• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mind mapping sebagai alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa dalam materi vertebrata kelas XA SMA Santo Mikael Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mind mapping sebagai alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa dalam materi vertebrata kelas XA SMA Santo Mikael Sleman."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

MIND MAPPING SEBAGAI ALAT EVALUASI UNTUK MENGETAHUI KOMPLEKSITAS DAN KOMPREHENSIF PEMAHAMAN SISWA DALAM MATERI

VERTEBRATA KELAS XA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN Fransisca Aprilia Widyaningsih

Universitas Sanata Dharma 2015

Alat Evaluasi konvensional kurang mengakomodasi kecerdasan ganda yang dimiliki siswa, dan cenderung memaksa siswa untuk belajar hafalan. Penelitian ini dibuat untuk memberikan alternatif alat evaluasi yang mengakomodasi kecerdasan ganda siswa dan membangun suasana evaluasi yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mind mapping dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa dalam materi vertebrata. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Mei sampai 13 Mei 2015 di kelas XA SMA Santo Mikael Sleman.

Ada dua macam data yang diperlukan dalam penelitian ini; yaitu (1) nilai dari tes pemahaman berupa tes esai dan (2) nilai tes pemahaman dalam pembuatan mind mapping.Data diuji homogenitas dan normalitas dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov dan homogenitas varian dan menunjukkan data normal serta homogen sehingga dapat dilanjutkan dengan perhitungan data menggunakan korelasi Pearson dengan taraf signifikan 0,01.

Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi antara nilai tes pemahaman dengan membuat

mind mappingdan nilai tes pemahaman dengan soal esai. Korelasi Pearson rxy = 0,780; lebih

besar dari nilai kritikal rcrit = 0,561.Siswa dengan tingkat pemahaman konsep tinggi akan

mendapatkan nilai tinggi pula pada pembuatan mind mapping karena isi yang kompleks dan komprehensif. Demikian juga dengan siswa yang memiliki tingkat pemahaman rendah, memiliki nilai pembuatan mind mapping rendah karena isi yang tidak kompleks dan kurang komprehensif. Penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara nilai pembuatan mind mapping dan nilai tes pemahaman yang berkorelasi positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa mind

mapping dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan

komprehensif pemahaman siswa.

(2)

MIND MAPPING AS AN EVALUATION INSTRUMENT TO FIND OUT THE COMPLEXITY AND COMPREHENSIVE STUDENTS’ UNDERSTANDING ON VERTEBRATA BY 10THA GRADE STUDENT OF SANTO MIKAEL SLEMAN HIGH

SCHOOL

Fransisca Aprilia Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

2015

Conventional evaluation tooldoesn’t accommodate multiple intelligent student’s have, and inclined student to learn by heart. This research giving alternative evaluation tool to accommodate multiple intelligent student has and develop situation happines of evaluation. This research has a purpose to know whether a mind mapping can be used to measure student’s complexity and comprehension about vertebrata lesson. This observation was conducted on May 5th until May 13th in the XA grade of Santo Mikael Sleman senior high school.

There are two kinds of data required in this research;(1) the score of the comprehension test which is presented in essay form and (2) the score of comprehension test in mind mapping form. Homogeneity and normality data were tested using Kolmogorov Smirnov and homogeneity variance test. The results showed that it were normal and homogenous so that the researcher could continue data calculation using Pearson correlation with significant value 0, 01.

The result showed that there were correlation between the score of comprehension test with mind mapping and the score of comprehension test with essay. Pearson Correlation on rxy =

0,780 is bigger than critical score rcrit = 0,561. Students withhigher understanding concept will

get higher score in mind mapping because its complexity and comprehension. While students with the lower level of understanding, get lower score in mind mapping because the content is not complex and comprehensive. This research showedpositive correlation between mind mapping making and the score of comprehension test.So that theconclusion of this research is mind mapping can be used to measure how complex and comprehensive students’ understanding are.

(3)

MIND MAPPING SEBAGAI ALAT EVALUASI UNTUK MENGETAHUI KOMPLEKSITAS DAN KOMPREHENSIF PEMAHAMAN SISWA

DALAM MATERI VERTEBRATA KELAS XA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Fransisca Aprilia Widyaningsih NIM: 111434023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

MIND MAPPING SEBAGAI ALAT EVALUASI UNTUK MENGETAHUI KOMPLEKSITAS DAN KOMPREHENSIF PEMAHAMAN SISWA

DALAM MATERI VERTEBRATA KELAS XA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Fransisca Aprilia Widyaningsih NIM: 111434023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Do the best, let God do the rest..

Sing teteken kanthi tekun bakal tekan..

Dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan

(Roma 5:4)

Karya ini teristimewa kupersembahkan untuk..

 Bapa di Surga yang mengizinkan aku mengalami proses kehidupan dan setiap pengalaman studi hingga saat ini. Tuhan Yesus, Bunda Maria yang setia menemani dan menolong setiap langkah perjuanganku.

 Ibu-Bapak: Pengorbananmu tiada pernah kan terbalaskan, hanya seuntai kata terima kasihku.

 Boni dan Desi :Adik-adik terhebat yang dengan caranya memberikan dukungan dan motivasi hidupku.

 Almamaterku.

(8)
(9)
(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus atas segala berkat dan limpahan kasih-Nya yang selalu tercurah dalam hidupku, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penelitian dengan judul “Mind Mapping

Sebagai Alat Evaluasi untuk Mengetahui Kompleksitas dan Komprehensif Pemahaman Siswa dalam Materi Vertebrata Kelas XA SMA Santo Mikael

Sleman” ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, yang telah berkenan membimbing, memberi gagasan, dukungan serta motivasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Luisa Diana Handoyo M.Si. yang telah membimbing serta mendampingi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Antonius Tri Priantoro M.For.Sc. selaku kaprodi dan penguji skripsi yang memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan isi skripsi.

3. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari M.Pd. yang telah memberikan inspirasi untuk penelitian alat evaluasi dan memberikan banyak masukan untuk penyempurnaan isi skripsi.

4. Bapak Markus Sri Purwantoro S.Pd. yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian di SMA Santo Mikael Sleman.

5. Ibu Fransiska Galuh Pramesti S.Pd. selaku guru Biologi SMA Santo Mikael yang telah membantu, memberi dukungan, masukan dan semangat kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat selesai.

(11)

viii

7. Dosen-dosen Pendidikan Biologi, terima kasih atas semua ilmu dan kesempatan belajar yang diberikan kepada saya.

8. Seluruh staf administrasi Universitas Sanata Dharma, sekretariat FKIP dan JPMIPA atas bantuan yang diberikan selama saya menempuh studi pendidikan.

9. Ibu dan Bapak tercinta, Ibu Bernadheta Mujiati dan Bapak Petrus Salimin atas segala cinta dan kasih yang selalu tercurah dalam hidupku, pengorbanan yang tiada pernah dapat ku balas, dukungan doa, semangat, materi sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini.

10. Bonifatius Yuni Setyawan, Natalia Desi Wulandari adik-adik terhebat yang memberi motivasi, dukungan, semangat. Bersyukur hidup dan bertumbuh bersama kalian.

11. Planktoner’s new and big family. Proud of you all.

12. Agnes Ria Setiana yang memberikan inspirasi luar biasa dalam perjalanan studi terimakasih sahabat kamu hebat!

13. Monica Jatu Triatmawati sahabat dalam komunitas terimakasih.

14. Mikaela Galuh, Novelania, Ricca, Helen, Sr. Ledi, Ervin, Reni, Ancis, Bayu, Bang Jimmy, Budin, Fani, Claudia, Brigita, Mario, Wayan, Chika, Fenti D, Chintya, Anny, Nining, Fenti A, Lia Wuryan, Vian, Mita, Mega, Ditya, Dyah, Eka, Salma, Natry, Nina, Deni, Henny, Tya, Eva, Oshin, Thomas, Roben, Yudi, Jhon, Bang Febrikeluarga Virion 2011 terimakasih sudah menjadi teman perjalanan untuk selalu bersama berjuang. Bangga mengenal kalian. 15. OMK Santo Yoseph Medari, terimakasih dalam kegundahan bisa bahagia

bersama teman-teman.

