• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN HASIL TANAMAN PANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN HASIL TANAMAN PANGAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PT. AFTA Agro Consultant

PT. AFTA Agro Consultant

HASIL TANAMAN PANGAN

HASIL TANAMAN PANGAN

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PROVINSI SUMATERA BARAT

2008

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PROVINSI SUMATERA BARAT

(2)

Penanganan pasca panen komoditas unggulan pertanian mempunyai

prospek yang sangat cerah untuk peningkatan pendapatan masyarakat. Peluang

ini terbuka melalui peningkatan nilai tambah komoditas melalui pengolahan

pasca panen. Disamping itu, penganekaragaman produk olahan komoditas juga

akan meningkatkan ragam dan aktivitas pemasaran produk pertanian. Potensi

yang dimiliki belum tergali secara menyeluruh, didalamnya terbuka peluang

yang besar untuk pengembangan. Oleh karena itu perlu disusun rencana

pengembangan dimulai dengan penyusunan langkah perencanaan secara

bertahap dalam bentuk road map.

Penyusunan Road Map penanganan pasca panen komoditas pangan

ditujukan untuk memberikan informasi yang lengkap kepada calon investor dan

pengguna lainnya. Data yang disajikan dalam buku ini merupakan data ril di

lapang, data statistik dan data olahan dari beberapa sumber. Dengan adanya buku

ini para calon investor dapat melihat, mengkaji dan menganalisis serta mencari

peluang untuk berinvestasi dalam bidang pertanian di Sumatera Barat.

Selanjutnya bisa berhubungan dengan instansi terkait sebagai fasilitator dan

pengawas usaha.

Bersamaan dengan terbitnya buku ini, kami menghimbau para calon

investor untuk menanamkan investasinya di Sumatera Barat, untuk

mengembangkan potensi dan peluang bisnis yang sangat terbuka. Koreksi dan

saran diharapkan dapat menyempurnakan buku semacam ini dimasa datang.

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

(3)
(4)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 3

1.3. Luaran ... 4

1.4. Prakiraan Manfaat ... 4

II. KONDISI SAAT INI 2.1. Potensi lahan saat ini ... 5

2.2. Luas tanam, luas panen, produktivitas, produksi selama 5 tahun... 6

2.3. Periode panen raya di masing-masing lokasi sentra ... 8

2.4. Sumber Daya Manusia ... 9

2.5. Sub Sistem Agribisnis Hulu ... 11

2.6. Sub Sistem Usaha Pertanian Primer ... 13

2.7. Sub. Sistem Agribisnis Hilir ... 14

2.7.1. Pasca Panen dan Pengolahan Hasil ... 14

2.7.2. Pemasaran ... 16

III. PROSPEK POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN 3.1. Prospek Pengembangan ... 18

3.2. Potensi Pengembangan ... 20

3.3. Arah Pengembangan ... 23

3.4. Langkah dan Tahapan Pengembangan ... 24

IV. PENUTUP ... 27

Daftar Isi

(5)

1.1. Latar Belakang

Sesuai dengan Undang-Undang No 34

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dimana

Pemerintah Daerah diberi wewenang untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan.Pemberian otonomi luas kepada

Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

masyarakat. Dan dengan otonomi luas, daerah

diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,

keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi

dan keanekaragaman daerah. Amanat

Undang-undang tersebut telah diacu oleh Dinas Pertanian Sumatera Barat untuk menciptakan

“Petani yang Sejahtera” dalamproses pembangunan daerahnya.Kebijakan tersebut

j u g a s e n a d a d e n g a n g e r a k a n R e v i t a l i s a s i

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK), yang pada dasarnya menuntut kinerja

sektor pertanian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. Peran penting dan strategis

sektor pertanian ini harus diwujudkan dan benar-benar mampu menjadi sektor

pengungkit pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari daerah, sesuai dengan

nafas otonomi daerah. Disamping itu, kebijakan revitalisasi pertanian juga 4

a

k

n

as

da

kan untuk mempercepat terwujudnya

I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

(6)

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

Oleh karena itu pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan dan

hortikultura dimasa datang harus lebih banyak diorientasikan pada pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian. Karena dari sinilah nilai tambah dan daya saing

bersumber. Dan sehubungan dengan itu, adalah sesuatu yang mutlak untuk

menguasai dan mengelola sumberdaya yang langka guna menghasilkan output

dengan penggunaan teknologi untuk mendapat manfaat yang sebesar-besarnya.

Dalam hal ini, akses peluang pasar harus dilakukan secara bijak.

Di Sumatera Barat peranan sub-sektor pertanian tanaman pangan dan

hortilkultura masih dominan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan dan dikembangkan agar

sub-sektor tersebut mampu menjadi penghela bagi pertumbuhan industri hulu dan

pendorong berkembangnya industri hilir. Dengan demikian, sektor pertanian akan

mampu memposisikan diri sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi masyarakat yang

berawal di pedesaan. Komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura yang

berkembang saat ini selain padi adalah jagung, sayuran (cabai, tomat, kentang,

sayuran organik dan lainnya) dan buah-buahan (jeruk, pisang, manggis dan

markisah). Dalam pengusahaannya, sebagian besar petani sudah menggunakan

teknologi budidaya secara baik, sementara penerapan teknologi pasca panen belum

banyak dilakukan sehingga nilai tambah dan daya saing produk yang dihasilkan

masih rendah. Road map pengembangan komoditas pangan (jagung) melalui penanganan

pasca panen hasil merupakan langkah dan tahapan yang sangat dibutuhkan, agar

pengembangan potensi daerah guna peningkatan nilai tambah dan perluasan

lapangan kerja lebih terarah dan mempunyai dayaguna dan hasilguna. Aplikasi

kegiatan yang diurai dalam road map ini diharapkan mampu memicu pertumbuhan

agribisnis yang dimulai di nagari sentra produksi jagung di Sumatera Barat.

