iv
Melissa Christina. 2012. Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sylvia Soeng, dr., M.Kes.
Gangguan dorongan seksual yang termasuk disfungsi seksual ditemukan pada lebih dari 15% laki-laki dewasa. Pengobatan yang sering digunakan antara lain testosteron, tetapi pada dosis yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya sehingga masyarakat lebih memilih tanaman obat yang berkhasiat afrodisiak, salah satunya adalah pasak bumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T” terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.
Penelitian bersifat eksperimental laboratorium sungguhan menggunakan masing-masing 25 ekor mencit Swiss Webster jantan dan betina. Mencit jantan dibagi secara acak menjadi 5 kelompok (n=5) dan tiap kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu ekstrak etanol akar pasak bumi (EEAPB) dosis 1, 2, dan 3 (312,5; 625; dan 1250 mg/kgBB), Na-CMC 1% (kontrol), dan testosterone undecanoate 20,8 mg/kgBB (pembanding). Data yang diukur adalah frekuensi pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting) selama 15 menit pertama dan kedua pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05.
Hasil penelitian introducing hari ketiga, kelima, dan ketujuh, kelompok EEAPB dosis 1, 2, dan 3 sangat bermakna meningkatkan introducing (p<0,01) dibandingkan kontrol negatif. Hasil penelitian mounting hari ketiga, kelompok EEAPB dosis 1 bermakna meningkatkan mounting (p<0,05) dan sangat bermakna meningkatkan mounting pada hari ketujuh (p<0,01).
v
Melissa Christina. 2012. 1st Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. 2nd Tutor : Sylvia Soeng, dr., M.Kes.
Sexual desire disorder which is part of sexual dysfunction, found in more than 15% adult male. Commonly they use testosterone for treatment, but overdose has dangerous side effect, so people prefer herb with aphrodisiac effect, such as pasak bumi. The objective of this observation is to analyze the effect of pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) root ethanol extract in traditional herb “T” towards sexual behavior of male Swiss Webster mice.
This observation was a real laboratoric experimental using each 25 male and female Swiss Webster mice. Male mice were divided randomly into 5 groups (n=5) and each group was given different treatment, pasak bumi root ethanol extract (EEAPB) dose 1, 2, and 3 (312,5; 625; and 1250 mg/kgBW), Na-CMC 1% (control), and testosterone undecanoate 20,8 mg/kgBB (comparator). Measured data was introducing and mounting frequency on 3rd, 5th, and 7th day for the first fifteen minutes and another fifteen minutes. Analysis data using one way ANOVA method continued with Tukey HSD with =0.05, according to significant value p<0.05.
Observation result of introducing on the 3rd, 5th, and 7th day, EEAPB groups dose 1, 2, and 3 highly significant increase introducing (p<0.01) compared with control. Observation result of mounting 3rd day, EEAPB dose 1 significant increase mounting (p<0.05) and higly significant on the 7th day (p<0.01).
Conclusion is pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) root ethanol extract in traditional herb “T” does increase sexual behavior of male Swiss Webster mice.
viii
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ... 3
1.6 Hipotesis Penelitian ... 4
1.7 Metodologi Penelitian ... 5
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Genitalia Eksterna ... 6
2.1.1 Scrotum ... 6
2.1.2 Penis ... 6
2.1.3 Vaskularisasi Penis ... 8
ix
2.2.3 Amigdala ... 13
2.2.4 Hipokampus ... 14
2.3 Reproduksi Seksual pada Laki-laki ... 14
2.3.1 Libido atau Dorongan Seksual ... 14
2.3.2 Tahap-tahap Aksi Seksual ... 15
2.3.3 Hormon Kelamin Laki-laki ... 17
2.4 Ereksi ... 19
2.4.1 Mekanisme Sentral ... 19
2.4.2 Mekanisme Perifer ... 20
2.4.3 Peranan Testosteron dalam Ereksi ... 22
2.5 Fungsi Seksual Binatang Pengerat... 22
2.5.1 Sistem Pengaturan ... 22
2.5.2 Feromon ... 24
2.5.3 Mekanisme Dasar Aktivitas Seksual Binatang Pengerat Jantan... 25
2.6 Disfungsi Seksual ... 25
2.7 Testosterone Undecanoate... 28
2.8 Jamu ... 29
2.9 Afrodisiak ... 30
2.10 Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) ... 31
2.10.1 Taksonomi ... 32
2.10.2 Asal dan Distribusi ... 32
2.10.3 Morfologi ... 32
2.10.4 Akar Pasak Bumi (Eurycomae Radix) ... 33
2.10.5 Manfaat Akar Pasak Bumi ... 33
2.10.6 Kandungan Akar Pasak Bumi ... 34
x
3.1.2 Alat Penelitian ... 37
3.2 Subjek Penelitian ... 37
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
3.4 Metode Penelitian ... 38
3.4.1 Desain Penelitian ... 38
3.4.2 Variabel Penelitian ... 38
3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 38
3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 39
3.4.3 Penentuan Besar Sampel ... 40
3.4.4 Prosedur Kerja ... 40
3.4.4.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 40
3.4.4.2 Persiapan Hewan Coba ... 41
3.4.4.3 Prosedur Penelitian... 41
3.4.4.4 Metode Analisis ... 42
3.4.5 Aspek Etik Penelitian ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 44
4.1.1 Introducing ... 44
4.1.1.1 Introducing Hari Ketiga ... 44
4.1.1.2 Introducing Hari Kelima ... 46
4.1.1.3 Introducing Hari Ketujuh ... 49
4.1.1.4 Rerata Total Introducing Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh ... 51
4.1.2 Mounting ... 53
4.1.2.1 Mounting Hari Ketiga ... 53
4.1.2.2 Mounting Hari Kelima ... 55
xi
4.3 Uji Hipotesis ... 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 64
5.2 Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN ... 70
xii
Gambar 2.2 Arteri Penis ... 8
Gambar 2.3 Vena Penis ... 9
Gambar 2.4 Persarafan Penis ... 11
Gambar 2.5 Interaksi Persarafan Somatis dan Otonom ... 11
Gambar 2.6 Sistem Limbik ... 12
Gambar 2.7 Hipotalamus dan Kelenjar Hipofisis ... 13
Gambar 2.8 Amigdala dan Hipokampus ... 14
Gambar 2.9 Tahap Aksi Seksual Laki-laki ... 17
Gambar 2.10 Pengaturan Hormon Reproduksi Laki-laki ... 18
Gambar 2.11 Mekanisme Perifer Ereksi Penis ... 21
Gambar 2.12 Vomeronasal System dan Main Olfactory System pada Binatang Pengerat ... 23
Gambar 2.13 Sistem Kemosensori ... 23
Gambar 2.14 Struktur Molekul Testosterone Undecanoate ... 28
Gambar 2.15 Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka ... 30
Gambar 2.16 Pasak Bumi ... 31
Gambar 2.17 Daun dan Buah Pasak Bumi ... 33
Gambar 2.18 Akar Pasak Bumi dan Kandungannya ... 34
Gambar 2.19 Struktur Kimia Sterol, Kolesterol, dan Stigmasterol... 35
Gambar 2.20 Sintesis Testosteron ... 35
xiii
Tabel 4.2 Uji Tukey HSD introducing hari ketiga dalam Ln (x+1) ... 45
Tabel 4.3 Rerata introducing hari kelima dalam Ln (x+1) ... 46
Tabel 4.4 Uji Tukey HSD introducing hari kelima dalam Ln (x+1) ... 47
Tabel 4.5 Rerata introducing hari ketujuh dalam Ln (x+1) ... 49
Tabel 4.6 Uji Tukey HSD introducing hari ketujuh dalam Ln (x+1) ... 50
Tabel 4.7 Rerata total introducing hari ketiga, kelima, dan ketujuh dalam nilai sebenarnya dan Ln (x+1) ... 51
Tabel 4.8 Uji Tukey HSD introducing hari ketiga, kelima, dan ketujuh dalam Ln (x+1) ... 52
Tabel 4.9 Rerata mounting hari ketiga dalam Ln (x+1) ... 53
Tabel 4.10 Uji Tukey HSD mounting hari ketiga dalam Ln (x+1) ... 54
Tabel 4.11 Rerata mounting hari kelima dalam Ln (x+1) ... 55
Tabel 4.12 Rerata mounting hari ketujuh dalam Ln (x+1) ... 56
Tabel 4.13 Uji Tukey HSD mounting hari ketujuh dalam Ln (x+1) ... 57
Tabel 4.14 Rerata total mounting hari ketiga, kelima, dan ketujuh dalam nilai sebenarnya dan Ln (x+1) ... 58
xiv
LAMPIRAN 2 Data Kasar Penelitian ... 72
LAMPIRAN 3 Uji Statistik ... 75
LAMPIRAN 4 Dokumentasi Penelitian ... 92
LAMPIRAN 5 Data Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi dalam Jamu “T” ... 93
70
1. Dosis Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi
Patokan dosis jamu “T” untuk manusia adalah 1100 mg (2 kapsul @ 550
mg/hari), tetapi dalam pembuatan terutama dalam penimbangan dilakukan
penyesuaian menjadi 1201,92 mg dengan perhitungan sebagai berikut:
Faktor konversi untuk mencit = 0,0026 (Paget & Barnes, 1964)
Dosis I mencit adalah 1100 mg x 0,0026 = 2,86 mg mencit 20 gr
Dosis II : 5,72 mg/0,5 cc
Dosis III : 11,44 mg/0,5 cc
Dosis III disesuaikan menjadi 12,5 mg/0,5 cc, jadi:
Dosis I : 2,86 mg/0,5 cc disesuaikan menjadi 3,125 mg/0,5 cc
Dosis II : 5,72 mg/0,5 cc disesuaikan menjadi 6,25 mg/0,5 cc
Sehingga dosis yang digunakan:
Dosis I : 3,125 mg/0,5 cc = 6,25 mg/cc x 1000/20 = 312,5 mg/kgBB mencit
Dosis II : 6,25 mg/0,5 cc = 12,5 mg/cc x 1000/20 = 625 mg/kgBB mencit
Dosis III : 12,5 mg/0,5 cc = 25 mg/cc x 1000/20 = 1250 mg/kgBB mencit
Akhirnya patokan dosis yang digunakan untuk manusia adalah:
Dosis I : 1201,92 mg
Dosis II : 2403,85 mg
Dosis III : 4807,69 mg
Cara pembuatan dimulai dari dosis III
Dosis III : 12,5 mg/0,5 cc = 25 mg/cc = 500 mg/20 cc CMC 1%
Dosis II : 5 cc dosis III + 5 cc CMC 1%
2. Dosis Testosterone Undecanoate
Testosterone Undecanoate tersedia dalam bentuk sediaan soft capsul 40 mg.
Dosis manusia yang tersedia adalah 120-160 mg/hari (MIMS, 2009), diambil
dosis 160 mg untuk penelitian ini.
Faktor konversi untuk mencit = 0,0026 (Paget & Barnes, 1964)
Mencit 20 gr : 160 mg x 0,0026 = 0,416 mg/0,5 cc
LAMPIRAN 2
DATA KASAR PENELITIAN
1. Pengamatan hari ke-3
DOSIS 1 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 8 4 7 5 15 9 7.5 4.5
2 7 2 2 0 9 2 4.5 1
3 9 2 4 0 13 2 6.5 1
4 5 1 4 4 9 5 4.5 2.5
5 16 5 3 0 19 5 9.5 2.5
Rerata total 6.5 2.3
DOSIS 2 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 4 0 0 0 4 0 2 0
2 9 1 1 0 10 1 5 0.5
3 8 2 1 0 9 2 4.5 1
4 31 3 8 0 39 3 19.5 1.5
5 23 3 4 0 27 3 13.5 1.5
Rerata total 8.9 0.9
DOSIS 3 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 18 0 4 0 22 0 11 0
2 14 0 5 0 19 0 9.5 0
3 8 1 3 0 11 1 5.5 0.5
4 22 9 5 0 27 9 13.5 4.5
5 9 0 3 0 12 0 6 0
Rerata total 9.1 1
KONTROL 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 2 0 1 0 3 0 1.5 0
2 1 1 0 1 1 2 0.5 1
3 0 0 1 0 1 0 0.5 0
4 1 0 1 0 2 0 1 0
5 1 0 2 0 3 0 1.5 0
Rerata total 1 0.2
PEMBANDING 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 7 0 16 0 23 0 11.5 0
2 14 0 8 0 22 0 11 0
3 4 0 12 0 16 0 8 0
4 13 0 6 0 19 0 9.5 0
5 12 0 8 0 20 0 10 0
2. Pengamatan hari ke-5
DOSIS 1 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 15 3 17 0 32 3 16 1.5
2 5 0 6 0 11 0 5.5 0
3 10 1 3 0 13 1 6.5 0.5
4 11 1 14 0 25 1 12.5 0.5
5 0 0 6 0 6 0 3 0
Rerata total 8.7 0.5
DOSIS 2 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 20 0 0 0 20 0 10 0
2 11 0 6 0 17 0 8.5 0
3 8 0 19 4 27 4 13.5 2
4 9 0 6 0 15 0 7.5 0
5 22 4 9 3 31 7 15.5 3.5
Rerata total 11 1.1
DOSIS 3 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 8 0 7 0 15 0 7.5 0
2 4 0 12 0 16 0 8 0
3 5 0 7 0 12 0 6 0
4 19 2 13 2 32 4 16 2
5 6 0 6 0 12 0 6 0
Rerata total 8.7 0.4
KONTROL 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 2 0 1 0 3 0 1.5 0
2 1 0 1 0 2 0 1 0
3 1 0 0 0 1 0 0.5 0
4 1 0 1 0 2 0 1 0
5 0 0 1 0 1 0 0.5 0
Rerata total 0.9 0
PEMBANDING 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 14 0 9 0 23 0 11.5 0
2 13 0 16 0 29 0 14.5 0
3 12 0 16 0 28 0 14 0
4 15 0 15 0 30 0 15 0
5 17 0 14 0 31 0 15.5 0
3. Pengamatan hari ke-7
DOSIS 1 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 25 7 24 3 49 10 24.5 5
2 2 2 3 1 5 3 2.5 1.5
3 11 22 7 0 18 22 9 11
4 8 1 2 0 10 1 5 0.5
5 18 5 2 3 20 8 10 4
Rerata total 10.2 4.4
DOSIS 2 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 16 0 18 0 34 0 17 0
2 11 0 10 0 21 0 10.5 0
3 8 2 2 1 10 3 5 1.5
4 4 0 8 0 12 0 6 0
5 0 0 4 0 4 0 2 0
Rerata total 8.1 0.3
DOSIS 3 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 13 0 11 0 24 0 12 0
2 20 5 7 2 27 7 13.5 3.5
3 11 1 7 0 18 1 9 0.5
4 5 0 4 0 9 0 4.5 0
5 6 0 7 0 13 0 6.5 0
Rerata total 9.1 0.8
KONTROL 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 2 0 0 0 2 0 1 0
2 1 0 1 0 2 0 1 0
3 1 0 1 0 2 0 1 0
4 2 0 0 0 2 0 1 0
5 2 0 1 0 3 0 1.5 0
Rerata total 1.1 0
PEMBANDING 15 menit pertama 15 menit kedua Jumlah Rerata Mencit Introducing Mounting Introducing Mounting Σ Introducing Σ Mounting Introducing Mounting
1 13 0 16 0 29 0 14.5 0
2 9 0 13 0 22 0 11 0
3 17 0 15 0 32 0 16 0
4 16 0 6 0 22 0 11 0
5 9 0 8 0 17 0 8.5 0
LAMPIRAN 3
UJI STATISTIK
1. Introducing
a. Introducing hari ke-3
Descriptives
Ln_introducing_3
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1 5 1.98 .28 .13 1.63 2.33 1.70 2.35
EEAPB_2 5 2.06 .78 .35 1.09 3.02 1.10 3.02
EEAPB_3 5 2.27 .35 .15 1.84 2.70 1.87 2.67
kontrol 5 .67 .26 .11 .35 .98 .41 .92
pembanding 5 2.39 .13 .06 2.23 2.55 2.20 2.53
Total 25 1.87 .74 .15 1.57 2.18 .41 3.02
Test of Homogeneity of Variances
Ln_introducing_3
Levene Statistic df1 df2 Sig.
6.560 4 20 .002
ANOVA
Ln_introducing_3
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9.614 4 2.404 13.558 .000
Within Groups 3.546 20 .177
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ln_introducing_3
Tukey HSD
(I) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
(J) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1
EEAPB_2 -.07477 .26630 .999 -.8716 .7221
EEAPB_3 -.28246 .26630 .824 -1.0793 .5144
kontrol 1.31584*
.26630 .001 .5190 2.1127
pembanding -.40826 .26630 .554 -1.2051 .3886
EEAPB_2
EEAPB_1 .07477 .26630 .999 -.7221 .8716
EEAPB_3 -.20769 .26630 .933 -1.0046 .5892
kontrol 1.39061* .26630 .000 .5937 2.1875
pembanding -.33349 .26630 .722 -1.1304 .4634
EEAPB_3
EEAPB_1 .28246 .26630 .824 -.5144 1.0793
EEAPB_2 .20769 .26630 .933 -.5892 1.0046
kontrol 1.59830*
.26630 .000 .8014 2.3952
pembanding -.12580 .26630 .989 -.9227 .6711
kontrol
EEAPB_1 -1.31584* .26630 .001 -2.1127 -.5190
EEAPB_2 -1.39061* .26630 .000 -2.1875 -.5937
EEAPB_3 -1.59830* .26630 .000 -2.3952 -.8014
pembanding -1.72409* .26630 .000 -2.5210 -.9272
pembanding
EEAPB_1 .40826 .26630 .554 -.3886 1.2051
EEAPB_2 .33349 .26630 .722 -.4634 1.1304
EEAPB_3 .12580 .26630 .989 -.6711 .9227
kontrol 1.72409*
.26630 .000 .9272 2.5210
Homogeneous Subsets
Ln_introducing_3
Tukey HSD
EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol, pembanding
N Subset for alpha = 0.05
1 2
kontrol 5 .6673
EEAPB_1 5 1.9832
EEAPB_2 5 2.0579
EEAPB_3 5 2.2656
pembanding 5 2.3914
Sig. 1.000 .554
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
b. Introducing hari ke-5
Descriptives
Ln_introducing_5
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1 5 2.14 .58 .26 1.42 2.86 1.39 2.83
EEAPB_2 5 2.45 .28 .13 2.11 2.80 2.14 2.80
EEAPB_3 5 2.21 .37 .16 1.76 2.67 1.95 2.83
kontrol 5 .62 .22 .10 .35 .89 .41 .92
pembanding 5 2.71 .11 .05 2.57 2.85 2.53 2.80
Total 25 2.03 .81 .16 1.69 2.36 .41 2.83
Test of Homogeneity of Variances
Ln_introducing_5
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Ln_introducing_5
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13.340 4 3.335 27.398 .000
Within Groups 2.435 20 .122
Total 15.775 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ln_introducing_5
Tukey HSD
(I) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
(J) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1
EEAPB_2 -.31157 .22066 .627 -.9719 .3487
EEAPB_3 -.07068 .22066 .998 -.7310 .5896
kontrol 1.51908*
.22066 .000 .8588 2.1794
pembanding -.56833 .22066 .113 -1.2286 .0920
EEAPB_2
EEAPB_1 .31157 .22066 .627 -.3487 .9719
EEAPB_3 .24089 .22066 .809 -.4194 .9012
kontrol 1.83065*
.22066 .000 1.1704 2.4909
pembanding -.25676 .22066 .771 -.9171 .4035
EEAPB_3
EEAPB_1 .07068 .22066 .998 -.5896 .7310
EEAPB_2 -.24089 .22066 .809 -.9012 .4194
kontrol 1.58976*
.22066 .000 .9295 2.2501
pembanding -.49765 .22066 .201 -1.1579 .1626
kontrol
EEAPB_1 -1.51908*
.22066 .000 -2.1794 -.8588
EEAPB_2 -1.83065*
.22066 .000 -2.4909 -1.1704
EEAPB_3 -1.58976*
.22066 .000 -2.2501 -.9295
pembanding -2.08741*
.22066 .000 -2.7477 -1.4271
pembanding
EEAPB_1 .56833 .22066 .113 -.0920 1.2286
EEAPB_2 .25676 .22066 .771 -.4035 .9171
EEAPB_3 .49765 .22066 .201 -.1626 1.1579
kontrol 2.08741*
.22066 .000 1.4271 2.7477
Homogeneous Subsets
Ln_introducing_5
Tukey HSD
EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol, pembanding
N Subset for alpha = 0.05
1 2
kontrol 5 .6227
EEAPB_1 5 2.1418
EEAPB_3 5 2.2125
EEAPB_2 5 2.4534
pembanding 5 2.7101
Sig. 1.000 .113
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
c. Introducing hari ke-7
Descriptives
Ln_introducing_7
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1 5 2.20 .74 .33 1.28 3.12 1.25 3.24
EEAPB_2 5 2.03 .68 .30 1.19 2.88 1.10 2.89
EEAPB_3 5 2.25 .40 .18 1.76 2.75 1.70 2.67
kontrol 5 .74 .10 .04 .61 .86 .69 .92
pembanding 5 2.56 .23 .10 2.27 2.85 2.25 2.83
Total 25 1.96 .79 .16 1.63 2.28 .69 3.24
Test of Homogeneity of Variances
Ln_introducing_7
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Ln_introducing_7
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9.997 4 2.499 10.156 .000
Within Groups 4.922 20 .246
Total 14.920 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ln_introducing_7
Tukey HSD
(I) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
(J) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1
EEAPB_2 .16294 .31375 .984 -.7759 1.1018
EEAPB_3 -.05553 .31375 1.000 -.9944 .8833
kontrol 1.45896* .31375 .001 .5201 2.3978
pembanding -.36230 .31375 .776 -1.3012 .5766
EEAPB_2
EEAPB_1 -.16294 .31375 .984 -1.1018 .7759
EEAPB_3 -.21847 .31375 .955 -1.1573 .7204
kontrol 1.29602* .31375 .004 .3572 2.2349
pembanding -.52523 .31375 .471 -1.4641 .4136
EEAPB_3
EEAPB_1 .05553 .31375 1.000 -.8833 .9944
EEAPB_2 .21847 .31375 .955 -.7204 1.1573
kontrol 1.51449* .31375 .001 .5756 2.4534
pembanding -.30676 .31375 .862 -1.2456 .6321
kontrol
EEAPB_1 -1.45896* .31375 .001 -2.3978 -.5201
EEAPB_2 -1.29602* .31375 .004 -2.2349 -.3572
EEAPB_3 -1.51449* .31375 .001 -2.4534 -.5756
pembanding -1.82126* .31375 .000 -2.7601 -.8824
pembanding
EEAPB_1 .36230 .31375 .776 -.5766 1.3012
EEAPB_2 .52523 .31375 .471 -.4136 1.4641
EEAPB_3 .30676 .31375 .862 -.6321 1.2456
kontrol 1.82126* .31375 .000 .8824 2.7601
Homogeneous Subsets
Ln_introducing_7
Tukey HSD
EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol, pembanding
N Subset for alpha = 0.05
1 2
kontrol 5 .7378
EEAPB_2 5 2.0338
EEAPB_1 5 2.1967
EEAPB_3 5 2.2523
pembanding 5 2.5590
Sig. 1.000 .471
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
d. Introducing hari ke-3, 5, dan 7
Descriptives
Ln_introducing_total
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1 5 3.18 .46 .21 2.61 3.75 2.60 3.89
EEAPB_2 5 3.36 .15 .07 3.17 3.55 3.18 3.53
EEAPB_3 5 3.30 .26 .12 2.97 3.63 2.97 3.56
kontrol 5 1.37 .20 .09 1.12 1.62 1.10 1.61
pembanding 5 3.62 .04 .02 3.56 3.67 3.56 3.66
Total 25 2.97 .86 .17 2.61 3.32 1.10 3.89
Test of Homogeneity of Variances
Ln_introducing_total
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Ln_introducing_total
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 16.431 4 4.108 59.274 .000
Within Groups 1.386 20 .069
Total 17.817 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ln_introducing_total
Tukey HSD
(I) EEAPB 1, EEAPB 2,
EEAPB 3, kontrol,
pembanding
(J) EEAPB 1, EEAPB 2,
EEAPB 3, kontrol,
pembanding
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1
EEAPB_2 -.17354 .16649 .833 -.6718 .3247
EEAPB_3 -.11741 .16649 .953 -.6156 .3808
kontrol 1.81426*
.16649 .000 1.3161 2.3125
pembanding -.43374 .16649 .107 -.9320 .0645
EEAPB_2
EEAPB_1 .17354 .16649 .833 -.3247 .6718
EEAPB_3 .05614 .16649 .997 -.4421 .5543
kontrol 1.98781* .16649 .000 1.4896 2.4860
pembanding -.26020 .16649 .536 -.7584 .2380
EEAPB_3
EEAPB_1 .11741 .16649 .953 -.3808 .6156
EEAPB_2 -.05614 .16649 .997 -.5543 .4421
kontrol 1.93167* .16649 .000 1.4335 2.4299
pembanding -.31634 .16649 .349 -.8145 .1819
kontrol
EEAPB_1 -1.81426* .16649 .000 -2.3125 -1.3161
EEAPB_2 -1.98781*
.16649 .000 -2.4860 -1.4896
EEAPB_3 -1.93167* .16649 .000 -2.4299 -1.4335
pembanding -2.24801*
.16649 .000 -2.7462 -1.7498
pembanding
EEAPB_1 .43374 .16649 .107 -.0645 .9320
EEAPB_2 .26020 .16649 .536 -.2380 .7584
EEAPB_3 .31634 .16649 .349 -.1819 .8145
kontrol 2.24801*
.16649 .000 1.7498 2.7462
Homogeneous Subsets
Ln_introducing_total
Tukey HSD
EEAPB 1, EEAPB 2, EEAPB 3,
kontrol, pembanding
N Subset for alpha = 0.05
1 2
kontrol 5 1.3702
EEAPB_1 5 3.1845
EEAPB_3 5 3.3019
EEAPB_2 5 3.3580
pembanding 5 3.6182
Sig. 1.000 .107
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
2. Mounting
a. Mounting hari ke-3
Descriptives
Ln_mounting_3
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1 5 1.12 .43 .19 .58 1.65 .69 1.70
EEAPB_2 5 .59 .39 .17 .10 1.07 .00 .92
EEAPB_3 5 .42 .74 .33 -.49 1.34 .00 1.70
kontrol 5 .14 .31 .14 -.25 .52 .00 .69
pembanding 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
Total 25 .45 .57 .11 .22 .69 .00 1.70
Test of Homogeneity of Variances
Ln_mounting_3
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Ln_mounting_3
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3.834 4 .958 4.900 .006
Within Groups 3.912 20 .196
Total 7.745 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ln_mounting_3
Tukey HSD
(I) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
(J) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1
EEAPB_2 .53307 .27970 .346 -.3039 1.3700
EEAPB_3 .69727 .27970 .132 -.1397 1.5342
kontrol .98068* .27970 .017 .1437 1.8176
pembanding 1.11931* .27970 .006 .2824 1.9563
EEAPB_2
EEAPB_1 -.53307 .27970 .346 -1.3700 .3039
EEAPB_3 .16420 .27970 .975 -.6728 1.0012
kontrol .44761 .27970 .514 -.3894 1.2846
pembanding .58624 .27970 .260 -.2507 1.4232
EEAPB_3
EEAPB_1 -.69727 .27970 .132 -1.5342 .1397
EEAPB_2 -.16420 .27970 .975 -1.0012 .6728
kontrol .28341 .27970 .846 -.5536 1.1204
pembanding .42204 .27970 .569 -.4149 1.2590
kontrol
EEAPB_1 -.98068* .27970 .017 -1.8176 -.1437
EEAPB_2 -.44761 .27970 .514 -1.2846 .3894
EEAPB_3 -.28341 .27970 .846 -1.1204 .5536
pembanding .13863 .27970 .987 -.6983 .9756
pembanding
EEAPB_1 -1.11931* .27970 .006 -1.9563 -.2824
EEAPB_2 -.58624 .27970 .260 -1.4232 .2507
EEAPB_3 -.42204 .27970 .569 -1.2590 .4149
kontrol -.13863 .27970 .987 -.9756 .6983
Homogeneous Subsets
Ln_mounting_3
Tukey HSD
EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol, pembanding
N Subset for alpha = 0.05
1 2
pembanding 5 .0000
kontrol 5 .1386
EEAPB_3 5 .4220 .4220
EEAPB_2 5 .5862 .5862
EEAPB_1 5 1.1193
Sig. .260 .132
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
b. Mounting hari ke-5
Descriptives
Ln_mounting_5
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1 5 .35 .38 .17 -.12 .81 .00 .92
EEAPB_2 5 .52 .73 .33 -.38 1.42 .00 1.50
EEAPB_3 5 .22 .49 .22 -.39 .83 .00 1.10
kontrol 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
pembanding 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
Total 25 .22 .44 .09 .04 .40 .00 1.50
Test of Homogeneity of Variances
Ln_mounting_5
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Ln_mounting_5
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.014 4 .254 1.389 .274
Within Groups 3.652 20 .183
Total 4.666 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ln_mounting_5
Tukey HSD
(I) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
(J) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1
EEAPB_2 -.17509 .27025 .965 -.9838 .6336
EEAPB_3 .12572 .27025 .990 -.6830 .9344
kontrol .34544 .27025 .707 -.4632 1.1541
pembanding .34544 .27025 .707 -.4632 1.1541
EEAPB_2
EEAPB_1 .17509 .27025 .965 -.6336 .9838
EEAPB_3 .30082 .27025 .798 -.5079 1.1095
kontrol .52054 .27025 .336 -.2881 1.3292
pembanding .52054 .27025 .336 -.2881 1.3292
EEAPB_3
EEAPB_1 -.12572 .27025 .990 -.9344 .6830
EEAPB_2 -.30082 .27025 .798 -1.1095 .5079
kontrol .21972 .27025 .924 -.5890 1.0284
pembanding .21972 .27025 .924 -.5890 1.0284
kontrol
EEAPB_1 -.34544 .27025 .707 -1.1541 .4632
EEAPB_2 -.52054 .27025 .336 -1.3292 .2881
EEAPB_3 -.21972 .27025 .924 -1.0284 .5890
pembanding .00000 .27025 1.000 -.8087 .8087
pembanding
EEAPB_1 -.34544 .27025 .707 -1.1541 .4632
EEAPB_2 -.52054 .27025 .336 -1.3292 .2881
EEAPB_3 -.21972 .27025 .924 -1.0284 .5890
Homogeneous Subsets
Ln_mounting_5
Tukey HSD
EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol, pembanding
N Subset for alpha =
0.05
1
kontrol 5 .0000
pembanding 5 .0000
EEAPB_3 5 .2197
EEAPB_1 5 .3454
EEAPB_2 5 .5205
Sig. .336
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
c. Mounting hari ke-7
Descriptives
Ln_mounting_7
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1 5 1.44 .80 .36 .44 2.44 .41 2.48
EEAPB_2 5 .18 .41 .18 -.33 .69 .00 .92
EEAPB_3 5 .38 .65 .29 -.43 1.19 .00 1.50
kontrol 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
pembanding 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
Total 25 .40 .71 .14 .11 .70 .00 2.48
Test of Homogeneity of Variances
Ln_mounting_7
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Ln_mounting_7
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 7.261 4 1.815 7.323 .001
Within Groups 4.958 20 .248
Total 12.219 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ln_mounting_7
Tukey HSD
(I) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
(J) EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol,
pembanding
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1
EEAPB_2 1.25831* .31489 .006 .3160 2.2006
EEAPB_3 1.05966* .31489 .023 .1174 2.0019
kontrol 1.44157* .31489 .002 .4993 2.3838
pembanding 1.44157* .31489 .002 .4993 2.3838
EEAPB_2
EEAPB_1 -1.25831* .31489 .006 -2.2006 -.3160
EEAPB_3 -.19865 .31489 .968 -1.1409 .7436
kontrol .18326 .31489 .976 -.7590 1.1255
pembanding .18326 .31489 .976 -.7590 1.1255
EEAPB_3
EEAPB_1 -1.05966*
.31489 .023 -2.0019 -.1174
EEAPB_2 .19865 .31489 .968 -.7436 1.1409
kontrol .38191 .31489 .744 -.5604 1.3242
pembanding .38191 .31489 .744 -.5604 1.3242
kontrol
EEAPB_1 -1.44157* .31489 .002 -2.3838 -.4993
EEAPB_2 -.18326 .31489 .976 -1.1255 .7590
EEAPB_3 -.38191 .31489 .744 -1.3242 .5604
pembanding .00000 .31489 1.000 -.9423 .9423
pembanding
EEAPB_1 -1.44157* .31489 .002 -2.3838 -.4993
EEAPB_2 -.18326 .31489 .976 -1.1255 .7590
EEAPB_3 -.38191 .31489 .744 -1.3242 .5604
kontrol .00000 .31489 1.000 -.9423 .9423
Homogeneous Subsets
Ln_mounting_7
Tukey HSD
EEAPB_1, EEAPB_2,
EEAPB_3, kontrol, pembanding
N Subset for alpha = 0.05
1 2
kontrol 5 .0000
pembanding 5 .0000
EEAPB_2 5 .1833
EEAPB_3 5 .3819
EEAPB_1 5 1.4416
Sig. .744 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
d. Mounting hari ke-3, 5, dan 7
Descriptives
Ln_mounting_total
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1 5 1.97 .59 .26 1.24 2.71 1.25 2.60
EEAPB_2 5 .96 .79 .35 -.01 1.94 .00 1.79
EEAPB_3 5 .84 .90 .40 -.28 1.96 .00 2.01
Kontrol 5 .14 .31 .14 -.25 .52 .00 .69
Pembanding 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00
Total 25 .78 .91 .18 .41 1.16 .00 2.60
Test of Homogeneity of Variances
Ln_mounting_total
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Ln_mounting_total
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12.389 4 3.097 8.243 .000
Within Groups 7.515 20 .376
Total 19.904 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ln_mounting_total
Tukey HSD
(I) EEAPB 1, EEAPB 2,
EEAPB 3, kontrol,
pembanding
(J) EEAPB 1, EEAPB 2,
EEAPB 3, kontrol,
pembanding
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
EEAPB_1
EEAPB_2 1.00822 .38768 .108 -.1519 2.1683
EEAPB_3 1.12944 .38768 .059 -.0306 2.2895
Kontrol 1.83324* .38768 .001 .6731 2.9933
Pembanding 1.97187* .38768 .000 .8118 3.1320
EEAPB_2
EEAPB_1 -1.00822 .38768 .108 -2.1683 .1519
EEAPB_3 .12123 .38768 .998 -1.0389 1.2813
Kontrol .82502 .38768 .247 -.3351 1.9851
Pembanding .96365 .38768 .134 -.1964 2.1237
EEAPB_3
EEAPB_1 -1.12944 .38768 .059 -2.2895 .0306
EEAPB_2 -.12123 .38768 .998 -1.2813 1.0389
Kontrol .70380 .38768 .393 -.4563 1.8639
Pembanding .84243 .38768 .230 -.3177 2.0025
Kontrol
EEAPB_1 -1.83324* .38768 .001 -2.9933 -.6731
EEAPB_2 -.82502 .38768 .247 -1.9851 .3351
EEAPB_3 -.70380 .38768 .393 -1.8639 .4563
Pembanding .13863 .38768 .996 -1.0215 1.2987
Pembanding
EEAPB_1 -1.97187* .38768 .000 -3.1320 -.8118
EEAPB_2 -.96365 .38768 .134 -2.1237 .1964
EEAPB_3 -.84243 .38768 .230 -2.0025 .3177
Kontrol -.13863 .38768 .996 -1.2987 1.0215
Homogeneous Subsets
Ln_mounting_total
Tukey HSD
EEAPB 1, EEAPB 2, EEAPB 3,
kontrol, pembanding
N Subset for alpha = 0.05
1 2
Pembanding 5 .0000
Kontrol 5 .1386
EEAPB_3 5 .8424 .8424
EEAPB_2 5 .9637 .9637
EEAPB_1 5 1.9719
Sig. .134 .059
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI PENELITIAN
Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi Kapsul Testosterone undecanoate
dalam Jamu “T”
Kandang penyimpanan mencit Kandang pengamatan mencit
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
95
NRP : 0910126
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 16 September 1990
Alamat : Jalan Setrasari Kulon V No. 5, Bandung
Riwayat Pendidikan :
TK Santa Angela, Bandung, 1995-1997
SD Santa Angela, Bandung, 1997-2003
SMP Santa Angela, Bandung, 2003-2006
SMA Santa Angela, Bandung, 2006-2009
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung
1
1.1Latar Belakang
Kehidupan seksual sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang dalam
kaitannya untuk memperoleh keturunan. Bila kehidupan seksual terganggu,
kualitas hidup juga terganggu, sehingga gangguan fungsi seksual atau disfungsi
seksual merupakan salah satu faktor penyebab ketidakharmonisan kehidupan
rumah tangga. Banyak ketegangan perkawinan dan perceraian yang bermula dari
disfungsi seksual (Wimpie Pangkahila, 2006).
Kehidupan seksual diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual yang
didalamnya tercakup fungsi seksual. Disfungsi seksual menunjukkan gangguan
pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual yang mencakup dorongan seksual,
reaksi organ kelamin terhadap rangsangan seksual, sampai pada orgasme dan
ejakulasi sebagai puncak reaksi seksual (Wimpie Pangkahila, 2006).
Gangguan dorongan seksual ditemukan pada lebih dari 15% laki-laki dewasa
dan 30% perempuan dewasa. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta laki-laki
mengalami disfungsi ereksi di seluruh dunia (Kandeel et al., 2001). Di Indonesia
belum ada data pasti tentang jumlah laki-laki yang mengalami disfungsi ereksi
dan disfungsi seksual lainnya, diduga kurang dari 10% laki-laki menikah di
Indonesia mengalami disfungsi ereksi (Info Kedokteran, 2011).
Gangguan dorongan seksual atau gangguan libido didefinisikan sebagai
defisiensi atau absennya fantasi seksual dan dorongan untuk melakukan aktivitas
seksual yang terjadi baik secara persisten ataupun rekuren dan dapat
menyebabkan stress berat atau gangguan hubungan antarpersonal. Gangguan
dorongan seksual dapat disebabkan oleh faktor fisik, salah satunya adalah kadar
testosteron yang rendah dan faktor psikologikal seperti kecemasan dan depresi
(Kandeel et al., 2001; Delvin, 2009).
Laki-laki dengan penurunan libido banyak mencari berbagai pengobatan baik
digunakan antara lain testosteron, namun memiliki beberapa efek samping
terutama pada dosis suprafisiologis, antara lain penyakit kardiovaskuler,
penurunan HDL, Benign Prostatic Hyperplasia, bahkan kanker prostat (Rhoden &
Morgentaler, 2004). Adanya efek samping dari pengobatan tersebut, banyak orang
mulai beralih ke pengobatan tradisional yaitu dengan menggunakan tanaman yang
berkhasiat afrodisiak. Afrodisiak adalah bahan yang berfungsi meningkatkan
libido atau gairah bercinta (Eka Siswanto Syamsul, 2011). Beberapa contoh
tanaman obat tradisional di Indonesia yang banyak digunakan sebagai afrodisiak
adalah pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.), cabe jawa (Piper retrofractum),
purwoceng (Pimpinella alpina), ginseng (Panax ginseng), dan lain-lain (Mono
Rahardjo, 2010).
Kegunaan pasak bumi dalam pengobatan di masyarakat meliputi semua bagian
tanaman, antara lain akarnya biasa digunakan sebagai afrodisiak dengan cara
direbus. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yosefa Mariskavanthy
Balanda (2009) menggunakan akar pasak bumi langsung dari Kalimantan Timur
yang dibuat ekstrak etanol didapatkan hasil peningkatan perilaku seksual terutama
introducing. Ekstrak etanol akar pasak bumi juga telah banyak diproduksi oleh
berbagai pabrik jamu, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T”
terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan melalui frekuensi
pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting).
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah adalah apakah ekstrak
etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” berpengaruh
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian adalah mengetahui efek salah satu tanaman obat afrodisiak
yang dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi penurunan libido.
Tujuan penelitian adalah untuk meneliti pengaruh ekstrak etanol akar pasak
bumi dalam jamu “T” terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah pengetahuan farmakologi tentang tanaman obat tradisional di
Indonesia khususnya ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T” terhadap
perilaku seksual.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberi informasi kepada masyarakat bahwa akar pasak bumi dapat
digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi penurunan libido.
1.5Kerangka Pemikiran
Pada keadaan normal, mencit jantan akan membaui mencit betina sebelum
berhubungan seksual, melalui organ olfaktorius kedua pada rongga hidung
binatang yang disebut vomeronasal organ (VNO) (Payne, 2002; Kostov, 2007).
VNO yang merupakan struktur sensasi kimia mempunyai reseptor yang akan
merespon sekresi feromon mencit betina, yaitu suatu senyawa kimia yang
memiliki implikasi kuat dalam mengontrol perilaku seksual mamalia (Dulac,
2002; Golakoff, 2009). Impuls yang diterima VNO kemudian akan disalurkan ke
bulbus olfaktorius yang merupakan target utama reseptor olfaktorius dan
terjadilah introducing. Bulbus olfaktorius akan menuju ke amigdala dan sistem
(MPOA) yang terletak rostral dari hipotalamus dan berperan penting dalam
mengatur perilaku seksual. Informasi olfaktorius yang diproses akan
membangkitkan respon neural dari MPOA berupa output motorik, yaitu mounting
dan sekresi testosteron oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dari
hipotalamus (Payne, 2002).
Pengaturan utama fungsi seksual dimulai dengan sekresi GnRH oleh
hipotalamus, hormon ini selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
menyekresikan hormon gonadotropin yaitu luteinizing hormone (LH) dan follicle
stimulating hormone (FSH), LH kemudian akan merangsang sekresi testosteron
yang disintesis dari prekursor kolesterol oleh sel-sel interstisial Leydig di testis
(Dwi Winarni, 2007; Guyton & Hall, 2008).
Akar pasak bumi meningkatkan kadar testosteron dalam serum mencit (Olwin
Nainggolan & Jenry Walles Simanjuntak, 2005). Hal ini karena akar pasak bumi
mengandung antara lain stigmasterol, suatu steroid alkohol yang dibedakan dari
kolesterol hanya dalam ikatan ganda antara karbon 22 dan 23 (Maggy
Thenawidjaja, 1993). Stigmasterol selanjutnya akan diubah menjadi pregnenolon,
kemudian pregnenolon akan diubah menjadi testosteron. Testosteron akan
meningkatkan NOS (Nitric Oxide Synthase) dalam MPOA sehingga terjadi
peningkatan kadar NO (Nitric Oxide) yang akan mengakibatkan peningkatan
pelepasan dopamin di beberapa area integratif sehingga timbul libido dan output
motorik berupa introducing dan mounting (Hull & Dominguez, 2006; Dwi
Winarni, 2007).
Hal-hal di atas menyebabkan ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T”
meningkatkan perilaku seksual.
1.6Hipotesis Penelitian
Hipotesis mayor : Ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma
longifolia Jack.) dalam jamu “T” berpengaruh meningkatkan perilaku
Hipotesis minor :
1. Ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” berpengaruh meningkatkan introducing pada mencit Swiss Webster jantan.
2. Ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T” berpengaruh meningkatkan mounting pada mencit Swiss Webster jantan.
1.7Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sungguhan. Data yang
diukur adalah frekuensi pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting)
selama 15 menit pertama dan 15 menit kedua pada hari ketiga, kelima, dan
ketujuh. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji
Tukey HSD dengan α = 0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05.
1.8Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan
64
5.1 Simpulan
Ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) dalam jamu “T”
berpengaruh meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.
5.2 Saran
Penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma
longifolia Jack.) dalam jamu “T” perlu dilanjutkan dengan:
1. Menggunakan berbagai dosis dengan beberapa variasi dosis yang lebih
rendah.
2. Menggunakan ekstraksi dengan pelarut yang berbeda beserta
fraksi-fraksinya dan hewan coba yang lain.
3. Memperpanjang waktu penelitian untuk menentukan efek yang stabil.
4. Penelitian dilakukan pada kondisi yang sesuai dengan habitat hewan coba
agar didapat hasil yang optimal
5. Dilakukan uji toksisitas dan efek samping pada hewan coba untuk
mengetahui batas keamaan ekstrak etanol akar pasak bumi dalam jamu “T”.
65 Gaya Baru: Jakarta. h.471.
Andersson K E. 2001. Pharmacology of penile erection. Pharmacological Reviews, 53(1):417-450.
Ang H H., Sim M K. 1997. Eurycoma longifolia Jack enhances libido in sexually experienced male rats. J Exp Anim Sci, 46:287–90.
Apprich S., Ulberth F. 2004. Gas chromatographic properties of common cholesterol and phytosterol oxidation products. Journal of Chromatography A. (1055): 169-76.
Atherton K., Butler C., Graham K., Sala S D., Dewar M., Hodges J., et al. 2011. The impairment of memory in epilepsy. http://sites.pcmd.ac.uk/time/who.php. 27 Juli 2012.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
http://www.pom.go.id/public/hukum.../KRITCARA%20PENDAFT.OT.pdf. 18 Agustus 2012.
Baht R., Karim A A. 2010. Tongkat Ali (Eurycoma longifolia Jack): A review on its ethnobotany and pharmacological importance. Journal Fitoterapia, (81):669-79.
Boeree C G. 2009. General psychology: The emotional nervous system. http://webspace.ship.edu/cgboer/limbicsystem.html. 27 Juli 2012.
Cak Mus. 2008. Informasi spesies: Pasak Bumi.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=572. 31 Juli 2012.
Chan K L., O'neill M J., Phillipson J D., Warhurst D C. 1986. Plants as sources of antimalarial drugs. Part 31- Eurycoma longifolia, 52:105-07.
Chuu E., Nguyen M L. 2007. Pheromones in mice.
Cummings B. 2001. Exam 5 review: chapter 27 penis.
http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2020/20 20%20Exam%20Reviews/Exam%205/CH27%20Penis.htm. 12 November 2012.
Damianus Listyanta Edhi Sambada. 2011. Antara obat tradisional, kategori jamu, OHT, dan fitofarmaka.
http://edhisambada.wordpress.com/2011/02/22/antara-obat-tradisional-kategori-jamu-oht-dan-fitofarmaka-hayo-pilih-yang-mana/. 18 Agustus 2012.
Delvin D. 2009. Lack of sex drive in men (lack of libido).
http://academic.reed.edu/biology/professors/srenn/pages/teaching/web_2007/ emmylinh/ontogeny.html. 30 Juli 2012.
Drake R L., Vogl A W., Mitchell A W M. 2010. Gray’s Anatomy for Students. 2nd ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier. p.484-495.
Dulac C. 2002. Pheromones control gender recognition in mice. http://www.hhmi.org/news/dulac.html. 15 Maret 2012.
Dwi Winarni. 2007. Efek ekstrak akar ginseng jawa dan korea terhadap libido mencit jantan pada prakondisi testosteron rendah. Berk. Penel. Hayati: 12 (153–59).
Effendy N M., Mohamed N., Muhammad N., Mohamad I N., Shuid A N. 2012. Eurycoma longifolia: Medicinal plant in the prevention and treatment of
male osteoporosis due to androgen deficiency.
http://www.hindawi.com/journals/ecam/2012/125761/#B27. 31 Juli 2012.
Eka Siswanto Syamsul. 2011. Tumbuhan obat berkhasiat afrodisiaka penambah vitalitas pria. Yogyakarta: Jogja Mediautama.
Ellsworth P I. 2011. Penis anatomy.
http://emedicine.medscape.com/article/1949325-overview#aw2aab6b3. 21 Februari 2012.
Ganong W F. 2003. Review of medical physiology. 21st ed. McGraw-Hill Co.
Golakoff I. 2009. Pheromones and Mouse Behavior. http://www.afrma.org/pheromones.htm. 15 Maret 2012.
Herbrandson C. 2005. Learning the endocrine system chapter 20. http://academic.kellogg.cc.mi.us/herbrandsonc/bio201_mckinley/endocrin e%20system.htm. 27 Juli 2012.
Hoeksema N. 2004. Abnormal psychology third edition: abnormal psychology image gallery. http://highered.mcgraw-hill.com/sites/0072562463/student_ view0/abnormal_psychology_image_gallery.html#. 1 Agustus 2012.
Hull E M., Dominguez J M. 2006. Getting his act together: Roles of glutamate, nitric oxide, and dopamine in the medial preoptic area. http://www.psy.fsu.edu/.../BR_getting_his_act.pdf. 15 Maret 2012.
Info Kedokteran. 2011. Referat kedokteran: disfungsi ereksi, etiologi dan klasifikasi.
http://www.infokedokteran.com/referat-kedokteran/referat-kedokteran- disfungsi-ereksi-etiologi-dan-klasifikasi.html. 3 Desember 2012.
Kandeel F R., Koussa V K T., Swerdloff R S. 2001. Physiology, pathophysiology, clinical investigation, and treatment. In: Male sexual function and its disorders. Juni 2001.
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan percobaan aplikatif: aplikasi kondisional bidang pertanaman, perikanan, industri dan hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. h.10-12.
Kenyon P. 2005. Hormones & sexual behaviour.
http://flyfishingdevon.co.uk/salmon/year1/psy128sexual_behaviour/sexbehav .htm. 6 Januari 2012.
Kostov D L. 2007. Vomeronasal organ in domestic animals (a short survey). Bulgarian Journal of Veterinary Medicine, 10 (1): 53-57.
Maggy Thenawijaya. 1993. Dasar-dasar biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Masyhud. 2010. Empat senyawa penting dalam pasak bumi.
http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/6695. 16 Januari 2012.
Medicine Net. 2011. Sexual problems in men.
http://www.medicinenet.com/sexual_sex_problems_in_men/article.htm. 3 Desember 2012.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan.
Merck. 2011. Product monograph: testosterone undecanoate capsules. http://www.merckfrosst.ca/assets/en/pdf/products/ANDRIOL-PM_E.pdf. 31 Juli 2012.
MIMS. 2009. Androgen dan preparat sintetiknya. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. h.213.
Mono Rahardjo. 2010. Tanaman obat afrodisiak. Warta penelitian dan pengembangan tanaman, 16(2):8.
Morad A F. 2012. Eurycoma longifolia Jack.
http://www.flickr.com/photos/adaduitokla/7006669840/. 31 Juli 2012.
Olwin Nainggolan, Jenry Walles Simanjuntak. 2005. Pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) terhadap perilaku seksual mencit putih. Cermin dunia kedokteran. No. 146. h.55-56.
Paget G E., Barnes J M. 1964. Toxicity Test in Evolution of Drug Activities Pharmacometries (Laurence D.R., Bacharach A.L ed) Vol 1 Academic Pitss London & New York. p.161-162.
Palminteri E., 2011. Neuroanatomy. http://www.urethralsurgery.com/urethra.asp. 27 Juli 2012.
Payne J. 2002. Male sexual behavior in rats.
http://soma.npa.uiuc.edu/labs/greenough/statement/rswai/tech/lect12.html. 11 Mei 2012.
Pfaus J G., Scepkowski L A., 2005. The Biologic Basic for Libido. Current Sexual Health Reports, 2:95–100.
Rhoden E L., Morgentaler A. 2004. Risks of Testosterone-Replacement Therapy and Recommendations for Monitoring.
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra022251. 15 Maret 2012.
Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, Afghani Jayuska, Zulfan Haraha, Zulfa Zakiah. 2009. Pemberian akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) pada induk laktasi untuk meningkatkan bobot badan anak mencit. Makara, Sains,
Vol. 13, No. 2, November 2009: 195-199.
Stief C. 2011. Testosterone and Erection: Practical Management for the Patient with Erectile Dysfunction.
http://www.europeanurology.com/article/S1569-9056%2807%2900205-9/fulltext#section-2-role-of-testosterone-in-erection. 20 Oktober 2012.
Tada H, Yasuda F, Otani K, Doteuchi M, Ishihara Y, Shiro M. 1991. New antiulcer quassinoids from Eurycoma longifolia. Eur J Med Chem; 26:345–9.
Tajuddin, Ahmad A., Latif A., Qasmi I A. 2005. Aphrodisiac activity of 50% ethanolic extracts of Myristica fragrans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry. (clove) in male mice: a comparative study. http://www.pubmedcentral.nih.gov./articlerender.fcgi?artid=270058.
6 Januari 2012.
Thackare H., Nicholson H D., Whittington K. 2006. Oxytocin-its role in male reproduction and new potential therapeutic uses. 12 (4). http://humupd.oxfordjournals.org/content/12/4/437.full. 8 Juni 2012.
Thomas Y M. 2010. World journal of gastrointestinal pathophysiology. http://www.wjgnet.com/2150-5330/full/v1/i2/WJGP-1-50-g003.htm. 29 Juli 2012.
Tirindelli R., Dibattista M., Pifferi S., Menini A. 2009. From pheromones to behavior. Physiol Rev, 89: 921-956.
Watts G F., Chew K K., Stuckey B G A. 2007. The erectile-endothelial dysfunction nexus: penile erection: central and peripheral mechanisms. http://www.medscape.org/viewarticle/555273_2. 28 Juli 2012.
Wimpie Pangkahila. 2009. Seputar gangguan fungsi seksual. Dalam Wimpie Pangkahila: Seks yang membahagiakan: menciptakan keharmonisan suami istri. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. h.1-3.
Yosefa Mariskavanthy Balanda. 2009. Pengaruh ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) terhadap peningkatan perilaku seksual mencit galur swiss-webster jantan. Karya tulis ilmiah fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha. h.51.