• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS FITOPATOLOGI JENIS JAMUR DAN BAKTE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS FITOPATOLOGI JENIS JAMUR DAN BAKTE"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034

KELAS : BIOLOGI A TUGAS : FITOPATOLOGI

JENIS-JENIS JAMUR PATOGEN PADA TUMBUHAN

No Jenis Jamur Kelas Jenis Penyakit

1 Aspergillus sp Eurotiomycetes Nekrosis

2 Botrytis cinerea Leotiomycetes Busuk buah

3 Colletotrichum fragariae Sordariomycetes Busuk buah

4 Diplocarpon earliana Leotiomycetes Daun gosong

5 Fusarium sp Sordariomycetes Bercak daun

6 Marsonina fragariae Leotiomycetes Daun gosong

7 Mycosphaerella fragaria Dothideomycetes Bercak daun

8 Penicillium sp Eurotiomycetes Biji putih

9 Phomopsis obscurans Sordariomycetes Busuk daun

10 Phytophthora cactorum Oomycetes Busuk buah

11 Phytophthora fragariae Oomycetes Empelur merah

12 Plasmodiophora brassicae Plasm odiophorom ycet es Akar gada 13 Plasmopara viticola Oomycetes Bercak daun

14 Pyricularia oryzae Sordariomycetes Busuk leher

15 Ramularia tulasnii Dothideomycetes Bercak daun

16 Rhizoctonia solani Agaricomycetes Bercak daun

17 Rhizopus stolonifer Mucoramycetes Busuk buah

18 Sclerospora graminicola Oomycetes Telinga hijau

19 Uncinula necator Leotiomycetes Penyakit tepung

20 Verticillium alboatrum Sordariomycetes Bercak batang

21 Pythium debaryanum Oomycetes Kecambah busuk

22 Anisolpidium ectocarpi Hyphochyt ridiom ycet es 23 Rhizidiomyces parasiticus Hyphochyt ridiom ycet es 24 Rhizophlyctis sp Hyphochyt ridiom ycet es

(2)

27 Physoderma alfalfae Chyt ridiom ycet es Bisul mahkota pd lucerne 28 Saprolegnia monoica Oom ycet es Hawar pada kentang 29 Phytophthora infestans Oom ycet es Tepung palsu pada anggur 30 Perenosclerospora maydis Oom ycet es Bulai pada jagung

31 Rhizopus oligosporus Zigom ycet es Busuk akar 32 Rhizopus nigricans Zigom ycet es Busuk buah

33 Pilobolus sp Zigom ycet es Busuk buah

34 Ceratocystis fimbriata Ascom ycet es Cairan merah pada kelapa 35 Venturia inaequalis Ascom ycet es Haw ar api (fireblight ) pada apel 36 Claviceps purpurea Ascom ycet es Busuk akar

37 Sclerotinia sclerotiorum Ascom ycet es Busuk buah

38 Xylaria spp Ascom ycet es hawar kastanye

39 Endothia parasitica Ascom ycet es Busuk buah 40 Exobasidium vexans Basidiomycet es Cacar daun teh 41 Fomes lignosus Basidiomycet es Jamur akar putih

42 Ganoderma spp Basidiomycet es Jamur akar coklat/merah 43 Hemileia vastatrix Basidiomycet es Jamur karat kopi

(3)

JENIS-JENIS BAKTERI PATOGEN PADA TUMBUHAN

No Jenis Bakteri Kelas Jenis Penyakit

1 Pseudomonas syringae Gamma

Proteobacteria

2 Xanthomonas campestris Gamma

Proteobacteria Penyakit pada tanaman kubis

3 Xylophilus ampelinus Gamma

Proteobacteria

4 Acidovorax sp Beta Proteobacteria

5 Erwinia carotovora Gamma

Proteobacteria

6 Pantoea stewartii Gamma

Proteobacteria

7 Burkholderia cepacia Beta Proteobacteria

8 Ralstonia solanacearum Beta Proteobacteria

9 Xanthomonas oryzae Gamma

Proteobacteria Bercak pucuk batang padi

10 Agrobacterium tumefaciens Alphaproteobacteria

11 Clavibacter michiganesis Actinobacteria

12 Streptomyces scabies Actinobacteria

13 Pseudomonas solanacearum Beta Proteobacteria Penyakit layu pada famili

terung-terungan

14 Erwinia amylovora Gamma

(4)

1. Jamur Plasmodiophora brassicae

Plasmodiophora brassicae adalah patogen yang berasal dari kingdom fungi yang

biasanya menyerang tanamn kubis-kubisan. Nama lapang dari penyakit yang ditimbulkan

patogen ini adalah penyakit akar gada, atau akar bengkak, atau disebut pula dengan

akar pekuk. Serangan patogen jenis ini bisa dapat mengakibatkan kerugian usaha tani

kubis berkisar dari 50-100% (gagal total). Namun di Indonesia rata-rata patogen ini dapat

menyebabkan kerusakan pada kubis-kubisan sekitar 88,60 %.

Disebut penyakit akar gada, karena akar tanamn yang terserang membengkak

seperti gada. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi akar seperti

translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Akibatnya, tanaman menjadi layu,

kerdil, kering dan akhirnya mati. Jika suatu tanah telah terinfestasi oleh Plasmodiophora

brassicae maka patogen tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budi daya

tanaman kubis (atau sefamili dengannya) didaerah tersebut. Hal ini karena patogen ini

mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah dan

tergolong patogen tular tanah yang unggul.

2. Jamur Aspergillus spp

Aspergillus spp adalah jenis jamur udara yang berserabut. Spesies Aspergillus

sangat aerobik dan ditemukan pada hampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana

mereka umumnya tumbuh sebagai jamur pada permukaan substrat, sebagai akibat dari

ketegangan oksigen tinggi. Aspergillus spp ini hidup sebagai saproba pada

bermacam-macam bahan organik, seperti pada roti, daging yang sudah diolah, butiran padi,

kacang-kacangan dan lain-lain.

Aspergillus spp. membentuk badan spora yang disebut konidium dengan

tangkainya konidiofor. Koloninya berwarna abu – abu, hitam, kuning atau cokelat.

Aspergillus spp. memiliki ciri khas yaitu memiliki sterigma primer dan sterigma sekunder

karena phialidesnya bercabang 2 kali (Robinson, 2001).

Jamur Aspergillus spp termasuk kedalam divisio Ascomycota,

kelas Eurotiomycetes dan family Trichocomaceae. Tanaman yang diserang Jamur

Aspergillus spp. Aspergillus spp. pertama kali dilaporkan di Turki pada tahun 1960, bahwa

kacang tanah yang diimpor dari Brasil tertular berat dan menyebabkan kerugian yang

besar bagi usaha tanaman kacang tanah dan toksinnya pada waktu itu diberi nama

aflatoksin (Swindale 1987). Aspergillus spp. kemudian dilaporkan di banyak negara dan

menjadi kendala terutama dalam kualitas biji-bijian sebagai bahan pangan dan pakan.

(5)

flavus dan A. farasiticus adalah cendawan yang mempunyai kesamaan yang erat dan

menginfeksi biji-bijian dan beberapa jenis tanaman lainnya.

Dari beberapa spesies Aspergillus spp, A. flavus teridentifikasi sebagai penyakit

penting yang menginfeksi biji jagung. Inang utama A. flavus adalah jagung, kacang tanah,

dan kapas. Penyakit ini mempunyai banyak inang alternatif, sekitar 25 jenis tanaman,

khususnya padi, sorgum, dan kacang tunggak (CAB International 2001). Pakki dan Muis

(2006) melaporkan bahwa A. flavus ditemukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman,

serta pascapanen jagung.

Pada jagung, gejala Aspergillus spp. ditandai cendawan berwarna hitam, (spesies

A. niger) dan berwarna hijau (A. flavus). Infeksi A. flavus pada daun menimbulkan gejala

nekrotik, warna tidak normal, bercak melebar dan memanjang, mengikuti arah tulang

daun. Bila terinfeksi berat, dan berwarna coklat kekuningan seperti terbakar. Gejala

penularan pada biji dan tongkol jagung ditandai oleh kumpulan miselia yang menyelimuti

biji.

Hasil penelitian Pakki dan Muis (2006) menunjukkan adanya miselia berwarna

hijau dan beberapa bagian agak coklat kekuningan. Pada klobot tongkol jagung, warna

hitam kecoklatan umumnya menginfeksi bagian ujung klobot, perbedaan warna sangat

jelas terlihat pada klobot tongkol yang muda. Bentuk konidia bulat sampai agak bulat

umumnya menggumpal pada ujung hipa, berdiameter 3-6 µm, sklerotia gelap hitam dan

kemerahan, berdiameter 400-700 µm. Konidia A. flavus dapat ditemukan pada lahan

pertanian. Pada areal pertanaman kapas, A. flavus ditemukan lebih dari 3.400 koloni/g

tanah kering, dan pada area lahan pertanaman jagung 1.231/g tanah kering (Shearer et al.

1992). Keadaan ini menggambarkan bahwa populasi koloni pada media tumbuh jagung

dapat menjadi sumber inokulum awal untuk perkembangannya. Perkembangan sklerotia

dari tanah sampai mencapai rambut jagung hanya dalam tempo 8 hari (Wicklow et al,

1984).

Dari 33 spesies yang telah dilaporkan CAB International tahun 2001, A. flavus

merupakan spesies dominan yang menginfeksi jagung. A. flavus merupakan patogen

utama pada pascapanen jagung dan banyak mendapat perhatian para peneliti mikotoksin di

Indonesia. Patogen ini memproduksi toksin dan menginfeksi komoditas pertanian yang

dikonsumsi manusia maupun ternak. Karakter bionomi A. flavus memberi gambaran

bahwa cendawan tersebut mempunyai daya tular yang tinggi dari pertanaman ke

tempat-tempat penyimpanan.

(6)

Jamur Pyricularia oryzae termasuk kedalam divisio Deuteromycetes, dan family

Moniliaceae. Penyakit blast atau busuk leher merupakan salah satu penyakit yang paling

banyak menyerang padi dan serealia lainnya yang disebabkan oleh serangan jamur

patogen Pyricularia oryzae. Kerugian akibat penyakit blast sulit diperkirakan, namun

kerugiannya selalu signifikan.

Serangan Jamur Pyricularia oryzae menyebabkan bintik-bintik atau luka pada

daun, tangkai, malai, dan biji, tetapi jarang pada pelepah daun. Gejala tersebut seperti

nekrotik. Bercak pada daun berbentuk gelendong dengan bagian tepi berwarna coklat

atau coklat kemerahan, bagian tengah bulat, dan berakhir runcing. Luka berkembang

dengan panjang 1,0 – 1,5 cm dan lebar 0,3 – 0,5 cm. Karakteristik tersebut sangat

berkaitan dengan usia luka, kerentanan tanaman, dan faktor lingkungan. Ketika tangkai

terinfeksi, maka akan menjadi hitam dan busuk. Infeksi terjadi dari dasar malai dan

menyebabkan busuk leher serta menyebabkan malai gugur atau jatuh. Pada infeksi berat,

rachillae sekunder dan biji-bijian juga terpengaruh.

4. Jamur Plasmopara viticola

Jamur Plasmopara viticola termasuk kedalam divisio Heterokontophyta,

kelas Oomycetes dan family Peronosporaceae. Serangan dari jamur Plasmopara viticola

terdapat pada daun yang masih muda. Serangan pada daun berupa bercak-bercak berwarna

kuning kehijauan dipermukaan daun bagian atas dan di bagian permukaan bawahnya

muncul semacam tepung berwarna putih terdiri dari Sporangium dan Sporangiofor. Pada

tunas dan sulur yang terserang akan memperlihatkan tepung putih di bawahnya, sehingga

tidak dapat tumbuh dengan sempurna, produksi turun sampai 70% dalam satu musim.

5. Jamur Pythium deryanum

Jamur Pythium debaryanum termasuk kedalam divisio Heterokontophyta,

kelas Oomycetes dan family Pythiales. Pythium debaryanum merupakan jamur patogen

yang menyebabkan kecambah busuk dan membusuknya akar pada tanaman budidaya (R.

Hesse C. Dalam André dan Cock. 2004). Serangan jamur ini terjadi dibeberapa tanaman

budidaya, diantaranya menyerang daun dan buah tanaman kacang panjang.

6. Jamur Sclerospora graminicola

Jamur Sclerospora graminicola merupakan organisme penyebab penyakit bulu

halus malai Downy mildew. Jamur ini mereproduksi secara aseksual melalui zoospora

dengan cara membebaskan sporangium dan bereproduksi secara seksual melalui Oospora.

Ciri-ciri dari jamur ini sangat bervariasi seperti bereproduksi secara seksual

(7)

timbul terutama melalui proses seksual, heterozigositas dan rekombinasi somatik, mutasi,

dan seleksi. Pergeseran besar dalam patogenisitas terjadi karena perubahan ketahanan

inang dan lingkungan. Jumlah variasi genetik pada populasi jamur patogen mempengaruhi

kemampuannya untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan serta berfluktuasi dan

mempengaruhi ketahanan inang sehingga ketahanan inang akan berubah dan menurun.

Ciri lain dari jamur ini adalah ukuran sporangiospora berkisar antara panjang

150-200μm, diameter 16-20μm dengan cabang utama yaitu spora yang mempunyai diameter

kasar 8-16μm, yang berkerucut lalu bercabang kecil. Sporangium berbentuk oval dan lebar

agak bulat, dengan ukuran panjang dan lebar 13-34μm × 12-23μm. Oospora berbentuk

bulat mendekati oval, berwarna kuning pucat atau kuning-coklat dengan diameter 26-42μm.

Gejala terinfeksi jamur ini pada tanaman adalah sebgai berikut :

1. Perbungaan – malai berubah warna

2. Perbungaan – memutar dan distorsi

3. Daun – terjadi proses nekrotik

4. Daun – warna normal

5. Daun – pertumbuhan jamur

6. Daun – menguning atau mati

7. Akar – lambat laun akan membusuk

8. Batang – perubahan warna kulit batang

Gejala secara keseluruhan pada tanaman yang terinfeksi adalah adanya variasi

yang cukup besar dalam gejala, yang hampir selalu berkembang sebagai akibat dari infeksi

sistemik. Gejala bervariasi sesuai dengan ketahanan inangnya, serta kondisi lapangan atau

lingkungan tempat terjadinya infeksi sistemik ini, biasanya diamati sejak 6 hari setelah

tanam. Gejala sistemik umumnya muncul pada daun kedua, dan sesekali munculnya (jadi

tidak secara bersamaan), dilanjutkan pada semua daun berikutnya dan malai juga

menggambarkan gejala, kecuali dalam kasus-kasus resistensi pemulihan di mana tanaman

dapat mengatasi atau tahan terhadap infeksi tersebut (Singh dan Raja, 1988). Penyakit ini

juga dapat muncul pada daun pertama ketika infeksi sudah parah perkembangannya.

Gejala daun dimulai dengan proses klorosis di dasar lamina daun dan menginfeksi

daun baru berturut-turut serta menunjukkan perkembangan cakupan yang lebih besar

dengan gejala daun. Gejala daun yang terinfeksi, ditandai dengan daerah bagian daun yaitu

basal sakit dan menyebar ke ujung. Dalam kondisi kelembaban tinggi, luas daun terinfeksi

(8)

pada permukaan abaxial dari daun, memberi mereka penampilan berbulu halus pada daun.