Untuk membuat satu prototype model pengembangan daerah sentra produksi

jagung perlu dilakukan plot percontohan yang difokuskan pada satu nagari atau

wilayah yang lebih luas.

IV. PENUTUP IV. PENUTUP

25 2

(7)

Untuk membuka peluang guna peningkatan nilai tambah dan daya saing

produk tanaman pangan Sumatera Barat perlu disusun suatu rencana pengelolaan

kedepan dalam bentuk sebuah “road map”. Road map merupakan suatu teknik

perencanaan yang memuat langkah-langkah strategis dan operasional untuk

pengembangan suatu lembaga/komoditas yang dilakukan secara bertahap sesuai

dengan dukungan wilayah. Langkah strategis ini diawali dengan menyusun road

map pengembangan komoditas jagung.

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan road map penanganan pasca panen hasil tanaman pangan

(jagung) adalah :

1. Memberi acuan bagi pemerintah propinsi dalam perencanaan

penanganan pasca panen komoditas unggulan, secara bertahap dan

berkelanjutan

memajukan usaha agribisnis komoditas unggulan yang sedang atau akan

dikembangkan

3. Mendorong masyarakat petani dan pelaku usaha untuk membuka usaha

dan investasi baru dalam penanganan pasca panen komoditas unggulan.

Tabel 3. Road Map Penanganan Pasca Panen Jagung Sumatera Barat 2009-2013

p g p p gg , p

Kegiatan ?Sosialisasi kegiatan pengembangan penanganan pasca panen jagung ?Rekayasa kelembagaan

petani

?Rekayasa dan penguatan modal kelembagaan keuangan mikro ?Pengadaan dan pembinaan

LKMA di masing-masing daerah sentra produksi ?Penguatan modal LKMA ?Peningkatan kerjasama

LKMA dan pengusaha ?Pelatihan petani penanganan

pasca panen jagung ?Magang dan studi banding

petani ?Pengadaan fasilitas

penanganan pasca panen jagung

?Pembangunan jalan usahatani untuk daerah sentra produksi utama dan penyangga

?Pembangunan jalan produksi untuk daerah sentra produksi utama ?Pembangunan klinik

agribisnis dan kelengkapannya ?Pengadaan peralatan

penanganan pasca panen jagung

dryer untuk daerah

penyangga ?Masing-masing 2 unit

“mobilecorn sheller”

untuk daerah sentra

produksi

?Pengadaan alat dan mesin pengolahan pasca panen sesuai kebutuhan ?Pembinaan dan penerapan

teknologi penanganan pasca panen jagung ?Penerapan dan pembinaan

teknologi pengolahan bahan pakan ?Penerapan dan pembinaan

teknologi pengolahan produk industri rumah

?Pembinaan kegiatan klinik agribisnis penanganan pasca panen jagung

?Penampungan dan penyebaran informasi teknologi dan pemasaran ?Pembinaan kelembagaan petani dan kelembagaan kerjasama

?Diversifikasi produk olahan jagung

?Pembinaan usaha industri rumah tangga berbahan baku jagung ?Penganekaragaman

produk industri rumah tangga sesuai permintaan pasar

?Akreditasi produk olahan pasca panen jagung ?Peningkatan kualitas dan

kuantitas serta kontinuitas produk olahan ?Labelling dan packing

produk olahan ?Pendaftaran hak paten/

merek produk olahan ?Pemantapan organisasi dan

operasional kelembagaan ?Pemantapan kelembagaan

produsen produk olahan ?Pemantapan kelembagaan

kerjasama pemasaran produk olahan ?Fasilitasi pemasaran produk

penanganan pasca panen jagung (kelembagaan)

?Promosi dan proteksi produk penanganan pasca panen

?Promosi melalui media masa (TV, Radio, Surat Kabar, poster, leaflet dan brosur)

?Fasilitasi pemasaran kerjasama ke hotel, rumah sakit, restoran dan tempat rekreasi

?Pengadaan fasilitas pendukung pengembangan produk dan pemasaran hasil penanganan pasca panen

?Pengadaan dan pembinaan outlet dan fasilitas pendukung pemasaran produk penanganan pasca panen

?Pengadaan dan pembinaan pusat pengumpulan dan distribusi produk olahan pasca panen jagung

?Perekrutan dan pembinaan SDM pemasaran

?Fasilitasi perluasan jaringan pasar dan kerjasama pemasaran produk olahan

?Pengadaan homepage penanganan pasca panen

?Perekrutan dan pembinaan SDM promosi

?Peningkatan p romosi produk penanganan pasca panen (seminar, leaflet, lokakarya, dan lainnya)

?Perluasan jaringan informasi dan pasar

?Evaluasi program Tujuan

Pendapatan masyarakat meningkat, pertanian sustainable, lingkungan lestari

Kondusifnya system pemasaran produk agroindustri Tersebarluasnya produk

agroindustri Berkembangnya agribisnis pedesaan Berkembangnya usaha industri

rumaha tangga Tersosialisasinya program

penanganan pasca panen jagung

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013

Pendapatan petani 100% 120% 150% 200% 200%

Indikator Agribisnis Kondisi awal dan rekayasa Peningkatan aktivitas, produktivitas dan mutu

