• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP SANTRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP SANTRI."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

4498/ UN.40.2.8/PL/2015

PERANAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP SANTRI

(Studi Deskriptif di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada Kecamatan Cikalongwetan

Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Wildan Nurhamdi

1006012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PERANAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP SANTRI (Studi Deskriptif di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada Kecamatan Cikalongwetan

Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Wildan Nurhamdi

1006012

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Wildan Nurhamdi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

WILDAN NURHAMDI

PERANAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP SANTRI

(Studi Deskriptif di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Hj. Dra. Siti Komariah. M.Si., Ph.D NIP. 196804031991032002

Pembimbing II

Dr. Aceng Kosasih. M.Ag NIP. 196509171990011

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

(4)

Skripsi ini telah diuji pada Hari Senin Tanggal 23 Februari 2015

Panitia ujian sidang terdiri atas :

Ketua : Dekan FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 197008141994021001

Sekretaris : Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Dra. H. Siti Komariah, M.Si., Ph.D

NIP. 196804031991032002

Penguji :

Penguji I

Prof. Dr. Bunyamin M, M.Pd., M.A NIP. 196207021986011002

Penguji II

Dr. Siti Nurbayani K, M,Si NIP. 1970071119940320

Penguji III

(5)

PERANAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP SANTRI

(Studi Deskriptif di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat)

Wildan Nurhamdi Pembimbing:

Dra. Siti Komariah, M.Si., Ph.D Dr. Aceng Kosasih, M.Ag

ABSTRAK

Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada merupakan sebuah pesantren yang berdiri untuk memberikan pendidikan Islam secara lebih mendalam agar menghasilkan lulusan santri yang berkualitas baik dari segi akhlak, moral, dan keilmuannya. Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah gaya hidup dari sebagian para santrinya kurang menunjukkan jati diri kesantriannya dan lebih condong menunjukkan gaya hidup yang bersebrangan dengan ketentuan pesantren khususnya dalam masalah berpakaian, berbicara, dan perilaku disiplin terhadap aturan pesantren. Tentunya bukan dari pihak pesantren yang mengajarkan demikian, tetapi lebih condong karena pengaruh dari teman sekelompoknya baik yang ada di pesantren maupun di luar pesantren.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kelompok sosial yang terdapat di pesantren Persis 16 Cipada, cara santri berinteraksi dengan kelompok sosialnya sehingga bisa membentuk gaya hidupnya, gaya hidup santri pada saat ini setelah sebagai hasil interaksi dengan kelompok sosialnya, serta sistem pendidikan dan pembinaan yang diterapkan di pesantren. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah para santri dari berbagai macam kelompok sosial yang terdapat di pesantren Persis 16 Cipada serta pimpinan pesantren dan para asatidz yang memegang peranan masing-masing di pesantren. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif yang mendeskripsikan peranan dari beberapa kelompok sosial santri yang dapat membentuk gaya hidup para anggota kelompoknya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Serta teknik analisis data yang digunakan berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

(6)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kata Kunci: Kelompok Sosial, Santri, Gaya Hidup

THE ROLE OF SOCIAL GROUPS IN SHAPING THE LIFESTYLE OF STUDENTS

(A descriptive study of Islamic Unity at Pesantren 16 Cipada Cikalongwetan Subdistrict of West Bandung Regency)

Wildan Nurhamdi Supervisor:

Dra. Siti Komariah, M.Si., Ph.D Dr. Aceng Kosasih, M.Ag

ABSTRAK

Union of Islamic boarding school 16 Cipada is a boarding school that stands to provide Islamic education in greater depth so as to produce graduates qualified students both in terms of ethics, morals, and scholarship. One of the problems faced today is part of the lifestyle of the students less his identity and shows more lifestyle shows skew different with boarding provision particularly in matters of dress, speech, and behavior discipline against boarding rules. Certainly not from the boarding school that teaches though, but rather leaning due to the influence a group of friend both inside and outside the boarding school.

The purpose of this research is to know the description of the social group that are found in Union of Islamic boarding school 16 Cipada, the way students interact with their social groups so as to be able to form her lifestyle, lifestyle of students at the moment after as a result of interaction with social groups, as well as education and coaching system that is applied in the boarding school. Objects that are examined in this study are students from a variety of social groups that are found in Union of Islamic boarding school 16 Cipada as well as the leadership of pesantren and the asatidz that holds the role of each in the boarding school. This research was conducted using a qualitative approach to the methods of descriptive studies that describe the role of some social groups which students can shape the lifestyle of the members of the group. Data collection techniques in research using the method of observation, interviews, and documentation study. As well as the data analysis techniques used in the form of data reduction, the presentation of the data, and draw conclusions.

(7)
(8)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... . ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... ... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan tentang Kelompok Sosial ... 12

2.1.1. Pengertian Kelompok Sosial ... 12

2.1.2. Tipe-Tipe Kelompok Sosial ... 13

2.1.3. Persyaratan Kelompok Sosial ... 18

2.1.4. Dinamika Kelompok Sosial ... ... 20

2.2. Tinjauan tentang Gaya Hidup ... 26

2.2.1. Pengertian Gaya Hidup ... 26

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup ... 27

2.2.3. Bentuk-Bentuk Gaya Hidup ... 29

2.2.4. Pengaruh-Pengaruh terhadap Gaya Hidup Santri ... 32

2.3. Tinjauan tentang Pesantren ... 40

2.3.1. Pengertian Pesantren ... 40

2.3.2. Sejarah Pesantren ... 41

(9)

2.3.4. Model Pendidikan Pesantren ... 47

2.3.5. Macam dan Jenis Pesantren ... 49

2.3.6. Unsur-Unsur Pesantren ... 51

2.3.7. Santri ... 53

2.3.8. Pesantren dan Globalisasi ... 54

2.4. Tinjauan tentang Pendidikan Islam ... 56

2.4.1. Hakikat Pendidikan Islam ... 56

2.4.2. Upaya Pembaharuan Pendidikan Islam ... 59

2.4.3. Faktor Pendorong Modernisasi Pendidikan Islam ... 61

2.5.Penelitian Terdahulu ... 62

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 64

3.1.1. Pendekatan Penelitian ... 64

3.1.2. Metode Penelitian ... 65

3.2. Teknik Penelitian dan Pengumpulan Data ... 66

3.2.1. Observasi ... 66

3.2.2. Wawancara ... 68

3.2.3. Studi Dokumentasi ... 70

3.3. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 71

3.3.1. Lokasi Penelitian ... 71

3.3.2. Subjek Penelitian ... 71

3.4. Prosedur Penelitian ... 71

3.4.1. Tahap Pra Penelitian ... 72

3.4.2. Tahap Persiapan Penelitian ... 73

3.4.3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 73

3.5. Teknik Analisis Data ... 74

3.6. Pengujian Kredibilitas Data ... 75

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Temuan Penelitian ... 78

(10)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.1.2. Gambaran Kelompok Sosial yang Terdapat di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada ... 89 4.1.3. Interaksi Santri dalam Kelompok Sosialnya ... 104 4.1.4. Gaya Hidup Santri Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada saat ini Sebagai Hasil Interaksi dengan Kelompok Sosial ... 119 4.1.5. Pendidikan di pesantren Persatuan Islam 16 Cipada dan upaya yang