Jika gejala terjadi mulai awal, tanaman akan sangat kerdil dan klorosis dan selanjutnya

akan mati, jika gejala yang tertunda, kekerdilan mungkin belum terjadi hal tersebut

dikarenakan beberapa tunas mungkin lolos penyakit.

Tanaman sangat terinfeksi umumnya kerdil dan tidak menghasilkan malai. Istilah

‘Telinga hijau’ berasal dari penampilan malai yang berwarna hijau karena transformasi

bagian bunga ke dalam struktur berdaun. Ini kadang-kadang disebut sebagai virescence

(Arya dan Sharma, 1962). Dalam kasus-kasus tertentu, telinga hijau adalah satu-satunya

manifestasi dari jamur ini. Gejala yang jarang terlihat sebagai lesi lokal atau bintik-bintik

terisolasi pada bilah daun (Saccas, 1954; Girard, 1975). Tempat bervariasi dalam bentuk

dan ukuran dan berada pada klorosis pertama dan menghasilkan sporangia, dan kemudian

menjadi nekrotik.

7. Jamur Penicillium spp

Patogen Penicillium spp. pada biji jagung ditemukan berupa gumpalan miselia

berwarna putih menyelimuti biji, diselingi warna kebiru-biruan. Patogen ini adalah

patogen tular benih yang mempunyai inang utama jagung. Tanaman lain belum dilaporkan

dapat menjadi inangnya, namun dapat menginfeksi tanaman jagung pada fase prapanen

dan pascapanen.

Intensitas penularan pada biji jagung dapat mencapai lebih dari 50% (Handoo dan

Aulakh 1999). Gejalanya ditandai oleh bercak pada kulit ari biji, bila menginfeksi tongkol

secara optimal menyebabkan pembusukan. Pengaruh terhadap kualitas benih adalah

penurunan daya tumbuh. Spesies P. oxalicum memproduksi oxalid acid dan bersifat toksik

terhadap biji.

Penicillium spp. dapat ditularkan melalui biji. Apabila ditanam, biji-biji yang

terinfeksi Penicillium spp. dari lokasi pertanaman dapat menularkan pada pertanaman

selanjutnya. Patogen akan berkembang baik pada suhu < 15 dan akan tertekan

perkembangannnya pada suhu > 25Oc. Penyebaran dalam suatu populasi serangga.

Semakin tinggi populasi serangga, semakin besar intensitas biji terinfeksi Penicillium spp

karena serangga dapat menjadi vektor penyebar perkembangan patogen ini di pertanaman

Referensi

Dokumen terkait

Trichoderma koningii Dan Pemanfaatannya Dalam Pengendalian Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Pada Tanaman Karet.. Pusat Penelitian Sei

Skrining Bakteri Kitinolitik Antagonis terhadap Pertumbuhan Jamur Akar Putih ( Rigidoporus lignosus ) dari Rizosfer Tanaman Karet... Nugroho, PS, 2010, Karakterisasi

Skripsi yang berjudul “Uji Antagonis Bakteri Asal Tanah Terhadap Perkembangan Penyakit Jamur Akar Putih Rigidoporus Lignosus (Klotzsch) Imazeki Di Laboratorium”

Karakterisasi isolat bakteri kitinolitik rizosfir tana- man karet yang antagonis terhadap pertumbuhan jamur akar putih ( Rigidoporus lignosus ) dilakukan berdasarkan morfologi

Pengujian 11 isolat bakteri rizosfer lidah mertua terhadap jamur akar putih (Rigidoporus microporus) menunjukkan terdapat dua isolat yang bersifat antagonis

Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Menggunakan Trichoderma spp..

permukaan akar, pada jamur akar putih rizomorf dapat menjalar bebas dalam tanah, terlepas dari atau kayu yang menjadi sumber

Mekanisme Infeksi Penyakit Busuk Pangkal Batang (G. boninense) Infeksi jamur Ganoderma di lapangan berawal dari adanya persentuhan akar tanaman yang sehat dengan jaringan