PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN
MODEL MAKE A MATCH KELAS IV Sulastri, Sugiyono, Sri Utami.
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email: sulastribujang@gmail.com
Abstrak
The study aims to improve student learning outcomes through the use of Make a match models. The method used in this study is a descriptive method in the form of Classroom Action Research, which is collaborative. Data collection techniques used are direct observation and measurement techniques with the subject of the teacher / researcher and fourth grade students totaling 20 students. The results of this study are: 1) The ability of teachers to plan learning can be said to be good because it has experienced a fairly good increase in each cycle. Cycle I starts with a value of 2.87 with a pretty good category, Cycle II has an increase of 0.54 so the value becomes 3.41 which is in the good category. Whereas in Cycle III also experienced an increase of 0.32 so that the value became 3.73 and entered in a very good category. 2) The ability of teachers to carry out learning cycle I with a value of 2.71 with enough categories, cycle II has an increase of 0.57 value to 3.28 which is in the good category. Whereas Cycle III has increased by 0.33 so the value becomes 3.61 in a good category. 3) Student learning outcomes increase in each cycle. Cycle I percentage of student learning outcomes only 57.50 increased by 11 in the second cycle to 68.50 and in the third cycle increased by 6.40 to 74.90 included in the excellent category.
Keywords: Learning Outcomes, Models Make a match, Citizenship Education.
PENDAHULUAN
Tantangan terbesar dalam pendidikan di Indonesia adalah kemampuan untuk membentuk manusia yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur. Tanpa mengurangi tingkat pendidikan lain, pendidikan dasar merupakan langkah awal bagi pendidikan selanjutnya untuk melanjutkan pendidikan ketahap yang lebih baik.Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib yang harus di pelajari oleh peserta didik di setiap jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan di Indonesia.
Pentingnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) agar membentuk peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia, berguna bagi nusa dan bangsa, serta mampu mengikuti perkembangan IPTEK.
Berdasarkan refleksi diri bahwa hasil belajar PKn, di Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan, Bengkayang masih sangat rendah. Hal tersebut dilihat dari nilai ulangan harian siswa. dari 20 siswa, nilai rata-rata kelas sebesar 45,50. Dari 20 siswa hanya 7 siswa (35%) yang mencapai nilai sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan oleh Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan, Bengkayang yaitu 65.
model Make a Match cukup baik dalam mengatasi masalah yang ada dengan efektif dan efisien. Model Make a Match
merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif dan bahwa “Model Pembelajaran ini siswa diajak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. “Sedangkan menurut Loma Curran (dalam Aris Shoimin 2014: 98) “Model pembelajaran Make a Match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran”. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Make a Match adalah model
pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dimana siswa harus mencari pasangan kartu jawaban dan pertanyan materi pembelajaran tertentu dalam suasana menyenangkan serta bermakna untuk siswa.
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model Make a Match
untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan Kabupaten Bengkayang, 2) Mendeskripsikan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model Make a Match
untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan Kabupaten Bengkayang, 3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan keadaan serta kegiatan secara nyata dan benar yang terjadi di dalam kelas selama proses
pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan berlangsung dengan model pembelajaran Make a match di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan, Bengkayang.
Bentuk penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroo
Action Research). Menurut Kunandar
(2013: 46) “Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksi tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif”. Sedangkan menurut Suhardjono (dalam Muhammad Asrori, 2012:5) berpendapat bahwa “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan yang dilakukan dalam kelas serta bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang memaparkan fakta-fakta yang nyata dan benar apa adanya. Prosedur penelitian meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Tahap Perencanaan
yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Tahap Pelaksanaan
Dari hasil pengamatan maka dapat dilihat tingkat keberhasilan atau tidaknya penerapan model pembelajaran make a
macth. Pengamatan dilakukan oleh
kolaborator terhadap peneliti berupa data untuk mendeskripsikan dan mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga berdampak terhadap perbaikan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa.
Tahap Pengamatan (observasi)
Dari hasil pengamatan maka dapat dilihat tingkat keberhasilan atau tidaknya penerapan model pembelajaran Make a
macth. Pengamatan dilakukan oleh
kolaborator terhadap peneliti berupa data untuk mendeskripsikan dan mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga berdampak terhadap perbaikan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa.
