• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SERTA SOFT SKILL MAHASISWA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SERTA SOFT SKILL MAHASISWA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SERTA SOFT SKILL MAHASISWA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Disertasi

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Doktor

Pendidikan Matematika

Oleh

Kurniati

NIM 0808078

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Kurniati (2014). The Enhancement of Critical and Creative Thinking Ability

in Mathematics and Soft Skills of Primary School Teacher Education Students through Contextual Teaching and Learning Approach.

This research aimed to examine the effect of the application of contextual teaching and learning (CTL) approach to the enhancement of critical thinking ability in mathematics (CTAM), creative thinking ability in mathematics (VTAM), as well as the soft skills of Primary School Teacher Education Students (PSTES). This research was quasi experimental study with the population of all PSTES in one university in the city of Bogor. The samples were PSTES who took algebra. There were two groups of samples used in the study. The first group was the experimental group, while the second group was the control group. The experimental group was given contextual teaching and learning (CTL) approach, while the control group was given conventional (CA) approach. The design of this study was a pretest-posttest control group design. The instruments used in this study were: student prior knowledge (SPK) test, pretest and posttest of CTAM and VTAM, scale of soft skills, student journals, interview and observation sheets. The scale of soft skills involved self-assessment and peer-assessment of soft skills. Student prior knowledge consists of three groups, namely high SPK, middle SPK and low SPK. The statistical analysis used to test the hypothesis of this study were the t-test, t'-test, two-way ANOVA with interaction, Mann-Whitney test, Kruskal-Wallis test, and the average of normalized gain. The results show the students’enhancement of CTAM, VTAM and soft skills who obtained CTL are better than the students who obtained CA. There are differences in CTAM and VTAM enhancement between the students in the groups of high SPK, middle SPK, and low SPK, both the students who obtained the CTL approach and CA approach. There are differences in the students’ enhancement in CTAM and VTAM based on students’SPK. There is no interaction between learning factors and SPK factors on the students’enhancement in CTAM and VTAM. The categories of CTAM and VTAM enhancement of the students who obtained CTL is higher than students who obtained CA. There is no correlation between the students’enhancement in CTAM and the students’soft skill. There is no correlation between the students’enhancement in VTAM and the students’soft skill. The students who obtained CTL are more active in asking and answering questions, and doing tasks, compared to the students who earned CA. The students who obtained CTL also have the ability to answer the questions related to CTAM and VTAM systematically.

(5)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Kurniati (2014). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

serta Soft Skill Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual.

(6)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(7)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRACT i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 11

C.Rumusan Masalah 13

D. Tujuan Penelitian 14

E. Manfaat Penelitian 16

BAB II KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

MATEMATIS, SOFT SKILL MAHASISWA, SERTA

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

A. Berpikir Kritis Matematis

(Critical Thinking in Mathematics) 17

B. Berpikir Kreatif Matematis

(Creative Thinking in Mathematics) 21

C. Soft Skill 26

D. Pembelajaran Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) 30

E. Teori Pendukung Pembelajaran Kontekstual 57

F. Hubungan antara KBKM, KBFM, Soft Skill dan

(8)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Penelitian yang Relevan 67

H. Kerangka Pemikiran 88

I. Hipotesis Penelitian 88

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 90

B. Populasi dan Sampel 91

C. Definisi Operasional 92

D. Instrumen Penelitian 93

E. Prosedur Penelitian 109

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 111

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 118

1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

(KBKM) 119

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

(KBFM) 129

3. Peningkatan Soft Skill 138

4. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Kritis

dan Kreatif Matematis dengan Soft Skill 143

5. Perbedaan Aktivitas Mahasiswa 144

B. Pembahasan 144

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis (KBKM) 146

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (KBFM) 149

3. Soft Skill Mahasiswa 151

4. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis dan Kreatif Matematis dengan Soft Skill 155

5. Aktivitas Mahasiswa 156

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(9)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran 160

DAFTAR PUSTAKA 161

LAMPIRAN-LAMPIRAN 171

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas,

Variabel Terikat dan Variabel Kontrol 90

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi dari Nurgana 95

Tabel 3.3 Validitas Butir Soal Tes KAM 99

Tabel 3.4 Indeks Kesukaran Tes KAM 99

Tabel 3.5 Daya Pembeda Tes KAM 100

Tabel 3.6 Validitas Butir Soal Pretes/Postes KBKM 100

Tabel 3.7 Indeks Kesukaran Pretes/Postes KBKM 100

Tabel 3.8 Daya Pembeda Pretes/Postes KBKM 102

Tabel 3.9 Validitas Butir Soal Pretes/Postes KBFM 102

Tabel 3.10 Indeks Kesukaran Pretes/Postes KBFM 103

Tabel 3.11 Daya Pembeda Pretes/Postes KBFM 103

Tabel 3.12 Validitas Butir Pernyataan Skala Soft Skill 104

Tabel 3.13 Klasifikasi Dua Arah dengan Beberapa Pengamatan per Sel 114

Tabel 3.14 Analisis Ragam bagi Nilai Postes KBKM dan KBFM 115

Tabel 3.15 Kriteria Gain Ternormalisasi 117

Tabel 4.1 Uji Normalitas Data Pretes KBKM 119

Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pretes pada KBKM 120

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Skor Peningkatan KBKM 120

Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Skor Peningkatan KBKM secara Keseluruhan 121

Tabel 4.5 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Skor Peningkatan

KBKM Berdasarkan KAM 122

Tabel 4.6 Uji Normalitas Skor Peningkatan KBKM Berdasarkan KAM 123

(10)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor Peningkatan KBKM 124

Tabel 4.8 Hasil Statistik Pretes dan Postes Indikator Analisis KBKM 126

Tabel 4.9 Hasil Statistik Pretes dan Postes Indikator Sintesis KBKM 126

Tabel 4.10 Hasil Statistik Pretes dan Postes Indikator Evaluasi KBKM 127

Tabel 4.11 Hasil Statistik Pretes dan Postes Indikator Pemecahan Masalah 127

Tabel 4.12 Klasifikasi Nilai Gain Rata-Rata Ternormalisasi <g>

pada KBKM 128

Tabel 4.13 Uji Normalitas pada Data Pretes KBFM 129

Tabel 4.14 Nilai Rata-Rata Pretes KBFM secara Keseluruhan 130

Tabel 4.15 Uji Normalitas Distribusi Data Skor Peningkatan KBFM 130

Tabel 4.16 Nilai Rata-Rata Skor Peningkatan pada KBFM secara

Keseluruhan

131

Tabel 4.17 Nilai Rata-Rata Skor Peningkatan KBFM Berdasarkan KAM 132

Tabel 4.18 Uji Normalitas Skor Peningkatan KBFM Berdasarkan KAM 132

Tabel 4.19 Hasil Uji ANOVA Dua Arah dengan Interaksi pada Skor

Peningkatan KBFM 134

Tabel 4.20 Hasil Statistik Pretes dan Postes pada Indikator Flexibility

KBFM 135

Tabel 4.21 Hasil Statistik Pretes dan Postes pada Indikator Fluency

KBFM 135

Tabel 4.22 Hasil Statistik Pretes dan Postes pada Indikator Elaboration

KBFM 136

Tabel 4.23 Hasil Statistik Pretes dan Postes pada Indikator Originality

KBFM 136

Tabel 4.24 Perolehan Gain Nilai Rata-Rata Ternormalisasi <g> pada

KBFM 137

Tabel 4.25 Rata-rata Nilai Skor SSPD Awal secara Keseluruhan 139

Tabel 4.26 Rata-Rata Skor Skala SSPD Awal dan Akhir secara

(11)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.27 Uji Perbedaan Skor SSPD Awal dan SSPD Akhir

