• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Bank - Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Ba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Bank - Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Ba"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Bank

Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu Negara sehingga kemajuan sesuatu bank disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara tersebut. Bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.

(2)

melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpundan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Febryani dan Zulfadin, 2003).

Berdasarkan UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, terdapat dua jenis bank, yaitu:

1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannnya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakasanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank umum adalah bank yang kegiatan usahanya menghimpun dana berupa simpanan dalam bentuk giro dan deposito, rekening koran, dan juga memberikan kredit jangka pendek. Untuk Indonesia sendiri, bank umum disebut juga dengan bank komersial yang terdiri dari bank pemerintah, bank swasta nasional, dan bank swasta asing (Triasdini, 2010).

2.1.2Kredit

(3)

Menurut Undang-Undang yang tertera dalam pasal 1 ayat 11 UU No.10/1998 tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibakan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “credere” yang mempunyai arti kepercayaan kreditur terhadap debitur yang artinya bahwa kreditur percaya bahwa debitur akan mengembalikan dana yang telah dipinjam beserta bunga yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak yang bekerja sama.Sedangkan Dendawijaya (2003) mengemukakan bahwa dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%- 90% dari seluruh dana yang dikelola bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari kegiatan usaha bank. Selain itu bank dalam melakukan kegiatan pemberian kredit tentu harus memperhatikan dengan baik calon nasabah yang akan menjadi penerima kredit, nasabah tersebut tentu harus dapat dipercaya.

Analisis kredit perlu dilakukan bank untuk menguji kelayakan pinjaman yang nantinya akan diberikan. Analisis kredit tentu akan sangat berguna bagi bank sebagai salah satu langkah dalam mencegah kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan tentu saja bank sudah memiliki langkah-langkah dalam penyelamatan kredit. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian fasilitas kredit terdapat berbagai unsur yang terkadung di dalamnya antara lain (Kasmir, 2011):

1. Kepercayaan

Kepercayaan yaitu keyakinan bank sebagai pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan kepada nasabah akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.

(4)

Kesepakatan ini terjadi antara pihak pemberi kredit dan penerima kredit yang dituangkan dan ditandatangani dalam suatu perjanjian yang berisi hak dan kewajiban masing-masingpihak. 3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berupa jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang.

4. Risiko

Semakin panjang jangka waktu suatu kredit maka akan semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Risiko ini akan menjadi tanggungan perusahaan, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.

5. Balas jasa

Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit. Bagi bank konvensional bunga dan biaya administrasi kredit merupakan keuntungan yang diterima bank sebagai balas jasa dalam memberikan fasilitas kredit.

2.1.2.1 Tujuan Kredit

Keuntungan utama dalam bisnis perbankan sebagian besar berasal dari pemberian kredit, maka dapat dikatakan bahwa pemberian kredit dapat menjadi salah satu cara dalam mencapai tujuan perbankan. Menurut Kasmir (2011) tujuan utama dalam pemberian kredit adalah

(5)

2. Untuk meningkatkan usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja, sehingga nasabah dapat mengembangkan usahanya.

3. Untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan pembangunan di berbagai sektor.Keuntungan lain yang didapatkan pemerintah dalam pemberian kredit oleh perbankan adalah sebagai berikut :

a. Penerimaan pajak yang diterima dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

b. Menciptakan kesempatan kerja, dimana kredit yang diperuntukkan bagi pembentukan usaha baru atau perluasan usaha baru tentu akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat memberikan peluang bagi pencari kerja dan mengurangi pengangguran.

c. Meningkatkan devisa negara terutama bagi produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

d. Menghemat devisa negara terutama bagi produk-produk yang sebelumnya diimpor. Jadi dengan fasilitas kredit dapat memproduksi produk tersebut di dalam negeri tentu akan menghemat devisa negara.

e. Meningkatkan jumlah barang dan jasa karena kredit yang disalurkan tentu dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang terdapat di masyarakat.

2.1.2.2 Fungsi Kredit

Adapun fungsi kredit menurut Kasmir (2011) adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan daya guna uang

(6)

2. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan untuk mengolah barang yang sebelumnya tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

3. Untuk meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus peredaran barang dari suatu wilayah ke wilayah lain dan dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar.

4. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu - lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan melalui kredit akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lain. Sehingga jika suatu daerah kekurangan uang dengan mendapatkan kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

5. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Dengan menerima kredit, nasabah akan bergairah untuk membuka atau memperluas usahanya.

6. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara debitur dan kreditur, sehingga akan meningkatkan kerja sama pada bidang lainnya.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan meningkatkan pemerataan pendapatan di masyarakat.

8. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

(7)

2.1.2.3 Jenis – jenis Kredit

Beragam jenis usaha, menyebabkan pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah. Bank umum dan bank perkreditan rakyat memberikan berbagai jenis kredit kepada masyarakat. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :(Kasmir,2011)

1.Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi,

yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk investasi produktif seperti keperluan perluasan usaha atau membangun proyek. Kredit ini biasanya digunakan untuk jangka waktu yang relatif lama.

b. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja ini diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif

(8)

b. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit Perdagangan

Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas dan perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya untuk tanaman padi atau jagung.

b. Kredit Jangka Menengah

Kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.

c. Kredit Jangka Panjang

(9)

seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. Dalam prakteknya, bank dapat pula hanyamengklasifikasikan kredit menjadi hanya jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka waktu maksimal 1 tahun dianggap jangka pendek dan di atas 1 tahun dianggap jangka panjang.

4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud, tidak berwujud dan jaminan orang. Jadi, setiap kredit yang diberikan akan dilindungi senilai jaminan yangdiberikan si calon debitur.

b. Kredit Tanpa Jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau namabaik si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian

Kredit Pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian, sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b. Kredit Peternakan

(10)

c. Kredit Industri

Kredit Industri merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah dan industri besar.

d. Kredit Pertambangan

Kredit Pertambangan merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas atau minyak. e. Kredit Pendidikan

Kredit Pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa.

f. Kredit Profesi

Kredit Profesi merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan professional seperti dosen, pengacara dan dokter.

g. Kredit Perumahan

Kredit Perumahan merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang

h. Dan sektor-sektor lainnya.

(11)

terhadap calon nasabah yang akan menerima fasilitas kredit. Bank dapat melakukan analisis 5C dan 7P terhadap debitur (penerima kredit) sebagai uji kelayakan kredit.

Analisis 5C merupakan salah satu cara dalam mengurangi risiko kredit dengan melakukan analisa secara mendalam terhadap calon nasabah yang akan diberikan kredit. Adapun prinsip 5C adalah sebagai berikut :

a. Character (watak atau kepribadian)

Character merupakan salah satu pertimbangan terpenting dalam memutuskan pemberian kredit. Bank harus yakin bahwa peminjam mempunyai tingkah laku yang baik dan bersedia melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan. Dan untuk mengetahui watak debitur ini tidaklah semudah yang dibayangkan, terutama untuk debitur yang barupertama kali. b. Capacity (kemampuan)

Pihak bank harus mengetahui dengan pasti kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya karena menentukan besar kecilnya pendapatan atau penghasilan perusahaan di masa yang akan dating

c. Capital (Modal)

Prinsip ini menitikberatkan pada aspek permodalan calon nasabah yang menyangkut berapa banyak dan bagaimana struktur modal yang dimiliki oleh calon debitur. Yang dimaksud dengan struktur permodalan di sini adalah tingkat likuiditas modal yang telah ada, apakah dalam bentuk uang tunai, harta yang mudah diuangkan, atau benda lain seperti bangunan. d. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)

(12)

e. Collateral (Jaminan atau Agunan)

Jaminan atau agunan merupakan harta benda milik debitur atau pihak ketiga yang diikat sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk menyelesaikan hutangnya sesuai dengan perjanjian kredit. Dalam hal ini jaminan tersebut mempunyai dua fungsi yaitu pertama, sebagai pembayaran hutang seandainya debitur tidak mampu membayar dengan jalan menguangkan atau menjual jaminan tersebut. Kedua, sebagai akibat dari fungsi pertama ialah sebagai faktor penentu jumlah kredit yang diberikan.

