• Tidak ada hasil yang ditemukan

NIM K5408042 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NIM K5408042 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DI KABUPATEN KEBUMEN

TAHUN 2011

Skripsi

Oleh :

Nurul Sulistiyo Pribadi

NIM K5408042

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DI KABUPATEN KEBUMEN

TAHUN 2011

Oleh :

Nurul Sulistiyo Pribadi

NIM K5408042

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Surakarta, 26 Juni 2012

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd

NIP. 19560420 198303 1 003

Pembimbing II

Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 05 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si ...

Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si., M.Si ...

Anggota I : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ...

Anggota II : Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd ...

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

a.n Dekan

Pembantu Dekan 1,

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Nurul Sulistiyo Pribadi. ANALISIS LAYANAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.

Tujuan Penelitian adalah (1) Mengetahui pola sebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011 (2) Mengetahui Tingkat Ketersediaan Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas) di Kabupaten Kebumen Tahun 2011 (3) Mengetahui kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi dengan metode survei. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Kebumen. Teknik Pengambilan sampel dengan menggunakan Disproportionate Stratified Random Sampling yaitu berdasarkan strata dari (akreditasi) sekolah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis dokumentasi dan Observasi. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui layanan sekolah dengan analisis peta dan analisis sarana prasarana.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Nurul Sulistiyo Pribadi. AN ANALYSIS ON JUNIOR HIGH SCHOOLS’ SERVICE IN KEBUMEN REGENCY IN 2011. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, June 2012.

The objectives of research are (1) to find out the spread pattern of Junior High Schools in Kebumen Regency in 2011, (2) to find out the Availability Level of Junior High Schools (Classroom) in Kebumen Regency in 2011, and (3) to find out the condition of Junior High Schools’ infrastructure service in Kebumen Regency in 2011.

The research method used was a descriptive one with survey method. The population of research was all Public Junior High Schools and Madrasah Tsanawiyah Negeri (Public Islamic School) in Kebumen Regency. The sampling technique used was Disproportionate Stratified Random Sampling based on the strata of school accreditation. Technique of collecting data used was documentation and observation analysis. Technique of analyzing data used was map and infrastructure analyses to find out the school’s service.

(7)

commit to user

vii MOTTO

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau

menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau

harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila

dibelanjakan.

(Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat

suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya

ia dengan kemajuan selangkah pun.

(Bung Karno)

Apa yang kamu pikirkan tentang esok hari, itulah yang akan terjadi.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Ibu dan Bapakku tercinta, terimakasih atas segala doa yang engkau panjatkan, dan

setiap pengorbanan yang engkau berikan padaku.

Kedua adikku Irfan dan Fais.

Sahabatku Dewi, Eren, Mayang, Lintang, Rina, dan Ambar,

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh,

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, taufiq, dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

Dalam menyusun skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, maka dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ijin melaksanakan penelitian.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

3. Bapak Dr. Gamal Rindarjono, MSi, Ketua Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ijin melaksanakan penelitian.

4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah

berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah

berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Ibu Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc, selaku Pembimbing Akademis yang

telah memberikan motivasi, saran serta bekal ilmu yang bermanfaat bagi

penulis.

7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberi bekal

(10)

commit to user

x

8. Pimpinan dan Staf Kesbanglinmas Kabupaten Kebumen, Pimpinan dan Staf

Bappeda Kabupaten Kebumen, Pimpinan dan Staf Dinas Pendidikan dan

Olahraga Kabupaten Kebumen, yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian.

9. Kepala Sekolah, guru, dan karyawan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah

Tsanawiyah yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian.

10.Sahabat Geografi 2008, terimakasih atas kebersamaan selama ini, semoga

persahabatan kita tetap terjalin.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan

ikhlas membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada

kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis terima dengan

senang hati demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap tulisan ini

dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh.

Surakarta, 5 Juli 2012

Penulis,

Nurul Sulistiyo Pribadi

K5408042

(11)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN…... viii

KATA PENGANTAR... ix

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

(12)

commit to user

xii

2.Distribusi Spasial... 13

3.Layanan Pendidikan... 16

4.Tingkat Ketersediaan Sarana Pendidikan... 17

5.Sarana dan Prasarana Pendidikan... 18

B. Penelitian yang Relevan... 26

1. Siti Sulaeha (2004)... 26

2. Alindasari Nurhidayah(2009)... 26

3. Diah Erni Ekawati(2010)... 27

C. Kerangka Berfikir... 33

BAB III METODE PENELITIAN…... 36

A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian…... 1. Tempat Penelitian... 2. Waktu Penelitian ... 36 36 36 B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 37

C. Sumber Data Penelitian... 37

1. Data Primer…………... 37

2. Data Sekunder... 38

D. Teknik Pengumpulan Data... 39

1. Analisis Dokumentasi... 39

2. Observasi……... 39

E. Populasi dan Taknik Sampling... 1.Populasi Penelitian... 1. Analisis Tetangga Terdekat... 41

2. Analisis Penyediaan Fasilitas Pendidikan...

3. Analisis Sarana dan Prasarana Sekolah...

H. Prosedur Penelitian...

1.Tahap Penulisan Proposal Penelitian...

2.Tahap Penyusunan Intrumen Penelitian...

