• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Nazia Ulfatul Himah

1103654

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh:

Nazia Ulfatul Himah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Nazia Ulfatul Himah

Juli 2015

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh:

Nazia Ulfatul Himah

NIM. 1103654

Disetujui dan Disahkan Oleh

Dosen Pembimbing

Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. NIP. 195509271985031001

Diketahui,

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN

BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Oleh:

Nazia Ulfatul Himah 1103654

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan belajar siswa di kelas V salah satu SD di Kelurahan Sarijadi, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Hal ini ditandai dengan sikap yang muncul pada saat pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari kurangnya perhatian, kemampuan pemecahan masalah, mengemukakan gagasan, dan hubungan sosial. Hal ini menyebabkan rendahnya keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini mencoba menerapkan model pembelajaran two stay two stray (TSTS) dengan harapan mampu memecahkan masalah rendahnya keaktifan belajar siswa. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian yang berupaya meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran two stay two stray pada pembelajaran tematik dengan subtema Manusia dan Lingkungan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran two stay two stray. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V salah satu SD di Kecamatan Sukasari yang keaktifan belajarnya rendah yaitu sebanyak 12 siswa. Hasil dari pengolahan data membuktikan bahwa persentase keaktifan belajar 12 siswa tersebut meningkat. Selain itu, temuan negatif mengenai keaktifan belajar siswa mengalami penurunan dari siklus I ke siklus II. Hal ini terbukti juga pada hasil belajar. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 85,29 sedangkan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 97,22. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran two stay two stray dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

(5)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF TWO STAY TWO STRAY LEARNING MODEL TO

INCREASE ACTIVENESS LEARNING IN PRIMARY EDUCATION

By:

Nazia Ulfatul Himah

1103654

The background of the research is activeness learning in grade V primary student still low. The research took place in Sukasari, Bandung City. The problem can be seen during learning process in the class. Data indicate that students still lack of interest and showing difficulties such as hard in problem solving, speak out their ideas, and social relation. Those are the reasons why activeness learning still bad during the instruction. The research to determine two stay two stray learning model to solve the problem of activeness learning. This research attempt to increase activeness learning by implementing two stay two stray learning model. The purpose of this research is to portray how the increased of student activeness learning and student learning result applying two stay two stray learning model. This research used Class Action Research (CAR) by Kemmis and Mc Taggart. The research was conducted in two cycles. Research subject are 12 students of class V in one of primary school near Sukasari. Analyze data prove that activeness learning percentage of those 12 students increased. This can be seen from learning result in cycle I reach 85,29, cycle II the average value of students increased to 97,22. Based on result of the research it can be conclude implementation of two stay two stray student learning model can increased activeness learning and student learning result

(6)

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 5

DAFTAR LAMPIRAN ... 6

BAB I PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang Masalah………...…...1

B. Rumusan Masalah...………..4

C. Tujuan Penelitian………...4

D. Manfaat Penelitian………..…...………....5

BAB II KAJIAN PUSTAKA...………...6

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran...………6

1. Hakikat Belajar……….………6

2. Hakikat Pembelajaran………...………..8

B. Hakikat Model Pembelajaran………...……10

C. Model Pembelajaran Two Star Two Stray…………11 1. Pengertian Model Pembelajaran Two Star Two Stray………....12

2. Sintak Model Pembelajaran Two Star Two Stray………...13

(7)

3. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar………...23

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar………..23

5. Teori Keaktifan Belajar………...24

E. Penelitian yang Relevan………..28

F. Kerangka Berfikir………29

G. Definisi Operasional………30

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN………..31

A. Metode Penelitian………31

H. Rencana Pengolahan dan Uji Keabsahan Data………...37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….41

(8)

A. Simpulan………..90

B. Rekomendasi………90

DAFTAR PUSTAKA………...93

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Keaktifan Belajar Intensional dan Insidental……………….. 16

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Rata-rata Kelas………... 39

Tabel 4.1 Keterkaitan Indikator Keaktifan Belajar dengan Langkah Model Two Stay Two Stray………. 45

