BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Limbah Industri
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis
(Kristanto, 2013). Menurut Palar (2004), limbah industri adalah semua jenis
bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil samping suatu proses
perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi
lingkungan hidup dan manusia.
2.2 Klasifikasi Limbah Industri
Menurut Setiawan (2015), berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan,
limbah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair dan gas.Limbah yang
dihasilkan dari proses atau kegiatan industri antara lain:
1. Limbah padat
Limbah padat industri menurut Kristanto (2013) secara garis besar
diklasifikasikan menjadi limbah padat yang mudah terbakar, limbah padat yang
tidak mudah terbakar, limbah padat yang mudah membusuk, debu, lumpur, dan
limbah yang dapat di daur ulang.PLTU menghasilkan sisa pembakaran berupa
limbah padat abu dasar (
bottom ash
) dan abu terbang (
fly ash
) (Lestiani, dkk,
2010). Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah :
a. Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun) diantaranya lumpur,
tangan, dan sebagainya.
b. Limbah padat B3 (bahan berbahaya dan beracun) diantaranya bahan radioaktif,
bahan kimia,
toner catridge
, minyak, dan sebagainya (Marbun, 2008).
Menurut PP No. 18 tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan beracun,
disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain. Limbah yang termasuk sebagai limbah B3 apabila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut :
a.
mudah meledak
b.
mudah terbakar
c.
bersifat reaktif
d.
beracun
e.
menyebabkan infeksi dan
f.
bersifat korosif
2. Limbah cair
Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam
air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair industri adalah
bahan kimia, hasil pelarut, air bekas produksi, oli bekas, dll (Setiawan, 2015).
Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara dapat
operasi, sisa atau bekas minyak berupa oli bekas dan ceceran minyak (Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup, 2007).
3. Limbah gas
Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas (Setiawan,
2015). Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan
bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat
yang tidak kita perlukan. (Sumantri, 2013). Jenis bahan pencemar yang paling
sering dijumpai ialah karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO
2), sulfur
dioksida (SO
2), komponen organik terutama hidrokarbon, dan substansi partikel
(Darmono, 2001).
Limbah gas dan partikel adalah limbah yang dibuang ke udara. Jenis
industri yang menjadi sumber pencemaran udara (Kristanto, 2013) yaitu : industri
besi dan baja, industri semen, industri kendaraan bermotor, industri pupuk,
industri aluminium, industri pembangkit tenaga listrik, industri kertas, industri
kilang minyak, dan industri pertambangan.
2.3 Defenisi Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang
mengandalkan energi dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit
listrik ini menggunakan bahan bakar batubara, minyak atau gas sebagai sumber
energi primer (Marsudi, 2005).
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), merupakan salah satu andalan
pembangkit tenaga listrik yang merupakan jantung untuk kegiatan industri. Salah
batubara ini adalah batubara sebagai bahan bakar utama harus disediakan dengan
kualifikasi tertentu untuk jangka waktu lama (Sukandarrumidi, 2006).
Prinsip kerja PLTU batubara secara umum adalah sebagai berikut
(Nursyahid, 2013):
Gambar 1. Prinsip Kerja PLTU
Keterangan gambar :
1.
Cooling tower
15. Penampung batubara
2.
Cooling water pump
16. Pemecah batubara
3.
Transimission line 3 phase
17. Tabung Boiler
4.
Transformer 3-phase
18. Penampung abu batubara
5. Generator Listrik 3-
phase
19. Pemanas
6.
Low pressure turbine
20.
Forced draught fan
7.
Boiler feed pump
21
. Preheater
8.
Condenser
22.
combustion air intake
9.
Intermediate pressure turbine
23. Economizer
10.
Steam governor valve
24.
Air preheater
11.
High pressure turbine
25.
Precipitator
12
. Deaerator
26.
Induced air fan
13.
Feed heater
27. Cerobong
Prinsip kerja :
1. Batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara dengan
conveyor
(14)
kemudian dihancurkan dengan
thepulverized fuel mill
(16) sehingga menjadi
tepung batubara.
2. Kemudian batubara halus tersebut dicampur dengan udara panas(24) oleh
forced draught fan
(20) sehingga menjadi campuran udara panas dan bahan
bakar (batu bara).
3. Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batu bara
disemprotkan kedalam boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti
semburan api.
4. Kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada dinding boiler, air
tersebut akan dimasak dan menjadi uap, dan uap tersebut dialirkan ke tabung
boiler(17) untuk memisahkan uap dari air yang terbawa.
5. Selanjutnya uap dialirkan ke
superheater
(19) untuk melipatgandakan suhu
dan tekanan uap hingga mencapai suhu 570°C dan tekanan sekitar 200 bar
yang meyebabkan pipa ikut berpijar merah.
6. Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi ini, menjadi sumber tenaga turbin
tekanan tinggi(11) yang merupakan turbin tingkat pertama dari 3 tingkatan.
7. Untuk mengatur turbin agar mencapai
set point
, kita dapat menyeting steam
governor valve
(10) secara manual maupun otomatis.