dilakukan pesantren dalam membina santri ... 136 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 150 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 206 5.2. Implikasi ... 208 5.3. Rekomendasi ... 209 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL. 4.1 ... 84

TABEL 4.2 ... 85

TABEL 4.3 ... 87

TABEL 4.4 ... 87

TABEL 4.5 ... 88

TABEL 4.6 ... 89

TABEL 4.7 ... 101

TABEL 4.8 ... 117

TABEL 4.9 ... 132

TABEL 4.10 ... 136

TABEL 4.11 ... 145

(12)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap keluarganya, bangsanya, dan juga agamanya. Sistem pendidikan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 UU Nomor 20 tahun 2003 fungsi pendidikan adalah:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Madrasah/pesantren selama ini diakui telah mampu memberikan pembinaan dan pendidikan bagi para santri untuk menyadari sepenuhnya atas kedudukannya sebagai manusia, makhluk utama yang harus menguasai alam sekelilingnya. Sebagaimana dikatakan oleh Sukamto (1999, hlm. 12) bahwa “Pesantren waktu itu mendapat pengaruh dan penghargaan besar yang mampu mempengaruhi seluruh lapisan kehidupan masyarakat”. Hasil pembinaan madrasah/pesantren juga membuktikan bahwa para santri mempunyai pendidikan yang bernilai sosial. Selain akademis, keberhasilan pesantren dalam bidang pembinaan bangsa ini didorong oleh adanya potensi besar yang dimiliki oleh pesantren yakni potensi pengembangan masyarakat dan potensi pendidikan keagamaan. Kehadiran para alim ulama atau orang yang paham agama dewasa ini sangat dibutuhkan baik itu di desa maupun di kota.

(14)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 para orang tua yang mempunyai anak usia sekolah. Dalam dunia yang mengalami perubahan cepat, memang tidak bisa dihindarkan bahwa tingkah laku sebagian remaja mengalami ketidaktentuan saat mereka mencari identitas. Ia mengalami pertentangan nilai-nilai dan harapan-harapan yang akibatnya lebih mempersulit dirinya yang sekaligus mengubah perannya. Pada masa remaja tentunya merupakan masa yang sulit untuk menanamkan kesadaran dalam beragama, bahkan Hartinah (2008, hlm. 206) mengatakan bahwa, “Kualitas kesadaran beragama remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaannya yang diterima sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga”. Maka salah satu alternatifnya untuk mengembangkan kesadaran beragama remaja itu adalah dengan menyekolahkannya ke pesantren.

Kehidupan santri pada masa kini telah diuji dengan berbagai hal yang menyebabkan menurunnya minat santri dalam belajar atau menurunnya penjiwaan dirinya sebagai santri. Pengaruh kuat globalisasi seakan menarik santri untuk mengajak ke dunia luar sana melalui berbagai media massa, media komunikasi, kelompok sosial, dan lain-lain. Pengaruh seperti inilah yang dinilai santri merupakan kehidupan modern dan dianggap mengikuti zaman, karena pada dasarnya santri zaman sekarang tidak ingin disebut kuno, terlebih dengan statusnya sebagai santri. Kelompok sosial dalam bergaul pun menjadi pihak yang dianggap paling mempengaruhi kehidupan santri masa kini, terutama dalam membentuk gaya hidupnya. Kelompok sosial yang baik tentu akan memberi efek baik pula, tetapi jika bergaul dengan kelompok sosial yang buruk maka jangan salah, doktrin-doktrin sesuatu yang buruk pun akan terjadi.

(15)

aspek, tanpa terkecuali ke dalam kehidupan para santri yang notabene merupakan pelajar di pesantren. Dalam kehidupan sebuah pesantren pada dasarnya masyarakat beranggapan bahwa dinamika kehidupannya bersifat tradisional dengan mengedepankan asas keislaman dan menjaga nilai-nilai kesopanan. Dengan demikian segala macam norma yang ada di masyarakat bisa dihormati oleh para santri yang menimba ilmu di pesantren. Tetapi kembali lagi bahwa dunia ini terus berkembang, dengan mengembangkan berbagai aspek tanpa terkecuali. Begitupun dengan kehidupan para santri, yang pada akhirnya akan terkena dampak dari kemajuan zaman, baik itu dalam hal perilaku, mode pakaian, gaya berbicara, ataupun tatakrama yang semua itu bisa digabungkan dalam istilah gaya hidup.

Gaya hidup sudah menjadi sebuah pola kehidupan tersendiri bagi seorang manusia. Pengertian dari istilah gaya hidup itu sendiri menurut Kotler (tersedia di http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/18/gaya-hidup/) adalah “Pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Begitupun hal nya dengan santri yang mempunyai gaya hidup tersendiri, ada sebuah ciri khas tersendiri dalam gaya hidup santri yang menjadi indentitasnya. Sebagian besar anggapan masyarakat mengenai santri bahwa yang menjadi nilai lebih dari santri itu sendiri adalah adanya penanaman nilai dan akhlak secara mendalam. Dengan demikian diharapkan sikap dan akhlak santri tersebut bisa mencerminkan seorang muslim yang taat kepada agama, orang tua, dan juga norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannya.

(16)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 yang bukan seorang santri, kemajuan zaman sudah merubah karakter santri yang sesungguhnya. Timbulnya hal ini tentu tidak lepas dari pengaruh luar, salah satunya adalah dari pergaulan.

Gaya hidup santri pada saat ini tidak mencerminkan kesederhanaan seperti ajaran kiainya ataupun asatidznya. Dalam berperilaku mereka sudah jarang menghiraukan norma dan nilai yang dianut di pesantren dan hidup lazimnya orang-orang yang bukan lulusan pesantren. Belum lagi, santri yang sudah lulus kemudian bekerja secara serabutan dan beralih-alih demi mencapai kepentingan instan. Mereka tidak lagi bekerja dengan idealisme, tetapi pragmatis. Maka dari fenomena seperti itu, tak heran ada gerutuan ataupun celoteh-celoteh dari masyarakat, jangankan menjadi teladan, seorang santri malah menjadi bahan umpatan.

Fakta tersebut memang ada, apalagi jika melihat perubahan sosial karena perkembangan zaman. Tetapi, perlu digaris bawahi bahwa anggapan seperti ini tidak terjadi dan mengeneralisasi kepada seluruh santri, tetapi hanya terlihat cukup mengemuka dan merata mulai kota hingga daerah. Sudah ada celotehan di kalangan masyarakat bahwa sekarang ini tidak ada bedanya antara mereka yang pernah mengenyam pendidikan agama dan yang tidak. Mereka yang tidak punya basis keilmuan agama tampil dengan cemerlang, berakhlak baik, dan ketika menjadi pemimpin terlihat benar-benar amanah, merakyat, dan bekerja dengan baik.

(17)

kelompok sosial yang baik, sesuai dan sejalan dengan latar belakang pendidikan, itu belum bisa dibuktikan. Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian santri mempunyai kelompok sosial yang berbeda dari kehidupannya di pesantren. Pengaruh peer group sangat signifikan bagi perkembangan seorang remaja, termasuk santri, jika kelompoknya mempunyai gaya hidup yang baik, maka akan baik pula anggota kelompok tersebut, namun sebaliknya juga jika kelompoknya mempunyai gaya hidup yang jelek maka akan jelek pula perilaku anggotanya. Hal seperti inilah yang bisa menimbulkan gaya hidup santri yang bukan layaknya seperti seorang santri yang semestinya. Dengan fenomena seperti itu, dikhawatirkan nanti ”dunia santri” mendapat stigma yang miring. Dampaknya, alih-alih para orang tua menginginkan anaknya menjadi ahli agama, untuk menyekolahkan di sekolah agama atau pesantren saja mereka enggan.

Yang menjadi objek penelitian adalah Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada, yang merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang mengusung pendidikan Islam modern. Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada adalah sebuah pesantren yang terletak di RT. 01 RW. 01 desa Cipada kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat. Pesantren ini merupakan satu-satunya lembaga pesantren yang ada di desa Cipada. Tingkat sasaran peserta didiknya adalah kalangan anak-anak setingkat SMP dan SMA atau biasa disebut tingkat Tsanawiyah dan tingkat Aliyah. Para peserta didik atau santri yang belajar di pesantren tersebut adalah warga kalangan sekitar yang tidak jauh dari lokasi pesantren.

(18)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6 pesantren, agama, maupun norma yang berlaku pun sudah mulai bergeser mengikuti arus zaman. Tetapi kembali lagi bahwa fenomena ini tidak mengeneralisasi atau mencakup keseluruhan dari santri.

Hasil penelitian dari Nurdiansyah (2011) dengan judul Kajian tentang Pola Pendidikan di Pesantren dalam Membentuk Karakter Santri di Era Globalisasi (Studi Deskriptif Analitis di Pondok Pesantren Modern Mathla’ul Huda). Dalam penelitiannya dia menyebutkan bahwa sikap dan perilaku santri pesantren tersebut hingga saat ini tetap terjaga dengan baik, artinya sikap dan perilaku sehari-hari masih berada dalam koridor dan batas-batas agama, seperti ibadah tepat waktu, cara bergaul antara santriwan dan santriwati yang tidak berlebihan, para santri yang begitu menghormati para asatidz dan ustadzah serta perilaku-perilaku lain yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal tersebut karena pondok pesantren tersebut memiliki kebijakan untuk membatasi para santrinya di dalam lingkungan pesantren.

Adapun penelitian yang menjelaskan mengenai pergaulan kelompok sosial dari Yunita Pratiwi (2008) dengan judul Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa di Sekolah (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Siswa Kelas XI SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung). Dalam penelitiannya dia menyebutkan bahwa terdapat beberapa kelompok teman sebaya tertentu yang memang berpengaruh terhadap perilaku menyimpang siswa di sekolah, khususnya perilaku menyimpang yang bersifat amoral/asusila.

(19)

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu, dapat ditemukan hasil bahwa pesantren pada hakikatnya adalah lembaga untuk menanamkan ilmu keagamaan sekaligus ilmu umum kepada para santri, di samping itu ada pula pengembangan karakter dan juga pembinaan akhlak santri agar sesuai dengan tuntunan agama. Tetapi dengan demikian belum ada penelitian yang mengkaji mengenai gaya hidup dari santri sebagai akibat dari pergaulan dengan kelompok sosialnya. Oleh karena itu penulis mengadakan penelitian mengenai Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada Kecamatan Cikalongwetan dengan tujuan untuk mengetahui dan memperkaya pengetahuan mengenai gaya hidup santri zaman sekarang yang dipengaruhi pergaulan dengan kelompok sosialnya.

(20)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8 pembinaan karakter santri itu sendiri, dan juga sebagai masukan bagi pesantren dalam membina akhlak dan perilaku para santrinya. Inilah yang menjadi alasan rasional penulis dalam menyusun penelitian ini, dimana sebagian besar masyarakat mengharapkan suatu hal yang positif dari seorang santri, maka peran kelompok sosial menjadi poin khusus dalam membentuk gaya hidup santri tersebut disamping peranan pesantren yang menjadi sebuah lembaga yang memiliki peranan penting dalam pembinaan santri. Dengan demikian peranan kelompok sosial dalam kehidupan santri begitu kuat, apakah santri dalam kelompok sosialnya tersebut mau dibawa ke arah yang benar atau malah kelompok sosialnya tersebut membawa ke arah yang salah.

Jika hal ini sudah menjadi realita dan juga tidak menutup kemungkinan sampai ke masyarakat, maka dikhawatirkan eksistensi pesantren bisa goyah. Bahkan bisa mencoreng nama baik pesantren jika gaya hidup santri sudah keluar dari hakikat santri pada umumnya, tak terkecuali bagi para santri pesantren Persis 16 Cipada. Dimana dalam hal ini pergaulan santri dengan kelompok sosialnya menjadi hal yang penting. Peran dari kelompok sosialnya akan begitu kuat memengaruhi gaya hidup santri. Apakah santri yang ikut dalam kelompok sosialnya itu sudah benar ataukah terjerembab ke dalam kelompok sosial yang salah, dikhawatirkan apabila santri salah bergaul dengan memilih kelompok sosial yang salah, maka akan ada doktrin-doktrin negatif bagi santri yang bertentangan dengan apa yang diajarkan di pesantren. Dengan demikian, yang menarik dari hal ini adalah mengetahui seperti apa pergaulan para santri, baik itu di dalam maupun di luar pesantren. Kemudian juga akan digali seperti apakah upaya yang dilakukan pesantren dalam membina santri agar mempunyai gaya hidup yang sesuai dengan hakikat santri. Di sinilah akan menjadi sebuah tantangan dimana diharapkan peran penting dari pesantren dalam membina pola perilaku santri agar tidak melenceng dari nilai keislaman dan norma/ nilai yang berlaku.

(21)

Membentuk Gaya Hidup Santri (Studi Deskriptif di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada Kecamatan Cikalongwetan)”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Melihat dari adanya latar belakang di atas maka penulis membuat rincian permasalahan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka secara umum rumusan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah mengenai bagaimana Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri.

Secara khusus pertanyaan dalam penelitian ini tersusun dalam rumusan yang masalah yang telah dirinci, rincian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran kelompok sosial yang terdapat di pesantren Persis 16 Cipada ?

2. Bagaimanakah interaksi santri dalam kelompok sosialnya ?

3. Bagaimanakah gaya hidup santri pesantren Persatuan Islam 16 Cipada saat ini sebagai hasil dari interaksi dengan kelompok sosialnya ?

4. Bagaimanakah sistem pendidikan di pesantren Persatuan Islam 16 Cipada dan upaya yang dilakukan pesantren dalam membina santri ?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab susunan judul dan rumusan masalah yang telah terbentuk. Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu:

(22)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10 2. Memperoleh informasi mengenai interaksi santri dalam kelompok

sosialnya.

3. Memperoleh informasi mengenai gaya hidup santri pada saat ini sebagai hasil dari interaksi dengan kelompok sosialnya.

4. Memperoleh informasi mengenai sistem pendidikan di pesantren Persatuan Islam 16 Cipada dan upaya yang dilakukan pesantren dalam membina santri.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan pada umumnya dan khususnya bermanfaat dalam kehidupan sosial yang tercipta di pesantren tersebut.

Selain itu secara rinci hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1) Bagi Universitas Pendidikan Indonesia

Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri.

2) Bagi Lembaga Pesantren

Dengan mengetahui Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri, maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan lembaga yang bersangkutan.

3) Bagi Guru/ Asatidz

Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran. Dengan mengetahui Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri, maka guru dapat menyesuaikan proses pembinaan para santri serta proses belajar mengajar yang diciptakan.

(23)

Dengan mengetahui Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri, maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan cara belajar sehingga dapat diperoleh perilaku dan akhlak seorang santri yang memuaskan.

5) Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1) BAB I Pendahuluan

Pendahuluan adalah bagian awal yang terdapat dalam skripsi ini yang berisi: latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

2) BAB II Kajian Pustaka

Dalam pembahasan di bab II ini merupakan kajian pustaka yang mendukung kajian dari penelitian yang dilaksanakan dan terbagi menjadi beberapa sub bab, yang meliputi: tinjauan tentang kelompok sosial, tinjauan tentang gaya hidup, tinjauan tentang pesantren, tinjauan tentang pendidikan Islam. 3) BAB III Metode Penelitian

Dalam pembahasan di bab III ini akan menjelaskan mengenai metodologi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

(24)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12 Pada bab ini merupakan bab yang berisikan mengenai hasil deskripsi penelitian dan pembahasan penelitian yang dilakukan berdasarkan tahap yang telah ditentukan. Dalam penelitian yang dilaksanakan ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam pembahasan ini juga dikaitkan dengan teori-teori yang telah dibahas pada bab II.

5) BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

3.1.1. Pendekatan Penelitian

Dalam pembuatan penelitian ini peneliti memilih untuk menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif ini didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini mengenai Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri. Penelitian ini membutuhkan sejumlah data di lapangan yang sifatnya aktual dan konstektual, sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan suatu gambaran dari permasalah yang terjadi baik itu dalam bentuk kata-kata, gambar, atau perilaku. Dan juga penelitian ini tidak dituangkan dalam bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif. Hal ini ditunjang oleh pendapat ahli, menurut Ikbar (2012, hlm. 123) “Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskan fenomenologi dan paradigma konstruksivisme dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.” Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari draft wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.

Dalam pendekatan kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan, observasi, dan wawancara sehingga bisa mendalami makna gaya hidup santri dan juga interaksi antar individu dimana interaksi dalam kelompok sosial menjadi fokus dan poin penting dalam penelitian ini. Disamping itu, metode penempatan peneliti sebagai instrumen penelitian adalah karena metode kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan peneliti untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

(26)

65 Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yang kedua, penggunaan metode ini adalah karena didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Penelitian ini juga tidak untuk menguji hipotesis tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang peranan kelompok sosial dalam membentuk gaya hidup santri dan juga pola pendidikan yang diterapkan di pesantren.

3.1.2. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah sebuah cara untuk mencari kebenaran dari suatu penelitian yang dilakukan secara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dan diperoleh secara sistematis. Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2012, hlm. 3) menjelaskan bahwa “Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Dalam menganalisis permasalahan yang ada dalam penelitian ini maka diperlukan metode penelitian, yaitu cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian tentang peranan kelompok sosial dalam membentuk gaya hidup santri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena berkaitan dengan peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa sekarang. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.

Dengan menggunakan metode ini, maka penelitian akan memusatkan perhatian pada suatu fenomena yang aktual dan menggambarkannya secara mendalam sesuai dengan realita dan kondisi yang ada di lapangan. Hal ini menjadikan metode ini menjadi metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran yang aktual dan konstektual mengenai peranan kelompok sosial dalam membentuk gaya hidup santri.

(27)

Dalam penelitian ini juga, peneliti akan lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak berhubungan langsung dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dan diharapkan dapat lebih membuka ruang bagi peneliti untuk mencari informasi yang lebih terperinci mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

3.2. Teknik Penelitian dan Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting, seorang peneliti harus bisa terampil dalam mengumpulkan data yang hendak diperoleh agar mendapatkan data yang valid. Peneliti sendiri merupakan sebuah instrumen utama dalam penelitian kualitatif. Sugiyono (2006, hlm. 252) menjelaskan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi lebih jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Jika dilihat dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, sehingga apa pun yang ada di lapangan nantinya penelitilah yang tahu dan menemukan maknanya, yang nantinya hal tersebut diperkuat dengan dikembangkannya instrumen sederhana berupa teknik wawancara dan observasi sebagai pendukungnya.

