• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Infusa Daun Sirih (Piper Betle L.) Sebagai Larvisida Nyamuk Aedes sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Infusa Daun Sirih (Piper Betle L.) Sebagai Larvisida Nyamuk Aedes sp."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

EFEK INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI LARVISIDA NYAMUK Aedes sp.

Feiny Melinda Sugiono, 2016, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes

Pembimbing II : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

Angka kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia terus meningkat dan banyak menyebabkan kematian pada anak-anak. Salah satu cara dalam menanggulangi penyakit tersebut adalah dengan memutus siklus hidup vektor penyakit antara lain dengan cara membunuh larva nyamuk Aedes sp. Larvisida yang diketahui masyarakat adalah temephos yang memiliki efek samping terhadap manusia dan lingkungan sehingga perlu dicari larvisida alami yang lebih aman dan efektif, misalnya Infusa Daun Sirih (IDS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek IDS terhadap larva Aedes sp. dan membandingkannya dengan bubuk temephos.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan metode Rancang Acak Lengkap (RAL). Larva nyamuk Aedes sp. sebanyak 900 ekor dibagi dalam 6 perlakuan dengan pengulangan 5 kali, yaitu diberikan IDS 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, bubuk temephos 1% (kontrol positif), dan akuades (kontrol negatif). Data yang diamati adalah jumlah larva yang mati dalam waktu 24 jam. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Fisher

LSD dengan α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua konsentrasi IDS memiliki perbedaan sangat signifikan (p=0.000) dengan kontrol negatif, serta IDS 3% memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan Temephos 1% (p=0,375).

Simpulan penelitian adalah infusa daun sirih memiliki efek sebagai larvisida nyamuk Aedes sp. yang setara dengan bubuk temephos.

Kata kunci :

Larvisida, Infusa Daun Sirih, larva Aedes sp., temephos

(2)

v ABSTRACT

THE EFFECT OF BETEL LEAVES (Piper betle L.) INFUSION AS LARVICIDE TOWARDS Aedes sp.

Feiny Melinda Sugiono, 2016, 1st Tutor : Sylvia Soeng, dr., M.Kes

2nd Tutor : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

The incidence of dengue hemorrhagic fever (DHF) in Indonesia has increased and also increase the mortality rate of children. To overcome DHF is to break the life cycle of the vectors, which is by eliminating the larvae. In spite of its effectiveness, temephos as common chemical larvicide has many side effects for human and environment so it should be found a natural larvicide such as betle leaves infusion (IDS). This research was to determine the effect of IDS as larvicide and compared to temephos powder.

This research was a laboratory experimental with Complete Randomized Design (CRD). 900 Aedes sp. larvae were divided into 6 treatment groups which was respectively given IDS 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, temephos 1% (positive control), and aquadest (negative control). Data observed was the number of larvae died within 24 hours. The data was analyzed using one-way ANOVA followed by Fisher LSD test with α = 0.05.

The results showed that all IDS concentrations used in this experiment had a highly significant differences (p = 0.000) with negative control, and IDS 3% had no significant differences with Temephos 1% (p = 0.375).

The research conclusion was betle leaves infusion had larvicide effect towards Aedes sp. and equivalent to temephos powder.

Keywords:

larvicide, betle leaves infusion, Aedes sp. larvae, temephos

(3)

viii

(4)

ix BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 31

3.3.3 Metode Penarikan Replikasi Bahan Penelitian ... 33

3.4 Prosedur Kerja Penelitian ... 33

(5)

x

3.6 Hipotesis Statistik ... 35

3.7 Kriteria Uji ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 37

4.2 Pembahasan... 40

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 47

RIWAYAT HIDUP ... 53

(6)

xi

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 4.1 Jumlah Larva yang Mati Setelah Diberikan Perlakuan ... 37 Tabel 4.2 ANAVA Satu Arah Rerata Jumlah Larva Nyamuk yang Mati ... 38 Tabel 4.3 Uji Beda Rerata Fisher LSD Jumlah Larva yang Mati Dalam Persen Antar Kelompok Perlakuan ... 38