16. Semua pihak yang belum dapat disebutkan.

Peneliti sangat menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

(12)

ix ABSTRAK

MIND MAPPING SEBAGAI ALAT EVALUASI UNTUK MENGETAHUI KOMPLEKSITAS DAN KOMPREHENSIF PEMAHAMAN SISWA DALAM MATERI VERTEBRATA KELAS XA

SMA SANTO MIKAEL SLEMAN Fransisca Aprilia Widyaningsih

Universitas Sanata Dharma 2015

Alat Evaluasi konvensional kurang mengakomodasi kecerdasan ganda yang dimiliki siswa, dan cenderung memaksa siswa untuk belajar hafalan. Penelitian ini dibuat untuk memberikan alternatif alat evaluasi yang mengakomodasi kecerdasan ganda siswa dan membangun suasana evaluasi yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mind mapping dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa dalam materi vertebrata. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Mei sampai 13 Mei 2015 di kelas XA SMA Santo Mikael Sleman.

Ada dua macam data yang diperlukan dalam penelitian ini; yaitu (1) nilai dari tes pemahaman berupa tes esai dan (2) nilai tes pemahaman dalam pembuatan

mind mapping.Data diuji homogenitas dan normalitas dengan menggunakan

Kolmogorov Smirnov dan homogenitas varian dan menunjukkan data normal serta homogen sehingga dapat dilanjutkan dengan perhitungan data menggunakan korelasi Pearson dengan taraf signifikan 0,01.

Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi antara nilai tes pemahaman dengan membuat mind mappingdan nilai tes pemahaman dengan soal esai. Korelasi Pearson rxy = 0,780; lebih besar dari nilai kritikal rcrit = 0,561.Siswa

dengan tingkat pemahaman konsep tinggi akan mendapatkan nilai tinggi pula pada pembuatan mind mapping karena isi yang kompleks dan komprehensif. Demikian juga dengan siswa yang memiliki tingkat pemahaman rendah, memiliki nilai pembuatan mind mapping rendah karena isi yang tidak kompleks dan kurang komprehensif. Penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara nilai pembuatan mind mapping dan nilai tes pemahaman yang berkorelasi positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa mind mapping dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa.

(13)

x ABSTRACT

MIND MAPPING AS AN EVALUATION INSTRUMENT TO FIND OUT

THE COMPLEXITY AND COMPREHENSIVE STUDENTS’

UNDERSTANDING ON VERTEBRATA BY 10THA GRADE STUDENT OF SANTO MIKAEL SLEMAN HIGH SCHOOL

Fransisca Aprilia Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

2015

Conventional evaluation tooldoesn’t accommodate multiple intelligent

student’s have, and inclined student to learn by heart. This research giving alternative evaluation tool to accommodate multiple intelligent student has and develop situation happines of evaluation. This research has a purpose to know whether a mind mapping can be used to measure student’s complexity and comprehension about vertebrata lesson. This observation was conducted on May 5th until May 13th in the XA grade of Santo Mikael Sleman senior high school.

There are two kinds of data required in this research;(1) the score of the comprehension test which is presented in essay form and (2) the score of comprehension test in mind mapping form. Homogeneity and normality data were tested using Kolmogorov Smirnov and homogeneity variance test. The results showed that it were normal and homogenous so that the researcher could continue data calculation using Pearson correlation with significant value 0, 01.

The result showed that there were correlation between the score of comprehension test with mind mapping and the score of comprehension test with essay. Pearson Correlation on rxy = 0,780 is bigger than critical score rcrit =

0,561. Students withhigher understanding concept will get higher score in mind mapping because its complexity and comprehension. While students with the lower level of understanding, get lower score in mind mapping because the content is not complex and comprehensive. This research showedpositive correlation between mind mapping making and the score of comprehension test.So that theconclusion of this research is mind mapping can be used to measure how complex and comprehensive students’ understanding are.

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.. ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Mind Map ... 7

B. Alat Evaluasi ... 9

C. Kemampuan Berpikir Siswa ... 12

D. Mind mapping sebagai Alat Evaluasi... 14

(15)

xii

F. Materi ... 21

G. Kerangka Berpikir ... 22

H. Hipotesa ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Setting Penelitian ... 24

1. Subyek Penelitian... 24

2. Obyek Penelitian ... 24

3. Tempat Penelitian ... 24

4. Waktu Penelitian ... 24

C. Treatmen ... 25

D. Instrumen Penelitian ... 25

1. Instrumen Pembelajaran... 26

Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini meliputi: ... 26

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 27

E. Metode Analisis Data ... 31

1. Analisis Statistik ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 37

B. Hasil Penelitian ... 41

1. Deskripsi Pemahaman Siswa pada Pokok Bahasan Vertebrata dalam Mind mapping yang dibuat oleh siswa ... 43

2. Pembahasan... 46

3. Mind mapping sebagai alternatif alat evaluasi pemahaman siswa ... 47

5. Keterbatasan Penelitian ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria penilaian mind map ... 29

Tabel 3.2 Uji Normalitas ... 33

Tabel 3.3 Uji Homogenitas ... 34

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Penjelasan Contoh Mind Map ... 38

Gambar 4.2 Siswa Diskusi Membuat Mind Map ... 39

Gambar 4.3 Siswa Diskusi LKS ... 39

Gambar 4.4 Siswa Diskusi LKS ... 39

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Perizinan Penelitian ... 54

Lampiran 1.2Surat Keterangan Penelitian ... 55

Lampiran 2.1 Silabus Kegiatan Pembelajaran ... 56

Lampiran 2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 59

Lampiran 2.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 62

Lampiran 2.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 66

Lampiran 2.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 69

Lampiran 2.3 Materi Vertebrata ... 72

Lampiran 2.4 LKS 1 Teka Teki Silang Reptil ... 83

Lampiran 3.1 LKS Mind Mapping ... 86

Lampiran 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Materi Vertebrata ... 87

Lampiran 3.3 Instrumen Tes Pemahaman ... 88

Lampiran 3.4 Kunci Jawab dan Rubrik Penilaian Tes Pemahaman ... 89

Lampiran 4.1 Daftar Nilai Siswa Kelas XA ... 93

Lampiran 5.1 Perhitungan Data dengan menggunakan SPSS 17.0 ... 94

Lampiran 6.1 Contoh Mind Mapping Siswa A ... 97

Lampiran 6.2 Contoh Mind Mapping siswa B ... 98

Lampiran 6.3Contoh Mind Mapping siswa C ... 99

Lampiran 7.1 Contoh Hasil Tes Siswa A ... 100

Lampiran 7.2 Contoh Hasil Tes Siswa B ... 102

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan sebuah proses. Sebuah proses akan terjadi apabila terdapat input, sistem dan output. Sebuah proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan yang akan dicapai dari kegiatan pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik. Terdapat begitu banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pembelajaran. Pembelajaran tidak terlepas dari konten materi yang diajarkan, guru yang dapat menyelenggarakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), serta sumber daya siswa serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan tersebut, dan masih banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran merupakan sebuah siklus. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus menentukan tujuan yang akan dicapai, kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, metode yang akan digunakan serta hal-hal lain yang dibutuhkan agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diharapkan, dan yang terpenting siswa dapat memahami materi yang dipelajari dengan baik.

