• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA BERBASIS PESANTREN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA BERBASIS PESANTREN."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA

BERBASIS PESANTREN

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

oleh :

Dita Alawiyah Marcharis

1106497

\

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA BERBASIS PESANTREN

Oleh

Dita Alawiyah Marcharis

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Dita Alawiyah Marcharis 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DITA ALAWIYAH MARCHARIS

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA

BERBASIS PESANTREN

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Dr. rer. nat. Adi Rahmat, M. Si.

NIP. 1965123011992021001

Pembimbing II,

Eni Nuraeni, M. Pd.

NIP. 197606052001122001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Dr. Bambang Supriatno, M.Si

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran beban kognitif siswa SMA berbasis pesantren khususnya pada pembelajaran biologi. Penelitian dilakukan secara deskriptif di salah satu SMA berbasis pesantren. Subjek penelitian terdiri atas 40 siswa dalam satu kelas XI IPA. Beban kognitif siswa yang diukur dalam penelitian ini adalah Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI), Usaha Mental (UM), dan Hasil Belajar (HB) siswa. MMI diukur dengan worksheet berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada task complexity, UM diukur menggunakan kuisioner dengan skala Likert, dan HB dijaring dengan soal tes berdasarkan indikator penalaran dari Marzano. Hasil penelitian menunjukkan MMI siswa termasuk kategori ‘sedang’ (skor maksimal 3), UM siswa termasuk kategori ‘tidak kesulitan’ (skor maksimal 1), sedangkan hasil HB siswa termasuk kategori kurang (skor maksimal 100). Berdasarkan hasil perhitungan korelasi pada ketiga indikator pengukuran beban kognitif, hanya korelasi antara Usaha Mental (UM) dengan Hasil Belajar (HB) saja yang memiliki nilai signifikansi (nilai r negatif) yang menunjukkan bahwa penurunan UM pada siswa akan sangat berpengaruh terhadap meningkatnya HB. Akan tetapi hubungan antara MMI terhadap HB tidak signifikan yang berarti masih adanya beban kognitif yang dimiliki siswa SMA berbasis pesantren ketika proses pembelajaran di dalam kelas.

(5)

ABSTRACT

This research was aimed to draw cognitive load of students of pesantren-based senior high school (a kind of boarding school in Indonesia) especially in biology learning. This research used descriptive research on one of pesantren-based senior high school. Partisipants of this study were 40 students of eleventh grade senior high school. Students cognitive load be measured in this research are ability to receive and process information (MMI), mental effort (UM), and learning outcomes (HB). MMI be measured with worksheet which refered to task complexity, UM be measured with questionnaire used Likert scale, HB be measured with a test reasoning indicator-based from Marzano. The research result describe that MMI belong to the category of ‘medium’ (maximum score is 3), UM belong to the category of ‘no difficulty’ (maximum score is 1), and HB result belong to the category ‘less’ (maximum score is 100). Based on correlation result in three cognitive load components, only correlation between UM to HB which has significance value (value = r negative) which aims that UM decline in students will greatly affect the increase in HB. However, the correlation between MMI to HB is not signifficant, which means there is still the cognitive load of students based-boarding secondary school when learning process in the classroom.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Organisasi Penulisan Skripsi... 7

BAB II TEORI BEBAN KOGNITIF: ICL, ECL, DAN GCL SISWA DI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI .. 9

A. Beban Kognitif ... 9

B. Sekolah Berbasis Pesantren ... 15

C. Karakteristik Materi Sistem Saraf ... 17

D. Hasil Penelitian yang relevan ... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 21

A. Definisi Operasional ... 21

(7)

C. Desain Penelitian ... 22

D. Jenis Penelitian ... 23

E. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 23

F. Instrumen Penelitian ... 23

G. Teknik Pengumpulan Data ... 28

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

I. Analisis Data... 34

J. Bagan alur Penelitian ... 37

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Hasil Pengukuran Komponen Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Biologi di SMA Berbasis Pesantren ... 38

2. Hasil Korelasi Antar Komponen Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Biologi di SMA Berbasis Pesantren ... 42

B. Pembahasan ... 47

1. Hasil Pengukuran Komponen Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Biologi di SMA Berbasis Pesantren ... 47

2. Hasil Korelasi Antar Komponen Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Biologi di SMA Berbasis Pesantren ... 54

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 60

A. Simpulan ... 60

B. Rekomendasi ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 65

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Biologi seringkali dianggap sebagai mata pelajaran hafalan. Dimana

siswa-siswa hanya sekedar menghafal materi-materi biologi. Hal itu membuat

para siswa cenderung merasa berat dalam mempelajari biologi. Dalam proses

pembelajaran, strategi pembelajaran perlu diterapkan untuk memfasilitasi

siswa dalam proses pembelajaran, khususnya pelajaran biologi dengan

memberikan pengalaman belajar yang inovatif dan bermakna. Namun,

terkadang siswa kesulitan dalam mencerna berbagai macam mata pelajaran

yang diterimanya karena terlalu banyak informasi yang mereka dapatkan dari

setiap pembelajarannya. Dalam hal ini, strategi pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik materi sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran

agar siswa mampu menganalisis informasi yang disampaikan guru hingga

pada akhirnya siswa tidak menggunakan usaha berat lain untuk memperoleh

informasi yang diperlukannya. Strategi pembelajaran yang demikian dapat

menurunkan beban kognitif para siswa karena faktor kerja memori tiap

individu yang terbatas.

Pada dasarnya, kemampuan kerja memori atau kemampuan kognitif setiap

orang berbeda-beda, memori setiap orang memiliki kapasitas penerimaan

informasi yang terbatas. Keterbatasan ini merupakan beban bagi seseorang

ketika menghadapi kerja otak yang berlebih. Sebagaimana dijelaskan de Jong

(2010) dalam artikelnya bahwa kapasitas kognitif dalam memori kerja

terbatas, sehingga jika tugas belajar melebihi kapasitas, pembelajaran akan

terhambat. Cowan, 2001; Miller, 1956 (dalam de Jong, 2010) mengemukakan

bahwa terdapat dua macam memori yaitu memori jangka panjang (long term

memory) dan memori jangka pendek (short term memory). Memori jangka

panjang merupakan bagian dari memori di mana sejumlah besar informasi

(9)

sistem memori di mana hanya sejumlah kecil informasi yang disimpan. Hal

ini perlu diketahui oleh para pendidik untuk memastikan siswanya tidak

mengalami beban kognitif diakibatkan oleh tugas belajar yang melebihi

kapasitas pada proses pembelajarannya.

Beban kognitif yang terbatas itu perlu distabilkan dalam proses kerja

memori dalam pembelajaran khususnya pembelajaran sains. Terdapat tiga

komponen beban kognitif yang terjadi dalam memori kerja selama belajar,

yaitu (1) Intrinsic Cognitive Load (ICL), (2) Extraneous Cognitive Load

(ECL), (3) Germane Cognitive Load (GCL). Intrinsic Cognitive Load (ICL)

berhubungan dengan karakteristik yang melekat pada isi yang harus dipelajari

dan berhubungan pula dengan kesulitan terhadap permasalahan materi

pelajaran (Cooper, 1998; Sweller dan Chandler, 1994; de Jong, 2010)

Extraneous Cognitive Load (ECL) merupakan beban kognitif yang

ditimbulkan oleh bahan instruksional dan tidak langsung berkontribusi

terhadap pembelajaran (de Jong, 2010). Sedangkan Germane Cognitive Load

(GCL) erat mengacu pada beban yang dikenakan oleh hasil belajar (de Jong,

2010). Beban kognitif yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap

proses belajarnya. Semakin besar beban kognitifnya (overload) maka semakin

terhambat proses belajarnya. Kondisi kognitif seseorang (siswa) seharusnya

dapat mencapai tingkat ICL yang cukup, mampu menurunkan ECL dan

mampu meningkatkan GCL (Meissner & Bogner, 2013). Sesuai dengan

pernyataan De Jong (2010) bahwa ICL (MMI) siswa disesuaikan dengan

sedikit banyaknya pengetahuan tentang materi yang akan dipelajari. Intrinsic

Cognitive Load (ICL) tinggi (MMI rendah) jika pengetahuan siswa sedikit

terhadap materi yang akan diajarkan dan ICL rendah (MMI tinggi) ketika

siswa mampu menguasai materi yang sedang dipelajari dengan pengetahuan

yang mereka miliki. Ketika ICL rendah (MMI tinggi), maka ECL siswa akan

rendah (UM rendah) karena usaha siswa dalam memahami pelajaran sedikit

begitu pula sebaliknya saat ICL siswa tinggi (MMI rendah), maka ECL siswa

akan tinggi (UM tinggi) dikarenakan siswa harus berusaha keras untuk

memahami pelajaran yang sedang siswa pelajari. GCL akan sangat

(10)

tinggi dibandingkan dengan UM. Dimana hal itu menunjukkan bahwa

pengetahuan awal siswa sudah mencukupi kapasitas memorinya sehingga

usaha yang dilakukan untuk memahami materi yang sedang dipelajari sangat

kecil, dengan demikian beban kognitif yang dirasakan siswa kecil. Beban

dikatakan rendah apabila MMI lebih tinggi dibandingkan UM, MMI dan HB

berbanding lurus (di dalam grafik meningkat).

Berdasarkan uraian mengenai teori beban kognitif yang telah disebutkan

di atas, kemungkinan besar siswa memiliki beban kognitif dalam proses

belajar di sekolah umum dan kemungkinan besar pula terjadi pada siswa di

lingkungan pesantren. Siswa-siswa yang hidup di lingkungan pesantren

memiliki perbedaan dengan siswa yang bersekolah di sekolah umum.

Menurut Chirzin (1974) penyusunan kurikulum pesantren berdasarkan

pemikiran akan kebutuhan anak didik dan masyarakat.

Kebanyakan pondok pesantren telah memakai sistem madrasi sebagai

basis pendidikannya. Sistem madrasi dalam dunia pendidikan modern disebut

juga sistem klasikal (Qomar, 1996). Sistem pendidikan klasikal adalah sebuah

model pengajaran yang bersifat formalistik. Sistem madrasi disebut juga

dengan pendidikan konvensional dengan strategi pengajaran umumnya

menggunakan ceramah. Orientasi pendidikan dan pengajarannya terumuskan

secara teratur dan prosedural, baik meliputi kurikulum, tingkatan dan

kegiatan-kegiatannya (Tim Ponpes Langitan, 2011). Salah satu contoh

pesantren yang memakai sistem ini adalah Pondok Modern Gontor, Jawa

Timur.

Pesantren dan sekolah umum pada umumnya memiliki jumlah mata

pelajaran umum yang sama. Sekolah berbasis pesantren memiliki kurikulum

yang berbeda yaitu ditambah dengan mata pelajaran bidang keagamaan.

Berdasarkan kurikulum yang disesuaikan pada pondok pesantren, kurikulum

terbagi ke dalam empat kajian utama yang dipelajari siswa, yaitu (1) Kajian

Agama Islam (Dirosah Islamiyah) yang mencakup Al-Qur’an, Al-Hadits,

Aqidah & Akhlak, Al-Fiqih, At-Tauhid, dan Tariikhul Islam (Sejarah

(11)

Inggris dan Bahasa Indonesia. (3) Sains dan Teknologi (bagi siswa yang

mengambil jurusan IPA) yang mencakup Matematika, Teknologi dan Ilmu

Komputer, Kimia, Fisika dan Biologi. (4) Ilmu Pengetahuan Sosial (bagi

siswa yang mengambil jurusan IPS) yang mencakup Ekonomi, Geografi,

Sosiologi, Akuntansi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Sejarah (Tim

Ponpes Al-Basyariyah, 2013).

Menurut paparan di atas, siswa pesantren menerima materi pelajaran lebih

banyak berupa mata pelajaran bidang keagamaan dan mata pelajaran umum.

Menurut Soedarso (2010) komposisi materi bidang keagamaan dan mata

pelajaran umum pada sekolah berbasis pesantren dibuat seimbang dengan

materi pendidikan umum yang diperkaya dengan nilai-nilai agama.

Materi-materi tersebut setiap harinya harus dipelajari siswa dan sebagian Materi-materi

bersifat hafalan. Kondisi ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam

mempelajarinya. Keadaan seperti itu didukung kembali oleh strategi

pembelajaran yang lebih menekankan kepada metode ceramah dibanding

metode praktikum. Dilihat dari banyaknya materi yang harus dipelajari serta

strategi pembelajaran yang monoton pada setiap proses pembelajaran

dimungkinkan dapat menimbulkan beban kognitif siswa.

