• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode eksperimen terbimbing dan perbedaan gender terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Klaten dalam materi pembiasan cahaya pada lensa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode eksperimen terbimbing dan perbedaan gender terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Klaten dalam materi pembiasan cahaya pada lensa."

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

Yoana Maria Vianey. 2015“Pengaruh Perbedaan Metode Eksperimen Terbimbing dan Perbedaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Klaten dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar dan apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar dalam materi pembiasan cahaya pada lensa. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan pengaruh gender tersebut, peneliti menggunakan soal pretest dan posttest untuk memperoleh data yang kemudian dianalisis secara statistika menggunakan uji T dan uji F.

Penelitian ini dilaksanakan pada 30 April sampai 11 Mei 2015 di SMA Negeri 2 Klaten. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Klaten kelas X MIA 2 untuk kelas kontrol yang terdiri dari 30 siswa dan X MIA 3 untuk kelas eksperimen berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Hasil dari penelitian ini adalah pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dalam materi pembiasan cahaya pada lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa baik untuk siswa laki-laki ataupun perempuan dan prestasi belajar siswa perempuan lebih baik daripada prestasi belajar siswa laki-laki.

(2)

ii

ABSTRACT

Yoana Maria Vianey. 2015 "The Influence of Guided Experiment and Gender to Learning Achievement of X SMA Negeri 2 Klaten Students in Learning Refraction of Light". Thesis. Physics Education Study Program. Education Department of Mathematics and Sciences Education. Faculty Of Teacher Training And Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was a quantitative research. The objectives of this study were 1) to find out whether the teaching of physics using a guided experiment could improve learning achievement; 2) to find out whether the gender influenced the learning refractionof light and lens’s achievement. Researcher conducted a pretest and posttest to find out specific data then the data analyzed statistically using T and F test.

This research was conducted on April 30th, 2015 to May 11th, 2015 in SMA Negeri 2 Klaten. The sample of this research was 30 students of X MIA 2 SMA Negeri 2 Klaten as class control and 30 students which consisted of 11 male students and 19 female students as experimental class.

The research findings were 1) a physics teaching using a guided experiment could improve learning achievement both female and male students; 2) learning achievement of female students better than male studens.

Key word: learning achievement, guided experiment, gender, learning refraction

(3)

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERBIMBING DAN

PERBEDAAN GENDER TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KLATEN DALAM MATERI

PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Yoana Maria Vianey

111424009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERBIMBING DAN

PERBEDAAN GENDER TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KLATEN DALAM MATERI

PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Yoana Maria Vianey

111424009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka

semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu,

janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok

mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari

cukuplah untuk sehari” (Matius 6:33-34).

Skripsiinikupersembahkanuntuk:

♥Ayahku Agustinus Sarimin dan Ibuku Hermi Muryani yang aku cintai♥ ♥Kakakku tercinta Chornellia dan Suaminya

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Yoana Maria Vianey. 2015“Pengaruh Perbedaan Metode Eksperimen Terbimbing dan Perbedaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Klaten dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa”.

Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar dan apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar dalam materi pembiasan cahaya pada lensa. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan pengaruh gender tersebut, peneliti menggunakan soal pretest dan posttest untuk memperoleh data yang kemudian dianalisis secara statistika menggunakan uji T dan uji F.

Penelitian ini dilaksanakan pada 30 April sampai 11 Mei 2015 di SMA Negeri 2 Klaten. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Klaten kelas X MIA 2 untuk kelas kontrol yang terdiri dari 30 siswa dan X MIA 3 untuk kelas eksperimen berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Hasil dari penelitian ini adalah pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dalam materi pembiasan cahaya pada lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa baik untuk siswa laki-laki ataupun perempuan dan prestasi belajar siswa perempuan lebih baik daripada prestasi belajar siswa laki-laki.

(11)

viii

ABSTRACT

Yoana Maria Vianey. 2015 "The Influence of Guided Experiment and Gender to Learning Achievement of X SMA Negeri 2 Klaten Students in Learning Refraction of Light". Thesis. Physics Education Study Program. Education Department of Mathematics and Sciences Education. Faculty Of Teacher Training And Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was a quantitative research. The objectives of this study were 1) to find out whether the teaching of physics using a guided experiment could improve learning achievement; 2) to find out whether the gender influenced the learning refractionof light and lens’s achievement. Researcher conducted a pretest and posttest to find out specific data then the data analyzed statistically using T and F test.

This research was conducted on April 30th, 2015 to May 11th, 2015 in SMA Negeri 2 Klaten. The sample of this research was 30 students of X MIA 2 SMA Negeri 2 Klaten as class control and 30 students which consisted of 11 male students and 19 female students as experimental class.

The research findings were 1) a physics teaching using a guided experiment could improve learning achievement both female and male students; 2) learning achievement of female students better than male studens.

Key word: learning achievement, guided experiment, gender, learning refraction

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Eksperimen Terbimbing dan Perbedaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Klaten dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dapat diselesaikan.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mengetahui apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan dukungan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S. J., M.S.T selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan penuh ikhlas, sabar membimbing dan memberi petunjuk dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus selaku dosen pembimbing akademik.

3. Seluruh dosen JPMIPA yang telah memberikan pengalaman, pengetahuan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Netty Sukatmi, S.Pd yang telah memberikan bimbingan untuk pembuatan RPP dan memvalidasi soal pretest-posttest.

5. Segenap Staff sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala sesuatu tentang administrasi selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(13)

x

7. Bapak Drs. Suwarno Endro selaku Wakasek Urusan Humas yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam mengurus ijin dan surat-surat. 8. Siswa-siswi X MIA 2 dan MIA 3 yang telah bersedia menjadi partisipan

dalam penelitian ini.

9. Keluarga, ayah Agustinus Sarimin, ibu Hermi Muryani Anastasia, yang senantiasa mendoakan dan mendukung dalam setiap proses pendidikan. 10. Yohanes de Deo Fredy Sulistyo yang selalu memberikan semangat dalam

penyelesaian sikripsi dan membantu proses penelitian.

11. Elisabeth Anindita Arjanggi yang dengan kasihnya menyemangati dan membantu penulis mendokumentasikan proses penelitian di SMA Negeri 2 Klaten.

12. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011, terkusus Jejen, Johan, Maria dan Ginanjar yang selalu berbagi pengalaman indah, suka, duka dan pengetahuan selama empat tahun berproses dalam perkuliahan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

13. Serta semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan semangat yang telah diberikan sehingga sangat membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dalam bidang ilmu pengetahuan pada umumnya.