42

43

45

45

(13)

commit to user

a. Letak Astronomis... 48

b. Letak Administratif…... 48 a. Jumlah dan Persebaran Penduduk... 52

b. Kepadatan Penduduk... 54

c. Komposisi Penduduk... 56

1) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 2) Komposisi Penduduk Menurut Umur... 3) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 56 59 60 4) Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian…... 63

1. Pola Sebaran Sekolah Menengah Pertama………... 63

a. Sebaran Sekolah………....………... 63

b. Pola Sebaran Sekolah... 65

2. Tingkat Ketersediaan Fasilitas Sekolah Menengah Pertama... a. Jumlah dan Persebaran Gedung Sekolah... b. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas... c. Perhitungan Kebutuhan Ruang Kelas... 69 69 70 71 3. Kondisi Layanan Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama... 82

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 86

A. Kesimpulan…... 86

B. Implikasi…... 87

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR PUSTAKA…... 88

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian yang Relevan...….………... 29

Tabel 2. Rancangan Waktu Penelitian...…….. 36

Tabel 3. Klasifikasi Layanan Sarana dan Prasarana Sekolah... 44

Tabel 4. Luas Daerah Kabupaten Kebumen………... 50

Tabel 5. Jumlah dan Penyebaran Penduduk Kabupaten Kebumen Tahun 2010... 53 Tabel 6. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk... 54

Tabel 7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Kebumen Tahun 2010... 55

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan

di Kabupaten Kebumen Tahun 2010...………...

58

Tabel 9. Komposisi Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur

di Kabupaten Kebumen Tahun 2010...

59

Tabel 10. Komposisi Penduduk 5 Tahun ke atas Menurut Tingkat

Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Kebumen Tahun

2010...…...

60

Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

Kabupaten Kebumen Tahun 2010...………...

61

Tabel 14. Persebaran SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen Tahun

2011...

69

Tabel 15. Jumlah dan Persebaran Ruang Kelas SMPN/MTsN di

Kabupaten Kebumen Tahun 2011...………

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir... 35

Gambar 2.

Gambar 3.

Continuum Nilai nearest neighbor statistic T... Diagram Alur Penelitian...

42

(17)

commit to user

xvii DAFTAR PETA

Peta 1. Administrasi Kabupaten Kebumen Tahun 2011………... 49

Peta 2. Persebaran SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen Tahun

2011...……...

64

Peta 3. Pola Persebaran SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen

Tahun 2011...

66

Peta 4. Kecukupan Ruang Kelas APK Kabupaten Kebumen

Tahun 2011...

76

Peta 5.

Peta 6.

Kecukupan Ruang Kelas APM Kabupaten Kebumen

Tahun 2011...

Tingkat Sarana Prasarana SMPN/MTsN Kabupaten

Kebumen Tahun 2011...

81

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Persebaran SMPN/MTsN Kabupaten Kebumen Tahun 2011

2. Jarak Terdekat Antar Sekolah di Kabupaten Kebumen Tahun 2011

3. Analisis Kebutuhan Ruang Kelas Berdasarkan Angka Partisipasi Kasar

Penduduk Kabupaten Kebumen Tahun 2010

4. Analisis Kebutuhan Ruang Kelas Berdasarkan Angka Partisipasi

Murni Kabupaten Kebumen Tahun 2011

5. Data Akreditasi SMP/MTs Negeri di Kabupaten Kebumen

Tahun 2011

6. Penilaian Sarana dan Prasarana SMPN/MTsN di Kabupaten Kebumen

Tahun 2011

7. Intrumen Penelitian

8. Tabel Rekapitulasi Perhitungan Sarana dan Prasarana

9. Foto Penelitian

(19)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan simbol kemajuan suatu bangsa, semakin baik

kualitas pendidikan maka semakin maju pula bangsa tersebut. Pendidikan

merupakan kebutuhan mutlak dan sangat penting bagi kemajuan tiap umat

manusia, pendidikan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu secara hakiki,

pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya

pembangunan manusia. Menurut Dronkers (2010:1) disebutkan bahwa

Education is one of the pillars of modern societies. That makes education and its quality such as alient topic, not only in the eyes of policy makers, but even more in the eyes of parents. International indicators of the quality of education, schools, teachers, etc., have become important tools for the decisions of both parents and public policy makers. More knowledge about the actual quality differences in education and their causes with reference to international standards and comparison has become vital f or policy makers and multinational firms to guide their decisions. (http://ebook30.com/study/others/256250/quality-and-inequality-of-

ducation-cross-national-perspectives.html)

Pendidikan mempunyai peranan yang vital, karena pendidikan merupakan salah

satu pilar dari kehidupan masyarakat modern. Seseorang yang pendidikannya

masih di bawah, bisa dipastikan kehidupannya jauh kurang lebih baik bila

dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi. Dengan

pendidikan yang tinggi orang akan lebih mudah di dalam mendapatkan pekerjaan.

Upaya – upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya

diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri, karena

pendidikan merupakan hak tiap warga negara. Pemberian layanan pendidikan

kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggungjawab bersama

antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Oleh karena itu manajemen dalam

pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, dan

diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang luas bagi warga masyarakat

(20)

commit to user

Permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan sudah diatur di dalam

Undang – Undang Dasar 1945 alinea keempat, selanjutnya dalam batang tubuh

UUD 1945, hal yang berhubungan dengan pendidikan ini diatur dalam bab XIII,

pasal 31, yang menerangkan bahwa (1) Tiap – tiap warga negara berhak

mendapatkan pengajaran, (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan

dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Di dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal V

menerangkan bahwa (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama

untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, (2) Warga negara yang memiliki

kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh

pendidikan khusus, (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang

serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan

khusus, (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus, (5) Setiap warga negara

berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Pasal

VI yang menerangkan (1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai

dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, (2) Setiap warga

negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan

pendidikan.

