belajar berorganisasi.

3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita siswa itu sendiri misalnya (1) memilih

pekerjaan, (2) memilih teman hidup.

4. Tuntutan norma agama, misalnya (1) taat beribadah kepada Allah, dan (2) berbuat baik kepada semua manusia.

Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:

1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya

2. Mencapai kemandirian emocional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas

3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal

4. Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar

5. Menemukan manusia model yang dijadikan pusat identifikasinya

(19)

7. Memperoleh Self-control atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup

8. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri yang kekanak-kanakan

9. Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

10.Mengembangkan keterampilan intelectual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.

11.Memilih dan mempersiapkan karir

12.Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga

13.Mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

Elizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak sekolah menengah atas sudah mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam perkerjaan dibanding dengan anak perempuan yang memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.

(20)

C. Problematika Peserta Didik Usia Sekolah Menengah dan Solusinya

Permasalahan yang dialami manusia tidak akan pernah putus sampai ajal menjemput, permasalahan manusia akan semakin memuncak ketika mereka menginjak usia transisi dimana keingintahuan yang sangat tinggi dengan semangat yang menggebu-gebu akan sia-sia tanpa bimbingan yang terarah, perkiraan usia transisi manusia yaitu ketika mereka berada di jenjang sekolah tingkat menengah, ketika mereka menginjak remaja dan dewasa awal, mereka lebih tenar dengan istilah ABG (anak baru gede).

Dalam buku karangan Prof.Dr.H.Sunarto dan Dra.Ny.B.Agung Hartono dalam bukunya perkembangan peserta didik, menerangkan beberapa permasalahan remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya sebagai berikut:

(21)

2. Sering kali remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan fisiknya. Hal ini disebabkan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi, walau hal ini tidak terjadi pada semua remaja.

3. Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering salah tingkah dan perilaku yang menentang norma (bagi remaja laki-laki) serta berperilaku mengurung diri (bagi remaja perempuan).

4. Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian dalam artian menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan menghadapi berbagai macam permasalahan, terutama masalah penyesuaian emosional. Kehidupan bermasyarakat menuntut mereka untuk banyak menyesuaikan diri, namun yang terjadi semuanya tidak selaras dengan kenyataan. Dalam hal ini terjadi ketidak selarasan antara pola hidup masyarakat dan perilaku yang menurut remaja baik, remaja merasa selalu disalahkan dan akibatnya meraka frustasi dengan tingkah lakunya sendiri.

5. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan berbagai jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu yang sangat sulit dihadapi oleh remaja.

6. Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja, sedang dipihak remaja merasa memiliki norma dan nilai kehidupan yang dirasa lebih sesuai dari pada nilai dan norma dikalangan masyarakat luas.

Permasalahan yang terjadi pada anak usia sekolah menengah timbul atas dua factor yang sangat mempengaruhi proses perkembangan mereka, dua factor itu adalah:

(22)

Permasalahan intern siswa ini mencakup semua permasalahan yang timbul dari diri siswa dari berbagai aspek yang pengaruhi diri siswa itu sendiri.

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa dalam dirinya, yakni:

1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas

intelektual / intelegensi siswa.

Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa-apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan yang kita pelajari, kalau memang sistem akal kita dalam hal mengolahnya dengan cara yang memadai, maka semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita, akan tetapi kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu, apalagi yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan.

Lupa ialah: hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memperoduksi kembali apa-apa sebelumnya yang telah kita pelajari. Menurut Gulo (1982), dan Reber (1988), mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang telah dipelajar. Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

Faktor-faktor penyebab lupa

(23)

reproaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan.

Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja maupun tidak, penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan, yaitu: karena item informasi yang diterima kurang menyenangkan, karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif, karena item informasi yang diproduksi tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.

Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dan waktu mengingat kembali (Andeson 1990).

Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu, jadi meskipun seorang siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karena suatu hal minat dan sikap siswa tersebut menjadi sebaliknya maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.

(24)

Sebagai seorang guru / calon guru kita harus dapat mengurangi peristiwa lupa yang sering dialami oleh para siswa bukan mencegahnya, karena lupa itu hal yang manusiawi dan mungkin anda tidak mungkin bisa mencegahnya.

