• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINT LAPORAN DAN PRAKTIKUM DDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRINT LAPORAN DAN PRAKTIKUM DDA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Dasar-dasar Agronomi

PENGARUH CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata STURT)

Disusun oleh

KELOMPOK 4 Dinda Aprillia Tanzil

1705108010044 Muslika Yulianda 1705108010028 Darmasyi 1705108010000 Jufril Rafuandi 1705108010000 Aulia Garta Timur 1705108010000

Ririn Erianda 1705108010000 Mutiara Ramadhani 1705108010000 Noni Novrianti 1705108010000 Dhyah Magfirah 1705108010000 Al Viaturrahmi 1705108010000

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesuburan tanah merupakan masalah yang sangat penting dalam pertanian karena tanah merupakan media tumbuh tanaman. Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah meendukung pertumbuhan tanaman dengan baik. Tanah yang selalu dipakai bercocoktanam akan berkurang kesuburannya seiring berjalannya waktu jika tanpa diberi masukan. Masukan yang tidak lain adalah pupuk secara petani. ada pupuk yang dibedakan atas dasar aplikasinya, bentuknya, kandungannya, dan lain-lain. Hal ini mengharuskan kita mengetahui berbagai metode pemupukan, jenis-jenis, dan sifat-sifatnya supaya tidak salah memberi rekomendasi pemupukan bagi petani khususnya.

Pupuk dalam arti luas yaitu suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Banyak pupuk yang tersedia di pasaran dan perlu untuk kita ketahui baik itu yang tergolong pupuk organik maupun pupuk an-organik. Kedua jenis pupuk tersebut tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk lebih mengenal berbagai jenis pupuk dan metode pemupukan tersebut maka kami perlu mengenal berbagai cara pemupukan tanaman dan sifat-sifat pupuk, baik sifat fisik maupun kimia. Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang metode pemupukan,sifat pupuk dan pembuatan lubang biopori.

(4)

tanaman akan baik oleh karena itu agar pertumbuhan tanaman lebih cepat, sering dilakukan pemberian pupuk sesuai dengan takaran.

1.2 Tujuan Praktikum

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik atau hasil industri dan mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman. Berdasarkan jumlah jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik ini dibagi dalam beberapa golongan, yaitu: (1). Pupuk tunggal : yaitu pupuk yang mengandung satu jenis unsur hara, misalnya urea (mengandung unsur N); TSP (mengandung unsur P) dan KCL (mengandung unsur K). (2). Pupuk majemuk; yaitu pupuk yang mengandung unsur N, P dan K sekaligus. Contohnya adalah Amofos (mengandung unsur dan P), Nitroposka (mengandung unsur N, P dan K). Berdasarkan jenis hara utama yang dikandung, pupuk anorganik dibagi dalam beberapa golongan, yakni pupuk nitrogen, pupuk fosfor dan pupuk kalium (Salikin, 2003).

Pupuk 5amboo5 ialah pupuk yang berupa senyawa 5amboo5. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk 5amboo5 (pupuk kandang, kompos, guano). Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk 5amboo5 misalnya rock 5amboo55i, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit (Ca3(PO4)2). Pupuk 5amboo5 merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup seperti tanaman, hewan dan manusia, serta kotoran hewan. Pupuk Organik umumnya lebih unggul dibandingkan pupuk anorganik (Marsono, 2000).

(6)

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Pengertian ini termasuk misalnya pemberian bahan kapur dengan maksut meningkatkan Ph tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan, dan pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Usaha-usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan demikian, bahan kapur, legin, dan urea disebut pupuk. Pada pengertian khususnya pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Berdasarkan asalnya pupuk dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pupuk alam dan pupuk buatan dan berdasarkan senyawa yang terkandung pupuk juga dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu 6amboo6 dan anorganik (Rosmarkam dan Nasih, 2013).

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Dasar-dasar Agronomi dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala dan dimulai dari bulan Febuari-April 2018.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

1) Alat

a) Cangkul b) Gembor c) Papan nama d) Tali raffia e) Anjir 7amboo 2) Bahan

a) Benih jagung manis (Zea mays) b) Pupuk urea

c) Pupuk TSP d) Pupuk KCL e) Furadan

f) Fungisida dithane M-45

(8)

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini dilakukan secara bertahap dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Dibersihkan bedengan dari sampah-sampah yang masih tersisa seperti sampah daun, sampah batang kayu, dan sebagainya. Selanjutnya, dibuat bedengan dengan menggunakan cangkul dengan ukuran panjang 4 m dan lebar 3 m. Jarak antara bedengan dengan drainase adalah 0,5 m dan kedalaman drainase 20 cm.

