• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi pada SMA Negeri di Kabupaten Sumedang). Penelitian dilaksanakan pada semester II (2013-2014).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi pada SMA Negeri di Kabupaten Sumedang). Penelitian dilaksanakan pada semester II (2013-2014)."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN

KOMPETENSI GURU DALAM

PEMBELAJARAN INTERAKTIF

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi pada SMA Negeri di Kabupaten Sumedang)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

MIMING KARMILAH

NIM 1007232

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

B A N D U N G

(2)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN

KOMPETENSI GURU DALAM

PEMBELAJARAN INTERAKTIF

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi pada SMA Negeri di Kabupaten Sumedang)

Oleh

Dra. Hj. Miming Karmilah, M.M

Dra. IKIP Bandung 1983

M.M. Universitas Muhammadiyah Jakarta 2003

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr) pada Prodi Pendidikan Kewarganegaraan

© Miming Karmilah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(5)

ABSTRAK

Miming Karmilah 2015, IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi pada SMA Negeri di Kabupaten Sumedang). Penelitian dilaksanakan pada semester II (2013-2014). Penelitian dilatarbelakangi proses pembelajaran PKn cenderung berpusat kepada guru kurang mengembangkan hak-hak, kebutuhan, pertumbuhan dan perkembangan siswa. Proses pembelajaran yang menyenangkan, menantang, bermakna perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusip. Permasalah utama dalam penelitian ini adalah, bagaimana implementasi pengembangan kompetensi guru secara profesional dapat mengembangkan pembelajaran interaktif dalam pembelajaran PKn. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis bagaimana deskripsi kompetensi guru dalam pembelajaran PKn yang interaktif sebagai implementasi kompetensi guru PKn dilaksanakan di sekolah. Landasan teori utama dalam

penelitian ini berbasis pada teori “interactive Learning” yang menekankan interaksi aktif belajar siswa. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara yang mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Guru PKn, telah memperlihatkan pengembangan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial sesuai dengan karakter dari siswa, sekolah dan lingkungan sosial masing-masing. 2) Pembelajaran interaktif yang dikembangkan oleh guru PKn bertemakan controversial issue seperti pemilu dan integrasi bangsa, dipersiapkan dengan baik yang melibatkan siswa dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Proses pembelajaran secara interaktif melalui proses “scientific aproach” yang diawali dengan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. 3) Faktor dominan dalam pengembangan kompetensi guru dalam pembelajaran interaktif PKn masih dominan peran guru, kurangnya fasilitas belajar siswa, oleh karena itu diperlukan adanya guru PKn yang mengubah pola pikir, bersikap terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan. Kesimpulan; kompetensi guru PKn terus berkembang sejalan dengan perkembangan perilaku siswa di sekolah dan kehidupannya. Direkomendasikan bahwa, guru PKn dapat mengubah pola pikir, lebih terbuka dan lebih inovatif sehingga menjadi idola siswa dan keluarganya.

(6)

viii

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Miming Karmilah 2015, THE IMPLEMENTATION OF TEACHER COMPETENCE DEVELOPMENT IN INTERACTIVE LEARNING OF CIVIC EDUCATION (A Study in Public High Schools, District of Sumedang)

This study was conducted in semester II (2013-2014) and based on the fact that civic education learning processes have been teacher centered and put less

emphasis on the development of learners’ rights, needs, growth, and development.

An exciting, challenging, and meaningful learning process should be supported by a conducive learning atmosphere. The main question of the study was how teacher competence improvement could improve interactive learning of civic education. The study aimed at describing and analyzing teacher competences practiced in interactivelearning processes of high school civic education. It was mainly based on interactive learning theory that highlights active and interactive learning processes, and adopted a qualitative approach and descriptive method. Data were collected through observation and in- depth interview. Findings show that (1) civiceducation teachers demonstrated the improvement of their pedagogical, personal, professional, and social competences in accordance with the characteristics of individual learners, schools, and social environments; (2) interactive learning developed by the teachers on the theme of controversial issues such as general elections and national integration, were well prepared in cooperation with the students, taking form of Syllabus and Instructional Plan. Interactive learning process was run in scientific approach, initiated by observing, questioning, collecting information, associating, and communicating; and (3) the

teachers’ role and lack of learning facilities are still dominant factors in the

improvement of civic education teacher competences in creating interactive instructional processes. It is therefore necessary for the civic education teachers to change their mindset, be open-minded, and responsive to any changes and progress. In conclusion, the competences of civic education teachers continue to

improve in line with the development of students’ behaviors at their school environment and real life. The civic education teachers are recommended to change their mindset, to be more open-minded and innovative in order to make them a role model for their students and family.

(7)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF

(8)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Sasaran Pembelajaran PKn ..……….. 81

E. Hasil Penelitian Terdahulu yang mendukung Penelitian …….. 137

F. Kerangka Pemikiran …..……….. 140

BAB III. METODE PENELITIAN ………..……... 142

A.Lokasi dan Subjek Penelitian … ………. 142

1. Lokasi Penelitian ……….………. 142

(9)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF

B.Desain Penelitian ……….………. 144

2) Deskripsi Guru Melaksanakan Pembelajaran Interaktif PKn sebagai implementasi kompetensi guru ….…… 176

2) Deskripsi Guru Melaksanakan Pembelajaran Interaktif PKn sebagai implementasi kompetensi guru ………… 185

(10)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam Pembelajaran Interaktif PKn ……… 189

B.Pembahasan Hasil Penelitian ………..…….. 204

1. Implementasi Pengembangan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran PKn pada Sekolah Kategori ring 1 dan ring 2 ………...……….…. 204

2. Deskripsi Guru Melaksanakan Pembelajaran Interaktif PKn Sebagai Implementasi Kompetensi Guru pada Sekolah Kategori ring 1 dan ring 2 …………..………… 241

3. Deskripsi Interaksi Siswa dalam Pembelajaran Interaktif Pendidikan Kewarganegaraan pada Sekolah Kategori ring 1 dan ring 2 ……….…….………. 262

4. Faktor Dominan dalam Implementasi Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Interaktif PKn Pada Sekolah Kategori ring 1 dan ring 2 ………..……… 266

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………. 281

A.Simpulan ………..……… 281

1. Simpulan Umum ……….…… 281

2. Simpulan Khusus ………..….….. 282

B.Saran ………..………… 290

1. Berdasarkan Hasil Penelitian ……….…. 290

2. Untuk Penelitian Lanjutan ……….… 294

DAFTAR PUSTAKA ………….………... 295

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan enam bagian yang terdiri atas

Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah Penelitian, Rumusan Masalah

Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi

Disertasi. Bagian-bagian tersebut penulis uraikan sebagai berikut.

A.Latar Belakang Penelitian

Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai satu pelajaran

dalam kurikulum Sistem Pendidikan Nasional merupakan rangkaian spirit

perjuangan bangsa, khususnya para pendiri negara Republik Indonesia agar

bangsa Indonesia dapat membangun negara dan karakter bangsa yang

dicita-citakan. Semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan mental spiritual

telah melahirkan energi yang luar biasa dalam masa perjuangan fisik.