Namun sekedar berusaha mengurangi proses terjadinya lupa yang sering dialami oleh para siswa dapat anda lakukan dengan berbagai kiat diantaranya sebagai berikut:

a. Overlearning (belajar lebih)

Artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu, overlearning terjadi apabila respon atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara diluar kebiasaan, diantara contohnya ialah pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin yang memungkinkan ingatan siswa pada P4 lebih kuat

b. Extra study time ( tambahan waktu belajar)

Ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau frekuensi aktifitas belajar atau juga bisa disebut penambahan jam waktu belajar. Misalnya dari satu jam menjadi satu setengah jam, dari satu kali sehari menjadi dua kali dalam sehari

c. Menemonic device (muslihat memori)

Ialah kiat khusus yang dijadikan alat pengait mental untuk memasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa. Muslihat ini beragam caranya diantaranya ialah dengan bentuk not yang dijadikan sebagai nyanyian anak-anak TK, atau juga dengan singkatan huruf-huruf tau nama-nama istilah yang harus diingat oleh siswa.

2. Yang bersifat afektif (ranah Rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

(25)

tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber, 1988).

Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentan waktu tertentu saja

Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi dan pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan diam ditempat. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motifasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai ketingkat keterampilan berikutnya.

Faktor penyebab dan cara mengatasi kejenuhan belajar

Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya (Chaplin, 1972). Selain itu kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaninya karena bosan dan keletihan. Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.

Menurut Cross dalam bukunya the psychology of learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Keletihan indra siswa

2. Keletihan fisik siswa

(26)

Keletihan fisik dan keletihan indra pada umumnya dapat dikurangi lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, sebaliknya keletiha mental tidak dapat diatasi dengan cara yang mudah, itulah sebabnya keletihan dipandang sebagai faktor utama penyebab utama munculnya kejenuhan belajar.

Sedikitnya ada empat faktor yang menyebabkan keletihan mental siswa. Antara lain:

1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri

2. Karena kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa merasa bosan.

3. Karena siswa berada pada situasi kompetitif yang ketat dan menuntut untuk lebih kerja keras

4. Karena siswa mempercayai konsep kerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarakan ketentuan yang ia buat sendiri.

Selanjutnya, kiat-kiat untuk mengatasi keletihan mental yang menyebabkan kejenuhan belajar antara lain:

1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.

2. Mengubah jadwal belajar yang memungkinkan siswa belajar lebih giat.

3. Mengubah atau menata kembali lingkungan belajar siswa yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih menyenangkan.

(27)

5. Siswa harus berbuat nyata atau tidak pantang menyerah dengan cara belajar dan belajar lagi.

2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Hal ini meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa, faktor ini dapat dibagi tiga macam :

1. Lingkungan keluarga, lingkungan keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan pendidikan karakter anak, di luar faktor pendidikan di sekolah serta lingkungan sosial. Lingkungan keluarga ini, bisa dimulai dari situasi dalam keluarga dan pola pendidikan yang dilakukan. Jika pola pendidikan karakter di tengah keluarga sudah terbangun dengan baik, dengan sendirinya anak akan lebih mudah untuk menerima pendidikan karakter di sekolah. Demikian pula saat anak harus bersinggungan dengan lingkungan sosial. Namun hal ini berbeda jika terjadi kemerosotan dalam hubungan keluarga, baik itu berupa kurang perhatiannya orangtua atau konflik yang sering terjadi dalam lingkungan keluarga sangat mengganggu proses pembelajaran seorang siswa yang masih mencari jati diri yang sesuai dengan karakternya, ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu sangatlah menghambat kesuksesan pendidikannya, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga juga sangat mempengaruhi terbentuknya penerus bangsa yang berpendidikan tinggi.

2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, masyarakat adalah bagian keluarga besar bagi para remaja yang tidak ingin mengetahui keadaan anaknya dan menuntunnya kejalan yang benar jika mereka tersesat, justru seorang anak harus mengetahui dan menjaga keadaannya sendiri dengan berbagai macam karakter anggota keluarga yang berbeda-beda.

(28)

Selain faktor yang bersifat umum diatas ada faktor-faktor lain yang menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor khusus yang dapat dipandang adalah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom (syindrom) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1998) yang menimbulkan kesulitan belajar.

Akan tetapi siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal, bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal Brain Disfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988).