Tahap Refleksi
Refleksi atau Pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Kegiatan ini lebih tepat dikenakan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan, kemudian bersama kolaborator memdiskusikan hal-hal yang telah dilakukan dengan baik dan mana yang belum serta harus kembali mendapat tindakan. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan evaluasi kelebihan dan kelemahan serta tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Subjek penelitian ini adalah seorang guru kelas dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan, Bengkayang yang berjumlah 20 orang, terdiri dari siswa laki-laki 9 orang dan perempuan 11 orang. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan secara kolaborasi, yaitu antara guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan Bengkayang dengan teman
sejawat yaitu Nopa Pajri S.Pd sebagai pengamat.
Menurut Hadari Nawawi (2012: 100) menyatakan bahwa, ada enam dalam penelitian sebagai cara yang dapat ditempuh untuk mengumpulkan data yaitu: “1).Teknik Observasi Langsung, 2) Teknik Observasi Tidak langsung, 3). Teknik Komunikasi Langsung, 4). Teknik Komunikasi Tidak Langsung, 5). Teknik Pengukuran, 6). Teknik/studi Dokumenter”. Sedangkan menurut Sugiyono (2016: 224) “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Dalam skripsi ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Teknik observasi langsung, menurut Hadari Nawawi (2012: 100) menyatakan bahwa, “Teknik Observasi Langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat di mana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi, 2) Teknik pengukuran data menurut Hadari Nawawi (2012: 101) menyatakan bahwa, “Teknik analisisdata adalah cara pengumpulan data untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar sebagai satuan ukur yang relevan.
pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik dianalisis dengan rumus rata-rata sebagai berikut.
X̅ =∑X𝑁
...(1)
keterangan :
𝑋̅= rata-rata
∑𝐗 = jumlah seluruh skor
N = banyaknya subyek (NanaSudjana, 2015: 109).
Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan dilakukan perhitungan sebagai berikut:
P =𝑓𝑛𝑥 100%...(2)
Keterangan:
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Casejumlah frekuensi atau
banyaknya individu
P = Angka persentase
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian tindaka kelas ini dilakukan pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan Bengkayang pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan guru kolaborator Nopa Pajri S.Pd, penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus. Setiap siklus memuat satu kali pertemuan dengan materi “Menunjukan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.”. Penelitian ini adalah hasil dari kolaborasi antara peneliti sebagai guru kelas yang mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode Make
a macth dan guru sebagai pengamat yang
menilai kemampuan peneliti dalam melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model Make a match.
Hasil data penelitian ini disajikan dalam bentuk deskripsi.
Tabel 1. Kemampuan Guru Merancang Pembelajaran Siklus 1
Berdasarkan tabel tersebut di atas, diperoleh kemampuan peneliti dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan model Make a match
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka di peroleh rata – rata 2,87 yang termasuk dalam kategori
rendah. Sedangkan pada pengamatan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model Make a match
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :
No Aspek yang diamati Skor Rata-rata
1. Menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan/indicator
3 2. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media
(alat bantu pembelajaran) dan sumber belajar
2,67 3. Merencanakan skenario/kegiatan pembelajaran 2,76
4. Merancang pengelolaan kelas 2,87
5. Menyiapkan alat penilaian pembelajaran 3
Skor Total 1+2+3+4+5 14,35
Skor Rata-rata : 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
Tabel 2. Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Siklus I
Berdasarkan tabel tersebut, hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Make
a match pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas IV diperoleh skor dengan rata – rata 2,71 dan termasuk kategori rendah. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus I
No Aspek yang diamati Skor Rata-rata
1. Pra Pembelajaran 2,75
2. Kegiatan Inti Pembelajaran 2,79
3. Kegiatan Penutup 2,66
Skor Total 1+2+3 8,14
Skor Rata-rata : 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝟑 2,71
No Nama
Siklus I Nilai
1. JL 90
2. LK 45
3. PR 35
4. FR 45
5. LK 85
6. YH 55
7. KL 45
8. AS 60
9. ND 55
10. PE 75
11. WS 70
12. DL 75
13. DN 50
14. SY 45
15. TR 55
16. KY 60
17. RN 55
18. EZ 60
19. MS 55
20. MS 35
Jumlah 1150
Rata – rata kelas 57,50
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model Make a
match pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan Kabupaten Bengkayang pada siklus I diperoleh pnilai rata-rata sebesar 57,50 persentase siswa yang tuntas adalah 30% yang masuk dalam kategoti rendah. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru 4 April 2018 maka guru dan peneliti sepakat untuk menilai kelebihan dan kekurangan dari penelitian tindakan kelas siklus I.