Prinsip 7P adalah sebagai berikut : a. Party (golongan)

Maksud dari prinsip ini adalah bank menggolongkan calon debitur ke dalam kelompok tertentu menurut character, capacity, dan capitalnya.

b. Purpose (tujuan)

Maksud dari tujuan di sini adalah tujuan pengamatan kredit yang diajukan, apa tujuan yang sebenarnya dari kredit tersebut, apakah mempunyai aspek sosial yang positif dan luas atau tidak. Dan bank masih harus meneliti apakah kredit yangdiberikan digunakan sesuai tujuan semula.

c. Payment (sumber pembiayaan)

(13)

d. Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan)

Keuntungan di sini maksudnya bukanlah keuntungan yang dicapai oleh debitur semata melainkan juga kemungkinan keuntungan yang diterima oleh bank jika kredit yang diberikan terhadap kreditur tertentu dibanding debitur lain atau dibanding tidak memberikan kredit e. Protection (perlindungan)

Perlindungan maksudnya adalah untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak terduga maka untuk melindungi kredit yang diberikan antara lain adalah dengan meminta jaminan dari krediturnya.

f. Personality

Penilaian akan kepribadian, tingkah laku keseharian, maupun masa lalu nasabah. Selain itu meliputi pula sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah. g. Prospect

Penilaian akan prospek usaha nasabah di masa datang akan menguntungkan atau tidak. Jika usaha yang difasilitasi kredit tidak memilki prosek tentu saja akan merugikan kedua pihak baik bank dan nasabah.

2.2 FAKTOR FAKTOR YANG MEPENGARUHI PENYALURAN KREDIT 2.2.1 Dana Pihak Ketiga

(14)

Dana- dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) (Dendawijaya, 2003). Dana pihak ketiga terdiri atas beberapa jenis,yaitu :

a. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya.

b. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas deposito yang penrikannya dapat dilakukan setiap saat. Jenis depositopun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat, deposito dan deposit on call.

c. Simpanan Giro

(15)

2.2.2 Loan to Deposit Ratio (LDR)

(16)

Indonesia, yaitu pada kisaran antara 85% sampai dengan 100%. Dengan demikian jika rasio LDR yang dimiliki oleh bank terlalu tinggi ataupun terlalu rendah maka bank tersebut akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan labanya.

2.2.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Dalam menilai keamanan serta kesehatan sebuah bank, salah satu kunci yang harus dipertimbangkan adalah modal. Modal menjadi faktor penentu utama kapasitas pinjaman bank, karena modal tersebut bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dan menyerap kerugian, serta guna menjaga kepercayaan nasabah pada bank (Oktaviani, 2012). Dendawijaya (2003) menyatakan bahwa Capital adequacy ratio merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihanpada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber - sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain - lain. Menurut Peraturan dari Bank Indonesia No.10/15/PBI/2008 menyatakan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR).

2.2.4Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

(17)

debitur. Hal ini ditujukan untuk meminimalisasikan resiko kredit yang terjadi. Ketentuan dari Bank Indonesia bahwa bank harus menjaga rasio NPL-nya berada dibawah angka 5%

2.2.5 Return on Asset (ROA)

Return on Asset atau dikenal dengan ROA ini merupakan rasio yang mengukur tingkat

optimalisasi aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan (laba). Nilai minimum ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 2%. Agar dapat memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan menigkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya inilah yang menjadi alasan mengapa perbankan berusaha memperoleh laba. Dengan nilai ROA yang tinggi, maka bank dapat memberikan kredit untuk mendapatkan pendapatan. Dana yang dihimpun dari masyarakat oleh bank berkisar antara 80% - 90% dari total danayang dikelola, sedangkan penyaluran kembali dalam bentuk kredit oleh bank sebesar 70% - 80%.Ada beberapa keunggulan penggunaan rasio Return on Asset (ROA) ini:

a. Return on Asset merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya

mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dalam rasio ini.

b. Return on Asset mudah untuk dihitung dan dipahami.

c. Return on Asset merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi

yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

2.2.6Tingkat Suku BungaSertifikat Bank Indonesia (SBI)

(18)

lelang. Sejak awal juli 2005, Bank Indonesia menggunakan “BI rate” (suku bunga BI), yaitu Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI untuk melakukan pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam melakukan pelelangan atau dalam pelaksanaan peminjaman kredit. Jika masyarakat ingin melakukan peminjaman kredit, suka bunga merupakan faktor eksternal yang sering dilihat. Jika pada suatu bank memiliki suku bunga yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi menurun. Sebaliknya jika suku bunga suatu bank mengalami penurunan, maka minat masyarakat akan permintaan .kreditnya menjadi meningkat.

2.3 PENELITIAN TERDAHULU

Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada table dibawah ini. Table 2.1

Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun

Publikasi

Tujuan Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 Luh Gede

Dana Pihak Ketiga, ROA, dan CAR

berpengaruh positif dan signifikan, NPL

memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit 2 Hapsari (2008) Meneliti pengaruh

(19)

KPR (studi kasus

(20)

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan perbankan dan dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos - pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Hampir semua bank mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran kredit oleh karena itu pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya,2003). Menurut Defi Maulidina (2006), Desi Arisandi (2008) dan Billy Arma P. (2010) DPK berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit.

H1 : Terdapat pengaruh positif Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah kredit perbankan

2.4.2Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat digunakan untuk menilai seberapa jauh kemampuan

(21)

nilai LDR yang ada menunjukkan bahwa kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank juga semakin rendah guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Galih (2011) dan Yuwono (2012) LDR berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan

H2= Terdapat pengaruh positif Loan to deposit ratio (LDR) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.3Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk

mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang disalurkan oleh bank (Dendawijaya, 2003). CAR merupakan faktor internal bank yang menentukan penyaluran kredit perbankan (Yuwono, 2012). Jika nilai CAR tinggi maka akan meningkatkan kemampuan dalam hal finansial termasuk mengantisipasi kerugian yang timbul dari aktivitas penyaluran kredit perbankan. Dengan tingkat CAR yang besar sekaligus akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Oleh karena itu semakin tinggi kecukupan modal, maka semakin besar pula kemampuan perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Satria dan Subegti (2010) dan Oktaviani (2012) CAR berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit.

H3 = Terdapat Pengaruh negatif Capital adequacy ratio (CAR) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.4Pengaruh Non Performing Loan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Non Performing Loan(NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur banyaknya

(22)

karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar. Besaran modal yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan penyaluran kredit pada akhirnya akan ikut terkikis jika harus menyediakan pencadangan yang lebih besar (Pratama, 2010). Dengan demikian semakin besar tingkat kredit bermasalah atau macet yang ditunjukkan melalui rasio NPL ini,maka akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Menurut Meydianawathi (2007), Arisandi (2008), dan Pratama (2010) NPL berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan

H4 = Terdapat Pengaruh negatif Non performing loan (NPL) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.5Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

(23)

H5 = Terdapat Pengaruh Return on assets (ROA) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.6 Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang (PBI No. 4/10/PBI/2002). SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Kegiatan dalam manajemen perbankan dalam meminimalkan risiko kredit macet ialah mencari alternatif investasi yang lebih baik yaitu salah satunya melakukan penempatan suku bunga pada SBI yang memiliki tingkat risiko paling rendah. Oleh karena itu, jika suku bunga SBI yang ditempatkan meningkat maka penyaluran kredit perbankan dapat berkurang. Menurut Billy Arma P. (2010) SBI berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan.

H6 : Penempatan suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit

2.5 KERANGKA KONSEPTUAL

Dalam penelitian ini akan menguji pengaruh positif antara Dana Pihak Ketiga,Loan to

Deposit Ratio (LDR),Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset(ROA), terhadap jumlah

(24)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Variable Independent Variabel Dependent

H1

H2

H3 H

H4

H5

H6

H7 Dana Pihak Ketiga

Loan To Deposit Ratio(LDR)

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Tingkat Suku Bunga SBI

Return On Asset (ROA) Non Performing Loan (NPL)

Gambar

Table 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sebelumnya tentang estimasi parameter model regresi data panel random effect dengan metode generalized least squares ( GLS) yang dilakukan oleh Novi Aulia

Perbedaan pengukuran LED ini di periksa menggunakan pipet Westergreen dan menggunakan alat dan hasil dari pemeriksaan ini disajikan dalam bentuk tabel.Hasil :

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan teknik modeling the way keterampilan shalat siswa dalam melafalkan niat, bacaan serta

Berdasarkan dengan metode Irr maka proyek ini kita terima jika rate of return yang bakal diterima dari proyek ini adalah sama dan bahkan lebih besar daripada cost of capital

masyarakat yang telah menjadi korban penipuan melalui media sosial.

Zuryanty. Profi:sionalisme Guru Sekolah Dasar. PGSD FIP UNP.. Memformulasikan peta kemampuan guru secara nasional yang diperuntukkan bagi perumusan kebijakan program

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ ANALISIS FAKTOR YANG