BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pertambangan
Menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan
mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang. Kegiatan penyelidikan umum sampai dengan
pascatambang ini disebut sebagai usaha pertambangan.
Sedangkan pengertian pertambangan menurut Noor(2006), pertambangan
adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari
material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri mineral, proses untuk
mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode
ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral
pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi
limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada
pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri pertambangan sebagai industri hulu
yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi
industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Sulto, 2011).
Dalam penggolongan hasil tambang, Ngadiran dalam Sulto (2011)
menjelaskan bahwa izin usaha pertambangan meliputi izin untuk memanfaatkan
A, golongan B, maupun golongan C. Izin usaha pertambangan merupakan izin untuk
melakukan usaha pertambangan.
Ada banyak jenis sumberdaya alam bahan tambang yang terdapat di bumi
Indonesia. Dari sekian jenis bahan tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1) bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal, antrasit, batu
bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair, bitumen padat, gas
alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan bahan-bahan galian radio aktif
lainnya (antara lain kobalt, nikel dan timah);
2) bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin,
bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik,
rhutenium, seng, tembaga, timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram, dan
bahan-bahan logam langka lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar,
brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa, yodium, dan zirkom); dan
3) bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil. Bahan
ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada di
Indonesia.
Pertambangan merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam
kelompok stok, dimana sumberdaya alam ini dianggap memiliki cadangan yang
terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya alam tersebut akan menghabiskan
cadangan sumberdaya alam yang ada. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) atau terhabiskan
(exhaustible) (Fauzi, 2004).
Emas merupakan salah satu sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Emas digunakan sebagai
sebagai
keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai
mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di
emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika.
Dewasa ini perusahaan-perusahaan emas menyerbu pelosok bumi dituntun
oleh pemandu yang kuat yaitu
menuntaskan kemiskinan dunia, beranggapan bahwa perusahaan-perusahaan tambang
multinasional akan membawa investasi, mendorong pembangunan jalan, sekolah dan
pekerjaan, ke negara-negara yang tidak memiliki banyak modal selain sumber daya
alam mereka.
Namun, paradigma baru tentang indutri pertambangan harus sesuai dengan
konsep pertambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Dengan
konsep ini, pertambangan sumber daya alam terutama yang tidak dapat diperbaharui
seperti emas harus benar-benar dilakukan secara efektif dan efisien.
2.2 Peran Pertambangan
Pertambangan merupakan salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi
mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi. Sektor pertambangan berperan
2.2.1 Peran Pertambangan dalam Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian
ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil
penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1996). Dari
pengertian tersebut, diharapkan bahwa sebuah kegiatan yang berlangsung dapat
meningkatkan pendapatan riil masyarakat dalam jangka panjang.
Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali dipopulerkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pad tahun 1987 yang diadopsi sebagai tujuan
resmi PBB. Mereka mendefinisikan istilah pengembangan ialah memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan masa depan untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Sejak tahun 1987, banyak upaya telah dilakukan untuk lebih jelas
mendefinisikan pembangunan berkelanjutan, sehingga perdebatan tumbuh atas
bagaimana menerjemahkan konsep ini.
Secara umum, para ekonom telah mendekati pembangunan berkelanjutan
dengan mengartikan keberlanjutan terkait erat dengan konsep ekonomi pendapatan.
Perhatian khusus telah dibayarkan kepada pendekatan ini karena menawarkan
wawasan praktis bagaimana mengukur kemajuan menuju tujuan. Pendekatan ini
didasarkan pada definisi ekonomi pendapatan, yang dijelaskan oleh Hicks pada tahun
1946 sebagai jumlah maksimum individu dapat mengkonsumsi selama periode dan
tetap serta off pada akhir jangka waktu sebagaimana di awal. Dengan kata lain,
menurut Hicks pendapatan adalah jumlah yang dapat dikonsumsi (menghabiskan)
dihasilkan). Oleh karena itu pemeliharaan modal adalah kunci untuk keberlanjutan.
Konsep pendapatan dan modal telah demikian menjadi dasar dari yang definisi yang
lebih rinci tentang keberlanjutan telah muncul. Menurut definisi ini, pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang menjamin tidak menurunkan kekayaan
nasional per kapita dengan mengganti atau melestarikan sumber-sumber kekayaan itu
yaitu; saham, manusia, modal sosial dan alami.
Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan,
fungsi pengelolaan mineral dan batubara berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara adalah:
a) Menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan
secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing.
b) Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup.
c) Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai
sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri.
d) Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu
bersaing di tingkat.
e) Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
f) Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan
mineral dan batubara.
Proses pembangunan tidak hanya terjadi di bidang ekonomi saja tetapi juga di
bidang sosial. Edi Suharto (2010) mengartikan pembangunan sosial sebagai
pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia
secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari
kebutuhan fisik sampai sosial.
Menurut Midgley, pembangunan sosial memiliki tiga strategi besar yaitu:
1. Pembangunan sosial oleh individu, dikenal juga sebagai
mana ideologi tersebut menekankan pada pentingnya kebebasan individu dalam
memilih. Pendekatan individualis atau perusahaan memang saat ini tidak populer
dalam pembangunan sosial. Pendekatan ini dipromosikan melalui peningkatan
fungsi sosial individu dan hubungan antarpribadi. Dalam strategi ini,
individu-individu dalam masyarakat secara
memberdayakan masyarakat.
2. Pembangunan sosial oleh
kemampuan yang saling terkait untuk memastikan kebutuhan dasar mereka
terpenuhi, masalah sosial mereka teratasi, dan kesempatan untuk maju tersedia.
Untuk mencapai hal tersebut, masyarakat dan komunitas perlu saling bekerja
3. Pembangunan sosial oleh pemerintah dikenal pula sebagai
Pendekatan statis didasari oleh
menekankan pada pentingnya kolektivitas. Kumpulan ini dibangun dari asosiasi
masyarakat yang memiliki sumber daya secara kolektif dan membagi wewenang
untuk membuat keputusan. Melalui strategi tersebut, pembangunan sosial
dilakukan oleh
samping adanya
tanggung jawab untuk memastikan apakah
diimplementasikan dan apakah kebijakan sosial dan ekonomi diselaraskan.
Didalam suatu kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam aspek yang
dapat mempengaruhi pola kehidupan sehingga membentuk kondisi sosial yang
berbeda antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Untuk memahami mengenai
kondisi sosial, terlebih dahulu kita harus tahu apa pengertian sosial itu sendiri,
dimulai dari pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu
masyarakat.
Menurut Soekanto (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk
yaitu asosiatif dan disosiatif. Interaksi asosiatif akan diuraikan sebagai berikut:
1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, merupakan bentuk interaksi sosial yang
menguatkan ikatan sosial, jadi bersifat mendekatkan atau positif yang mengarah
kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
a. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
b. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara
pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat
dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara
intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli
mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru
sebagai kebudayaan campuran.
d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok
masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat
laun unsur- unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, merupakan bentuk interaksi yang merusak
ikatan sosial, bersifat menjauhkan atau negatif dan yang mengarah kepada bentuk
- bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau
kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara
kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak
lawannya.
b. Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan
baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan
terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan
golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan
tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
c. Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat
tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat
mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah
yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
Kegiatan usaha pertambangan adalah suatu kegiatan besar yang berada ditengah
masyarakat, dimana tentunya kegiatan ini akan berinteraksi dengan masyarakat
setempat dimana lokasi pertambangan itu berada. Keterlibatan masyarakat sangat
penting oleh karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan
pertambangan, mulai dari pemerataan ekonomi hingga mempertimbangan kelestarian
lingkungan serta dampak yang mungkin akan dirasakan oleh masyarakat.
Adanya pertambangan diharapkan dapat menciptakan manfaat bagi masyarakat
terutama dalam peningkatan kesejahteraan melalui penciptaan lapangan kerja ataupun
pemberian berbagai jenis bantuan oleh perusahaan pertambangan itu.
2.3 Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur
masyarakat. Pada dasarnya lingkungan hidup bila dipandang sebagai suatu sistem
(sosio sistem), dan lingkungan hidup binaan (tekno sistem) (Fandeli, 1992).
Kebijakan atau intervensi proyek menyebabkan proses perubahan sosial. Dalam
keputusan pemerintah No.14 Menteri Lingkungan Hidup 1994 tentang ”penetapan
dampak penting” terhadap aspek sosial ekonomi yaitu:
1. Aspek sosial
a. Pranata sosial/lembaga-lembaga yang tumbuh dikalangan masyarakat,
adatistiadat dan kebiasaan yang berlaku.
b. Proses sosial/kerjasama, akumulasi konflik di kalangan masyarakat.
c. Akulturasi, asimilasai dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.
d. Kelompok-kelompok dan organisai sosial.
e. Pelapisan sosial di kalangan masyarakat.
f. Perubahan sosial yang berlangsung di kalangan masyarakat.
g. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan pekerjaan.