8. Suhu dan tekanan uap yang keluar dari turbin tekanan tinggi (11) akan sangat
berkurang drastis, untuk itu uap ini dialirkan kembali ke boiler
reheater
(21)
9. Uap yang sudah dipanaskan kembali tersebut digunakan sebagai penggerak
turbin tingkat kedua atau disebut turbin tekanan sedang (9), dan keluarannya
langsung digunakan untuk menggerakkan turbin tingkat 3 atau turbin tekanan
rendah (6).
10. Uap keluaran dari turbin tingkat 3 mempunyai suhu sedikit diatas titik didih,
sehingga perlu dialirkan ke
condensor
(8) agar menjadi air untuk dimasak
ulang.
11. Air tersebut kemudian dialirkan melalui
deaerator
(12) oleh
feed pump
(7)
untuk dimasak ulang. Awalnya dipanaskan di
feed heater
(13) yang panasnya
bersumber dari
high pressureset
, kemudian ke
economizer
(23) sebelum
dikembalikan ke tabung boiler (17).
12. Air pendingin dari condensor akan disemprotkan kedalam
cooling tower
(1) ,
dan inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada
cooling tower
.
kemudian air yang sudah agak dingin dipompa balik ke
condensor
sebagai air
pendingin ulang.
13. Ketiga turbin di gabung dengan
shaft
yang sama dengan
generator 3
phase
(5). Generator ini kemudian membangkitkan listrik tegangan menengah
(20-25kV).
14. Dengan menggunakan
transformer 3phase
(4) , tegangan dinaikkan menjadi
tegangan tinggi berkisar 250-500 kV yang kemudian dialirkan ke sistem
15. Sedangkan gas buang dari boiler diisap oleh kipas pengisap(26) agar
melewati
electrostatic precipitator
(25) untuk mengurangi polusi dan
kemudian gas yang sudah disaring akan dibuang melalui cerobong(27).
2.4 Limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Batubara dan minyak merupakan bahan bakar utama untuk menghasilkan
tenaga listrik. Banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan bahan bakar
tersebut, yaitu biayanya relatif murah dan mudah didapatkan karena produknya
berlimpah. Di lain pihak, batubara ini dapat menimbulkan masalah serius dalam
lingkungan (Darmono, 2001).
2.4.1 Limbah Padat PLTU
2.4.1.1 Sumber Limbah Padat
Sumber limbah padat yang dihasilkan dari pengoperasian PLTU batubara
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (2007) :
a.
selama penampungan dan pemindahan batubara menghasilkan debu batubara,
b.
sisa pembakaran batubara yang terbawa bersama-sama gas buang
menghasilkan abu terbang (
fly ash
),
c.
sisa pembakaran batubara yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran,
menghasilkan abu dasar (
bottom ash
),
d.
di dasar kolam pengendapan, air larian permukaan, lapangan penumpukan
batubara, dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya terkumpul
2.4.1.2 Karakteristrik Limbah Padat
PLTU berbahan bakar batubara biasanya menghasilkan limbah padat
dalam bentuk abu. Abu batubara yang merupakan limbah dari proses pembangkit
tenaga listrik tersebut dapat berupa abu terbang, abu dasar dan lumpur
flue gas
desulfurization
(Samijo, 2010). Limbah B3 yang dihasilkan oleh pembangkit
antara lain :
fly ash, bottom ash
,
sludge cake
(lumpur dari IPAL), oli bekas , bahan
terkontaminasi,
glasswool
, serta limbah laboratorium yang berupa botol kemasan
bahan kimia dan bahan kimia kadaluwarsa (Sprint Consultan, 2014).
Jumlah abu batubara yang dihasilkan per hari dapat mencapai 500 - 1000
ton (Samijo, 2010). Partikulat debu melayang (fly ash) merupakan campuran yang
sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar di udara
dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan
maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu
yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam
tubuh manusia melalui saluran pernafasan (Pasaribu, 2010).
2.4.1.3 Pengolahan Limbah Padat
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut:
1.
Pemisahan
Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran dan
kandungan bahan tertentu. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
a. Sistem Balistik : pemisahan cara ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran
b. Sistem Gravitasi : pemisahan dilakukan berdasarkan gaya beratnya,
misalnya terhadap bahan yang terapung dan bahan yang tenggelam dalam
air yang karena gravitasi akan mengendap.
c. Sistem Magnetis : bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada
magnet yang terdapat pada peralatan sedangkan yang tidak mempunyai akan
langsung terpisah.
2.
Penyusutan Ukuran
Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih homogen
sehingga mempermudah pemberian perlakuan terhadap pengolahan berikutnya,
dengan maksud antara lain :
a.
Ukuran bahan menjadi lebih kecil
b.
Volume bahan lebih kecil
c.
Berat dan volume bahan lebih kecil
3.
Pengomposan, bahan kimia yang terdapat di dalam limbah diuraikan secara
biokoimia.
4.