Kelompok PK 140

Tabel 4.28 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Skor SSPD Akhir antara KAM

Tinggi, KAM Sedang, dan KAM Rendah 141

Tabel 4.29 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata SSPD Berdasarkan KAM 142

Tabel 4.30 Uji Korelasi Spearman antar Hasil Instrumen 142

Tabel 4.31 Korelasi antara Skor Skala SPPD dan Skala SSPT 143

(12)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 110

Gambar 4.1 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan Faktor KAM

terhadap KBKM 125

Gambar 4. 2 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan Faktor KAM

terhadap KBFM 134

(13)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Rencana Pembelajaran 171

Bahan Ajar 220

LAMPIRAN B Tes KAM 287

Pretes dan Postes 297

Skala Soft Skill 318

Jurnal Mahasiswa 338

Lembar Wawancara 341

Format Observasi 345

LAMPIRAN C Hasil Uji Coba Tes KAM 350

Hasil Uji Coba Pretes dan Postes 358

LAMPIRAN D Analisis Data Pretes

Analisis Data Postes

389

397

Analisis Data SSPD Awal

Analisis Data SSPD Akhir

408

419

LAMPIRAN E Perijinan 456

(14)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan menuntut adanya reformasi guru agar memiliki kompetensi dengan

tingkat yang lebih baik. Kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang guru dalam

melaksanakan tugasnya mencakup kompetensi: pedagogik, kepribadian,

profesional, dan sosial.

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki guru

berkenaan dengan karakteristik peserta didik ditinjau dari berbagai aspek seperti

fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Kompetensi profesional

adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran. Kemampuan kepribadian adalah sifat dan perilaku seorang guru yang

berhubungan dengan tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu

pengetahuan yang dapat mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi

dan sebagai anggota masyarakat. Kemampuan sosial merupakan kemampuan

seorang guru berhubungan dengan masyarakat, lingkungan sekolah dan

lingkungan keluarga, meliputi kemampuan melakukan komunikasi, bekerja sama,

memimpin, memecahkan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat, sekolah dan keluarga.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyatakan bahwa hasil

rata-rata UKA guru secara nasional adalah 42 dari nilai maksimal 100 (Akuntono,

2012b). Kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan guru masih belum seperti

yang diharapkan. Hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) yang pertama kali

diselenggarakan sebagai syarat dalam mengikuti Pendidikan dan Latihan Guru

(PLPG) tahun 2012 menunjukkan bahwa kemampuan guru di Indonesia masih

(15)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fakta lain yang menunjukkan masih rendahnya kompetensi guru di

Indonesia diketahui dari nilai rata-rata Uji Kompetensi Guru (UKG) yang

diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. UKG diikuti

oleh guru-guru yang telah bersertifikat dengan tujuan untuk mendapatkan peta

kompetensi dalam rangka melakukan pembinaan selanjutnya. UKG dilaksanakan

dalam dua gelombang. Menurut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidik Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI, nilai rata-rata UKG untuk gelombang pertama adalah 4,5

(Akuntono, 2012a). Nilai rata-rata UKG gelombang kedua yang dilakukan secara

online menunjukkan nilai rata yang belum lebih baik dibandingkan nilai

rata-rata UKG gelombang pertama (Sobri, 2012).

Hasil observasi terhadap guru-guru peserta PLPG Rayon 35 tahun 2012

menunjukkan bahwa sebagian besar guru sekolah dasar menganggap bahwa

soal-soal matematika adalah soal-soal yang tersulit yang ditemukan dalam soal-soal UKA. Bagi

para guru, soal-soal matematika dalam UKA termasuk ke dalam soal non rutin

yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan menerapkan rumus, melainkan harus

menggunakan kemampuan berpikir matematis yang lebih tinggi seperti analisis,

sintesis dan evaluasi. Soal-soal matematika yang dianggap sulit oleh peserta

adalah soal-soal mengenai pola penalaran dan soal perbandingan. Kondisi seperti

ini menunjukkan bahwa guru-guru sekolah dasar di Indonesia belum mampu

menyelesaikan soal-soal jenis non rutin yang memerlukan kemampuan berpikir

matematis tingkat tinggi. Guru-guru hanya terbiasa membuat dan menyelesaikan

soal-soal rutin seperti yang biasa diberikan kepada para peserta didik mereka di

sekolah dasar. Ketidakmampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal non rutin

yang terdapat dalam tes UKA dan tes UKG menunjukkan bahwa guru-guru belum

memiliki kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, termasuk diantaranya

adalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis. Dengan kata lain,

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis guru-guru sekolah dasar di

(16)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai peletak dasar kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis pada

peserta didik, guru sekolah dasar hendaknya memiliki kemampuan berpikir kritis

dan kreatif matematis agar dapat menumbuhkembangkan

kemampuan-kemampuan tersebut kepada para peserta didik. Rendahnya kemampuan-kemampuan berpikir

kritis dan kreatif matematis pada guru-guru di sekolah dasar diduga menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif

peserta didik Indonesia.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif guru diduga terjadi karena

guru tidak terbiasa melakukan kegiatan penyelidikan (inkuiri) untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang sulit. Guru-guru hanya terbiasa

menggunakan pembelajaran biasa (ekspositori) yang biasanya hanya melibatkan

soal-soal rutin, padahal untuk memecahkan soal-soal non rutin diperlukan

pembelajaran yang lebih inovatif, misalnya inkuiri. Inkuiri merupakan salah satu

prinsip dalam pendekatan Pembelajaran Kontekstual yang penting, karena melalui

kegiatan inkuiri diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya

sendiri (konstruktivisme).