Tujuan dari pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3). Untuk meningkatkan kualitas

pendidikan nasional perlu adanya pemerataan pendidikan di semua lapisan

kalangan masyarakat. Pemerataan pendidikan mempunyai arti memberikan

kesempatan kepada semua anak yang masih dalam tahap usia sekolah untuk

menikmati pendidikan. Dalam arti pemerataan yang lebih luas semua anak usia

(21)

commit to user

pendidikan dari tingkat Taman Kanak – Kanak sampai dengan jenjang yang

paling tinggi yaitu Perguruan Tinggi. Pendidikan Dasar merupakan jenjang

pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan Dasar

berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain

yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (Undang – Undang No. 20

Tahun 2003 Pasal 17). Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang

pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar

(atau sederajat). Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun,

mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga

2003/2004, sekolah ini pernah disebut Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

(http://www.kemdiknas.go.id/peserta-didik/sekolah-menengah-pertama.aspx).

Fasilitas sarana dan prasarana sekolah merupakan faktor penunjang

keberhasilan proses belajar mengajar (pembelajaran). Proses pembelajaran akan

berhasil dengan baik ditentukan oleh keberadaan dan kelengkapan fasilitas

penunjang di sekolah. Sarana dan prasarana di setiap sekolah akan berbeda antara

sekolah yang satu dengan sekolah yang lain. Dalam lampiran Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 dicantumkan tentang standar sarana

dan prasarana minimal yang mengatur tentang sarana dan prasarana minimal yang

harus ada di sekolah. Setiap sekolah harus memiliki sarana dan prasarana minimal

yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah

(SMA/MA)

Kabupaten Kebumen tergolong atau masuk ke dalam golongan daerah

yang masih tertinggal di dalam bidang pendidikan dibandingkan dengan daerah –

daerah lainnya, menduduki peringkat ke 33 dari 35 kabupaten di Jawa Tengah.

Menurut data Kebumen dalam angka tahun 2010, disebutkan bahwa Kabupaten

Kebumen sebanyak 29,17% tidak tamat SD, 43,77% hanya tamat SD, 15,40 %

(22)

commit to user

daerah pedesaan yang masih terbatas, menyebabkan sulitnya anak – anak untuk

mengakses layanan pendidikan. Selain itu kualitas pendidikan masih rendah dan

belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut

disebabkan oleh ketersediaan pendidik yang belum memadai baik secara kuantitas

dan kualitas, kesejahteraan pendidik yang masih rendah, fasilitas belajar belum

mencukupi, dan biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai.

(http://www.kebumenkab.go.id/data/renstra/renstra_dinaspdk.pdf ).

Salah satu upaya peningkatan pelayanan pendidikan kepada masyarakat

ialah dengan mengkaji persebaran lokasi pendidikan di Kabupaten Kebumen.

Penyebaran lokasi pendidikan berkaitan erat dengan perluasan kesempatan

pendidikan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat, selain hambatan

ekonomi, jarak juga menjadi salah satu kendala bagi masyarakat yang hendak

melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Penyediaan fasilitas

pendidikan yang memadai menjadi tanggungjawab pemerintah, dengan

membangun sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah

hingga perguruan tinggi. Pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs). Pendidikan menengah meliputi Sekolah Menengah Atas

(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Pendidikan tinggi merupakan jenjang

pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi / pendidikan tinggi. Penyajian data sekolah yang terdapat dalam

Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kebumen masih dalam bentuk tabel,

sehingga sebaran sekolah hanya bisa dilihat dalam bentuk tabel.

Cakupan pendidikan sangat luas, sehingga dalam penelitian akan dibatasi

pada pendidikan dasar yaitu SMPN dan MTsN yang ada di Kabupaten Kebumen.

Berdasarkan data dari Dinas Dikpora Kabupaten Kebumen tahun 2011 terdapat 57

SMPN dan 7 MTsN yang tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Kebumen.

Jumlah sekolah terbanyak terdapat di Kecamatan Kebumen yaitu 9 sekolah

(23)

commit to user

Kecamatan Bonorowo tidak terdapat sekolah SMPN/MTsN dengan jumlah

penduduk 20.126 jiwa, sehingga pelayanan pendidikan di Kecamatan Bonorowo

masih belum mencukupi dari kebutuhan sekolah minimal yang dibutuhkan.

Peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan di atas untuk dijadikan

topik penelitian, yang diarahkan untuk menganalisis layanan SMP/MTs di

Kabupaten Kebumen. Penggunaan media peta dipilih karena penyajian data

dengan menggunakan media peta lebih mudah dipahami dibandingkan penyajian

data dengan tulisan. Penelitian ini akan menganalisis sebaran fasilitas pendidikan

dan mengevaluasi layanan sekolah. Layanan sekolah terbagi menjadi dua yaitu

ketersediaan sekolah yang didasarkan dengan jumlah penduduk usia sekolah di

lingkungan tersebut dan layanan sarana prasarana sekolah itu sendiri. Analisis

terhadap sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

didasarkan pada pedoman standar pelayanan minimal sekolah yang tercantum

pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007,

sehingga akan diperoleh data tentang layanan sarana dan prasarana masing –

masing sekolah. Dari latar belakang di atas maka diangkatlah penelitian dengan

judul “Analisis Layanan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen

Tahun 2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasi

permasalahan antara lain :

1. Penyajian data sekolah masih dalam bentuk tabel atau grafik sementara

distribusi spasial sekolah belum ditampilkan, oleh karena itu diperlukan

penyajian data dengan menggunakan peta agar distribusi spasial sekolah

dapat ditampilkan.

2. Persebaran SMP/MTs baik negeri maupun swasta yang tidak merata di

Kabupaten Kebumen.

3. Kualitas pendidikan di Kabupaten Kebumen yang masih rendah menduduki

peringkat 33 dari 35 provinsi yang ada.

(24)

commit to user

5. Sarana dan prasarana yang belum memadai seperti ruang belajar,

laboratorium, perpustakaan, dll.

6. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam mendukung ketersediaan fasilitas

pendidikan masih belum maksimal, khususnya dana yang harusnya 20% dari

APBD.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang diteliti oleh peneliti adalah SMP/MTs Negeri yang ada

di Kabupaten Kebumen dengan fokus masalah :

1. Ruang lingkup yang akan diteliti adalah persebaran gedung SMPN/MTsN

dan bagaimana pola sebarannya yang digambarkan dan dianalis dalam bentuk

peta.

2. Ketersediaan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen

3. Layanan sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

Kabupaten Kebumen.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola sebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen

tahun 2011?

2. Bagaimana tingkat ketersediaan Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas)

di Kabupaten Kebumen tahun 2011?

3. Bagaimana kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama

di Kabupaten Kebumen tahun 2011?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sangat penting karena dengan ini dapat diketahui tingkat

keberhasilan dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui pola sebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen

(25)

commit to user

2. Mengetahui tingkat ketersediaan Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas)

di Kabupaten Kebumen tahun 2011

4. Mengetahui kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah Menengah

Pertama di Kabupaten Kebumen tahun 2011

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh

di bangku kuliah berupa teori – teori yang kemudian diaplikasikan dengan

kenyataan yang sesungguhnya di lapangan. Bermanfaat dalam membantu

memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan, khususnya masalah

penyediaan fasilitas sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama yang

memenuhi standar pelayanan minimum dan dapat dipakai sebagai acuan

pengembangan penelitian yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Lembaga / Sekolah

1) Memberikan informasi tentang kondisi sarana dan prasarana pendidikan di

suatu sekolah.

2) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan dalam

pengelolaan pendidikan.

b. MGMP

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumber belajar (learning resources) geografi untuk kelas XII, pada kompetensi dasar kemampuan menerapkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kajian geografi dengan

materi pokok Sistem Informasi Geografi (SIG).

c. Penulis

Untuk menerapkan pengetahuan yang didapat di bangku kuliah dengan

(26)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat (UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003). Menurut Ki Hajar

Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi

pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup

yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan

masyarakatnya. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pendidikan adalah

usaha secara sadar dan terencana untuk memajukan budi pekerti, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh peserta didik yang selaras

dengan alam dan masyarakat.

a. Jenjang Pendidikan

Menurut pasal 1 butir 8 Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 Jenjang

pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang

dikembangkan. Jenjang pendidikan di dalam jalur pendidikan sekolah terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Menurut pasal 17

butir 1 dan 2 Undang – Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan dasar merupakan

jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan

dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk

lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Sementara itu pendidikan

menengah menurut pasal 18 adalah merupakan lanjutan pendidikan dasar serta

(27)

commit to user

kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya

dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam

dunia kerja atau pendidikan tinggi, pendidikan menengah berbentuk Sekolah

Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Pasal 19 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa

pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan menengah yang mencakup

program pendidikan Diploma (D1, D2, D3, D4), Sarjana, Magister, Spesialis, dan

Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi.

b. Jalur Pendidikan

Menurut Pasal 1 butir 7 Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta

didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan. Philip H. Copmbs seorang ahli perencanaan

pendidikan dalam Vembriarto (1984:22) mengklasifikasikan bentuk-bentuk

pendidikan menjadi 3 golongan yaitu:

1) Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari

pengalaman sehari-hari dengan sadar ataupun tidak sadar sejak seseorang

lahir sampai mati, di dalam keluarga dalam pekerjaan atau pergaulan

sehari-hari.

2) Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah yang teratur

bertingkat dan mengikuti peraturan-peraturan yang jelas dan ketat.

3) Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar

(28)

commit to user

Pasal 13 butir 1 Undang – Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, menjelaskan tentang jalur pendidikan terdiri atas pendidikan

formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Kemudian dijelaskan dalam pasal 1 butir 11,12, dan 13 sebagai berikut :

1) Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

a) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk

lain yang sederajat.

b) Pendidikan Menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan

menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan

menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah

Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

c) Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

2) Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal

diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan berfungsi

sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi

mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan

(29)

commit to user

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan

anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,

pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan

kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga

kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,

majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan

diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,

ketrampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,

mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat

dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses

penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

3) Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang berlangsung dalam

keluarga dan lingkungan masyarakat. Kegiatan pendidikan informal dilakukan

oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil

pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal

setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Pendidikan yang mencakup tiga kriteria pendidikan formal, non formal,

dan informal diatas keberadaannya sangat penting, menurut Undang–Undang

Pendidikan Tahun 2003 dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 32 dijelaskan

mengenai jenis pendidikan yang mencakup 3 kriteria pendidikan di atas, antara

lain:

a) Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang

pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur

(30)

commit to user

pada jalur formal berbentuk Taman Kanak – Kanak (TK), Raudhotul Athfal

(RA), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini ini pada jalur pendidikan informal

berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh

lingkungan.

b) Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang

diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemeritah non departemen.

Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan

informal.

c) Pendidikan Keagamaan.

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau

kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan

mengamalkan nilai – nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli ilmu

agama. Pendidikan keagamaan diselenggarakan melalui jalur pendidikan

formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk

pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, dan bentuk lain yang sejenis.

d) Pendidikan Jarak Jauh

Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan

pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti

pendidikan secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh

diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan, yang

didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang

menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

e) Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena

(31)

commit to user

kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan layanan khusus merupakan

pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,

masyarakat adat yang terpencil.