(14)

xi

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Hipotesa... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika ... 7

1. Inti Filsafat Konstruktivisme ... 7

2. Dampak Konstruktivisme bagi Siswa yang Belajar... 12

3. Dampak Konstruktivisme bagi Guru Fisika... 12

B. Metode Eksperimen Terbimbing... 13

1. Pengertian Metode Eksperimen ... 13

(15)

xii

3. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan

Metode Eksperimen ... 16

4. Tahap Eksperimen... 17

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen ... 18

C. Prestasi Belajar... 21

1. Pengertian Prestasi Belajar... 21

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 22

D. Gender... 23

1. Pengertian Gender ... 23

2. Sejarah Perbedaan Gender ... 24

3. Stereotip Gender, Persamaan, dan Perbedaan Gender ... 24

4. Penghapusan Bias Gender... 25

E. Pembiasan Cahaya pada Lensa ... 26

1. Jenis-jenis Lensa ... 26

2. Istilah dalam Pembahasan Lensa ... 27

3. Tiga Sinar Istimewa ... 28

4. Pembentukan Bayangan pada Lensa ... 30

5. Perbesaran Bayangan oleh Lensa... 31

6. Menentukan Letak Bayangan pada Lensa... 31

7. Rumus Umum Lensa Tipis ... 33

F. Dampak Teori ke Penelitian Berikutnya ... 34

G. Penelitian yang Relevan ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

1. Tempat ... 39

2. Waktu ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 39

D. Treatment ... 39

1. Sebelum Eksperimen ... 40

(16)

xiii

3. Setelah Eksperimen ... 42

E. Instrumentasi... 43

1. RPP dan LKS ... 43

2. Pretest-Posttest ... 44

F. Validitas ... 51

G. Analsisis Data Pretest dan Protest ... 52

1. Mengetahui Kemampuan Awal atau Akhir di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 52

2. Mengetahui Pengaruh Perbedaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa di Kelas Eksperimen ... 53

3. Mengetahui Pengaruh Perbedaaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa di Kelas Kontrol ... 54

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA ... 55

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 55

1. Pelaksanaan di Kelas Kontrol ... 58

2. Pelaksanaan di Kelas Eksperimen... 63

B. Data dan Analisis... 72

1. Data ... 72

2. Analisis... 74

C. Pembahasan ... 90

1. Prestasi Belajar... 90

2. Gender ... 91

D. Keterbatasan Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Letak Bayangan pada Lensa Cembung ... 31

Tabel 2. 2 Letak Bayangan pada Lensa Cekung ... 32

Tabel 2. 3 Ketentuan Penggunaan Rumus Lensa ... 33

Tabel 3. 1 Distribusi soal-soal pretest materi pembiasan cahaya pada lensa dan aspek yang diukur ... 45

Tabel 3. 2 Distribusi soal-soal posttest materi pembiasan cahaya pada lensa dan aspek yang diukur ... 47

Tabel 3. 3 Kriteria penskoran pretest dan posttest ... 48

Tabel 4. 1 Jadwal Persiapan Sebelum Penelitian ... 55

Tabel 4. 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 57

Tabel 4. 3 Nilai Pretest-Posttest Kelas Kontrol... 72

Tabel 4. 4 Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen ... 73

Tabel 4. 5 Perbandingan Kemampuan Awal Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 74

Tabel 4. 6 Tabel Multiple Comparison (Kemampuan Awal) ... 75

Tabel 4. 7 Perbandingan Kemampuan Akhir Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas Kontrol dan Eksperimen... 77

Tabel 4. 8 Tabel Multiple Comparison (Kemampuan Akhir)... 78

Tabel 4. 9 Perbandingan Selisih nilai Posttest-Pretest Siswa ... 80

Tabel 4. 10 Tabel Multiple Comparison (Selisih Posttest-Pretest) ... 81

Tabel 4. 11 Perbandingan Nilai Pretest-Posttest Siswa Perempuan di Kelas Eksperimen ... 82

Tabel 4. 12 Perbandingan Nilai Pretest-Posttest Siswa Laki-laki di Kelas Eksperimen ... 84

Tabel 4. 13 Perbandingan Nilai Posttest Siswa Perempuan dan Laki-laki di Kelas Eksperimen ... 85

(18)

xv

di Kelas Kontrol ... 88 Tabel 4. 16 Perbandingan Nilai Posttest Siswa Perempuan dan Laki-laki

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Jenis Lensa Cembung... 27

Gambar 2. 2 Jenis Lensa Cekung... 27

Gambar 2. 3 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung... 29

Gambar 2. 4 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung... 30

Gambar 2. 5 Contoh Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung... 30

Gambar 4. 1 Observasi X MIA 3 ... 57

Gambar 4. 2 Penilaian dari Seorang Siswa ... 57

Gambar 4. 3 Siswa X MIA 2 saat Pretest ... 59

Gambar 4. 4 Siswa X MIA 2 saat Pretest ... 59

Gambar 4. 5 Guru Mengajar di Kelas Kontrol... 61

Gambar 4. 6 Guru Membimbing Siswa ... 61

Gambar 4. 7 Siswa Berdiskusi saat Mengerjakan Soal... 62

Gambar 4. 8 Siswa Mengerjakan Tugas dari Guru ... 62

Gambar 4. 9 Posttest di X MIA 2 ... 63

Gambar 4. 10 Posttest di X MIA 2 ... 63

Gambar 4. 11 Siswa Memasuki Lab ... 64

Gambar 4. 12 Siswa Mengerjakan Pretest ... 64

Gambar 4. 13 Peralatan KIT untuk3Kelompok ... 66

Gambar 4. 14 KIT untuk Eksperimen ... 66

Gambar 4. 15 Peralatan Sederhana untuk 3 Kelompok ... 67

Gambar 4. 16 Alat Sederhana untuk Eksperimen ... 67

Gambar 4. 17 Eksperimen dengan KIT... 68

Gambar 4. 18 Eksperimen dengan Alat Sederhana... 68

Gambar 4. 19 Siswa sedang Berdiskusi ... 68

Gambar 4. 20 Perwakilan Siswa Presentasi ... 68

Gambar 4. 21 Kegiatan Eksperimen ... 71

Gambar 4. 22 Siswa Berdiskusi ... 71

Gambar 4. 23 Kegiatan Posttest... 71

(20)

xvii

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari JPMIPA ... 98

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA... 99

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 100

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Lensa Cembung ... 112

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Lensa Cekung ... 117

Lampiran 7 Soal Pretest Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa ... 120

Lampiran 8 Soal Posttest Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa... 121

Lampiran 9 Jawaban Soal Pretest Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa ... 122

Lampiran 10 Jawaban Soal Posttest Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa.... 124

Lampiran 11 Hasil LKS Lensa Cembung dari Diskusi Siswa ... 126

Lampiran 12 Hasil LKS Lensa Cekung dari Diskusi Siswa ... 132

Lampiran 13 Contoh Lembar Jawaban Pretest Siswa... 135

Lampiran 14 Contoh Lembar Jawaban Posttest Siswa ... 139

Lampiran 15 Data Sampel... 144

Lampiran 16 Validitas dari Pakar ... 146

Lampiran 17 Hasil Skor dan Kelayakan Instrumen ... 150

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan oleh

pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Kurikulum 2013 diharapkan mampu memberdayakan semua potensi yang

dimiliki peserta didik melalui upaya menumbuhkan dan mengembangkan

sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Proses pembelajaran kurikulum 2013

mengembangkan proses pembelajaran tidak langsung dan langsung. Proses

pembelajaran tidak langsung berhubungan dengan pengembangan nilai dan

sikap, sedangkan dalam pembelajaran langsung peserta didik

mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan ketampilan

psikomotorik.