2) Dilakukan pengukuran jarak tanam (80 cm x 40 cm) dengan bantuan ajir 8amboo dan tali raffia

3) Dibuat lubang tanam dengan kedalaman tanam biji 4-5 cm

4) Ditanam biji jagung pada lubang-lubang yang telah dibuat (2-3 biji) dan diberikan furadan ke dalam lubang tanam tersebut (5-7 butir)

5) Diberi papan nama pada setiap bedengan sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan

6) Diaplikasikan pemupukan pada bedengan yang telah diolah tanahnya, diukur jarak tanam, dan penanaman biji jagung dengan cara pemupukan sebagai berikut. a) CP 1 : Pupuk diberi dengan cara dilarikan

b) CP 2 : Pupuk diberikan dengan cara di sebar

c) CP 3 : Pupuk diberi dengan cara ditugal mengitari tanaman

Dilakukan pemupukan tersebut setelah biji jagung baru ditanam dan pada minggu ke-3 setelah tanam.

7) Dilakukan penyulaman pada saat tanaman jagung berumur 2 minggu dan pada minggu ke-3 (jika biji tidak tumbuh)

8) Dilakukan penyiangan dan pembumbunan setiap minggu dimulai dari minggu ke-3 setelah tanam hingga mendekati panen.

(9)

10) Dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore kecuali hujan. Pada pagi hari, penyiraman sebaiknya dilakukan sebelum pukul 10.00 WIB dan pada sore hari, sebaiknya dimulai dari pukul 16.30 WIB.

11) Dilakukan pemanenan setelah usia tanaman jagung kurang lebih 10 minggu 12) Dilakukan pengamatan dari minggu ke-1 hingga minggu ke-10 yang meliputi

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiari, M. R., O. Ghahraei., D. Ahmad., A. R. Yazdanpanah., and A. M. Jafari. 2014. Selection Of Fertilization Method and Fertilizer Application Rate On Corn Yield. Agriculture English International CIGR Journal. Vol. 16, No. 2:10-14.

Hartono, R., R. Wirosoedarmo., L. D. Susanawati. 2014. Pengaruh Teknik dan Dosis Pemberian Pupuk Organik dari Sludge Bio-Digester Terhadap Produksi Tanaman Jagung ( Zea mays L.) Varietas Bima . Jurnal Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Vol. 1, No. 2:1-5.

Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Penebar Swadaya: Jakarta. Rosmarkam, A. dan N. W. Tuwono. 2013. Ilmu Kesuburan Tanah. Edisi ke-8.

Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Potensi Tumbuh Biji Setelah Satu Minggu Tanam

Perlakuan BLOK I BLOK II BLOK III Jumlah Rerata (%)

CP 1 54 56 50 160 66,6%

CP 2 49 60 53 162 67,5%

CP 3 50 50 56 156 65,0%

Tabel 2. Tinggi Tanaman Jagung (Minggu Ke-3 hingga Minggu Ke-6) Setelah Tanam. III 77,4 73,2 65,9 73,5 69,9 359,9 71,9

CP 2

(12)

III 71,8 63,9 66,5 65,3 65,1 332,6 66,5

I 104,0 111,5 113,3 104,8 104,6 538,2 107,6 II 105,5 105,6 106,7 110,2 99,0 527,0 104,0 III 116,2 105 105,4 107,3 104,9 538,8 107,7

CP 2

I 106,2 115,5 103,3 112 111,1 548,1 109,6 II 106,0 102,2 100,1 98,5 106,5 513,3 102,6 III 96,5 96,2 98,5 87,4 93,8 472,3 94,4

CP 3

I 109,4 112,6 111,7 104,5 103 541,2 108,2 II 111,5 109,4 103,4 110 102,2 536,3 107,2 III 108,0 97,6 99,3 96 98,7 499,6 99,9

MINGGU KE-5

I 140,3 141,7 153 136 136,7 707,7 141,5 II 136,9 140,5 144,3 151 131,2 703,9 140,7 III 154,4 146 140,7 146,5 153,9 741,5 148,3

CP 2

I 138 146,5 132 142 146 704,5 140,9 II 139,5 129,3 127,2 128,5 145 669,5 133,9 III 132,5 128,1 133 115,3 130,5 639,4 127,8 CP 3 I 131,8 138 144,3 145,6 130,3 690 138

(13)

III 137 135 129 123,8 132,5 657,3 131,4

I 182 186 199,3 181,2 169 917,5 183,5 II 183 184,5 193 205 189 954,5 190,9 III 213,3 203 198,5 212 216 1042,8 208,5

CP 2

I 188 193 172 178 191,3 922,3 184,4 II 190,9 173 174 176 199,5 913,4 182,6 III 185 178,9 177,7 169 191 901,6 180,3

CP 3

I 170,3 178 188,3 198,8 180,5 915,9 183,1 II 206 197,5 191,5 203 201,5 999,5 199,9 III 178 182 168,5 160 163,4 845,9 169,1

Tabel 3. Jumlah Daun Pada Minggu Ke-3 dan Ke-5 Setelah Tanam

MINGGU KE-3

Perlakuan BLOK T1 T2 T3 T4 T5 Jumlah Rerata

(14)

III 8 7 8 8 8 39 8 MINGGU KE-5

Perlakuan BLOK T1 T2 T3 T4 T5 Jumlah Rerata

CP 1

Table 4. Lingkar Batang Tanaman Jagung Pada Minggu Ke-8 Setelah Tanam

(15)

III 1,65 0,90 0,91 0,15 0,49 3,1 0,62

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penanaman yang dilakukan, jumlah biji jagung yang dimasukan ke dalam lubang tanaman adalah sebanyak 2 biji per lubang. Dalam satu bedengan terdapat 40 lubang tanam dengan jarak yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, total biji yang ada dalam satu bedengan adalah 2 x 40 = 80 biji yang berpotensi untuk tumbuh. Setelah satu minggu penanaman, persentase biji yang tumbuh dalam setiap blok (I, II, dan III) dan dengan semua perlakuan cara pemupukan (CP 1, CP 2, dan CP 3) dapat diperhitungkan dengan cara seperti berikut. B.U: Jumlah Biji Tumbuh/Total Biji Ditanam x 100%

1) CP 1

BLOK I (%) = 54/80 x 100% = 67,5% BLOK II (%) = 56/80 x 100% = 70% BLOK III (%) = 50/80 x 100% = 62,5% 2) CP 2

BLOK I (%) = 49/80 x 100% = 61,25% BLOK II (%) = 60/80 x 100% = 75% BLOK III (%) = 53/80 x 100% = 65,25% 3) CP 3

BLOK I (%) = 50/80 x 100% = 62,5% BLOK II (%) = 50/80 x 100% = 62,5% BLOK III (%) = 56/80 x 100% = 70% Dengan persentase rata-rata sebagai berikut.

1) CP 1 = (BLOK I + BLOK II + BLOK III)% / 3

(16)

= 66,6 %

Berdasarkan persentase rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa potensi tumbuh biji jagung pada perlakuan CP 2 memiliki persentase 67,5% atau sekitar 162 biji dapat tumbuh dari 3 bedeng dengan perlakuan yang sama. Dibandingkan dengan CP 1 dan CP 3, persentase biji tumbuh dari perlakuan CP 2 merupakan yang tertinggi. Pemberian pupuk dengan cara disebar dengan asumsi tersebar secara merata pada tiap bagian lahan, lebih tinggi efektifitasnya dibandingkan dengan pemupukan dengan cara dilarikan atau ditugal melingkari tanaman. Kemudian, pemupukan dengan cara disebar harus tetap sesuai dosis, secukupnya, dan tidak berlebih-lebihan.

(17)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut.

1) Pemupukan dengan cara disebar (CP 2) menghasilkan jumlah biji yang tumbuh lebih banyak yaitu 162 tanaman dari 3 bedengan yang diberi perlakuan yang sama.

2) Persentase biji yang tumbuh dari perlakuan CP 1 adalah 66,6%, CP 2 adalah 67,5%, dan CP 3 adalah 65%

3) Helaian daun dapat memengaruhi jumlah buah jagung yang akan terbentuk, karena bonggol jagung terbentuk di ketiak daun. Oleh karena itu, semakin banyak helaian daun pada tanaman jagung, jumlah bonggol jagung yang terbentuk akan sama pula banyaknya.

5.2 Saran

Gambar

Tabel 1. Potensi Tumbuh Biji Setelah Satu Minggu Tanam
Tabel 3. Jumlah Daun Pada Minggu Ke-3 dan Ke-5 Setelah Tanam
Table 4. Lingkar Batang Tanaman Jagung Pada Minggu Ke-8 Setelah Tanam

Referensi

Dokumen terkait

bandeng, kakap putih dan kerapu macan, juga telah berhasil dipijahkan dan diproduksi benihnya antara lain berbagai jenis kerapu kerapu lumpur (E. corallicola),

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan subsektor peternakan dan dampak pengembangannya terhadap pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan

Sedangkan penelitian Maryanti (2005) menyatakan bahwa kinerja berhubungan positif dengan penerimaan perilaku audit disfungsional karena auditor tidak menganggapnya

Organisasi profesi guru di Indonesia adalah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), sedangkan dosen mempunyai organisasi profesi tersendiri yaitu ADI (Asosiasi Dosen Indonesia).

Berdasarkan hasil penelitian berarti H0 ditolak sementara Ha diterima, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Problematic

Adapun hambatan-hambatan dan upaya yang dilakukan dalam penerapan pendidikan antikorupsi menurut I Putu Hedi Sasrawan adalah: 1) Penegakan hukum yang tidak konsisten dan

Ardhiyanto, N.K., 2011, Pengaruh Bentuk Penampang Saluran Turun (Sprue) Terhadap Cacat Porositas, Batas Butir dan, Kekerasan Pada Pengecoran Aluminium Paduan

Salah satu model pembelajaran Interaktif berbasis komputer (CBI) yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penyediaan latihan-latihan soal untuk