(20)

ada di Indonesia terkadang membuat guru hanya berorientasi pada hasil belajar sebagai indikator keberhasilan. Jika hasil sudah baik maka guru akan mempertahankan pola belajar yang dilakukan, sebaliknya jika hasil belajar kurang memuaskan cenderung guru memberikan kepada siswa banyak teori, soal-soal, supaya informasi dari guru dapat dihafal oleh siswa. Hendaknya guru menjadi pengolah bahan ajar dan bukan hanya sebagai penyalur informasi.

Terkadang guru melupakan bahwa siswa memiliki kecenderungan belajar yang berbeda-beda. Cara siswa belajar dan memahami suatu materi memiliki perbedaan satu sama lain. Setiap siswa memiliki kecerdasan ganda dan berbeda antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Mind mapping dapat mengakomodasi kecerdasan ganda yang dimiliki siswa, dengan mind

mapping siswa secara mandiri menuangkan kreativitas dan kecerdasan

masing-masing. Siswa dengan kemampuan spasial, linguistik dan beberapa kecerdasan lain dapat dituangkan dalam pembuatan mind mapping.Mind

map dibuat sesuai dengan kreativitas masing-masing orang.

(21)

alat evaluasi yang dapat digunakan guru untuk menentukan penilaian dan melihat tingkat pemahaman siswa dari suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Mind map merupakan alat bantu berpikir yang menggambarkan

internal pikiran. Mind map membantu membuat catatan yang lebih efektif.

Mind map akan membantu menghubungkan informasi-informasi yang

diperoleh dengan informasi atau hal-hal terkait yang dimiliki sebelumnya.

Mind map dibuat berdasarkan hasil pemikiran dan pola pikir pembuatnya,

oleh karena itu informasi yang diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran dan dituangkan dalam mind map akan menggambarkan pemahaman siswa akan materi tersebut. Dengan demikian mind map dapat digunakan sebagai salah satu cara evaluasi untuk dapat mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa dalam belajar. Setelah guru mengetahui dan dapat melihat kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa, guru dapat mempelajari pola berpikir siswa dan dapat mengolah materi pembelajaran dengan lebih baik sesuai dengan pola berpikir siswa.

Biologi vertebrata merupakan pokok bahasan yang kompleks. Pembuatan mind map akan membantu siswa mengasosiasi pemikiran dan informasinya. Selain itu, guru akan dapat mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa tentang materi biologi vertebrata yang diajarkan dari mind map yang dibuat oleh siswa.

(22)

sudah memfasilitasi dan mengolah pembelajaran dengan baik. Akan tetapi hasil pembelajaran kadang kurang memuaskan. Nilai siswa hanya mencapai batas kompetensi ketuntasan minimal. Sangat sedikit siswa yang memiliki nilai tinggi. Terdapat jarak nilai yang cukup signifikan antar siswa satu dengan yang lain. Peneliti ingin mengetahui bagaimana kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa dengan menggunakan mind mapping yang dibuat siswa sebagai evaluasi dari proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Diharapkan mind mapping dapat menunjukkan keberhasilan proses belajar yang dialami siswa dengan melihat keluasan dan kedalaman informasi yang dituangkan dalam mind mapping.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah Mind map dapat menjadi alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa pada materi vertebrata?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini membatasi mind map yang digunakan oleh guru sebagai alat evaluasi materi vertebrata kelas XA SMA Santo Mikael Sleman yang dilihat dari:

Komprehensif (keluasan):

(23)

Menyebutkan contoh

Kompleksitas (kedalaman):

Informasi dari materi yang sudah di pahami sebelumnya.

Memberikan keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari (peran)

D. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Mind map dapat menjadi alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa terhadap materi vertebrata yang diajarkan oleh guru.

E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti:

a. Menuangkan pemikiran tentang penggunaan Mind map sebagai alat evaluasi pemahaman siswa.

(24)

c. Menyelesaikan tugas akhir perkuliahan sebagai salah satu syarat memperoleh predikat sarjana pendidikan.

2. Bagi guru :

a. Mendapatkan informasi terkait penggunaan mind mapping sebagai alat evaluasi pemahaman siswa.

b. Memanfaatkan Mind mapping sebagai alat untuk membantu mengorganisasi materi yang akan disampaikan, kegiatan pembelajaran, dan untuk alat evaluasi non-test.

3. Bagi Siswa :

(25)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Mind Map

Mind map adalah cara yang mudah untuk menempatkan informasi ke

dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran. Mind map dapat membantu dalam sangat banyak hal, antara lain:

Merencana

Memusatkan perhatian

Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran Mengingat dengan lebih baik

Belajar lebih cepat dan efisien

Memungkinkan berfokus pada pokok bahasan

Membantu menunjukkan bagian-bagian informasi yang saling terpisah Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian

Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya

(26)

Penelitian ini akan menggunakan mind mapping sebagai alat yang dapat menjelaskan pikiran-pikiran dari siswa tentang konsep yang sudah dipelajari sebelumnya.

Menurut Buzan (2008), cara menggambar Mind map akan mencerminkan cara pikir otak. Mind map adalah alat pikir untuk membebaskan kekuatan otak: Mind map mencerminkan Mind map internal otak. Mind map membantu menguatkan peta-peta pikiran di dalam otak,

Mind map sebagai eksternalisasi pikiran-pikiran di dalam kepala. Mind map

adalah alat berpikir kreatif yang mencerminkan cara kerja alami otak. Mind

map memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan asossiasinya

dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak dirancang, seperti yang secara internal selalu digunakan otak.

Bahan yang diperlukan untuk membuat mind map antara lain: kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna. Tujuh langkah dalam membuat

mind map: (1) Ambil kertas dan beberapa pensil warna,sisi panjang kertas

(27)

kepada mind map; (7) gunakan gambar, setiap gambar bermakna seribu kata. Secara umum gambaran membuat mind map: pertama ambil selembar kertas kosong dan beberapa pena warna. Putar kertas sehingga sisi panjang terletak mendatar. Ditengah kertas, buat gambar yang menggambarkan sebuah konsep yang dibuat dalam mind map. Beri label pada gambar tersebut. Selanjutnya, gambar beberapa cabang tebal yang memancar keluar dari gambar sentral. Gunakan warna yang berbeda untuk setiap cabang. Pada setiap cabang, tulis dengan jelas dan dengan huruf besar lima kata kunci tunggal yang muncul ketika berpikir dengan konsep yang akan dibuat. Tambahkan gambar-gambar kecil untuk mewakili dan menguatkan ide-ide anda. Kembali pada cabang-cabang utama, gambar cabang-cabang lanjutan yang memancar dari setiap kata kunci untuk mengakomodasi asosiasi-asosiasi yang dibuat. Anak cabang sesuai dengan ide yang ditemukan, tidak terbatas (Buzan, 2008).

B. Alat Evaluasi

(28)

merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut tentu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti terencana, sesuai dengan prosedur dan prinsip serta dilakukan secara terus menerus (Arifin, 2009).

Evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: (a) evaluasi pembelajaran, yang digunakan untuk menentukan tingkat penguasaan tentang materi pembelajaran siswa; (b) evaluasi program untuk menentukan tingkat ketercapaian program terhadap tujuan yang telah ditetapkan; (c) evaluasi sistem yang utamanya untuk menentukan tingkat ketercapaian komitmen suatu lembaga terhadap tujuan pokok dan fungsi lembaga tersebut (Sukardi, 2014).

Menurut Munthe (2009), evaluasi ada tiga bentuk, yaitu tes, non tes, dan tes alternatif. Dari segi waktu, evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu tes formatif dan sumatif. Dari segi bentuk, evaluasi terdiri atas tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis terbagi menjadi dua: tes objektif dan tes subjektif. Nontes dapat berbentuk observasi, wawancara, angket, dan checklist. Adapun tes alternatif terdiri atas beberapa macam, antara lain kehadiran, portofolio, presensi, performa, laporan perkembangan, partisipasi, makalah, praktik, proposal, project.

(29)

1. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran: a. Domain Hasil Belajar :

Kognitif Afektif Psikomotor b. Sistem Pembelajaran:

Program Pembelajaran

Proses Pelaksanaan Pembelajaran Hasil Pembelajaran

c. Proses dan Hasil Belajar Sikap

Pengetahuan dan Pemahaman Kecerdasan

Perkembangan Jasmani Keterampilan

d. Penilaian Berbasis Kelas

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kompetensi Rumpun Pelajaran Kompetensi Lintas Kurikulum Kompetensi Tamatan

(30)

2. Domain dan Alat Evaluasi

a. Domain Kognitif, untuk mnegukur penguasaan kognitif dapat digunakan tes lisan, tes tertulis, portofolio,dll

b. Domain Psikomotor, alat penilaian untuk mengukur tes penampilan atau perbuatan dan kinerja, berupa tes identifikasi, tes simulasi. c. Domain Afektif,dua hal yang harus dinilai yakni kompetensi afektif

yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respons, apresiasi, penilaian dan internalisasi. Kedua, sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran.

Penelitian ini merupakan uji mind mapping sebagai alternatif alat evaluasi domain kognitif.

C. KemampuanBerpikir Siswa 1. Taksonomi Berpikir

Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu, media yang digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap obyek yang memengaruhinya. Proses berpikir merupakan peristiwa mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi-persepsi, dan pengalaman sebelumnya (Kuswana, 2011).

(31)

masalah,keputusan, serta selanjutnya dapat dikonkretisasi ke arah perwujudan, baik berupa tindakan untuk mencapai tujuan kehidupan praktis maupun untuk mencapai tujuan keilmuan tertentu.

2. Kompleksitas Pemahaman

Kompleksitas menggambarkan proses berpikir yang digunakan otak untuk menangani informasi. Kompleksitas dan kesulitan adalah dua hal yang berbeda. Kompleksitas merujuk pada tingkat pemikiran, sedangkan kesulitan mengacu pada seberapa besar usaha yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas pada setiap tingkatnya. Sebagian meyakini bahwa hanya siswa berkemampuan lebih tinggi yang dapat mengerjakan proses-proses pada tingkat menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi (Sousa, 2012).

3. Pemahaman Komprehensif

(32)

D. Mind mapping sebagai Alat Evaluasi

1. Peta Konsep dan Mind mapping Sebuah Perbandingan

Kartika (1990) menyatakan pemetaan konsep adalah salah satu strategi belajar mengajar untuk membuat belajar bermakna, sedangkan peta konsep dapat dipakai sebagai salah satu indikasi taraf pemahaman siswa akan konsep-konsep yang dipelajari. Dalam aspek pemahaman konsep, hasil belajar berupa perubahan struktur kognitif pemahaman siswa. Perubahan struktur kognitif dalam pikiran siswa dapat dilihat dari proses pemetaan konsep dan peta konsep yang dihasilkannya. Pemetaan konsep merupakan salah satu srategi yang dapat memberi peluang pada siswa berperan serta secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Belajar bermakna adalah belajar yang di samping dapat mengingat dan menyatakan kembali definisi dari suatu konsep, prinsip, dan hukum IPA, juga harus dapat menempatkan pengetahuan yang baru diperoleh secara tepat dalam jaringan (peta) pengetahuan yang telah dimilikinya, dan mengetahui hubungannya dengan sebanyak-banyaknya pengetahuan yang telah dimilikinya. Kedalaman dan keluasan pemahaman seseorang akan suatu konsep terletak pada banyaknya hubungan dengan konsep lain. Konsep yang berdiri sendira yang tidak mempunyai kaitan dengan konsep lain, kecuali tidak fungsional dan tidak penting, juga mudah dilupakan.

(33)

hubungannya dan peta konsep merupakan hasil eksternalisasi tersebut. Dari peta konsep dapat dilihat keutuhan (unity) dari bangunan pengetahuan (body

of knowledge) yang dimiliki. Darinya juga dapat diketahui keluasan

(banyaknya konsep yang dapat ditangkap dari apa yang dipelajari) dan kedalaman pemahaman (banyaknya hubungan antara konsep-konsep yang dapat dinyatakan). Dari peta konsep dapat diketahui apakah suatu konsep dipelajari bermakna atau secara hafalan. Bila suatu konsep yang seharusnya mempunyai hubungan dengan konsep yang lain, ternyata tidak dapat diletakkan dalam peta konsep yang telah dimiliki, maka konsep tersebut dipelajari hanya secara informatif-verbalistik (hafalan).

Hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain dapat dideskripsikan dalam apa yang disebut peta konsep (concept map)atau jaringan konsep (concept network). Dalam arti luas peta konsep adalah peta (jaringan, diagram) yang memuat konsep-konsep dan hubungannya. Dalam arti yang lebih spesifik peta konsep dapat menyatakan hubungan hierarkis antara konsep yang satu dengan konsep yang lain (Moreire,1987 dalam Kartika, 1990).

(34)

pemahaman konsep dan hubungannya mungkin juga berbeda (Kartika, 1990).

Kartika (1990) mengemukakan bahwa membangun peta konsep meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi semua konsep yang akan dipetakan; (2) mengurutkan konsep-konsep tersebut dari yang paling umum ke yang paling khusus (bila peta konsep akan dibuat secara hierarkhis); (3) menetapkan hubungan yang mungkin antara konsep yang satu dengan konsep lainnya dengan membuat garis penghubung dan menuliskan hubungan tersebut pada garis penghubung tersebut.

Dilihat dari tingkat kognitif, peta konsep memiliki tingkat analisis yang lebih tinggi dibandingkan dengan mind mapping. Peta konsep menggunakan kata-kata konsep, intisari dari suatu pokok bahasan yang dituangkan dalam hierarki. Menurut Munthe (2009), concept map menggambarkan satu arti hubungan di antara konsep, tingkat dan kualitas pemahaman si pembuat tentang topik. Sedangkan mind mapping meskipun hampir sama, tetapi berbeda. Mind mapping menggunakan kata-kata kunci dari suatu konsep, disusun secara linear, berkembang, sangat variatif, mind

mapping menggambarkan satu asosiasi. Penelitian ini tidak menggunakan

(35)

2. Keunggulan Mind Mapping sebagai Alat Evaluasi

Mind mapping akan lebih banyak mengakomodasi kecerdasan siswa,

dan membuat siswa belajar mandiri dan kreatif dalam pengolahan informasi. Penggunaan mind mapping sebagai alat evaluasi, akan memberikan variasi alat ukur untuk menentukan penilaian pemahaman siswa terhadap suatu pokok bahasan yang dipelajari. Secara psikologis, suasana tes akan berbeda dengan tes konvensional yang biasa dilakukan guru. Siswa menjadi nyaman dengan kegiatan pembuatan mind map yang dilakukan dan tidak seperti tes pada umumnya yang menegangkan. Pembuatan mind mapping akan membantu siswa lebih kreatif, siswa menentukan sendiri isi mind map yang akan dibuat. Tes konvensional kurang dapat mengakomodasi kecerdasan ganda yang dimiliki masing-masing siswa, karena tes konvensional cenderung akan membuat siswa belajar hafalan. Mind mapping akan mengakomodasi kecerdasan ganda yang dimiliki siswa, sehingga siswa lebih leluasa mengeksplorasikan pemahamannya dalam mind map yang dibuat, sehingga guru akan lebih dapat melihat penguasaan siswa akan suatu materi (Goodnough, 2002).

3. Kelemahan Mind Mapping sebagai Alat Evaluasi

Mind mapping akan dapat mengakomodasi beberapa kecerdasan

(36)

pelaksanaan evaluasi, siswa dapat membuat dengan tepat. Selain siswa yang harus dipersiapkan untuk terbiasa dengan pembuatan mind mapping, guru sebagai evaluator harus menguasai sistem penilaian yang digunakan dalam acuan skoring mind mapping. Rubrik penilaian berbeda dari tes konvensional yang biasa dilakukan, dan harus selalu disesuaikan dengan materi yang akan dievaluasi.

4. Menilai Mind Map

Mind map dibuat untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif

pemahaman siswa. Indikator kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa:

Menunjukkan keluasan suatu materi, semakin banyak aspek dalam suatu konsep yang dipahami dan dituangkan dalam suatu materi. Menunjukkan kedalaman, semakin detail sebuah konsep.

Menunjukkan hubungan proposisi, kalimat netral yang menunjukkan hubungan diantara subyek predikat.

Menyatakan hubungan hierarkis antara konsep yang umum dengan konsep khusus.

Terstruktur, menunjukkan konsep yang umum dan konsep khusus. Memuat konsep dunia hewan dan konsep non IPA

Mind map dunia hewan saling berkaitan antar pokok bahasan.

(37)

Penilaian mind map

Penilaian mind mapping yang dibuat siswa menggunakan skala ukur rasio. Skala ini merupakan skala ukur yang paling tepat dan presisi baik dalam kegiatan penelitian maupun dalam evaluasi program. Alat ukur ini memiliki fungsi membedakan, memberi peringkat, berjarak sama, mempunyai titik awal/nol (Sukardi, 2014).

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian serupa yang pernah dilakukan oleh Emmy (2007) dalam

penelitian yang berjudul “Peta Konsep Sebagai Salah Satu Alternatif untuk

Mengukur Pemahaman Siswa Tentang Konsep-Konsep Fisika”. Hasil penelitian pendidikan yang dilakukan menunjukkan bahwa peta konsep dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep fisika yang sedang dipelajari. Peneliti menggunakan koefisien korelasi yang dihitung dengan rumus

product-moment dari Pearson antara tes hasil pemahaman dengan peta konsep yang

dibuat oleh siswa.

Penelitian lain dilakukan oleh Supatmi (2011) dengan judul “Peta

Konsep sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Pemahaman Siswa dalam Belajar Fisika pada Materi Kelas XI Pokok Bahasan Hukum Newton Tentang

Gravitasi (SMA BOPKRI 1 Yogyakarta kelas XI Semester I)”. Merupakan

(38)

pemahaman sebagai kontrol dan tes pembuatan peta konsep yang diuji cobakan. Perbandingan antara hasil tes pemahaman dengan tes peta konsep dianalisis statistik dengan koefisien korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara tes pemahaman siswa dengan peta konsep yang dibuat, sehingga dapat disimpulkan bahwa peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Lulut (2011) “Peta Konsep Sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa pada pokok besaran dan satuan serta vektor oleh siswi-siswi kelas XB SMA Santa Maria

Yogyakarta”. Peneliti menggunakan sistem skoring agar variabel bebas

yaitu alat evaluasi dan variabel terikat yaitu pemahaman siswa dapat terukur. Peneliti menggunakan uji normalitas dan homogenitas untuk menguji validitas instrumen dengan metode Kolmogorov Smirnov dan homogenitas varian. Hasil penelitian menunjukkan peta konsep dapat digunakan sebagai alternatif alat evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa.

Penelitian yang dilakukan menggunakan mind mapping bukan concept

map. Perhitungan analisis hampir sama dengan penelitian serupa yang

(39)

F. Materi

Animalia/dunia hewan terbagi menjadi dua bagian materi, yakni invertebrata dan vertebrata. Penelitian akan dilakukan pada materi animalia khususnya pada materi kelas Chordata yakni Vertebrata. Kelas vertebrata dibagi menjadi tujuh kelas, Agnatha, Chondrichytes, Osteichytes, Amphibia,

Reptilia, Aves, Mammalia (Prawirohartono, 2007). Materi terlampir pada

halaman 72.

Materi vertebrata memiliki cakupan pokok bahasan yang cukup luas, materi tersebut membahas kelas-kelas yang ada dalam Subfilum Vertebrata. Masing-masing kelas memiliki karakteristik, peran, dan banyak contoh hewan yang dapat ditemukan dalam keseharian siswa. Penggunaan mind

map dirasa tepat untuk membantu siswa memahami materi dengan berfikir

(40)

G. Kerangka Berpikir

Evaluasi merupakan kegiatan yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran, dengan evaluasi akan diketahui ketercapaian tujuan, penggunaan metode, bahan ajar, dan setiap proses yang terlaksana dalam kegiatan pembelajaran. Melakukan kegiatan evaluasi dibutuhkan alat ukur atau aktifitas yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian. Saat ini, banyak penilaian dilakukan hanya dari tes pemahaman siswa. Tes pemahaman membuat siswa cenderung belajar hafalan, selain itu juga kurang dapat melihat aspek lain di luar aspek kognitif. Mind map yang digambarkan oleh siswa, akan menunjukkan kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa dari materi yang dipelajari, selain itu mind

map akan membuat siswa lebih kreatif karena dibuat berdasarkan pemikiran

yang diolah sendiri. Penelitian akan dilakukan sebagai berikut: a. Apersepsi pemahaman awal secara lisan.

b. Peneliti akan menjelaskan cara pembuatan mind map

c. Siswa berlatih membuat mind map dari materi/ pokok bahasan yang sudah pernah dipelajari sebelumnya.

d. Peneliti menyampaikan materi vertebrata dengan metode pembelajaran beragam, dan menyampaikan materi dengan mind map. e. Peneliti menugaskan siswa untuk membuat mind map dari materi yang

(41)

f. Penjelasan materi dilanjutkan pada kelas vertebrata selanjutnya, siswa diminta membuat mind map sebagai evaluasi seluruh materi vertebrata yang dipelajari.

g. Diakhir kegiatan, siswa mengerjakan tes pemahaman berupa essai. Dari kegiatan yang dilakukan akan diperoleh data berupa skor mind

map dan skor tes esai. Kedua hasil akan di analisis secara statistik

menggunakan korelasikan product moment Pearson. Perhitungan dan analisis statistika akan menunjukkan apakah mind map dapat digunakan sebagai alat evaluasi.

H. Hipotesa

Mind mapping dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk

(42)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Pendidikan. Gabungan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif.

B. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XA SMA Santo Mikael dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah mind mapping yang menjadi alat evaluasi untuk mengukur kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa pada materi vertebrata.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Santo Mikael Warak, Sumberadi Mlati Sleman Yogyakarta.

4. Waktu Penelitian

(43)

C. Treatmen

1. Sebelum pembelajaran dilakukan peneliti menjelaskan apa yang disebut dengan mind map.

2. Peneliti menjelaskan bagaimana cara serta langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat mind map, dengan memberikan contoh mind map dari konsep sederhana.

3. Peneliti memberikan beberapa bacaan mengenai suatu pokok bahasan yang menjadi materi ajar hari itu dan meminta siswa membuat mind map dari pokok bahasan tersebut sebagai latihan.

4. Siswa diminta untuk berlatih membuat mind map, baik secara individu dan kelompok.

5. Diakhir kegiatan pembelajaran dilakukan tes berupa pembuatan mind

mapping dari seluruh materi vertebrata yang dipelajari dan juga tes

pemahaman berupa tes esai untuk membandingkan antara hasil mind map yang dibuat dengan tes pemahaman yang dikerjakan siswa.