Kelebihannya adalah Guru sangat bersemangat dalam proses pembelajaran, dan Siswa sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, sedangkan kekurangannya adalah Guru terlalu lama menjelaskan materi sehingga memakan waktu yang lama dalam melaksanakan permainan, Guru masih kesulitan dalam mengkondisikan kelas dikarenakan
siswa terlalu bersemangat mengikuti pembelajaran, siswa masih canggung untuk memasangkan jawaban jika berpasangan dengan lawan jenis, dan Hasil belajar siswa masih rendah dengan rata-rata 57,50 dengan tingkat persentase ketuntasan siswa hanya sebesar 30%, hal ini dikarenakan siswa msih belum terbiasa dan terburu-buru dalam mengerjakan soal evaluasi.
Untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus I, maka peneliti dan guru kolaborator sepakat untuk melaksanakan siklus II. Berikut adalah hasil kemampuan guru dalam merancang pembelajaran tentang materi “Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional”. Dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Kemampuan Guru Merancang Pembelajaran Siklus II
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh hasil kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make
a matchdalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, maka diperoleh rata -rata 3,41 yang termasuk dalam kategori
yang baik. Sedangkan dalam pengamatan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Make a
match dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas IV dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.
No Indikator Skor Rata-rata
1. Menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan/indicator
3 2. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media
(alat bantu pembelajaran) dan sumber belajar
3 3. Merencanakan skenario/kegiatan pembelajaran 3,18
4. Merancang pengelolaan kelas 3,12
5. Menyiapkan alat penilaian pembelajaran 4
Skor Total 1+2+3+4+5 17,05
Skor Rata-rata : 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
Tabel 5. Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Siklus II
Berdasarkan tabel tersebut, hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Make a
macthpada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas IV telah
diperoleh skor dengan rata – rata 3,28 dan termasuk dalam kategori yang baik. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Indikator Skor Rata-rata
1. Pra Pembelajaran 3,25
2. Kegiatan Inti Pembelajaran 3,3
3. Kegiatan Penutup 3,3
Skor Total 1+2+3 9,85
Skor Rata-rata : 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝟑 3,28
No Nama
Siklus II Nilai
1. JL 100
2. LK 55
3. PR 55
4. FR 60
5. LK 95
6. YH 70
7. KL 70
8. AS 75
9. ND 60
10. PE 80
11. WS 75
12. DL 75
13. DN 60
14. SY 35
15. TR 70
16. KY 75
17. RN 70
18. EZ 80
19. MS 55
20. MS 55
Jumlah 1370
Rata – rata kelas 68,5
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model Make a match pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan Kabupaten Bengkayang pada siklus II terdapat persentase siswa nilai rata-rata yang tuntas yaitu 60% yang masuk dalam kategori tinggi. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti Rabu 11 April 2018, maka peneliti dan guru kelas Nopa Pajri S.Pd sepakat untuk menilai kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan pada siklus II.
Kelebihannya adalah guru menunjukan sikap yang sangat ramah dan penuh senyum sehingga membuat siswa merasa sangat dekat dengan guru, siswa sangat antusias dalam mengikuti
pembelajaran dan berdampak pada nilai siswa yang meningkat baik, dan Siswa mulai memahami langkah-langkah permianan model Make a match itu sendiri, sehingga model Make a match
dapat diterapkan dengan cukup baik sedangkan kekurangannya adalah pada saat mengerjakan permainan model Make
a macth masih ada beberapa siswa yang
bertanya dan kebingungan dalam melaksanakannya, masih terdapat murid yang belum tuntas, dan pada kegiatan akhir, guru tidak melakukan refleksi dan memberikan arahan untuk mempelajari materi pelajaran dirumah. Dilanjutkan pada siklus III, berikut adalah hasil kemampuan guru dalam merancang pembelajaran pada siklus III.