Apabila kita kaji secara historis gerakan Kebangkitan Nasional 20 Mei

1908 dan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, menunjukkan sikap patriotisme

bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia pada tanggal 17

Agustus 1945, yakni lahirnya sebuah negara bangsa, yaitu Negara Republik

Indonesia. Ir. Soekarno Presiden Republik Indonesia (RI) pertama dalam

pidatonya menekankan perlunya nation and character building. Soekarno

menegaskan perlunya pembangunan karakter bangsa. Bangsa Indonesia baru lepas

dari penjajahan. Oleh karena itu, bangsa yang baru merdeka ini perlu memiliki ciri

khas, yakni jatidiri atau kepribadian bangsa.

Pakar pendidikan Amerika, John Dewey, mengemukakan dalam buku

Democracy in Education, yang ditulisnya pada tahun 1964, ia menjadi orang

pertama yang memadukan demokrasi dan pendidikan secara bersama-sama.

Sebuah pesan revolusioner dalam buku itu adalah bahwa suatu masyarakat

yang demokratis harus memberikan kesempatan pendidikan yang sama, tanpa

adanya diskriminasi.

Perjuangan bangsa Indonesia untuk memerdekakan dirinya, dirintis

melalui perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Ideologi Negara dan

(12)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diterima dalam rapat besar Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sertadibahas dan disahkan dalam rapat Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Di dalam teks Proklamasi terdapat kalimat, “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Dengan proklamasi tersebut berarti bangsa Indonesia memasuki kehidupan bermasyarakat berbangsa yang

merdeka dan berdaulat. Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (Pembukaan UUD NRIT 1945), ditegaskan

pernyataan kemerdekaan Indonesia serta pertimbangan-pertimbangan pokok yang

tertera dalam alinea kesatu, kedua, ketiga, dan alinea keempat yang mengandung

tujuan negara dan dasar negara Indonesia. Tujuan Negara Indonesia, dalam alinea

ke empat tersebut dinyatakan bahwa pemerintah Negara Indonesia dibentuk untuk : “…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan

keadilan sosial,…”, tujuan ketiga, yaitu: “…mencerdaskan kehidupan bangsa” hal tersebut mengandung arti bahwa kehidupan yang dibangun adalah kehidupan

masyarakat bangsa Indonesia yang cerdas. Dalam konteks ini, Winataputra (2012,

hlm. 8) menyatakan bahwa “kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang hendak

diwujudkan adalah masyarakat bangsa yang cerdas, religius, adil dan beradab,

bersatu, demokratis, dan sejahtera.”

Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantoro yang memiliki karya

besar dan dijadikan landasan oleh bangsa Indonesia dalam mengembangkan

pendidikan, khususnya kalimat ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso,

tut wuri handayani ( di depan memberi teladan, di tengah membangun kemauan, di belakang memberi dorongan). Semboyan yang paling terkenal, yaitu “tut wuri handayani”.

Kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia, mampu menunjukkan

dimana jati diri dengan arah tujuan yang akan dicapai oleh setiap manusia yang

berdiri tegak di tanah Indonesia. Pendidikan menjadi keinginan warga negara

(13)

bagaimana seorang manusia memanusiakan manusia yang dapat terwujud melalui

pendidikan.

Setelah negara kita merdeka, bukannya tidak ada tantangan, justru

tantangan dan ancaman itu lebih kuat yang datang dari dalam maupun dari luar,

sehingga rasa cinta tanah air, nasionalisme dan patriotisme, harus terus kita pupuk

dan harus ditanamkan kepada generasi muda agar menjadi warga negara yang

memiliki nasionalisme yang tinggi. Menurut Somantri. N (2001, hlm. 247)

menyatakan;

Gelora Api Kemerdekaan harus dipelihara melalui sejarah nasional, maksudnya gelora kemerdekaan harus terus dihayati oleh generasi muda, semangat itu akan semakin memudar karena generasi muda tidak mengalaminya, tetapi hanya mendengar kisahnya. Gelora api kemerdekaan akan semakin memudar termakan waktu, yang akan mengakibatkan terjadinya persilangan. Untuk mengatasinya diperlukan terus menerus semangat api kemerdekaan ini dikobarkan melalui pelajaran sejarah nasional, serta PKn yang diarahkan agar generasi muda memiliki rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air, guru-gurunya dituntut memiliki sikap, berpengetahuan luas dan pengabdian yang tinggi (informed and well-dedicated).

Dalam Pasal 3 Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dinyatakan bahwa ;

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Apabila memperhatikan rumusan di atas maka watak kewarganegaraan

dapat ditunjukkan dengan indikator warga negara Indonesia yang beriman serta

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab. Lebih lanjut dalam

Penjelasan Pasal 37 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, secara khusus menegaskan bahwa PKn dimaksudkan untuk membentuk

(14)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum Pendidikan Dasar dan

Menengah Tahun 1994 yang mengemban visi memiliki rasa kebangsaan dan cinta

tanah air. Sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permen

Diknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi yang diperbaharui menjadi

Peraturan Menteri Pedidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 64 Tahun

2013 tentang Standar Isi menyatakan bahwa;

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan pernyataan tersebut, pendidikan yang dilaksanakan bertujuan

untuk mempersiapkan warga negara muda menjadi insan yang mempunyai rasa

nasionalisme yang kuat, yaitu yang berkomitmen tetap mempertahankan Negara

Kesatuan Republik Indonesia dari berbagai ancaman dan tantangan. Hal tersebut

sangatlah penting mengingat sejak negara kita diproklamasikan sampai sekarang

selalu dihadapkan kepada berbagai tantangan dan ancaman yang mengancam

integritas bangsa, sehingga perlu adanya pemahaman yang mendalam serta

komitmen yang kuat dan konsisten terhadap semangat kebangsaan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pada

Pancasila dan UUD NRIT 1945.

PKn merupakan pendidikan yang membelajarkan siswa agar memiliki

semangat kebangsaan dan cinta tanah air, akan tetapi kenyataan penyajian

pembelajaran PKn laksana batu karang yang kuat, sulit untuk berubah walaupun

dihempas gelombang inovasi pembelajaran. Guru sebagai manajer dalam

pembelajaran seakan tidak termotivasi untuk melakukan perubahan dalam

melaksanakan pembelajaran yang mengarah kepada student centered, sebaiknya

guru PKn memahami bagaimana melaksanakan dan mengkolaborasikan metode

mengajar yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Seyogyanya, dalam

(15)

segera diubah menjadi pembelajaran yang menarik dan menantang, dengan

menciptakan pembelajaran yang interkatif, yaitu pembelajaran yang dapat

menciptakan komunikasi multi arah antara guru PKn dengan siswa atau antara

siswa dengan siswa. Pembelajaran interaktif berpusat kepada siswa, dimana siswa

diberikan kesempatan untuk belajar, mengalami, mencari tahu, bukannya diberi

tahu. Pembelajaran interaktif lebih menekankan pada penggunaan metode

inquiry serta pembelajaran berbasis masalah, siswa belajar untuk mencari solusi

dari permasalahan yang ada dalam kehidupannya. Pembelajaran interaktif sangat

diperlukan karena sejalan dengan perkembangan kurikulum yang mengharuskan

bahwa pembelajaran berpusat kepada siswa, siswa harus lebih banyak mengalami

belajar, serta pergeseran peran guru dalam pembelajaran yaitu sebagai fasilitator.

Guru memiliki posisi yang sangat strategis serta memegang peranan paling

penting dalam pencapaian suatu program. Program unggulan apapun yang akan

diterapkan, tanpa adanya dukungan dan keterlibatan tenaga guru mustahil dapat

dijalankan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutisna (1993, hlm. 25) yang

menyatakan;

Kualitas progam pendidikan tidak hanya bergantung kepada konsep-konsep program yang cerdas tetapi juga pada tenaga edukatif yang mempunyai kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Tanpa tenaga edukatif yang cakap dan efektif, program pendidikan yang dibangun di atas konsep-konsep yang cerdas serta dirancang dengan telitipun tidak dapat berhasil.

Peran guru PKn sebagai agen pembaharuan, sebagai fasilitator terciptanya

situasi pembelajaran yang kondusip, sebagai pemimpin dalam penanaman

nilai-nilai moral terhadap siswa, dalam pelaksanaan tugasnya dituntut memiliki

kompetensi yang dipersyaratkan, yang merupakan seperangkat kemampuan agar

layak menduduki jabatan fungsional guru. Kompetensi yang paling utama adalah

penguasaan proses belajar mengajar dan penguasaan pengetahuan. Guru adalah

merupakan kunci keberhasilan dari sebuah lembaga pendidikan. Baik buruknya

perilaku dan cara mengajar akan berdampak pada citra lembaga pendidikan, oleh

sebab itu sumber daya guru harus dikembangkan agar menjadi guru yang

(16)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bertanggungjawab. Tanggungjawab tersebut harus ditunjukkan sebagai kebenaran

tindakan, baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi, maupun etika.

Sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat, jabatan guru juga menuntut

profesional. Guru PKn yang profesional bukan hanya sekedar alat untuk trasmisi

kebudayaan tetapi mentransformasikan kebudayaan itu ke arah budaya yang

dinamis yang menuntut penguasaan ilmu pengetahuan, produktivitas yang tinggi,

dan kualitas karya yang dapat bersaing. Guru profesional bukan lagi merupakan

sosok yang berfungsi sebagai robot, tetapi merupakan dinamisator yang

mengantar potensi-potensi siswa ke arah kreativitas.

Peran yang esensial dari guru PKn dalam melaksanakan proses belajar

mengajar perlu didukung oleh kompetensi guru dalam mengimplementasikan

program pembelajaran. Hal ini seperti tercantum dalam UU No. 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen. Menurut Buchari (2008, hlm. 123) menyatakan bahwa : “Kompetensi guru merupakan hal yang mutlak harus dimiliki oleh setiap guru PKn, dan kompetensi guru tidak sertamerta didapatkan begitu saja, tetapi harus ada usaha yang keras untuk memperolehnya”. Pada akhirnya kompetensi guru merupakan tolok ukur untuk menentukan kualitas guru.

Penjabaran kompetensi guru menurut UU No. 14 Tahun 2005, ada empat

dimensi kompetensi. Pertama, kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan

seorang guru dalam mengelola pembelajaran siswa, serta Depdiknas (2004, hlm. 9) menyebutkan kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran”.. Kedua, kompetensi kepribadian, dimensi ini merupakan kemampuan pribadi yang

mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi siswa.

Ketiga, kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi secara luas

dan mendalam, dan keempat, kompetensi sosial adalah kemampuan untuk

berkomunikasi serta berinteraksi secara efektif dan efisien dengan siswa, sesama

guru, orang tua/wali dan masyarakat sekitar.

Proses pembelajaran PKn, di era reformasi banyak tantangan. PKn telah

mengalami pergeseran tugas dan fungsinya, yang sebelumnya lebih ditekankan

kepada pendidikan indoktrinasi, dengan paradigma baru menjadi bidang kajian

(17)

dan esensi pendidikan demokrasi. Sebagai bidang kajian ilmiah, materi PKn di

sekolah dapat diperdebatkan dan dikembangkan sesuai dengan kebenaran nalar

dan kebutuhan siswa. Guru PKn diberi kesempatan untuk mengembangkan daya

nalar dan kreativitasnya dalam mengembangkan serta menterjemahkan materi

PKn kepada siswa. PKn sebagai wahana utama dan esensi pendidikan demokrasi

harus dimaknai bahwa proses pembelajaran PKn dengan cara-cara konvensional

harus ditinggalkan. Sebagai contoh dari pembelajaran PKn yang konvensional

menjadikan PKn merupakan pelajaran yang membosankan dan tidak menarik,

diantaranya; belajar harus selalu dalam kelas, terkesan metode duduk dengar catat

hafal (DDCH), guru aktif menerangkan (teacher centered), pembelajaran harus

mencapai target kurikulum, sementara kompetensi siswa terabaikan. Guru PKn

sebaiknya efektif membangun siswa menjadi warga negara yang cerdas dan baik,

yaitu warga negara yang memiliki akhlak mulia dan berkarakter yang sesuai

dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan yang tersirat

dalam buku Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025

(Depdiknas, 2006, hlm. 31) bahwa:

Salah satu sebab rendahnya mutu lulusan adalah belum efektifnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran selama ini masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan dalam semua bidang studi yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang terlalu berorientasi pada guru (teacher oriented) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, menantang, dan mencerdaskan menjadi kurang optimal.

Dari penyataan di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa apa yang

tersirat tersebut memang benar adanya. Seandainya guru sebagai pemegang peran

utama dalam pembelajaran tidak memiliki kemauan untuk melakukan perubahan

dalam pembelajaran maka mutu lulusan tidak akan sesuai dengan standar

kelulusan.

Proses pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang

tua dan pemerintah, yang penting hasil Ujian Nasional. Pada umumnya

pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah, guru PKn lebih banyak ceramah

(18)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepada siswa untuk berkreasi dan kurang melatih siswa untuk hidup mandiri.

Pembelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir,

akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran. Pengawas, kepala sekolah pada

umumnya mementingkan dokumen administrasi guru, dari pada masuk kelas

melakukan observasi dan supervisi terhadap proses pembelajaran, berarti selama

ini kita kurang memperhatikan pentingnya proses pembelajaran dan hasil tes

merupakan dampak dari proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik

seharusnya menghasilkan nilai tes yang baik. Paradigma yang hanya

mementingkan hasil tes harus segera diubah menjadi memperhatikan proses

pembelajaran.

Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru serta mutu pendidikan,

pemerintah dan DPR RI telah mengesahkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen. Dalam UU tersebut dituntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan

dan pembinaan guru agar menjadi profesional. Pengakuan terhadap guru PKn

sebagai tenaga profesional akan diberikan manakala guru PKn telah memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, dan Sertifikat Pendidik yang dipersyaratkan (Pasal 8), kualifikasi akademik ”diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat” (Pasal 9). Sertifikat Pendidik diperoleh guru setelah mengikuti pendidikan profesi [(Pasal 10 ayat (1)]. Selain itu usaha pemerintah

untuk meningkatkan mutu pendidikan, dengan mengeluarkan Peraturan

Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP),

dalam Pasal 19 ayat (1) berbunyi :

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Dari bunyi ayat tersebut, mengindikasikan bahwa pemerintah menaruh

perhatian terhadap mutu proses pembelajaran. Tantangan bagi kita adalah

bagaimana mengimplementasikan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, serta

(19)

Dalam pembelajaran PKn di sekolah, masih ada kesenjangan antara

laporan prestasi belajar mata pelajaran PKn dengan perilaku moral, tentunya yang

diharapkan adanya keselarasan dengan prestasi yang dicapainya. Seandainya

siswa memperoleh nilai 80-90 (baik) maka semestinya perilaku yang ada

mencerminkan hasil dari nilai tersebut. Sebaliknya siswa yang mendapat nilai

kurang tidaklah berarti bahwa keutuhan perilaku kewarganegaraan siswa tersebut

berada pada taraf yang rendah. Indikasi penilaian PKn yang relatif mengutamakan

aspek kognitif kurang memadai, sehingga perlu kajian secara terpadu upaya

membentuk kepribadian warga negara secara utuh sebagaimana diharapkan dalam

misi dan tujuan PKn.

PKn yang memiliki visi yang tercantum dalam Permendikbud No. 64

Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Nasional, disebutkan, ”terwujudnya

suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa

(nation and character building) dan pemberdayaan warga negara”. Lebih lanjut

dalam Penjelasan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 ayat (1), secara khusus

ditegaskan bahwa PKn dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi manusia

yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. PKn merupakan salah satu

mata pelajaran dalam kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1994

yang mengemban visi memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam

kerangka nation and character building, yang merupakan sarana untuk

membentuk kepribadian bangsa. PKn mengemban misi Civic Education for

Democration dan Value-Based Education. Winataputra (2006, hlm. 1)

menegaskan, bahwa; tugas PKn dengan paradigma baru diarahkan pada

pengembangan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni

(1) mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence), (2) membina

tanggung jawab warga negara (civic responsibility), (3) mendorong partisipasi

warga negara (civic participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan

untuk good citizens, bukan hanya dalam dimensi rasional yang selama ini terjebak

dalam budaya verbalistik tetapi juga meliputi dimensi spiritual, emosional, dan

sosial, sehingga paradigma baru yang dikembangkan dalam PKn akan bercirikan

(20)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nasional untuk mencerdaskan bangsa Indonesia melalui koridor „value-based

education’ (Budimansyah dan Suryadi, 2008, hlm. 11).

Upaya pembinaan karakter bangsa merupakan ciri khas dan sekaligus

amanah yang diemban mata pelajaran PKn atau Civic Education pada umumnya.

Misi mata pelajaran PKn, yaitu membentuk warga negara yang baik, yakni warga

negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan

bernegara, dilandasi oleh kesadaran politik, kesadaran hukum, dan kesadaran

moral. Untuk mewujudkan misi di atas, jelas bahwa siswa harus memiliki

kemampuan kewarganegaraan yang multidimensional agar dapat menjalankan hak

dan kewajibannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Sementara itu, mata pelajaran PKn berfungsi sebagai wahana untuk

membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada

bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD RI Tahun 1945.

Melalui mata pelajaran PKn diharapkan siswa bukan hanya memiliki pengetahuan

yang luas tentang materi pokok PKn yang meliputi politik, hukum, moral

(pengetahuan kewarganegaraan), tetapi juga memiliki keterampilan dalam

merespon berbagai persoalan politik, hukum, moral, dan terampil menggunakan

hak dan kewajibannya di bidang politik, hukum, dan moral (keterampilan

kewarganegaraan). Selain itu, melalui PKn diharapkan siswa memiliki sikap, rasa

tanggung jawab, hormat dan taat terhadap peraturan yang berlaku (watak

kewarganegaraan).

PKn merupakan sarana pendidikan yang efektif dan strategis bagi

negara-negara demokratis untuk melahirkan generasi muda dan masyarakat luas agar

memiliki pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan yang diperlukan dalam

mentransformasikan, mengaktualisasikan, melestarikan demokrasi, serta

penghormatan, penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu, PKn

dapat menjadi pilar bagi tegaknya nilai demokrasi yang berkeadaban. PKn harus

mampu menjadikan dirinya sebagai salah satu instrumen pendidikan politik yang

mampu melakukan empowerment bagi masyarakat. Dengan cara demikian,

(21)

dicarikan solusi atau terapinya. Selain itu PKn harus dapat dijadikan wahana dan

instrumen untuk melakukan sosial engineering dalam rangka membangun

kemampuan sosial yang efektif bagi tumbuhnya kultur demokrasi dalam

kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta tumbuhnya masyarakat

madani (civil society).

PKn berperan dalam membentuk karakter bangsa agar memiliki jati diri,

akan tetapi kenyataan ditemui bahwa penyajian pembelajaran PKn seakan jauh

dari tujuannya. Temuan awal dalam pembelajaran PKn diantaranya :

1. Hasil wawancara yang tidak resmi dengan Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah,

M.Si, ketua Program Studi PKn pada Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung, hari

Jumat tanggal 20 Januari 2012, menyatakan bahwa penyajian pembelajaran

PKn itu harus disesuaikan dengan perkembangan psikologis siswa.

Mengajarkan PKn di SD, SMP, SMA dan Pendidikan Tinggi pasti berbeda.

Bagi siswa tingkat SMA harus diberikan kesempatan untuk mereka melakukan

analisis hubungan dari konsep dengan kondisi riil di masyarakat atau dengan

perkembangan kehidupan masyarakat, bukannya mengajarkan konsep-konsep,

itu pasti tidak menarik karena konsep dapat dibaca sendiri. Guru PKn itu kan kebanyakan seperti itu, misalnya apa arti demokrasi ? demokrasi adalah…, saatnya guru PKn harus mengubah teknik mengajar, kreatif dalam penentuan

kolaborasi metode mengajar yang disesuaikan dengan materi yang akan

diajarkan dan disesuaikan dengan faktor psikologis siswa, agar pembelajaran

PKn menarik dan menyenangkan.

2. Hasil wawancara dengan Arif Baskoro siswa kelas X-8 SMA Negeri 1

Sumedang pada hari selasa tanggal 4 September 2012, menyatakan

pembelajaran PKn dilaksanakan kurang menantang, membosankan kalau cara

guru mengajar hanya berceramah sendirian, siswa hanya mendengarkan saja.

3. Hasil wawancara dengan pengawas SMA yaitu Adang Sujana, M.Pd pada hari

rabu tanggal 3 Oktober 2012, yang menyatakan guru PKn harus berusaha untuk

membangun siswa menjadi warga negara yang cerdas dan baik, yakni warga

negara yang memiliki akhlak mulia dan berkarakter yang sesuai dengan

(22)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PKn. Tetapi kecenderungan guru-guru lebih mengejar materi tersampaikan dari

pada pencapaian tujuan PKn yang sebenarnya. Tidak berarti bahwa hanya

materi itu yang jadi fokus pemikiran guru tetapi selain itu bagaimana

pembentukan karakter dapat terwujud. Memang kenyataan pembelajaran PKn

lebih banyak dengan sistem pembelajaran konvensional dari pada pembelajaran

yang menggunakan pendekatan-pendekatan siswa aktif, maka guru dituntut

untuk lebih kreatif dalam mengembangkan pelaksanaan pembelajaran PKn.

4. Hasil wawancara dengan Drs.Maman Suparman, M.Pd guru PKn SMA Negeri

Tomo, pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2012, menyatakan bahwa

kurikulum KTSP khususnya bagi matapelajaran PKn dalam silabusnya lebih

banyak materi yang penekanannya kepada aspek kognitif, sehingga dalam

pelaksanaan pembelajaran guru akan terfokus kepada bagaimana materi itu

dapat tersampaikan. Guru PKn seolah-olah dikejar-kejar untuk menyampaikan

materi, sehingga guru akan berusaha dengan target yang harus dicapai yaitu

menyelesaikan materi, mengabaikan pengembangan aspek sikap, keterampilan

siswa. Karena hal tersebut guru didorong untuk melaksanakan pembelajaran

dengan cara-cara yang konvensional, dimana guru lebih dominan berceramah

ketimbang membelajarkan siswa. Pembelajaran PKn lebih didominasi guru,

siswa hanya duduk dengar catat hafal (DDCH).

5. Hasil wawancara dengan Sholihat, S.Pd, guru PKn SMA Negeri Situraja, pada

hari Kamis tanggal 25 Oktober 2012, menyatakan bahwa dalam pembelajaran

PKn guru akan melaksanakan pembelajaran itu lebih cenderung ke sistem

konvensional, karena memang tuntutan dalam silabusnya lebih banyak materi

kognitifnya dibandingkan dengan materi yang mengarah ke aspek sikap atau

keterampilan. Kedua aspek ini dalam silabusnya tidak nampak, sehingga guru

akan terbatas untuk mengembangkan kedua aspek tersebut karena selalu

dikejar-kejar materi kognitif takut tidak selesai. Apabila materi selesai maka

dianggap pembelajaran telah selesai, padahal dalam mengembangkan aspek

sikap dan keterampilan belum selesai. Maka upaya minimalnya yaitu dengan

pengamatan perilaku siswa di sekolah serta laporan dari guru-guru mata

(23)

6. Hasil dari diskusi dalam pertemuan MGMP PKn pada hari Kamis tanggal 14

Maret 2013, menyimpulkan tentang pelaksanaan pembelajaran PKn yang

dilakukan para guru PKn selama ini bahwa; pembelajaran PKn dilaksanakan

dengan berbagai pendekatan baik itu jigsaw, debat, tetapi dari hasilnya tetap

siswa dituntut harus menguasai pengetahuan tentang PKn, dimana pengetahuan

PKn akan diterima melalui guru dengan menggunakan metoda ceramah. Guru

PKn lebih banyak melaksanakan pembelajaran dengan sistem konvensional

karena materi yang harus disampaikan kepada siswa dalam silabus PKn begitu

banyak aspek kognitifnya dibandingkan dengan aspek sikap dan

keterampilannya. Apabila dikaji dari tuntutan pembelajaran PKn harus

mengembangkan tiga komponen yaitu civic knowledge, civic skills dan civic

dispositions, maka ketiga komponen ini sulit tercapai, selama kurikulum

tersebut lebih mengutamakan ke aspek materi pengetahuan.

7. Pemberitaan dalam koran Sumedang Ekpres hari Senin tanggal 1 April 2013,

yang berjudul “Kurikulum 2013 Menuntut Kreativitas Guru” mengulas tentang

kurangnya kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum

KTSP, dimana guru lebih banyak berceramah dalam pembelajaran, siswa

hanya sebatas mendengarkan tidak dikembangkan daya nalar dan daya

kreativitasnya, yang memungkinkan akan melahirkan generasi penurut, sulit

untuk mengembangkan wawasan, sehingga dalam kurikulum 2013 guru

dituntut untuk membelajarkan siswa melalui pendekatan scientific, guru

merupakan fasilitator dalam pembelajaran yang dituntut untuk lebih kreatif

dalam merancang skenario pembelajaran, baik dalam penentuan materi,

metoda, media dan alat evaluasi serta dapat menggunakan hasil evaluasi untuk

melakukan tindak lanjut bagi siswa ataupun bagi pelaksanaan pembelajaran

selanjutnya.

Dari hasil wawancara awal tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa

pembelajaran PKn, cenderung dilakukan dengan cara-cara konvensional. Proses

pembelajaran PKn masih berpusat pada guru (teacher centered), kurang

menekankan kepada proses, materi pelajaran disajikan dalam bentuk informasi,

(24)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsep, sikap dan perilaku moral terabaikan, pola pembelajaran satu arah serta

cenderung ke arah indoktrinasi. Hal ini berkaitan dengan silabus kurikulum PKn

yang lebih dominan menekankan kepada aspek kognitif saja, sehingga persepsi

guru PKn hanya terfokus pada bagaimana agar materi dapat tersampaikan secara

keseluruhan, mengabaikan peran siswa, bahwa siswa harus dilibatkan dalam

pembelajaran. Sebaiknya guru PKn memiliki persepsi bagaimana materi dapat

tersampaikan tanpa meninggalkan tujuan pembelajaran PKn yang sebenarnya

terutama dalam pengembangan keterampilan dan sikap siswa agar menjadi warga

negara yang baik dan memiliki rasa cinta tanah air.

Sejalan dengan pendapat Winataputra dalam bahan Diskusi dan seminar

dan Musda AP3PKnI, 9 Maret 2013, tentang Menuju Paradigma Baru PPKn

dalam konteks Sistem Kurikulum 2013, yang diadop dari Partnership for 21st

Century (2008), 21st Century Skills, Education, and Competitiveness; menyatakan

bahwa :

„Kompetensi abad 21 mata pelajaran PKn perlu dibingkai dengan

kompetensi pembelajaran dan inovasi pembelajaran, karena belajar itu tidak hanya terbatas dalam lingkungan sekolah saja, sumber belajar banyak di luar lingkungan sekolah. Karena itu pembelajaran PKn perlu dukungan kompetensi dalam pemanfaatan informasi, media dan teknologi informasi dan komunikasi. Sedangkan kompetensi inovasi memerlukan dukungan proses pembelajaran yang dapat memperkuat kreativitas melalui kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah‟.