Perkembangan agribisnis Luasnya jaringan pemasaran Peningkatan pendapatan

Pembinaan Pembinaan kelompok tani dan wanita tani, pemberdayaan masyarakat, serta kelembagaan Kegiatan ?Sosialisasi kegiatan

pengembangan penanganan pasca panen jagung ?Rekayasa kelembagaan

petani

?Rekayasa dan penguatan modal kelembagaan keuangan mikro ?Pengadaan dan pembinaan

LKMA di masing-masing daerah sentra produksi ?Penguatan modal LKMA ?Peningkatan kerjasama

LKMA dan pengusaha ?Pelatihan petani penanganan

pasca panen jagung ?Magang dan studi banding

petani ?Pengadaan fasilitas

penanganan pasca panen jagung

?Pembangunan jalan usahatani untuk daerah sentra produksi utama dan penyangga

?Pembangunan jalan produksi untuk daerah sentra produksi utama ?Pembangunan klinik

agribisnis dan kelengkapannya ?Pengadaan peralatan

penanganan pasca panen jagung

dryer untuk daerah

?Pembinaan kegiatan klinik agribisnis penanganan pasca panen jagung

?Penampungan dan penyebaran informasi teknologi dan pemasaran ?Pembinaan kelembagaan petani dan kelembagaan kerjasama

?Diversifikasi produk olahan jagung

?Pembinaan usaha industri rumah tangga berbahan baku jagung ?Penganekaragaman

produk industri rumah tangga sesuai permintaan pasar

?Akreditasi produk olahan pasca panen jagung ?Peningkatan kualitas dan

kuantitas serta kontinuitas produk olahan ?Labelling dan packing

produk olahan ?Pendaftaran hak paten/

merek produk olahan ?Pemantapan organisasi dan

operasional kelembagaan ?Pemantapan kelembagaan

produsen produk olahan ?Pemantapan kelembagaan

kerjasama pemasaran produk olahan ?Fasilitasi pemasaran produk

penanganan pasca panen jagung (kelembagaan)

?Promosi dan proteksi produk penanganan pasca panen

?Promosi melalui media masa (TV, Radio, Surat Kabar, poster, leaflet dan brosur)

?Fasilitasi pemasaran kerjasama ke hotel, rumah sakit, restoran dan tempat rekreasi

?Pengadaan fasilitas pendukung pengembangan produk dan pemasaran hasil penanganan pasca panen

?Pengadaan dan pembinaan outlet dan fasilitas pendukung pemasaran produk penanganan pasca panen

?Pengadaan dan pembinaan pusat pengumpulan dan distribusi produk olahan pasca panen jagung

?Perekrutan dan pembinaan SDM pemasaran

?Fasilitasi perluasan jaringan pasar dan kerjasama pemasaran produk olahan

?Pengadaan homepage penanganan pasca panen

?Perekrutan dan pembinaan SDM promosi

?Peningkatan p romosi produk penanganan pasca panen (seminar, leaflet, lokakarya, dan lainnya)

?Perluasan jaringan informasi dan pasar

?Evaluasi program

(8)

ROAD MAP

Tabel 2. Logical Frame Work (Matriks Kerangka kerja Logis) Penanganan pasca panen komoditas jagung di Sumatera Barat tahun 2009-2013

ROAD MAP

Luaran yang diharapkan adalah : Road Map penanganan pasca panen hasil

tanaman pangan dalam bentuk buku dan

VCD masing-masing sebanyak 20

eksemplar

.

.

1.4. Prakiraan Manfaat

”Road map” penanganan pasca panen hasil tanaman pangan ini, diharapkan

akan dijadikan acuan bagi para pengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan nilai

tambah komoditas unggulan tanaman pangan. Disamping itu road map ini juga bisa

dimanfaatkan

oleh para petani

dan calon investror

untuk membuka

atau

mengembangkan usaha secara terintegrasi dan profesional.

Item/ Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Target Capaian

Pemahaman program Berkembangnya usaha industri rumaha tangga

Berkembangnya agribisnis pedesaan

Tersebarluasnya produk agroindustri

Kondusifnya system pemasaran produk agroindustri

Keluarga petani sejahtera

Dampak ?usaha rumah tangga berkembang

?perekonomian pedesaan bergerak kondusif

?luasnya jaringan pasar dan pemasaran produk agroindustri

?Meningkatnya pendapatan daerah

?Meningkatnya pendapatan petani (80-100%)

?Meningkatnya pendapatan masyarakat minimal 100%

?Terciptanya Rumah Tani Sejahtera Manfaat ?Kualitas SDM meningkat ?Semua produk komoditas

unggulan laku di pasaran

?Sistem komoditas berjalan kondusif

?Meningkatnya pendapatan usaha komoditas (20-30%)

?Meningkatnya nilai tambah usaha komoditas unggulan (50-60%)