D. Instrumen Penelitian

(44)

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini meliputi:

a. Silabus

Silabus memuat tentang satuan pendidikan, kelas/semester, mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, penilaian, alokasi waktu, materi, dan kegiatan pembelajaran, serta sumber pembelajaran. Silabus berfungsi sebagai acuan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus

terlampir pada halaman 56.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat tentang satuan pendidikan, kelas/semester, mata pelajaran, alokasi waktu, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam menyampaikan materi, sumber belajar, alat dan bahan, dan penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berfungsi sebagai acuan penelitian selama proses pembelajaran. RPP terlampir pada halaman

59.

c. Materi Vertebrata

Masing-masing siswa mendapatkan materi vertebrata. Materi

(45)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Terdapat dua jenis instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini, berupa tes pemahaman dan indikator kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa dari mind map yang dibuat.

a. Tes

Apersepsi dilaksanakan secara lisan, peneliti menanyakan pemahaman awal siswa tentang materi vertebrata, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui konsep-konsep yang mungkin sudah dimiliki siswa terkait materi yang akan disampaikan. Tes pada akhir pertemuan dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mempelajari seluruh materi vertebrata. Tes akhir ini dilakukan dalam bentuk tes esai. Tes esai adalah butir soal yang jawabannya diisi oleh peserta tes dengan gagasan-gagasan deskriptif dan argumentatif. Jenis tes yang digunakan gabungan dari tes esai bebas dan tes esai terbatas. Kelebihan tes esai cocok untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, cocok untuk mengukur hasil belajar yang mengintegrasikan berbagai konsep/ide dari berbagai sumber ke dalam satu pikiran utama. Selain itu, tes esai cocok untuk mengukur hasil belajar yang mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulis sesuai dengan gaya pikir dan gaya bahasa sendiri (Munthe, 2009).

(46)

yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan. Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Menentukan materi pokok Menentukan indikator

Menentukan kriteria tingkat kognitif

Menyusun kisi-kisi yang memuat soal menurut indikator yang akan diukur, materi dan kriteria-kriteria pemahaman.

Merumuskan soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun.

Instrumen tes terlampir pada halaman 88.

b. Indikator Mind Mapping

Berdasarkan kategori dalam kajian pustaka yang telah dimodifikasi, maka ditentukan penilaian mind map sebagai berikut:

(47)

pemahaman. Menyebutkan contoh tepat, masing-masing contoh diberi skor 1.

Komprehensif menyangkut detail materi dalam suatu konsep. Menunjukkan informasi terkait konsep jika tepat dan benar skor maksimal 10. Semakin sedikit informasi yang diberikan, skor berkurang 2. Kriteria penilaian mind map seperti pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Kriteria penilaian mind map

Kategori Kriteria Spesifikasi Skor

Kompleksitas

Menjelaskan secara lengkap dan benar 7 kelas dalam materi vertebrata.

Menjelaskan 6 kelas dalam vertebrata secara lengkap dan benar.

Menjelaskan 4 kelas vertebrata kurang lengkap dan kurang tepat.

(48)

Kategori Kriteria Spesifikasi Skor yang dimiliki antar kelas dalam vertebrata dengan tepat.

Menunjukkan kesamaan ciri, tetapi tidak lengkap dan kurang tepat.

Tidak menunjukkan keterkaitan/ kesamaan ciri yang dimiliki masing-masing kelas vertebrata

Menuliskan paling sedikit 3 informasi terkait materi dengan pengalaman / konsep yang telah dimiliki sebelumnya; dengan tepat.

Menuliskan paling sedikit 1 informasi terkait penemuan yang dimiliki tetapi tidak tepat dan kurang lengkap.

Tidak menuliskan informasi lain selain materi vertebrata.

10-6

4-2

(49)

Kategori Kriteria Spesifikasi Skor

Menyebutkan minimal 6 peran hewan kelas vertebrata dalam kehidupan sehari-hari secara lengkap dan benar.

Menyebutkan minimal 2 peran beberapa hewan kelas vertebrata dengan tepat dan benar.

Tidak menyebutkan peran hewan kelas vertebrata dalam kehidupan sehari-hari

10-6

4-2

0

Total Skor Mind Map 40

E. Metode Analisis Data

(50)

yang tinggi pula dalam tes pemahaman. Menurut Suparno (2011), Koefisien korelasi Pearson dicari dengan rumusan matematis berikut:

Keterangan:

: skor siswa hasil tes dengan mind map : skor siswa hasil tes dengan soal esai

1. Analisis Statistik

Data yang diperoleh dari nilai tes pemahaman siswa dan nilai mind

mapping dilakukan perhitungan statistik dengan program SPSS versi 17.0.

Sebagai syarat dilakukan uji korelasi, peneliti melakukan uji normalitas dengan metode Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas varian.

a) Uji Normalitas

(51)

Tabel 3.2 Uji Normalitas

mind mapping Tes

N 20 20

Normal Parametersa,,b Mean 37.1500 44.2400 Std. Deviation 13.77268 17.29108 Most Extreme

Differences

Absolute .168 .130

Positive .168 .111

Negative -.144 -.130

Kolmogorov-Smirnov Z .751 .584

Asymp. Sig. (2-tailed) .625 .885

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Pada kolom variabel mind map diperoleh nilai probabilitas 0.625. Nilai P 0.625 lebih besar dari P 0.05, sehingga diketahui bahwa variabel

mind mappingdengan 20 sampel adalah normal, memenuhi syarat uji

normalitas. Demikian juga dengan variabel tes pemahaman, diketahui nilai probabilitas 0.885 lebih besar dari P 0.05, adalah normal, memenuhi syarat uji normalitas. Kedua variabel memiliki sebaran normal.

b) Uji Homogenitas

(52)

Tabel 3.3 Uji Homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig. Data Based on Mean 2.750 1 38 .106

Based on Median 1.925 1 38 .173 Based on Median and

with adjusted df

1.925 1 37.407 .173

Based on trimmed mean 2.716 1 38 .108

Pada hasil perhitungan tes homogenitas varian (test of homogenity of

variance) angka signifikasi untuk probabilitas berdasarkan mean (Based on

Mean) = 0.106 ; berdasarkan median (Based on Median) = 0.173;

probabilitas berdasarkan median dan derajad kebebasan (Based on Median

and With Adjusted df) = 0.173 dan probabilitas berdasarkan Mean yang

telah dipangkas (Trimmed mean) = 0.108. Seluruh probabilitas >0.05, maka dapat diketahui bahwa data memiliki varian yang homogen atau dengan kata lain, data berasal dari populasi-populasi dengan varian sama.

c) Uji Korelasi

Uji korelasi Pearson yang dilakukan untuk menunjukkan keterkaitan antara nilai tes pemahaman dengan nilai pemahaman konsep menggunakan

(53)

Tabel 3.4 Perhitungan Korelasi

Mindmapping Tes mindmapping Pearson

Correlation

1 .780**

Sig. (2-tailed) .000

N 20 20

Tes Pearson Correlation

.780** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Interpretasi tabel korelasi:

Skor 0.780 merupakan angka korelasi pearson dari uji korelasi data antara

mind map dengan tes. Hasil perhitungan korelasi dituliskan robs= 0.780. Dari

(54)

Berdasarkan probabilitas:

1) Ho: ρxy = 0 (hipotesis nol); ρ = koefisien korelasi

2) Hi: ρxy ≠ 0. (hipotesis alternatif)

3) Significant level α = 0,01

4) Df = derajad kebebasan = N-2 =20-2=18

5) rcrit (koefisien critical) = 0.561 (berdasarkan tabel critical values of

Korelasi Pearson)

6) robs (Perhitungan)= 0.780

7) Kesimpulan: / robs / > / rcrit / = 0.780 > 0.561. Berarti ada korelasi antara

skor tes pemahaman dengan skor tes kemampuan membuat mind

(55)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Mei sampai 13 Mei 2015 di SMA Santo Mikael Sleman. Penelitian pada pokok bahasan vertebrata, dilakukan di kelas XA dengan jumlah siswa 21 orang. Berikut adalah gambaran pelaksanaan penelitian yang telah peneliti laksanakan:

1. Pertemuan I :Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, pembelajaran berlangsung selama 45 menit. Dimulai pukul 09.30-10.15 WIB. Kegiatan pembelajaran diisi dengan pengenalan materi vertebrata dan disampaikan dengan mind mappingyang peneliti siapkan seperti pada gambar 4.1. Penjelasan materi dengan mind mappingini dimaksudkan agar siswa mengenal bentuk mind mapping yang nantinya akan digunakan sebagai alat evaluasi. Materi pisces dan amphibi disampaikan dalam bentuk presentasi. Pembelajaran dilanjutkan dengan siswa berlatih membuat mind

mapping secara mandiri dari materi pisces dan amphibi. Karena

(56)

Gambar 4.1 Penjelasan contoh mind map

(57)

Gambar 4.2 Siswa diskusi membuat mind map

Gambar 4.3 Siswa diskusi LKS

(58)

3. Pertemuan III : Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Mei 2015. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama 45 menit ini di gunakan untuk menyampaikan materi vertebrata kelas mamalia dengan presentasi. Dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab materi vertebrata dan diakhiri dengan peneguhan. Gambar 4.5 menunjukkan siswa sedang mempresentasikan mind mapping yang dibuat untuk didiskusikan bersama. Peneliti memberikan informasi akan adanya tes pembuatan mind mapping dan tes pemahaman.

Gambar 4.5 Siswa presentasi mind map

(59)

masuk kelas, sehingga waktu untuk mengerjakan tes terbatas. Siswa kurang maksimal dalam mengerjakan tes pemahaman. Dari 21 siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar, seorang siswa tidak mengerjakan tes

mind mapping, sehingga data yang dapat diolah hanya 20.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh data yang meliputi hasil tes pemahaman dengan menggunakan mind mapping dan tes pemahaman berupa tes esai pada pokok bahasan Vertebrata. Data berupa nilai yang diperoleh dari masing-masing siswa berdasarkan instrumen yang ditetapkan.Nilai tes Esai dan Nilai pembuatan Mind mapditunjukkan pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Nilai siswa

No MIND MAP TES

1 32.5 33

2 25 23

3 35 50

4 37.5 29

5 40 41.5

6 22.5 23

7 30 57.5

8 22.5 26

9 37.5 47.5

10 52.5 63

11 55 56

12 42.5 54.5

13 22.5 15.7

14 40 50

(60)

Berdasarkan data diatas diketahui rata-rata nilai mind map38,15 nilai yang sangat rendah jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran biologi di sekolah penelitian yakni 65. Sedangkan rata-rata nilai tes esai 44,24. Meskipun lebih rendah dari nilai KKM, nilai ini lebih tinggi daripada nilai mind map. Jika dilihat secara umum, rata-rata nilai keseluruhan menunjukkan sangat sedikit siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hal ini dapat terjadi dikarenakan, input siswa menengah kebawah dan keterbatasan waktu untuk guru memperdalam materi, sehingga pokok bahasan kurang dapat dipahami siswa dengan baik dan optimal.

Data menunjukkan nilai rata-rata tes lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata pembuatan mind mapping. Ada banyak faktor yang menyebabkan nilai tes lebih tinggi dibandingkan nilai mind mapping. Siswa belum terbiasa dengan mind map, sehingga saat tes berlangsung siswa kesulitan untuk membuat mind map dengan lebih optimal, siswa juga cenderung terpola belajar hafalan, sehingga saat mengerjakan tes esai dapat mengerjakan dengan pola hafalan yang dimiliki siswa. Secara keseluruhan dapat di lihat bahwa siswa dengan nilai mind map tinggi cenderung memiliki nilai tes yang tinggi pula, demikian juga dengan siswa yang memiliki nilai mind

16 40 54.5

17 14.5

18 63 63

19 70 71.5

20 50 67.5

(61)

maprendah mendapat nilai tes yang rendah. Tetapi terjadi tidak konsisten

data, 15 % nilai siswa menunjukkan siswa dengan nilai mind mapping rendah tetapi memiliki nilai tes yang tinggi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil evaluasi dengan menggunakan mind

mapping ini, diantaranya selama proses pelatihan membuat mind map siswa

tersebut tidak mengikuti proses dengan baik. Tidak mengerjakan mind map latihan secara individu maupun kelompok yang diadakan peneliti untuk melatih siswa menggunakan mind mapping. Selain itu juga, mind map kurang dapat mengakomodasi kecerdasan dari 15% siswa tersebut.

1. Deskripsi Pemahaman Siswa pada Pokok Bahasan Vertebrata dalam Mind mapping yang dibuat oleh siswa

a) Kompleksitas 1) Konsep

Kriteria penilaian konsep dilihat dari kemampuan siswa untuk menunjukkan secara lengkap konsep-konsep dalam suatu materi. 60 % siswa dapat menyusun mind map dengan menuliskan konsep lengkap dan tepat dari suatu kelas vertebrata. Sehingga mendapatkan skor maksimal dari aspek pemahaman konsep. Contoh penilaian konsep dengan nilai tertinggi dari mind mappingseperti yang ditunjukkan dalam lampiran 6.1, siswa menyebutkan secara lengkap ciri-ciri yang dimiliki kelas amphibia, menjelaskan kekhasan habitat, anatomi, morfologi, dan juga menjelaskan masing-masing ordo dari kelas tersebut.

(62)

penjelasan ciri khas masing-masing ordo. Misalnya hanya menuliskan ciri kelas amphibi hidup di dua tempat, kulit licin, tidak bersisik. Seperti dapat dilihat pada lampiran 6.3, siswa memberikan penjelasan umum dan tidak lengkap, tidak menjelaskan ciri morfologi, anatomi, habitat.

2) Mengkaitkan konsep satu dengan konsep lainnya

Pada kriteria penilaian ini, tidak banyak siswa yang menunjukkan keterkaitan antar konsep yang dimiliki dari kelas-kelas vertebrata. 20% siswa menunjukkan kesamaan ciri yang dimiliki antar kelas, misalnya pada mind mapping lampiran 6.1 siswa menunjukkan perbedaan jantung yang dimiliki setiap kelas dalam vertebrata,menunjukkan perbedaan ordo berdasarkan kerangka tulang dalam kelas pisces. Berbeda dengan mind mapping pada lampiran 6.2 tidak menunjukkan perbedaan setiap kelas atau ordo yang dijelaskan.

3) Menyebutkan contoh

(63)

mapping pada lampiran 6.2 siswa yang menuliskan contoh pada kelas

aves burung merpati dan burung elang. Tidak menunjukkan ordo dari hewan tersebut. Sehingga siswa mendapatkan skor yang tidak maksimal sesuai dengan indikator yang telah disusun.

b) Komprehensif

(64)

2. Pembahasan

Penelitian tentang mind mapping sebagai alat evaluasi yang dikorelasikan dengan hasil tes pemahaman dan dihitung secara kuantitatif diuji dengan uji normalitas One Sample Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas varian, dan dilakukan uji korelasi Pearson menunjukkan hasil yang signifikan. Artinya ada kaitan antara mind mappingyang dibuat siswa dengan pemahaman siswa yang dibuktikan dengan tes pemahaman.

Siswa yang memiliki nilai tes pemahaman tinggi cenderung memiliki nilai tes membuat mind mapping juga tinggi. Berdasarkan indikator kompleksitas dan komprehensif, siswa yang memiliki pemahaman yang luas dan mendalam akan memberikan penjelasan konsep masing-masing kelas dalam vertebrata dengan lengkap dan tepat. Memberikan contoh untuk masing-masing ordo dengan jelas. Memberikan penjelasan terkait peranan dari contoh hewan vertebrata yang disebutkan. Menunjukkan kekhasan ciri yang dimiliki suatu ordo dan perbedaan yang menonjol. Sehingga siswa akan mendapatkan skor tinggi dalam penilaian mind mappingyang dibuat. Demikian halnya dengan siswa yang memiliki nilai tes pemahaman rendah, dalam mind mapping penjelasan ciri khas dari suatu ordo tidak spesifik siswa hanya menyebutkan ciri-ciri umum dari kelas tersebut, tidak menyebutkan peran dari hewan vertebrata, menyebutkan contoh beberapa hewan vertebrata tetapi tidak spesifik dari suatu ordo.

Mind mapping juga dapat menunjukkan ketidakpahaman siswa pada

(65)

hewan dari ordo Apoda kelas Amphibia berupa cacing tanah. Hewan dari ordo apoda yang dimaksud adalah sesilia yang berbentuk seperti cacing, tetapi siswa beranggapan bahwa sesilia sama dengan cacing tanah.

Penjelasan di atas memperkuat hipotesa peneliti bahwa mind mapping dapat digunakan sebagai salah satu alternatif alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa.

3. Mind mapping sebagai alternatif alat evaluasi pemahaman siswa

Berdasarkan pengalaman penelitian tentang mind mappingyang dilakukan di SMA Santo Mikael Sleman, peneliti melihat bahwa siswa masih asing dengan penggunaan mind mapping dalam pembelajaran maupun dalam pembuatan catatan. Siswa cenderung lebih sering membuat catatan berupa paragraf, dan mempelajari materi dengan membaca modul/buku pembelajaran berupa paragraf. Sehingga diawal penelitian, menyulitkan untuk menggunakan mind mapping sebagai alat evaluasi. Untuk mengatasi persoalan tersebut, siswa dikenalkan dengan mind

mapping dalam kegiatan pembelajaran, juga dengan latihan-latihan. Pada

akhirnya siswa cukup terbiasa membuat mind mapping sehingga peneliti dapat menggunakan mind mapping sebagai alternatif alat evaluasi.

Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dalam penggunaan

mind mapping sebagai alat evaluasi. Berikut keunggulan penggunaan mind

(66)

1. Ketika siswa menyusun mind mapping siswa akan menentukan konsepnya sendiri, siswa mengalami pembelajaran bukan hafalan. Siswa akan mengalami pengulangan tentang materi yang pernah dipelajari sebelumnya dan akan menemukan hal-hal baru/ pengetahuan baru. Sehingga saat pembuatan mind mapping siswa akan memiliki pemahaman yang semakin mendalam.

2. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Karena siswa membuat sendiri mind mapping sehingga siswa tidak hanya menerima materi dalam bentuk hafalan.

3. Pembuatan mind mapping akan meningkatkan kreativitas siswa, siswa akan menggunakan kata kunci dan simbol yang khas dan membuat siswa menyusun mind mapping yang unik sesuai dengan pemahamannya. 4. Guru/peneliti dapat menggunakan mind mapping sebagai visualisasi

pemahaman siswa. Sehingga guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi. Mind mapping juga dapat mengungkapkan salah konsep yang terjadi pada siswa.

Kelemahan menggunakan mind mapping sebagai alat evaluasi:

1. Penilaian mind mapping lebih sulit dibandingkan penilaian tes.

2. Siswa harus dipastikan memahami pembuatan mind mapping yang dimaksud sehingga hasil lebih optimal.

(67)

Penelitian ini terkendala pada alokasi waktu materi vertebrata yang singkat, sehingga hasil pembuatan mind mapping siswa kurang optimal.

5. Keterbatasan Penelitian

Kegiatan penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya sebagai berikut: 1. Keterbatasan sampel penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 21 siswa, dan hanya 20 data yang dapat diolah. Jumlah sampel ini sangat kurang, sehingga hasil penelitian ini hanya berlaku bagi sampel yang diteliti. Penelitian ini hanya dilakukan di satu sekolah, belum dapat mewakili gambaran umum penggunaan mind mapping sebagai alat evaluasi.

2. Keterbatasan waktu

(68)

50 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil analisis data, penggunaan mind mapping sebagai alternatif alat evaluasi pokok bahasan vertebrata dapat disimpulkan sebagai berikut:

Mind mappingdapat dijadikan alat evaluasi untuk mengetahui kompleksitas dan komprehensif pemahaman siswa pada materi vertebrata.

(69)

B. Saran

Dari hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran dari berbagai permasalahan yang dijumpai saat melakukan penelitian, yaitu: 1. Memastikan siswa sudah terampil dalam pembuatan mind mapping dari

konsep/ pokok bahasan yang dipelajari.

2. Selanjutnya dapat juga dilakukan penelitian penggunaan mind

mappinguntuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah,

ingatan, dan melihat perbedaan pembuatan mind mapping dengan

(70)

52

Arifin, Z.M. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Buzan, T. (2008). Buku Pintar Mind map. Jakarta: Gramedia.

Emmy, S.Y. (2007). Peta Konsep Sebagai Salah Satu Alternatif Untuk Mengukur

Pemahaman Siswa Tentang Konsep-Konsep Fisika. Skripsi: Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Goodnough, K. dan Robin Long. (2002). Mind Mapping A Graphic Organizer for the Pedagogical Toolbox. Science Scope. 25 (8). 20-24.

Kartika, B.F.Y (1990). Peta dan Pemetaan Konsep Serta Peranannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dalam Widya Dharma; Vol 1

Kuswana, W.S.M. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lulut, C.M.I. (2011). Peta Konsep Sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa pada

Pokok Bahasan Besaran dan Satuan serta Vektor oleh Siswi-Siswi SMA Santa Maria Yogyakarta. Skripsi: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Olivia, F. (2014). 5-7 Menit Asyik Mind mapping Pelajaran Sekolah.Jakarta :Gramedia. Prawirohartono, S. dan Sri Hidayati. (2007). Sains Biologi 1 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi. (2014). Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan. Jakarta: Bumi Aksara. Sousa, D. A. (2012). Bagaimana Otak Belajar. Jakarta: Indeks.

Suparno, P. (2011). Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supatmi. (2011). Peta Konsep Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Pemahaman Siswa dalam

Belajar Fisika pada Materi Kelas XI Pokok Bahasan Hukum Newton tentang Gravitasi (pada SMA BOPKRI I Yogyakarta kelas XI Semester I). Skripsi. Universitas

(71)
(72)
(73)

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria penilaian mind map  ...............................................................
Gambar 4.1 Penjelasan Contoh Mind Map ..........................................................
Tabel 3.1 Kriteria penilaian mind map
Tabel 3.2 Uji Normalitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada hasil pengungkapan CSR dua kategori perusahaan, dimana rata-rata pengungkapan indeks CSR pada

Berhubung dengan itu Pegawai Negeri Sipil yang langkat untuk memangku jabatan tertentu pada saat pengangkatannya wajib mengangkat Sumpah Jabatan Negeri dihadapan atasan yang

In this article, we discuss how explicit and implicit processes interact to shape work emotions, attitudes, and behaviors, and we suggest that scholars should incorporate

Korelasi yang digunakan di dalam NATCON diselesaikan secara iteratif untuk mendapatkan laju alir pending in, distribusi temperatur pendingin dan bahan bakar sebagai

Langkah-langkah PBL meliputi 5 fase menurut Arends (2008), yaitu: 1) memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa, yaitu guru membahas tujuan pelajaran dan

Oleh karena itu pemerintah yang merupakan bagian dari pelaku pembangunan perlu memberdayakan masyarakat bawah agar diikutkan berperan aktif dan menentukan suatu kebijakan

Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Gerak dan Lagu 72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 82 A. Hasil Pengolahan

Event the traumatic event Reaction to Recovery Person Event Environment...