Maka hal ini perlu adanya revitalisasi pembelajaran PKn melalui

kreativitas guru PKn dalam inovasi pembelajaran, agar PKn tidak menjadi mata

pelajaran yang membosankan, tetapi menjadi mata pelajaran yang menarik untuk

dipelajari. Pembelajaran PKn yang diharapkan dimana proses pembelajaran yang

diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil berbuat (learning by doing), belajar

memecahkan masalah sosial (social problem solving learning), belajar melalui

perlibatan sosial (socio-participatory learning) dan belajar melalui interaksi sosial

kultural sesuai dengan konteks kehidupan masyarakat. Para siswa dikondisikan

(25)

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Sebagaimana dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, terdapat

beberapa masalah esensial yang dapat menarik untuk diidentifikasi dan menarik

untuk diteliti, diantaranya;

1. PKn sebagai mata pelajaran di SMA, mengemban misi dan tugas sebagai

pendidikan demokrasi, akan tetapi dalam proses pembelajarannya masih

dilaksanakan secara konvensional dan berpusat kepada guru (teacher

centered), belum mengembangkan karakter yang sesuai dengan ciri khas PKn,

yaitu pengetahuan, keterampilan dan karakter kewarganegaraan. Guru PKn

belum secara efektif membangun siswa menjadi warga negara yang cerdas dan

baik, yaitu warga negara yang memiliki akhlak mulia dan berkarakter yang

sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk

mengantisipasi hal ini, guru PKn harus mampu mengembangkan kompetensi

guru pada umumnya serta kompetensi guru PKn khususnya, dalam

pembelajaran PKn melalui kreativitas guru dalam melaksanakan inovasi

pembelajaran PKn.

2. Proses pembelajaran PKn merupakan program pendidikan pembelajaran yang

secara programatik-prosedural berupaya memanusiakan (humanizing),

membudayakan (civilizing) dan memberdayakan (empowering) siswa, sehingga

diperlukan adanya interaksi edukasi yang menarik, menantang sebagaimana

tuntutan yuridis konstitusional bangsa. Namun dalam realita di sekolah masih

banyak yang bersifat instruktif dan otoriter dan didominasi guru. Padahal

dalam proses pembelajaran, guru PKn harus banyak melibatkan komponen

kompetensi siswa yang meliputi sikap, perasaan, emosi, motivasi dan

keterampilan siswa secara utuh. Maka dengan pertimbangan ini guru PKn

harus mampu mengimplementasikan kompetensinya melalui pembelajaran

PKn yang interaktif, yang dapat mengembangkan komponen-komponen

kompetensi siswa.

3. Masyarakat yang sedang berkembang, di Indonesia menuntut partisipasi

(26)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perubahan dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Faktor-faktor

yang mendukung pengembangan kompetensi guru PKn dalam melaksanakan

pembelajaran interaktif memerlukan kepedulian serta peran serta sekolah,

masyarakat, serta pemerintah dalam pemenuhannya.

4. Hasil pembelajaran PKn semestinya menghasilkan kompetensi siswa yang

berkarakter yakni memiliki nilai-nilai dan norma sosial yang tinggi, seperti

civic knowledge; civic dispositions, civic skills, artinya memiliki kemampuan

untuk berinteraksi secara aktif dalam kehidupan dirinya dengan keluarga,

sekolah dan masyarakat. Namun dalam kondisi sekarang masih berfokus pada

kemampuan kognitif. Melalui pembelajaran yang interaktif diharapkan dapat

mengembangkan kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan

dan sikap.

Berdasarkan dari pernyataan di atas, tampak kurang berfungsi maksimal

peran guru PKn, dalam mengimplementasikan kompetensinya terutama dalam

pengembangan materi ajar, mengkolaborasikan metode pembelajaran atau dalam

pemilihan pembelajaran PKn interaktif, menciptakan proses belajar yang

menarik, sehingga memperoleh hasil belajar yang berkarakter dan partisipatif. Hal

ini disebabkan karena muara pembelajaran PKn selama ini terdapat dualisme

tujuan. Secara akademik siswa harus lulus ulangan dan ujian di sekolah, dilain

pihak siswa dituntut berpartisipasi dalam kehidupan demokratis, partisipatif,

berakhlak, bernilai, bermoral, dalam kehidupan mereka baik di sekolah, keluarga

dan masyarakat.

Berdasarkan pada latar belakang masalah serta identifikasi masalah yang

telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM

PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” (Studi pada SMA Negeri di Kabupaten Sumedang).

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

(27)

Bagaimanakah Implementasi Pengembangan Kompetensi Guru dalam

Pembelajaran Interaktif PKn ?

Agar penelitian ini lebih terarah pada pokok permasalahan, maka peneliti

menjabarkanya dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pengembangan kompetensi guru dalam

pembelajaran PKn ?

2. Bagaimana deskripsi guru melaksanakan pembelajaran PKn yang interaktif

sebagai implementasi kompetensi guru?

3. Bagaimana deskripsi interaksi siswa dalam pembelajaran interaktif PKn ?

4. Faktor-faktor apa saja yang dominan dalam implementasi kompetensi guru

dalam pembelajaran interaktif PKn ?

D.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menganalisis implementasi

pengembangan kompetensi guru dalam pembelajaran interaktif PKn.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menganalisis implementasi pengembangan kompetensi guru dalam

pembelajaran PKn.

b. Mendeskripsikan guru melaksanakan pembelajaran PKn yang interaktif

sebagai implementasi kompetensi guru.

c. Mendeskripsikan interaksi siswa dalam Pembelajaran interaktif PKn.

d. Menganalisis faktor-faktor yang dominan dalam implementasi kompetensi

guru dalam pembelajaran interaktif PKn.

E. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, peneliti berharap penelitian ini

dapat bermanfaat baik secara keilmuan (teoretis), maupun secara empirik

(28)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, temuan penelitian ini diharapkan akan memberikan

manfaat dan kontribusi masukan yang berupa prinsip dan teori PKn, sehingga

dapat dijadikan sebagai bahan literatur/bacaan.

2. Manfaat Praktis

Temuan penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat praktis

bagi beberapa pihak, antara lain :

a. Bagi penentu kebijakan dan tim pengembang kurikulum PKn, temuan ini

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi

pengembangan kurikulum, silabus PKn, serta pembinaan guru PKn yang

sejalan dengan kondisi saat ini.

b. Bagi guru PKn sebagai praktisi pendidikan di lingkungan persekolahan,

temuan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

rujukan, untuk merancang strategi pembelajaran PKn yang baik dan

melaksanakan pembelajaran interaktif PKn yang menggunakan pendekatan,

strategi, serta metode yang sesuai dengan bahan pembelajaran PKn, sehingga

pembelajaran PKn menjadi bermakna dan menyenangkan di lingkungan

pendidikan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan Nasional.

c. Bagi siswa sebagai pembelajar, memperoleh pengalaman ikut berpartisipasi

aktip dalam pembelajaran interaktif PKn sehingga siswa memahami fungsi,

peran dan tanggungjawabnya sebagai generasi muda yang mengemban tugas

sebagai generasi penerus yang harus memiliki komitmen kuat dilandasi dengan

jiwa nasionalisme, patriotisme dan cinta tanah air, dalam mempertahankan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

F. Struktur Organisasi Disertasi

Untuk memudahkan pembaca dalam menelaah laporan hasil penelitian ini,

penulisan disertasi meliputi, Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III

Metodologi Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V Simpulan

(29)

Bab I Pendahuluan, yang memaparkan tentang; Latar Belakang Penelitian,

Identifikasi Masalah Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Struktur Organisasi Disertasi. Bab II Kajian Pustaka, yang

mencakup : Pengembangan Kompetensi Guru, yang memaparkan tentang;

Karakteristik Guru, Kompetensi Guru PKn, Indikator Kompetensi Guru,

Pengembangan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran PKn. Selanjutnya, Model

Pembelajaran dalam PKn, yang menerangkan tentang: Model Pembelajaran,

Implementasi Model Pembelajaran PKn, Pengembangan Perencanaan

Pembelajaran PKn, Pengembangan Proses Pembelajaran PKn, yang memaparkan

tentang, Pendekatan dan Strategi Pembelajaran PKn, Metode Pembelajaran PKn,

selanjutnya Pengembangan Penilaian Hasil Pembelajaran PKn, Pembelajaran

Interaktif PKn yang memaparkan tentang Karakteristik Pembelajaran Interaktif,

Model Pembelajaran Interaktif PKn, Pembelajaran Interaktif PKn dalam

Kurikulum 2013. Kemudian penjelasan tentang karakteristik PKn, yang

menguraikan tentang; Filosofi, Visi dan Misi PKn, Perkembangan PKn, Fungsi

dan Peran PKn, Ruang Lingkup Materi PKn, Analisis SWOT dalam PKn. Hasil

Penelitian Terdahulu yang mendukung Penelitian dan Kerangka Pemikiran. Bab

III Metodologi Penelitian, yang mencakup: Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain

Penelitian, Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan

Instrumen, Teknik Pengumpulan data, Analisis Data serta Proses Analisis Data,

selanjutnya Waktu Penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang

menyajikan; Deskripsi SMA di Kabupaten Sumedang yang termasuk sekolah

kategori ring 1 dan sekolah kategori ring 2, yang mencakup: Fisik Lingkungan,

Kepemimpinan, Guru dan Siswa, Sarana dan Prasarana. Deskripsi Hasil

Penelitian, memaparkan temuan pada SMA yang termasuk sekolah kategori ring 1

dan sekolah kategori ring 2 yang mencakup : Implementasi pengembangan

kompetensi guru dalam pembelajaran PKn, Deskripsi guru melaksanakan

pembelajaran PKn yang interaktif sebagai implementasi kompetensi guru,

Deskripsi interaksi siswa dalam pembelajaran interaktif PKn, dan Faktor-faktor

dominan dalam implementasi kompetensi guru dalam pembelajaran interaktif

(30)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada sekolah yang termasuk sekolah kategori ring 1 dan sekolah kategori ring 2,

meliputi; Implementasi pengembangan kompetensi guru dalam pembelajaran

PKn, Deskripsi guru melaksanaan pembelajaran PKn yang Interaktif sebagai

implementasi kompetensi guru, Deskripsi interaksi siswa dalam pembelajaran

interaktif PKn, dan Faktor-faktor dominan dalam implementasi kompetensi guru

dalam pembelajaran interaktif PKn. BAB V Simpulan dan Saran. Selanjutnya

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Alberty Harold. (1957) Reorganizing The High-School Curriculum. New York: The Macmillan Company.

Azis Abdul Wahab. (2008) Teori dan Landasar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: UPI Press.

Banks, J.A. (1990) Teaching Strategies for the Social Studies : Inquiry, Valuing, and Decision-Making. New York: Longman.

Bogdan, R.C. and Biklen, S.K. (1992) Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston : Allyn and Bacon.

Buchari, dkk. (2008) Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Budimansyah, D. (2009) Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran PKn. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, D dan Suryadi, A. (2009) Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, dkk. (2009) Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Bandung: PT Genesindo.

Brameld, T. (1955a) Philosophies of Education in Cultural Perspective. USA: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Brameld, T. (1965b) Education as Power. USA: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Branson, S. Margaret dkk. (1998a) The Role of Civic Education. Calabasas: Center for Civic.

Branson, S (1998b) The Role of civic Education A Forthcoming Education Policy Task Force PositionPaper from the Communitarian Network. Washington DC: Center for Civic Education.

Branson, S. (1999c) Belajar Civic Education dari Amerika. Terjemahan Syafroedin,dkk. Yogyakarta : Kerjasama LKIS dan The Asia Foundation.

Branson, S. (1999d) Making the Case for Civic Education : Where We Stand at the End of the 20th. Century Washington : Center for Civic Education.

(32)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Brubacher-Seiler. J. (1947b) A History of The Problems of Education. New York and London: Mc Graw-Hill Book company Inc.

Bruce Joyce, et al. (2002a) Models of Learning-tools For Teaching. (Second Edition). Buckingham-Philadelphia: Open University Press.

Bruce Joyce, et al. (2011b) Models Of Teaching. (Eighth edition). Boston New York: Pearson Prentice Hall.

Cogan, J.J. dan Derricott. R. (1998) Citizenship for the 21st Century an International Perspectiva on Education. London : Kogan Page.

Cogan, J.J. (1999) Developing the Civic Society The Role Of Civic Education. Bandung: CICED.

Creswell John W. (2009a) Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Los Angeles. London. New Delhi. Singapore: Sage.

Creswell John W. (2010b) Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Terjemahan Achmad Fawaid.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewey, J. (1964) Democracy in Education. New York: The Macmilan Co.

Dimyati dan Mudjiono. (1999) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djahiri, A.K. (1998a) Teori Keterampilan Belajar dan Mengajar Menujunu Guru Inkuiri yang Reaktif. Bandung: Lab.Pengajaran PMP IKIP Bandung

Djahiri, A.K. (2006b) Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Granesia.

Gagne, R. M. (1988) The Conditioning of Learning. New York: Holt, Rinerhart and Winston.

Gall, Joice,P & Borg, Walter L. (2003) Educational Research. (seventh edition.). United States of America.

Hamalik Oemar. (2003a) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik Oemar. (2006c) Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya.

(33)

Hurlock, E.B. (1998) Personality Development. USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Jica. (2006) Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung : UPI Press

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012a) Pengembangan Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012b) Kompetensi Dasar Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud.

Kerr, D. (1999) Citizenship Education An International Comparison. London: Qualification and Curriculum Authority.

Komalasari. K. (2010) Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Majid, Abdul. (2007) Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles, M. B & Huberman, A. M. (1992) Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi dari judul Qualitatif Data Analysis. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, L. (2004) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2005a) Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2008b) Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Murdiono. (2012) Strategi Pembelajaran Kewarganegaraan Berbasis Portofolio. Yogyakarta: Ombak.

Muslich, Masmur. (2011) Authentic Assessment Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama.

Nasution. (1988a) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nasution. (2011b) Azas-Azas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

(34)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ornstein A.C, Hunkins F.P. (2009) Curriculum Foundations, Principles, and Issue. USA: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Phillips D. C. (1987) Philosophy, Science, and Social Inquiry Contemporary Methodological Controversies in Social Science and Rerated pplied Fields of Research. New York: Pergamon Press.

Pusat Kurikulum. (2010) Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta : Depdiknas.

Riyanto Astim. (2003) Proses Belajar Mengajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Yapemdo.

Rusman. (2011) Model-modelPembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadirman. (2003) Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Sadulloh Uyoh. (2003) Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sagala Syaiful. (2003) Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya,W. (2009) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanusi (1997) Profil Lulusan Pendidikan Guru. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS UPI Bandung

Satori Dj. dan Komariah A. (2011) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alpabeta.

Slattery P. (1995) Curriculum Development in the Postmodern Era. New York & London: Garland Publishing, Inc.

Somantri, M. N. (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Kerjasama program Pascasarjana dan FPIPS UPI dengan PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana N. (2006) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. .Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(35)

Sukmadinata, Syaodih, N. (2012) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPS UPI dan Remaja Rosdakarya.

Suparman Atwi. (1997) Model-model Pembelajaran Interaktif. Bandung : STIA-LAN

Sunarso, dkk. (2006) Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press.

Suryosubroto. (1997) Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutisna Oteng. (1993) Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Suwarma A. M (1996a) Peran Guru dalam Pembelajaran PKn, Jakarta: UT

Suwarma A.M, dkk. (2006b) Strategi Pembelajaran PKn. Jakarta: UT.

Syam Mohammad Noor (1980) Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.

Syarbini,S, dkk. (2006) Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syaodih Nana S. (1997) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman Uzer. (1999) Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wayan, I. AS. (2005) Tugas dan Peran Kepala Sekolah Dalam Manajemen Kurikulum. Jakarta: Az-Zahra Book’s.

Wijaya,C dan Tabrani- A. Rusyan. (1992). Kemampuan Dasar Karyawan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wilma S.L, Harold G.S. (1992) Curriculum for a New Millennium. United States of America: Libraly of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Winarno.W. (2010) Ilmu Kewarganegaraan Dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan (IKn-PKn., Surakarta: Lab. Program Studi PPKn FKIP UNS dengan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).

(36)

MIMING KARMILAH, 2015

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Winataputra, U.S dan Budimansyah, D. (2012b) Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Persfektif Internasional (Konteks, Teori dan Profil Pembelajaran). Bandung: Widya Aksara Press.

Winataputra, U.S dan Budimansyah, D. (2012c) Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Pendidikan Untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa (Gagasan, Instrumentasi, dan Praksis. Bandung: Widya Aksara Press.

Wuryan Sri dan Syaifullah (2006) Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Laboratorium PKn UPI Bandung.

Zamroni. (2000) Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Sumber dari Jurnal, Makalah, Thesis dan Disertasi :

Jurnal, Makalah:

Abduhzen, M. (2012) Guru Generasi Baru. Prosiding Simposium Nasional, Refleksi 58 tahun Penyelenggaraan Pendidikan Keguruan di Indonesia. UPI Bandung. Hlm. 66-69

Budimansyah, D. (2008a) “Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civic

Education di Negara Berkembang”. jurnal Acta Civicus. 1, (1), 11-26.

Budimansyah, D. (2008b). “Revitalisasi Pembelajaran PKn Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen) “ Jurnal Acta Civicus. 1, (2), 179-198.

Danial, E (2011). “Sinergi Ekstrakurikuler Untuk Character Building di Sekolah “ Proseding pada Pendidikan karakter : Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa, Penghargaan dan Penghormatan 70 Tahun Prof. Dr. Endang Somantri, M.Ed.

Hamot, G.E. (2003) “Methods of Teaching Democracy to Teachers and Curriculum Developers: Examples From Post-Communist Europe,” dalam John J. Patrick, Gregory E Hamot, dan Robert S. Leming. Civic Learning in Teacher Education: International Perspectives on Education for Democracy in the Preparation of Teachers. Bloomington, IN: Eric Clearinghouse for Social Studies/Social Science Education, Indiana University, pp. 117-138.

(37)

Komalasari, K. Budimansyah, D. (2008) “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual

dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi

Kewarganegaraan Siswa SMP”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan

Kewarganegaraan. Vol. 2, No.1, Oktober 2008.

Lance Bennett, Chris Well and Allison Rank. (2009) Young Citizens and Civics Learning: Two Paradigmsof Citizenship in The Digital Age. Journal of Citizenship Studies. 13 (2), hlm. 105-120.

Langenberg, M. (1990) “The New Order State : Language, Ideology, Hegemony.” Dalam Budiman, A. (ed). State and Civil Society in Indonesia. Clayton Victoria: Centre of Southeast Asian Studies Monash Univercity pp. 121-150.

Phillips D.C. (1995) The Good, the Bad, and the Ugly: The Many Faces of Constructivism. Journal Educational Recearch, Vol.24 (No.7) pp. 5-12

Pusat Kurikulum, (2002) Profil Hasil Belajar. Makalah Seminar KBK dan Pembelajaran Siswa Aktif. Jakarta: tidak diterbitkan.

Samsuri. (2009) Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Acta Civicus. 1, (1), hlm.11-26.

Shaver. J.P (1977) ‘Building Rationales For Citizenship Education’ National Council For The Social Studies’. Journal Citizenship Studies. 52 (2) hlm. 96-114.

Stella Hart. (2009) The ‘Problem’ With Youth: Young People, Citizenship ang The Community. Journal Citizenship Studies. 13 (6) hlm. 641-657.

Sukadi. (2011) Pendidikan Karakter Bangsa Berideologi Pancasila, prosiding Penghargaan dan Penghormatan 70 Tahun Prof. Dr. H. Endang Somantri, M.Ed, Pendidikan Karakter : Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Laboratorium PKn dan Widya Aksara Press, hlm. 79-118.

Suyanto.(2001) Formula Pendidikan Nasional Era Global. Makalah. Disajikan dalam Simposium Pendidikan Nasional dan Munas 1 Alumni PPS. UM. Di Malang, 13 Oktober 2001.

Thomas Benton, Elizabet Cleaver, Gill Featherstone, David Kerr, Joana Lopes and Karen Whitby. (2008) Citizenship Education Longitudinal Study (CELS) : Sixth Annual Report. Recearch Report No.DCSF-RR052. 46-86

Referensi

Dokumen terkait

Malang Nomor 2.2.1,61UN32/KP/20L5 tanggal 2 Februari 20L5, dosen yang diberi tugas tambahan sebagai Sekretaris Jurusan Teknik Mesin (TM) Fakultas Teknik (FT)

Dan ketentuan ini tidak hanya berlaku pada SS dimana terdapat peserta sesuai dengan Kelas yang berhenti atau tidak menjalani SS dan masih diperhitungkan waktunya untuk

Dari uraian di atas, agar siswa mempunyai peningkatan kemampuan menulis puisi yang baik sesuai dengan harapan guru dan siswa, salah satu di dalam proses

Mengidentifikasi risiko pembiayaan yang melekat pada seluruh produk dan aktifitasnya, untuk kegiatan pembiayaan penilaian risiko pembiayaan memperhatikan

Pengaruh penggunaan media video demontrasi pembedahan hewan terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa kelas XI pada materi sistem.. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Some examples related to the territorial variation of language within the advertising campaign strategy can be seen on figure 2 and figure 3 below: Figure 3: SimPATI Telkomsel

News Event File News Event Report Cases Campaign Target Target Lead Opportunity Lead Opportunity 1 Customer Relationship Management System Customers Sales