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Siklus hidup Aedes sp. ... 9

Gambar 2.2 Telur Aedes sp. ... 10

Gambar 2.3 Larva Aedes sp. ... 11

Gambar 2.4 Pupa Aedes sp. ... 11

Gambar 2.5 Nyamuk Dewasa Betina Aedes sp. ... 12

Gambar 2.6 Respon Imun terhadap infeksi Dengue (a) Infeksi DENV primer (b) Infeksi DENV sekunder ... 16

Gambar 2.7 Tanaman Piper betle ... 25

Gambar 2.8 Gugus kimia temephos ... 29

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

LAMPIRAN 1 Foto-foto Penelitian ... 47

LAMPIRAN 2 Perhitungan Konsentrasi dan Pengenceran ... 49

LAMPIRAN 3 Uji ANAVA satu arah ... 50

LAMPIRAN 4 Uji Komparasi Multiple Fisher LSD ... 51

(9)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia termasuk negara tropis dengan musim kemarau dan musim hujan. Lamanya musim hujan di Indonesia sekarang ini semakin tidak dapat diprediksi dengan curah hujan yang tidak menentu. Akibat perubahan iklim ini terjadi banyak genangan air yang berpengaruh pada perkembangbiakan nyamuk yang tidak terkendali sehingga menimbulkan masalah kesehatan yang serius karena nyamuk sebagai vektor berbagai penyakit, seperti filariasis, malaria, serta demam berdarah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui cucukan nyamuk betina Aedes

aegypti sebagai vektor utama. Virus dengue ini menyebabkan gangguan hemostatis

dan ketidakstabilan mikrovaskular sehingga jika tidak cepat ditangani akan sangat berbahaya. Oleh karena itu, penting untuk diketahui cara pengendalian penularan penyakit ini (Goldman et al., 2012; WHO, 2015).

World Health Organization (WHO) mengestimasi 390 juta kasus infeksi

dengue terjadi per tahun dengan 96 juta diantaranya adalah kasus DBD. Pasien DBD yang dirawat di rumah sakit diperkirakan 500.000 orang per tahun dengan pasien terbanyak adalah anak-anak. Angka kematian dari ribuan pasien tersebut adalah 2,5%. Kasus infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan dunia karena kasusnya yang terus meningkat dalam dua puluh lima tahun terakhir terutama di daerah perkotaan di negara tropis (WHO, 2015).

Kasus demam berdarah di Indonesia mencapai 158.912 kasus, tertinggi selama rentang waktu 1968 - 2009. DKI Jakarta tercatat dengan jumlah penderita terbanyak selama lima tahun berturut-turut. Di Jawa Barat sendiri jumlah penderita demam berdarah cukup banyak 89.41 per 100.000 penduduk pada tahun 2009. Angka kematian DBD tahun 2008 sudah menurun menjadi 0,86% dari 41% pada tahun 1968. (Kementerian Kesehatan RI, 2010)

(10)

2

Penyebaran penyakit ini dapat diminimalkan dengan salah satu caranya pembasmian jentik nyamuk yang hidup dalam air. Bahan kimia sintetik yaitu

temephos digunakan sebagai larvisida, akan tetapi penggunaan dalam jangka

panjang dapat menyebabkan resistensi dan memberikan efek samping seperti iritasi kulit, mata, dan tenggorokan (EPA, 2016).

Alternatif lain dengan penggunaan insektisida alami untuk membasmi jentik nyamuk dengan efek samping minimal, seperti daun sirih. Tanaman sirih mudah tumbuh dan mudah didapat di Indonesia. Daun sirih mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan zat kimia sekunder lainnya yang dapat berefek larvisida. Penelitian daun sirih sebagai larvisida sudah pernah dilakukan sebelumnya dalam bentuk ekstrak etanol terhadap larva nyamuk Anopheles sp. dan

Culex sp. (Kaihena et al., 2012). Pembuatan ekstrak etanol sulit dan membutuhkan

biaya yang cukup mahal sehingga terpikir oleh penulis untuk menggunakan infusa yang pembuatannya lebih mudah dengan biaya yang minimal dan mudah diaplikasikan oleh masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diajukan identifikasi masalah sebagai penuntun penelitian, yaitu

1. Apakah Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) memiliki efek larvisida terhadap

Aedes sp.

2. Mengetahui potensi Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) setara dengan serbuk bubuk temephos 1%.

(11)

3 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan di bidang parasitologi dan farmakologi mengenai efek larvisida alami Infusa Daun Sirih (Piper betle L.).

1.4.2 Manfaat Praktis

Menyebarluaskan informasi mengenai manfaat daun sirih (Piper betle L.) sebagai salah satu cara pencegahan perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. sebagai vektor dari penyakit DBD.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Daun sirih (Piper betle L.) memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan zat kimia sekunder lainnya.

Senyawa alkaloid yang terkandung dalam daun sirih adalah arecoline yang menghambat enzim acethylcoline esterase sehingga terjadi penumpukan asetilkolin yang mengacaukan penghantaran impuls ke sel otot dan beracun sehingga larva mati (Handayani et al., 2013).

Rotenon adalah turunan flavonoid yang merupakan insektisida alami dengan menghambat enzim pernapasan, antara NAD+ dan koenzim Q sehingga terjadi kegagalan fungsi napas (Aulung et al., 2010).

Saponin bersifat menyerupai sabun yang berpengaruh terhadap tubuh serangga dengan menghilangkan lapisan lilin yang meliputi serangga sehingga serangga mati karena kehilangan cairan tubuh (Kaihena et al., 2012).

Tanin dapat menghambat kerja enzim percernaan sehinggga pencernaan serangga terganggu. Selain itu, tanin menghambat enzim protease sehingga proses

(12)

4

metabolisme serangga terganggu dan mengakibatkan larva kekurangan nutrisi. (Kaihena et al., 2012)

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) memiliki efek larvisida terhadap Aedes

sp.

2. Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) memiliki potensi yang setara dengan bubuk temephos 1%.

(13)

42 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan

1. Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) memiliki efek larvisida terhadap Aedes

sp.

2. Infusa Daun Sirih 3% (Piper betle L.) memiliki potensi yang setara dengan bubuk temephos 1%.

1.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan Infusa Daun Sirih (Piper

betle L.) sebagai larvisida terhadap spesies nyamuk yang lain.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai efek Infusa Daun Sirih jenis lain selain daun sirih hijau.

3. Perlu dilakukan penelitian mengenai efek Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) dengan konsentrasi dalam rentanng 2,5% hingga 3%.

4. Perlu dilakukan penelitian mengenai efek samping penggunaan Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai larvisida.

5. Perlu dilakukan uji toksisitas Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap manusia.

6. Perlu dilakukan penelitian mengenai durasi dari efek Infusa Daun Sirih (Piper betle L.).

(14)

EFEK INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.)

SEBAGAI LARVISIDA NYAMUK Aedes sp.

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FEINY MELINDA SUGIONO

1310228

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(15)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Efek Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai Larvisida Nyamuk Aedes sp.” ini dengan baik. Karya tulis ini merupakan salah satu persyaratan akademik

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak memperoleh dukungan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Sylvia Soeng, dr., M.Kes sebagai dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan perhatian untuk membimbing dan memberikan nasihat selama dilakukannya penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc sebagai dosen pembimbing pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, tenaga dalam memberi saran, bimbingan, dan nasihat selama penyusunan karya tulis ilmiah ini. 3. Cindra Paskaria, dr., M.K.M. sebagai dosen yang bersedia meluangkan

waktu untuk membantu dalam perhitungan statistik karya tulis ilmiah ini. 4. Pak Nana yang membantu dalam pelaksanaan penelitian.

5. Orang tua penulis, Limanto Giono dan Linda Sugianto, yang telah memberikan doa, perhatian, dan dukungan selama pembuatan karya tulis ini. 6. Adik penulis, Jason Arnold Sugiono, yang telah memberikan tenaga dan

waktunya selama pembuatan karya tulis ini.

(16)

8. Semua pihak dan teman yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis sangat berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran, masyarakat, dan perkembangan ilmu kedokteran, saran dan kritik yang membangun akan diterima dengan senang hati.

Bandung, September 2016

(17)

43

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, Astuti EP. 2011. Chikungunya: Transmisi dan Permasalahannya.

Aspirator, 2(3):100-106.

Aulung A, Christiani, Ciptaningsih. 2010. Daya larvisida ekstrak daun sirih (Piper

betle L.) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti L. Majalah Kedokteran FK

UKI, 27(1): 7-14.

Candra, A. 2010. Demam berdarah dengue: Epidemiologi, patogenesis, dan faktor risiko penularan. Aspirator, 2(2):110-119.

Cania E, Setyaningrum E. 2013. Uji efektivitas larvasida ekstrak daun legundi (Vitex trifolia) terhadap larva Aedes aegypti. Medical Journal of Lampung

University, 2(4): 52-60.

Capeding, MRZ, 2009. Dengue update: WHO 2009 guideline.,

http://www.pidsphil.org/pdf/2010/10Lec-Dengue%20Update_WHO2009%20Guideline%20REVISED.pdf., June 21st, 2016.

Center for Disease Control and Prevention. 2012. Mosquito life-cycle., http://www.cdc.gov/Dengue/entomologyEcology/m_lifecycle.html., 21 Juni 2016.

Center for Disease Control and Prevention. 2015. Japanese Encephalitis., http://www.cdc.gov/japaneseencephalitis/., 29 September 2016.

Center for Disease Control and Prevention. 2015. Temephos.,

http://www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/neng0199.html., 18 Juli 2016.

Center for Disease Control and Prevention. 2016. Chikungunya Virus., https://www.cdc.gov/chikungunya/index.html., 12 Juli 2016.

Center for Disease Control and Prevention. 2016. Dengue.,

https://www.cdc.gov/dengue/., 10 Juli 2016.

Center for Disease Control and Prevention. 2016. Zika Virus.,

https://www.cdc.gov/zika/about/overview.html., 29 September 2016. Dwivedi V, Tripathi S. 2014. Review study on potential activity of Piper betle.

Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 3(4): 93-98.

(18)

44

Environmental Protection Agency. 2016. Temephos RED.,

https://archive.epa.gov/pesticides/reregistration/web/html/temephos_red.htm l#II., 18 Juli 2016.

Farmakope Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gandahusada S. Ilahude HD. Pribadi W. 1992. Parasitologi Kedokteran FKUI. 2nd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 185-87, 198-203. Goldman L. Schafer AI. 2012. Goldman’s Cecil Medicine. 4th ed. United State of

America: Elsevier Saunders. Pg. 2147-2155.

Handayani, Ishak H, Anwar. 2013. Efektivitas ekstrak daun sirih (Piper betle L.)

sebagai bioinsektisida terhadap kematian nyamuk Aedes aegypti.

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5819 , 20 Januari 2016. Institute of Clinical Pathology and Medical Research. 2010. NSW Arbovirus

Surveillance & Vector Monitoring Program: Mosquito photos.,

http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos.htm#a egypti., 13 Juli 2016.

Irwan A, Komari N, Rusdiana. 2007. Uji aktivitas saponin fraksi n-butanol dari kulit batang kemiri (Aleurites moluccana WILLD) pada larva nyamuk Aedes

aegypti. Sains dan Terapan Kimia, 1(2): 93-101.

James MT. Harwood RF. 1989. Herm’s Medical Entomology. 6th ed. United States of America: Macmillan Publishing Co., Inc. p 181-3.

Kaihena M, Lalihatu V, Nindatu M. 2012. Efektivitas ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) terhadap mortalitas larva nyamuk Anopheles sp. dan Culex sp. Molucca Medica, 4(1): 88-105.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Demam berdarah dengue.

Buletin Jendela Epidemiologi, 2: 1-14.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Modul pengendalian demam

berdarah dengue.,

http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.p df., 21 Juni 2016.

(19)

45

Kettle DS. 1995. Medical and Veterinary Entomology. 2nd. Ed. CAB International. p 110.

Lima JB, Da-Cunha MP, Da Silva RC, Galardo AK, Soares Sda S, Braga IA, et al. 2003. Resistance of Aedes aegypti to organophosphates in several municipalities in the State of Rio de Janeiro and Espírito Santo, Brazil. Am J

Trop Med Hyg, 68 (3):329–33.

Mardiningsih TL, Sukmana C, Tarigan N, Suriati S. 2010. Efektivitas insektisida nabati berbahan aktif azadirachtin dan saponin terhadap mortalitas dan intensitas serangan Aphis gossypii Glover. Buletin Littro, 21(2): 171-183. Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014

tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Primer.

Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 231. hal 26-29.

Petersen LR. Jamieson DJ. Powers AM. Honein MA. 2016. Zika Virus. The New

England Journal of Medicine, 374(16):1552-63.

Pohan, H.T. 2007. Filariasis. Dalam: Sudoyo A.W. dkk (eds). Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi IV. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 1767-71.

Rao, NB, Kumari OS. 2015. Phytochemical analysis of piper betel leaf extract. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 1(4):699-703. Rekha VPB, Kollipara M, Gupta BRSSS, Bharath Y, Pulicherla KK. 2014. A

review on Piper betle L.: Nature’s promising medical reservoir. American Journal of Ethnomedicine, 5(1):276-289.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Ed ke-4. Bandung: ITB Press.

Sembel DT. 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: Andi.

(20)

46

Soedarto. 1995. Entomologi Kedokteran. Jakarta : EGC. hal. 58-64.

Supartha IW. 2008. Pengendalian terpadu vektor virus demam berdarah dengue,

Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae).,

https://www.researchgate.net/publication/237671079_Pengendalian_Terpad u_Vektor_Virus_Demam_Berdarah_Dengue_Aedes_aegypti_Linn_dan_Ae des_albopictus_SkuseDiptera_Culicidae., 21 Juni 2016.

WHO. 2015. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Revised and expanded ed. India:WHO-SEARO Technical Publication Series No. 60. p 9-147.

Wikimedia Commons. 2014. Aedes aegypti eggs.,

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Aedes_aegypti_eggs_%E2%80% 93_CDC_5129.jpg., 13 Juli 2016.

Yenie E, Elystia S, Kalvin A, Irfhan M. 2013. Pembuatan pestisida organik menggunakan metode ekstraksi dari sampah daun pepaya dan umbi bawang putih. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, 10(1): 46-59.

Gambar

Tabel 4.3 Uji Beda Rerata Fisher LSD Jumlah Larva yang Mati Dalam Persen
Gambar 2.1 Siklus hidup Aedes sp.  ................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Diljukr rcMFi nh sto lyrdr bobe.nrd gdr atri kdyl. .N]RIJSAN

Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh dari sikap guru berdiskusi melalui supervise akademik adalah 79,38 kategori “cukup”,sedangkan pada siklus II nilai

Dengan kekuatan-Nya juga penulis telah dapat menyelesaikan kegiatan karya tulis yang tertuang dalam skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Conceptual

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas II SDN Wiyung 1 Surabaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Aktivitas guru selama proses

Induksi perakaran juga dapat dilakukan secara ex vitro pada tahap aklimatisasi, yaitu dengan mengguna- kan bahan tanaman yang direndam dalam larutan IBA tanpa melalui fase

Alat kajian yang digunakan dalam kajian ini ialah bentuk soal selidik yang mengandungi sejumlah soalan yang berkaitan dengan tahap pengetahuan guru terhadap peranan Pusat

• Seluruh host pada jaringan yang sama harus memiliki broadcast address yang sama dan alamat tersebut tidak boleh digunakan sebagai nomor IP untuk host tertentu. •

Berikan contoh nyata yang Anda alami dalam kehidupan profesional sebagai Ketua Program Studi dan/atau Jurusan/Bagian/Departemen S1/Diploma dan bagaimana dampaknya