Proses pembelajaran langsung meliputi kegiatan belajar peserta didik:

mengamati, menanya, melakukan percobaan, mengasosiasi dan

mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam kegiatan asosiasi.

Peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan secara aktif

mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuannya. Hal

tersebut sesuai dengan kurikulum 2013 dimana menekankan peserta didik

untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga diperoleh hasil belajar

(23)

Hosnan (2014: 34) menyatakan bahwa implementasi kurikulum 2013

dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk

konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Langkah–langkah umum pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam

proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Meliputi: menggali informasi

melalui pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan,

kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,

dilanjutkan dengan menganalisis, associating/menalar, kemudian

menyimpulkan, dan mencipta serta membentuk jaringan/networking (Hosnan,

2014:37).

Langkah ketiga pada pendekatan ilmiah yaitu experimenting/percobaan.

Kegiatan eksperimen ini sesuai dengan pembelajaran sains karena dengan

bereksperimen peserta didik terlatih menggunakan metode ilmiah dalam

memecahkan suatu masalah atau membuktikan suatu hipotesis. Eksperimen

atau percobaan tidak hanya dapat dilakukan di laboratorium tetapi dapat

(24)

Eksperimen yang digunakan sebagai metode pembelajaran dibedakan

menjadi dua yaitu metode eksperimen bebas dan ekperimen terbimbing.

Metode eksperimen bebas menantang peserta didik untuk merencanakan

percobaan sendiri tanpa mendapat banyak bimbingan dari pendidik.

Sedangkan, metode eksperimen terbimbing menekankan pendidik untuk

merancang percobaan apa yang harus dilakukan oleh peserta didik.

Peneliti pernah menggunakan metode eksperimen terbimbing dalam

pembelajaran saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta. Kegiatan eksperimen

tersebut diwarnai dengan keterlibatan peserta didik, ada banyak peserta didik

yang sangat aktif mengikuti seluruh rangkaian kegiatan tetapi ada juga

peserta didik yang hanya diam berpangku tangan dan hanya melihat peserta

didik lain bekerja, padahal dari segi alat dan bahan telah disesuaikan agar

semua peserta didik dapat menggunakan alat tersebut secara bergantian.

Peneliti diberikan tugas untuk mengajar IPA di kelas VII untuk kelas A,

B, dan F. Untuk setiap kelas, peneliti melihat ada peserta didik baik siswa

putra dan putri yang diam saja saat bereksperimen. Peserta didik tersebut

hanya diam atau hanya mencatat saja atau bahkan mencatat pun tidak, tetapi

di lain pihak banyak kelompok lain secara aktif bekerja sama antara siswa

putri dan putra, ada siswa laki-laki saja yang bekerja, dan ada pula siswa

perempuan saja yang bekerja. Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui

adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan putri dengan

(25)

Pembelajaran fisika di SMA Negeri 2 Klaten telah menggunakan

metode eksperimen terbimbing, namun metode tersebut masih belum

sepenuhnya mengaktifkan siswanya. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya

pedoman seperti lembar kerja siswa yang dipersiapkan bagi peserta didik,

kurang adanya umpan balik dari guru, dan ditambah dengan alat-alat

eksperimen yang belum lengkap. Dalam penelitian ini menerapkan metode

eksperimen terbimbing dimana peserta didik dapat memperoleh hasil yang

lebih cepat, teratur dan terarah sehingga siswa tidak kebingungan dalam

melaksanakan eksperimen. Peserta didik juga menjadi lebih aktif dan terampil

menggunakan alat, merangkai alat dan mengambil kesimpulan. Sehingga

peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, dengan

begitu akan muncul sikap ilmiah dalam pribadi setiap peserta didik.

Peneliti menyadari bahwa eksperimen dapat dilakukan di laboratorium

ataupun di luar kelas baik menggunakan alat yang disediakan atau membuat

alat bersama dengan siswa, dengan begitu peneliti sebagai pendidik dan

peserta didik dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu peneliti tertarik melaksanakan penelitian di

sekolah tersebut karena berpanutan pada kurikulum 2013 dimana peserta

didik turut terlibat secara aktif dalam kegiatan eksperimen meski ada faktor

yang menghambat. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah

dengan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dan mengetahui apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar

(26)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pengajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Klaten

materi pembiasan cahaya pada lensa?

2. Apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada

proses pembelajaran fisika materi pembiasan cahaya pada lensa di SMA

Negeri 2 Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui:

1. Apakah pengajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Klaten

materi pembiasan cahaya pada lensa;

2. Apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada

proses pembelajaran fisika materi pembiasan cahaya pada lensa di SMA

Negeri 2 Klaten.

D. Hipotesa

1. Metode eksperimen terbimbing meningkatkan prestasi belajar siswa.

(27)

E. Manfaat Penelitian

1. Guru

a. Mengetahui bahwa metode eksperimen terbimbing yang digunakan

dalam pembelajaran fisika kelas X dalam materi Pembiasan Cahaya

pada Lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Untuk pembelajaran fisika berikutnya siswa laki-laki lebih diaktifkan

sehingga prestasi belajar meningkat.

2. Penelitian

a. Peneliti menambah 1 penelitian di dunia dalam bidang fisika mengenai

pengaruh gender terhadap prestasi belajar siswa menggunakan metode

(28)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika

Menurut Suparno (2007:7), pada dasa warsa terakhir ini, filsafat

konstruktivisme banyak mempengaruhi pembelajaran fisika khususnya, dan

pembelajaran sains pada umumnya. Banyak percobaan pembelajaran,

penelitian, dan seminar internasional tentang pengaruh filsafat

konstruktivisme dilakukan. Model pembelajaran fisika menjadi sangat

berbeda dengan model pembelajaran yang klasik. Apa isi singkat filsafat

konstruktivisme, dampaknya bagi siswa yang belajar, dan guru yang

mengajar, dikupas dibawah ini.

1. Inti Filsafat Konstruktivisme

a. Pengetahuan

Menurut Suparno (2007: 8), filsafat konstruktivisme adalah

filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana

pengetahuan itu terjadi. Intinya, pengetahuan merupakan konstruksi

(bentukan) dari individu dalam mengenal sesuatu dimana melalui suatu

proses mengetahui dari tahap menggunakan indra sampai ke pikiran.

Bila yang sedang menekuni adalah siswa, maka pengetahuan itu adalah

bentukan siswa sendiri. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi,

yang ada di luar kita, tetapi sesuatu yang harus kita bentuk sendiri

(29)

suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir seseorang

(Bettencourt, 1989, dalam Suparno, 2007: 8).

Pengetahuan bukanlah suatu yang lepas dari subyek, tetapi

merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dalam pengalaman

ataupun dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus

menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya

suatu pemahaman yang baru (Piaget, 1971, dalam Suparno, 2007: 8).

Menurut Suparno (2007: 8-10), orang membentuk

pengetahuannya pertama-tama melalui indera. Dengan melihat,

mendengar, menjamah, membau, dan merasakan, orang membentuk

pengetahuan tentang sesuatu hal.Misalnya, pengetahuan seorang siswa

tentang air diperoleh sewaktu dia melihat air, bermain dengan air,

menjamah air, membau air, merasakan suhu air dll. Dan sewaktu siswa

itu sudah di SMA pengetahuan tentang airnya bertambah karena ia

menimbang air, menguapkan air, mengukur massa jenis air, dan

mencari sifat-sifat kimiawi air. Dalam pembentukan awal pada anak,

penggunaan indera ini semakin penting.

Dari sini cukup jelas bahwa untuk dapat mengetahui sesuatu,

siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam

belajar siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan,

menganalisis dan akhirnya yang terpenting merangkumkannya sebagai

suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa dalam membangun

(30)

Itulah sebabnya dalam suatu kelas setiap siswa dapat menangkap dan

mengerti lain tentang suatu bahan yang sama yang diajarkan guru.

Oleh karena pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang

yang sedang mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah

sesuatu yang sudah jadi dan tidak terubahkan. Pengetahuan merupakan

suatu proses menjadi tahu. Suatu proses yang terus akan berkembang

semakin luas, lengkap, dan sempurna. Pembentukan pengetahuan jelas

bukan sekali jadi, tetapi bertahap.

Secara prinsipial para konstruktivis menolak kemungkinan

transfer pengetahuan dari seorang kepada yang lain. Pengetahuan

bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke

siswa. Pengetahuan yang sudah dipunyai guru fisika tidak dapat begitu

saja dipindahkan atau dituangkan dalam otak siswa. Pengetahuan hanya

dapat ditawarkan kepada siswa untuk dikonstruksi sendiri secara aktif

oleh siswa itu sendiri. Banyaknya siswa yang salah menangkap dan

mengerti dari apa yang diajarkan oleh gurunya menunjukkan bahwa

pengetahuan itu harus dikonstruksikan sendiri atau paling sedikit

diinterpretasikan sendiri oleh siswa dan tidak begitu saja dipindahkan.

b. Konstruktivisme Personal dan Sosial

Menurut Suparno (2007: 10-11), dalam pendidikan fisika ada dua

aliran konstruktivisme yang banyak digunakan dan bahkan

(31)

1) Konstruktivisme Psikologis Personal (Piaget)

Konstruktivisme psikologis diawali oleh Piaget yang meneliti

bagaimana seorang anak membangun pengetahuan kognitifnya.

Dalam penelitiannya Piaget mengamati bagaimana seorang anak itu

pelan-pelan membentuk pengetahuannya sendiri. Ia menyoroti

bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentuk skema,

mengembangkan skema, dan mengubah skema. Ia lebih menekankan

bagaimana si individu secara sendiri mengkonstruksi pengetahuan

dari interaksinya dengan pengalaman dan objek yang dihadapi.

Dalam pembentukan pengetahuan lewat skema-skema itu, seorang

anak mengerjakannya sendiri tanpa orang lain. Jelas pendekatan

Piaget ini lebih personal dan individual.

Dalam kasus belajar fisika, maka anak diberi kebebasan

untuk mempelajari sendiri dan kemajuannya dapat sendiri-sendiri.

Tekanannya adalah siswa hanya dapat mengerti fisika bila ia sendiri

belajar dan dengan demikian membangun pengetahuannya sendiri.

2) Sosiokulturalisme (Vygotsky)

Vygotsky meneliti pembentukan dan perkembangan

pengetahuan anak secara psikologis. Vygotsky lebih menekankan

pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang

punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah

(32)

Itulah sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi

dengan para ahli dan juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan

pengetahuan yang ingin diteliti. Misalnya, para siswa yang belajar

fisika dipertemukan dengan para ahli fisika yang dapat bercerita

tentang tugas dan pekerjaan serta penemuan-penemuan mereka.

Sekaligus juga para siswa perlu dibawa pada laboratorium dimana

para ahli bekerja dan meneliti.Dalam interaksi dengan mereka itulah,

para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuannya

lebih sesuai dengan konstruksi para ahli.

c. Pengetahuan Fisis

Menurut Suparno (2007: 12), fisika oleh Piaget dikelompokkan

sebagai pengetahuan fisis. Pengetahuan fisis terjadi karena abstraksi

terhadap alam dunia ini. Oleh karena fisika adalah pengetahuan fisis,

maka sangat jelas bahwa untuk mempelajari fisika dan membentuk

pengetahuan tentang fisika diperlukan kontak langsung dengan hal yang

ingin diketahui.

Siswa memperoleh pengetahuan fisis tentang suatu objek dengan

mengerjakan atau bertindak terhadap objek itu melalui inderanya.

Pengetahuan fisik ini didapat dari abstraksi langsung akan suatu objek.

Pengetahuan yang akurat akan suatu objek tidak dapat diperoleh dari

membaca, melihat gambar, mendengarkan orang bicara, tetapi hanya

(33)

Inilah sebabnya dalam fisika metode eksperimen dan inquiry,

dimana siswa dapat mengamati, mengukur, mengumpulkan data,

menganalisa data, dan menyimpulkan sangat cocok untuk mendalami

fisika. Metode ilmiah yang sangat jelas menunjukkan proses abstraksi

terhadap kejadian konkret, tepat untuk digunakan dalam pelajaran

fisika.

2. Dampak Konstruktivisme Bagi Siswa yang Belajar

Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi

pengalaman baik alami maupun manusiawi. Proses konstruksi itu

dilakukan secara pribadi dan sosial. Proses ini adalah proses yang aktif.

Beberapa factor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah dipunyai,

kemampuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar.

Kelompok belajar dianggap sangat membantu belajar karena mengandung

beberapa unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan

harga diri seseorang (Suparno, 1997: 64).

3. Dampak Konstruktivisme Bagi Guru Fisika

Menurut Suparno (2007: 17), oleh karena tugas guru adalah

membantu siswa membangun pengetahuan mereka dengan cara dan

tingkat yang dapat berbeda, maka guru konstruktivis dituntut penguasaan

bahan yang luas dan mendalam. Guru perlu mempunyai pandangan yang

(34)

luas dan mendalam akan memungkinkan seorang guru menerima

pandangan dan gagasan-gagasan siswa yang berbeda dan juga

memungkinkan untuk menunjukkan apakah gagasan siswa itu jalan atau

tidak.

Kecuali menguasai bahan, guru konstruktivis perlu menguasai

konteks dari bahan itu sehingga dapat menjelaskan bahan dengan latar

belakang yang membantu siswa mengerti lebih mudah. Guru fisika kecuali

mengerti isi bahan fisika juga perlu mengerti bagaimana isi itu dalam

perkembangan sejarah fisika berkembang. Maka pengajaran fisika perlu

dikaitkan dengan sejarah, perkembangan serta teknologi yang terkait.

B. Metode Eksperimen Terbimbing

1. Pengertian Metode Eksperimen

Secara umum metode eksperimen adalah metode mengajar yang

mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,

pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan memang benar. Jadi

metode ini lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan

teorinya. Sering disebut metode laboratorium karena percobaan biasanya

dilakukan di laboratorium. Biasanya metode eksperimen bukan untuk

menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah

ditemukan para ahli. Namun, dalam praktek guru dapat pula melakukan

eksperimen untuk menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal ini

(35)

menemukan. Tentu guru sudah tahu teori atau hukum sebelumnya dan bagi

guru arah eksperimen harus jelas! Dengan metode ini siswa dapat merasa

bangga dan yakin karena seakan-akan menemukan sendiri (Suparno, 2007:

77-78).

Metode eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen yang

terencana atau terbimbing dan eksperimen bebas. Dalam banyak

pembelajaran fisika di SMA dan SMP, kebanyakan eksperimen dipilih

yang terbimbing atau terencana. Alasan utama adalah dengan model

eksperimen terbimbing, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih teratur

dan terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung (Suparno, 2007: 78).

2. Eksperimen Terbimbing

a. Maksud Metode Eksperimen Terbimbing

Dengan eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan sudah

dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa.

Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan, apa

yang harus diamati dan diukur semuanya sudah ditentukan sejak awal.

Maka siswa tidak akan bingung tentang langkah-langkah yang akan

dibuat. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan mana yang akan

dituju mereka cukup jelas. Tentu hasil kesimpulan tergantung data yang

mereka lakukan. Biasanya ada petunjuk langkah-langkah yang harus

dilaksanakan oleh siswa, ada lembar kerja (LKS lembar kerja siswa)

(36)

b. Tugas Guru

Menurut Suparno (2007: 78-79), untuk melakukan pembelajaran

dengan eksperimen terbimbing, guru punya peran sangat penting.

Beberapa hal yang harus dilakukan guru adalah:

1) Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa;

2) Merencanakan langkah-langkah percobaan: apa tujuannya, peralatan

yang digunakan, bagaimana memakai percobaan, data yang harus

dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data, dan apa

kesimpulannya;

3) Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga

pada saat siswa mencoba semua siap dan lancar;

4) Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat

bagaimana siswa melakukan percobaannya dan memberikan

masukan kepada siswa;

5) Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat

jalan dengan baik;

6) Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang

dilakukan;

7) Bila siswa membuat laporan, maka guru harus memeriksanya;

8) Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan

(37)

c. Tugas Siswa

Menurut Suparno (2007: 79), dalam eksperimen siswa entah

sendiri atau dalam kelompok kecil melakukan percobaan sesuai dengan

petunjuk yang diberikan guru. Ada baiknya kelompok dibuat kecil

sehingga siswa dapat sungguh melakukan percobaan dan bukan hanya

melihat percobaan teman. Dalam percobaan, siswa antara lain akan

melakukan tindakan berikut:

1) Membaca petunjuk percobaan dengan teliti;

2) Mencari alat yang diperlukan;

3) Merangkaikan alat-alat sesuai dengan skema percobaan;

4) Mulai mengamati jalannya percobaan;

5) Mencatat data yang diperlukan;

6) Mendiskusikan dalam kelompok untuk ambil kesimpulan dari data

yang ada;

7) Membuat laporan percobaan dan mengumpulkan;

8) Dapat juga mempresentasikan percobaannya di depan kelas.

3. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Metode Eksperimen

Menurut Hosnan (2014: 60), agar penggunaan metode eksperimen

itu efisien, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam eksperimen, setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka

jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap

(38)

b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang

meyakinkan atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi

alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih;

c. Dalam eksperimen, siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati

proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama sehingga

mereka menemukan pembuktian kebenaaran dari teori yang dipelajari

itu;

d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu

diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka di samping memperoleh

pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan,juga kematangan jiwa dan

sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen;

e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai

kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.

Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga

masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

4. Tahap Eksperimen

Pembelajaran dengan metode eksperimen, menurut Palendeng (2003:

82, dalam Hosnan, 2014: 61-62), meliputi tahap-tahap berikut:

a. Percobaan awal; pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan

yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.

Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan

(39)

b. Pengamatan; merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan

percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa

tersebut.

c. Hipotesis awal; siswa dapat merumuskan hipotesis sementara

berdasarkan hasil pengamatannya.

d. Verifikasi; kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal

yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa

diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,

selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

e. Aplikasi konsep; setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,

hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan

pemantapan konsep yang telah dipelajari.

f. Evaluasi; merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu

siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui

apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun

aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki

kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,

dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen

Menurut Sumantri (1999: 158, dalam Hosnan, 2014: 63-64),

(40)

a. Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaanya

sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;

b. Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang

diperlukan melalui percobaan yang dilakukan;

c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan

berpikir ilmiah;

d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objetif, relistik,

dan menghilangkan verbalisme;

e. Hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian lama.

Menurut Hosnan (2014: 63), kelemahan metode eksperimen adalah:

a. Metode ini memakan waktu yang banyak. Jika diterapkan dalam rangka

pelajaran di sekolah, maka metode ini dapat menyerap waktu pelajaran;

b. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat

jika pada pelajaran lain, terutama bidang ilmu pengetahuan sosial;

c. Pada hal-hal tertentu, seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,

kemungkinan memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini, faktor

keselamatan kerja harus diperhitungkan;

d. Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap. Jika kurang

salah satu padanya, maka eksperimen tidak akan berhasil dengan baik.

Berdasarkan pendapat diatas, Hosnan (2014: 64) menjelaskan bahwa

(41)

memiliki kelebihan dan manfaat. Kelebihan tersebut berorientasi pada

optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai secara efektif. Di samping kelebihan yang dapat dirasakan oleh

siswa dalam pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, ada

juga kekurangan atau kelemahannya. Hal ini menuntut kemampuan guru

dalam menerapkan metode pembelajaran eksperimen dengan mengawasi

proses kerja sama dalam belajar yang dilakukan oleh siswa. Hal ini berarti

bahwa peran guru sangatlah penting dalam memberikan pengawasan

sekaligus bimbingan bagi siswa.

Menurut Hosnan (2014: 65), aplikasi/penerapan metode eksperimen

atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan

belajar, yaitu sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran

yang nyata untuk ini adalah:

a. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut

tuntutan kurikulum;

b. Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia harus

disediakan;

c. Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen

sebelumnya;

d. Melakukan dan mengamati percobaan;

e. Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;

f. Menarik simpulan atas hasil percobaan;

(42)

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Mulyasa ( 2013: 189), prestasi belajar adalah hasil yang

diperoleh seorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar

pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta

didik akan menghasilkan prestasi belajar, berupa perubahan-perubahan

perilaku, yang oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokkan ke dalam

kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku sebagai

hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu.

Menurut Makmun (1999, dalam Mulyasa, 2013: 189-190), ciri-ciri

perubahan perilaku hasil belajar adalah bersifat:

a. intensional;

artinya pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan disadari

dilakukan dan bukan secara kebetulan.

b. positif;

sesuai dengan yang diharapkan (normatif),atau kriteria keberhasilan

(criteria of success), baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari

segi guru.

c. efektif;

artinya perubahan hasil belajar itu relatif tetap, dan setiap saat

diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan, seperti dalam

(43)

kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan

hidupnya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Mulyasa (2013: 191-192), faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor Internal

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri

(internal), baik secara fisiologis maupun secara psikologis, beserta

usaha yang dilakukannya.

- Faktor fisiologis, berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik

seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi

jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan

fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera.

- Faktor psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti

intelegensi, minat, sikap.

Selain, faktor-faktor di atas prestasi belajar juga dipengaruhi oleh

waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh

setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan

kemampuan peserta didik.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

(44)

- Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi

dalam berbagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk

lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat pada

umumnya.

- Faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial

seperti lingkungan alam dan fisik: misalnya: keadaan rumah, ruang

belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.

Menurut peneliti, prestasi belajar merupakan hasil belajar yang

diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar

tersebut berupa perubahan perilaku yang bersifat intensional, positif,

dan afektif. Prestasi belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yakni faktor

internal (faktor diri) dan faktor eksternal (faktor sosial dan non-sosial).

D. Gender

1. Pengertian Gender

Menurut Mansour (2012: 7-8), untuk memahami konsep gender

harus dibedakan kata gender dengan seks (jenis kelamin). Pengertian

jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin

manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin

tertentu. Sedangkan konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada

kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun

(45)

2. Sejarah Perbedaan Gender

Teori teoritikus berspekulasi bahwa beberapa faktor berkontribusi

terhadap perbedaan gender. Karakteristik dan kecenderungan yang

diturunkan memiliki peran substansial dalam sebagian perbedaan,

sedangkan faktor-faktor lingkungan lebih berkontribusi terhadap

perbedaan yang lain. Dalam banyak kasus, faktor biologis (yaitu,

keturunan) dan pengalaman (yaitu, lingkungan) berhubungan dan saling

melengkapi sehingga memperkuat pengaruh masing-masing (Lippa, 2002,

dalam Ormrod, 2009: 182).

3. Stereotip Gender, Persamaan, dan Perbedaan

a. Stereotip Gender

Menurut Santrock (2014: 184), Stereotip gender merupakan

kategori yang mencerminkan kesan dan keyakinan tentang perilaku

apa yang sesuai untuk perempuan dan laki-laki.

b. Perbedaan Gender pada Ketrampilan Sains

Dalam pencapaian nilai sains, anak laki-laki melakukan sedikit

lebih baik dalam sains dibandingkan anak perempuan di kelas 4, 8,

dan 12 (Penilaian Nasional terhadap Kemajuan Pendidikan di AS,

2005, dalam Santrock, 2014: 187).

Dalam studi lain, kali ini difokuskan pada siswa kelas 8 dan 10,

nilai anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan pada

(46)

kemampuan di atas rata-rata (Burkham, Lee, & Smerdon, 1997, dalam

Santrock, 2014: 187).

Di kelas sains yang menekankan kegiatan laboratorium, nilai

ujian sains anak perempuan membaik. Hal ini menunjukkan

pentingnya keterlibatan aktif dari siswa kelas ilmu pengetahuan, yang

dapat mempromosikan kesetaraan gender (Santrock, 2014: 187).

4. Penghapusan Bias Gender

Bias gender hadir di ruang kelas. Guru berinteraksi lebih banyak

dengan anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan di semua tingkat

pendidikan (Blakemore, Berenbaum, & Liben, 2009, dalam Santrock,

2014: 92). Apa buktinya bahwa kelas bias terhadap anak perempuan?

Pertimbangkan faktor-faktor berikut (Sadker & Sadker, 1994, 2005, dalam

Santrock, 2014: 192-193):

a. Dalam kelas khusus, anak perempuan lebih patuh, anak laki-laki lebih

kasar.

b. Di banyak kelas, guru menghabiskan lebih banyak waktu

memperhatikan dan berinteraksi dengan anak laki-laki, sedangkan

anak perempuan bekerja dan bermain dengan tenang sendiri.

c. Anak laki-laki mendapatkan instruksi bantuan lebih banyak

dibandingkan anak perempuan ketika mereka mengalami kesulitan

(47)

Menurut Santrock (2014: 193), dengan demikian terdapat bukti atas

bias gender terhadap anak laki-laki dan perempuan di sekolah-sekolah.

Pengajar sekolah banyak yang tidak menyadari bias gender dari sikap

mereka. Sikap-sikap ini sangat mengakar, dan didukung oleh budaya

umum. Meningkatkan kesadaran bias gender di sekolah jelas merupakan

strategi penting dalam mengurangi bias tersebut.

E. Pembiasan Cahaya pada Lensa

Lensa adalah benda yang bening atau transparan yang memiliki 1 atau 2

permukaan lengkung. Sebuah lensa dapat terdiri dari satu bidang lengkung

dan satu bidang datar atau juga dapat terdiri dari dua bidang lengkung

(Raharja.dkk, 2013: 133).

1. Jenis-Jenis Lensa

Lensa terbagi menjadi 2 macam, yaitu lensa cembung (lensa

kovergen atau lensa konveks) dan lensa cekung (lensa divergen atau

lensa konkaf).

a. Lensa Cembung

Lensa cembung ialah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal

dan bagian tepiannya lebih tipis. Berdasarkan bentuknya (lihat gambar

2.1), lensa cembung dikelompokkan menjadi:

1) lensa cembung-cembung (bikonveks);

2) lensa cembung-datar (plan-konveks);

(48)

Gambar 2.1 Jenis Lensa Cembung

b. Lensa Cekung

Lensa cekung ialah lensa yang bagian tengahnya tipis dan

bagian tepinya lebih tebal. Lensa cekung disebut juga dengan lensa

divergen atau lensa konkaf. Berdasarkan bentuknya (lihat gambar

2.2), lensa cekung dikelompokkan menjadi:

1) lensa cekung-cekung (bikonkaf);

2) lensa cekung-datar (plan-konkaf);

3) cekung-cembung (konkaf-konveks).

Gambar 2.2 Jenis Lensa Cekung

2. Istilah dalam Pembahasan Lensa

a. Sumbu utama adalah garis yang menghubungkan pusat kedua bola

yang membentuk permukaan lensa.

b. Jari-jari kelengkungan merupakan jarak antara pusat kelengkungan

(49)

c. Pusat optik adalah titik pada lensa yang merupakan pertemuan antara

gari diameter lensa dan sumbu utama.

Lensa bersifat tembus cahaya sehingga energi cahaya dapat

masuk dari kedua sisinya. Oleh sebab itu, ada dua titik fokus yang

berjarak sama dari pusat optik dengan anggapan kedua sisi lensa berada

pada medium yang sama. Titik-titik itulah yang sering disebut dengan

titik fokus pertama F1dan titik fokus kedua F2.

1) Lensa Cembung

Titik fokus pertama F1 adalah titik pada sumbu utama dimana sinar

datang yang sejajar sumbu utama setelah dibiaskan seolah-olah

menuju titik itu. Sedangkan, titik fokus kedua F2 adalah titik pada

sumbu utama dengan sinar yang melewatinya akan merambat sejajar

sumbu utama setelah dibiaskan.

2) Lensa Cekung

Titik fokus pertama F1 adalah titik pada sumbu utama dimana sinar

datang yang sejajar sumbu utama setelah dibiaskan seolah-olah

berasal dari titik itu. Sedangkan, titik fokus kedua F2 adalah titik

pada sumbu utama dengan sinar yang menuju kearahnya akan

merambat sejajar sumbu utama setelah dibiaskan.

3. Tiga Sinar Istimewa

a. Lensa Cembung

(50)

1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama lensa dibiaskan melalui

titik fokus F1.

2) Sinar datang melalui titik fokus F2dibiaskan sejajar sumbu utama.

3) Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa membias

(lihat gambar 2.3).

Gambar 2.3 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung

b. Lensa Cekung

Tiga sinar istimewa pada lensa cembung yaitu:

1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama lensa dibiaskan

seakan-akan melalui titik fokus F1.

2) Sinar datang seakan-akan menuju titik fokus F2 dibiaskan sejajar

sumbu utama.

F2

F1

F2

F1

F2

(51)

3) Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa membias

(lihat gambar 2.4).

Gambar 2.4 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung

4. Pembentukan Bayangan pada Lensa

Dengan menggunakan ketiga sinar istimewa pada lensa cembung

yang telah dipaparkan pada penjelasan diatas maka dapat digambarkan

pembentukan bayangan oleh lensa cembung. Berikut adalah contoh

pembentukan bayangan pada lensa cembung untuk salah satu posisi

benda (lihat gambar 2.5).

Jarak benda lebih besar dari 2 kali jarak fokus kedua (2f2). Maka,

dengan menggunakan sinar istimewa lensa cembung diperoleh bayangan

yang bersifat nyata, terbalik, diperkecil, dan letak bayangannya di antara

titik fokus pertama (F1) dan 2 kali jarak fokus lensa pertama (2f1).

Gambar 2.5 Contoh Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung

F1 F2 F1 F2 F1

(52)

5. Perbesaran Bayangan oleh Lensa

Perbesaran lensa didefinisikan sebagai perbandingan antara ukuran

bayangan dengan ukuran benda, atau jarak bayangan dibagi jarak benda

dengan h adalah tinggi benda, h’ adalah tinggi bayangan, s adalah jarak

benda ke lensa, dans’adalah jarak bayangan ke lensa.

6. Menentukan Letak Bayangan pada Lensa

a. Letak Relatif Bayangan pada Lensa Cembung (tabel 2.1)

Tabel 2.1 Letak Bayangan pada Lensa Cembung

Letak Benda Letak Bayangan Sifat Bayangan

Di tak berhingga Di titik fokus F1

pada sisi seberang

fokus F1dan pusat

(53)

Di antara titik fokus

b. Letak Relatif Bayangan pada Lensa Cekung (tabel 2.2)

Tabel 2.2 Letak Bayangan pada Lensa Cekung

Letak Benda Letak Bayangan Sifat Bayangan

Di tak berhingga Di titik fokus F1 pada

dan titik fokus F1pada

sisi yang sama dengan

benda

Maya, tegak,

(54)

7. Rumus Umum Lensa Tipis

Lensa tipis merupakan lensa yang memiliki ketebalan dapat

diabaikan terhadap diamater kelengkungan lensa, sehingga sinar-sinar

sejajar sumbu utama tepat difokuskan ke suatu titik, yaitu titik fokus

(Kanginan, 2013: 412). Secara umum, jarak benda, jarak bayangan, dan

jarak fokus lensa memenuhi hubungan :

rumus tersebut sama seperti pada rumus cermin. Rumus di atas juga

berlaku untuk lensa tipis. Lensa cekung merupakan lensa divergen, jarak

fokusnya dianggap negatif. Ketentuan yang berhubungan dengan

perjanjian tanda pada penggunaan rumus umum lensa tipis ditunjukkan

pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Ketentuan Penggunaan Rumus Lensa

Besaran Simbol Bernilai Postif Bernilai Negatif

Jarak benda

S

Benda di depan lensa Benda di belakang

(55)

Jari-jari

kelengkungan

R

Di belakang lensa Di depan lensa

Jarak fokus F Lensa cembung Lensa cekung

F. Dampak Teori ke Penelitian Berikutnya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah

pengajaran Fisika dengan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa dan (2) apakah gender berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa dengan pengajaran eksperimen terbimbing materi pembiasan

cahaya pada lensa.

Teori yang telah disajikan pada bab 2 mendukung penelitian ini.

Teori-teori tersebut mendasari dalam pembuatan treatment, instrument,

analisis data, dan kesimpulan.

Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen terbimbing untuk kelas eksperimen dan metode ceramah untuk

kelas kontrol. Berdasarkan teori tentang metode eksperimen terbimbing dan

materi tentang pembiasan cahaya yang nantinya digunakan sebagai dasar

pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sampel melakukan percobaan sesuai

dengan LKS yang telah dibuat, memecahkan masalah dengan berdiskusi

dalam kelompok, kemudian mempresentasikannya.

Treatment tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme dimana siswa

(56)

menyimpulkan sangat cocok untuk mendalami fisika. Metode ilmiah yang

sangat jelas menunjukkan proses abstraksi terhadap kejadian konkret, tepat

untuk digunakan dalam pelajaran fisika (Suparno, 2007: 12)

Instrumen dibuat berdasarkan (1) teori tentang prestasi belajar siswa

dan materi tentang pembiasan cahaya pada lensa yang mendasari pembuatan

pretest dan posttest, (2) teori prestasi belajar dan teori perbedaan gender

untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa putra dan putri berbeda.

Analisa data dan kesimpulan, disusun berdasarkan teori tentang

prestasi belajar siswa dan teori perbedaan gender untuk mengetahui

perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan putri. Sedangkan, teori

prestasi belajar dan materi pembiasan cahaya pada lensa untuk mengetahui

apakah metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

G. Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran

terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian

terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang

akan diteliti, yaitu:

Perbedaan Prestasi Belajar antara Siswa Putra dan Putri pada

Subpokok Bahasan Perpindahan Kalor dengan Metode Eksperimen.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008 oleh Varida Indrastuti (041424008),

Mahasiswi Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma

(57)

dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode eksperimen dapat

membantu meningkatkan pemahaman siswa dan dengan pengajaran

eksperimen, prestasi belajar antara siswa putra dan putri tidak berbeda.

Pengaruh Gender dalam Hal Minat, Sikap, dan Pemahaman Fisika

Siswa pada Pokok Bahasan Kinematika dengan Analisis Vektor. Penelitian

ini dilakukan pada tahun 2012 oleh Paulus Raja (081424024), Mahasiswa

Program Studi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Siswa Kelas XI

IPA SMA Frater Makassar. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa gender

tidak mempengaruhi minat, sikap, dan pemahaman siswa. Hal ini terbukti

dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada aspek-aspek yang telah

diukur dalam penelitian tersebut.

Dari kedua hasil penelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan di

atas, terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis,

yaitu penggunaan treatment eksperimen dalam pembelajaran fisika dan

meneliti adakah perbedaan gender dalam pencapaian prestasi belajar siswa.

Akan tetapi dari kedua penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama

dengan masalah yang akan diteliti.

Penelitian Paulus Raja berbeda dengan penelitian ini karena tidak

menggunakan treatment metode eksperimen terbimbing dalam pembelajaran

fisika. Varida Indrastuti juga berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan

karena sampel dan materi yang digunakan berbeda.

Dari pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan dan persamaan

(58)

sudah dilakukan. Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Pengaruh

Perbedaan Gender Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2

Klaten dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa Menggunakan Metode

Eskperimen Terbimbing” dapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti

(59)

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dimana

menggunakan data berupa skor atau angka yang selanjutnya akan dianalisa

dengan statistik. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini ialah

statistik inferensial. Menurut Suparno (2010: 90), statistik inferensial

digunakan untuk membuktikan apakah suatu hipotesis dapat diterima atau

ditolak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi

belajar siswa dan mengetahui pengaruh perbedaan gender terhadap

prestasi belajar. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui perolehan data nilai

siswa yang berupa angka dari hasil pretest-posstest kemudian dianalisa

secara statistik. Kesimpulan dapat diperoleh berdasarkan data dari subyek

yang diteliti dan diolah dengan menggunakan Uji-T dan Uji F dengan

bantuan komputer program SPSS 17.00 for windows.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian

eksperimental dengan desain Design Static Group Pretest-Posttest dengan

skema sebagai berikut:

Treatment group O X1 O

Control group O X2 O

Menurut Suparno (2010:137) riset eksperimen mempunyai

(60)

menerima treatment disebut kelompok eksperimen. Dan juga mempunyai

kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak menerima treatment.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Klaten (Jl. Angsana

Trunuh, Klaten Selatan).

2. Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 April 2015-11 Mei 2015.

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kelompok yang lebih besar dimana hasil dari

penelitian tersebut diharapkan berlaku untuk seluruh anggota grup yang

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA

Negeri 2 Klaten yang terdiri dari 7 kelas peminatan IPA.

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Klaten kelas X MIA 2

untuk kelas kontrol yang terdiri dari 30 siswa dan X MIA 3 untuk kelas

eksperimen yang terdiri dari 30 siswa.

D. Treatment

Treatment merupakan perlakuan yang diberikan peneliti kepada

(61)

Wujud treatment dalam penelitian ini berupa pemberian metode

pembelajaran tertentu pada siswa yakni metode eksperimen terbimbing.

Untuk melihat apakah dengan menggunakan metode eksperimen

terbimbing tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa maka,

metode ini dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah.

Metode ceramah tersebut digunakan dalam proses pembelajaran di

kelas kontrol, sedangkan metode eksperimen digunakan dalam proses

pembelajaran di kelas eskperimen. Pembelajaran dengan mengunakan

metode eksperimen terbimbing ini digunakan dalam materi pembiasan

cahaya pada lensa. Eksperimen dilakukan dua kali pertemuan, yaitu:

pertemuan pertama untuk eksperimen pembiasan cahaya pada lensa

cembung dan pertemuan kedua untuk eskperimen pembiasan cahaya pada

lensa cekung. Kegiatan eksperimen yang dilakukan seperti pada

tahap-tahap di bawah ini:

1. Sebelum Eksperimen

a. Peneliti melakukan kegiatan observasi kelas sebelum melalukan

pembelajaran bersama dengan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui situasi dan kondisi kelas. Sehingga, kelak peneliti

dapat mengelola kelas dengan baik.

b. Peneliti mempersiapkan pembelajaran

1) Menentukan materi yang akan dipelajari oleh para siswa di

(62)

ditetapkan oleh pemerintah di sekolah tersebut. Materi yang

dipilih ialah pembiasan cahaya pada lensa.

2) Menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

Tujuan dari pembelajaran ini ditunjukkan dalam bentuk

indikator-indikator yang harus dicapai oleh siswa setelah

mengikuti pembelajaran.

3) Membuat rancangan pembelajaran dengan metode eksperimen

terbimbing.

4) Merencanakan langkah-langkah eksperimen.

5) Pengadaan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam eksperimen

dimana jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

6) Menguji coba alat tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengecek

kondisi dan kevalidan dari alat dan bahan yang disediakan dan

nantinya akan dipergunakan siswa.

7) Peneliti membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil,

dimana pembagian dilakukan secara acak.

c. Peneliti melaksanakan pretest bagi peserta didik sesuai dengan

materi yang akan dieksperimenkan.

2. Tahap Eksperimen

a. Peneliti membagikan LKS pada peserta didik kemudian meminta

peserta didik untuk membaca dan memahaminya. LKS tersebut

Gambar

Gambar 2.1 Jenis Lensa Cembung
Gambar 2.3 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung
Gambar 2.5 Contoh Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung
Tabel 2.1 Letak Bayangan pada Lensa Cembung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tugas Akhir ini dibahas analisis kelayakan mengenai aspek Lingkungan dan aspek Ekonomi dari perencanaan pembangunan Jembatan dan Jalan Layang PASUPATI

Keefektifan Strategi PSRT (Prepare-Structure-Read-Think) dalam Pembelajaran Memahami Teks Eksplanasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Magelang untuk memenuhi

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa skor rata- rata hasil belajar Fisika siswa kelas VIII 1 SMP Muhammadiyah 13 Makassar yang diajar dengan model active learning type

Masyarakat Bawean pada umumnya menganut paham Ahl al-Sunnah Wa al-Jamaah, yaitu NU (mayoritas) dan Muhammadiyah. Di masyarakat Bawean, kiai yang menjadi tumpuan untuk mengawal

Bahwa kepuasan pasien pada Rumah Sakit Umum Kota Banjar berada pada kondisi baik, kepuasan pasien yang digambarkan oleh pernyataan puas pasien berada dalam kondisi baik, kesediaan

[r]

Hasil Penelitian dan Analisis Data Aspek Pemahaman Konsep 63. Hasil Penelitian dan Analisis Data Aspek

Penelitian ini menghasilkan SOP ekspor impor yang dilengkapi dengan Laporan Trend Penjualan Ekspor, instruksi kerja pengecekan PEB dan PIB, penggantian metode