Selama dalam proses penelitian, seorang peneliti hendaknya berpartisipasi dengan sumber data. Peneliti harus terjun langsung ke lapangan guna mengumpulkan data yang masih dalam kondisi alamiah. Teknik pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh seorang peneliti diuraikan sebagai berikut:

(28)

67 Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi atau metode pengamatan adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kehidupan sosial yang sulit diperoleh menggunakan metode lain. Patilima (2011, hlm. 63) menjelaskan bahwa “Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun langsung ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan

perasaan”. Hal ini menjadikan seorang peneliti penglihatan dan pendengarannya

untuk melihat proses yang terjadi di lapangan. Suparlan (dalam Patilima 2011, hlm. 63) menjelaskan ada delapan hal penting yang harus diperhatikan oleh peneliti yang menggunakan metode pengamatan, yakni:

1. Ruang atau tempat. Setiap kegiatan, meletakkan sesuatu benda, dan orang dan hewan tinggal, pasti membutuhkan ruang dan tempat. Tugas dari si peneliti adalah mengamati ruang atau tempat tersebut untuk dicatat atau digambar.

2. Pelaku. Peneliti mengamati ciri-ciri pelaku yang ada di ruang atau tempat. Ciri-ciri tersebut dibutuhkan untuk mengkategorikan pelaku yang melakukan interaksi.

3. Kegiatan. Pengamatan dilakukan pelaku-pelaku yang melakukan kegiatan-kegiatan di ruang, sehingga menciptakan interaksi antar pelaku yang satu dengan pelaku yang lainnya dalam ruang atau tempat.

4. Benda-benda atau alat-alat. Peneliti mencatat semua benda atau alat-alat yang digunakan oleh pelaku untukberhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan kegiatan pelaku.

5. Waktu. Peneliti mencatat setiap tahapan-tahapan waktu dari sebuah kegiatan. Bila memungkinkan, dibuatkan kronologi dari setiap kegiatan untuk mempermudah melakukan pengamatan selanjutnya, selain juga mempermudah menganalisis data berdasarkan deret waktu.

(29)

peristiwa biasa saja, namun peristiwa tersebut sangat penting dalam penelitian.

7. Tujuan. Peneliti mencatat tujuan dari setiap kegiatan yang ada. Kalau perlu mencatat tujuan dari setiap bagian kegiatan.

8. Perasaan. Peneliti perlu juga mencatatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap peserta atau pelaku kegiatan, baik dalam bahasa verbal maupun non verbal yang berkaitan dengan perasaan dan emosi.

Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Observasi adalah sebuah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan pengamatan dan pencatatan untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai masalah yang diteliti. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang peranan kelompok sosial dalam membentuk gaya hidup santri di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada. Dimana hal penting yang akan di teliti adalah adanya sebuah perubahan gaya hidup santri akibat dari pergaulan dengan kelompok sosialnya.

Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat karakter, perilaku, perkembangan, dan juga interaksi sebagai bagian dari proses sosial. Dalam tekhnik observasi ini juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.

3.2.2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan dan data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu panduan wawancara. Menurut Sugiyono (2012:194) wawancara digunakan sebagai

“Teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.”

(30)

69 Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan wawancara ini, sebelumnya peneliti harus berada dalam posisi yang netral, hal ini perlu dilakukan agar tidak menghasilkan data yang bias dan menyimpang dari yang semestinya. Sugiyono (2006, hlm 264) menambahkan

bahwa “Kebiasan data ini akan tergantung pada pewawancara, yang

diwawancarai, situasi dan kondisi pada saat wawancara”.

Pada dasarnya wawancara dalam penelitian merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi langsung dari responden, dimana dalam penelitian ini informasi bisa diperoleh dari pimpinan/ Mudir ‘Am, asatidz, dan juga santri itu sendiri dengan mengungkapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara yang terstruktur secara terperinci mengenai permasalahan yang akan diteliti, yang dimana akan wawancara ini akan ditujukan kepada pimpinan pesantren, asatidz, dan santri yang belajar di pesantren Persis 16 Cipada. Setelah wawancara terstruktur dilaksanakan, maka peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur, menurut Sugiyono (2012, hlm. 197) “Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

datanya.”

(31)

mengenai peranan kelompok sosial dalam membentuk gaya hidup santri di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada, dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan santri, mudir ‘Am, dan asatidz di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada.

Dalam pelaksanaan wawancara ini, peneliti menggunakan wawancara yang bersifat nonformal, diharapkan dengan wawancara seperti ini para informan tidak merasa kaku dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Wawancara yang dilakukan pun tidak akan terlalu terpaku pada pedoman wawancara, akan tetapi tidak juga melenceng dan mengurangi maksud dan tujuan dari pedoman wawancara yang telah dirancang.

3.2.3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung yang ditujukan kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi ini adalah salah satu yang dijadikan sumber data penelitian kualitatif, Sugiyono menjelaskan (2009. Hlm. 240) bahwa, “Studi dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang”.

Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian, dimana studi dokumentasi ini dilakukan untuk menelusuri dan menemukan informasi mengenai peranan kelompok sosial dalam membentuk gaya hidup santri. Studi dokumentasi ini bisa diperoleh berupa dokumen yang bersifat permanen dan tercatat agar data yang diperoleh bisa lebih akurat. Dokumen yang ditelusuri bisa berupa catatan harian, buku, jurnal, foto-foto, diagram, dan hal yang berkaitan dengan penelitian.

Adapun instrumen dalam penelitian ini berupa : 1. Peneliti

(32)

71 Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3. Lokasi dan Subjek Penelitian

3.3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pesantren Persatuan 16 Cipada yang beralamat di Kp. Lembangdano RT. 01 RW. 01 Desa Cipada Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat. Alasan penulis memilih penelitian di tempat ini adalah karena lokasi ini merupakan sebuah pesantren yang berbeda dengan pesantren pada umumnya. Salah satunya adalah dalam sistem pembelajarannya yang tidak lagi menggunakan metode tradisional. Di sisi lain pesantren ini tidak menggunakan pembelajaran dengan sistem mondok, jadi santri yang belajar di sini pada saat pelajaran telah usai akan kembali ke rumah masing-masing. hal ini menjadi menarik bagi penulis karena gaya hidup santrinya sebagian sudah tidak mencerminkan sebagai orang yang belajar di pesantren. Penulis berasumsi bahwa hal ini salah satunya dikarenakan peranan dari kelompok sosialnya. Hal ini ditunjang karena proses pembelajaran di pesantren tidak menggunakan sistem mondok maka peranan kelompok sosial sangat berpengaruh.

3.3.2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis juga akan menggunakan istilah informan pokok dan informan pangkal agar lebih mudah dalam mengklasifikasikan subjek penelitian. Yang dimaksud dengan infroman pokok adalah informan yang akan menjadi sumber utama dalam penelitian ini, sehingga sebagian besar hasil dari rumusan masalah akan berasal dari sini. Yang menjadi informan pokok dalam penelitian ini adalah para santri. Sedangkan yang dimaksud dengan informan pangkal adalah informan yang akan memberikan informasi mengenai informan pokok dan data-data yang menguatkan penjelasan sumber data utama. Yang menjadi informan pangkal dalam penelitian ini adalah pimpinan pesantren, asatidz bidang kesantrian dan kurikulum, dan guru sosiologi di pesantren.

(33)

Tahap-tahap penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tahap sebagai berikut :

3.4.1. Tahap pra penelitian

Sebelum peneliti melakukan pelaksanaan penelitian, peneliti harus dulu melewati tahap pra penelitian. Tahapan-tahapan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Dalam konteks ini, peneliti terlebih dahulu membuat rumusan permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, untuk kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan terlebih dahulu hal yang menarik dari objek penelitian yang akan diadakan dengan melihat fenomena yang ada dan kemudian disusun menjadi sebuah rumusan masalah.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif, lokasi atau lapangan penelitian harus memiliki kesesuaian masalah yang diteliti dengan kenyataan yang ada. Lapangan penelitian yang dipilih berdasarkan dengan rumusan masalah yang telah dirancang sebelumnya sehingga bisa ditemukan kesesuaian dengan fakta di lapangan dimana fakta tersebut diperoleh di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada.

c. Mengurus Perizinan

Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti mengurus izin kepada atasan peneliti sendiri, ketua jurusan, dekan fakultas, kepala instansi seperti pusat dan lain-lain. Tahapan yang akan ditempuh sebagai berikut:

1) Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada ketua jurusan Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI.

(34)

73 Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4.2. Tahap Persiapan Penelitian

Ada beberapa tahapan persiapan sebelum melakukan sebuah penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu:

a. Membuat beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada santri, pimpinan pesantren, asatidz yang mengurus kesantrian dan guru sosiologi, hal ini dilakukan guna mendapatkan gambaran umum mengenai pesantren dan juga gaya hidup santri dengan kelompok sosialnya.

b. Pertanyaan yang akan diajukan tersebut terlebih dahulu akan didiskusikan kepada dosen pembimbing agar pertanyaan yang telah ada berbobot dan terfokus kepada masalah yang akan diteliti.

c. Menemui pimpinan dari pesantren untuk mengetahui bagaimana bentuk dan kondisi pesantren saat ini, juga untuk dimintai pendapatnya mengenai kelompok sosial yang ada dalam kehidupan para santrinya serta gaya hidup santrinya pada saat ini.

d. Menemui asatidz yang mengurus kesantrian untuk mendapatkan rekomendasi santri yang harus dijadikan subjek penelitian sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

e. Mempersiapkan segala jenis perizininan penelitian yang diperlukan. 3.4.3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

(35)

difokuskan kepada peranan kelompok sosial yang ada di kalangan santri bagi pembentukan gaya hidup santri.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademik dan ilmiah. Analisis data penelitian bersifat berkelanjutan dan dikembangkan sepanjang program. Analisis data dilaksanakan mulai penetapan masalah, pengumpulan data dan setelah data terkumpulkan. Sugiyono (2009, hlm. 89) berpendapat bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dengan menetapkan masalah penelitian, peneliti sudah melakukan analisis terhadap permasalahan tersebut dalam berbagai perspektif teori dan metode yang digunakan. Analisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan.

Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum di mulai sejak pengumpulan data, yang meliputi:

1) Reduksi data, yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan. Reduksi data menurut Sugiyono (2009, hlm. 247) adalah “Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

(36)

75 Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempermudah peneliti mengolah data dan bisa memberikan gambaran yang lebih jelas;

2) Penyajian data (display data). Display data ini merupakan langkah kedua setelah mereduksi data. Penyajian data dalam penelitian dilakukan setelah data mentah direduksi. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dan sebagainya (Sugiyono, 2009, hlm. 249). Dalam display data, data yang diperoleh akan disusun sehingga akan diperoleh gambaran yang lebih menyeluruh dan jelas. Dalam penelitian ini data hasil obeservasi dan wawancara yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik. Penyajian data ini dimulai dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara terhadap santri dan selanjutnya dalam menyusunnya disesuaikan dengan masalah. Sebagai penunjang dari data yang telah ada maka dilakukan wawancara dengan informan pangkal sehingga bisa memperkuat keabsahan data.

3) penarikan kesimpulan serta verifikasi. Dalam penarikan kesimpulan atau verikasi ini, peneliti melakukan langkah terakhir dalam analisis data yang telah dilakukan. Kesimpulan sendiri merupakan suatu cara yang dilakukan agar memperoleh makna yang dianggap penting dalam penelitian yang telah dilakukan dan yang telah dianalisis. Kesimpulannya adalah berupa deskripsi singkat mengenai Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri.

Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah data-data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan observasi. Kemudian data-data tersebut, di analisis secara saling berhubungan untuk mendapatkan dugaan sementara, yang dipakai dasar untuk mengumpulkan data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus secara triangulasi.

3.6. Pengujian Kredibilitas Data

(37)

sumber data. Ketika melakukan perpanjangan pengamatan, antara peneliti dan narasumber akan saling terbuka satu sama lain, tidak akan ada lagi informasi yang disembunyikan oleh narasumber. Dengan melakukan perpanjangan pengamata, peneliti akan membangun hubungan kepercayaan dan emosional sehingga informasi yang dicari akan lebih mendalam.

Sebagai tindakan lebih lanjutnya menguji kredibilitas data penelitian peneliti menggunakan teknik Triangulasi. Teknik triangulasi adalah menjaring data dengan berbagai metode dan cara dengan menyilangkan informasi yang diperoleh agar data yang didapatkan lebih lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan. Setelah mendapatkan data yang jenuh yaitu keterangan yang didapatkan dari sumber-sumber data telah sama maka data yang didapatkan lebih kredibel.

Wawancara Observasi

[image:37.595.222.450.370.443.2]

Dokumentasi

Gambar 3.1 Triangulasi teknik pengumpulan data Sumber Sugiyono (2012, hlm.273)

Sugiyono membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

(38)

77 Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

(39)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dan dikemukan pada bab-bab sebelumnya mengenai Peranan Kelompok Sosial dalam Membentuk Gaya Hidup Santri, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang telah ditemukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapatnya beberapa macam kelompok sosial yang ada di kalangan para santri Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada yang dimana setiap kelompoknya bercirikan gaya hidup yang tidak sama. Setiap kelompok santri menunjukkan gaya hidup yang sesuai dengan keinginan mereka dan juga kesepahaman antar anggota kelompok. Penelitian yang dilakukan di Pesantren Persatuan Islam 16 Cipada difokuskan pada dua jenis kelompok sosial, yaitu: pertama, kelompok yang sengaja dibentuk oleh pesantren yang terdiri dari kelompok santri yang tergabung dalam kelompok RG-UG (Rijaalul Ghad-Ummahatul Ghad) yaitu organisasi santri yang sejenis dengan OSIS di sekolah umum, kemudian kelompok santri yang tergabung dalam kelompok pramuka, dan kelompok santri yang tergabung dalam kelompok bina dakwah. Kedua, kelompok santri yang terbentuk atas dasar keinginan dan kecocokan masing-masing diantara para anggota kelompok santri yang biasa disebut dengan kelompok pertemanan santri. 2. Terdapat beberapa sisi gaya hidup santri yang dominan terbentuk karena

(40)

207

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

interaksi yang dijalankan oleh para santri dalam sebuah kelompok menunjukkan reaksi yang beragam dimana proses asosiatif dan disosiatif menjadi hal yang selalu mengemuka di dalam dinamika kelompok sosial. Dari berbagai reaksi tersebutlah tercipta beberapa santri yang mengkondisikan gaya hidupnya menyesuaikan dengan gaya hidup kelompoknya.

(41)

bisa secara tulus menjadikan dirinya lebih baik sesuai dengan keinginan pesantren dan keluarga. Jika santri dibiasakan tidak sudah tidak disiplin terhadap tata tertib pesantren, maka dapat dipastikan bahwa perilakunya pun akan kelihatan tidak baik oleh pihak pesantren dan juga masyarakat. 4. Berbagai upaya sudah dilakukan Pesantren untuk membentuk karakter dan

gaya hidup santri supaya sesuai dengan visi misi yang dicanangkan pesantren. Maka dari itu mulai dari strategi pembelajaran yang disamakan dengan sekolah umum dengan menggabungkan tiga kurikulum sekaligus dan juga cara dan metode pembelajaran yang modern dan sesuai dengan standar pembelajaran di sekolah-sekolah lain untuk menunjang keilmuan para santri di zaman modern. Selain itu upaya-upaya pembinaan pun terus digalakkan kepada para santri mulai dari memberikan ceramah dan nasihat setiap harinya, mengadakan kegiatan untuk membentuk jiwa kepemimpinan, membiasakan santri untuk berdakwah, menggembeleng hapalan Al-Qur’an santri, dan sebagainya. Hal seperti itu dilakukan agar bisa menjadi santri yang baik dari moral dan ahlaknya serta bisa mengharumkan nama pesantren dan keluarga dengan menjadi suri tauladan di tengah-tengah masyarakat.

5.2. Implikasi

Dalam sebuah pelaksanaan penelitian haruslah mempunyai tujuan dan manfaat yang jelas sehingga penelitian yang dilaksanakan tidak sia-sia. Implikasi dalam penelitian ini mengikat kepada beberapa pihak, diantaranya pada pendidikan sosiologi, pada pesantren, dan pada peneliti selanjutnya.

(42)

209

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini bisa menjadi sebuah sumbangan pengetahuan bagi keilmuan sosiologi mengenai konsep kelompok sosial yang mana menjadi salah satu kajian yang terdapat di dalam ilmu sosiologi sehingga bisa diterapkan dalam pembelajaran dan dijadikan suatu rujukan untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang. Konsep kelompok sosial ini ketika dikombinasikan dengan realita kehidupan santri di pesantren menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji dan berbeda dengan persepsi umum sehingga bisa menjadi referensi bagi penelitian yang lainnya.

2. Bagi Pesantren

Penelitian yang telah dilakukan ini bisa menjadi sebuah gambaran umum untuk melihat realita kehidupan santri yang sebenarnya dalam pergaulan dan interaksi dengan teman-temannya. Dan diharapkan dengan penelitian yang telah dilaksanakan ini bisa menjadi masukan yang dapat menambah kekayaan referensi dalam proses pendidikan di dalam pesantren.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa beberapa aspek gaya hidup santri banyak dipengaruhi oleh kelompok sosialnya. Dengan begitu masih banyak faktor-faktor lain selain kelompok sosial yang membentuk gaya hidup santri sehingga mempunyai karekateristik yang beragam untuk gaya hidup santri zaman sekarang.

5.3. Rekomendasi

1. Bagi Pesantren

(43)

mengadakan kegiatan yang berkualitas. Selanjutnya melakukan kontrol kepada kelompok informal santri atau kelompok pertemanan santri supaya aktifitasnya bisa selalu dalam koridor yang benar. Lakukanlah lebih banyak pembinaan dengan menagadakan penyuluhan rutin ataupun konseling khusus bagi setiap santri untuk mengetahui kehidupannya seperti apa dan memberikan solusi terbaik yang harus diupayakan oleh seorang santri.

b. Pengadaan sebuah asrama untuk menunjang program yang dicanangkan oleh pesantren sebagai langkah nyata untuk membentuk karakter santri yang sesuai dengan visi dan misi. Adanya sebuah asrama sangat penting bagi sebuah pesantren agar pembinaan santri bisa lebih diintensifkan sampai ke akarnya dan dilakukan selama 24 jam. Maka dengan begitu segala hal yang berkenaan dengan para santri dari sisi gaya hidup dan kepribadian santri bisa dibentuk dan diarahkan lebih mudah sesuai dengan visi dan misi yang diusung. c. Metode pengajaran yang diajarkan bisa lebih ditingkatkan lagi dengan

menggunakan metode-metode pengajaran yang lebih kreatif dan inovatif sehingga bisa membuat para santri senang dan tertarik untuk mengikuti pelajaran. Untuk melakukannya maka diperlukan pelatihan-pelatihan lebih lanjut bagi guru dari setiap mata pelajaran agar mendapatkan pengetahuan mengenai metode dan model pembelajaran yang lebih bisa menunjang bakat, minat, dan keilmuan santri.

2. Bagi Santri

(44)

211

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diberikan pesantren dari sisi pembelajaran, pembinaan, organisasi, tata tertib yang harus ditaati, tidak lain dan tidak bukan agar para santri menjadi manusia yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlakul karimah seperti yang dibutuhkan oleh agama Islam saat ini.

b. Peliharalah pergaulan dan interaksi dengan kelompok sosial agar selalu berada dalam pertemanan yang akur dan harmonis tidak terjadi perselisihan yang bisa merugikan pihak-pihak tertentu. Tolaklah pengaruh-pengaruh tidak baik yang selalu dilakukan oleh teman sekelompok dan tidak ikut melakukan hal yang tidak baik tersebut atas dasar solidaritas antar teman. Maka dari itu dalam pemilihan kelompok bermain harus lebih diseleksi lagi mana teman yang bisa membawa diri kepada kebaikan dan kemajuan diri sehingga pada nantinya kegiatan yang dilakukan akan selalu bernilai manfaat.

3. Bagi Masyarakat

(45)
(46)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abror, A, R. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana

Adlin, A. 2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra

Ahmadi, A. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Alfred R. Lateiner. 2002. Teknik memimpin pegawai dan pekerja.

Terjemahan Imam Soedjono. Jakarta: Aksara Baru.

Almascaty B. Hilmy 2001. Membangun Kembali Sistem pendidikan Kaum Muslimin. Jakarta: Universitas Islam Azzahra.

An-Nahlawi A. 1995. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.

Arifin, M. 1991. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara.

Azra, A. 2000. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Baharrudin. 2009. Pendidikan dan psikologi perkembangan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Baharrudin. 2009. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Baron, R, A., Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Basrowi, Suwandi. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(47)

Chaney, D. 1996. Lifestyles: sebuah Pengantar komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra

Damsar. 2011. Pengantar sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Daulay P. Haidar. 2012. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Daulay, P. Haidar. 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.

Depag R.I. 1985. Tri Darma Pondok Pesantren. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.

Dhofier, Z. 1978. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES. Dhofier, Z. 1984. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Hartinah, S. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama.

Henslin, J. M. 2007. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga

Idi, A. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Ibrahim. Subandy, I. 1997. Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop Dalam

Masyarakat Komoditas Indonesia. Bandung: Mizan.

Ikbar, Y. 2012. Metode Penelitian Sosial Kualitatif. Bandung: PT Refika Aditama.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Univesitas Indonesia (UI-Press)

(48)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lickona. T. 2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Malihah, E, dkk. (2007). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Bandung: Prenanda Media Grup.

Malik, A, Farida, A, Huda, A, Habibah, N, Marfuah. 2007. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.

Mastuhu 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Mas’ud, dkk. 2002. Tipologi Pondok Pesantren. Jakarta: Putra kencana. Narwoko, J. D. dan Suyanto, B. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana.

Nasution. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nazsir, N. 2008. Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi Sebagai Ilmu Sosial. Bandung: Widya Padjajaran.

Patilima, H. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: penerbit Alfabeta.

Poerbakawatja, S. 1976. Pendidikan dalam alam Indonesia Merdeka. Jakarta: Gunung Agung.

Rahim, H. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Santosa, S. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarwono, W. Meinarno, A. E. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Setiadi, M, Kolip, U. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.

(49)

Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Soekanto, S. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Somad B. 1978. Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.

Subandy, Idi. 1997. Ecstasy Gaya Hidup. Bandung. Mizan.

Sugihartati, R. 2010. Membaca, Gaya Hidup, dan Kapitalisme. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suhardi, Sunarti, S. 2009. Sosiologi 2 Untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sukamto,1999. Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren, Jakarta, PT Pustaka LP3ES Indonesia

Soyomukti, N. 2010. Pengantar Sosiologi Dasar Analisis, Teori dan Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial , Perubahan Sosial, dan Kajian-Kajian Strategis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Tafsir, A. 2010. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Usman, S. 2012. Sosiologi: Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wulansari, D. 2009. Sosiologi (Konsep dan Teori). Bandung: Refika Aditama.

(50)

Wildan Nurhamdi, 2014

Peranan Kelompok Sosial Dalam Membentuk Gaya Hidup Santri

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Zuhairini. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

JURNAL:

Susanto, A. S. 2013. Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup). Jurnal Jibeka 7 (2), hlm 1-3.

INTERNET:

Anam, K. 2009. Pesantren Dan Pembentukan Prilaku Santri. (online). Tersedia: http://anampunyablog.blogspot.com/2009/12/pesantren-dan-prilaku-santri_22.html [30 September 2013].

Anonim. 2011. Gaya Hidup. (online). Tersedia:

http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/18/gaya-hidup/ [10

Oktober 2014]

Rahmawan, T. 2009. Contoh Proposal Penelitian Kualitatif. (online). Tesedia: http://tizarrahmawan.wordpress.com/2009/12/09/contoh-proposal-penelitian-kualitatif/ [30 September 2013].

Tersedia: http:/neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2009/09/bab2a1-attitude.pdf. [

Gambar

Gambar 3.1 Triangulasi teknik pengumpulan data

Referensi

Dokumen terkait

Preposisi adalah bagian yang mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diteliti dalam ruang lingkup penelitiannya Pada penelitian ini, berfokus kepada pengurangan

Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai

Ilmu sosiologi selalu lebih memusatkan perhatian pada unsur-unsur atau gejala khusus dalam masyarakat manusia, dengan menganalisis kelompok-kelompok sosial yang

Berbagai diklat tersebut apabila diikuti dan ditaati setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan menjadi bekal yang baik dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, karena

Tujuan penelitian ini adalah mencari konsentrasi zat pengatur tumbuh terbaik dan posisi eksplan terbaik dari apikal bud kelapa sawit var Tenera dengan penambahan arang

[r]

Motivasi kerja karyawan kontrak pada PT Primarindo Asia secara keseluruhan masuk dalam kriteria sedang, hal ini ditunjukan dengan persentase skor dari penghargaan terhadap

Karakter adalah suatu yang sangat penting dan vital bagi tercapainya tujuan hidup.Ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu penting menurut Lickona yaitu: