• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN MENGGUNAKAN PRAKTIKUM DAN DISKUSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN MENGGUNAKAN PRAKTIKUM DAN DISKUSI."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh

Aulia Rahmah

1005164

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Oleh Aulia Rahmah

1005164

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sajana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

© Aulia Rahmah

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Oleh Aulia Rahmah

1005164

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Hj. Siti Sriyati, M.Si. NIP.196409281989012001

Pembimbing II

Drs. Suhara, M.Pd NIP. 196512271991031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

(4)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Batasan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN MENGGUNAKAN PRAKTIKUM DAN DISKUSI . 7 A. Kemampuan Kognitif ... 7

B. Praktikum ... 11

C. Diskusi ... 14

D. Analisis Materi Sistem Pencernaan ... 16

BAB III METODE PENELITIAN... 21

A. Metode Penelitian ... 21

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 21

C. Definisi Operasional ... 21

D. Instrumen Penelitan ... 22

(5)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Pengolahan Data ... 30

G. Prosedur Penelitian ... 30

H. Alur Penelitian ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Kemampuan Kognitif Total Siswa ... 33

2. Kemampuan Kognitif Siswa Berdasarkan Jenjang dan Dimensi Pengetahuan ... 35

a. Kemampuan Siswa pada Jenjang C1 dan Dimensi Pengetahuannya ... 36

b. Kemampuan Siswa pada Jenjang C2 dan Dimensi Pengetahuannya ... 37

c. Kemampuan Siswa pada Jenjang C3 dan Dimensi Pengetahuannya ... 37

d. Kemampuan Siswa pada Jenjang C4 dan Dimensi Pengetahuannya ... 38

B. Pembahasan ... 38

1. Kemampuan Kognitif Total Siswa ... 39

2. Kemampuan Kognitif Siswa Berdasarkan Jenjang dan Dimensi Pengetahuan ... 42

a. Kemampuan Siswa pada Jenjang C1 dan Dimensi Pengetahuannya ... 47

b. Kemampuan Siswa pada Jenjang C2 dan Dimensi Pengetahuannya ... 49

c. Kemampuan Siswa pada Jenjang C3 dan Dimensi Pengetahuannya ... 51

d. Kemampuan Siswa pada Jenjang C4 dan Dimensi Pengetahuannya ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(6)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROFIL KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN

SISTEM PENCERNAAN MENGGUNAKAN PRAKTIKUM DAN DISKUSI

ABSTRAK

Kemampuan kognitif merupakan kemampuan melaksanakan aktivitas otak (berpikir) untuk memperoleh pengetahuan. Kemampuan tersebut merupakan salah satu sasaran pembelajaran yang dituntut oleh kurikulum. Pada kenyataannya, di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung, kemampuan kognitif yang dikembangkan tidak sampai pada jenjang C4 atau C6, tetapi hanya sampai jenjang C1 ataupun C2. Untuk itu, dalam penelitian ini dilaksanakan sebuah pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum dan diskusi yang diharapkan dapat menunjang pencapaian kemampuan kognitif siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum. Siswa-siswa yang terlibat dalam pembelajaran adalah satu kelas XI IPA yang dipilih secara acak. Setelah pembelajaran selesai, pengukuran kemampuan kognitif dilakukan dengan menggunakan soal berindikator dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan kognitif total siswa berkategori cukup dengan rerata sebesar 64,81%. Adapun kemampuan kognitif siswa pada jenjang C1 dan dimensi pengetahuannya memperoleh rerata sebesar 100% untuk C1 prosedural, 77,86% untuk C1 faktual, dan 61,16% untuk C1 konseptual. Kemampuan kognitif pada jenjang C2 dan dimensi pengetahuannya memperoleh rerata sebesar 94,29% untuk C2 prosedural, 67,14% untuk C2 metakognitif, dan 55,81% untuk C2 konseptual. Kemampuan kognitif siswa pada jenjang C3 dan dimensi pengetahuannya memperoleh rerata sebesar 74,76% untuk C3 konseptual, 60% untuk C3 prosedural, dan 14,29% untuk C3 metakognitif. Kemampuan kognitif pada jenjang C4 dan dimensi pengetahuannya memperoleh rerata sebesar 60% untuk C4 konseptual.

(7)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROFILE OF COGNITIVE ABILITIES OF STUDENTS IN DIGESTIVE

SYSTEM INSTRUCTION USING PRACTICUM AND DISCUSSION

ABSTRACT

Cognitive ability is the ability of brain activity (thinking) to acquire knowledge. It ability is one of the learning targets demanded by the curriculum. In fact, one of high schools in Bandung, cognitive abilities did not developed until level C4 or C6, but only developed until level C1 or C2. Therefore, in this research, instruction using praticum and discussion are implemented and expected to promote the achievement of cognitive abilities of students according to the demands of the curriculum. The students which involved in the instruction is one XI grade science that selected randomly. After instruction was completed, cognitive abilities was measured by test with two indicators, cognitive processes dimensions and knowledge dimensions. The results showed that mean value of total cognitive abilities of students is 64.81% (enough categorize). The cognitive abilities of students at levels C1 and dimensions of knowledge is 100% for C1 procedural, 77.86% for C1 factual, and 61.16% for C1 conceptual. Cognitive abilities at C2 level and dimensions of knowledge is 94.29% for C2 procedural, 67.14% for C2 metacognitive, and 55.81% for C2 conceptual. Cognitive abilities of students in C3 levels and dimensions of knowledge is 74.76% for C3 conceptual, 60% for C3 procedural, and 14.29% for C3 metacognitive. Cognitive abilities at level C4 and dimensions of knowledge is 60% for C4 conceptual.

(8)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan teori tersebut yaitu, kegiatan pembelajaran harus disusun dan dilaksanakan berdasarkan tujuan-tujuan pendidikan yang terdiri dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tujuan pendidikan tersebut dikemukakan oleh seorang ahli psikologi pendidikan yaitu Benjamin Bloom pada tahun 1956 berdasarkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang ia susun dan dikenal sebagai taksonomi Bloom (Karthwohl, 2002).

Tahun 2001, seorang ahli psikologi pendidikan yaitu Anderson bersama rekan-rekannya merevisi taksonomi tersebut dan mengemukakan hasil revisinya dalam sebuah buku yang berjudul “A Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives” (Anderson dan Karthwohl, 2001). Saat ini, revisi dari taksonomi Bloom yang banyak digunakan dalam sistem penilaian pendidikan di Indonesia.

(9)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam kurikulum 2013, khususnya pada Kompetensi Inti (KI) nomor tiga siswa dituntut untuk memiliki kemampuan kognitif sebagi salah satu sasaran pembelajaran.

KI 3: “Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.”

Berdasarkan KI nomor tiga, dapat diketahui bahwa proses kognitif ditujukan pada empat jenis pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Empat jenis pengetahuan tersebut merupakan dimensi baru pada domain kognitif taksonomi revisi Bloom.

Dalam proses pembelajaran, domain kognitif merupakan salah satu sasaran pembelajaran yang harus dikembangkan dan dicapai oleh siswa. Kognitif merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kognisi atau aktivitas mental otak (Mahmud, 2014). Dengan mengembangkan kemampuan kognitif, siswa diharapkan mampu menguasai pengetahuan yang sedang dipelajarinya.

Pada prakteknya di sekolah, domain kognitif yang banyak dikembangkan tidak sampai pada jenjang yang dituntut oleh kurikulum. Hal tersebut terbukti dari soal-soal ulangan harian yang memiliki domain kognitif pada jenjang mengingat (C1) dan memahami (C2) saja. Padahal sesuai dengan tuntutan kurikulum yang telah dipaparkan sebelumnya, kemampuan kognitif yang harus dikuasai siswa sampai pada jenjang menganalisis (C4) ataupun mencipta (C6). Untuk itu, dalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran pada materi sistem pencernaan. Sistem pencernaan merupakan salah satu materi dengan Kompetensi Dasar (KD) yang menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif hingga pada jenjang menganalisis (C4).

(10)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode praktikum bertujuan untuk menyediakan pengetahuan prosedural yang dituntut oleh kurikulum. Selain itu, menurut Adisendjaja (2013) pembelajaran dengan metode praktikum dapat menunjang pemahaman materi pelajaran. Hal tersebut dapat terjadi karena melalui kegiatan praktikum, siswa akan dihadapkan pada fakta-fakta atau fenomena yang akan digunakan untuk membentuk atau membuktikan konsep yang ia pelajari (Rustaman, dkk., 2005). Dengan begitu, penggunaan metode praktikum diharapkan dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dari segi kognitif. Kelebihan lain dari penggunaan metode praktikum adalah metode praktikum juga mampu memberikan aspek-aspek lain seperti sikap ilmiah dan keterampilan proses sains yang dapat menunjang siswa untuk memperoleh pengetahuan (Subiantoro, 2013). Walaupun penelitian ini hanya akan menggambarkan kemampuan kognitif siswa, namun proses pembelajaran harus tetap menggunakan metode-metode yang dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan lainnya, yaitu dari ranah afektif dan psikomotor.

(11)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain kegiatan praktikum, pembelajaran sistem pencernaan dalam penelitian ini juga menggunakan metode diskusi. Diskusi merupakan percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengajuan pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok untuk mencari jawaban dari suatu permasalahan (Syafrudin, 2013). Permasalahan yang muncul dalam diskusi dapat berasal dari siswa tanpa direncanakan terlebih dahulu maupun berasal dari guru. Permasalahan yang ditentukan oleh guru dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dengan jenjang kognitif tertentu. Dengan begitu, metode diskusi diharapkan dapat menjadi sarana bagi siswa untuk berbagi pendapat, memperluas wawasan siswa, serta sarana untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Terlebih lagi dari segi keluasan materi, praktikum yang dilaksanakan tidak menyajikan konsep yang akan dipelajari secara menyeluruh sehingga metode diskusi dipilih sebagai metode untuk menanggulangi hal tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti bermaksud untuk membuat profil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana profil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi?”. Untuk lebih mengarahkan penelitian pada aspek yang akan dikaji, maka rumusan masalah dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawah ini.

(12)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana kemampuan kognitif siswa pada jenjang C2 dan dimensi pengetahuan dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi?

3. Bagaimana kemampuan kognitif siswa pada jenjang C3 dan dimensi pengetahuan dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi?

4. Bagaimana kemampuan kognitif siswa pada jenjang C4 dan dimensi pengetahuan dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi?

C. Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis kemampuan kognitif siswa pada jenjang C1 dan dimensi pengetahuan dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi.

2. Menganalisis kemampuan kognitif siswa pada jenjang C3 dan dimensi pengetahuan dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi.

3. Menganalisis kemampuan kognitif siswa pada jenjang C3 dan dimensi pengetahuan dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi.

4. Menganalisis kemampuan kognitif siswa pada jenjang C4 dan dimensi pengetahuan dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi.

D. Batasan Masalah

(13)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Data yang diambil dari penelitian ini merupakan kemampuan kognitif siswa pada jenjang C1, C2, C3, dan C4 pada dimensi pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Kemampuan dibelajarkan kepada siswa melalui pembelajaran sistem pencernaan. Batasan pada jenjang kognitif dilakukan karena menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum.

2. Pembelajaran sistem pencernaan disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) bab sistem pencernaan pada kurikulum 2013. Materi yang dipelajari dari sistem pencernaan makanan adalah sistem pencernaan makanan manusia.

3. Pembelajaran sistem pencernaan pada penelitian ini menggunakan praktikum dan diskusi. Praktikum yang dilaksanakan terdiri dari dua kegiatan, yaitu pengujian zat makanan dan pengukuran energi makanan. Uji zat makanan yang dilaksanakan di antaranya uji Benedict, uji Biuret, dan uji lipid. Adapun pengukuran energi makanan dilakukan secara langsung melalui percobaan sederhana dengan prinsip yang sama dengan alat bomb calorimeter.

E. Manfaat Penelitian

(14)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

(15)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang hanya membuat gambaran suatu kejadian secara sistematis, faktual, dan akurat (Nazir, 1999). Gambaran yang akan dibuat dari penelitian ini yaitu kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan yang menggunakan praktikum dan diskusi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 10 Bandung. Sekolah tersebut berlokasi di jalan Cikutra nomor 77, Kota Bandung, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 hingga Maret 2014. Adapun subjek yang terlibat dalam penelitian adalah satu kelas XI IPA yang dipilih secara acak dari seluruh kelas XI IPA yang ada. Kelas yang terlibat dalam penelitian merupakan kelas yang belum mempelajari materi sistem pencernaan di semester dua.

C. Definisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian, berikut ini terdapat definisi operasional dari variabel-variabel penelitian yang digunakan.

1. Kemampuan Kognitif

(16)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan metakognitif. Soal-soal yang digunakan merupakan soal dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.

2. Praktikum

Praktikum yang di maksud dalam penelitian ini yaitu sebuah kegiatan laboratorium yang menggunakan prosedur tertentu untuk mengetahui adanya kandungan zat makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak dengan menggunakan reagen kimia. Selain itu, praktikum yang dilaksanakan juga berisi percobaan untuk mengukur nilai energi atau kalori dari bahan makanan tertentu dengan menggunakan prinsip yang sama pada alat pengukur nilai energi makanan atau bom kalorimeter. Dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan, dilakukan pengukuran kemampuan kognitif siswa. Kemampuan kognitif yang diukur adalah jenjang kognitif tertentu pada pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, maupun metakognitif yang diperoleh siswa melalui kegiatan praktikum yang dilaksanakan.

3. Diskusi

Diskusi yang di maksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan yang berisi pertukaran pendapat untuk menemukan sebuah jawaban dari masalah yang sedang diselesaikan. Masalah yang diselesaikan secara bersama-sama berasal dari hasil kegiatan praktikum, pertanyaan-pertanyaan dalam LKS, maupun pertanyaan yang disampaikan oleh siswa atau guru ketika proses pembelajaran. Dari kegiatan diskusi yang dilaksanakan, siswa akan melatih kemampuan kognitifnya untuk memperoleh pengetahuan yang sedang dipelajari. Kemampuan kognitif yang diperoleh melalui diskusi ini diukur dengan menggunakan instrumen berupa soal berindikator dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan.

D. Instrumen Penelitian

(17)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(18)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Indikator

Domain Kognitif Butir Soal

C1 C2 C3 C4

F K P M F K P M F K P M F K P M

1 Mendeskripsikan jenis-jenis nutrien

30 2 Menjelaskan berbagai

fungsi jenis nutrien tertentu

31 34 21 23,

32, 33, 35

22

3 Mengidentifikasi kandungan nutrien berdasarkan hasil uji zat makanan

24

4 Menjelaskan fungsi penggunaan/ pelaksanaan prosedur praktikum

19 16,

20

39 17 18 37

5 Mengurutkan prosedur praktikum

38 6 Mengkalkulasi nilai energi

makanan berdasarkan hasil praktikum

36

7 Menjelaskan fungsi sistem pencernaan

1 8 Menjelaskan tahap

pencernaan secara umum

(19)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Indikator

Domain Kognitif Butir Soal

C1 C2 C3 C4

F K P M F K P M F K P M F K P M

9 Membedakan organ pencernaan yang termasuk ke dalam saluran

pencernaan dan organ aksesoris pencernaan

40

10 Membedakan proses pencernaan kimiawi dan mekanik

45

11 Mengidentifikasi struktur organ pencernaan

3,4 9 12 Menjelaskan fungsi organ

pencernaan

7,8 5,

41, 6 13 Menghubungkan struktur

dengan fungsi organ pencernaan

11, 14, 42, 43 14 Menjelaskan proses

pencernaan

29 15,

27, 44

10 25,

26, 28 15 Mengidentifikasi penyakit

pada sistem pencernaan

13 16 Menjelaskan solusi atau

pencegahan penyakit

(20)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sistem pencernaan

(21)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Pengembangan Instrumen

Sebelum soal digunakan, terlebih dahulu dilakukan judgment oleh ahli untuk melihat validitas isi dan kesesuaian domain kognitif soal. Setelah itu, soal diujicobakan ke kelas yang telah melaksanakan pembelajaran sistem pencernaan. Hasil uji coba digunakan sebagai data untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran melalui analisis pokok uji. Analisis pokok uji tersebutlah yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan butir soal mana saja yang dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan sahih apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2012). Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria. Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya. Singkatnya, untuk mengetahui validitas tiap butir soal dapat digunakan rumus korelasi product moment Pearson seperti yang tercantum di bawah ini.

Keterangan :

rxy= koefisien korelasi antara skor pada butir soal dengan skor total N = jumlah siswa

(22)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2. Interpretasi Indeks Validitas

No Indeks Validitas Kriteria

1 0,00 – 0,19 sangat rendah

2 0,20 – 0,39 rendah

3 0,40 – 0,59 cukup

4 0,60 – 0,79 tinggi

5 0,80 – 1,00 sangat tinggi

(Sumber: Arikunto, 2012) Berdasarkan hasil uji coba, berikut ini merupakan nilai validitas yang dimiliki oleh soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian.

Tabel 3.3. Validitas Instrumen Penelitian

No Validitas Nomor Soal Jumlah Soal

1 Sangat rendah 2,5,11,14,20,22,29,33,35,38 10 2 Rendah 4,6,7,9,12,15,18,21,23,24,25,

26,27,30, 32,34,41,42,43,44 20

3 Cukup 1,10,13,17,40,45 6

4 Tinggi 8,31 2

5 Sangat tinggi - 0

Dari 45 butir soal yang diujicobakan, terdapat tujuh soal yang memiliki validitas negatif, yaitu pada butir soal nomor 3, 16, 19, 28, 36, 37, dan 39. Ketujuh soal tersebut tetap digunakan sebagai instrumen penelitian karena menjadi soal yang mewakili indikator tertentu. Namun sebelum digunakan, soal-soal tersebut sebelumnya direvisi terlebih dahulu.

2. Reliabilitas

(23)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reliabilitas dapat diketahui dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson dan Rumus Spearman-Brown.

a. Rumus product moment Pearson

Keterangan :

rxy= koefisien korelasi antara skor pada pokok uji dengan skor total N = jumlah siswa

X = skor pada pokok uji Y = skor total

b. Rumus Spearman-Brown

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara skor pada pokok uji dengan skor total

Setelah diperoleh koefesien reabilitas melalui rumus Spearman-Brown barulah dapat diketahui nilai atau koefisien reabilitiasnya dengan interpretasi sebagai berikut.

Tabel3.4. Interpretasi Koefisien Reabilitas

No Koefisien Reliabilitas Kriteria

1 0,80-1,00 Sangat tinggi

2 0,60-0,79 Tinggi

3 0,20-0,59 Rendah

4 0,00-0,19 Sangat rendah

(Sumber: Arikunto, 2012) Berdasarkan hasil uji coba, diketahui bahwa soal yang diujicobakan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,65. Dengan begitu, reliabilitas soal termasuk ke dalam kategori tinggi.

(24)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daya pembeda merupakan kemampuan soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan kurang. Soal dengan daya pembeda yang baik akan mampu dikerjakan oleh siswa yang berkemampuan tinggi (Arikunto, 2012). Untuk menghitung daya pembeda soal dapat digunakan rumus berikut ini.

Keterangan:

DP= Daya Pembeda

U= jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar untuk setiap soal L = jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar setiap soal T = jumlah seluruh siswa baik dari kelompok atas dan kelompok bawah, maka akan didapatkan indeks daya pembeda.

Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda

No Indeks Daya Pembeda Kriteria

1 0,00 – 0,20 Tidak Baik

2 0,21 – 0,40 Cukup

3 0,41 – 0,70 Baik

4 0,71 – 1,00 Baik Sekali

(Sumber: Arikunto, 2012) Pada indeks daya pembeda dapat juga diperoleh nilai indeks yang negatif. Bila nilai negatif muncul, itu berarti bahwa soal yang diujikan memperlihatkan kemampuan peserta uji yang terbalik. Dengan kata lain siswa yang berkemampuan tinggi justru tidak bisa mengerjakan soal tersebut atau dapat dikatakan sebagai siswa yang berkemampuan rendah, begitu pula sebaliknya. Soal dengan indeks daya pembeda negatif sebaiknya tidak digunakan atau direvisi terlebih dulu bila terpaksa harus digunakan. Berdasarkan hasil uji coba, berikut ini merupakan daya pembeda dari setiap butir soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian.

(25)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Daya Pembeda Nomor Soal Jumlah

Soal

1 Tidak Baik 2,5,10,11,12,13,14,15,19,20,22,26,28

,29,30,32,33,34,35,36,37,38,41 23

2 Cukup 4,7,9,17,18,21,23,24,27,43 10

3 Baik 1,6,25,31,40,42,44,45 8

4 Baik Sekali 8 1

Dari 45 butir soal yang diujicobakan, terdapat 3 soal yang memiliki daya pembeda negatif. Ketiga butir soal tersebut yaitu soal nomor 3, 16, dan 39. Untuk dapat digunakan sebagai instrumen penelitian, maka ketiga soal tersebut harus direvisi terlebih dahulu.

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran menunjukan sukar tidaknya suatu soal. Soal yang sukar akan memiliki indeks yang kecil, sedangkan soal yang mudah akan memiliki indeks yang besar. Rentang indeks tersebut dimulai dari 0,00 sampai 1,00. Untuk mengetahui indeks kesukaran suatu soal maka dapat dilakukan perhitungan menggunakan rumus dibawah ini (Arikunto, 2012).

Keterangan:

TK= Tingkat kesukaran

U= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar L = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar N= Total seluruh siswa kelompok atas dan kelompok bawah

Tabel3.7. Interpretasi Tingkat Kesukaran

No Nilai Tingkat Kesukaran Kriteria

1 0,00 Sangat Sukar

2 0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar

3 0,31 <TK ≤ 0,70 Sedang

4 0,71 < TK ≤ 1,00 Mudah

5 1,00 Sangat Mudah

(26)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut ini merupakan tingkat kesukaran pada soal yang diujicobakan. Tingkat kesukaran pada tiap butir soal disajikan pada tabel 3.8.

Tabel 3.8. Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian

No Tingkat

Kesukaran Nomor Soal

Jumlah Soal

1 Sangat sukar 30,36 2

2 Sukar 3,12,33,37,41,44 6

3 Sedang 1,2,4,8,9,10,11,14,16,18,21,22,24

27,28,34,40,42,43,45 20

4 Mudah 6,13,15,20,25,26,31 7

(27)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Pengolahan Data

Setelah pengambilan data dilakukan, data diolah untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa pada setiap jenjang dan jenis pengetahuan tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik persentase sederhana (Purwanto, 2012). Untuk itu, digunakan rumus persentase seperti di bawah ini.

Setelah kemampuan kognitif pada jenjang dan pengetahuan tertentu diperoleh, dicarilah nilai reratanya. Untuk mencari nilai rerata digunakan rumus sebagai berikut.

Kemudian nilai rerata kemampuan kognitif siswa dikategorisasikan berdasarkan pedoman penilaian menurut Purwanto (2012). Selain itu, nilai tersebut juga dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tempat penelitian berlangsung, yaitu sebesar 75.

Tabel 3.9. Kategorisasi Kemampuan Kognitif Siswa

No Rentang Nilai (%) Kategori

1 86 - 100 Sangat Baik

2 76 - 85 Baik

3 60 - 75 Cukup

4 55 - 59 Kurang

5 < 54 Kurang Sekali

(Sumber: Purwanto, 2012)

G. Prosedur Penelitian

Secara umum, prosedur untuk melakukan penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian. Berikut ini pemaparan dari kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahapan.

(28)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap persiapan merupakan tahap yang berisi kegiatan untuk mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan dalam penelitan agar penelitian berjalan dengan lancar. Pada tahap tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Pembuatan proposal penelitian

b. Menampilkan rancangan penelitian dalam seminar proposal

c. Melakukan revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari dosen-dosen penguji dalam seminar proposal.

d. Mengumpulkan proposal penelitian yang telah direvisi. e. Mengurus surat-surat perizinan untuk penelitan.

f. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, ataupun mengumpulkan media yang dibutuhkan dalam penelitian.

g. Pembuatan soal sebagai alat pengambilan data atau instrumen penelitian. h. Judgment soal kepada dosen ahli. Setelah itu, dilakukan perbaikan soal

berdasarkan hasil judgment. Hasil perbaikan tersebutharus diuji coba terlebih dahulu sebelum dapat digunakan dalam penelitian.

i. Hasil uji coba digunakan sebagai data untuk melakukan analisis pokok uji. Setelah analisis dilakukan, barulah dapat diputuskan butir soal mana saja yang dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

Kegiatan terakhir yang dilakukan dari tahap persiapan adalah menentukan butir soal mana saja yang akan digunakan. Pengambilan keputusan mengenai butir soal yang akan digunakan, didasari oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu. Hal-hal yang menjadi pertimbangan salah satunya adalah validitas soal. Jika validitas soal memiliki korelasi yang signifikan, maka soal tersebut boleh digunakan. Namun bila hasilnya tidak signifikan, soal sebaiknya tidak digunakan. Kecuali jika soal tersebut sangat dibutuhkan karena alasan tertentu, misalnya karena soal tersebut mewakili indikator yang digunakan. Namun, soal tersebut tetap perlu direvisi terlebih dahulu sebelum dapat digunakan.

(29)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari kegiatan pembelajaran dan pengambilan data. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode praktikum dan diskusi. Kegiatan pembelajaran tersebut berlangsung selama 11 jam pelajaran dengan RPP yang dibuat untuk masing-masing pertemuan. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan pengambilan data dengan menggunakan soal yang telah dibuat. Setelah data diperoleh, dilakukan pengolahan data untuk membuat profil kemampuan kognitif siswa.

3. Tahap Penyelesaian

Setelah tahap pelaksanaan selesai, selanjutnya dilakukan tahap penyelesaian. Tahap tersebut berisi kegiatan untuk mengolahan data, melakukan analisis data, serta menyelesaikan laporan penelitian dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Setelah laporan selesai, selanjutnya laporan dikumpulkan dan dilakukan pengujian terhadap penelitian yang telah dilaksanakan.

H. Alur Penelitian

Berikut ini merupakan alur penelitian yang telah dilaksanakan hingga penelitian selesai. Pembuatan proposal penelitian Seminar proposal penelitian Revisi proposal penelitian Revisi instrumen penelitian Pelaksanaan penelitian Pembuatan instrumen penelitian Judgmentinstrumen penelitian Uji coba instrumen

(30)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

[image:30.595.150.496.143.205.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Alur Penelitian

Pengolahan dan analisis data

Penarikan Kesimpulan

(31)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kemampuan kognitif total siswa berdistribusi normal dengan rerata sebesar 64,87%. Angka tersebut termasuk ke dalam kategori cukup (Purwanto, 2012). Akan tetapi, masih berada di bawah nilai KKM sekolah tempat penelitian berlangsung. Adapun untuk kemampuan kognitif siswa berdasarkan jenjang dan dimensi pengetahuannya memiliki nilai yang berbeda.

Kemampuan kognitif siswa pada jenjang C1 dan dimensi pengetahuannya memperoleh nilai sebesar 100% untuk C1 prosedural, nilai sebesar 77,76% untuk C1 faktual, dan nilai sebesar 61,14% untuk C1 konseptual. Kemampuan kognitif siswa pada jenjang C2 dan dimensi pengetahuannya memperoleh nilai sebesar 94,29% untuk C2 prosedural, nilai sebesar 67,14% untuk C2 metakognitif, dan nilai sebesar 55,81% untuk C2 konseptual. Kemampuan kognitif siswa pada jenjang C3 dan dimensi pengetahuannya memperoleh nilai sebesar 74,76% untuk C3 konseptual, nilai sebesar 60,00% untuk C3 prosedural, dan nilai sebesar 14,29% untuk C3 metakognitif. Kemampuan kognitif siswa pada jenjang C4 dan dimensi pengetahuannya memperoleh nilai sebesar 60,00% untuk C4 konseptual.

B. SARAN

Berdasarkan proses pembelajaran dalam penelitian dan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat beberapa saran atau rekomendasi yang peneliti ajukan untuk menanggulangi permasalahan yang muncul, diantaranya:

(32)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk membaca LKS praktikum terlebih dahulu sebelum masuk ke laboratorium. Selain itu, dapat pula dilakukan pretest mengenai prosedur praktikum yang dilaksanakan sehingga ketika akan melaksanakan praktikum siswa sudah mengetahui hal-hal yang harus dilakukannya.

2. Kegiatan praktikum yang dilaksanakan di sekolah biasanya melebihi waktu yang ditentukan. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya siswa dikondisikan dalam keadaan siap melaksanakan praktikum seperti yang dipaparkan sebelumnya. Selain itu, harus ada pengaturan waktu untuk melaksanakan kegiatan inti dari praktikum sehingga praktikum yang biasanya menghabiskan waktu, dapat tuntas dan selesai tepat waktunya. 3. Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran sebaiknya dilakukan

dengan menampilkan permasalahan-permasalahan yang sifatnya problematis dan menampilkan banyak jawaban. Selain itu, topik yang didiskusikan sebaiknya merupakan topik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan begitu, diskusi yang dilaksanakan akan menarik perhatian siswa sehingga seluruh siswa akan fokus dan berupaya mencari sendiri jawaban dari topik yang didiskusikan.

4. Guru hendaknya berperan sebagai pengatur yang dapat mencegah siswa tertentu saja yang mendominasi diskusi. Selain itu, guru harus membimbing siswa dalam memfokuskan perhatian terhadap inti atau pokok yang sedang didiskusikan sehingga jawaban siswa tidak akan melebar pada topik yang sebenarnya kurang berhubungan.

(33)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah, dua jenis pengetahuan tersebut ternyata jarang sekali dibelajarkan maupun diujikan kepada siswa. Padahal kedua jenis pengetahuan tersebut menjadi salah satu tuntutan kurikulum yang digunakan saat ini, yaitu kurikulum 2013.

6. Dalam penelitian ini, masih terdapat beberapa kemampuan kognitif yang belum terungkap, yaitu kemampuan C1 metakognitif, C2 faktual, C3 faktual, C4 prosedural, C4 metakognitif, dan lain-lain. Untuk itu, sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya yang mencakup kemampuan-kemampuan tersebut.

(34)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amnah, S. (2014). Profil Kesadaran dan Strategi Metakognisi Mahasiswa Baru Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau Pekanbaru. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3, (1), 22-27. Anderson, L & Karhtwohl, D. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. United State: Addison Wesley Longman.

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Adisendjaya, Y. H. (2013). Kegiatan Praktikum dalam Pendidikan Sains.

[Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19551219

1980021-YUSUF_HILMI_ADISENDJAJA/KEGIATAN_PRAKTIKUM_Dlm_P END.__SAINS.pdf. [21 November 2013].

Campbell, Reece, Urry, dkk., (2008). Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dharma, S. (2008). Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Direktorat Tenaga

Kependidikan. Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional.

Hana, S. (2012). Berita Utama Direktorat Gizi: Sejarah Asal Kata/Istilah “Gizi”

Sebagai Terjemahan Kata Inggris “Nutrition”. [Online]. Tersedia: http://gizi.depkes.go.id/sejarah-asal-kata-istilah-gizi-sebagai-terjemahan-kata-inggris-nutrition-2 [11 Januari 2014]

Hasibuan & Moedjijono. (2010). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Herman, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalaha untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Jurnal FPMIPA-UPI Cakrawala Pendidikan.

(35)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fotosintesis di Kelas VII. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Karthwohl, D. R. (2002). A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. Theory Into Practice. Vol 41. (4)

Kurnadi, K. A. (2011). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Kuswana, W. S. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mahmud, M. (2014). Perkembangan Kognitif. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19570704 1981031-MUHDAR_MAHMUD/Power_Point/KOGNITIF.pdf. [28 Mei 2014].

Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia. Indonesia.

Nurmaya, I. (2012). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum untuk Meningkatan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI pada Konsep Insekta. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 65 tahun 2013.

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwanto, N. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roestyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rustaman, N. (2014). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi. {Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311

979032-NURYANI_RUSTAMAN/PERANAN_PRAKTIKUM_DALAM_PEM BELAJARAN_BIOLOGI.pdf. [17 Januari 2014].

(36)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

979032-NURYANI_RUSTAMAN/Ringkasan_Habts_of_Mind.pdf. [1 Juni 2014].

Rustaman, N., Dirdjosoemarto, Yudianto, dkk., (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Sari, A. M. (2013). Efektivitas Praktikum Berbasis Pemodelan dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Speth, Momsen, Moyerbrailean, dkk. (2010). 1, 2, 3, 4: Infusing Quantitative Literacy into Introductory Biology. CBE-Life Science Education, 6, (1), 323-332.

Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Subiantoro, A. (2013). Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM_PENTINGNYA%20PR AKTIKUM.pdf. [21 Oktober 2013].

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suwarto. (2010). Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif dalam

Pendidikan. Jurnal Pendidikan. Vol 19, no.1, pp.76-91.

Syafrudin, M. (2014). Metode Diskusi Kelompok untuk Peningkatan Prestasi Peserta Diklat: Widyaiswara Madya BDK Surabaya. [Online]. Tersedia:http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/4.METODEDI SKUSIKELOMPOK.pdf. [17 Januari 2014].

Rahman, Rustaman, Nana, dkk., (2014). Peran Praktikum dalam Membekali Kemampuan Generik pada Calon Guru: Studi Kasus pada Praktikum Reguler Fisiologi Tumbuhan di LPTK. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/196201151

(37)

Aulia Rahmah, 2014

Proofil kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran sistem pencernaan menggunakan praktikum dan diskusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Susilana. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kurikulum Teknologi Pendidikan FIP UPI.

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bandung Quraisy.

Tim Penulis Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. [Online]. Tersedia: www.kbbi.web.id. [29 Mei 2014].

Tortora, D. (2009). Principle of Anatomy and Physiology 12th Edition. USA: Wiley Inc.

Wati, N. Sri N. (2011). Kemampuan Siswa SMA dalam Menerapkan Konsep Difusi-Osmosis. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Winkle. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Gambar

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Domain Kognitif Butir Soal
Tabel 3.2. Interpretasi Indeks Validitas
Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda
Tabel 3.8. Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ce sont des éléments du test qui abordaient le type de connecteurs de nature de condition qui est souvent suivi du mode subjonctif comme montré dans l’élément

PHP memberikan kemudahan bagi para perancang situs web untuk dapat mengembangkan dan membuat tampilan halaman informasi yang bagus dan interaktif serta dapat dikombinasikan

Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Di Smk Negeri 9 Garut).. Universitas Pendidikan Indonesia

pengurangan konsumsi energi yang diserap perangkat Subscriber Station (SS) WiMAX jika dilakukan pengaturan beban protokol transport.. 1.4

Website SMAKORNITA-IPB.web.id merupakan sebuah website yang berisi informasi mengenai SMA KORNITA, yang dibuat dalam bentuk tampilan yang menarik dan iteraktif dengan berbagai

station menuju flow classifier untuk mengatur arah paket yang akan dikirim ke. dalam

Website pengenalan penyakit pada organ tubuh manusia merupakan media informasi dan pembelajaran tentang pengenalan macam-macam jenis penyakit dan pencegahan datangnya penyakit,