Problematika atau masalah yang bersifat ekstern itu timbul dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Pada usia sekolah menengah peserta didik menginginkan sesuatu kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Mereka ingin selalu diakui sebagai pribadi, ia ingin bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, pada usia ini orang tua tidak terlalu mengekang terhadap kebebasan atau bahkan meniadakan kebebasannya. Jadi, dalam hal ini orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil keputusannya sendiri mengenai hal-hal yang akan dilakukannya.

(29)

Hubungan orang tua dengan anak akan membaik ketika orang tua mulai menyadari bahwa anak-anak mereka bukan anak kecil lagi. Mereka memberi banyak keistimewaan dan sekaligus bertanggung jawab serta prestasi belajar yang lebih baik.

Untuk mengembangkan kepribadian anak secara sempurna maka ada beberapa hal yang harus diterapkan oleh orang tua pada usia sekolah menengah antara lain:

a. Bersikap tidak membedakan

Salah satu cara yang salah yang sering dilakukan oleh orang tua yang membuat anak menjadi jahat adalah sikap membedakan. Sebagian orang tua kadang lebih condong pada anak laki-lakinya dan juga sebaliknya lebih condong pada anak perempuan. Sikap membedakan yang demikian ini akan meninggalkan pengaruh negatif pada kejiwaan anak, pengaruk negatif ini akan terus berkembang seiring dengan perkembangan kedewasaannya yang kemudian akan mengantar anak pada kehancuran bahkan tidak jarang sikap negatif ini menular pada anak cucu mereka.

b. Perhatian dan pengarahan yang baik

Salah satu sarana untuk menghindarkan anak dari sikap jahat adalah dengan pendekatan psikologis, orang tua harus bersikap lebih mengerti pada kondisi anak. Ketika hendak membenarkan sesuatu yang salah pada anak orang tua tidak boleh menggunakan kekerasan dan meluapkan emosi.

(30)

c. Menanamkan taqwa dalam jiwa anak

(31)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas jelas sekali kondisi peserta didik usia seklah menengah masih sangat sangat labil, mereka memerlukan bimbingan orang yang lebih dewasa dan petunjuk mereka atas masalah-masalah yang belum bisa mereka pecahkan, perubahan kondisi peserta didik pada usia sekolah menengah ini banyak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat cultural.

Problematika remaja secara garis besar terdapat dua faktor yaitu faktor intern (dari dalam diri remaja itu sendiri) dan faktor ekstern (dari luar diri). Yang sangat menonjol dari problematika remaja adalah yang berhubungan kultural dan psikososial.

B. Saran

(32)

Daftar Pustaka

Ernest, R.H. Pengantar Psikologi, Erlangga, Jakarta: 1983.

Gunarsa, S. Psikologi Anak Bermasalah, Gunung Mulia, Jakarta:1987. Hurlock, Elisabet B. Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta: 1980. Mazhariri. Pintar Mendidik Anak, Centera, Jakarta: 2000

Rifa’I, S. Psikologi Perkembangan Remaja, Bina Aksara, Bandung: 1984 Susilowindradini. Psikologi Perkembangan, Usaha Nasional, Surabaya: 1980.

Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung:2006 Sunarto.H, Agung Hartono.B, Perkembangan Peserta Didik, PT Rineka Cipta, Jakarta:1999 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, CV Sinar Baru, Bandung:1990

Baharuddin.H, Psikologi Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta: 2007 Danim, Sudarman. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, Eksistensialisme yang ditulis dalam buku ini kiranya tidak hanya akan menambah khasanah berpikir pembaca saja, namun dapat mengantar orang untuk mengenali

Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana sistem pengelolaan PLTS di Dusun Yeh Mampeh agar PLTS dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Metode

Kita ketahui bersama bahwa semua kegiatan yang dilakukan harus mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga dalam melakukan penyembelihan hewan

Untuk tujuan perbandingan, beberapa akun dalam laporan keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2006 telah direklasifikasi agar sesuai penyajiannya dengan

Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,49 persen lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah pekerjaan lapangan meliputi pemetaan karakteristik pantai dan pengukuran profil pantai, serta analisis

Panel juri independen Danamon Award 2008 terdiri dari para individu terkenal dengan latar belakang yang beragam, yaitu; Ade Suwargo Mulyo, Senior Project Manager

1) First Person Shooter (FPS), tipe game ini menjadikan diri kita seolah-olah berada dalam game yang sedang dimainkan atau.. membuat kita seperti aktor utama