Siswa yang mengenyam pendidikan di lingkungan pesantren diperkirakan

memiliki tingkat beban kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan siswa

yang mengenyam pendidikan di sekolah umum. Beban kognitif yang dialami

siswa dimungkinkan karena adanya keterkaitan dengan strategi belajar yang

digunakan oleh guru untuk mengajar di kelas. Strategi belajar sangat

berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa khususnya pada mata

pelajaran umum yang dimana siswa sudah memiliki beban kognitif yang

sangat berat pada mata pelajaran bidang keagamaan yang hampir

keseluruhannya berupa hafalan. Oleh karena itu, siswa secara tidak langsung

dituntut untuk mampu mengingat semua hal yang dipelajari dengan

kemampuan kerja memori yang terbatas.

Disamping itu, pengaruh media informasi sangat besar terhadap tingkat

(12)

kependidikan yang telah menggunakan program terpadu sesuai dengan

tuntutan era modernisasi zaman ini, pesantren memiliki aturan kedisiplinan

dalam hal penggunaan barang-barang elektronik seperti handphone, laptop,

dan sumber infomasi digital lainnya seperti internet dan media sosial. Hal

tersebut diberlakukan dengan tujuan agar para siswa tidak terpengaruh

dengan kebiasaan dunia luar dan dapat konsentrasi penuh dalam belajar.

Semua informasi mengenai dunia luar dan bahan pelajaran umumnya hanya

diperoleh dari guru, buku-buku perpustakaan dan koran. Khoirunnas (2008)

mengatakan bahwa surat kabar atau biasa disebut koran sangat penting bagi

para santri karena merupakan satu-satunya alat media informasi bagi para

santri di pondok pesantren untuk mengetahui tentang berita teraktual dari

dunia luar pesantren. Khoirunnas (2008) menyatakan hal tersebut

dikarenakan semua alat elektronik dilarang untuk dibawa sebagaimana aturan

dan disiplin pondok pesantren. Keterbatasan-keterbatasan para santri

(siswa-siswa) itulah yang memungkinkan munculnya beban kognitif pada siswa

SMA berbasis pesantren.

Biologi merupakan salah satu kelompok mata pelajaran umum yang wajib

dipelajari siswa di sekolah berbasis pesantren. Mata pelajaran Biologi

termasuk ke dalam kajian Sains dan Teknologi (Tim Ponpes Al-Basyariyah,

2013). Salah satu materi biologi yang dianggap siswa sulit adalah sistem

saraf. Kesulitan materi sistem saraf disebabkan oleh karakteristik materi

yang bersifat abstrak, terdapat konsep-konsep fisiologis serta adanya

mekanisme fisika dan kimiawi yang komplek (Mulyani, 2009). Kesulitan lain

yang mungkin dialami siswa di sekolah berbasis pesantren adalah adanya

penambahan nilai-nilai agama selama proses pembelajaran. Sehingga keadaan

tersebut dimungkinkan dapat mempengaruhi tingkat beban kognitif siswa

SMA berbasis pesantren.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis memandang perlu untuk

melakukan penelitian dengan mengukur beban kognitif siswa-siswa SMA

berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi dan memperbaharui strategi

pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Pada penelitian ini, ICL

(13)

ECL yang diukur merupakan Usaha Mental (UM), dan GCL yang diukur

yaitu Hasil Belajar (HB). Hasil yang akan diukur berdasarkan MMI, UM, dan

HB. Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI) nilainya

berbanding terbalik dengan ICL, Usaha Mental (UM) nilainya akan

berbanding lurus dengan ECL, sedangkan Hasil Belajar (HB) nilainya akan

berbanding terbalik dengan GCL dimana besar kecilnya nilai sangat

bergantung pada ICL dan ECL. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah penelitian berjudul “Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Biologi di SMA Berbasis Pesantren”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana beban kognitif

(cognitive load) siswa di SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran

biologi?”.

Untuk lebih memperjelas permasalahan di atas, rumusan masalah

tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI)

siswa SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi?

2. Bagaimana Usaha Mental (UM) siswa SMA berbasis pesantren dalam

pembelajaran biologi?

3. Bagaimana Hasil Belajar (HB) siswa SMA berbasis pesantren dalam

pembelajaran biologi?

4. Bagaimana korelasi antara MMI, UM, dan HB pada siswa SMA

berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan-batasan tertentu agar lebih mudah

mengarah pada tujuan dan rumusan masalah yang ditentukan. Berikut

(14)

1. Pada penelitian ini, beban kognitif siswa diukur pada saat mempelajari

materi tentang sistem saraf di pembelajaran biologi.

2. Siswa pada kelas XI SMA IPA putri berbasis pesantren. Pesantren

yang diambil berupa pesantren di Bandung yang memiliki sistem wajib

tinggal di asrama bagi siswa-siswanya.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan profil

beban kognitif (cognitive load) pada siswa kelas XI di SMA berbasis

pesantren dalam pembelajaran biologi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peneliti-peneliti Lain

Melalui penelitian ini, para peneliti mendapatkan informasi

mengenai tingkat beban kognitif siswa SMA berbasis pesantren

dengan melakukan pengukuran beban kognitif siswa SMA berbasis

pesantren dalam mempelajari materi biologi. Selain itu para peneliti

dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk referensi apabila ingin

melanjutkan penelitian dalam bentuk eksperimen terhadap siswa-siswa

pesantren.

2. Guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk dijadikan referensi dalam

memperbaiki strategi pembelajaran khususnya pada sekolah di

SMA-SMA berbasis pesantren.

F. Organisasi Penulisan Skripsi

Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi ini

disajikan dalam organisasi penulisan skripsi berikut dengan

pembahasannya. Adapun sistematika yang digunakan dalam skripsi ini

berdasarkan pedoman karya tulis ilmiah Univesitas Pendidikan Indonesia

(15)

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini merupakan bagian awal dari skripsi yang menguraikan latar

belakang penelitian ini yang berkaitan dengan teori beban kognitif

(Cognitive Load Theory), strategi pembelajaran dan sekolah berbasis

pesantren. Kemudian diuraikan pula rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan organisasi penulisan skripsi.

2. Bab II Teori Beban Kognitif: ICL, ECL, dan GCL Siswa di Sekolah

Berbasis Pesantren pada Pembelajaran Biologi

Bab II berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini,

diantaranya Beban Kognitif (Cognitive Load) yang mencakup Intrinsic

Cognitive Load (ICL), Extraneous Cognitive Load (ECL), dan Germane

Cognitive Load (GCL); Sekolah berbasis pesantren; karakteristik materi

sistem saraf; serta penelitian-penelitian yang relevan.

3. Bab III Metodologi Penelitian

Bab III berisi tentang deksripsi mengenai definisi operasional, populasi

dan sampel penelitian, desain penelitian, jenis penelitian, waktu dan lokasi

penelitian, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan data,

prosedur pengumpulan data, dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Temuan dan Pembahasan

Bab IV ini mengemukakan tentang hasil penelitian yang telah dicapai

berdasarkan temuan yang mengacu pada bab III meliputi hasil penelitian

serta pembahasan yang mengacu pada bab II.

5. Bab V Simpulan dan Rekomendasi

Bab V menyajikan simpulan terhadap hasil analisis temuan dari

penelitian, serta rekomendasi penulis yang didasarkan pada

(16)

Dita Alawiyah Marcharis, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah

dipilih oleh peneliti. Berikut definisi operasional dalam penelitian ini:

1. Beban Kognitif / Cognitive Load digambarkan dengan besarnya Kemampuan

Menerima dan Mengolah Informasi (MMI), Usaha Mental (UM) dan Hasil

Belajar (HB) yang dihasilkan serta hubungan antara UM terhadap MMI, UM

Terhadap HB, dan MMI terhadap HB.

2. Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI) merupakan

kemampuan siswa dalam memproses informasi selama proses pembelajaran

sistem saraf yang digambarkan dengan skor kemampuan menerima dan

mengolah informasi diukur melalui pertannyaan-pertanyaan pada worksheet.

3. Usaha Mental (UM) merupakan usaha yang dilakukan siswa dalam mengolah

dan memproses informasi selama proses pembelajaran sistem saraf yang

digambarkan dengan skor usaha mental yang diukur melalui angket

subjective-rating scale.

4. Hasil Belajar (HB) merupakan kemampuan nalar siswa yang dihasilkan dari

proses pembelajaran yang digambarkan dengan skor soal tes pada akhir

pembelajaran bab sistem saraf.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian adalah seluruh beban kognitif siswa

pada pembelajaran biologi yang ada di SMA berbasis pesantren di Kota Bandung.

2. Sampel

Sampel yang diambil adalah beban kognitif siswa pada pembelajaran biologi

di SMA berbasis pesantren yaitu pesantren dengan karakteristik berupa pesantren

di Bandung yang memiliki sistem wajib tinggal di asrama bagi siswa-siswanya

(17)

SUMBER BELAJAR

yang diambil sebagai sampel adalah kelas XI IPA Putri Pondok Pesantren

Al-Basyariyah yang terdiri dari 40 siswa.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan pedoman dalam melakukan proses penelitian.

Berikut desain penelitian dalam penelitian ini:

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian Terhadap Pengukuran Beban Kognitif Siswa

Pesantren

Siswa SMA kelas XI IPA dari Pesantren Al-Basyariyah diukur beban

kognitifnya pada pembelajaran biologi materi sistem saraf disertai dengan melihat

strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam kelas. Kemudian siswa dari

pesantren tersebut diukur MMI, UM, dan HB. Pengukuran MMI menggunakan

instrumen worksheet, pengukuran UM menggunakan instrumen kuisioner dan

pengukuran HB menggunakan soal yang disediakan peneliti sebagai ujian akhir

bab sistem saraf (soal tes). Skor dari MMI akan dikorelasikan dengan skor UM

serta skor HB.

PEMBELAJARAN BIOLOGI

Kelas

XI IPA

Berbasis Pesantren INPUT

OUTPUT

MMI UM HB

BEBAN KOGNITIF

(18)

D. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan termasuk ke dalam kelompok penelitian

deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau

menginterpretasikan data sebagaimana adanya. Sebagaimana dikemukakan oleh

Arikunto (2006) bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang

ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Peneliti mendeskripsikan hasil pengukuran beban kognitif siswa kelas XI IPA

dalam pembelajaran biologi materi sistem saraf yang diperoleh dari SMA berbasis

pesantren.

E. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 di pesantren yang

memiliki karakteristik wajib tinggal di asrama bagi siswa-siswanya. Yaitu Pondok

Pesantren Al-Basyariyah, Cigondewah Hilir, Kota Bandung.

F. Instrumen Penelitian

1. Worksheet mengenai materi sistem saraf

Worksheet berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengukur Kemampuan

Menerima dan Mengolah Informasi (MMI) siswa pada materi sistem saraf. Dalam

Worksheet mengukur Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI)

akan menghasilkan data yang berbanding terbalik dengan besarnya ICL.

Instrumen tes pada worksheet berisi pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan

dengan kompleksitas isi berbeda atau task complexity (Brunken, et al., 2010)

berdasarkan standar pengolahan informasi dari Marzano (1993).

Terdapat lima soal pada worksheet di setiap pertemuan. Skala penilaian yang

digunakan mulai dari 0-3 dilihat dari tingkat kompleksitas jawaban yang diberikan

siswa. Skor kemampuan analisis dikonversi dalam bentuk kualitatif dengan

(19)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pertanyaan Task Complexity pada Worksheet

Menyebutkan tiga jenis neuron. 1 1

Menyebutkan struktur neuron. 2 1

Menyebutkan perbedaan gerak sadar dan

gerak refleks.

1 2

Menyebutkan fungsi utama sumsum

tulang belakang dalam gerak refleks.

impuls antara kedua gerak tersebut.

3 2

Aplikasi

Informasi

Penerapan prinsip mekanisme

penghantaran impuls dan kaitannya

dengan kerusakan pada neuron.

4 1

Penerapan prinsip mekanisme

penghantaran impuls pada gerak refleks

dan kaitannya dengan kejadian

sehari-hari.

(20)

Untuk dapat menilai skor siswa dari worksheet, digunakan rubrik yang

dijabarkan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Rubrik Penskoran Pertanyaan Task Complexity pada Worksheet

Soal Nomor Jawaban Skor

1

Jawaban keseluruhan tepat dan jelas 3

Jawaban tepat tetapi kurang jelas 2

Jawaban kurang tepat dan kurang jelas 1

Jawaban keseluruhan salah 0

2

Jawaban keseluruhan tepat dan jelas 3

Jawaban tepat tetapi kurang jelas 2

Jawaban kurang tepat dan kurang jelas 1

Jawaban keseluruhan salah 0

3

Jawaban benar dan lengkap 3

Jawaban benar tetapi hanya terjawab 2 2

Jawaban benar tetapi hanya terjawab 1 1

Jawaban seluruhnya salah 0

4

Jawaban keseluruhan tepat dan jelas 3

Jawaban tepat tetapi kurang jelas 2

Jawaban kurang tepat dan kurang jelas 1

Jawaban keseluruhan salah 0

Skor total yang telah didapat melalui rubrik penskoran pertanyaan task

complexity pada worksheet, dikategorisasi berdasarkan Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Kategorisasi Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi

Skor Skor Konversi Skala 100 Kategori Kualitatif

(21)

2. Kuisioner

Kuisioner diberikan untuk mengukur usaha mental (UM) siswa yaitu

seberapa besar siswa berusaha untuk memahami materi pelajaran yang

disampaikan oleh gurunya yang berkaitan dengan strategi yang digunakan guru

dalam proses pembelajaran. Kuisioner yang digunakan untuk mengukur usaha

mental siswa akan menghasilkan data yang berbanding lurus dengan besarnya

ECL. Skala penilaian menggunakan skala Likert. Skala Likert terdiri dari sangat

membantu (skor 1), membantu (skor 2), kurang membantu (skor 3), tidak

membantu (skor 4). Semakin rendah rata-rata nilai yang didapat, semakin rendah

usaha mental yang diperlukan siswa untuk memahami materi ajar. Skala penilaian

yang digunakan mulai dari 1-4 dilihat dari tingkat kompleksitas jawaban yang

diberikan siswa. Skor Usaha Mental (UM) dikonversi dalam bentuk kualitatif

dengan merujuk pada kategorisasi dari Arikunto (2013).

Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Lembar Kuisioner dengan Skala Likert

Skor Kategori

1 Sangat membantu

2 Membantu

3 Kurang membantu

4 Tidak membantu

Skor total yang telah didapat melalui rubrik penskoran lembar kuisioner,

dikategorisasi berdasarkan Tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5 Kategorisasi Kualitatif Pembelajaran Melalui Lembar Kuisioner

Skor Skor Konversi Skala 100 Kategori Kualitatif

3,41-4,00 80-100 Sangat kesulitan

2,81-3,40 60-79 Kesulitan

2,21-2,80 40-59 Sedikit kesulitan

1,61-2,20 20-39 Tidak kesulitan

1,00-1,60 0-19 Sangat tidak kesulitan

(22)

3. Soal Tes

Soal tes dibuat oleh peneliti untuk mengukur tingkat penalaran (HB) siswa

dalam mempelajari materi sistem saraf. Soal tes berupa soal pilihan ganda

berdasarkan indikator penalaran dari Marzano yang mencakup dimensi tiga yang

meliputi analyzing perspectives, analysis errors, abstracting, deduction,

induction, decision making, comparing, classifying dan constracting support.

Instrumen ini digunakan untuk mengukur beban germane. Skor dari soal tes ini

akan dihubungkan dengan kemampuan menerima dan mengolah informasi siswa

(dari worksheet) dan usaha mental siswa (dari kuisioner). Skor akhir dari soal tes

akan dikonversi ke dalam skala 100. Skor hasil belajar ini merujuk pada

kategorisasi dari Arikunto (2013).

Tabel 3.6 Kategorisasi Hasil Belajar Melalui Soal Tes dan Instrumen

Penelitian

Skor Kategori Kualitatif

80-100 Baik Sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

30-39 Gagal

(Arikunto, 2013)

4. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan mencakup lembar wawancara dan video

pembelajaran. Lembar wawancara digunakan untuk mengklarifikasi data hasil

MMI yang berbanding lurus dengan data hasil UM. Wawancara dilakukan setelah

skor hasil dari data MMI dan UM terkumpul. Video pembelajaran digunakan

untuk mengamati strategi yang digunakan guru saat mengajar serta untuk

pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan faktor-faktor lain yang

(23)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari

pemberian worksheet untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerima dan

mengolah informasi (MMI), pemberian kuisioner untuk mengukur usaha mental

(UM) siswa, tes harian bab sistem saraf untuk mengukur tingkat penalaran siswa

terhadap materi sistem saraf (HB), dan wawancara yang dilakukan ketika hasil

pengukuran MMI dan HB tidak sejalan dengan UM. Adapun rincian teknik

pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data

No. Data Waktu Pengambilan Data Instrumen

1. Kemampuan siswa

menerima dan

mengolah informasi (MMI)

Di setiap akhir pembelajaran Worksheet

2. Usaha mental (UM) Di setiap akhir pembelajaran Kuisioner

3. Tingkat pemahaman

4. Lembar observasi Setelah perhitungan skor dari data MMI dan UM terkumpul

Wawancara

H. Prosedur Pengumpulan Data

Tahap dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini meliputi:

a. Membuat instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang dibuat mencakup worksheet mengenai materi

sistem saraf, kuisioner tentang respon siswa terhadap strategi pembelajaran

yang dilakukan guru, dan tes harian bab sistem saraf. Kisi-kisi worksheet

(24)

berbeda atau task complexity (Brunken, et al., 2010) berdasarkan standar

pengolahan informasi dari Marzano (1993) sedangkan kisi-kisi tes harian

dibentuk berdasarkan standar berpikir kompleks berupa dimensi belajar dari

Marzano (1994). Setelah instrumen selesai dibuat, instrumen di judgement

oleh dosen ahli, kemudian dilakukan uji coba.

b. Uji coba instrumen

Instrumen yang diuji coba adalah soal tes bab sistem saraf. Uji coba

instrumen dilakukan pada 38 mahasiswa tingkat I jurusan pendidikan biologi

FPMIPA UPI. Untuk menganalisis kelayakan soal yang dibuat, maka

diambillah sampel pengujian. Sampel pengujian diambil dari perhitungan

27% untuk kelompok atas dan 27% untuk kelompok bawah dari seluruh

populasi. Setelah dilakukan penghitungan, didapat 10 mahasiswa tingkat atas

dan 10 mahasiswa tingkat bawah. Hasil tes yang didapat kemudian dianalisis

dengan menggunakan program ANATES versi 5.0.2. Rincian analisis pokok

uji pada tiap butir soal pilihan ganda adalah uji validitas, uji reliabilitas,

tingkat kesukaran soal, dan kualitas pengecoh soal.

1) Uji Validitas Butir Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu

tes. Suatu tes dikatakan sahih apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak

diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan

kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto,

2013). Berikut rumus uji validitas butir soal dan kriteria validitas pada Tabel

3.8:

r

xy

=

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Deskripsi:

rxy = Koefisien korelasi = validitas item

X = Skor tiap siswa pada item tersebut

(25)

N = Jumlah seluruh siswa

ΣX= Jumlah skor seluruh siswa pada item tersebut

ΣY= Jumlah skor total seluruh siswa pada test

Tabel 3.8 Kriteria Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,80 Tinggi

0,40-0,60 Cukup

0,20-0,40 Rendah

0,00-0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2013)

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus uji validitas butir soal,

diperoleh hasil yang akan diinterpretasikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Butir Soal Pilihan Ganda (Soal Tes)

Kriteria Nomor Soal Total Keterangan

Tinggi 4, 8, 9, 12, 13, 16 6 Digunakan

Cukup 5, 10, 14, 15, 17 5 Digunakan

Rendah 3, 6, 7 3 Revisi

Sangat rendah 1, 2, 11, 18 4 Revisi, nomor 11

soal diubah

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau

ketetapan hasil pengukuran soal, artinya jika kepada siswa-siswa diberikan

tes yang serupa pada waktu yang berbeda maka setiap siswa akan tetap

(26)

Perhitungan uji reliabilitas menggunakan program ANATES versi 5.0.2.

Berikut kriteria reliabilitas pada Tabel 3.10:

Tabel 3.10 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,80 - 1,00 Sangat Tinggi

0,60 - 0,79 Tinggi

0,40 - 0,59 Cukup

0,20 - 0,39 Rendah

0,00 - 0,19 Sangat Rendah

(Arikunto, 2013)

Pengukuran reliabilitas dapat menggunakan indikator yang tercantum

dalam Tabel 3.4. Hasil yang diperoleh untuk perhitungan uji reliabilitas pada

soal-soal tes bab sistem saraf yang dihitung dengan bantuan program

ANATES versi 5.0.2 adalah 0,73. Soal pilihan ganda pada soal tes bab sistem

saraf dengan hasil uji reliabilitas 0,73 termasuk ke dalam kategori tinggi.

3) Daya Pembeda

Uji daya pembeda merupakan salah satu cara untuk memeriksa apakah

pertanyaan yang diberikan dapat membedakan antara siswa yang masuk ke

dalam kategori siswa tingkat atas dan siswa tingkat bawah (Arikunto, 2013).

Berikut rumus daya pembeda:

Deskripsi:

DP= Daya pembeda

U = Jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok atas untuk tiap soal

L = Jumlah siswa yang menjawab benar dari kelompok bawah untuk tiap

soal

(27)

Kategorisasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.5. Daya Pembeda

dihitung dengan bantuan program ANATES versi 5.0.2. Berdasarkan hasil

perhitungan analisis tiap butir soal, daya pembeda dari soal tes bab sistem

saraf dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Kategorisasi Daya Pembeda

Berdasarkan kategorisasi daya pembeda pada Tabel 3.11, didapatkan hasil

perhitungan daya pembeda soal tes bab sistem saraf yang dijabarkan pada

Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Bab Sistem

Saraf

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal

tersebut tergolong mudah, sedang atau sukar sebagaimana penjelasan

Arikunto (2013) yang menjelaskan bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan

yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal. Uji tingkat kesukaran soal

dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

(28)

Deskripsi:

TK= Tingkat kesukaran

U = Jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar untuk tiap soal

L = Jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar untuk tiap

soal

T = jumlah seluruh siswa dari kelompok tinggi dan kelompok rendah

Tabel 3.13 Interpretasi Indeks Kesukaran

Berdasarkan interpretasi indeks kesukaran pada Tabel 3.13 di atas,

didapatkan hasil perhitungan tingkat kesukaran pada soal dengan

menggunakan program ANATES versi 5.0.2 yang digambarkan pada Tabel

3.14.

Tabel 3.14 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Bab Sistem Saraf

Interpretasi Nomor Soal Jumlah Presentase Keterangan

(29)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Melaksanakan tes

Dipilih SMA berbasis pesantren dengan karakteristik pesantren memiliki

aturan wajib tinggal di asrama bagi siswa-siswanya. Kemudian dari pesantren

tersebut dipilih satu kelas IPA untuk dijadikan subjek penelitian. Selama

proses pembelajaran bab sistem saraf, siswa diberikan tes berupa worksheet

dan kuisioner serta pada akhir pembelajaran siswa diberi soal tes yang berisi

soal pilihan ganda mencakup keseluruhan materi sistem saraf.

b. Melakukan wawancara

Berdasarkan uraian sebelumnya, wawancara akan digunakan secara

kondisional, yaitu saat skor worksheet siswa berbanding terbalik dengan

kuisioner atau skor worksheet siswa berbanding terbalik dengan skor soal tes.

3. Tahap Pasca Pelaksanaan Penelitian

a. Melakukan pengolahan data

Hasil tes dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif serta dideskripsikan

untuk mengetahui tingkat beban kognitif siswa pada pembelajaran biologi di

SMA berbasis pesantren.

b. Menyusun kesimpulan

Kesimpulan disusun berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dibuat

dan hasil penelitian yang didapat.

I. Analisis Data

Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis

kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil perhitungan uji statistika

komponen beban kognitif siswa. Analisis kualitatif digunakan untuk

menggambarkan profil komponen beban kognitif siswa berdasarkan rubrik

kategorisasi dan menganalisis strategi mengajar guru serta hasil wawancara yang

berkaitan dengan hasil pengukuran beban kognitif siswa. Berikut langkah-langkah

(30)

1. Analisis data untuk menggambarkan komponen beban kognitif yang

diinterpretasikan berdasarkan rubrik kategorisasi (Tabel 3.3, Tabel 3.5, Tabel

3.6). Analisis ini mencakup:

a. Analisis data dari skor Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi

(MMI) dan Usaha Mental (UM) diinterpretasikan dengan dua cara. Cara

pertama, Skor Kemampuan Menerima dan mengolah Informasi (MMI) dan

Usaha Mental (UM) dihitung berdasarkan skor asal yaitu variabel MMI

memiliki rentang skor 0-3 dengan skor maksimal 3 (Tabel 3.3). Sedangkan

skor asal dari variabel Usaha Mental (UM) ada pada rentang 1-4 dengan skor

maksimal 1 (tabel 3.5). Skor asal yang telah didapat, dapat menentukan

besarnya MMI dan UM berdasarkan rubrik kategorisasi. Interpretasi data

dengan cara kedua adalah dengan mengkonversikan data ke dalam skala 100

dari skor asal yang telah didapat. Skor konversi dari variabel MMI dan UM

memiliki skor maksimal 100. Skor konversi digunakan dalam uji statistika.

Selain itu, data yang telah dikonversi, digunakan untuk mencari tingkat beban

kognitif siswa dengan skor Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi

(MMI) dan skor Usaha Mental (UM) dengan perhitungan MMI-UM.

Perhitungan ini digunakan berdasarkan pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15 Kategori Tingkat Beban Kognitif

Tingkat Beban Kognitif Keterangan

Tidak Ada Beban Kognitif MMI > UM

Terdapat Beban Kognitif MMI < UM

b. Analisis data Hasil Belajar (HB) diinterpretasikan langsung ke dalam

konversi skala 100 (skor maksimal 100). Data dari variabel Hasil Belajar

(HB) dapat dikategorikan berdasarkan rubrik kategorisasi pada Tabel 3.6.

Skor variabel HB digunakan pula dalam uji statistika. Selain itu, skor Hasil

Belajar (HB) merepresentasikan kemampuan penalaran siswa, sehingga

dibentuk presentase Hasil Belajar (HB) berdasarkan indikator penalaran dari

(31)

2. Analisis kuantitatif berdasarkan uji statistika untuk melihat hubungan antar

komponen beban kognitif. Skor konversi yang telah dihasilkan, diuji

normalitas dan homogenitasnya untuk menetapkan apakah suatu sampel di

dalam suatu populasi berdistribusi normal dan homogen atau tidak.

Perhitungan statistik dilakukan dengan bantuan Statistical Package for Sosial

Science (SPSS) 20 for Window dengan tipe aplikasi uji Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat signifikansi (α) 0,05. Analisis data untuk melihat besarnya beban kognitif siswa SMA berbasis pesantren dilakukan dengan uji korelasi

dan regresi. Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

UM terhadap MMI, MMI terhadap HB serta UM terhadap HB dari kelas XI

SMA berbasis pesantren yang diukur beban kognitifnya. Keseluruhan data

terdistribusi normal, sehingga uji korelasi yang digunakan adalah korelasi

Pearson. Uji korelasi dilakukan dengan bantuan program SPSS 20 for

window. Uji Regresi dilakukan ketika dua variabel menunjukkan adanya

korelasi yang signifikan.

Tabel 3.16 Makna Koefisien Korelasi

Makna Koefisien

Korelasi Besar Angka (Positif) Besar Angka (Negatif)

Tidak ada 0,00 0,00

Rendah sekali 0,00 < ρ < 0,20 -0,20 < ρ < -0,00

Rendah 0,20 < ρ < 0,40 -0,40 < ρ < -0,20

Sedang 0,40 < ρ < 0,60 -0,60 < ρ < -0,40

Tinggi 0,60 < ρ < 0,80 -0,80 < ρ < -0,60

(32)

J. Bagan Alur Penelitian

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

Revisi Instrumen

Penyusunan dan Pembuatan Instrumen Penelitian

Uji Coba Instrumen Judgement Instrumen

Studi Kepustakaan

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Revisi Proposal

Perizinan Penelitian

Penentuan Sampel Penelitian Perizinan Penelitian Pesantren

Wawancara (jika perlu) Pelaksanaan Penelitian di Sekolah

Worksheet (ICL) Kuisioner (ECL) Tes Harian (GCL)

Data

Pengolahan data dan Pembahasan

Kesimpulan

(33)

Dita Alawiyah Marcharis, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Beban Kognitif siswa SMA berbasis pesantren pada pembelajaran biologi

(materi sistem saraf) di sekolah berbasis pesantren sangat bergantung pada tiga

komponen beban kogntif yaitu Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi

(MMI), Usaha Mental (UM), dan Hasil Belajar (HB). Siswa-siswa kelas XI SMA

di sekolah berbasis pesantren memiliki MMI yang termasuk ke dalam kategori

sedang. Sedangkan UM siswa termasuk ke dalam kategori tidak kesulitan atau

siswa hanya menggunakan sedikit usaha mentalnya dalam mempelajari materi

biologi di dalam kelas. Kemudian HB siswa termasuk ke dalam kategori kurang.

Hasil korelasi dari ketiga komponen beban kognitif menunjukkan adanya

korelasi negatif yang signifikan antara UM terhadap HB (nilai r negatif) yang

menunjukkan penurunan UM pada siswa berkontribusi signifikan terhadap

besarnya HB. Korelasi negatif antara UM-MMI dan korelasi positif antara

MMI-HB menggambarkan bahwa pembelajaran sudah dapat mengendalikan beban

kognitif siswa khususnya UM siswa tetapi kurang berpengaruh pada

pengembangan nalar (MMI-HB tidak signifikan), dengan kata lain masih ada

beban kognitif pada siswa di SMA berbasis pesantren diakibatkan karena adanya

ketidaksesuaian antara strategi pembelajaran dengan kemampuan nalar siswa.

Dalam hal ini, hubungan strategi pembelajaran di dalam kelas dengan

pengembangan nalar tidak dapat dijelaskan dengan MMI (korelasi MMI terhadap

HB tidak signifikan) yang berarti proses pembelajaran di dalam kelas menjadi

kurang bermakna akibat proses pembelajaran yang belum diarahkan kepada

pengembangan nalar. Sehingga peningkatan nalar siswa berbasis pesantren terjadi

(34)

B. REKOMENDASI

Hasil penemuan dari penelitian ini adalah masih terdapat beban kognitif pada

siswa SMA berbasis pesantren diakibatkan karena adanya ketidaksesuaian antara

strategi pembelajaran dengan kemampuan nalar siswa. Sehingga strategi

pembelajaran di dalam kelas tidak support terhadap peningkatan kemampuan

nalar dan berpikir logis siswa yang menyebabkan strategi pembelajaran di dalam

kelas menjadi kurang bermakna.

Berdasarkan hasil penemuan ini, strategi pembelajaran yang dilakukan pada

waktu proses pembelajaran di dalam kelas perlu diperbaiki lagi yaitu

strategi-strategi yang dapat meningkatkan nalar dan menghasilkan pembelajaran yang

bermakna agar pembelajaran pada jam operasional normal (pembelajaran di dalam

kelas) dapat meningkatkan nalar siswa sehingga peningkatan nalar pada siswa

berbasis pesantren dapat terjadi pada proses pembelajaran di dalam kelas.

Peningkatan nalar siswa pada proses pembelajaran di dalam kelas bisa dilakukan

dengan cara pemberian materi secara terstruktur, memperhatikan prior knowledge

dan proses kognitif siswa, serta menekankan pembelajaran berbasis dimensi

belajar. Selain itu, strategi pembelajaran perlu ditingkatkan dalam hal peningkatan

logika dan cara berpikir siswa, khususnya materi biologi dengan cara

mengkorelasikan antara segala proses yang terjadi di dalam tubuh hingga

kejadian-kejadian alam dengan penjelasan-penjelasan dalam ayat Al-Quran dan

Hadits, sehingga terjadi keseimbangan antara logika dan cara berpikir siswa

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jilid 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Bannert, M. (2002). Managing Cognitive Load – recent trends in cognitive load theory. Learning and Instruction. 12: 139-146

Bunch, J. M. (2009). An approach to reducing cognitive load in the teaching of introductory database concepts. Journal of Information Systems Education. 20(3): 269-275.

Brunken, R., Seufert, T., & Paas, F. (2010). Measuring Cognitive Load. Dalam Plass J. L. Moreno R., & Brunken, R. (eds.). Cognitive Load Theory. Cambridge: Cambridge University Press.

Campbell, N. A. Et al. (2008). Biologi Edisi kedelapan jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Chandler, P. & Sweller, J. (1991). "Cognitive Load Theory and the Format Instruction". Faculty of Education Paper University of Wallongong.

Chirzin, M. Habib. (1974). Pesantren dan pembaharuan (Agama Ilmu dan Pesantren). Jakarta: LP3ES

De Jong, T. (2010). Cognitive load theory, educational research, and instructional design: some food for thought. International Science. 38(2): 105-134.

Ege, B. (2010). Efektivitas Model Pembelajaran Heuristik Vee untuk meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Konsep Sistem Saraf. (Tesis) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Fachrunnisa, R. (2014). Cognitive Load of Senior High School Student on Connected Teaching Excretory System Using Instructional Framework Based on Learning Dimensions. (Skripsi). Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

(36)

Kalyuga, S. (2011). Informing: a cognitive load perspective. International Journal of an Emerging Transdiscipline. 14(1): 33-45.

Khoirunnas, Imam. (2008). [Celoteh Santri] Koran Berbahasa Inggris. [Online]. Diakses dari: http://darunnajah.com/2008/878 [5 Maret 2015]

Kurnadi, K. A. (2009). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia (1). Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Laksmi, J.A., Handayani, N., & Suarsini, E. (2013). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia pada Mata Pelajaran Biologi Materi Ekskresi Kelas XI SMA Brawijaya Smart School Malang. Artikel ___. Universitas Negeri Malang.

Lubis, S. (2013). Pondok Pesantren. [Online]. Diakses dari: http://sakban3. blogspot.com/2013/05/pondok-pesantren.html [11 Juni 2015]

Marzano, R. J. (1992). A Different Kind of Classroom. Alexandria: The Association for Supervision and Curriculum Development.

Marzano R. J., Pickering D. & McTighe J. (1993). Assesing Student Outcomes: Performance Assesment Using the Dimensions of Learning Model. Association for Supervision and Alexandria: Curriculum Development.

Masitoh. (2010). Strategi Pembelajaran (pdf). Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ KURIKULUM_DAN_ TEK._PENDIDIKAN/194806261980112-MASITOH/Strategi_Pembelajaran-Dra._ Masitoh,_ M.Pd..pdf

Mayer, R. E. (2002). Rote versus meaningful learning. Theory into Practice. 41: 226-232.

Meissner, B., & Bogner, F. X. (2013). Towards cognitive load theory as guideline for instructional design in science education. World of Journal Education. 3(2): 24-37.

Moreno, R. & Mayer, R. E. (1999) Cognitive principles of multimedia learning: The role of modality and contiguity. Journal of Educational Psychology. 91(2): 358-368.

Mulyadi, D. (2012). Penerapan Model Pengajaran Remedial Online pada Konsep Sistem Koordinasi untuk Meningkatkan Motivasi dan Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa SMA. (Tesis) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mulyani, Asep. (2009). Pembelajaran Sistem Saraf Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Siswa. (Tesis) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(37)

Paas, F., Renkl, A., & Sweller, J. (2004). Cognitive load theory: Instructional implication of the interaction between information structures and cognitive architecture. Instructional Science. 32: 1-8

Panggabean, L. P. (2001). Statistika Dasar. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Pujiyanto, S. (2012). Menjelajah Dunia Biologi 2. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Qomar, M. (1996). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahmat, A & Soesilawaty, S. A. (2014). Beban Kognitif Kemampuan Berfikir Interdisiplin Siswa SMA dalam Pembelajaran Biologi terhubung Berbasis Dimensi Belajar (Jilid 20). Jurnal Ilmu Pendidikan. 1: 66-74.

Retnowati, E. (2008). Keterbatasan Memori dan Implikasinya dalam Mendesain Metode Pembelajaran Matematika. Artikel Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta.

Sari, P. M. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah, dan Penguasaan Konsep Sistem Regulasi. (Tesis) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Soedarso, D. (2010). Lembaga Pendidikan Islam Terpadu. [Online]. Diakses dari: http://dedingsudarso.blogspot.com/2010/04/lembaga-pendidikan-islam-terpadu.html [28 April 2015].

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sweller, J. (1993). Some cognitive-processes and their consequences for the organization and presentation of information. Australian Journal of Psychology. 45: 1-8.

Sweller, J. (1994). Cognitive load theory: learning difficulty and instructional design. Journal of Learning and Instruction. 4(1): 295-312.

Sweller, J. (2010). Element interactivity and intrinsic, extranous and germane cognitive load. Educational Psychology Review. 22(1): 123-138

Sweller, J., van Merri ̈nboer, J. J. G., & Paas, F. G. W. (1998). Cognitive architecture and instructional design. Educational Psychology: Review. 10: 251-296

(38)

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian Terhadap Pengukuran Beban Kognitif Siswa
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pertanyaan Task Complexity pada Worksheet
Tabel 3.2 Rubrik Penskoran Pertanyaan Task Complexity pada Worksheet
Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Lembar Kuisioner dengan Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang masih berlaku 2 Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) yang masih berlaku 3 Akte Pendirian Perusahaan &amp; perubahannya..

Saya membuat aplikasi untuk monitoring kendaraan dijalan tol yang saya lakukan pertama kali adalah mempersiapkan kamera yang akan digunakan untuk menggambil gambar kendaraan

Menghapus node pada AVL Tree sama dengan menghapus binary search tree procedure dengan perbedaan pada penanganan kondisi tidak balance.. Penanganan kondisi tidak balance pada

Siswa dapat menyelesaikan soal cerita dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan irisan / gabungan suatu himpunan.. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan irisan

- OPERASIONALISASI PENERBITAN IZIN USAHA DI BIDANG PETERNAKAN, PERIKANAN DAN IZIN USAHA OBAT TRADISIONAL.. Waktu Pelaksanaan 05-01-2017 sampai

Berdasarkan temuan tersebut, dapat disarankan kepada para guru dan pihak sekolah lainnya untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang

Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang

Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui masyarakat sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku. Tata kelakuan lebih menunjukkan fungsi sebagai pengawas