Hasil ?Kelembagaan usaha aktif

dan kondusif

?Usaha agroindustri berjalan

kondusif

?meningkatnya produksi ?kondusifnya sistem

produksi dan pemasaran

?perkembangan usaha pertanian

sejalan dengan agroindustri

?Sistem usaha komoditas

unggulan pangan kondusif

Keluaran ?Berkembangnya lembaga agroindustri

?Berkembangnya usaha agroindustri rumah tangga

?Berkembangnya produk agroindustri

?Meluasnya informasi produk agroindustri

?Luasnya pasar dan jaringan kerjasama pemasaran

Program ?Rekayasa dan pembinaan kelembagaan penanganan pasca panen

?Peningkatan kualitas SDM petani

?Pembinaan penerapan teknologi penanganan pasca panen

?Penguatan modal kelompok melalui LKMA

?Perekrutan dan pembinaan SDM pendamping

?Pembinaan kualifikasi produk penanganan pasca panen

?Sertifikasi dan pelabelan produk penanganan pasca panen

?Akreditasi produk penanganan pasca panen

?Pengembangan klinik agribisnis

?Perekrutan dan pembinaan SDM pendamping

?Promosi dan proteksi produk penanganan pasca panen

?Pengadaan fasilitas pendukung penanganan pasca panen

?Pengadaan outlet dan fasilitas pendukung

?Perekrutan dan pembinaan SDM pemasaran

?.Pengadaan homepage penanganan pasca panen

?Perekrutan dan pembinaan SDM promosi

?Fasilitasi kerjasama pemasaran

?Perluasan jaringan informasi

Strategi ?Pembentukan commodity board

?Pengembangan kelembagaan penanganan pasca panen

?Fasilitasi Investasi, permodalan & insentif pengembangan usaha.

?Pengembangan Sistem Manajemen Mutu

?Pengembangan Sistem Sertifikasi & Pelabelan

?Pengembangan Sistem Akreditasi

?Promosi dan proteksi

?Pengembangan infrastruktur pemasaran

?Pengembangan sistem informasi pemasaran

?Perluasan pasar produk penanganan pasca panen

?Perluasan dan pengembangan usaha industri rumah tangga

(9)

2.1. Potensi lahan

2

Luas wilayah Sumatera Barat 42.297,30 km , menyebar dari dataran rendah

sampai dengan dataran dengan ketinggian diatas 3.000 m (pegunungan) diatas

permukaan laut. Luas areal dengan ketinggian 0-100 m dpl 1.286.793 ha (30,41%),

daerah dengan ketinggian 100-500 m dpl 643.552 ha (15,21%), antara 500-1.000 m dpl

seluas 1.357.045 ha (32,07%), antara 1.000-1.500 m dpl 767.117 ha (18,13%), daerah

ketinggian 1.500-2.000 m dpl seluas 113.116,6 ha (2,67%) dan sisanya (62.107 ha)

merupakan wilayah dengan ketinggian diatas 2.500 m dpl.

Sebagian besar dari potensi lahan tersebut (54,83%) berupa kawasan budidaya

dan sisanya ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung. Sementara kawasan budidaya

2

yang telah dimanfaatkan sekitar 54,82% dari luas 23.190,51 km . Gambaran ini

menjelaskan bahwa masih terbuka peluang pemanfaatan lahan terutama untuk sektor

2

pertanian lebih dari 10.000 km , termasuk untuk perluasan tanaman jagung.

Tanaman jagung merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi cukup tinggi,

dapat tumbuh baik dalam berbagai elevasi. Disamping itu tanaman jagung tidak hanya

baik tumbuh dilahan kering tetapi juga sangat sesuai pada lahan sawah. Tetapi potensi

yang terakhir ini sedapat mungkin tidak dilakukan karena akan berkompetisi dengan

penggunaan untuk komoditas strategis padi sawah. Selain kompetisi, tanaman jagung

dikenal sangat rakus akan hara, oleh karena itu tidak dianjurkan penanaman jagung

dilahan sawah. Semua lahan kering yang tersedia dan belum dimanfaatkan (terbatas pada

lahan datar dan bergelombang), layak untuk ditanami jagung.

3.3. Langkah dan tahapan pengembangan

Langkah dan tahapan pengembangan yang akan dilakukan pemerintah

dimulai dengan kajian kondisi spesifik wilayah percontohan. Kemudian dilanjutkan

dengan penyusunan road map pengembangan. Berdasarkan kondisi kajian wilayah

yang telah dilakukan dibeberapa lokasi, ditetapkan road map pengembangan

penanganan pasca panen jagung seperti Tabel 3 dengan tujuan peningkatan

pendapatan petani melalui peningkatan gerakan agribisnis daerah sentra jagung.

Road map pengembangan selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam

menyusun program pembangunan tahunan secara berkelanjutan.

Secara ringkas road map penanganan pasca panen hasil tanaman pangan

(komoditas jagung) dimulai dengan sosialisasi dan rekayasa kelembagaan,

peningkatan kualitas sumberdaya petani, pengadaan bahan dan peralatan,

pengadaan fasilitas pengolahan, penyediaan tenaga pendamping, penguatan modal

lembaga petani, penerapan teknologi pasca panen, sertifikasi dan pelabelan produk,

fasilitasi pemasaran dan perluasan jaringan informasi.

II. KONDISI SAAT INI II. KONDISI SAAT INI

5 22

(10)

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

RO

O

O

A

D

M

M

A

P P

PENA

ANG

A

A

ANAN P

P

PASCA

P

A

A

P

P

P

A

N

N

NE

EN

N

H

AS

A

I

L

T

T

TANA

T

AMAN

N

N P

P

P

AN

G

GAN

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

3.2. Lokasi dan prakiraan kegiatan pengembangan

Pengembangan kegiatan

pasca panen bisa dilakukan hampir

disemua daerah pengembangan

jagung, terutama Kabupaten

Pasaman Barat dan Lima Puluh

Kota. Untuk pengembangan

industri rumah tangga sebaiknya

dilakukan didaerah lain seperti

Agam, Tanah datar, Solok dan

lainnya. Alternatif ini jadi pilihan

k a r e n a u m u m n y a i n d u s t r i

pengolahan jagung pada dua

daerah sentra produksi utama diatas lebih mengarah pada industri pakan, terutama

pakan ternak unggas dan ikan.

