iv
ABSTRAK
PENGARUH TEH HIJAU (Camellia sinensis L.)TERHADAP
VOLUME EKSPIRASI PAKSA detik pertama (VEP
1)
LAKI-LAKI DEWASA NORMAL
Azarel Jimmy Jonathan, 2011, Pembimbing 1: Jo Suherman, dr, MS, AIF
Pembimbing 2: Dra.Endang Evacuasiany, MS., AFK., Apt
Latar belakang Asma merupakan penyakit paru obstruktif yang ditandai dengan
kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus, yang menyebabkan kesukaran
bernapas. Pengobatan asma selain dengan menggunakan obat sintetis dapat juga
menggunakan obat herbal antara lain teh hijau. Teh hijau (Camellia sinensis L.)
secara empiris digunakan untuk meningkatkan Volume Ekspirasi Paksa detik
pertama (VEP
1) yang merupakan standar emas untuk mengukur fungsi paru
penderita asma.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh teh hijau terhadap Volume
Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP
1) laki-laki dewasa.
Metode penelitian bersifat eksperimental sungguhan, bersifat komparatif
memakai rancangan acak lengkap (RAL) dengan desain pre-test dan post-test.
Penelitian dilakukan pada 25 orang laki-laki dewasa berumur 18-23 tahun, dengan
mengukur Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP
1) menggunakan
autospirometer, sebelum dan sesudah minum seduhan teh hijau. Analisis data
menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan
α
= 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP
1)
setelah minum seduhan teh hijau dengan rata-rata sebesar 3,96 liter, lebih tinggi
daripada sebelum minum seduhan teh hijau dengan rata-rata sebesar 3,90 liter,
perbedaan signifikan (p < 0,05).
Kesimpulan teh hijau dapat meningkatkanVEP1
pada laki-laki dewasa normal.
v
ABSTRACT
THE EFFECT OF GREEN TEA (Camellia sinensis L.) TO
FORCED EKSPIRATORY VOLUME in one second (FEV
1)
IN NORMAL ADULT MALE
Azarel Jimmy Jonathan, 2011, First tutor : Jo Suherman, dr, MS, AIF
Second tutor : Dra.Endang Evacuasiany, MS., AFK., Apt
Background Asthma is an obstructive lung disease indicated by spastic
bronchioles smooth muscle contraction, causing breathing difficulty. Asthma is
treated with synthetic medicines and herb medicines, for example green tea.
Green tea (Camellia sinensis L.) is usually used empirically for increasing Forced
Expiratory Volume (FEV
1), a gold standard to measure the function of lung in
asthmatic patients.
Objective to investigate the effect of green tea for adult male
’s FEV1.
Method this study has characteristic of real experimental , has characteristic
of comparative using (RAL), with pre-test and post-test designs. Research has
been done in 25 adult men aged 18 and 23 years old, by measuring Force
Expiratory Volume (FEV1) using autospyrometer, pre-test and post-test . Analysis
of data use Wilcoxon Signed Rank T
est with α = 0,
05.
Result Force Expiratory Volume (FEV
1), post test with average about 3.96liter , is higher than pre test with average about 3.90 liter, significant differences
(p < 0,05).
Conclusion Green tea is able to increase the Force Expiratory Volume (FEV
1)
of normal adult man.
viii
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL ...
i
LEMBAR PERSETUJUAN ...
ii
SURAT PERNYATAAN ...
iii
ABSTRAK ...
iv
ABSTRACT ...
v
KATA PENGANTAR ...
vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ...
x
DAFTAR GAMBAR ...
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...
xii
BAB I PENDAHULUAN ...
1
1.1 Latar Belakang ...
2
1.2 Identifikasi Masalah ...
2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...
2
1.4 Manfaat Penelitian ...
3
1.4.1 Manfaat Akademis………
3
1.4.2 Manfaat Praktis……….
3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ...
3
1.6 Metode Penelitian ...
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
5
2.1 Pernapasan ...
5
2.2 Anatomi Saluran Pernapasan ...
5
2.3 Histologi Saluran Pernapasan ...
8
2.4 Mekanisme Pernapasan ...
8
2.4.1 Otot-otot Thoraks ...
10
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ventilasi Paru ...
11
2.5 Volume dan Kapasitas Paru ...
12
2.6 Kapasitas
Vital Paru………
17
2.7 Teh (Camellia sinensis L.)
………
19
2.7.1 Taksonomi Teh………
20
2.7.2 Mo
rfologi Teh……….
20
2.7.3 Jenis-
jenis Teh………
21
2.7.4 Kandungam Kimia pada Daun Teh
……… 22
2.8 Kafein
………... 26
2.8.1 Farmakokinetik Kafein
………... 27
2.8.2 Farmakodinamik Kafein
………. 28
2.8.3 Mekanisme Kerja Kafein pada Taraf Seluler
………. 30
2.8.4 Indikasi Penggunaan Kafein
………
. 31
2.8.5 Efek Samping
………. 31
2.8.6 Intoksikasi
………
... 32
ix
2.8.8 Pengaruh Kafein terhadap Ventilasi Paru
………. 33
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ...
34
3.1 Bahan/ Subjek Penelitian ...
34
3.1.1 Alat dan Bahan Penelitian ...
34
3.1.2 Subjek Penelitian ...
34
3.2 Metode Penelitian ...
35
3.2.1 Desain Penelitian ...
35
3.2.2 Variabel Penelitian ...
35
3.2.3 Besar Sampel Penelitian ...
36
3.2.4 Prosedur Kerja ...
37
3.2.5 Data yang Diukur ...
38
3.2.6 Metode Analisis ...
38
3.2.7 Aspek Etik Penelitian ...
39
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
………...
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...
40
4.1 Hasil Penelitian ...
40
4.2 Pembahasan...
41
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ...
42
4.3.1 Hal-Hal Yang Mendukung ...
42
4.3.2 Hal-Hal Yang Tidak Mendukung ...
42
4.3.3 Kesimpulan ...
42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...
43
5.1 Kesimpulan ...
43
5.2 Saran ...
43
DAFTAR PUSTAKA ...
44
LAMPIRAN ...
47
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Kadar kafein dalam berbagai minuman ...
32
Tabel 4.1
Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP
1) sebelum
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Saluran pernapasan...
7
Gambar 2.2
Mekanisme Pernapasan (gerakan diafragma dan elevasi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Subjek Penelitian ... 47
Lampiran 2
Hasil Pengukuran Volume Ekspirasi Paksa detik pertama
(VEP
1) Sebelum dan Sesudah Perlakuan Menggunakan
Seduhan Teh Hijau………
. 48
Lampiran 3
Hasil Uji Statistik Volume Ekspirasi Paksa detik pertama
(VEP
1) Sebelum dan Sesudah Perlakuan Menggunakan
47
7
) ( $
NO UMUR (th) TB (cm) VC pred (L) VEP1 (L)
1 21 170 4,29 3,26
2 21 175 4,40 4,24
3 21 171 4,33 3,86
4 21 180 4,56 4,60
5 20 173 4,40 3,64
6 20 184 4,68 3,41
7 21 173 4,37 4,06
8 21 167 4,23 3,71
9 21 173 4,38 3,99
10 21 172 4,36 4,24
11 21 172 4,37 4,34
12 22 172 4,31 3,27
13 21 171 4,34 3,66
14 20 179 4,57 4,00
15 19 176 4,58 4,21
16 20 168 4,26 3,64
17 21 175 4,40 4,02
18 21 171 4,33 3,71
19 20 180 4,59 4,21
20 22 173 4,34 3,21
21 21 165 4,17 3,89
22 21 177 4,46 4,11
23 20 178 4,54 4,21
24 21 172 4,36 4,11
48
7
) 9 $ 7 .* $) 7 ) $) % "
0. 1 ) ) ) 7 $ 99 $
) (
NO VEP1 SEBELUM VEP1 SESUDAH
49
7
) ( ) ) $ .* $) 7 ) $) % "
0. 1 ) ) ) 7 $ 99 $
Paired t test:
Data source: Data 1 in Notebook
Normality Test: Failed (P = 0.011)
Test execution ended by user request, Signed Rank Test begun
Wilcoxon Signed Rank Test
Data source: Data 1 in Notebook
Group N Missing Col 1 25 0 Col 2 25 0 Tested 25 0
Group Median 25% 75%
Col 1 3.990 3.655 4.210 Col 2 3.990 3.748 4.228
W= 204.000 T+ = 264.500 T = 60.500 (P = 0.006)
1
Pada masa sekarang ini, perkembangan penyakit di Indonesia telah berubah
dari penyakit infeksi mengadi penyakit degeneratif dan penyakit kronik, seperti
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, bronkhitis kronik dan emfisema.
Serangan asma semakin berat, terlihat dari meningkatnya angka kegadian, rawat
inap, dan angka kematian penderita asma. Asma guga mengubah kualitas hidup
penderita dan mengadi sebab peningkatan absen anak sekolah dan kehilangan gam
kerga. Menurut WHO tahun 2003, sebanyak 100 hingga 150 guta penduduk dunia
adalah penyandang asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 18 guta orang
setiap tahunnya (WHO, 2003). Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui
secara pasti, namun diperkirakan 2–5% penduduk Indonesia menderita asma.
Prevalensi asma di Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%) dan
Jakarta (7,5%). Di Palembang, pada tahun 1995 didapatkan prevalensi asma pada
siswa SMP sebesar 8,7% dan pada tahun 2005 dilakukan evaluasi pada siswa
SMP didapatkan prevalensi asma sebesar 9,2%. Penyakit asma dapat mengenai
segala usia dan genis kelamin, 80490% gegala timbul sebelum usia 5 tahun. Pada
anak4anak, penderita laki4laki lebih banyak daripada perempuan, sedangkan pada
usia dewasa tergadi sebaliknya. Sementara angka kegadian asma pada anak dan
bayi lebih tinggi daripada orang dewasa (Heru, 2005).
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus, yang
menyebabkan kesukaran bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda4benda asing di udara. Pada asma, diameter
bronkhiolus lebih banyak berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi,
karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkhiolus. Pengukuran di klinik memperlihatkan penurunan kecepatan
ekspirasi maksimum dan volume ekspirasi (Guyton & Hall, 1997).
2
Penggunaan obat herbal secara umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat herbal memiliki efek
samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern. Obat herbal telah
diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Faktor pendorong
tergadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara magu adalah usia
harapan hidup yang lebih pangang pada saat prevalensi penyakit kronik
meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit
tertentu serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh
dunia (Sukandar, 2006). WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional
termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengobatan penyakit. WHO guga mendukung upaya4upaya dalam peningkatan
keamanan dan khasiat dari obat herbal (WHO, 2003).
Salah satu contoh obat herbal yang berguna untuk mengatasi asma adalah
teh higau (Camellia sinensis L.). Teh higau (Camellia sinensis L.) dikenal memiliki kandungan kafein yang bersifat bronkodilator, namun pengunaannya
masih secara empirik saga (Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, 2003).
Karena alasan tersebut, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh teh higau (Camellia sinensis L.) terhadap Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) pada laki4laki dewasa normal dengan menggunakan alat
autospirometer.
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah pada penelitian
ini adalah apakah teh higau meningkatkan VEP1 pada laki4laki dewasa normal.
Maksud dan tuguan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teh
3
!
! "
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang kedokteran
mengenai pengaruh teh higau terhadap VEP1.
!
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam meningkatkan VEP1
pada penderita asma.
# $ " %&
Pada penelitian akan dinilai mengenai pengaruh teh higau terhadap fungsi
respirasi seseorang. Tuguan dari proses respirasi sendiri ialah menyediakan
oksigen bagi garingan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil
metabolisme. Untuk mencapai tuguan tersebut, mekanisme ventilasi paru mengadi
salah satu faktor penting. Mekanisme ventilasi paru akan mempengaruhi ekspansi
paru sehingga paru dapat mengembang sempurna. Ekspansi paru tersebut
mengakibatkan segumlah udara yang mengandung oksigen masuk ke dalam paru
(sesuai dengan kapasitasnya) dan memenuhi kebutuhan garingan tubuh manusia.
Kondisi ventilasi paru dapat dinilai dengan spirometer yang mengukur volume
ekspirasi (Guyton & Hall, 2006).
Volume Ekspirasi Paksa (VEP) adalah bagian dari kapasitas vital paksa yang
dikeluarkan pada detik4detik tertentu (VEP1, VEP2, dan VEP3) yang dinyatakan
dalam persen dari kapasitas vital paksa (Guyton & Hall, 2006). Terdapat beberapa
hal atau kondisi yang mempengaruhi volume ekspirasi seseorang yaitu : (1)
Kompliansi paru, (2) struktur toraks, dan (3) kondisi neuromuscular. Hal lain yang
mempengaruhi volume ekspirasi antara lain genis kelamin, kebiasaan berolahraga,
proporsi tubuh, dan posisi tubuh (Tortora, 2006; Brashers, 2006). VEP1
merupakan standard emas untuk mengukur fungsi paru penderita asma, karena
4
untuk menilai beratnya asma saat bergegala di siang dan malam hari (WHO
workshop report, 2002).
Pada sistem respirasi, m. intercostalis internus dan m. rectus abdominis
merupakan salah satu otot skelet penting yang berperan selama melakukan
ekspirasi. Kuat kontraksi dari m. intercostalis internus dan m. rectus abdominis
akan mempengaruhi ventilasi paru tiap orang. Beberapa penelitian dilakukan
untuk mengugi pengaruh senyawa golongan metilxantin khususnya kafein
terhadap sistem respirasi. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
senyawa golongan metilxantin berpengaruh terhadap otot saluran pernafasan
sehingga sistem respirasi secara keseluruhan mengadi lebih optimal. Teh higau
(Camellia sinensis L.) memiliki kandungan kafein yang bersifat bronkodilator, dan meningkatkan kuat kontraksi otot skeletal (Goodman, 1996). Mekanisme
kerga metilxantin belum diketahui secara gelas. Namun beberapa penelitian
mengemukakan bahwa metilxantin (kafein) memilki 3 macam dasar kerga pada
taraf seluler yaitu : (1) berhubungan dengan translokasi ion kalsium (Ca2+)
intrasel, (2) meningkatkan akumulasi senyawa nukleotida siklik terutama cAMP
dan cGMP, dan (3) blokade terhadap reseptor adenosine (Sunaryo, 2005).
Mekanisme translokasi ion Ca2+ intrasel berhubungan dengan kuat kontraksi otot
skelet. Hal di atas menyebabkan teh higau dapat meningkatkan VEP1
Hipotesis Penelitian :
Teh higau meningkatkan VEP1 laki4laki dewasa normal.
' &
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental sungguhan, bersifat
komparatif memakai rancangan acak lengkap (RAL) dengan desain pre test dan
post test. Data yang ada diukur adalah VEP1 sebelum dan sesudah meminum
43
.
$ ) ) 7
# $ "%
Teh higau meningkatkan VEP1 pada laki4laki dewasa normal.
# )
Perlu penelitian lebih langut mengenai dosis optimal teh higau dalam
meningkatkan ventilasi paru.
Perlu penelitian lebih langut mengenai efek teh higau terhadap penderita
asma.
44
, 7 ) $
Andi Nur Alamsyah. 2006. Taklukkan Penyakit Dengan Teh Hijau. Jakarta : Agro Media Pustaka. Hal 34436, 46458.
Anonim. 1998. Exercise–Induced Asthma (EIA). http://w3.ouhsc.edu/par5442 /Lectures /Exerciseasthma.html. 14 Februari 2009.
Anonim. 2004. Test of Pulmonary Function. http://www.frca.co.uk/article.aspx /articleid=100023. 14 Februari 2009.
Anonim. 2007. Upper Respiratory Tract Infection. http://en.wikipedia.org/wiki /Upper_respiratory_tract_infection. 14 Februari 2009.
Bara A., Barley E. 2003. Caffeine for Asthma(Review).
http://www.thecochranelibrary.com., December 4th, 2008.
Boykov K.M. 1960. Text Book of Physiology. Moscow: Foreign Language Publishing House. 192.
Brasher L., 2006. The PulmonarySystem. In : Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children 5thEdition. Missouri : Elsevier. P 118141193.
Bruneton J. 1997. Pharmacognosy, Phitochemistry, Medicinal Plants, 2nd Edition. New York: Intercept Ltd. Page 107341085
Chawla.J. 2008.Neurologic Effects of Caffeine.
http://www.emedicine.medscape.com/article/1182710 overview. 10 Oktober 2008.
Dekhuigzen P.N.R et al. 1999.Athletes and doping : effects of drugs on the respiratory system.1999 ;54:104141046.
DEPKES RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1) jilid 2. Jakarta : Bakti Husada. Hal 57458.
Di Piro, J.T., Tailbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. 1999. Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach. 6th ed.Vol 2. USA : Mc Graw Hill. P 1205407.
Drake L. 2005. Thoracic Wall.In :Gray`s Anatomy for Students .Philadelphia : Elsevier Inc. p. 1184135.
45
Ganong W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta: EGC. hal 6214638.
Goodman and Gillman. 1996. The Pharmacological Basis of Therapeutics. 7th Edition. Macmillan Publishing Company. P 580.
Guyton AC & Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta: EGC. hal 5974612.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajkr FisiologiKedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Heru S, Sukamto. Asma Bronkial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam PAPDI. Editor: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. FK4UI. Jakarta; 2006. hal. 2474252.
Houssay B.A. 1955. The Mechanics of Respiration. In: Human Physiology, 2nd Edition. New York: McGraw Hill Book Company. page 2504251.
Howland, R.D., Mycek, M.J. 2006. Pharmcology. 2nd ed. Philadelphia : Lippincott Eillians & Winkins. P 1154116.
IPTEK. 2005. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mmu=2&id=159. 5 Juli 2010.
Junquiera L.C., Carneiro J., Kelley R.O. 1997. Histologi Dasar, Edisi 9. Jakarta: EGC. hal 3454346.
Katzung, B.G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 9th Edition. Paramount Publishing Business and Professional Group. Hal 3104311.
Kopit W., Macey R.I Meisami E. 1977. Physiology Coloring Book. New York: Harper Collins Publishers. 47.
Martini, Fredric H. 2004. Fundamental of Anatomy & Physiology, 6th Edition. San Fransisco: Bengamin Cummings. page 828, 835, 839.
Perry L.M. 1980. Medicinal Plant of Cast and Southeast Asia. Massachussets: The Massachussets Institute of Technology. page 6434645.
Pharmacorama. 2000. Antagonists of adenosine_Theophylline and caffeine.
http://www.pharmacorama.com. 10 November 2010.
46
Rall W.T. 1980. Central Nervous System Stimulants.In : Goodman and Gilman`s The pharmacological basis of therapeutics New York : Macmillan
Publishing. p.5924603
Sekurt E.E. 1984. Physiology. 5th ed. Boston: Little Brown Company. P 180.
Sherwood L. 2004. Human Physiology : From Cells to Systems. 5th Edition. USA : Brooks/Cole4Thomson Learning. P 146, 157,159.
Sherwood L. 2007. Respiratory Mechanics.In :Human Physiology From Cells to System 6thEditiion. Belmont : Thomson Brooks. p. 4554475.
Sukandar, E. Y. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi: Industri Klinik Teknologi Kesehatan. http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasi ilmiah dies 45.pdf. 6 Desember 2010.
Sunaryo R. 2005. Perangsang susunan saraf pusat.Dalam : Farmakologi dan terapi FKUI. Jakarta : Gaya Baru. h. 2314233.
Tuminah Sulistyowati. 2004. Teh sebagai salah satu sumber antioksidan.
http://www.cerminduniakedokteran.com. 10 Desember 2010.
Tarnopolsky M, Cupido C. Caffeine potentiates low frequency skeletal muscle force in habitual and Nonhabitual caffeine consumers.
http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/pmc1745396.p 171941724.
Tortora G, Derrickson B. 2006. Respiration system.In :Principles of anatomy and physiology.11th Ed. John Wiley & Sons Inc. p. 8464866.
World Health Organization. 2002. Is Forced Expiratory Volume in One Second the Best Measure of Severity in Childhood Asthma?
http://ajrccm.atsjournals.org/cgi/content/full/169/7/784. 8 Agustus 2011
World Health Organization. 2003. Asthma: Facts.
http://www.who.int/respiratory/asthma/scope/en/index.html. 15 Juni 2010.
Williams & Wilkins, 1990. West JB Respiratory Physiology the essentials 4th ed. New York. page 4504452.