2. Aspek ekonomi
a. Kesempatan bekerja dan berusaha
b. Pola perubahan dan penguasaan lahan dari sumber daya alam.
c. Tingkat pendapatan.
d. Sarana dan prasarana infrastruktur.
e. Pola pemanfaatan sumber daya alam.
Dalam setiap pembangunan yang dilakukan akan terjadi perubahan-perubahan
sosial dan ekonomi. Perubahan sosial merupakan
sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut Gillin dalam Hooguelt (1995),
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup
yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi
komposisi
dalam masyarakat.
2.4 Kawasan Ekonomi Khusus
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus
yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional oleh badan usaha, pemerintah
kabupaten/kota atau pemerintah provinsi.
Pembentukan KEK diharapkan akan mampu meningkatkan investasi atau
usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi, yang berdampak pada peningkatan
lapangan pekerjaan dan penurunan tingkat kemiskinan. Secara nasional, tujuan yang
ingin dicapai meliputi pemerataan ekonomi, terutama dari sudut pandang pendapatan,
dan daya saing produk nasional. Sesuai dengan konsep pembentukan kawasan
ekonomi khusus, dibutuhkan persiapan yang menyeluruh serta komitmen dari seluruh
yang berkepentingan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan di dalam kawasan
pembiayaan serta dukungan infrastruktur yang sesuai dengan tata ruang wilayah.
KEK dengan demikian menjadi sangat penting dalam peningkatan investasi asing di
Indonesia. Masalah tersebut merupakan hal penting dalam artikel ini, yang bertujuan
untuk mengidentifikasi permasalahan pada kawasan ekonomi yang ada dan
melakukan analisis dampak pembentukan KEK terhadap pertumbuhan investasi,
perdagangan dan tenaga kerja (Muna, 2013).
Program KEK dapat membawa dampak positif dalam berbagai hal antara lain:
a) Dengan adanya KEK diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru dalam
jumlah besar, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah
pengangguran.
b) Dengan terserapnya angkatan kerja di masyarakat, akan meningkatkan income
perkapita masyarakat, hal ini akan meningkatkan daya beli masyarakat.
c) Dengan meningkatnya daya beli masyarakat maka kegiatan sektor ekonomi riel
lainnya berupa perdagangan barang dan jasa mengalami kemajuan.
d) Selain itu dengan adanya KEK yang akan menjadi tempat beroperasinya berbagai
industri dan perdagangan, maka diharapkan akan dapat menampung hasil
produksi pertanian, perkebunan, perikanan, kerajinan masyarakat sekitar
(hinterland) untuk diolah sebagai bahan baku bagi industri yang ada di KEK.
e) Dengan adanya pasar penampungan hasil-hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan masyarakat akan meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan
f) Dengan berkembangnya kegiatan KEK, diharapkan akan mendorong
perkembangan industri jasa pendukung lainnya yang menjadi usaha masyarakat
sekitar, misalnya jasa angkutan, jasa pelayanan penginapan, jasa hiburan,
perhotelan dan lain-lain.
Beberapa multiflier effect positif tersebut di atas diharapkan menjadi paket
substansi dari visi dan missi pelaksana program KEK di Indonesia, sehingga KEK
benar-benar dapat menjadi salah satu solusi alternatif pengentasan perekonomian
Indonesia yang masih tetap terpuruk sejak dilanda krisis moneter tahun 1997 (Purba,
2010). Tentunya program KEK juga mengandung berbagai kelemahan yang dapat
menjadi ancaman bagi negara penerima KEK termasuk seperti Indonesia. Berbagai
aspek yang rentan berbenturan dengan program KEK perlu mendapat perhatian
serius, seperti aspek hukum, aspek sosial budaya, aspek politik termasuk aspek
pertahanan dan keamanan, jadi dengan demikian masalah KEK tidak tepat apabila
kita hanya tinjau dari perspektif keuntungan ekonomi belaka, tapi berbagai aspek
tersebut di atas juga harus mendapat telaahan secara proporsional.
a. Aspek Hukum, dari aspek hukum, program KEK mutlak harus mendapat kajian,
karena bagaimanapun program KEK tidak terlepas dari landasan hukum yang
akan menjadi dasar aturan main (rule of game) seluruh aktivitas KEK sebagai
kegiatan ekonomi khusus tidak mungkin terlepas dari hukum.
b. Aspek Sosial Budaya, Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara
industrialisasi, dan negara kesejateraan. Pada tingkat pertama yang menjadi
masalah berat adalah bagaimana mencapai integrasi politik untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan nasinonal. Tingkat kedua, perjuangan untuk pembangunan
ekonomi dan modernisasi politik, akhirnya dalam tingkat ketiga, tugas negara
yang utama adalah melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi,
membetulkan kesalahan pada tahap sebelumnya, dengan menekankan
kesejahteraan masyarakat.
c. Aspek Politik dan Keamanan, Pengaruh (influence) program KEK juga tidak
tertutup akan berimbas pada aspek politik dan keamanan. Dengan adanya
perubahan dan perbauran budaya lokal dan budaya asing, apabila tidak dicermati
secara benar dan bijaksana, dapat menimbulkan konflik horizontal yang
mengganggu stabilitas politik dan keamanan. Perubahan nilai dan perilaku
sebagian warga masyarakat kearah materialistis dan sekuleristik (biasanya
terimplikasi dalam bentuk kehidupan pergaulan bebas, hura-hura, minuman keras,
narkoba dan lain-lain) tentunya akan mendapat perlawanan atau penolakan
(resistensi) dari kelompok masyarakat yang tetap komit dan berpegang teguh pada
ajaran agama, adat istiadat sebagai pedoman hidupnya.
Rahmawaty (2013) melakukan penelitian tentang Dampak Pertambangan
Emas Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tulabolo Timur
Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango. Hasil penelitian ini
menunjukkan perubahan sosial masyarakat dari sebelum adanya pertambangan
sampai sudah adanya pertambangan sangat terlihat jelas dari aspek ekonominya yang
sudah meningkat, yang dulunya masyarakat hanya bermata pencaharian sebagai
petani maka sekarang mereka sudah mempunyai profesi lain sebagai penambang,
hasil dari pertambangan ini sangat memuaskan karena dari harga jual emas yang
terbilang sangat tinggi, sehingga sebagian masyarakat sudah bisa membuat
rumah-rumah permanen. Pola hidup masyarakat yang juga sudah agak berubah karena faktor
budaya dari luar yang masuk disebabkan banyak masyarakat dari daerah lain yang
juga mencari nafkah di pertambangan ini.
Jurnal penelitian yang ditulis oleh Yenli Musfita Nike (2012) dalam
penelitiannya yang berjudul Pengaruh Aktivitas Tambang Emas bagi Kesejahteraan
Masyarakat di Jorong Subarang Ombak Kanagarian Muaro Kecamatan Sijunjung
Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan secara
bersama-sama terhadap kesejahteraan masyarakat penambang emas di Jorong
Subarang Ombak Kanagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung.
Penelitian selanjutnya ditulis oleh Siregar (2007) yang berjudul Persepsi
Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi
dilaksanakan dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan skala
Likert dan untuk melihat hubungan sosio-ekonomi terhadap persepsi masyarakat
setempat tentang pembukaan pertambangan emas di Kawasan Hutan Batang Toru
dengan menggunakan korelasi Spearman Rank. Jumlah sampel sebanyak 80 KK.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner, wawancara, observasi dan studi
literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining dan Desa
Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang pertambangan dan hutan.
Masyarakat juga memandang positif keberadaan pertambangan di Kecamatan Batang
Toru karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi
pengangguran meskipun hal tersebut baru dirasakan sebagian masyarakat.
2.6 Kerangka Konseptual
Dari landasan teori yang telah disusun diatas maka, langkah selanjutnya adalah
menyusun kerangka konseptual.
Potensi tambang emas di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan
sangat potensial. Tambang emas ini dikelola oleh perusahaan Hong Kong
(G-Resources Group Limited) yang bekerjasama dengan kontraktor asal Australia yaitu
Leighton. Dalam perkembangannya, sejak izin diberikan kepada tambang emas
Martabe G-Resources Group Ltd pada April 1997, kerusakan hutan di Kecamatan
Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, cukup luas. Tambang emas ini memiliki
luas 163.900 hektar, namun 30 persen hutan di kawasan tambang sudah hancur.
Sehingga hal ini sangat mengancam lingkungan sosial masyarakat sekitar.
kini telah menjadi lahan penambangan. Seharusnya adanya tambang emas ini
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan menjadi ketakutan
bagi masyarakat.
Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan pada
gambar berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Faktor Sosio-Ekonomi • Tingkat Pendidikan • Pendapatan
Persepsi Masyarakat