Tabel 4.2 Tabel Rubrik Penilaian Keaktifan Belajar Siswa Siklus I………... 55

Tabel 4.3 Tabel Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus I……….. 57

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I…………... 58

Tabel 4.5 Hasil Refleksi Siklus I………. 64

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siklus I………... 70

Tabel 4.7 Tabel Rubrik Penilaian Keaktifan Belajar Siswa Siklus II………. 72

Tabel 4.8 Tabel Hasil Keaktifan Belajar Siswa Siklus II………... 76

Tabel 4.9 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II………. 77

Tabel 4.10 Hasil Refleksi Siklus II……… 80

Tabel 4.11 Hasil Belajar Siklus II……….. 82

Tabel 4.12 Tabel Hasil Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa………. 85

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Pelaksanaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stay…. 16

Gambar 2.2 Skema Teori Konstruktivisme………. 26

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian PTK Kemmis and Taggart………….. 32

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Perangkat Pembelajaran

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

A.1.a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I………

A.1.b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………….. 96

103

A.2. Bahan Ajar

A.2.a. Bahan Ajar Siklus I……….

A.2.b. Bahan Ajar Siklus II……… 111

118

A.3. Lembar Kerja Siswa

A.3.a. Lembar Kerja Siswa Siklus I………...

A.3.b. Lembar Kerja Siswa Siklus II……….

123

125

A.4. Soal Tes

A.4.a. Soal Tes Siklus I……….

A.4.b. Soal Tes Siklus II………

127

128

B. Instrumen Pembelajaran

B.1. Format Wawancara………. 130

B.2. Catatan Lapangan……… 131

B.3. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa………... 132

C. Surat-surat Penelitian

C.1. SK Pembimbing………..

C.2. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas……….

C.3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………..

C.4. Catatan Bimbingan Selama Penelitian………..

138

139

140

(12)

D. Hasil-Hasil Penelitian

D.1. Hasil Wawancara……… 143

D.2. Catatan Lapangan

D.2.a. Catatan Lapangan Siklus I………..

D.2.b. Catatan Lapangan Siklus II……….

145

146

D.3. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa

D.3.a. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I…..

D.3.b. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II…. 147

157

D.4. Hasil Pengerjaan Lembar Kerja Siswa

D.4.a. Hasil Pengerjaan Lembar Kerja Siswa Siklus I………..

D.4.b. Hasil Pengerjaan Lembar Kerja Siswa Siklus II………. 167

172

D.5. Hasil Pengerjaan Tes

D.5.a. Hasil Pengerjaan Tes Siklus I……….

D.5.b. Hasil Pengerjaan Tes Siklus II………

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sebagai suatu sistem tersusun atas berbagai komponen. Komponen-komponen pembelajaran tersebut terdiri dari tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Kelima komponen tersebut saling berkaitan dan terpadu satu sama lain. (Rusman, Kurniawan, D. dan Riyana, C., 2012, hlm. 41)

Paradigma baru pembelajaran terkait dengan konsep pendidikan konstruktivisme dimana dinyatakan bahwa siswa harus dapat mengkonstruksi pemahamannya sendiri, tidak dibentuk oleh guru. Mukhtas, M., Sholihin, H., dan Arifin M. (2007, hlm. 181) menyatakan bahwa proses belajar mengajar yang berlangsung sudah semestinya mengaktifkan siswa agar dapat mengkonstruksi pengetahuan siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa lainnya.Vygotsky (dalam Suprijono, A., 2012, hlm. 55) menekankan siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain.

Selain itu, menurut teori perkembangan berpikir Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan. Proses belajar dianggap lebih penting dibanding

sekedar hasil belajar. Salah satu indikator penting dalam proses belajar adalah keaktifan.

Keaktifan belajar merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi satu pokok bahasan. (Hamzah, B., 2012, hlm. 75). Beberapa ciri pembelajaran yang aktif adalah sebagai berikut:

(1)Pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi, (4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber

belajar…(Hamzah, B., 2012, hlm. 76)

(14)

2

Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi siswa. (Suprijono, A., 2012, hlm. x)

Salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk menciptakan

pembelajaran yang aktif menurut Hamzah, B., 2012, hlm. 77, di antaranya memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode/ model yang beragam.

Salah satu metode yang sudah sangat umum dipakai adalah metode pembelajaran kelompok. Menurut Lewin (dalam Mukhtar dan Yamin, M., 2001, hlm. 49) lebih gampang mengubah tabiat sebuah kelompok daripada tabiat perorangan.

Keunggulan kelompok tidak terletak pada pencapaian tujuan kognitif tingkat rendah, melainkan pada pencapaian tujuan kognitif tingkat tinggi dan tujuan afektif (Mukhtar dan Yamin, M., 2001, hlm.51). Selain itu, penggunaan model cooperative learning mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa dan mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikan social studies. (Stahl dalam Solihatin, E. dan Raharjo, 2008, hlm. 13)

Namun demikian, kendati diskusi kelompok sudah dilakukan siswa merasa jenuh karena tidak ada variasi dalam kegiatan diskusi kelompok. Hasil wawancara pra penelitian menunjukkan bahwa tidak pernah ada variasi dalam kegiatan pembelajaran kelompok. Selain itu, tidak adanya pembagian kerja yang jelas

membuat ada ketimpangan dalam kegiatan diskusi kelompok dimana ada anggota kelompok yang aktif tapi ada juga anggota yang pasif.

(15)

3

terbukti dari pernyataan siswa yang pasif bahwa mereka tidak diberi pekerjaan oleh anggota kelompoknya.

Menurut Suryosubroto, B., 2009, hlm. 173 penyebab dari permasalahan tersebut adalah jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa

yang “menonjol” dan sering terjadi dalam diskusi siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya.

Pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika guru benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif (Suprijono, A., 2012, hlm. 64)

Salah satu cara yang bisa dipakai untuk membantu siswa meningkatkan keaktifan belajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray. Model two stay two stray atau dua tinggal dua tamu merupakan salah satu

model pembelajaran kooperatif dimana dari empat anggota kelompok, dua orang meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain dan dua orang lagi menerima tamu dari suatu kelompok untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. (Suprijono A, 93)

Menurut Lie (dalam Nurhayati, 2013, hlm. 7): “teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.”

Sebuah analisis penelitian menunjukkan, dalam kelompok, siswa-siswa belajar lebih cepat, dan bahwa pengalaman kelompok sering beralih ke anggota-anggota

kelompok, sehingga mereka bekerja lebih efektif sekembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Kehadiran orang luar mempengaruhi prestasi anggota kelompok. Kalau anggota kelompok berkooperasi secara harmonis, dan orang luar bergabung dengan kelompok itu, hal tersebut mempunyai pengaruh yang baik. (Berlmutter dan De Montmollin dalam Mukhtar dan Yamin, M., 2001, hlm. 49)

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan (nilai t= 17,69) pada mata pelajaran Teknologi dan Informasi di kelas Cooperative Learning Tipe Two stay two stray dengan peningkatan rata-rata hasil pre-test ke pos-test sebesar 23,4 yaitu

(16)

4

Walaupun model pembelajaran two stay two stray telah dilaporkan berhasil dalam membantu siswa meningkatkan hasil belajar, namun dalam konteks yang

berbeda seperti di SD dan bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar masih jarang digunakan.

Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang penerapan model pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa SD di salah satu SD Kecamatan Sukasari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah penelitian ini adalah mengetahui “Bagaimana penerapan model pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa SD?”

Kemudian, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana perkembangan keaktifan belajar siswa SD kelas V yang menerapkan model pembelajaran two stay two stray pada proses pembelajarannya?

2. Bagaimana hasil belajar siswa SD kelas V yang menerapkan model pembelajaran two stay two stray pada proses pembelajarannya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa SD kelas V.

Kemudian, tujuan khusus penelitian ini terdiri dari tiga pernyataan penelitian sebagai berikut.

(17)

5

2. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa SD kelas V yang menerapkan model pembelajaran two stay two stray pada proses

pembelajarannya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat member kontribusi terhadap khazanah keilmuan khususnya yang berkaitan dengan perkembangan model pembelajaran yang dinamis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Penerapan model pembelajaran baru dapat membuat siswa lebih bersemangat dan antusias dalam proses belajar, karena siswa terlibat langsung secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, selain itu dapat menumbuhkan karakter bekerja sama dalam diri siswa.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan salah satu inovasi dalam proses pembelajaran sehingga menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat

memaksimalkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. c. LPTK

(18)
(19)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian mengenai keaktifan belajar dengan menggunakan model pembelajaran two stay two stray dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini berusaha mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan proses dan produk pengajaran di kelas. Proses pembelajaran ini tidak terlepas dari adanya interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa, materi dan sumber belajar yang digunakan sehingga dalam penelitian ini yang diteliti adalah proses dan hasil belajar siswa.

B. Disain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas

(PTK). Menurut Kasbolah (dalam Kusmiati, D., 2010, hlm. 6), PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat refleksi oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakannya yang dilakukan.

Lebih khususnya peneliti menggunakan PTK karena peneliti mendapatkan masalah di kelas tempat mengajar. Masalah yang terjadi adalah keaktifan belajar siswa di kelas V salah satu SD di Kecamatan Sukasari. Hal ini sesuai dengan tujuan dari PTK adalah untuk meningkatkan praktik pendidikan ke arah yang lebih baik.

(20)

Observasi Awal

Rumusan Masalah

Refleksi

Gambar 3.1

Bagan desain penelitian PTK Kemmis and Taggart

(dalam Arikunto, 2012, hlm. 16)

PTK dilakukan dalam suatu proses pengkajian berdaur (cylical), yang setiap siklusnya terdiri atas empat fase, yaitu: merencanakan (planning), melaksanakan tindakan (action), memantau (observation), dan merefleksi (reflection). Rencana prediktif jumlah siklus yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sejumlah

Perencanaan

Refleksi I Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan

Refleksi II Pelaksanaan

Observasi

Kesimpulan

Siklus I

(21)

siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan pembelajaran (RPP), instrumen pembelajaran, media pembelajaran, bahan ajar, dan aspek-aspek lain yang sekiranya diperlukan.

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan atau menerapkan perencanaan yang telah dibuat, peneliti harus mentaati apa yang telah dirumuskan tahap perencanaan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Observasi

Dalam tahap observasi yang melakukannya adalah pengamat, kegiatan berlangsung bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Tahapan ini adalah mengamati bagaimana proses pelaksanaan berlangsung, serta mengetahui dampak apakah yang dihasilkan dari proses pelaksanaan.

4. Refleksi

Tahapan refleksi ini adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa saja yang terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya, apabila proses siklus sudah selesai maka tahapan ini bisa dijadikan tahapan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan kegiatan.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu Sekolah Dasar di Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Sekolah ini termasuk sekolah padat siswa dimana masing-masing tingkatan kelas terdiri dari 3 rombel dengan jumlah siswa pada tahun ajaran 2014-2015 berjumlah 638 siswa. Dengan jumlah siswa tersebut, jumlah guru dan pegawai adalah 38 orang. Kondisi sarana cukup memadai berupa tersedianya perpustakaan dan lab IPA. Di setiap kelas juga sudah dilengkapi dengan fasilitas proyektor in-focus.

Keadaan ekonomi siswa di sekolah ini termasuk menengah ke atas. Mata pencaharian orang tua murid tergolong heterogen, dari mulai pejabat, PNS, wiraswasta, buruh, dan sebagainya. Mayoritas bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Banyak siswa yang rumahnya berjarak cukup jauh dari sekolah. Walaupun demikian, siswa-siswi di SD ini memiliki tingkat kedisiplinan yang cukup tinggi.

D. Subjek Penelitian

(22)

dibagi ke dalam delapan kelompok secara heterogen. Adapun fokus penelitian berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa adalah berjumlah 12

siswa yang berasal dari latar belakang keluarga berbeda-beda. Posisi kelas yang dijadikan subjek penelitian paling pojok diantara empat kelas di sebelah kiri dan kanannya. Ventilasi ruangan kelas tidak terlalu baik. Jendela seringkali ditutup gorden.

Kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian sudah melakukan pembelajaran secara berkelompok. Kendati demikian, belum ada pembagian tugas yang efektif antara masing-masing anggota kelompok, sehingga siswa yang kerja tetap yang itu itu saja.

E. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015 selama kurang lebih tiga bulan. Agar tidak menggangu kegiatan belajar mengajar maka penelitian ini dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai selama penelitian yang menyatu dengan pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan

untuk kegiatan pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menggunakan model two stay two stray dan media pembelajaran lainnya, seperti gambar, video pembelajaran, serta lembar kerja individu dan kelompok.

2. Instrumen Pengungkap Data Penelitian

(23)

1) Pedoman observasi siswa digunakan untuk mengetahui sikap-sikap atau respon seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran. Meliputi

tindakan siswa yang berhubungan dengan keaktifan belajar siswa selama pembelajaran.

2) Pedoman wawancara digunakan untuk mewawancarai guru dan siswa sebelum menggunakan model two stay two stray dan setelah menggunakan model two stay two stray. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah yang dihadapi di kelas serta ketercapaian peningkatan keaktifan yang diterapkan.

3) Catatan lapangan (field note) digunakan untuk membuat catatan-catatan kecil selama proses pembelajaran menggunakan model two stay two stray.

4) Dokumentasi digunakan untuk menunjang data yang sesuai dengan fokus permasalahan dalam penelitian.

b. Cara mengungkap data hasil, melalui tes berupa lembar soal untuk mendapatkan data hasil belajar siswa dengan menerapkan butir-butir soal yang mengukur hasil belajar kognitif siswa.

G. Prosedur Penelitian

Menurut Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2011, hlm. 97): “Tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam setiap tindakan, dengan berpatokan pada referensi awal.”

Terlebih dahulu peneliti melakukan tahap persiapan dengan melakukan kegiatan pendahuluan, kemudian melakukan tindakan penelitian.

1. Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)

a. Observasi

(24)

b. Identifikasi permasalahan

1) Wawancara keadaaan kelas dan siswa kepada siswa dan guru kelas.

2) Menentukan solusi untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V.

3) Menentukan rencana pembelajaran pada Tema 9 Subtema 1 Pembelajaran 1 dengan menerapkan model pembelajaran two stay two stray.

4) Menyusun teknik pemantauan pada setiap tahap penelitian.

2. Tahap Tindakan

Tahapan tindakan pada penelitian tindakan kelas ini akan diuraikan sebagai berikut:

1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan dilaksanakan sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data berupa menyiapkan lembar observasi keaktifan siswa, menyiapkan instrumen wawancara, menyiapkan format catatan lapangan, dan menyiapkan alat dokumentasi untuk melengkapi data penelitian.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat sebelumnya, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Melaksanakan

kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran two stay two stray dalam rangka mengumpulkan data mengenai keaktifan belajar siswa, melakukan wawancara kepada subjek penelitian, mengisi catatn lapangan, dan melakukan dokumentasi kegiatan.

3) Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, meliputi pengamatan terhadap:

(25)

4) Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah peninjauan terhadap kinerja siklus, kekuatan, dan

kelemahan yang masih ada. Sebelum dilakukan refleksi, dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan berupa temuan siklus yang digunakan sebagai bahan melakukan refleksi. Hasil refleksi berupa rekomendasi apakah permasalahan telah dapat ditanggulangi atau diperlukan siklus lanjutan. Penelitian pada siklus pertama dianggap berhasil apabila:

a) 75% dari indikator keaktifan belajar dapat dipenuhi. b) 75% siswa dapat menjawab soal evaluasi dengan benar.

H. Rencana Pengolahan Dan Uji Keabsahan Data

Setelah melaksanakan penelitian, data-data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis agar mendapatkan kesimpulan yang utuh dan menyuluruh dengan dilaporkan secara deskriptif atau lapran verbal.

Teknik analisis yang digunakan merupakan teknik analisis kualitatif yang digunakan pada data hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model analysis). Analisis ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display), dan (3)

conclution drawing verifikasi. (Sugiyono, 2009, hlm. 338).

1. Reduksi data (data reduction)

(26)

2. Sajian data (data display)

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam

bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

Melalui sajian data yang telah terkumpul dikelompokkan dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis permasalahannya supaya mudah dilihat dan dimengerti, sehingga mudah dianalisis. Langkah ini mencakup dan memasuki analisis data. Data yang ada dianalisis dan ditafsirkan kemudian dibandingkan antara data yang satu dengan data yang lain untuk menemukan persamaan dan perbedaan. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dalam bentuk narasi. Pembeberan data dilakukan dengan sistematik, interaktif, dan inventif serta mantap sehingga memudahkan pemahaman terhadap apa yang terjadi. Dengan demikian, penarikan kesimpulan dan penentuan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya akan mudah.

3. Kesimpulan dan Verifikasi (Conclution drawing verifikasi)

Kesimpulan dan verifikasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

(27)

Data hasil tes dianalisis menggunakan analisis data kuantitatif. Langkah-langkah dalam menganalisis data kuantitatif adalah sebagai berikut:

1. Penskoran terhadap jawaban siswa

Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa adalah tes uraian bebas dengan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa adalah 100.

2. Mencari rata-rata nilai yang diperoleh siswa melalui rumus yang diadaptasi dari Sudjana, N. (2012, hlm. 109)

� =

Keterangan:

R = nilai rata-rata siswa ∑x = jumlah skor siswa ∑y = jumlah siswa

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian Rata-rata Kelas

Kriteria Nilai

Baik Sekali 85 – 100

Baik 70 - 84

Cukup 60 – 69

Kurang 50 – 59

Kurang Sekali  50

(Sumber: Depdiknas, 2006)

3. Mengitung persentase ketuntasan belajar siswa yang lulus di kelas V dengan rumus:

� =∑� ∑� %

Keterangan:

(28)

∑P = jumlah siswa yang lulus ∑N = jumlah seluruh siswa

4. Pengolahan data keaktifan

Penilaian keaktifan dalam penelitian ini diberikan skala sikap pada pengamatannya. Skala sikap yang digunakan jika dari indikator keaktifan dilakukan siswa diberikan tanda centang (√) pada kolom ya, begitu pula sebaliknya jika dari indikator keaktifan tidak dilakukan siswa diberikan tanda centang (√) pada kolom tidak. Setiap indikator disertai kolom deskripsi respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Indikator keaktifan berjumlah 8, jadi skor tertinggi adalah 8. Untuk mengetahui skor rata-rata dari pencapaian kekatifan belajar siswa digunakan rumus:

%� = ∑ %

(29)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data hasil penelitian dan pembahasan dalam PTK yang telah dilakukan di salah satu Sekolah Dasar di Kecamatan Sukasari mengenai penerapan model pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keaktifan belajar pada materi mengenai hubungan manusia dan lingkungan dan perubahan lingkungan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran two stay two stray dengan tahapan sebagai berikut: Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan suatu persoalan, kemudian dua orang meninggalkan kelompoknya untuk bertamu dan dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain, tamu kembali ke kelompok asal untuk melaporkan temuan dari kelompok lain dan membahas serta mencocokkan hasil kerja mereka, lalu masing-masing kelompok mempresentasikan pekerjaannya, dinyatakan mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dilihat dari terlaksananya indikator-indikator dari keaktifan belajar dengan mendapat perolehan persentase yang semakin meningkat di setiap siklusnya serta

temuan-temuan negatif dari siklus I ke siklus II mengalami penurunan.

(30)

B. Rekomendasi

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan

pengaruh positif terhadap upaya peningkatan pembelajaran. Dari keseluruhan kegiatan penelitian, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi yang berdasarkan hasil temuan-temuan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan referensi bagi guru

adalah model pembelajaran two stay two stray yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa dan bertujuan agar siswa memiliki jiwa sosial dan tidak individualis, serta membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dan menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa. Namun hendaknya guru mempelajari terlebih dahulu sintaks dari model pembelajaran two stay two stray ini agar dapat memprediksi temuan dan bersikap profesional dalam memfasilitasi dan memediasi cara belajar siswa dan menyiapkan media, alat, dan bahan yang diperlukan ketika akan menerapkan model pembelajaran two stay two stray. Menyepakati aturan permainan dalam pembelajaran dapat meningkatkan antusiasme dan rasa senang siswa sehingga situasi dan kondisi pembelajaran menjadi menyenangkan tetapi tetap mengedepankan aturan dan kedisiplinan yang telah disepakati.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(31)

3. Bagi Siswa

Meskipun penelitian ini dinyatakan berhasil meningkatkan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan

tema “Lingkungan Sahabat Kita”, penulis berharap keaktifan belajar dan

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, S.I. (2010). Penerapan Teori Belajar IPA dan Penalaran Siswa Sekolah Dasar. Surabaya: Duta Graha Pustaka.

Arikunto, S. dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman, (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmawan, D. dan Permasih (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hamzah, B. (2012). Belajar dengan Pendekatan PAIKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isabella, U. (2010). Teori Konstruktivisme. [Online]. Diakses dari: http://kongkoh.blogspot.com/2010/01/teori-kosntruktivisme.html?m=1 (11/06/2015)

Lie, A. (2004). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

Mida, N.M. (2012). Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Akuntansi di SMAN 11 Garut. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mousir. (2013). Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS). [Online]. Diakses dari http://www.asikbelajar.com/2012/11/model-pembelajaran-two-stay-two-stray.html?m=1 (07/03/2015)

Mukhtar dan Yamin, M. (2001). Metode Pembelajaran yang Berhasil. Jakarta: Misaka Galiza.

(33)

Nazia Ulfatul Himah, 2015

Nurhikmawati, W. (2013). Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Teknologi dan Informasi (TIK) Antara yang Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dengan Tipe Jigsaw (Kuasi eksperimen pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Purwadadi). (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Pannen, P. (2001). Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Dirjend Dikti Depdiknas.

Rusman, dkk. (2012). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press.

Solihatin, E. dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, N. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi Presindo.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukiman. (2008). Teori Pembelajaran dalam Pandangan Konstruktivisme dan Pendidikan Islam. Kependidikan Islam, 3 (1), hlm. 59-66.

Suparno, P. (1997). Filafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surianto. (2009). Teori Pembelajaran Konstruktivisme. [Online]. Diakses dari https://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/ (9/6/2015)

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, U. dan Setiawati, L. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 3.1 Bagan desain penelitian PTK Kemmis and Taggart
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

 Jumlah Stasiun yang dikelola pada Tahun 2017 : 75 Stasiun  Jumlah Rangkaian yang beroperasi (Trainset) : 81 Trainset..  Jumlah Dipo yang dikelola pada Tahun 2017 :

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kegiatan melipat kertas dengan kreativitas anak terbukti adanya peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam semua aspek

lulusan Polileknik yang bcrkualitas dan selaras d€nsan peratumn akademik yans relah diteraphe naka pada akhir prosrm pendidikal mahasiswa di*ajibkan menbuat Tugas

Dimana sistem pakar bila dikaitkan dengan kemampuan dokter dalam mendiagnosa secara dini kondisi kesehatan pasien, dapat diciptakan suatu sistem komputer yang bertugas untuk

Dari mayoritas responden yaitu sebanyak 61.18% yang memberikan penilaian baik terhadap pelayanan yang dirasakan pelanggan tersebut artinya bahwa, pelanggan menilai

Dalam penelitian ini, metode WebQual yang digunakan adalah WebQual versi 4.0 yang telah dimodifikasi dengan menambahkan dimensi kualitas antarmuka pengguna (user

This paper deals with the problem of determining the economic order quantity (EOQ) for deteriorating items in the fuzzy sense where delay in payments for retailer and customer

Kentang scba6ai salah satu produk perdagangan dunia perlu diantisipasi pemasukannya ke lndonesia dari kemungkinan OPT yang terbawa, terutama kentang dari Belanda.. Analisi s