Tabel 7. Kemampuan Guru Merancang Pembelajaran Siklus III
Berdasarkan tabel tersebut bahwa kemampuan guru dalam marencanakan pembelajaran dengan menggunakan model Make a match dalam mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan, maka di peroleh rata – rata 3,73 yang termasuk dalam kategori yang sangat baik sekali.
Sedangkan dalam pengamatan terhadap kemampuan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model Make a match
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV, dilaksanakan oleh peneliti yang di bimbing guru kelas Ibu Nopa Pajri S.Pd menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Adapun hasilnya sebagai berikut
Tabel 8. Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Siklus III
No Indikator Skor Rata-rata
1. Menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan/indicator
4 2. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media
(alat bantu pembelajaran) dan sumber belajar
3,8 3. Merencanakan skenario/kegiatan pembelajaran 3,5
4. Merancang pengelolaan kelas 3,3
5. Menyiapkan alat penilaian pembelajaran 4
Skor Total 1+2+3+4+5 18,65
Skor Rata-rata : 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝟓 3,73
No Indikator Skor Rata-rata
1. Pra Pembelajaran 3,5
Berdasarkan tabel tersebut bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Make a match pada mata pelajaran Pendidikan kewarganaegaraan di kelas IV dengan skor rata-rata 3,61. Dan
termasuk dalam kategori yang sangat baik sekali.
Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini tentang hasil belajar siswa siklus III.
Tabel 9. Hasil Belajar Siswa Siklus III
Pembahasan Penelitian
Setelah melakukan penelitian selama 3 siklus pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV yang dilaksanakan oleh peneliti yang diamati
oleh guru kolaborator, dari penelitian selama tiga siklus pertemuan diperoleh rekapitulasi terhadap perencanaan pembelajaran yang telah dimuat kedalam tabel seperti sebagai berikut ini :
3. Kegiatan Penutup 3,66
Skor Total 1+2+3 10,85
Skor Rata-rata : 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝟑 3,61
No Nama
Siklus III Nilai
1. Juliana 100
2. Likus 65
3. Putri 60
4. Fitri 65
5. Lear Karista 100
6. Yustina Heni 80
7. Kelsi 75
8. Aprianus 85
9. Nurdin 70
10. Polius Engki 75
11. Wandi Susanto 85
12. Daniel 80
13. Doni 70
14. Stefanny 55
15. Tiara 70
16. Kesyha 70
17. Ryan 85
18. Elizabeth 75
19. Mariana Sila 70
20. Melda Septiani 60
Jumlah 1498
Rata – rata kelas 74,90
Tabel 10. Rekapitulasi Kemampuan Guru dalam Merancang Pembelajaran Skor
Siklus I Siklus II Siklus III
Skor Total 14,35 17,05 18,65
Skor rata-rata 2,87 3,41 3,73
Hasil observasi menunjukan bahwa perumusan tujuan pembelajaran guru sudah baik dan mengalami peningkatan. Melalui perumusan tujuan pembelajaran guru dapat mengetahui apa saja yanh harus dikuasai oleh siswa. Melalui perumusan tujuan pembelajaran guru dapat memproyeksikan apa yang harus dicapai oleh siswa setelah berakhirnya proses pembelajaran.
Merencanakan kegiatan pembelajaran merupakan suatu kemampuan yang wajib dikuasai guru agar guru mampu menciptakan suasana yang sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai dalam
pembelajaran. Merancang pengelolaan kelas adalah faktor yang harus di lakukan dengan benar agar anak merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Menyiapkan alat penilian adalah hal yang penting dikarenakan penilaian adalah tolak ukuran dalam menentukan kemampuan yang di dapat siswa setelah proses pembelajaran.
Setelah melakukan penelitian selama 3 siklus pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh rekapitulasi terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di bawah ini.
Tabel 11. Rekapitulasi Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Skor
Siklus I Siklus II Siklus III
Skor Total 8,14 9,85 10,85
Skor rata-rata 2,71 3,28 3,61
Hasil observasi kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada kegiatan pra pembelajaran sudah sesuai dengan rancangan dan termasuk dalam kategori yang baik karena terus mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
Guru melakukan langkah – langkah awal yaitu pemeriksaan sampah dan suasana kelas agar kelas menjadi kondusif. Kemudian guru membuka pembelajaran dengan melakukan
apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan baik ditandi dengan meningkatnya skor persiklus. Dalam kegiatan inti pembelajaran guru juga memperbaiki kekurangan – kekuangan yang ada sehingga skor selalu meningkat. Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan penutup juga meningkat di tandai dengan meningkatnya
Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Menggunakan Model Make a match
Skor
Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah 1.150 1.365 1.498
Rata-rata Kelas 57,50 68,50 74,90
Rata-rata Tuntas 30 60 70
Rekapitulasi nilai siswa siklus I rata – rata nilai siswa sebesar 57,50. Jumlah siswa yang tidak tuntas sangat banyak yaitu ada 14 siswa. Sedangkan siswa yang tuntas hanya 6 orang. Selanjutnya pada siklus II rata rata nilai yang di dapat siswa meningkat menjadi 68,50 serta jumlah siswa yang tidak tuntas hanya 9 orang dan yang tuntas sebanyak 11 orang.
Terakhir pada siklus III ini didapatkan nilai rata-rata siswa sebesar 74,90 serta jumlah siswa yang tidak tuntas hanya sedikit yaitu sebanyak 5 siswa dan yang tuntas sebanyak 15 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap siklus mengalami peningkatan pada rata-rata nilai siswa dan jumlah siswa yang tuntas. Mengenai siswa yang masih belum mendapatkan nilai yang baik/belum mencapai nilai KKM, ini merupakan batas kemampuan siswa itu sendiri dan juga guru yang sudah maksimal dalam melakukan penelitian ini agar siswa dapat menguasai materi melalui model yang dilakukan dalam penelitian ini.
Guru sudah melakukan semua upaya yang optimal baik dalam proses perencanaan maupun proses melaksanakan pembelajaran. Kadang siswa yang tidak mendapatkan nilai yang baik juga dipengaruhi faktor dari eksternal dan internal mereka sendiri.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Menggunakan Model Make A Match
Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Sarangan Bengkayang” dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dapat dikatakan baik karena mengalami tiap siklusnya. Siklus I dimulai dengan nilai sebesar 2,87 dengan kategori cukup baik, Siklus II mengalami peningkatan 0,54 sehingga nilainya menjadi 3,41 yang masuk dalam kategori baik. Sedangkan dalam Siklus III juga mengalami peningkatan sebesar 0,32 sehingga nilainya menjadi 3,73 dan masuk dalam kategori yang sangat baik, 2) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat dikatakan sangat baik karena mengalami peningkatan tiap siklusnya. Siklus I dimulai dengan nilai sebesar 2,71 dengan kategori cukup, Siklus II mengalami peningkatan 0,57 sehingga nilainya menjadi 3,28 yang termasuk dalam kategori baik.
Sedangkan dalam Siklus III juga mengalami peningkatan sebesar 0,33 sehingga nilainya menjadi 3,61 dan masuk dalam kategori yang baik, 3) Hasil belajar siswa yang terus meningkat disetiap siklusnya juga meningkat. Pada siklus I persentase hasil belajar siswa sebesar hanya sebesar 57,50 mengalami peningkatan sebesar 11 di siklus II menjadi 68,50 dan pada siklus III meningkat sebesar 6,40 menjadi 74,90 . Yang masuk dalam kategori baik.
Saran
antusias dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model Make a match ini, jadi diharapkan guru kedepannya menggunakan model dan metode pembelajaran yang kreatif dan efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, guru diharapkan melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran agar guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan pada pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga menjadi bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya, dan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Maka dari itu, guru diharapkan dapat menggunakan model Make a match
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kedepannya.
DAFTAR RUJUKAN
Aris Shoimin. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres.
Imas Kurniasih dan Berlin Sani. (2014). Teknik dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Kata Pena. Kunandar. (2013). Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Mohammad Asrori. (2012). Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.
Nana Sudjana. (2015). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian