• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Laporan Kinerja Itjen Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "5. Laporan Kinerja Itjen Tahun 2016"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat

dan ridho-nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Jenderal Tahun 2016 sebagai salah satu bentuk

pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang telah

dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.

Dengan semangat dan kerja keras serta dukungan dari semua pihak, kami telah

berhasil menyelesaikan program dan kegiatan pada Tahun 2016 sesuai dengan

target yang telah ditetapkan dalam Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal

Tahun 2015-2019.

Laporan ini menyajikan data dan informasi terkait target dan capaian Indikator

Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Jenderal Tahun 2016 yang telah ditetapkan dalam

dokumen Renstra yaitu “persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian

negara ≤1% serta target dan capaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) seluruh unit eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal.

Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara objektif mengenai

kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada Tahun 2016. Meskipun

secara umum kinerja Inspektorat Jenderal telah sesuai target, namun kami

menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki serta kelemahan

yang harus disempurnakan. Oleh karena itu dukungan dan kerja keras semua pihak

perlu terus ditingkatkan agar kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan

menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Jakarta, Januari 2017 Inspektur Jenderal

(3)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sebagai salah satu unsur penyelenggara negara, Inspektorat Jenderal mempunyai

kewajiban untuk membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) yang mengacu pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999

tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas

tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam mencapai visi dan misi berdasarkan

perencanaan strategis yang ditetapkan dalam Rencana Startegis Kementerian

Kesehatan selama lima tahun yaitu Tahun 2015 - 2019 yang dapat dijadikan lesson

learnt untuk perencanaan strategis pengawasan lingkup Kementerian Kesehatan

dalam lima tahun kedepan.

Sasaran program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur adalah

meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya reformasi

birokrasi. Target tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal yang diuraikan dalam

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 adalah ”Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan” yang pencapaiannya dinilai dengan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat

Jenderal Kementerian Kesehatan yaitu ”Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%”. Secara keseluruhan realisasi pencapaian sasaran strategis Inspektorat Jenderal yang diukur dengan

menggunakan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah persentase

Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara ≤ 1% selama 5 tahun (Tahun 2015 - 2019) telah terealisasi 100%.

Capaian kinerja Inspektorat Jenderal didukung dengan 6 indikator yaitu:

1. Persentase Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan

kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.

2. Persentase Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan

kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.

3. Persentase Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan

(4)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.

5. Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian

Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat

Jenderal sebesar 100%.

6. Persentase Satuan Kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan

pemberantasan korupsi sebesar 100%.

Pada Tahun 2016 capaian kinerja Inspektorat Jenderal didasarkan pada 1 indikator

kinerja program dan 6 indikator kinerja kegiatan dengan masing-masing target yang

sudah ditetapkan, keseluruhan indikator telah mencapai target bahkan berhasil

melebihi target yang telah ditetapkan yaitu jumlah satuan kerja di lingkungan setiap

unit utama Kementerian Kesehatan terdiri dari satuan kerja di lingkungan Ditjen

Pelayanan Kesehatan dan Itjen, Ditjen Kesmas dan Setjen, Ditjen P2P dan

Balitbangkes serta Ditjen Far & Alkes dan Badan PPSDMK yang dievaluasi laporan

kinerja dan keuangannya dengan nilai temuan kerugian negara ≤ 1% semua telah mencapai target. Demikian juga penanganan pengaduan masyarakat yang

berindikasi kerugian negara di Lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai

kewenangan Inspektorat Jenderal dan Satuan Kerja yang telah menerapkan

program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi telah mencapai target.

Cakupan kegiatan pengawasan seperti reviu laporan keuangan sudah menjangkau

seluruh satuan kerja namun kegiatan pengawasan dan pembinaan lainnya untuk

mempertahankan opini WTP yang telah dicapai belum menjangkau seluruh satuan

kerja karena adanya keterbatasan SDM.

Kendala yang masih melingkupi rangkaian pelaksanaan pengawasan Inspektorat

Jenderal adalah kepatuhan satuan kerja dalam menindaklanjuti temuan hasil

pengawasan terutama tindak lanjut berupa penyetoran kerugian negara yang

meilbatkan pihak ketiga serta pegawai yang sudah dimutasi atau pensiun dan

meninggal dunia masih merupakan kendala dalam rangkaian pelaksanaan

pengawasan oleh Inspektorat Jenderal. Untuk itu peran Tim Penyelesaian Kerugian

Negara (TPKN) Kementerian Kesehatan akan ditingkatkan dengan melibatkannya

dalam kegiatan tindak lanjut LHP.

(5)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

dapat mengarah kepada korupsi. Dengan dukungan seluruh unit terkait, upaya yang

telah dilakukan membuahkan hasil yang membanggakan, ini terbukti dengan

beberapa prestasi yang diraih oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2016 ini dimana

Inspektorat Jenderal mempunyai andil dan memegang peranan penting dalam

pencapaiannya. Prestasi yang telah dicapai oleh Kementerian Kesehatan pada

Tahun 2016 beberapa di antaranya adalah: Penandatanganan secara serempak

mengenai pernyataanya MENOLAK GRATIFIKASI di lingkungan profesi kedokteran;

Kementerian Kesehatan meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian dalam laporan

keuangan Tahun Anggaran 2015; Penandatanganan MoU Kementerian Kesehatan

dengan KPK mengenai Pencegahan Tindak Pidana Korupsi di kantor Komisi

Pemberantasan Korupsi; Terbitnya Permenkes Nomor 27 Tahun 2016 tentang

Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; MoU

Kementerian Kesehatan dengan BPKP terkait penguataan tata kelola pemerintahan

yang baik dan bersih dalam rangka meningkatkan program pencegahan tindak

pidana korupsi di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI; Pemberian piagam

penghargaan WBK dari Menteri Kesehatan RI kepada 10 satker dilingkungan

Kementerian Kesehatan; Piagam Penghargaan Atas Keberhasilan Menyusun dan

Menyajikan Laporan Keuangan Tahun 2015 dengan Capaian Standar Tertinggi

dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah; Apresiasi dari Presiden RI

kepada Menteri Kesehatan RI sebagai Pelopor Penerapan Pengelolaan Keuangan

BLU dan Tata Kelola yang baik; Terbitnya Kepmenkes tentang Pemberantasan

Pungutan Liar Nomor HK.02.02/MENKES/604/2016 tentang Unit Pencegahan dan

Pemberantasan Pungutan Liar dilingkungan Kementerian Kesehatan; Perhargaan

atas Kepatuhan Tinggi Terhadap Standar Layanan Publik Dari Ombudsman RI;

Terbitnya Permenkes Nomor 27 Tahun 2016; Terbitnya Permenkes Nomor 58 Tahun

2016 tentang Sponsorship bagi Tenaga Kesehatan; Penghargaan dari KPK untuk

Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik pada acara Hari Anti Korupsi Internasional

2016 di Pekan Baru; Apresiasi dari KPK atas Tingginya Tingkat Kepatuhan dan

Tingkat Keaktifan Pengelolaan LHKPN; Penyerahan Penghargaan Satker

Berpredikat WBK Oleh Kemenpan dan RB pada Politeknik Kesehatan Jakarta III dan

KKP Kelas I Tanjung Priok berhasil memperoleh predikat WBK dari Kemenpan dan

RB; Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik Peringkat X Katagori Kementerian

(6)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…... i

RINGKASAN EKSEKUTIF... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. UMUM...…... 1

B. ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL... 2

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA AKSI PROGRAM…... 3

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016…... 7

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016... 10

B. REALISASI ANGGARAN... 30

BAB IV PENUTUP... 37

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016... 40

2. Dokumentasi Kegiatan Tahun 2016... 54

3. Realisasi Anggaran Tahun 2016... 71

4. Catatan Hasil Reviu Laporan Kinerja Tahun 2016... 72

(7)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

BAB I

PENDAHULUAN

A. UMUM

Dalam rangka mendukung terlaksananya Reformasi Birokrasi pada Kementerian

Kesehatan, Inspektorat Jenderal sebagi Aparat Pengawas Intern Pemerintah

(APIP) berperan untuk mengawal dan memastikan berjalannya proses

Reformasi Birokrasi. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk peningkatan peran

Inspektorat Jenderal dalam memberikan keyakinan atas pencapaian tujuan

Kementerian Kesehatan, sekaligus sebagai sistem peringatan dini (early warning

system) terhadap potensi penyimpangan/kecurangan yang terjadi karena

kelemahan sistem maupun akibat tindak pelanggaran individu.

Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting

dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan

tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien serta telah sesuai dengan

rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan intern atas

penyelenggaraan pemerintahaan diperlukan untuk mendororng terwujudnya

good governance dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif,

efisien, transparan, akuntabel, serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi

dan nepotisme.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 Tanggal 29

September 2015, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan

pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dalam melaksanakan

tugas, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

1. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian

Kesehatan;

2. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan

terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan,

(8)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

4. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian

Kesehatan;

5. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan

6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

B. ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 64 Tahun 2015 Tanggal

29 September 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,

organisasi Inspektorat Jenderal terdiri dari 1(satu) Sekretariat Inspektorat

Jenderal dan 5 (lima) Inspektorat yaitu Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat

III, Inspektorat IV, dan Inspektorat Investigasi. Penjabaran Organisasi dan Tata

(9)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA AKSI PROGRAM

Rencana Aksi Program (RAP) Inspektorat Jenderal Tahun 2015-2019

merupakan penjabaran dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan di

tingkat Eselon I pada Inspektorat Jenderal yang berisikan Rencana Pengawasan

Tahunan dan Rencana Strategis untuk 5 (lima) tahun. Strategi dalam rangka

pencapaian visi dan misi Inspektorat Jenderal meliputi:

1. Mendorong pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, ekonomis, dan

ketaatan pada peraturan perundang-undangan;

2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan memperhatikan rasa

keadilan dan kepatuhan;

3. Mewujudkan pengawasan yang bermutu untuk menghasilkan Laporan Hasil

Pengawasan (LHP) sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan serta;

4. Mewujudkan tata kelola manajemen Inspektorat Jenderal yang transparan

dan akuntabel.

Untuk mewujudkan visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan,

maka dilaksanakan program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas

Aparatur Kementerian Kesehatan dengan kegiatan sebagai berikut:

(10)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

1. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan

Inspektorat I yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja di lingkup

binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%” yang

ditargetkan sebanyak 84% satker pada Tahun 2015 sampai dengan 100%

pada Tahun 2019;

2. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan

Inspektorat II yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja di

lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%”

yang ditargetkan sebanyak 90% satker pada Tahun 2015 sampai dengan

100% pada Tahun 2019;

3. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan

Inspektorat III yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja di

lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%”

yang ditargetkan sebanyak 94% satker pada Tahun 2015 sampai dengan

100% pada Tahun 2019;

4. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan

Inspektorat IV yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja di

lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%”

yang ditargetkan sebanyak 80% satker pada Tahun 2015 sampai dengan

100% pada Tahun 2019;

5. Peningkatan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan

Kementerian Kesehatan yang diukur dengan indikator “Persentase

penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara di

lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat

Jenderal” yang ditargetkan sebanyak 100% satker pada Tahun 2015 sampai

(11)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada

Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian

Kesehatan yang diukur dengan indikator “Persentase satuan kerja yang telah

menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi” yang

ditargetkan sebanyak 20% satker pada Tahun 2015 sampai dengan 100%

pada Tahun 2019.

Aktifitas yang akan dilaksanakan Inspektorat Jenderal dalam rangka

mewujudkan Reformsi Birokrasi yaitu:

1. Peningkatan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai konsultan, katalisator, dan

quality assurance.

a. Fungsi Inspektorat Jenderal sebagai konsultan diharapkan dapat

memberikan arah/petunjuk kepada suatu masalah agar pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Dalam fungsi katalisator, Inspektorat Jenderal senantiasa

mendorong/memacu terjadinya perubahan untuk mewujudkan tata kelola

pemerintahan yang baik.

c. Dengan fungsi quality assurance, Inspektorat Jenderal menerapkan

sistem kendali mutu yang dimulai sejak tahap perencanaan,

pengorganisasian dan pelaksanaan pengawasan.

2. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan dengan upaya:

a. Peningkatan pengawasan terhadap program kesehatan prioritas.

b. Peningkatan pengawasan barang dan jasa melalui probity audit.

c. Penetapan sasaran/objek audit berbasis risiko.

d. Menerapkan pedoman pengawasan secara konsisten.

3. Mempertahankan Opini Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan Wajar

Tanpa Pengecualian (WTP), melalui:

a. Peningkatan kualitas laporan keuangan melalui kegiatan reviu.

b. Pendampingan penyusunan laporan keuangan.

c. Pengamanan aset Kementerian Kesehatan.

d. Pendampingan pengadaan barang jasa/konsultasi pengadaan barang

(12)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

e. Reviu penyusunan perencanaan anggaran.

f. Evaluasi Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

4. Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat Pengawas

Fungsional (APF).

5. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah

(APIP) lain.

6. Penanganan Pengaduan Masyarakat.

7. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik melalui:

a. Pendidikan Budaya Anti Korupsi.

b. Penerapan Whistleblower’s System dan Justice Collaborator.

c. Penerpan Zona Integritas dan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan

Wilayah Birokrasi Bersih Kompeten dan Melayani (WBBKM).

d. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistim

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dilingkungan Kementerian

Kesehatan.

e. Mengoptimalkan peran Unit Pengendlian Gratifikasi (UPG).

f. Mengoptimalkan Laporan LHKPN sesuai dengan batas waktu pelaporan.

g. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

8. Kegiatan Penunjang.

a. Peningkatan SDM bidang pengawasan.

b. Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan kegiatan penunjang

pengawasan dengan teknologi informasi melalui Sistim Informasi

Manajemen (SIM) Pengawasan.

c. Sosialisasi bidang pengawasan.

d. Penguatan Satuan Pemeriksa Internal (SPI) pada satker Badan Layanan

(13)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

B. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan yang

merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan

terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan

sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain

untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur sebagai

wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah.

Perjanjian Kinerja digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan tolak ukur kinerja

sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.

Perjanjian Kinerja Inspektorat Jenderal Tahun 2016 merupakan kinerja tahun

kedua dari Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019, yang didukung dengan

anggaran sebesar Rp105.000.000.000,-.

No Program Sasaran Program Indikator Kinerja Target

2016 Angaran

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagaimana telah tertuang dalam

perjanjian kinerja yang telah ditandatangani oleh Inspektur Jenderal dengan

(14)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

No Kegiatan Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

2016 Angaran

Perjanjian Kinerja sebagaimana dimaksud diatas berisikan penugasan dari

(15)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

Melalui perjanjian kinerja tersebut, terwujudlah komitmen penerima amanah dan

kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu

(16)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

Pengukuran kinerja adalah kegiatan membandingkan tingkat kinerja yang

dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator

kinerja yang telah ditetapkan. Proses ini lebih lanjut dimaksudkan untuk menilai

pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang

keberhasilan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi

capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga

diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator.

Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut

masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam

perencanaan/program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap

program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya

guna.

Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada

pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam

rangka mewujudkan tujuan dan sasaran dengan menggunakan strategi yang

telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) dan dituangkan

dalam Penetapan Kinerja yang disusun setiap awal tahun berjalan.

Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,

pengungkapan informasi kinerja saat ini relevan dengan perubahan paradigma

penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasi secara jelas

(17)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Dengan perubahan paradigma tersebut, maka pengukuran kinerja yang menjadi

bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

sebagaimana disebutkan diatas setidaknya mencakup perkembangan keluaran

dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing

program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja yang

menjadi tolok ukur keberhasilan organisasi.

Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Inspektorat

Jenderal melaksanakan 1 (satu) program dari 9 (sembilan) program yang telah

ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu program “Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan”.

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Inspektorat

Jenderal dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu 1 (satu)

tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator

Inspektorat Jenderal yang telah ditetapkan. Adapun sasaran kegiatan

Inspektorat Jenderal adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya

Reformasi Birokrasi pada masing-masing unit utama.

2. Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian

negara.

3. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur

Kementerian Kesehatan.

Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi secara

menyeluruh yang menggambarkan tugas, peran dan fungsi organisasi tersebut

sebagai langkah yang rasional untuk menilai keberhasilan pelaksanaan.

Indikator kinerja organisasi cukup dilaporkan beberapa indikator kinerja saja

(18)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Sesuai dengan dokumen Renstra/Penetapan Kinerja Inspektorat Jenderal, telah

ditetapkan satu indikator utama dalam sasaran hasil program, yaitu:

Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan

dengan sasaran meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan

terlaksananya reformasi birokrasi. Untuk penilaian indikatornya adalah “Persentase Satuan Kerja yang Memiliki Temuan Kerugian Negara ≤ 1 %”.

Dalam mencapai indikator utama tersebut di atas, didukung oleh beberapa

kinerja kegiatan dengan menghasilkan luaran sebagai berikut:

1. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan

Inspektorat I;

2. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan

Inspektorat II;

3. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan

Inspektorat III;

4. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan

Inspektorat IV;

5. Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian

Kesehatan;

6. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur

Kementerian Kesehatan.

Secara keseluruhan tingkat capaian kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian

Kesehatan sebesar 94,97% dari 91% target yang ditetapkan pada Tahun 2016

yang dihitung berdasarkan persentase rata-rata capaian sasaran. Dari 1 (satu)

sasaran program dan 6 (enam) sasaran kegiatan seluruhnya telah memenuhi

target yang telah ditetapkan.

Evaluasi dan analisa capaian kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian

Kesehatan sebagaimana yang telah ditetapkan, diuraikan berdasarkan sasaran

(19)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

1. Capaian Realisasi Terhadap Target:

Dilihat dari capaian indikator, untuk Tahun 2016 Inspektorat Jenderal dapat

melaksanakan tugas-tugas/kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah

ditetapkan:

a. Indikator Kinerja Utama

Indikator pencapaian sasaran yang berasal Indikator Kinerja Utama

(IKU) Inspektorat Jenderal pada Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :

Sasaran Strategis Indikator Target

2016

Definisi operasional dari Indikator Kinerja Utama:

Satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional oleh

Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan).

Realisasi capaian Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal Tahun

2016 adalah 94,97% dari target 91% dengan dasar perhitungan sebagai

berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes yang diaudit

x 100%

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 497 satker yang telah

diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (118 satker) maupun oleh

BPK (122 satker) serta oleh BPKP (257 satker), terdapat 25 satker yang

(20)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

497 satker – 25 satker = 472 satker

472 satker KN ≤ 1% X 100% = 94,97%

497 satker yang diaudit

b. Indikator Kinerja Kegiatan

Capaian kinerja Indikator Kinerja Utama tersebut di atas didukung oleh

beberapa kegiatan yang menghasilkan output sebagai berikut :

1) Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satuan Kerja

Binaan Inspektorat I

Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut,

yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:

Satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup Inspektorat I dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional

oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Kondisi yang dicapai:

Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat I Tahun 2016

adalah 94,59% dari target 88% dengan dasar perhitungan sebagai

berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat I yang diaudit

(21)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 111 satker yang telah

diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (20 satker) maupun

oleh BPK (52 satker) serta oleh BPKP (39 satker), terdapat 6 satker

yang memiliki kerugian Negara diatas 1 %, sehingga persentase satker yang memiliki kerugian Negara ≤ 1% adalah sebagai berikut:

111 satker – 6 satker = 105 satker

105 satker KN ≤ 1% X 100% =94,59% 111 satker yang diaudit

2) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja

binaan Inspektorat II

Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut,

yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:

Satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup Inspektorat II dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional

oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Kondisi yang dicapai:

Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat II Tahun 2016

adalah 92,52% dari target 92% dengan dasar perhitungan sebagai

berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat II yang diaudit

(22)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 254 satker yang telah

diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (61 satker) maupun

oleh BPK (14 satker) serta oleh BPKP (179 satker), terdapat 19 satker

yang memiliki kerugian Negara diatas 1 % sehingga persentase satker yang memiliki kerugian Negara ≤ 1% adalah sebagai berikut:

254 satker – 19 satker = 235 satker

235 satker KN ≤ 1% X 100% = 92,52% 254 satker yang diaudit

3) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja

binaan Inspektorat III

Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut,

yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:

Satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup Inspektorat III dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional

oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Kondisi yang dicapai:

Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat III Tahun 2016

adalah 100,00% dari target 95% dengan dasar perhitungan sebagai

berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat III yang diaudit

(23)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 71 satker yang telah

diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (10 satker) maupun

oleh BPK (31 satker) serta oleh BPKP (30 satker) tidak terdapat satker

yang memiliki kerugian Negara diatas 1 % sehingga persentase satker yang memiliki kerugian Negara ≤ 1% adalah sebagai berikut:

71 satker – 0 satker = 71 satker

71 satker KN ≤ 1% X 100% = 100,00% 71 satker yang diaudit

4) Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja

binaan Inspektorat IV

Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut,

yaitu: Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:

Satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan di lingkup Inspektorat IV dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan laporan hasil audit (Audit Operasional

oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes, Audit Laporan Keuangan oleh

Badan Pemeriksa Keuangan dan Semua Jenis Audit oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Kondisi yang dicapai:

Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat IV Tahun 2016

adalah 100% dari target 85% dengan dasar perhitungan sebagai

berikut:

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit

Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat IV yang diaudit

(24)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 61 satker yang telah

diaudit baik oleh Itjen Kementerian Kesehatan (27 satker) maupun

oleh BPK (25 satker) serta oleh BPKP (9 satker), tidak terdapat satker

yang memiliki kerugian Negara diatas 1 % sehingga persentase satker yang memiliki kerugian Negara ≤ 1% adalah sebagai berikut:

61 satker – 0 satker = 61 satker

61 satker KN ≤ 1% X 100% = 100,00% 61 satker yang diaudit

5) Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan

Kementerian Kesehatan

Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut,

yaitu: Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang

berindikasi kerugian negara di lingkungan Kementerian Kesehatan

sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:

Penanganan pengaduan masyarakat adalah upaya yang dilakukan

sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal dalam penyelesaian

pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara yang dapat

dilakukan melalui kegiatan klarifikasi/ADTT maupun

koordinasi/konsultasi dalam rangka penanganan pengaduan.

Kondisi yang dicapai:

Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat Investigasi

Tahun 2016 adalah 100% dari target 100% dengan dasar perhitungan

sebagai berikut:

Jumlah penanganan pengaduan

masyarakat berindikasi kerugian negara yang diterima sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal Jumlah pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian

negara yang diterima sesuai kewenangan Itjen

(25)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Jumlah pengaduan masyarakat dan permintaan ADTT selama Tahun

2016 sebanyak 245 pengaduan yang diterima melalui surat dan

Whistleblowing System (WBS) dengan penanganan sebagai berikut:

No Unit Eselon II Status Penanganan Total Kadar Pengawasan Keterangan

Process closed Ya Tidak

Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi:

245 pengaduan X 100% = 100% 245 pengaduan

6) Dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada

program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur

Kementerian Kesehatan

Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian output tersebut,

yaitu: Persentase satuan kerja yang telah menerapkan program aksi

pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:

Satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah yang telah menerapkan

program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah satuan

kerja yang telah melaksanakan salah satu dari kegiatan berikut:

a) Pengendalian gratifikasi;

b) Pengelolaan pengaduan masyarakat;

c) Pengelolaan LHKPN;

(26)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Kondisi yang dicapai:

Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Sekretariat Inspektorat

Jenderal Tahun 2016 adalah 41,12% dari target 40% dengan dasar

perhitungan sebagai berikut:

Jumlah satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi

Jumlah satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah di lingkungan Kemenkes

x 100%

Cara hitung disesuaikan dengan persentase realisasi aksi PPK:

2015: 43 satker

2016: 45 satker

Realisasi = Jumlah aksi PPK s/d 2016

Seluruh satker Kemenkes

= (43+45) X 100%

214

= 41,12%

2. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2016 dan Tahun 2015:

Realisasi IKU Inspektorat Jenderal

2016 2015

Target Realisasi Target Realisasi

91,00% 94,97% 88,00% 97,68%

Jika melihat dari tabel diatas realisasi IKU Inspektorat Jenderal Kementerian

Kesehatan mengalami penurunan capaian dari 97,68% pada Tahun 2015

menjadi 94,97% pada Tahun 2016. Penurunan capaian tersebut disebabkan

karena pada Tahun 2015 satuan kerja yang diaudit oleh APF sebanyak 776

satker dengan 18 satker memiliki kerugian negara di atas 1 %, sedangkan

Tahun 2016 sebanyak 497 satker dengan 25 satker memiliki kerugian negara

di atas 1 %. Semakin banyak satker yang memiliki kerugian negara di atas

1% menunjukkan persentase capaian kinerja yang semakin menurun.

Penurunan persentase tersebut lebih disebabkan karena pada Tahun 2016

jumlah objek yang dilakukan audit jauh lebih sedikit dari pada objek audit

(27)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

3. Perbandingan Capaian Kinerja dengan Target Jangka Menengah:

Apabila capaian kinerja Inspektorat Jenderal diperbandingkan dengan target

capaian kinerja jangka menengah maka dapat dilihat dalam grafik sebagai

berikut:

Grafik Perbandingan Realisasi Kinerja s.d Tahun 2016 dengan Target Jangka Menengah Renstra 2015 - 2019

Capaian kinerja Inspektorat Jenderal sebesar 94,97% pada Tahun 2016 telah

melebihi target kinerja yang direncanakan pada tahun tersebut yakni sebesar

91%. Dan jika diperbandingkan dengan target capaian kinerja jangka

menengah Inspektorat Jenderal, maka target kinerja pada Tahun 2017

sebenarnya telah tercapai pada Tahun 2015.

4. Keberhasilan Pencapaian Target:

Keberhasilan pencapaian target sasaran Inspektorat Jenderal dikarenakan

telah dilaksanakannya pembinaan secara berkesinambungan terhadap

satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan diantaranya melalui

berbagai kegiatan sebagai berikut:

a. Pembinaan satuan kerja berdasarkan metode on going process di

lingkungan Kementerian Kesehatan.

b. Peningkatan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai konsultan, katalisator,

(28)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

d. Peningkatan pengawasan barang dan jasa melalui probity audit.

e. Penetapan sasaran/objek audit berbasis risiko.

f. Menerapkan pedoman pengawasan secara konsisten.

g. Peningkatan kualitas laporan keuangan melalui kegiatan reviu.

h. Pendampingan penyusunan laporan keuangan.

i. Pengamanan aset Kementerian Kesehatan.

j. Pendampingan pengadaan barang jasa/konsultasi pengadaan barang dan

jasa.

k. Reviu penyusunan perencanaan anggaran.

l. Evaluasi Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

m. Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat

Pengawas Fungsional (APF).

n. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah

(APIP) lain.

o. Penanganan Pengaduan Masyarakat.

p. Penerapan Pendidikan Budaya Anti Korupsi pada Poltekkes Kementerian

Kesehatan.

q. Penerapan Whistleblower’s System dan Justice Collaborator.

r. Penerpan Zona Integritas dan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan

Wilayah Birokrasi Bersih Kompeten dan Melayani (WBBKM).

s. Mengoptimalkan peran Unit Pengendlian Gratifikasi (UPG).

t. Mengoptimalkan Laporan LHKPN sesuai dengan batas waktu pelaporan.

u. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

5. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya:

Realisasi capaian Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal Tahun 2016

adalah sebesar 94,97% dari target 91%. Alokasi dan target anggaran untuk

mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar Rp105.000.000.000,-.

Dengan terget fisik sebanyak 1.787 dokumen/laporan. Namun pada

November 2016 terdapat perubahan anggaran dan target fisik dari

Rp105.000.000.000,- menjadi Rp99.001.460.000,- dengan target fisik dari

1.787 menjadi 2.656 laporan dalam satu tahun. Hal ini berdasarkan Instruksi

(29)

Langkah-Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun

Anggaran 2016.

Penyerapan anggaran sampai dengan 31 Desember Tahun 2016 sebesar

Rp95.147.660.137,- (96,11%), sedangkan realisasi fisik sebanyak 2.829

laporan (106,51%).

Jika melihat capaian kinerja Inspektorat Jenderal Tahun 2016 sebesar

94,97% dan penyerapan anggaran sebesar 96,11% dengan realisasi fisik

sebesar 106,51% maka telah terjadi efisiensi penggunaan sumber daya di

lingkungan Inspektorat Jenderal. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan

(30)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

hanya berjumlah 157 orang yang terdiri dari Auditor Pertama 83 orang,

Auditor Muda 56 orang, dan Auditor Madya 18 orang.

Dari sisi pelaksanaan aggaran pada Tahun 2016 terdapat efisiensi belanja

modal paket pengadaan workstation senilai Rp855.898.300,- dari nilai HPS

sebesar Rp3.169.688.300,- dengan nilai kontrak sebesar Rp2.313.790.000,-

6. Kegiatan Penunjang Keberhasilan:

Beberapa kegiatan penunjang untuk mendukung pencapaian sasaran ini

dilakukan upaya antara lain:

a. Sosialisasi Pengendalian Gratifikasi di lingkungan RSJ. Prof. Dr. Soerojo

Magelang:

Inspektur Jenderal Drs. Purwadi, Apt.,MM.,ME dan Sekretaris Inspektorat

Jenderal Kementerian Kesehatan drg. S.R. Mustikowati, M.Kes

memberikan sosialisasi tentang Program Pengendalian Gratifikasi (PPG)

dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi serta strategi pembangunan

Zona Integritas seluruh pimpinan/pejabat struktural dan fungsional,

pegawai dan tenaga kesehatan (Dokter, Perawat, Apoteker, Rekam

Medis, dll) di lingkungan RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang pada tanggal

15 Januari 2016.

b. Pelaksanaan Rapat Koordinasi Pengawasan 2016:

Tema Rapat Koordinasi Pengawasan Tahun 2016 adalah Pencegahan

Fraud dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan”. Acara rapat koordinasi

tersebut dihadiri oleh kurang lebih 130 peserta yang terdiri dari Direktur

Keuangan dan perwakilan dari Satuan Pemeriksa Internal (SPI) Rumah

Sakit Vertikal Kementerian Kesehatan, perwakilan Balai Besar Kesehatan

Paru Masyarakat (BBKPM), Perwakilan Auditor Badan Pengawasan

Keuangan Pembangunan (BPKP) dan Auditor Inspektorat Jenderal

Kementerian Kesehatan.

c. Komitmen Menolak Gratifikasi:

Penandatanganan secara serempak mengenai pernyataanya MENOLAK

GRATIFIKASI di lingkungan profesi kedokteran. Adapun pihak-pihak

yang terlibat adalah Kementerian Kesehatan RI, IDI, Badan POM, RSUP

(31)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, Majelis Kolegium Kedokteran

Indonesia, Glaxo Smith Kline Pharma, PT. Merck Tbk, Gabungan

Perusahaan Farmasi Indonesia, RSK. Dharmais, dan PT. Kimia Farma.

d. Sosialisasi dan Penandatanganan Komitmen Bersama Pengendalian

Gratifikasi dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Antara KKP Kelas III

Gorontalo dan Mitra Kerja:

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi

pengendalian gratifikasi di Lingkungan KKP Kelas III Gorontalo dan

menyaksikan penandatanganan komitmen bersama pengendalian

gratifikasi dan pencegahan tindak pidana korupsi antara KKP Kelas III

Gorontalo dan mitra kerjanya di kota Gorontalo pada tanggal 15 Februari

2016.

e. Asistensi Pengisian dan Pengumpulan LHKPN di Lingkungan Sekretariat

Jenderal:

Sekretariat Jenderal mengadakan Asistensi Pengisian dan Pengumpulan

Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara dengan mengundang

Inspektorat Jenderal dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Bertempat di auditorium G.A. Siwabessy, asistensi diikuti oleh kurang

lebih 70 peserta wajib LHKPN dilingkungan Sekretariat Jenderal pada

tanggal 24 Februari 2016.

f. Pencanangan Zona Integritas Satker BBKPM Surakarta Menuju

WBK/WBBM:

Inspektorat Jenderal melaksanakan sosialisasi dan pendampingan

pembentukan zona integritas pada satuan kerja Balai Besar Kesehatan

Paru Masyarakat Surakarta pada tanggal 3 Maret 2016.

g. Kunjungan Kerja Ke Inspektorat Jenderal Kemendikbud:

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan melaksanakan kunjungan

kerja ke Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

guna membahas agenda kerja koordinasi pengawasan dalam hal

pertukaran informasi kebijakan pengawasan di masing-masing Instansi

pada Tanggal 10 Maret 2016.

h. Kunjungan Kerja ke Inspektorat Jenderal Kemenhub:

(32)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

di Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat. Kunjungan kerja

tersebut dipimpin oleh Inspektur Jenderal, Drs. Purwadi, Apt, MM, ME

dengan diikuti oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal, drg. S.R Mustikowati,

M.Kes, Inspektur IV, Drs. Wayan Rai Suarthana, MM, Auditor Fungsional

dan Struktural Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. Kunjungan

tersebut diterima baik oleh jajaran Inspektorat Jenderal Kemenhub yang

dipimpin oleh Inspektur Jenderal Dr. Cris Kuntadi, CA, CPA, QIA, FCMA,

CGMA, Ak. Tujuan diadakannya Kunjungan Kerja tersebut adalah untuk

menjalin tata hubungan kerja yang harmonis khususnya dalam hal

pertukaran informasi terkait dengan metode pengawasan yang efektif,

efisien dan tepat. Kunjungan dilakukan pada Tanggal 17 Maret 2016.

i. Sosialisasi Penilaian Satuan kerja WBK/WBBM Pada Kantor Kesehatan

Pelabuhan Kelas II Samarinda:

Inspektorat Jenderal memberikan sosialisasi kepada pimpinan dan

pegawai di lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda

tentang usulan satuan kerja yang dapat meraih predikat Wilayah Bebas

dari Korupsi (WBK) pada tanggal 23 Maret 2016.

j. Pembekalan Materi Anti Korupsi Kepada Tim Nusantara Sehat:

Pada pembekalan materi bagi Tim Nusantara Sehat tanggal 18 Mei 2016,

Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan Drs. Purwadi, Apt., MM., ME.,

menyampaikan materi tentang program-program pencegahan dan

pemberantasan korupsi di lingkungan Kementerian Kesehatan.

k. Penerbitan Permenkes Nomor 27 Tahun 2016:

Menerbitkan Permenkes Nomor 27 Tahun 2016 tentang Kebijakan

Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada Tanggal

27 Mei 2016.

l. Penandatanganan MoU antara Kemenkes dengan KPK:

Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) bersama

Ketua KPK Agus Rahardjo, ST., MSc. Mgt, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Ristek Dikti dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan menandatangani Nota Kesepahaman mengenai Pencegahan

Tindak Pidana Korupsi di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),

(33)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

m. Rakornas APIP Tahun 2016 di Kantor Pusat BPKP:

Rakornas APIP Tahun 2016 mengambil tema “Aktualisasi Peran APIP

sebagai Early Warning System dalam Peningkatan Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” yang dihadiri oleh

10 Menteri atau yang mewakili dari Big Spender, 5 Gubernur, Ketua

Pengurus Asosiasi Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, 90

Inspektur Jenderal K/L, 34 Inspektur Provinsi, 68 Inspektur

Kabupaten/Kota, para Pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan

BPKP. Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan bersama dengan

Inspektur IV Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan menghadiri

Rapat Koordinasi Nasional Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

pada tanggal 23 Agustus 2016 bertempat di Kantor BPKP Pusat Jl.

Pramuka No. 33 Jakarta.

n. Sosialisasi Penilaian Integritas Organisasi Publik sebagai Upaya

Pencegahan Korupsi dan Penguatan Sistem Integritas Nasional:

Bertempat di Auditorium Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),

Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh Inspektorat Jenderal

menghadiri acara yang diselenggarakan oleh KPK, yaitu kerjasama

pencegahan korupsi pada Kementerian/Lembaga/Organisasi/Pemerintah

Daerah (K/L/O/P) Tahun 2016. Dalam acara tersebut, dilaksanakan dua

agenda yaitu Pengenalan Perangkat / Tools Program Penilaian Integritas

(Integrity Assessment) 2016 dan Kesepakatan Kerjasama dan Usulan

Unit Kerja yang menjadi target survei pada Tanggal 23 Agustus 2016.

o. Penandatanganan MoU antara Kemenkes dengan BPKP:

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek menandatangani Nota

Kesepahaman bersama Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembanguna (BPKP), Ardan Adiperdana terkait penguataan tata kelola

pemerintahan yang baik dan bersih dalam rangka meningkatkan program

pencegahan tindak pidana korupsi di Lingkungan Kementerian

Kesehatan pada Tanggal 7 Oktober 2016.

p. Rapat Koordinasi Nasional Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) Tahun

2016:

(34)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

dari 80 Kementerian Lembaga, Pemprov/Pemkot/Pemkab dan

BUMN/BUMD se-Indonesia. Berkesempatan hadir menjadi peserta

sekaligus sebagai narasumber Rakornas UPG dari Kementerian

Kesehatan dalam pembukaan kegiatan tersebut adalah Sekretaris

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Heru Arnowo, SH, MM

yang didampingi oleh Kepala Bagian TU-Hukum dan Kepegawaian dan

Kepala Bagian Keuangan dan BMN.

q. Penerbitan Permenkes Nomor 58 Tahun 2016:

Menerbitkan Permenkes Nomor 58 Tahun 2016 tentang Sponsorship

Bagi Tenaga Kesehatan pada Tanggal 8 November 2016.

r. Penerbitan Kepmenkes tentang Pemberantasan Pungutan Liar:

Menerbitkan Kepmenkes Nomor: HK.02.02/MENKES/604/2016 tentang

Unit Pencegahan dan Pemberantasan Pungutan Liar dilingkungan

Kementerian Kesehatan pada Tanggal 18 November 2016.

s. International Business Integrity Conference (IBIC) Tahun 2016:

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI berpartisipasi sebagai

peserta diskusi dalam kegiatan IBIC Tahun 2016 berlangsung di Hotel

Grand Sahid Jakarta pada tanggal 16-17 November 2016 yang

membahas pencegahan korupsi di sektor bisnis pada

Kementerian/Lembaga di Indonesia.

t. Konferensi Nasional Pencegahan Korupsi (KNPK) Tahun 2016:

Inspektur Jenderal Menghadiri Konferensi Nasional Pencegahan Korupsi

(KNPK) Tahun 2016 bertempat di Ballroom Balai Kartini Jakarta yang mengusung tema “ Reformasi Sistem Penegakan Hukum dan Pelayanan Publik yang Transparan dan Akuntabel” pada Tangga 1 Desember 2016.

u. Sosialisasi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di lingkungan

Kementerian Kesehatan pada Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI)

Tahun 2016:

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan mengikuti Pameran

Integritas dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi Internasional

(HAKI) Tahun 2016 untuk mensosialisasikan program-program anti

korupsi yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada

(35)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)

mendapat tugas untuk mengumpulkan LHKPN di lingkungan

Kementerian Kesehatan untuk disampaikan ke KPK. Selanjutnya

dibentuk tim pengelola LHKPN di lingkungan Kementerian Kesehatan

yang akan bertanggung jawab terhadap pengumpulan semua laporan

tersebut, yang tugas dan fungsinya diundangkan dalam Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/296/2016 Tanggal 27 Mei

2016 tentang Tim Pengelola Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara dan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara di

Lingkungan Kementerian Kesehatan.

w. Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG):

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2014 tentang

Pengendalian Gratifikasi di lingkungan Kementerian Kesehatan

mengamanatkan bahwa Kementerian Kesehatan harus membentuk Unit

Pengendalian Gratifikasi (UPG). Tugas UPG Kementerian Kesehatan

sebagaimana diatur dalam permenkes 14 Tahun 2014 Pasal 7 ayat (2)

huruf a bertugas sebagai unit yang melaksanakan analisa, pelaporan,

monitoring dan evaluasi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi terkait

adanya Gratifikasi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), UPG Kementerian Kesehatan mempunyai fungsi sebagai

berikut:

1) Menerima pelaporan Gratifikasi dari UPG Unit Utama dan UPG Unit

Pelaksana Teknis;

2) Melakukan analisis pemprosesan setiap laporan Gratifikasi yang

diterima;

3) Melakukan konfirmasi langsung atas laporan Gratifikasi kepada

pelapor yang terkait dengan kejadian penerimaan/pemberian

Gratifikasi;

4) Menentukan dan memberikan rekomendasi atas penanganan dan

pemanfaatan Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap terkait kedinasan;

5) Melakukan koordinasi, konsultasi dan surat-menyurat dengan Komisi

Pemberantasan Korupsi atas nama Kementerian Kesehatan;

(36)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

atau Komisi Pemberantasan Korupsi;

7) Meminta data dan informasi kepada unit kerja tertentu dan Aparatur

Kementerian Kesehatan terkait pemantauan penerapan program

pengendalian Gratifikasi;

8) Memberikan rekomendasi tindak lanjut kepada Inspektorat Jenderal,

dalam hal terjadi pelanggaran oleh Aparatur Kementerian Kesehatan;

dan

9) Melaporkan hasil penanganan pelaporan Gratifikasi di lingkungan

Kementerian Kesehatan kepada Menteri dan Komisi Pemberantasan

Korupsi.

B. REALISASI ANGGARAN

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian

Kesehatan RI Tahun 2016 didukung oleh dana yang bersumber dari DIPA

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI sesuai Keputusan Menteri

Keuangan Nomor: 024.02.1.415366/2016 Tanggal 7 Desember 2016 dengan

alokasi sebesar Rp105.000.000.000,-.

Tabel Alokasi Anggaran Belanja Berdasarkan Program Tahun 2015 dan 2016

No Program Sasaran Anggaran

Tahun 2016 Tahun 2015

1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pagu anggaran program Inspektorat

Jenderal Tahun 2016, naik sebesar Rp2.029.000.000,- atau sebesar 1,97%

dibandingkan dengan pagu anggaran Tahun 2015. Selama periode berjalan,

Inspektorat Jenderal telah melakukan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

(DIPA) dari DIPA awal. Hal ini disebabkan oleh adanya program penghematan

(37)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan. Berdasarkan Instruksi

Presiden Nomor 8 Tahun 2016, Tanggal 28 Agustus 2016 tentang

Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun

Anggaran 2016, Inspektorat Jenderal terdapat self blocking sebesar

Rp5.998.540.000, yang terdiri dari:

1. Belanja pegawai senilai Rp5.100.000.000,-;

2. Belanja modal senilai Rp898.540.000.

Tabel Rincian Realisasi Anggaran Tahun 2016

Uraian

Belanja Pegawai 39.329.019.000 34.229.019.000 33.096.674.095 28.878.031.669 14,61

Belanja Barang 62.147.452.000 62.147.452.000 59.425.997.242 49.622.788.474 19,76

Belanja Modal 3.523.529.000 2.624.989.000 2.624.988.800 4.214.952.930 (37,72)

Belanja Bantuan Sosial - - - - -

Jumlah Belanja 105.000.000.000 99.001.460.000 95.147.660.137 82.715.773.073 15,03

Alokasi Anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada Tahun

2016 untuk mewujudkan sasaran Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas

Aparatur Kementerian Kesehatan adalah sebesar Rp99.001.460.000,-

(Rp105.000.000.000 - Rp5.998.540.000) terdiri dari Belanja Pegawai

Rp34.229.019.000,- dan Non Belanja Pegawai terdiri dari Belanja Barang

sebesar Rp62.147.452.000,- dan Belanja Modal sebesar Rp2.624.989.000,-.

Dari alokasi yang dianggarkan tersebut, sampai dengan tanggal 31 Desember

2016 telah direalisasikan sebesar Rp95.147.660.137,- (96,11%), terdiri dari

Belanja Pegawai Rp33.096.674.095,- dan Non Belanja Pegawai terdiri dari

Belanja Barang sebesar Rp59.425.997.242,- dan Belanja Modal sebesar

Rp2.624.988.800,-. sedangkan anggaran yang tidak terserap sebesar

Rp3.853.799.863 (3,89%).

Realisasi Belanja Pegawai Tahun 2016 dan 2015 masing-masing adalah

(38)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

mengalami kenaikan sebesar 14,61% dari Tahun 2015. Hal ini disebabkan

antara lain oleh:

1. Adanya perpindahan beban gaji pegawai PNS Inspektorat Jenderal

(angkatan 2015) dari Biro Umum ke Inspektorat Jenderal;

2. Adanya kenaikan pangkat, kenaikan grade (tunjangan), dan Kenaikan Gaji

Berkala pada sejumlah pegawai.

Untuk Realisasi Belanja Barang Tahun 2016 dan 2015 masing-masing adalah

sebesar Rp59.425.997.242,- dan Rp49.622.788.474,-. Realisasi Belanja

Barang Tahun 2016 mengalami kenaikan 19,76% dari Realisasi Belanja

Barang Tahun 2015. Hal ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya belanja

jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas di Tahun 2016.

Belanja Modal Tahun 2016 dan 2015 masing-masing adalah sebesar

Rp2.624.988.800,- dan Rp4.214.952.930,-. Realisasi Belanja Modal pada

Tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 37,72% dibandingkan Tahun 2015

disebabkan oleh kebutuhan pembelian aset di Tahun 2016 lebih sedikit

dibandingkan Tahun 2015. Meskipun pada Tahun 2016 belanja modal

mengalami penurunan dari pada Tahun 2015.

Tabel Persentase Realisasi Anggaran Tahun 2016

Realisasi Anggaran Tahun 2016

Pagu Awal Pagu Revisi

Target Realisasi % Target Realisasi %

105.000 95.147 90,62 99.001 95.147 96,11

Jika melihat pada tabel diatas maka realisasi anggaran Inspektorat Jenderal

Kementerian Kesehatan pada Tahun 2016 adalah sebesar 90,62% jika

dibandingkan dengan pagu awal, sedangkan jika dibandingkan dengan pagu

revisi maka realisasi anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan

sebesar 96,11%.

Jumlah alokasi dan realisasi anggaran serta persentase realisasi anggaran

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan selama 5 Tahun (2012 – 2016)

(39)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Grafik Alokasi dan Realisasi Anggaran Itjen Kementerian Kesehatan Tahun 2012 - 2016 (dalam jutaan rupiah)

Pada grafik di atas terlihat realisasi anggaran pada Tahun 2016 mengalami

kenaikan jika dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Peningkatan

alokasi dan realisasi anggaran Inspektorat Jenderal Tahun 2012 - 2016 dapat

terlihat pada grafik berikut :

(40)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

Grafik Persentase Realisasi Anggaran Inspektorat Jenderal Tahun 2012 – 2016

Realisasi anggaran per sasaran kegiatan di setiap unit Inspektorat Jenderal

Kementerian Kesehatan dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I:

Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut

sebesar Rp8.713.931.000,00,- realisasi penyerapan anggaran sampai

dengan 31 Desember Tahun 2016 sebesar Rp8.565.758.191,00,- (98,30%).

2016

% 2015 %

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Rp8.713.931.000,00,- Rp8.565.758.191,00,- 98,30 Rp9.154.208.000,- Rp8.567.634.487,- 93,59

Jika melihat tabel diatas terdapat penurunan pagu anggaran Inspektorat I dari

Rp9.154.208.000,- pada Tahun 2015 menjadi Rp8.713.931.000,00,- pada

Tahun 2016.

2. Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II:

Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut

sebesar Rp11.585.145.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan

31 Desember Tahun 2016 sebesar Rp10.953.581.239,- (94,55%).

2016

% 2015 %

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Rp11.585.145.000,- Rp10.953.581.239,- 94,55 Rp3.591.074.000,- Rp3.427.889.037,- 95,46

(41)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

2015 menjadi Rp11.585.145.000,- pada Tahun 2016, hal ini terjadi

dikarenakan adanya anggaran audit pelayanan kesehatan haji serta

berubahnya satker binaan.

3. Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III:

Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut

sebesar Rp8.102.182.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31

Desember Tahun 2016 sebesar Rp7.637.634.321,- (94,27%).

2016

% 2015 %

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Rp8.102.182.000,- Rp7.637.634.321,- 94,27 Rp6.212.756.000,- Rp5.738.707.880,- 92,37

Jika melihat tabel diatas terdapat kenaikan pagu anggaran Inspektorat III dari

Rp6.212.756.000,- pada Tahun 2015 menjadi Rp8.102.182.000,- pada Tahun

2016.

4. Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV:

Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut

sebesar Rp8.052.946.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan

31 Desember Tahun 2016 sebesar Rp7.740.864.498,- (96,12%).

2016

% 2015 %

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Rp8.052.946.000,- Rp7.740.864.498,- 96,12 Rp6.526.738.000,- Rp6.011.154.025,- 92,10

Jika melihat tabel diatas terdapat kenaikan pagu anggaran Inspektorat IV dari

Rp6.526.738.000,- pada Tahun 2015 menjadi Rp8.052.946.000,-pada Tahun

2016.

5. Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut

sebesar Rp6.203.100.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan 31

Desember Tahun 2016 sebesar Rp5.653.955.051,- (91,15%).

2016

% 2015 %

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Rp6.203.100.000,- Rp5.653.955.051,- 91,15 Rp6.682.987.000,- Rp5.599.226.853,- 83,78

Jika melihat tabel diatas terdapat penurunan pagu anggaran Inspektorat

Investigasi dari Rp6.682.987.000,- pada Tahun 2015 menjadi

(42)

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI

6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada

Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian

Kesehatan.

Alokasi dan target anggaran untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tersebut

sebesar Rp56.344.156.000,- realisasi penyerapan anggaran sampai dengan

31 Desember Tahun 2016 sebesar Rp54.596.866.837,- (96,90%).

2016

% 2015 %

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Rp56.344.156.000,- Rp54.596.866.837,- 96,90 Rp70.803.237.000,- Rp53.940.503.930,- 76,18

Jika melihat tabel diatas terdapat penurunan pagu anggaran Sekretariat

Inspektorat Jenderal dari Rp70.803.237.000,- pada Tahun 2015 menjadi

Rp56.344.156.000,-pada Tahun 2016.

Adapun beberapa penyebab tidak optimalnya penyerapan anggaran

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan secara penuh yaitu :

1. Perhitungan estimasi pengangkatan jabatan fungsional auditor yang

diperkirakan sejak Bulan April 2016, namun SK pengangkatan jabatan

fungsional auditor baru diterima pada akhir Desember 2016;

2. Terdapat sisa tunjangan kinerja yang diakibatkan kenaikan dasar pengenaan

pajak/PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) sehingga pajak yang melekat

pada tunjangan kinerja semakin kecil;

3. Terdapat saldo uang makan yang merupakan sisa anggaran uang makan

yang tidak dibayarkan sehubungan dengan pegawai melaksanakan

Gambar

Grafik Perbandingan Realisasi Kinerja s.d Tahun 2016
Tabel Alokasi Anggaran  Belanja Berdasarkan Program
Tabel Rincian Realisasi Anggaran Tahun 2016
Grafik Alokasi dan Realisasi Anggaran Itjen Kementerian Kesehatan Tahun 2012 - 2016 (dalam jutaan  rupiah)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pilih perkataan yang paling sesuai untuk diisi pada tempat kosong dalam petikan yang diberi.. oleh dari sejak

1. Pengembangan alat ini masih sangat memungkinkan dan dapat disempurnakan dengan adanya peningkatan jenis generator, bahan dasar turbin, serta kualitas konverter

Ruang Publik dan Demokrasi Deliberatif di Indonesia: Mengefektifkan Internet Sebagai Media Konsensus Politik2. antara Rakyat dengan

Laporan Realisasi Pendapatan Negara dari masing-masing Satuan Kerja 2 Tahun setelah UU tentang peertanggungjawaban

Jika merujuk pada tulisan Andi Mapisangka (2009) tentang CSR di perusahaan,yang biasanya menggunakan istilah ring atau zona dalam pemberian CSR yaitu, yakni ring I

bahwa Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 26 Tahun 2014 tentang · Biaya Penyelenggaraan Haji Daerah, dibatalkan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang kelebihan dan kekurangan JPEG pada kompresi citra digital dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Deskripsi hasil belajar IPS pada siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan model M ind Mapping menunjukkan skor