2. Distribusi Spasial

Analisis keruangan dalam studi Geografi terdapat 9 (sembilan) tema

analisis yaitu analisis pola keruangan (spatial pattern analysis), analisis struktur keruangan (spatial structure analysis), analisis proses keruangan (spatial process analysis), analisis interaksi keruangan (spatial interaction analysis), analisis organisasi/sistem keruangan (spatial organization/spatial system analysis), analisis asosiasi keruangan (spatial association analysis), analisis komparasi keruangan (spatial comparison analysis), analisis kecenderungan keruangan (spatial tendency trend analysis), dan analisis sinergisme keruangan (spatial synergism analysis). Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang

akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisis

keruangan tema yang digunakan ialah analisis pola keruangan (spatial pattern analysis). Data yang dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari: data titik (point data) dan data bidang (areal data).

Data lokasi berupa titik ( point data ) diperoleh dengan plotting menggunakan alat Global Positioning System (GPS). GPS dalam International Journal of Future Generation Communication and Networking (2011:38) sebagai

berikut :

Global Positioning System (GPS) is a technology introduced to track by the United States of Defense (DoD), for spaced-based positioning, navigation, and timing system. It its currently working on 24 satellites, located at various locations and collaborate with several ground monitoring stations.

(sersc.org/journals/IJFGCN/vol4_no2/4.pdf)

Melalui penggunaan GPS akan diketahui lokasi absolut dari masing – masing

sekolah, kemudian akan diperoleh persebaran yang berupa titik-titik. Untuk

(32)

commit to user

menggunakan metode analisis tetangga terdekat. Menurut Swain (1978) dalam

Martono (1996:1), “pola adalah suatu yang mempunyai karakter spasial atau geometri dalam dua dimensi “.

Metode analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbourhood Analysis)

merupakan perangkat analisis untuk mengidentifikasikan pola permukiman secara

kuantitatif, tetapi ada perkembangannya analisis tersebut dapat pula digunakan

untuk menilai pola penyebaran pemukiman lain, seperti balai kesehatan, gedung

pendidikan, genangan air, pusat pelayanan pemerintah, dan pusat perbelanjaan.

Langkah– langkah dalam menggunakan analisa tetangga terdekat sebagai berikut :

a. Tentukan batas wilayah yang akan diselidiki.

b. Ubahlah pola penyebaran pemukiman seperti yang terdapat dalam peta

topografi menjadi pola penyebaran titik.

c. Berikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara analisanya.

d. Ukurlah jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan

titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran

jarak tersebut.

e. Hitunglah besar parameter tetangga terdekat (Nearest Neigbour Statistic)

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai parameter tetangga terdekat

(Bintarto, 1982:75) adalah sebagai berikut :

Jh Ju

T

Dimana :

T = Indeks penyebaran tetangga terdekat

Ju = Jarak yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang

terdekat.

Jh = Jarak rata – rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai

pola random = p 2

(33)

commit to user

P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik

(N) dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A),

sehingga menjadi A N

Penerapan perhitungan dengan analisis tetangga terdekat mendasarkan

pada analisis jarak dengan bantuan peta. Pada rumus tersebut jarak yang dimaksud

adalah jarak pada peta, sehingga Ju dan Jh didapat dari pengukuran antara titik

sekolah menengah pertama yang satu dengan sekolah menengah pertama yang

lain dalam satu peta. Setelah diketahui nilai indeks tetangga terdekat kemudian

nilai indeks tresebut dimasukkan pada klasifikasi pola persebaran. Berikut pola

persebaran menurut Bintarto dan Surastopo (1982: 76) :

T = 0 T = 1,0 T = 2,15

M

e

n

M

Mengelompok Random Seragam

Nilai T berkisar antara 0 sampai 2,15. Jika T = 0, pola persebarannya

dikatakan mengelompok. Jika T = 1 pola persebarannya dikatakan acak. Bila T =

2,15 persebarannya dikatakan seragam. Kategori Indeks Persebaran (T) :

I = Nilai T dari 0 – 0,7 adalah pola bergerombol (cluster pattern),

II = Nilai T dari 0,7 – 1,4 adalah pola tersebar tidak merata (random pattern),

(34)

commit to user

3. Layanan Pendidikan

Layanan ialah pemenuhan kepuasan yang dilakukan oleh pemberi jasa

kepada yang memakai jasa. Layanan pendidikan berkaitan dengan kualitas atau

mutu, mutu adalah berkaitan dengan baik buruk suatu benda; kadar; atau derajat

misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya. Secara umum kualitas atau

mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang

menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau

tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,

proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi

menurut Danim (2005 : 53) diantaranya :

a. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumberdaya manusia, seperti

kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa.

b. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga,

buku – buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain – lain.

c. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat

lunak, seperti peraturan, struktur organisasi, dan deskripsi kerja.

d. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi,

motivasi, ketekunan, dan cita – cita.

Menurut Engkoswara dalam Suyata (1996 : 4) “kriteria kualitas sekolah

dilihat dari tiga sisi, yaitu prestasi, suasana, dan ekonomi”. Menurut Sallis dalam

Suyata (1996 : 4) “mutu pendidikan/sekolah yaitu standar hasil dan pelayanan, dan standar kustomer atau konsumen”.

Suryosubroto dalam Ismail (2008 : 2), dijelaskan mengenai pendidikan yang

bermutu.

(35)

commit to user

Dalam penyelenggaraan pendidikan harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan

memperhatikan segala persyaratan mengenai standar pelayanan yang telah

ditetapkan guna tercapai layanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas.

4. Tingkat Ketersediaan Sarana Pendidikan

Pengukuran tingkat ketersediaan sarana pendidikan di dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan jumlah ruang kelas di Kabupaten Kebumen.

Penggunaan pendekatan ruang kelas digunakan untuk melihat kondisi tingkat

ketercukupan ruang kelas di suatu daerah dengan penduduk usia 13 – 15 Tahun

yang diasumsikan pada usia tersebut menempuh Pendidikan Dasar yaitu

SMP/MTs. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun, baik itu penduduk yang

menempuh pendidikan dan penduduk yang tidak menempuh pendidikan dibagi

dengan 32 siswa menghasilkan kebutuhan ruang kelas dalam suatu wilayah.