Biaya pengembangan sangat tergantung pada alat dan mesin yang akan

digunakan. Bila dibutuhkan, pengembangan industri pabrikan bisa dilakukan di

daerah atau lokasi lain oleh pihak swasta. Untuk itu dibutuhkan kerjasama dan

fasilitasi serta regulasi oleh pihak pemerintah. Dalam pengembangan industri kecil

skala rumah tangga, fasilitas dan kegiatan yang sebaiknya diprogramkan oleh

pemerintah adalah pengadaan bangunan sebagai tempat pelatihan pengolahan pasca

panen, pengadaan peralatan untuk percontohan dan pelatihan, penyediaan tenaga

pelatih dan pembina yang terampil, rekayasa kelembagaan, program pelatihan yang

berkelanjutan dan pengawasan serta fasilitasi pemasaran hasil olahan.

2.2. Luas tanam, luas panen, produktivitas, produksi selama 5 tahun

Dalam wilayah Sumatera Barat, pada tahun 2001 luas panen jagung hanya

18.389 ha dengan prodksi 48.820 ton. Perkembangan komoditas jagung yang

didominasi oleh luas panen dan produksi Kabupaten Pasaman Barat cukup baik.

Walaupun terjadi penurunan luas tanam pada tahun 2003, tetapi produksi tetap

meningkat. Kondisi ini menjelaskan bahwa teknologi yang digunakan semakin baik

yang dibuktikan oleh peningkatan produktifitas. Pada tahun 2005, luas panen jagung

mencapai 39.762 ha dimana 21.245 ha diantaranya berasal dari Kabupaten Pasaman

Barat.

(11)

Tabel 1. Sebaran luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi jagung berdasarkan daerah kabupaten/kota di Sumatera Barat, tahun 2007

Gambar 1. Pohon industri jagung, alternatif pengembangan usaha dan aneka

ragam produk komoditas unggulan Sumatera Barat

No Kabupaten/ Kota Luas tanam Kotor (Ha)

2 Kab. Pasaman Barat 30.980 26.707 54.96 146.784

3 Kab. 50 Kota 3.208 2.007 49.64 9.963

2006 46.945 43.009 47.04 202.298

(12)

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

3.2. Potensi pengembangan pengolahan pasca panen.

Potensi pengembangan penanganan pasca panen hasil

tanaman pangan khususnya jagung sangat terbuka. Pada

Gambar 1 dikemukakan berbagai macam produk yang bisa

dihasilkan dari jagung. Tidak hanya hasil jagung, limbah

j a g u n g p u n m e m p u n y a i b a n y a k a l t e r n a t i f u n t u k

dikembangkan guna peningkatan nilai tambah komoditas.

Untuk penanganan pasca panen hasil, produk utama yang

dimanfaatkan adalah biji dan kelobot jagung atau jagung pipil.

Berbagai produk industri dengan skala rumah tangga

merupakan alternatif yang optimis guna meningkatkan perekonomian daerah

melalui pemacuan aktivitas rumah tangga.

Berbagai produk makanan tradisional seperti jagung rebus, jagung goreng,

lemang jagung, pergedel jagung, bisa dijadikan program utama pengembangan.

Proses produksi dan teknologi sudah dikuasai masyarakat, langkah lanjut yang

diperlukan adalah peningkatan kualitas, pengemasan, promosi dan pemasaran.

Disamping ragam produk yang sudah berkembang, masih banyak produk lain yang

bisa dihasilkan dan digali guna perluasan usaha agro industri di pedesaan. Produk

seperti kue kering, roti dan lain sebagainya bisa juga dihasilkan dengan

menggunakan bahan baku jagung. Perkembangan teknologi pengolahan pasca

panen yang demikian pesat bisa dimanfaatkan dengan menggunakan strategi

pengembangan diatas. Untuk skala pabrik, jagung juga bisa diolah sebagai bahan

baku industri menghasilkan minyak jagung serta pakan. Dalam hal ini sangat

dibutuhkan perhatian dan komitmen pemerintah secara tuntas dan berkelanjutan.

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

Upaya pengembangan yang terus dilakukan berhasil meningkatkan produktivitas

dan produksi jagung Sumatera Barat secara berkelanjutan. Pada Tabel 1 kelihatan

bahwa Pasaman Barat merupakan sentral utama jagung saat ini.

2.3. Periode panen raya di masing-masing lokasi sentra

Panen jagung di Sumatera Barat terjadi setiap waktu, tergantung musim

tanam masing-masing daerah. Panen raya biasanya terjadi pada akhir musim hujan,

mulai bulan Januari sampai dengan bulan April. Pada periode itu, hampir semua

daerah penghasil jagung melakukan panen dalam waktu bersamaan Di

daerah-daerah sentra produksi seperti Kabupaten Pasaman

Barat dan Kabupaten Pesisir Selatan, Tanah Datar,

Agam serta Kabupaten Lima Puluh Kota, panen

jagung terjadi hampir setiap bulan. Di Pasaman

Barat, petani umumnya menerapkan pola

jagung-jagung-jagung pada lahan kering yang diusahakan.

Secara periodik setelah panen raya, proses

produksi berjalan terus, tetapi tidak semua daerah

selalu tetap mengusahakan jagung setelah panen

jagung. Daerah yang konsisten menerapkan pola

tersebut hanya daerah Pasaman Barat. Aktivitas

produksi dan pemasaran berjalan setiap saat, sesuai

dengan perkembangan. Komoditas jagung sudah

menjadi basis usaha dan mampu menggerakan

sektor ekonomi lainnya di Pasaman Barat.

(13)

2.4. Sumber Daya Manusia

Kualifikasi SDM. Secara umum, kualitas

serta kuantitas sumberdaya masih merupakan

kendala dalam memacu pembangunan pertanian di

Sumatera Barat. Penyuluh lapang yang masih aktif

umumnya sudah berusia lanjut diatas lima

puluhan, sementara tenaga penyuluh baru yang

dikontrak masih rendah pengalaman. Masih perlu

waktu untuk pengkaderan dan pemacuan kinerja penyuluh di lapang. Perekrutan

tenaga sarjana pendamping untuk kegiatan-kegiatan tertentu merupakan suatu

langkah yang optimistis, dan diyakini akan mampu menggerakan perkembangan

sektor pertanian kedepan.

Kapasitas Kerja. Kapasitas kerja dan penguasaan manajemen cukup memadai, tetapi

peningkatan kemampuan sejalan dengan perkembangan iptek disadari masih

kurang. Proses pengembangan SDM diakui berjalan sedikit lambat begitu juga

dengan pengembangan sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan. Untuk

mengatasi kelemahan tersebut, langkah perekrutan tenaga sarjana pendamping

merupakan langkah yang cukup tepat. Dengan adanya mereka bersama dengan

penyuluh di lapang, secara perlahan diharapkan terjadi proses transfer keahlian guna

peningkatan kapasitas kerja. Pemacuan kinerja penyuluh sangat penting karena

harus menghadapi petani yang butuh bimbingan dan pengawasan. Sementara

kualitas petani secara rata-rata juga masih rendah, mayoritas berpendidikan Sekolah

Dasar. Upaya peningkatan kualitas SDM petani ini akan menjadi prioritas utama

dalam pengembangan komoditas unggulan, sejalan dengan proses pemberdayaan

2. Pengembangan sistem mananjemen mutu dan standarisasi melalui ;

a. Pengembangan Sistem Manajemen Mutu

b. Pengembangan Sistem Sertifikasi &

Pelabelan

c. Pengembangan Sistem Akreditasi

3. Pengembangan pemasaran dengan ;

a. Promosi dan Proteksi

b. P e n g e m b a n g a n I n f r a s t r u k t u r

Pemasaran

c. Pengembangan Sistem Informasi

Pemasaran

Strategi-strategi tersebut diatas bisa diterapkan guna penggalian prospek

penangan pasca panen hasil jagung. Penjabaran strategi menjadi program dan

kemudian program diurai setiap tahun menjadi kegiatan-kegiatan pembangunan

dapat dilakukan secara bertahap. Tahapan ini akan memberikan langkah yang jelas

dengan target capaian yang pasti mendukung pengembangan sektor pertanian

Sumatera Barat.

(14)

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

3.1. Prospek pengembangan pengolahan pasca panen

Pengembangan kegiatan pengolahan pasca panen merupakan kegiatan

pengembangan “Agroindustri Pedesaan”. Agroindustri pedesaan adalah pendorong

sekaligus penarik pertumbuhan ekonomi nasional masa depan karena :

ØProduknya memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian

nasional secara keseluruhan;

ØMemiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu, on-farm, maupun ke hilir (forward and backward linkages), sehingga mampu menarik kemajuan sektor-sektor

lainnya;

ØMemiliki basis bahan baku lokal/regional (keunggulan komparatif) yang dapat diperbaharui sehingga terjamin sustainabilitasnya;

ØMemiliki kemampuan untuk mentransformasikan struktur ekonomi nasional dari pertanian ke industri.

Sesuai dengan fungsinya tersebut maka kegiatan pengolahan pasca panen

perlu dipacu secara tepat dan berkelanjutan. Dirjen P2HP menetapkan 3 strategi

utama untuk mencapai prospek pengolahan pasca panen yaitu :

1. Pengembangan industri pengolahan dengan langkah-langkah ;

a. Pembentukan commodity board

b. Pengembangan kelembagaan agroindustri yang terintegrasi dengan on-farm

dan pasar yang kuat.

c. Fasilitasi Investasi, permodalan & insentif pengembangan usaha.

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

Kelembagaan Pemerintah. Kelembagaan pemerintah

yang ada seperti Dinas, Unit Pelayanan Teknis Daerah dan

lainnya cukup berperan dalam melayani kebutuhan dan

pembinaan masyarakat. Hanya saja keterbatasan kuantitas

dan kualitas SDM yang ada didalamnya menyebabkan

lambatnya pertumbuhan yang terjadi. Dengan penyusunan

road map ini, pemerintah pusat bisa lebih memperhatikan

karena peningkatan kuantitas dan kualitas SDM baik aparat pertanian maupun petani

menjadi kegiatan mendasar dalam pengembangan komoditas unggulan.

Kebutuhan. Untuk pengembangan komoditas unggulan ini dibutuhkan

rekrutmen tenaga penyuluh dan tenaga sarjana pendamping sebanyak 6 orang, yang

akan ditempatkan pada daerah sentra produksi jagung. Bidang keahlian yang

diharapkan adalah penanganan pasca panen jagung, mekanisasi dan sosial ekonomi

pertanian.

2.5.Sub Sistem Agribisnis Hulu

Infrastruktur Penunjang. Keberadaan

infrastruktur yang ada saat ini

terutama pada daerah sentra produksi

Pasaman Barat, belum cukup

memadai untuk mendukung

pengembangan komoditas unggulan.

III. PROSPEK DAN POTENSI PENGEMBANGAN III. PROSPEK DAN POTENSI PENGEMBANGAN

(15)

Sebagian besar kondisi jalan, pasar, lembaga pemerintahan dan infrastruktur

lainnya masih terkonsentrasi pada pusat pemerintahan. Sementara potensi

komoditas berada jauh diluar wilayah yang sudah agak berkembang tersebut. Jalan

produksi dan jalan usahatani, jalan desa dan jalan kabupaten yang menghubungkan

antar nagari belum maksimal. Dengan demikian proses pengangkutan dan proses

penjualan produk yang dihasilkan belum memuaskan. Dukungan infrastruktur yang

mendesak dibutuhkan antara lain pembangunan jalan usahatani dan jalan produksi

serta pembangunan pusat studi pengembangan jagung (terutama untuk daerah sentra

produksi).

Sarana dan Prasarana. Pada daerah-daerah tertentu, terutama daerah sentra

produksi Pasaman Barat lemahnya dukungan infrastruktur menyebabkan lemahnya

dukungan transportasi, sehingga penyaluran sarana dan alur pemasaran produk

menjadi terhambat. Kondisi tersebut juga mempengaruhi perkembangan dan

penerapan teknologi yang berdampak pada produktivitas. Dapat dipastikan, bila

kondisi ini berlanjut, sulit diharapkan pengembangan komoditas unggulan dapat

berjalan dengan baik. Oleh karena itu sangat diharapkan adanya dukungan

pengembangan sarana dan prasarana yang sinergis dengan program pengembangan

komoditas jagung. Prioritas pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan

sebaiknya diarahkan pada ; penyediaan peralatan penanganan pasca panen seperti

silo untuk daerah sentra produksi utama ; corn dryer (daerah sentra produksi

penyangga) ; mobile corn sheller (pemipil jagung, termasuk yang bergerak) ; lantai

jemur ; pengadaan klinik agribisnis dan perlengkapannya ; plastic shealer untuk

pengemasan ; serta pengadaan alat dan mesin pengolahan pasca panen.

Saat ini, belum ada lembaga petani yang ikut dalam proses pemasaran,

dengan demikian petani masih berada dalam posisi tawar yang lemah.

Perkembangan ini terjadi karena belum terjalinnya kerjasama yang baik antar petani

baik sesama produsen maupun kerjasama antara petani dengan pengusaha. Dalam

usaha ini masih menonjol individualitas petani dan pedagang, walaupun diantara

petani itu sendiri banyak juga yang menjadi pedagang jagung. Sayangnya posisi

sebagai pedagang jauh lebih dominan dan menonjol dibanding perilaku sebagai

petani. Alangkah baiknya bila antara petani dengan pedagang difasilitasi untuk

bersatu dan bekerjasama sehingga bisa menciptakan suatu sistem komoditas yang

kondusif dan menguntungkan semua pihak yang terlibat.

(16)

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

Kegiatan pengolahan pasca panen yang telah dilakukan masyarakat sejak

lama sebenarnya perlu dikembangkan dan ditingkatkan mutunya. Produk olahan

seperti lemang jagung, lepat jagung, pergedel jagung dan lain sebagainya merupakan

makanan yang spesifik yang mempunyai nilai rasa dan nilai wisata. Keberadaan

komoditas ini perlu diangkat dengan polesan dalam kualitas, pengemasan dan

promosi.

2.7.2. Pemasaran

P e m a s a r a n p r o d u k

jagung saat ini sudah berjalan

lancar dengan harga yang cukup

layak. Sistem pemasaran berjalan

sedemikian rupa sesuai dengan

perkembangan. Kondusifnya

s i s t e m p e m a s a r a n y a n g

berkembang sekarang, karena

jumlah permintaan masih lebih

tinggi dari kemampuan produksi,

sehingga gejolak harga jarang

terjadi. Dikhawatirkan suatu saat

bila terjadi perubahan sistem, terutama dengan dibangunnya pabrik pakan di

Sumatera Barat posisi tawar petani akan melemah. Permintaan yang tinggi tetapi

dengan dominasi satu dua pembeli akan menyebabkan goncangnya stabilitas pasar

dan pemasaran. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah antisipasi, agar tidak terjadi

kondisi yang merugikan petani.

ROAD MAP PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL TANAMAN PANGAN

Kelembagaan dan Kebijakan. Pelayanan pemerintah terhadap stakeholder

terutama petani sebenarnya sudah maksimal, tetapi dampaknya terhadap kinerja

kelompok belum kelihatan. Kondisi

ini lebih banyak disebabkan oleh

karena perilaku petani yang

cenderung selalu minta dilayani

dan dibantu. Perubahan perilaku

ini menjadi suatu kendala yang

sangat mendasar yang harus

segera diperbaiki. Untuk itu

dibutuhkan pendekatan dan

p e n d a m p i n g a n y a n g

berkelanjutan sehingga petani merasa

tersentuh, yang secara perlahan dan pasti akan merubah perilaku. Seiring dengan

kegiatan pendampingan juga dibutuhkan fasilitas ”klinik agribisnis” sebagai pusat

informasi dan teknologi pengembangan jagung yang juga berfungsi sebagai posko

pengembangan jagung daerah. Fasilitas dan kelembagaan ini sebaiknya ditangani

langsung oleh petani dibawah binaan dan pengawasan pemerintah.

2.5. Sub. Sistim Usaha Pertanian Primer

Usahatani jagung dibeberapa daerah di Sumatera Barat sudah mulai berkembang

dengan baik. Tetapi produktivitas yang dicapai belum mencapai kapasitas atau

kemampuan genetiknya. Produktivitas masih lebih rendah dibandingkan dengan

yang dicapai petani Kabupaten Karo (rata-rata diatas 8 ton/ha).

(17)

Sementara benih yang dipakai lebih kurang sama yaitu benih hibrida.

Produktivitas benih komposit yang paling

tinggi mencapai 4 ton/ha. Kondisi ini

m e n g g a m b a r k a n b a h w a k u a l i t a s

sumberdaya manusia masih belum

memadai dalam menguasai teknologi dan

sistem budidaya komoditas unggulan

pangan ini. Disamping itu, aktivitas

usahatani kurang didukung oleh aktivitas

kelembagaan yang dibutuhkan.

Lembaga petani yang dapat

berperan dalam mengembangkan komoditas ini belum memadai. Belum banyak

aktivitas yang dilakukan yang dapat meningkatkan perkembangan komoditas baik

secara teknis maupun ekonomis. Lemah dan kurangnya keberadaan SDM aparat di

lapang juga menyebabkan lambannya gerakan diseminasi teknologi yang sampai ke

pengguna. Perhatian aparat pemerintah belum bisa terkonsentrasi pada pembinaan

ini, karena banyaknya kegiatan lain yang harus dilakukan dalam waktu bersamaan.

Kedepan dengan disusunnya road map pengembangan ini, akan diuapayakan

konsentrasi pembinaan dengan menempatkan aparat pembina khusus baik dalam

pemberdayaan teknis, ekonomis maupun kelembagaan.

Untuk pengembangan kegiatan usahatani primer ini sangat dibutuhkan

kebijakan pemerintah untuk melakukan pembinaan yang intensif, baik yang

dilakukan rutin oleh aparat lapang ataupun oleh tenaga pendamping atau konsultan

pemberdayaan.

2.1. Sub. Sistim Agribisnis Hilir

2.7.1. Pasca panen dan pengolahan

hasil

Pengolahan hasil pasca panen

jagung mempunyai banyak peluang

untuk menghasilkan berbagai komoditas

baru. Pada pohon industri (Gambar 1) ditampilkan beberapa produk olahan yang

bisa dihasilkan. Tetapi kegiatan pasca panen dan pengolahan hasil komoditas

unggulan tanaman pangan ini belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Secara

teknis kegiatan pengolahan jagung sebenarnya sangat mudah diterapkan karena

teknologi telah tersedia. Kuncinya terletak pada aparat pembina dan kelembagaan

pendukung. Pembinaan dan pembimbingan lapang yang berkelanjutan diyakini

mampu memanfaatkan potensi nilai tambah yang dimiliki komoditas ini. Produk

olahan seperti pakan, tepung jagung, dan bahan baku industri perlu dikembangkan

sejalan dengan pemberdayaan kelembagaan yang didukung oleh kelengkapan

sarana dan prasarana serta infrastruktur yang memadai.

Pengembangan perlu diarahkan kepada usaha individu dengan pengelolaan dan

kerjasama oleh lembaga. Sistem pemberdayaan dijalankan sesuai dengan preferensi

dan partisipasi masyarakat. Peluang usaha pengolahan hasil dengan anekaragam

produk ini sangat potensial untuk membangkit dan menggerakan pertumbuhan

ekonomi masyarakat yang mulai dari desa. Untuk itu juga dibutuhkan dukungan

penguatan permodalan serta fasilitasi dalam kerjasama dengan pengusaha dan

pedagang. Penggalian prospek industri pedesaan ini harus disejalankan dengan

peningkatan kapasitas produksi sesuai dukungan kemampuan lahan dan teknologi

Gambar

Tabel 2. Logical Frame Work (Matriks Kerangka kerja Logis) Penanganan pasca panen komoditas

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Sistem Pakar untuk Penanganan Pasca Panen Buah-buahan.. Dibawah birnbingan

Tujuan kegiatan penanganan pasca panen simplisia ini dimaksudkan untuk menerapkan SOP pasca panen simplisia dari pegagan dan kumis kucing melalui sosialisasi

Untuk meningkatkan produksi karet salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah teknik / sistem panen (penyadapan) dan penanganan pasca panen karet, karena

Berdasarkan hasil penelitian penanganan pasca panen sayur brokoli dapat disimpulkan, yaitu: tahap penanganan pasca panen sayur brokoli terdiri dari pemanenan,

Indikator Keberhasil Kegiatan Penaganan Panen dan Pasca Panen Cabai Organik Pada Kelompok Tani Mamampang di Kota Makassar Kegiatan Indikator Capaian Penyuluhan mengenai penanganan

Permasalahan yang muncul dalam penanganan panen dan pasca panen terutama berkenaan dengan aplikasi sabit bergerigi dan power threser adalah (a) Petani belum

i MODUL PENANGANAN PASCA-PANEN DAN UMKM JAHE & CABAI PROGRAM MATCHING FUND KERJASAMA UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN PT INASENTRA UNISATYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PENANGANAN PASCA PANEN DAN HASIL PEMERAHAN SUSU KERBAU RAWA {Bubalus bubalis DI PAMPANGAN OKI Oleh RIOFRANSSIMANGUNSONG SKRIPSI Sebagai salah satusyaratuntukmemperoleh gelar