Akibat dari masih banyaknya guru yang memiliki kompetensi yang rendah

membawa dampak terhadap peserta didik di sekolah. Dampak negatif bagi para

peserta didik diantaranya adalah: peserta didik hanya memiliki kemampuan

berpikir yang rendah; peserta didik tidak mempunyai kemampuan berpikir kritis

dan kreatif; peserta didik tidak mampu memecahkan masalah-masalah yang

terjadi dalam kehidupan; peserta didik tidak siap memasuki dunia kerja dan

bersaing dengan pekerja dari luar negeri. Dampak lain dari rendahnya kemampuan

guru bagi pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru menjadi kurang kondusif sehingga tidak menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, menarik, membangkitkan motivasi dan kemampuan berpikir kritis

dan kreatif, serta menumbuhkembangkan soft skill peserta didik.

Rendahnya kemampuan berpikir matematis peserta didik di Indonesia,

(17)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Beberapa studi menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh para peserta didik

Indonesia masih rendah dalam menyelesaikan soal-soal yang disajikan dalam

kompetisi internasional yang memuat soal-soal yang memerlukan kemampuan

berpikir tingkat tinggi, seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis.

Hasil studi The Trend in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) tahun 2011 menunjukkan bahwa skor kemampuan matematis peserta

didik Indonesia adalah 386 di bawah rata-rata skor internasional 500 (Mullis,

Martin, Foy dan Arora, 2012). Tidak berbeda dengan hasil studi TIMSS, hasil

penelitian Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2012

menunjukkan bahwa skor kemampuan matematis peserta didik Indonesia adalah

375, berada di bawah rata-rata skor internasional sebesar 494 (National Center for

Education Statistics, 2013). Hasil studi TIMSS dan PISA ini menunjukkan bahwa

kemampuan peserta didik Indonesia masih jauh di bawah kemampuan peserta

didik internasional.

Materi yang diujikan dalam PISA tidak hanya kemampuan dalam kurikulum

sekolah, melainkan memuat kemampuan dalam menggunakan keterampilan dan

pengetahuan mereka untuk menghadapi masalah dalam kehidupan nyata (Yusuf,

2012). Peserta didik Indonesia hanya mampu menyelesaikan soal-soal rutin yang

hanya memerlukan kemampuan berpikir yang rendah. Hal ini berarti bahwa

kemampuan berpikir matematis peserta didik Indonesia masih berada pada

kemampuan matematis tingkat rendah. Peserta didik Indonesia belum memiliki

kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi seperti kemampuan berpikir kritis

dan kreatif matematis karena menurut Sumarmo (1987), kemampuan berpikir

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis termasuk kemampuan berpikir

tingkat tinggi dalam matematika.

Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir matematis perlu dilakukan oleh

peserta didik mulai dari awal perkembangannya terutama pada saat anak duduk di

sekolah dasar (Wimbarti, 2012). Ini berarti bahwa pembelajaran matematika yang

(18)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terjadi awal perkembangan kemampuan kognitif peserta didik. Perkembangan

awal kognitif peserta didik dalam matematika akan mempengaruhi perkembangan

berpikir matematis selanjutnya dan mempengaruhi penguasaan pelajaran lain.

Mengingat begitu besarnya dampak negatif yang terjadi pada peserta didik

akibat dari rendahnya kompetensi guru sekolah dasar di Indonesia, perlu suatu

upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir berpikir kritis dan kreatif

matematis, serta soft skill para guru di sekolah dasar. Agar seorang guru dapat

membelajarkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif kepada peserta didiknya,

dibutuhkan guru yang memiliki kemampuan dalam membelajarkan kemampuan

berpikir kritis dan kreatif matematis peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat

Ruseffendi (2006, h. 1) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan

peserta didik dalam belajar adalah kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru.

Kompetensi pedagogik dan kompetensi professional berkenaan dengan

pengetahuan guru terhadap materi pelajaran, psikologi anak dan pembelajaran.

Pengetahuan ini dapat diperoleh guru melalui materi selama mengikuti

perkuliahan. Oleh karena itu, kemampuan mengenai pengetahuan terhadap materi

pelajaran, karakteristik siswa dan pembelajaran termasuk ke dalam hard skill.

Tingkat hard skill guru yang dibutuhkan akan semakin meningkat seiring dengan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu pendidikan.

Oleh karena itu diperlukan hard skill yang lebih tinggi agar dapat menyesuaikan

dengan perkembangan yang terjadi. Dibutuhkan kemampuan berpikir matematik

tingkat tinggi agar guru-guru memiliki kompetensi pedagogik dan kompetensi

professional agar memiliki hard skill yang baik, termasuk kemampuan berpikir

kritis dan kreatif matematis.

Pada kompetensi profesional, seorang guru tidak cukup hanya memiliki

pengetahuan tentang materi pelajaran, psikologi anak dan pembelajaran, namun

termasuk juga kemampuan untuk mengelola kelas. Kemampuan yang dibutuhkan

guru dalam mengelola kelas adalah kemampuan komunikasi, kemampuan

(19)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keempat kemampuan ini termasuk ke dalam soft skill pendidik. Hal ini berarti

bahwa dalam kompetensi profesional juga dituntut soft skill.

Kemampuan kepribadian berkenaan dengan sifat dan perilaku seorang guru,

sedangkan kompetensi sosial mencakup kemampuan guru untuk berhubungan

dengan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Kompetensi kepribadian dan

kompetensi sosial termasuk dalam Soft skill, sebagaimana dikemukakan oleh

Schulz (2008) bahwa soft skill adalah sekelompok sifat personal, kepedulian

sosial, kecakapan dalam bahasa, hubungan pertemanan, dan optimisme.

Soft skill yang dibutuhkan oleh seorang guru/pendidik adalah: kemampuan

komunikasi (communication skills), kemampuan kepemimpinan (leadership

skills), kemampuan bekerja sama (team work capability), dan kemampuan

pemecahan masalah (problem solving skills). Kemampuan komunikasi mencakup

kemampuan: menyampaikan ide dengan jelas, runtut, menggunakan bahasa baku,

dapat menyimak informasi dengan aktif dan memberi tanggapan yang sesuai.

Kemampuan kepemimpinan mencakup kemampuan: merancang dan

mengorganisasi suatu kegiatan, menerima pendapat orang lain, memotivasi

anggota kelompok, bersikap adil, dan dapat mengambil keputusan cepat.

Kemampuan bekerja sama meliputi kemampuan: berinteraksi dalam kelompok,

berperan dalam kelompok, memberi sumbangan ide, dan menghargai pendapat

orang lain. Kemampuan pemecahan masalah mencakup kemampuan: mampu

mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, merancang strategi dan

melakukan pemecahan masalah, melakukan generalisasi, dan melakukan refleksi.

Di antara empat kemampuan tersebut di atas, kemampuan komunikasi

adalah soft skill terpenting yang harus dimiliki seorang pendidik. Kemampuan

komunikasi diperlukan seorang pendidik untuk melakukan transfer ilmu

pengetahuan kepada peserta didik (Listyani, 2012). Seorang pendidik harus dapat

menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik dengan jelas dan terstruktur

serta menggunakan bahasa baku sehingga peserta didik dapat memahami materi

(20)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dikemukakan oleh peserta didik dengan aktif dan dapat memberikan

tanggapan yang sesuai terhadap persoalan yang dikemukakan oleh peserta didik.

Selain keempat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru, terdapat

kemampuan soft skill lainnya yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Soft skill

ini yang dikelompokkan dalam intrapersonal skill. Intrapersonal skill mencakup

sifat-sifat personal (atribut pribadi) seperti jujur, percaya diri, kepedulian sosial,

tanggung jawab, sopan-santun, etika, dan rasa emphati.

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, serta

soft skill guru-guru di sekolah dasar dapat dilakukan dengan melatih kemampuan

berpikir kritis dan kreatif serta soft skill mahasiswa calon guru pada saat

mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Salah satu cara yang diperkirakan

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis adalah

dengan melaksanakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Dalam Pendekatan

Pembelajaran Kontekstual, terdapat tujuh prinsip yang diduga dapat

menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta

soft skill mahasiswa calon guru. Tujuh prinsip dalam Pembelajaran Kontekstual

yang diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis, serta soft skill mahasiswa adalah prinsip: konstruktivisme, inkuiri,

bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian autentik.

Penerapan prinsip konstruktivisme dalam Pembelajaran Kontekstual

menuntut peserta didik agar dapat membangun pengetahuannya sendiri.

Pengetahuan ini dibangun melalui pengalaman nyata dengan cara memecahkan

masalah, menemukan sesuatu dan menumbuhkan ide. Kemampuan memecahkan

masalah, menemukan, dan menumbuhkan ide termasuk dalam kemampuan

berpikir kritis dan kreatif. Diperlukan daya imajinasi, keseriusan, ketekunan, dan

kemandirian (pengaturan diri) dalam memecahan masalah, menemukan sesuatu

dan menumbuhkan ide. Peserta didik dapat membangun pengetahuan mereka

melalui keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, penerapan

(21)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan kreatif matematis serta soft skill seperti: daya imajinasi, keseriusan,

ketekunan, pengaturan diri, rasa tanggung jawab dan keterampilan pemecahan

masalah.

Penerapan metode inkuiri diharapkan dapat mengembangkan kemampuan

penyelidikan (inkuiri) pada peserta didik. Kemampuan menyelidiki dalam

matematika mencakup kemampuan: mengidentifikasi masalah, membuat prediksi,

menyusun hipotesis (mencari strategi pemecahan), menguji hipotesis

(melaksanakan strategi pemecahan), memeriksa kembali pemecahan, mencari

alternatif pemecahan lain dan menyusun teori (kesimpulan). Dengan demikian,

kegiatan penyelidikan memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti

kemampuan: analisis, sintesis, evaluasi, pemecahan masalah, generalisasi yang

termasuk dalam kemampuan berpikir kritis matematis. Pada kegiatan inkuiri juga

dibutuhkan kepekaan terhadap masalah, kelancaran dalam memecahkan masalah

(fluency), kemampuan untuk berpindah dari satu jawaban ke jawaban lain jika

terjadi kebuntuan dengan suatu cara (flexibility), melakukan eksplorasi terhadap

permasalahan (elaboration), dan melakukan dapat menemukan cara baru atau

memodifikasi cara yang sudah ada (originality). Kemampuan-kemampuan

tersebut termasuk dalam kemampuan berpikir kreatif matematis. Soft skill yang

dapat dikembangkan melalui metode inkuiri adalah: daya imajinasi, keseriusan,

tanggung jawab, etika dan tata krama, pengaturan diri dan waktu, keterampilan

komunikasi, kemampuan sosial, kerja sama, dan keterampilan pemecahan

masalah. Jadi, pada kegiatan inkuiri dapat dilatih kemampuan berpikir kritis

kreatif matematis serta soft skill mahasiswa.

Prinsip dalam Pembelajaran Kontekstual selanjutnya adalah bertanya.

Kegiatan bertanya dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh informasi dan

mengkonfirmasi hal-hal yang sudah diketahui dalam kegiatan inkuiri. Dalam

menyusun suatu pertanyaan, peserta didik harus berusaha memahami

(22)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan yang sesuai dengan apa yang ingin diketahui dengan kalimat yang

santun dan mendengarkan jawaban dari pendidik dengan tekun.

Kegiatan bertanya yang dilakukan oleh pendidik adalah untuk mendorong,

membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Pertanyaan terbuka

digunakan agar peserta didik dapat memberikan jawaban yang memerlukan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berikut ini adalah contoh pertanyaan

terbuka: Bagaimana cara menyelesaikan persamaan kuadrat

Pertanyaan ini dapat menghasilkan beberapa jawaban karena terdapat beberapa

cara untuk menyelesaikan suatu persamaan kuadrat, yaitu menggunakan cara

pemfaktoran, menggunakan rumus, melengkapkan persamaan kuadrat menjadi

kuadrat sempurna, dan menggunakan grafik.

Prinsip masyarakat belajar menghendaki adanya kegiatan belajar dalam

suatu komunitas. Masyarakat belajar dapat terjadi jika ada komunikasi dua arah,

setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk bertanya maupun

mengemukakan pendapat. Pembentukan pemahaman suatu pengetahuan dapat

diperoleh melalui sharing idea antar peserta didik, dari yang sudah paham ke

peserta didik yang belum paham. Oleh karena itu, prinsip masyarakat belajar

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta soft skill berupa:

penghargaan diri, rasa tanggung jawab, kemampuan sosial, etiket dan tata krama,

serta sopan santun, kerja sama, serta keterampilan komunikasi.

Prinsip pemodelan dalam Pembelajaran Kontekstual menuntut adanya

pemberian contoh yang dapat dilakukan oleh pendidik, peserta didik atau ahli

yang didatangkan ke kelas. Untuk menjadi seorang model diperlukan

kemampuan penguasaan konsep, keterampilan mengkomunikasikan konsep dan

mendemonstrasikan suatu prosedur dengan lancar.

Prinsip refleksi pada Pembelajaran Kontekstual menghendaki adanya

kegiatan berpikir mengenai apa yang telah dipelajari atau yang telah dilakukan

untuk mengetahui apa yang sudah baik dan apa yang perlu diperbaiki. Berpikir

(23)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sintesis dan evaluasi, serta kemampuan berpikir kreatif matematis untuk mencari

alternatif pemecahan masalah lain. Kegiatan refleksi dapat dilakukan dengan cara

memberi pertanyaan langsung atau dengan cara tertulis secara serius, jujur dan

bertanggung jawab. Diperlukan keterampilan komunikasi untuk mengemukakan

pendapat mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Dengan demikian, penerapan

prinsip refleksi diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif serta soft skill seperti: daya imajinasi, keseriusan, kejujuran, rasa

tanggung jawab, etiket, dan sopan santun.

Prinsip penilaian autentik dalam Pembelajaran Kontekstual menuntut

pendidik untuk mengumpulkan data berupa nilai untuk mengetahui kemajuan

belajar peserta didik untuk mengetahui apakah peserta didik mengalami proses

pembelajaran dengan benar. Penilaian dilakukan terhadap seluruh kegiatan yang

dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran. Mengingat penilaian

dilakukan selama proses pembelajaran, peserta didik akan mengikuti

pembelajaran dengan serius, tekun, mandiri, berpikir kritis dan kreatif, jujur, dan

penuh rasa tanggung jawab.

Pembelajaran Kontekstual diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif matematis, serta soft skill mahasiswa. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian tentang penerapan Pembelajaran Kontekstual pada

mahasiswa calon guru untuk membuktikan dugaan tersebut. Pelaksanaan

Pembelajaran Kontekstual pada penelitian ini didasarkan pada tujuh prinsip yang

telah disebutkan. Berkenaan dengan prinsip inkuiri, pada tahap awal penelitian

dilakukan menggunakan metode inkuiri terbimbing, kemudian secara bertahap

intervensi pendidik dikurangi sampai akhirnya menggunakan metode inkuri

bebas. Penerapan inkuiri bebas dimungkinkan mengingat bahwa perkembangan

kognitif peserta didik calon guru dianggap telah berada pada tahap berpikir

formal sehingga dapat melakukan penalaran deduktif matematis.

Untuk meningkatkan kemampuan dalam berpikir kritis dan kreatif

(24)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampai pada tahap mahasiswa dapat mengajukan soal Kontekstual dan mampu

melakukan kegiatan inkuiri sendiri dengan sedikit sekali bimbingan dari pendidik.

Kemampuan untuk membuat soal jenis kontekstual perlu dimiliki oleh calon guru

sekolah dasar agar dapat melaksanakan pendekatan Pembelajaran Kontekstual

pada saat mengajar di sekolah.

Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok dengan perlakuan yang

berbeda. Kelompok pertama adalah kelompok yang memperoleh pendekatan

Pembelajaran Kontekstual sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok

yang mendapat pendekatan Pembelajaran Konvensional. Pada kelompok yang

pertama, mahasiswa calon guru sekolah dasar memperoleh pendekatan

Pembelajaran Kontekstual. Pada tahap awal penelitian, kelompok ini

menggunakan metode inkuiri terbimbing sehingga soal (berupa soal Kontekstual)

diberikan oleh pendidik dan mahasiswa diberi bimbingan selama proses inkuiri,

selanjutnya intervensi pendidik dikurangi (metode inkuiri yang dimodifikasi),

yaitu dengan mengurangi pembimbingan selama proses inkuiri walaupun soal

tetap diberikan oleh pendidik. Pada akhirnya digunakan metode inkuiri bebas,

yaitu soal dibuat oleh mahasiswa dan pendidik hanya sedikit memberi bimbingan.

Pada kelompok kedua, peserta didik memperoleh Pembelajaran Konvensional.

Berdasarkan kajian mengenai prinsip-prinsip Pembelajaran Kontekstual

yang memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis pada peserta didik, maka diduga bahwa pendekatan Pembelajaran

Kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis

serta soft skill mahasiswa calon guru sekolah dasar yang lebih baik dibandingkan

dengan pendekatan Pembelajaran Konvensional.

Penelitian mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis, serta soft skill dilakukan terhadap kelompok mahasiswa secara

keseluruhan dan berdasarkan kemampuan awal mahasiswa (KAM) tinggi, sedang

dan rendah. Penelitian mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

(25)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui apakah terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan KAM

dalam kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematis

sehingga dapat diketahui pada kelompok mana Pembelajaran Kontekstual ini

memberikan peningkatan yang paling baik dan apakah Pembelajaran Kontekstual

dapat diterapkan pada ketiga kelompok kemampuan awal mahasiswa tersebut.

Penelitian mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis serta soft skill mahasiswa PGSD telah dilakukan. Hasil-hasil penelitian

yang diperoleh selanjutnya ditulis dalam laporan ini berupa disertasi berjudul

“Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis serta Soft Skill Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran Kontekstual”.

B.Identifikasi Masalah

Hasil UKA dan UKG yang dicapai guru pada tahun 2012 yang masih

rendah sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang masalah, menunjukkan

bahwa kompetensi guru-guru di Indonesia belum sesuai seperti yang diharapkan

dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 (Akuntono, 2012b). Undang-undang

tersebut menuntut adanya peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan

tugasnya mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional, dan kompetensi sosial. Soal-soal pada UKA dan UKG memuat

kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Rendahnya nilai UKA dan

UKG guru ini berarti bahwa kompetensi guru-guru di Indonesia terutama dalam

kemampuan pedagogik dan kemampuan profesional masih rendah.

Rendahnya kemampuan pedagogik guru berarti bahwa pemahaman guru

yang berkenaan dengan siswa dan karakteristiknya masih kurang. Demikian pula

dengan rendahnya kompetensi guru dalam kemampuan profesional berarti bahwa

kemampuan guru dalam melaksanakan tugas mencakup kegiatan merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran, belum mencapai standar minimal

yang diharapkan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun

(26)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran berkenaan

dengan penguasaan guru terhadap materi pelajaran dan kemampuan guru dalam

mengelola kelas selama pembelajaran. Kemampuan guru dalam penguasaan

materi pelajaran termasuk ke dalam hard skill, sedangkan kemampuan dalam

mengelola kelas selama pembelajaran termasuk ke dalam kemampuan soft skill

seperti kemampuan dalam komunikasi, kepemimpinan, kerjasama, dan

kemampuan pemecahan masalah. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan

kemampuan guru dalam bidang hard skill maupun soft skill.

Rendahnya kompetensi guru membawa dampak yang luas terhadap peserta

didik. Dampak negatif yang dapat terjadi adalah peserta didik hanya memiliki

kemampuan berpikir tingkat rendah, tidak mempunyai kemampuan berpikir kritis

dan kreatif; tidak mampu memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam

kehidupan; tidak siap memasuki dunia kerja dan tidak mampu berkompetisi

dengan pekerja lain. Selain berdampak terhadap kemampuan peserta didik,

rendahnya kemampuan guru menyebabkan pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru menjadi kurang kondusif sehingga tidak menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, menarik, membangkitkan motivasi serta serta guru tidak mampu

menumbuhkembangkan kemampuan soft skill peserta didik.

Prestasi peserta didik Indonesia di dunia internasional yang masih rendah

merupakan bukti bahwa produk pendidikan yang dihasilkan oleh guru-guru

selama ini masih memiliki kemampuan rendah. Hasil studi PISA dan TIMSS

menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik Indonesia masih jauh di bawah

kemampuan peserta didik internasional. Rendahnya prestasi peserta didik

Indonesia di dunia internasional menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia

masih memiliki tingkat berpikir matematis yang rendah, belum memiliki

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis.

Besarnya dampak dari rendahnya kemampuan guru terhadap peserta didik

merupakan masalah yang perlu dipecahkan. Apabila hal ini dibiarkan terus

(27)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dunia internasional. Perlu dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan

rendahnya kemampuan berpikir para guru tersebut.

Penelitian ini merupakan upaya untuk memecahkan masalah rendahnya

kemampuan guru-guru di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta soft skill mahasiswa

calon guru melalui Pembelajaran Kontekstual. Penelitian dilakukan pada

mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang mengambil Mata Kuliah

Aljabar. Topik-topik yang diambil dalam penelitian meliputi konsep: persamaan

dan pertidaksamaan linier, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat, barisan dan

deret aritmetika, serta barisan dan deret geometri.

C.Rumusan Masalah

Rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah:

Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis (KBKM), kemampuan

berpikir kreatif matematis (KBFM), dan soft skill peserta didik yang memperoleh

Pembelajaran Kontekstual (PK) lebih baik daripada peserta didik yang

memperoleh Pembelajaran Konvensional/Biasa (PB) ditinnjau secara keseluruhan

dan berdasarkan Kemampuan Awal Mahasiswa (KAM)?

Rumusan masalah umum diuraikan secara terperinci sebagai berikut:

1) Apakah peningkatan KBKM peserta didik yang memperoleh PK lebih baik

daripada peserta didik yang memperoleh PB berdasarkan: (a) gabungan ketiga

KAM; (b) KAM tinggi; (c) KAM sedang; (d) KAM rendah?

2) Apakah peningkatan KBFM peserta didik yang memperoleh PK lebih baik

daripada peserta didik yang memperoleh PB berdasarkan: (a) gabungan ketiga

KAM; (b) KAM tinggi; (c) KAM sedang; (d) KAM rendah?

3) Apakah peningkatan soft skill peserta didik yang memperoleh PK lebih baik

daripada peserta didik yang memperoleh PB berdasarkan: (a) gabungan ketiga

(28)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (PK dan PB)

dengan kemampuan peserta didik (tinggi, sedang, rendah) dalam peningkatan

KBKM peserta didik?

5) Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (PK dan PB)

dengan kemampuan peserta didik (tinggi, sedang, rendah) dalam peningkatan

KBFM?

6) Apakah terdapat perbedaan klasifikasi peningkatan KBKM antara peserta didik

yang mendapat PK dengan peserta didik yang mendapat PB ditinjau: (a) secara

keseluruhan; (b) pada setiap indikator KBKM?

7) Apakah terdapat perbedaan klasifikasi peningkatan KBFM antara peserta didik

yang mendapat PK dengan peserta didik yang mendapat PB ditinjau: (a) secara

keseluruhan; (b) pada setiap indikator KBFM?

8) Apakah terdapat perbedaan peningkatan soft skill antara peserta didik yang

mendapat PK dengan peserta didik yang mendapat PB ditinjau: (a) secara

keseluruhan; (b) pada setiap indikator soft skill?

9) Apakah terdapat korelasi antara KBKM dan KBFM dengan kemampuan soft

skill pada peserta didik?

10) Apakah terdapat perbedaan aktivitas peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran dan cara menjawab soal postes yang memperoleh PK dan PB?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1) Menganalisis perbedaan peningkatan KBKM antara peserta didik yang

memperoleh PK dengan peserta didik yang memperoleh PB berdasarkan:

(a) gabungan ketiga KAM; (b) KAM tinggi; (c) KAM sedang; dan

(d) KAM rendah.

2) Menganalisis perbedaan peningkatan KBFM antara peserta didik yang

(29)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(a) gabungan ketiga KAM; (b) KAM tinggi; (c) KAM sedang; dan

(d) KAM rendah.

3) Menganalisis perbedaan peningkatan soft skill antara peserta didik yang

memperoleh PK dengan peserta didik yang memperoleh PB berdasarkan:

(a) gabungan ketiga KAM; (b) KAM tinggi; (c) KAM sedang; dan (d) KAM

rendah.

4) Menganalisis interaksi antara pendekatan pembelajaran (PK dan PB) dengan

kemampuan peserta didik (tinggi, sedang, rendah) dalam peningkatan KBKM

peserta didik.

5) Menganalisis interaksi antara pendekatan pembelajaran (PK dan PB) dengan

kemampuan peserta didik (tinggi, sedang, rendah) dalam peningkatan KBFM

peserta didik.

6) Menganalisis perbedaan klasifikasi peningkatan KBKM antara peserta didik

yang mendapat PK dengan PB, ditinjau: (a) secara keseluruhan (b) pada

setiap indikator KBKM.

7) Menganalisis perbedaan klasifikasi peningkatan KBFM peserta didik yang

mendapat PK dengan PB, ditinjau: (a) secara keseluruhan (b) pada setiap

indikator KBFM.

8) Menganalisis perbedaan peningkatan soft skill peserta didik yang mendapat

Pembelajaran Kontekstual dengan pembelajaran biasa, ditinjau: (a) secara

keseluruhan (b) pada setiap indikator soft skill.

9) Menganalisis korelasi antara KBKM dengan soft skill peserta didik dan

korelasi antara KBFM dengan soft skill peserta didik.

10) Menganalisis perbedaan aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

dan cara menjawab soal postes yang memperoleh PK dan PB.

E.Manfaat Penelitian

(30)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Peserta didik

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan kreatif matematis, serta meningkatkan soft skill peserta didik

yang bermanfaat dalam melaksanakan studi maupun ketika memasuki dunia

kerja.

b) Pengajar

Pembelajaran Kontekstual dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi

pengajar di tingkat perguruan tinggi.

c) Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti untuk menganalisis

teori tentang kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, soft skill peserta

didik, dan pengembangan Pembelajaran Kontekstual di perguruan tinggi.

d) Pembuat Kebijakan

Pembelajaran Kontekstual diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif

pembelajaran di perguruan tinggi untuk meningkatkan kemampuan berpikir

(31)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi ekperimen dengan desain

kelompok kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design) sebagai

berikut:

A O X O

A O O

Keterangan:

X : Perlakuan dengan Pembelajaran Kontekstual

A : Pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling)

O : Pemberian pretes atau postes.

Pada penelitian ini terdapat satu kelompok ekperimen dan satu kelompok

kontrol. Kelompok eksperimen diberi Pembelajaran Kontekstual (PK), sedangkan

kelompok kontrol diberi Pembelajaran Biasa (PB). Setiap kelompok diberi pretes

dan postes yang sama. Keterkaitan antara variabel bebas (PK dan PB) dengan

variabel kontrol kelompok kemampuan peserta didik (tinggi, sedang, rendah) pada

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, serta soft skill peserta didik

disajikan dengan Model Weiner.

Tabel 3.1 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat dan Variabel Kontrol

Tingkat Kemampuan Peserta didik

Pembelajaran Kontekstual (A)

Pembelajaran Konvensional (B)

K F S K F S

Tinggi (H) KHA FHA SHA KHB FHB SHB

Sedang (M) KMA FMA SMA KMB FMB SMB

(32)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

K : Kemampaun Berpikir Kritis Matematis (KBKM)

F : Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (KBFM)

A : Pembelajaran Kontekstual (PK)

B : Pembelajaran Konvensional/Biasa (PB)

KHA : KBKM mahasiswa kelompok tinggi menggunakan PK.

KMA : KBKM mahasiswa kelompok sedang menggunakan PK.

KLA : KBKM mahasiswa kelompok rendah menggunakan PK.

FHA : KBFM mahasiswa kelompok tinggi menggunakan PK.

FMA : KBFM mahasiswa kelompok sedang menggunakan PK.

FLA : KBFM mahasiswa kelompok rendah menggunakan PK.

SHA : Kemampuan soft skill mahasiswa kelompok tinggi menggunakan PK.

SMA : Kemampuan soft skill mahasiswa kelompok sedang menggunakan PK.

SLA : Kemampuan soft skill mahasiswa kelompok rendah menggunakan PK.

KHB : KBKM mahasiswa kelompok tinggi menggunakan PB.

KMB : KBKM mahasiswa kelompok sedang menggunakan PB.

KLB : KBKM mahasiswa kelompok rendah menggunakan PB.

FHB : KBFM mahasiswa kelompok tinggi menggunakan PB.

FMB : KBFM mahasiswa kelompok sedang menggunakan PB.

FLB : KBFM mahasiswa kelompok rendah menggunakan PB.

SHB : Kemampuan soft skill mahasiswa kelompok tinggi menggunakan PB.

SMB : Kemampuan soft skill mahasiswa kelompok sedang menggunakan PB.

SLB : Kemampuan soft skill mahasiswa kelompok rendah menggunakan PB.

(33)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Guru

Sekolah Dasar (PGSD) di salah satu universitas di Kota Bogor, sedangkan sampel

yang diambil adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Aljabar sebanyak

70 orang. Alasan dipilihnya peserta didik PGSD dalam penelitian ini adalah:

a) Tingkat perkembangan kognitif peserta didik diperkirakan telah berada pada

tingkat berpikir formal karena sudah mampu berpikir logis dan abstrak.

Mahasiswa dianggap dapat menerima tugas-tugas dengan tingkat kemampuan

tinggi seperti membuat soal jenis kontekstual dan menyusun scaffolds.

b) Calon guru sekolah dasar perlu memiliki kemampuan untuk melaksanakan

PK, misalnya mampu menyusun soal kontekstual, dapat membimbing peserta

didik dalam melaksanakan kegiatan inkuiri, dan menyusun scaffolds.

c) Calon guru sekolah dasar perlu memiliki hard skill dan soft skill yang tinggi

agar dapat melaksanakan tugas dengan baik setelah mengajar di sekolah dasar.

Sampel penelitian terdiri dari dua dua kelompok yang berbeda. Kelompok

Eksperimen adalah kelompok mahasiswa yang memperoleh Pembelajaran

Kontekstual, sedangkan Kelompok Kontrol adalah kelompok mahasiswa yang

memperoleh Pembelajaran Biasa. Kelompok Eksperimen terdiri dari 30 orang

mahasiswa dan Kelas Kontrol terdapat 40 orang mahasiswa. Pemilihan sampel

dilakukan dengan cara acak kelompok. Karakteristik peserta didik program studi

PGSD di perguruan tinggi swasta tersebut diasumsikan homogen berdasarkan usia

dan asal sekolah.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional untuk setiap variabel dalam penelitian ini adalah:

1) KBKM adalah kemampuan yang mencakup kemampuan melakukan analisis,

sintesis, evaluasi, dan pemecahan masalah.

2) KBFM adalah kemampuan mencakup: kefasihan (fluency), fleksibilitas

(34)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Soft skill mahasiswa PGSD adalah keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan

sebagai seorang pendidik, yaitu: atribut pribadi, kemampuan komunikasi,

kemampuan kepemimpinan, kemampuan bekerjasama, dan kemampuan

pemecahan masalah. Atribut pribadi mencakup sifat: jujur, percaya diri,

kepedulian sosial, tanggung jawab, sopan-santun, etika, dan rasa emphati.

Kemampuan komunikasi mencakup: mampu menyampaikan ide dengan jelas

dan runtut, menggunakan bahasa baku, menyimak informasi dengan aktif dan

memberi tanggapan yang sesuai. Kemampuan kepemimpinan mencakup

kemampuan: merancang dan mengorganisasi suatu kegiatan, menerima

pendapat orng lain, memotivasi anggota kelompok, bersikap adil, dan dapat

mengambil keputusan cepat. Kemampuan bekerja sama meliputi kemampuan:

berinteraksi dalam kelompok, berperan dalam kelompok, memberi sumbangan

ide, dan menghargai pendapat orang lain. Kemampuan pemecahan masalah

mencakup kemampuan: mampu mengidentifikasi masalah, menganalisis

masalah, merancang strategi dan melakukan pemecahan masalah, melakukan

generalisasi, dan melakukan refleksi.

4) Pembelajaran Kontekstual (PK) adalah pembelajaran yang mengaitkan antara

materi yang diajarkan di kelas dengan situasi dunia nyata peserta didik yang

mempunyai tujuh komponen utama yaitu: konstruktivisme (constructivism),

bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian

sebenarnya (authentic assessment).

5) Pembelajaran Konvensional/Biasa (PB) adalah pembelajaran ekspositori yang

dilakukan dengan cara pendidik menerangkan materi pelajaran, memberi

contoh soal dan cara penyelesaiannya, memberikan soal-soal latihan untuk

dikerjakan peserta didik di kelas dan memeriksanya secara individual maupun

klasikal.

(35)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kemampuan

Awal Mahasiswa (KAM), Tes KBKM dan Tes KBFM, Skala Soft Skill Model

Likert mencakup Skala Soft Skill Penilaian Diri (SSPD) dan Skala Soft Skill

Penilaian Teman (SSPT), lembar observasi, lembar wawancara, dan jurnal

mahasiswa. Perangkat alat pembelajaran yang dipergunakan dalam penelitian ini

mencakup: Silabus Mata Kuliah Aljabar, Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Mata

Kuliah Aljabar, Bahan Ajar Mata Kuliah Aljabar, Lembar Kerja Mahasiswa, dan

Media Pembelajaran. Pada bagian selanjutnya diuraikan mengenai penjelasan

setiap instrument yang dipergunakan.

a. Tes KAM, KBKM dan KBFM

Terdapat 3 perangkat tes berbeda yang dipergunakan dalam penelitian ini,

yaitu: tes kemampuan awal mahasiswa (KAM), Pretes/Postes KBKM, dan

pretes/postes KBFM. Setiap perangkat tes memiliki fungsi yang berbeda-beda

sesuai dengan nama tes tersebut.

Tes KAM adalah tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan awal

mahasiswa sebelum pembelajaran. Tes KAM memuat soal-soal tentang

konsep-konsep bilangan bulat dan operasi pada bilangan bulat sebagai prasyarat untuk

mengikuti materi yang akan diberikan. Hasil Tes KAM digunakan untuk

mengelompokkan mahasiswa ke dalam kelompok mahasiswa dengan kemampuan

tinggi, sedang dan rendah.

Pretes dan postes KBKM adalah tes yang dimaksudkan untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Pretes digunakan sebelum pembelajaran,

sedangkan postes digunakan setelah pembelajaran. Soal pretes dan postes KBKM

merupakan soal-soal ekivalen yang memuat konsep-konsep: persamaan linier dan

persamaan kuadrat, pertidaksamaan linier dan pertidaksamaan kuadrat, barisan

(36)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pretes/postes KBFM adalah tes yang diberikan sebelum dan sesudah

pembelajaran yang ditujukan untuk mengukur KBFM mahasiswa. Pretes dan

postes KBFM juga merupakan soal-soal ekivalen. Pretes/postes KBFM memuat

soal-soal tentang konsep yang sama pada Pretes/Postes KBKM.

Tes KAM, Pretes/Postes KBKM, serta pretes/postes KBFM merupakan tes

berbentuk uraian (essay). Soal berbentuk uraian dipilih agar proses yang

dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal dapat diamati, sehingga

kesulitan-kesulitan dan kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal dapat

dianalisis.

Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup sub

pokok bahasan, kemampuan yang akan diukur, indikator yang sesuai, dan jumlah

butir soal serta waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes tersebut. Kemudian

dilanjutkan dengan penyusunan soal dan kunci jawaban beserta pedoman

pemberian skor tiap butir soal.

Sebelum digunakan dalam penelitian, Tes KAM, Pretes /Postes KBKM serta

Pretes/Postes KBFM terlebih dahulu diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan

indeks kesukarannya. Uji coba instrumen berbentuk tes diberikan kepada peserta

didik yang tidak termasuk subjek penelitian untuk menentukan apakah tes baik

untuk mengukur kemampuan awal mahasiswa, kemampuan berpikir kritis dan

kreatif matematis.

Uji validitas isi untuk Tes KAM, Pretes/Postes KBKM, serta Pretes/Postes

KBFM dilakukan dengan melakukan konsultasi pada ahlinya sebelum uji coba,

dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Pengujian validitas butir soal pada Tes

KAM, Pretes/Postes KBKM, serta Pretes/Postes KBFM menggunakan uji korelasi

dari Pearson, yaitu:

(3.1)

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diklasifikasikan menurut klasifikasi

(37)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi dari Nurgana

Interval Klasifikasi

Tidak Berkorelasi

Rendah Sekali

Rendah

Sedang

Tinggi

Tinggi sekali

Sempurna

Pengujian Reliabilitas pada Tes KAM, Pretes/Ppostes KBKM, serta

Pretes/Postes KBFM menggunakan rumus Cronbach Alpha. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

(3.2)

Keterangan:

= koefisien reliabilitas

= variansi skor siswa perorangan

= variansi skor soal tertentu = banyaknya soal

Dengan: dan .

Untuk menentukan Indeks kesukaran Tes KAM, Pretes/Postes KBKM, serta

Pretes/Postes KBFM digunakan rumus sebagai berikut:

(3.3)

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

(38)

Kurniati, 2014

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta soft skill

mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pendekatan pembelajaran kontekstual

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= banyaknya siswa lemah dari 25% yang menjawab benar

Daya pembeda Tes KAM, pretes dan postes KBKM, serta pretes dan postes

kemampuan KBFM ditentukan menggunakan rumus berikut:

(3.4)

Keterangan:

DP = daya pembeda soal

= banyaknya siswa pandai dari 25% yang menjawab benar

= banyaknya siswa lemah dari 25% yang menjawab benar.

Hasil uji coba Tes KAM, pretes dan postes KBKM, serta pretes dan postes

kemampuan KBFM selanjutnya diuraikan sebagai berikut:

a) Hasil Uji Coba Tes KAM

Tes KAM terdiri dari 10 butir soal berbentuk uraian yang memuat konsep

bilangan bulat dan bilangan pecahan. Konsep ini digunakan mengingat bahwa

konsep-konsep tersebut merupakan konsep dasar sebelum membahas konsep

persamaan dan pertidaksamaan linier, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat,

barisan dan deret aritmetika, serta barisan dan deret geometri. Uji coba Tes KAM

dilakukan terhadap mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah Aljabar.

Setelah diujicobakan selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan

validitas, reliabilitas, indek kesukaran dan daya pembeda Tes KAM.

1. Validitas Tes KAM

Perhitungan terhadap validitas butir soal data hasil uji coba Tes KAM

menggunakan rumus korelasi Pearson. Nilai koefisien korelasi setiap butir soal uji

coba Tes KAM selanjutnya ditentukan klasifikasikan menggunakan klasifikasi

koefisien korelasi dari Nurgana (Ruseffendi, 2005, h. 160). Hasil interpretasi

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat dan  Variabel Kontrol
Tabel 3.2  Klasifikasi Koefisien Korelasi dari Nurgana
Tabel 3.3. Validitas Butir Soal Tes KAM
Tabel 3.4 Indeks Kesukaran Tes KAM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dua Mantan Anggota DPRD Kota Yogya, Laporkan Budiono Ke POLDA DIY Sahabat MQ/ dua mantan anggota DPRD Kota Yogyakarta/ hari ini melaporkan Budiono ke POLDA DIY// Kedua

Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2015 | 21 gangguan akibat kurang yodium (GAKY), dan kurang vitamin A, dengan out put kegiatan meliputi : Sosialisasi

PENERAPAN MODEL ACCELERATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tabel 4.53 Sebaran Jawaban Responden Mengenai Keputusan Pembelian Terkait Jajanan yang Dijual di Sekitar Sekolah

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

bahwa untuk itu perlu menetapkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Tempat Pemasukan dan pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan

4.1.1 Hasil Penelitian tentang Kemampuan Representasi Matematis

• Cek adakah pemindahan istilah dari badan soal (vignette) ke opsi jawaban benar, jika ada PERBAIKI