Perhitungan kebutuhan ruang kelas sebagai berikut :

Kebutuhan Ruang Kelas = Jumlah Penduduk Usia 13-15 Tahun 32

Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001 dimodifikasi

Angka Parstisipasi Kasar (APK) atau Gross Enrollment Rate (GER) adalah angka yang menunjukkan jumlah siswa suatu sekolah dibandingkan

dengan 100 penduduk usia sekolah itu.

Rumus :

APK = Jumlah Siswa Suatu Sekolah X 100% Jumlah Penduduk Usia Sekolah

Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001

Angka Partisipasi Murni (APM) atau Net Enrollment Rate (NER) adalah angka yang menunjukkan jumlah siswa usia sekolah di suatu sekolah dengan 100

(36)

commit to user

Rumus :

APM = Jumlah Siswa Usia Sekolah Suatu Sekolah X 100% Jumlah Penduduk Usia Sekolah

Sumber : Kepmen No.053/V/2001 19 April 2001

5. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Definisi sarana menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 24 Tahun 2007 adalah perlengkapan yang diperlukan untuk

menyelenggarakan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah yang meliputi

meubiler, meubiler perpustakaan, buku teks pelajaran, buku referensi, alat peraga,

alat-alat laboratorium dan alat-alat praktik. Sedangkan prasarana adalah

fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi satuan pendidikan

yang meliputi ketersediaan lahan, bangunan gedung, ruang kelas,

perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha,

tempat ibadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban,

gudang, ruang sirkulasi serta tempat bermain/berolahraga.

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun

2007. Standar mencakup sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan

SMA/MA. Ketentuan yang diatur dalam standar ini meliputi satuan: satuan

pendidikan, luasan lahan, bangunan gedung, prasarana dan sarana yang

harus dimiliki fasilitas pendidikan beserta ketentuannya.

Penyediaan fasilitas pendidikan merupakan upaya pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam Lampiran

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007, tentang standar

sarana dan prasarana tercantum standar sarana dan prasarana Sekolah

(37)

commit to user

a. Satuan Pendidikan

1) Satu SMP/MTs memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum

24 rombongan belajar.

2) Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 2000

jiwa.

3) Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan

rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar

lebih dari 24 dilakukan pembangunan SMP/MTs baru.

4) Satu kecamatan dilayani oleh minimum satu SMP/MTs yang dapat

menampung semua lulusan SD/MI di kecamatan tersebut.

5) Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak

penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SMP/MTs dalam jarak

tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6 km melalui

lintasan yang tidak membahayakan.

b. Kelengkapan prasarana dan sarana

Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:

1) ruang kelas,

2) ruang perpustakaan,

3) ruang laboratorium IPA,

4) ruang pimpinan,

5) ruang guru,

6) ruang tata usaha,

7) tempat beribadah,

8) ruang konseling,

9) ruang UKS,

10)ruang organisasi kesiswaan,

11)jamban,

12)gudang,

13)ruang sirkulasi,

(38)

commit to user

Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di

setiap ruang diatur dalam standar tiap ruang sebagai berikut.

a) Ruang Kelas

(1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek

yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus

yang mudah dihadirkan.

(2) Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

(3) Kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.

(4) Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2 /peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang

kelas 30 m2 . Lebar minimum ruang kelas 5 m.

(5) Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang

memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar

ruangan.

(6) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru

dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan

baik saat tidak digunakan.

b) Ruang perpustakaan

Perpustakaan adalah salah satu alat yang vital dalam setiap program

pendidikan, pengajaran dan penelitian (research) bagi setiap lembaga

pendidikan dan ilmu pengetahuan (Noerhayati, 1987: 01). Lampiran Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Standar Sarana dan

Prasarana Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) :

(1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan

guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan

membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas

mengelola perpustakaan.

(2) Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas.

(39)

commit to user

(4) Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang

memadai untuk membaca buku.

(5) Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai

c) Ruang Laboratorium IPA

(1) Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya

kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan

khusus.

(2) Ruang laboratorium IPA dapat menampung minimum satu rombongan

belajar.

(3) Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas

minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2 . Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m.

(4) Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi

pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek

percobaan.

(5) Tersedia air bersih.

Untuk menghitung jumlah petugas laboran yang dibutuhkan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

9 RB

Laboran

Sumber : Kepmendiknas Nomor 053/U/2001 tanggal 19 April 2001

d) Ruang Pimpinan

(1) Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan

pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua

murid, unsur komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya.

(2) Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.

(3) Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci

(40)

commit to user

e) Ruang Guru

(1) Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta

menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.

(2) Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 48 m2. (3) Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar

lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

f) Ruang Tata Usaha

(1) Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk

mengerjakan administrasi sekolah.

(2) Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas dan luas minimum

16m2.

(3) Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar

lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.

g) Tempat Beribadah

(1) Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah melakukan

ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.

(2) Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap satuan pendidikan,

dengan luas minimum 12 m2.

h) Ruang Konseling

(1) Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan

layanan konseling dari konselor berkaitan pengembangan pribadi, sosial,

belajar, dan karier.

(2) Luas minimum ruang konseling 9m2.

(3) Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin

(41)

commit to user

i) Ruang UKS

(1) Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik

yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.

(2) Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling

(3) Luas minimum ruang UKS 12 m2.

j) Ruang Organisasi Kesiswaan

(1) Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan

kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan.

(2) Luas minimum ruang organisasi kesiswaan 9 m2.

k) Jamban

(1) Jamban berfungsi sebagi tempat buang air besar dan/ atau kecil.

(2) Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit

jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk

guru. Banyak minimum jamban di setiap sekolah 3 unit.

(3) Luas minimum 1 unit jamban 2m2.

(4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.

(5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

l) Gudang

(1) Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan pembelajaran di

luar kelas, tempat menyimpan sementara peralatan sekolah yang

tidak/belum berfungsi di satuan pendidikan, dan tempat menyimpan arsip

sekolah yang telah berusia lebih dari 5 tahun.

(2) Luas minimum gudang 21 m2. (3) Gudang dapat dikunci.

m) Ruang sirkulasi

(1) Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar

(42)

commit to user

kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran,

terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan

tersebut berlangsung di halaman sekolah.

(2) Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan

ruang-ruang di dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas

total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi

minimum 2,5 m.

(3) Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan

baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

(4) Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi

pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.

(5) Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan

panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.

(6) Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat

tidak lebih dari 25 m.

(7) Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar

anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh

dengan tinggi 85-90 cm.

(8) Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes

dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.

(9) Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaan yang

cukup.

n) Tempat bermain/berolahraga

(1) Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,

pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

(2) Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari

334, luas minimum tempat bermain/berolahraga 1000 m2. Di dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 30 m x

(43)

commit to user

(3) Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami

pohon penghijauan.

(4) Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu

proses pembelajaran di kelas.

(5) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.

(6) Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase

baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang

mengganggu kegiatan olahraga.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Siti Sulaeha (2004) Analisis Pertumbuhan Penduduk Dan Penyediaan

Fasilitas Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Menes

Kabupaten Pandeglang Tahun 2003-2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui : (1) pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Menes Kabupaten

Pandeglang pada tahun 2003-2013, (2) Mengetahui penyediaan fasilitas

pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Menes

Kabupaten Pandeglang pada tahun 2003-2013. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) Tingkat

pertumbuhan penduduk usia 13-15 tahun di Kecamatan Menes sebesar

1,13%. Tingkat pertumbuhan penduduk paling tinggi terdapat di Desa

Sukasari yaitu sebesar 5,03% sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk

paling rendah terdapat di desa Menes yaitu -7,93%. (2) penduduk usia 13-15

tahun di Kecamatan Menes tersebar di 15 desa, jumlah penduduk paling

tinggi terdapat di Desa Purwaraja sebanyak 512 anak dan paling rendah di

desa Kadupayung hanya 117 anak. Pada tahun 2013 yang akan datang jumlah

penduduk usia 13-15 tahun di Kecamatan Menes bertambah menjadi 4.026

anak. (3) Gedung SLTP dan MTs di Kecamatan Menes tersebar di 6 desa, dan

(44)

commit to user

berjumlah 305 orang dan tersebar di 13 sekolah. (5) Kelas yang ada di

Kecamatan Menes untuk SLTP dan MTs berjumlah 108 kelas dan tersebar di

13 sekolah.

2. Alindasari Nurhidayah (2009), Pemetaan Rumah Tinggal Dosen Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS)

Surakarta Tahun 2007. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Memetakan

rumah dosen FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun

2007, (2) Mengetahui pola persebaran perumahan dosen FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2007, (3) Mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pola persebaran perumahan dosen FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif geografis. Teknik sampling yang digunakan adalah populasi,

dan stratified random sampling (sampel acak terstratifikasi) dengan rumus

alokasi proporsional. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

peta, teknik analisis parameter tetangga terdekat dan analisis tabel silang.

Hasil penelitian ini adalah : (1) Persebaran rumah dosen FKIP UNS

Surakarta tahun 2007 sebagian besar tersebar di Kota Surakarta dan

Kabupaten Karanganyar sejumlah 112 rumah dosen (32%). Berturut-turut

besar jumlah dosen di Kabupaten Sukoharjo sejumlah 79 rumah dosen

(22%), di Kabupaten Klaten sejumlah 17 rumah dosen (5%), di Kabupaten

Boyolali sejumlah 13 rumah dosen (4%), di Kabupaten Sragen sejumlah

11 rumah dosen (3%), dan di Kabupaten Wonogiri sejumlah 6 rumah

dosen (2%). (2) Pola persebaran rumah dosen FKIP UNS Surakarta

tahun 2007 adalah mengelompok dengan nilai T = 0,31917. Rumah

dosen FKIP UNS Surakarta mengelompok di Kota Surakarta dan

Kabupaten Karanganyar. (3) Faktor yang mempengaruhi pola persebaran

rumah dosen adalah : (a) Tingkat pendapatan, (b) Transportasi, (c) Perbedaan

keinginan, (d) Hak milik pribadi, dan (e) Kedekatan dengan

(45)

commit to user

3. Diah Erni Ekawati (2010) Analisis Spasial Sarana Kesehatan Di Wilayah

Gombong Kabupaten Kebumen Tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini : (1)

untuk memetakan sarana kesehatan Eks Kawedanan Gombong Kabupaten

Kebumen 2010, (2) untuk mengetahui tingkat aksesibilitas sarana kesehatan

Eks Kawedanan Gombong Kabupaten Kebumen Tahun 2010, (3) untuk

mengetahui interaksi wilayah sarana kesehatan Eks Kawedanan Kabupaten

Kebumen tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode Analisis data

sekunder dan analisis peta. Hasil dari penelitian ini : (1) sarana kesehatan eks

Kawedanan Gombong berjumlah 114 unit, distribusi paling banyak di

Kecamatan Gombong 38 unit dan paling sedikit di Kecamatan Rowokele, (2)

tingkat aksesibilitas tertinggi di Kecamatan Gombong yaitu 36,87583 dan

terendah di Kecamatan Rowokele 4,646259 , (3) Interaksi wilayah dibedakan

menjadi 3, pertama prediksi gerakan penduduk dalam mendatangi puskesmas

yaitu hampirsama di masing – masing kecamatan, kedua prediksi gerakan penduduk dalam mendatangi praktek dokter, paling banyak di Kecamatn

Gombong yaitu 115.190 pasien (49,83%), dan paling sedikit di Kecamatan

Rowokele 5.007 pasien (2,17%), ketiga prediksi gerakan penduduk dalam mendatangi Rumah Sakit di Kecamatan Gombong sebanyak 194.308 jiwa

(70,75%) dan di Buayan 80.329 (29,25%).

4. Nurul Sulistiyo Pribadi (2011) Analisis Layanan Sarana dan Prasarana

Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011. Tujuan dari

penelitian ini adalah (1) Mengetahui pola sebaran Sekolah Menengah Pertama

di Kabupaten Kebumen Tahun 2011 (2) Mengetahui Tingkat Ketersediaan

Sekolah Menengah Pertama (Ruang Kelas) di Kabupaten Kebumen Tahun

2011 (3) Mengetahui kondisi layanan sarana dan prasarana Sekolah

Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011. Penelitian ini

menggunakan metode deskripsi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Madrasah Tsanawiyah Negeri di

Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian ini adalah : (1) pola sebaran acak

(46)

commit to user

Kecamatan Kebumen dengan jumlah SMPN/MTsN sebanyak 9 sekolah

(14,06%) dan terdapat kecamatan yang belum memiliki sekolah negeri yaitu

Kecamatan Bonorowo. (2) Tingkat ketersediaannya adalah jumlah ruang

kelas yang terdapat di Kabupaten Kebumen sebanyak 1.212 ruang,

perhitungan kebutuhan ruang kelas dengan APK di Kabupaten Kebumen

sejumlah 2.612 ruang, masih kekurangan 1.400 ruang kelas. Perhitungan

dengan APM di Kabupaten Kebumen kebutuhan ruang kelas sejumlah 1.282

ruang, masih kekurangan 70 ruang kelas. (3) Tingkat layanan sarana dan

prasarana dari beberapa sekolah sampel diperoleh hasil 3 kategori yaitu

rendah, sedang, dan tinggi. Sekolah dengan layanan sarana dan prasarana

rendah yaitu SMP N 1 Sadang, SMP N 2 Satu Atap Poncowarno, SMP N 3

Satu Atap Karangsambung, SMP N 3 Satu Atap Sempor, dan SMP N 2 Satu

Atap Alian. Dan terdapat sekolah dengan akreditasi A yang layanan sarana

dan prasarana sedang yaitu SMPN 1 Petanahan, SMP N 1 Karanggayam,

SMP N 1 Klirong, SMP N 1 Kuwarasan, SMP N 1 Karangsambung, SMP N

(47)

Tabel 1. Penelitian Yang Relevan Pertama di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Tahun 2003-2013

 pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Pertama di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang pada tahun 2003-2013

Deskripsi Kualitatif

 Tingkat pertumbuhan penduduk usia 13-15 tahun di Kecamatan Menes sebesar 1,13%. Tingkat pertumbuhan penduduk paling tinggi terdapat di Desa Sukasari yaitu sebesar 5,03% sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk paling rendah terdapat di desa Menes yaitu -7,93%.

 penduduk usia 13-15 tahun di

Kecamatan Menes tersebar di 15 desa, jumlah penduduk paling tinggi

terdapat di Desa Purwaraja sebanyak 512 anak dan paling rendah di desa Kadupayung hanya 117 anak. Pada tahun 2013 yang akan datang jumlah penduduk usia 13-15 tahun di

Kecamatan Menes bertambah menjadi 4.026 anak.

 Gedung SLTP dan MTS di Kecamatan Menes tersebar di 6 desa, dan belum merata.

 Guru SLTP dan MTS yang ada di Kecamatan Menes berjumlah 305 orang dan tersebar di 13 sekolah.

(48)
(49)

3. Diah Erni Ekawati

 untuk mengetahui tingkat aksesibilitas sarana interaksi wilayah sarana kesehatan Eks

 sarana kesehatan eks Kawedanan Gombong berjumlah 114 unit, distribusi paling banyak di Kecamatan Gombong 38 unit dan paling sedikit di Kecamatan Rowokele,

 tingkat aksesibilitas tertinggi di Kecamatan Gombong yaitu 36,87583 dan terendah di Kecamatan Rowokele 4,646259 ,

 Interaksi wilayah dibedakan menjadi

3, pertama prediksi gerakan penduduk

(50)

4. Nurul Sulistiyo Pribadi (peneliti)

Analisis Layanan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen Tahun 2011

 Mengetahui pola sebaran Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kebumen tahun 2011. Kabupaten Kebumen adalah acak

(random), nilai T=0,.

Gambar

Gambar 3. Diagram Alur Penelitian..................................................
Tabel Rekapitulasi Perhitungan Sarana dan Prasarana
Tabel 1. Penelitian Yang Relevan
Tabel 2. Rancangan Waktu Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial (masyarakat) dan. menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang untuk memperbaiki

sahabt MQ/ Siswa SMA Negeri 9 Yogyarkta -Yondi Handitya-/ yang mengadu ke LBH Yogyaakarta karena dinyatakan tidak lulus padahal nilai akademisnya mencukupi/ ternyata

Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Seni Tari Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas Vii Di Smp Negeri 1 Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya.. Universitas

dialihaksarakan/ bahkan sudah diterjemahkan// Namun/ menurut penuturan Drs Slamet Riyadi, APU/ Koordinator Fungsional Balai Bahasa/ ada satu manuskrip yang sudah hancur dan tidak

Gangguan-gangguan (interference) pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil