i
ABSTRAK
Yoana Maria Vianey. 2015“Pengaruh Perbedaan Metode Eksperimen Terbimbing dan Perbedaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Klaten dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar dan apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar dalam materi pembiasan cahaya pada lensa. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan pengaruh gender tersebut, peneliti menggunakan soal pretest dan posttest untuk memperoleh data yang kemudian dianalisis secara statistika menggunakan uji T dan uji F.
Penelitian ini dilaksanakan pada 30 April sampai 11 Mei 2015 di SMA Negeri 2 Klaten. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Klaten kelas X MIA 2 untuk kelas kontrol yang terdiri dari 30 siswa dan X MIA 3 untuk kelas eksperimen berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
Hasil dari penelitian ini adalah pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dalam materi pembiasan cahaya pada lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa baik untuk siswa laki-laki ataupun perempuan dan prestasi belajar siswa perempuan lebih baik daripada prestasi belajar siswa laki-laki.
ii
ABSTRACT
Yoana Maria Vianey. 2015 "The Influence of Guided Experiment and Gender to Learning Achievement of X SMA Negeri 2 Klaten Students in Learning Refraction of Light". Thesis. Physics Education Study Program. Education Department of Mathematics and Sciences Education. Faculty Of Teacher Training And Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research was a quantitative research. The objectives of this study were 1) to find out whether the teaching of physics using a guided experiment could improve learning achievement; 2) to find out whether the gender influenced the learning refractionof light and lens’s achievement. Researcher conducted a pretest and posttest to find out specific data then the data analyzed statistically using T and F test.
This research was conducted on April 30th, 2015 to May 11th, 2015 in SMA Negeri 2 Klaten. The sample of this research was 30 students of X MIA 2 SMA Negeri 2 Klaten as class control and 30 students which consisted of 11 male students and 19 female students as experimental class.
The research findings were 1) a physics teaching using a guided experiment could improve learning achievement both female and male students; 2) learning achievement of female students better than male studens.
Key word: learning achievement, guided experiment, gender, learning refraction
PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERBIMBING DAN
PERBEDAAN GENDER TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KLATEN DALAM MATERI
PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Yoana Maria Vianey
111424009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERBIMBING DAN
PERBEDAAN GENDER TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KLATEN DALAM MATERI
PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Yoana Maria Vianey
111424009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu,
janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sehari” (Matius 6:33-34).
Skripsiinikupersembahkanuntuk:
♥Ayahku Agustinus Sarimin dan Ibuku Hermi Muryani yang aku cintai♥ ♥Kakakku tercinta Chornellia dan Suaminya ♥
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
vii
ABSTRAK
Yoana Maria Vianey. 2015“Pengaruh Perbedaan Metode Eksperimen Terbimbing dan Perbedaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Klaten dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa”.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar dan apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar dalam materi pembiasan cahaya pada lensa. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan pengaruh gender tersebut, peneliti menggunakan soal pretest dan posttest untuk memperoleh data yang kemudian dianalisis secara statistika menggunakan uji T dan uji F.
Penelitian ini dilaksanakan pada 30 April sampai 11 Mei 2015 di SMA Negeri 2 Klaten. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Klaten kelas X MIA 2 untuk kelas kontrol yang terdiri dari 30 siswa dan X MIA 3 untuk kelas eksperimen berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
Hasil dari penelitian ini adalah pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dalam materi pembiasan cahaya pada lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa baik untuk siswa laki-laki ataupun perempuan dan prestasi belajar siswa perempuan lebih baik daripada prestasi belajar siswa laki-laki.
viii
ABSTRACT
Yoana Maria Vianey. 2015 "The Influence of Guided Experiment and Gender to Learning Achievement of X SMA Negeri 2 Klaten Students in Learning Refraction of Light". Thesis. Physics Education Study Program. Education Department of Mathematics and Sciences Education. Faculty Of Teacher Training And Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research was a quantitative research. The objectives of this study were 1) to find out whether the teaching of physics using a guided experiment could improve learning achievement; 2) to find out whether the gender influenced the learning refractionof light and lens’s achievement. Researcher conducted a pretest and posttest to find out specific data then the data analyzed statistically using T and F test.
This research was conducted on April 30th, 2015 to May 11th, 2015 in SMA Negeri 2 Klaten. The sample of this research was 30 students of X MIA 2 SMA Negeri 2 Klaten as class control and 30 students which consisted of 11 male students and 19 female students as experimental class.
The research findings were 1) a physics teaching using a guided experiment could improve learning achievement both female and male students; 2) learning achievement of female students better than male studens.
Key word: learning achievement, guided experiment, gender, learning refraction
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Eksperimen Terbimbing dan Perbedaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Klaten dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dapat diselesaikan.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mengetahui apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing.
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan dukungan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S. J., M.S.T selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan penuh ikhlas, sabar membimbing dan memberi petunjuk dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus selaku dosen pembimbing akademik.
3. Seluruh dosen JPMIPA yang telah memberikan pengalaman, pengetahuan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Netty Sukatmi, S.Pd yang telah memberikan bimbingan untuk pembuatan RPP dan memvalidasi soal pretest-posttest.
5. Segenap Staff sekretariat JPMIPA yang telah membantu segala sesuatu tentang administrasi selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
x
7. Bapak Drs. Suwarno Endro selaku Wakasek Urusan Humas yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam mengurus ijin dan surat-surat. 8. Siswa-siswi X MIA 2 dan MIA 3 yang telah bersedia menjadi partisipan
dalam penelitian ini.
9. Keluarga, ayah Agustinus Sarimin, ibu Hermi Muryani Anastasia, yang senantiasa mendoakan dan mendukung dalam setiap proses pendidikan. 10. Yohanes de Deo Fredy Sulistyo yang selalu memberikan semangat dalam
penyelesaian sikripsi dan membantu proses penelitian.
11. Elisabeth Anindita Arjanggi yang dengan kasihnya menyemangati dan membantu penulis mendokumentasikan proses penelitian di SMA Negeri 2 Klaten.
12. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011, terkusus Jejen, Johan, Maria dan Ginanjar yang selalu berbagi pengalaman indah, suka, duka dan pengetahuan selama empat tahun berproses dalam perkuliahan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
13. Serta semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan dan semangat yang telah diberikan sehingga sangat membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dalam bidang ilmu pengetahuan pada umumnya.
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Hipotesa... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika ... 7
1. Inti Filsafat Konstruktivisme ... 7
2. Dampak Konstruktivisme bagi Siswa yang Belajar... 12
3. Dampak Konstruktivisme bagi Guru Fisika... 12
B. Metode Eksperimen Terbimbing... 13
1. Pengertian Metode Eksperimen ... 13
xii
3. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan
Metode Eksperimen ... 16
4. Tahap Eksperimen... 17
5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen ... 18
C. Prestasi Belajar... 21
1. Pengertian Prestasi Belajar... 21
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 22
D. Gender... 23
1. Pengertian Gender ... 23
2. Sejarah Perbedaan Gender ... 24
3. Stereotip Gender, Persamaan, dan Perbedaan Gender ... 24
4. Penghapusan Bias Gender... 25
E. Pembiasan Cahaya pada Lensa ... 26
1. Jenis-jenis Lensa ... 26
2. Istilah dalam Pembahasan Lensa ... 27
3. Tiga Sinar Istimewa ... 28
4. Pembentukan Bayangan pada Lensa ... 30
5. Perbesaran Bayangan oleh Lensa... 31
6. Menentukan Letak Bayangan pada Lensa... 31
7. Rumus Umum Lensa Tipis ... 33
F. Dampak Teori ke Penelitian Berikutnya ... 34
G. Penelitian yang Relevan ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
1. Tempat ... 39
2. Waktu ... 39
C. Populasi dan Sampel ... 39
D. Treatment ... 39
1. Sebelum Eksperimen ... 40
xiii
3. Setelah Eksperimen ... 42
E. Instrumentasi... 43
1. RPP dan LKS ... 43
2. Pretest-Posttest ... 44
F. Validitas ... 51
G. Analsisis Data Pretest dan Protest ... 52
1. Mengetahui Kemampuan Awal atau Akhir di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 52
2. Mengetahui Pengaruh Perbedaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa di Kelas Eksperimen ... 53
3. Mengetahui Pengaruh Perbedaaan Gender terhadap Prestasi Belajar Siswa di Kelas Kontrol ... 54
BAB IV DATA DAN ANALISA DATA ... 55
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 55
1. Pelaksanaan di Kelas Kontrol ... 58
2. Pelaksanaan di Kelas Eksperimen... 63
B. Data dan Analisis... 72
1. Data ... 72
2. Analisis... 74
C. Pembahasan ... 90
1. Prestasi Belajar... 90
2. Gender ... 91
D. Keterbatasan Penelitian ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 95
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 96
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Letak Bayangan pada Lensa Cembung ... 31
Tabel 2. 2 Letak Bayangan pada Lensa Cekung ... 32
Tabel 2. 3 Ketentuan Penggunaan Rumus Lensa ... 33
Tabel 3. 1 Distribusi soal-soal pretest materi pembiasan cahaya pada lensa dan aspek yang diukur ... 45
Tabel 3. 2 Distribusi soal-soal posttest materi pembiasan cahaya pada lensa dan aspek yang diukur ... 47
Tabel 3. 3 Kriteria penskoran pretest dan posttest ... 48
Tabel 4. 1 Jadwal Persiapan Sebelum Penelitian ... 55
Tabel 4. 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 57
Tabel 4. 3 Nilai Pretest-Posttest Kelas Kontrol... 72
Tabel 4. 4 Nilai Pretest-Posttest Kelas Eksperimen ... 73
Tabel 4. 5 Perbandingan Kemampuan Awal Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 74
Tabel 4. 6 Tabel Multiple Comparison (Kemampuan Awal) ... 75
Tabel 4. 7 Perbandingan Kemampuan Akhir Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas Kontrol dan Eksperimen... 77
Tabel 4. 8 Tabel Multiple Comparison (Kemampuan Akhir)... 78
Tabel 4. 9 Perbandingan Selisih nilai Posttest-Pretest Siswa ... 80
Tabel 4. 10 Tabel Multiple Comparison (Selisih Posttest-Pretest) ... 81
Tabel 4. 11 Perbandingan Nilai Pretest-Posttest Siswa Perempuan di Kelas Eksperimen ... 82
Tabel 4. 12 Perbandingan Nilai Pretest-Posttest Siswa Laki-laki di Kelas Eksperimen ... 84
Tabel 4. 13 Perbandingan Nilai Posttest Siswa Perempuan dan Laki-laki di Kelas Eksperimen ... 85
xv
di Kelas Kontrol ... 88 Tabel 4. 16 Perbandingan Nilai Posttest Siswa Perempuan dan Laki-laki
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Jenis Lensa Cembung... 27
Gambar 2. 2 Jenis Lensa Cekung... 27
Gambar 2. 3 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung... 29
Gambar 2. 4 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung... 30
Gambar 2. 5 Contoh Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung... 30
Gambar 4. 1 Observasi X MIA 3 ... 57
Gambar 4. 2 Penilaian dari Seorang Siswa ... 57
Gambar 4. 3 Siswa X MIA 2 saat Pretest ... 59
Gambar 4. 4 Siswa X MIA 2 saat Pretest ... 59
Gambar 4. 5 Guru Mengajar di Kelas Kontrol... 61
Gambar 4. 6 Guru Membimbing Siswa ... 61
Gambar 4. 7 Siswa Berdiskusi saat Mengerjakan Soal... 62
Gambar 4. 8 Siswa Mengerjakan Tugas dari Guru ... 62
Gambar 4. 9 Posttest di X MIA 2 ... 63
Gambar 4. 10 Posttest di X MIA 2 ... 63
Gambar 4. 11 Siswa Memasuki Lab ... 64
Gambar 4. 12 Siswa Mengerjakan Pretest ... 64
Gambar 4. 13 Peralatan KIT untuk3Kelompok ... 66
Gambar 4. 14 KIT untuk Eksperimen ... 66
Gambar 4. 15 Peralatan Sederhana untuk 3 Kelompok ... 67
Gambar 4. 16 Alat Sederhana untuk Eksperimen ... 67
Gambar 4. 17 Eksperimen dengan KIT... 68
Gambar 4. 18 Eksperimen dengan Alat Sederhana... 68
Gambar 4. 19 Siswa sedang Berdiskusi ... 68
Gambar 4. 20 Perwakilan Siswa Presentasi ... 68
Gambar 4. 21 Kegiatan Eksperimen ... 71
Gambar 4. 22 Siswa Berdiskusi ... 71
Gambar 4. 23 Kegiatan Posttest... 71
xvii
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari JPMIPA ... 98
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA... 99
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 100
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Lensa Cembung ... 112
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Lensa Cekung ... 117
Lampiran 7 Soal Pretest Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa ... 120
Lampiran 8 Soal Posttest Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa... 121
Lampiran 9 Jawaban Soal Pretest Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa ... 122
Lampiran 10 Jawaban Soal Posttest Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa.... 124
Lampiran 11 Hasil LKS Lensa Cembung dari Diskusi Siswa ... 126
Lampiran 12 Hasil LKS Lensa Cekung dari Diskusi Siswa ... 132
Lampiran 13 Contoh Lembar Jawaban Pretest Siswa... 135
Lampiran 14 Contoh Lembar Jawaban Posttest Siswa ... 139
Lampiran 15 Data Sampel... 144
Lampiran 16 Validitas dari Pakar ... 146
Lampiran 17 Hasil Skor dan Kelayakan Instrumen ... 150
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan oleh
pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kurikulum 2013 diharapkan mampu memberdayakan semua potensi yang
dimiliki peserta didik melalui upaya menumbuhkan dan mengembangkan
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Proses pembelajaran kurikulum 2013
mengembangkan proses pembelajaran tidak langsung dan langsung. Proses
pembelajaran tidak langsung berhubungan dengan pengembangan nilai dan
sikap, sedangkan dalam pembelajaran langsung peserta didik
mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan ketampilan
psikomotorik.
Proses pembelajaran langsung meliputi kegiatan belajar peserta didik:
mengamati, menanya, melakukan percobaan, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan apa yang telah diperoleh dalam kegiatan asosiasi.
Peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan secara aktif
mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuannya. Hal
tersebut sesuai dengan kurikulum 2013 dimana menekankan peserta didik
untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga diperoleh hasil belajar
Hosnan (2014: 34) menyatakan bahwa implementasi kurikulum 2013
dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Langkah–langkah umum pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Meliputi: menggali informasi
melalui pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, associating/menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta serta membentuk jaringan/networking (Hosnan,
2014:37).
Langkah ketiga pada pendekatan ilmiah yaitu experimenting/percobaan.
Kegiatan eksperimen ini sesuai dengan pembelajaran sains karena dengan
bereksperimen peserta didik terlatih menggunakan metode ilmiah dalam
memecahkan suatu masalah atau membuktikan suatu hipotesis. Eksperimen
atau percobaan tidak hanya dapat dilakukan di laboratorium tetapi dapat
Eksperimen yang digunakan sebagai metode pembelajaran dibedakan
menjadi dua yaitu metode eksperimen bebas dan ekperimen terbimbing.
Metode eksperimen bebas menantang peserta didik untuk merencanakan
percobaan sendiri tanpa mendapat banyak bimbingan dari pendidik.
Sedangkan, metode eksperimen terbimbing menekankan pendidik untuk
merancang percobaan apa yang harus dilakukan oleh peserta didik.
Peneliti pernah menggunakan metode eksperimen terbimbing dalam
pembelajaran saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta. Kegiatan eksperimen
tersebut diwarnai dengan keterlibatan peserta didik, ada banyak peserta didik
yang sangat aktif mengikuti seluruh rangkaian kegiatan tetapi ada juga
peserta didik yang hanya diam berpangku tangan dan hanya melihat peserta
didik lain bekerja, padahal dari segi alat dan bahan telah disesuaikan agar
semua peserta didik dapat menggunakan alat tersebut secara bergantian.
Peneliti diberikan tugas untuk mengajar IPA di kelas VII untuk kelas A,
B, dan F. Untuk setiap kelas, peneliti melihat ada peserta didik baik siswa
putra dan putri yang diam saja saat bereksperimen. Peserta didik tersebut
hanya diam atau hanya mencatat saja atau bahkan mencatat pun tidak, tetapi
di lain pihak banyak kelompok lain secara aktif bekerja sama antara siswa
putri dan putra, ada siswa laki-laki saja yang bekerja, dan ada pula siswa
perempuan saja yang bekerja. Hal ini membuat peneliti ingin mengetahui
adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan putri dengan
Pembelajaran fisika di SMA Negeri 2 Klaten telah menggunakan
metode eksperimen terbimbing, namun metode tersebut masih belum
sepenuhnya mengaktifkan siswanya. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya
pedoman seperti lembar kerja siswa yang dipersiapkan bagi peserta didik,
kurang adanya umpan balik dari guru, dan ditambah dengan alat-alat
eksperimen yang belum lengkap. Dalam penelitian ini menerapkan metode
eksperimen terbimbing dimana peserta didik dapat memperoleh hasil yang
lebih cepat, teratur dan terarah sehingga siswa tidak kebingungan dalam
melaksanakan eksperimen. Peserta didik juga menjadi lebih aktif dan terampil
menggunakan alat, merangkai alat dan mengambil kesimpulan. Sehingga
peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, dengan
begitu akan muncul sikap ilmiah dalam pribadi setiap peserta didik.
Peneliti menyadari bahwa eksperimen dapat dilakukan di laboratorium
ataupun di luar kelas baik menggunakan alat yang disediakan atau membuat
alat bersama dengan siswa, dengan begitu peneliti sebagai pendidik dan
peserta didik dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu peneliti tertarik melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut karena berpanutan pada kurikulum 2013 dimana peserta
didik turut terlibat secara aktif dalam kegiatan eksperimen meski ada faktor
yang menghambat. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah
dengan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan mengetahui apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pengajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Klaten
materi pembiasan cahaya pada lensa?
2. Apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada
proses pembelajaran fisika materi pembiasan cahaya pada lensa di SMA
Negeri 2 Klaten?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui:
1. Apakah pengajaran fisika dengan metode eksperimen terbimbing dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Klaten
materi pembiasan cahaya pada lensa;
2. Apakah gender berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas X pada
proses pembelajaran fisika materi pembiasan cahaya pada lensa di SMA
Negeri 2 Klaten.
D. Hipotesa
1. Metode eksperimen terbimbing meningkatkan prestasi belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
1. Guru
a. Mengetahui bahwa metode eksperimen terbimbing yang digunakan
dalam pembelajaran fisika kelas X dalam materi Pembiasan Cahaya
pada Lensa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Untuk pembelajaran fisika berikutnya siswa laki-laki lebih diaktifkan
sehingga prestasi belajar meningkat.
2. Penelitian
a. Peneliti menambah 1 penelitian di dunia dalam bidang fisika mengenai
pengaruh gender terhadap prestasi belajar siswa menggunakan metode
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika
Menurut Suparno (2007:7), pada dasa warsa terakhir ini, filsafat
konstruktivisme banyak mempengaruhi pembelajaran fisika khususnya, dan
pembelajaran sains pada umumnya. Banyak percobaan pembelajaran,
penelitian, dan seminar internasional tentang pengaruh filsafat
konstruktivisme dilakukan. Model pembelajaran fisika menjadi sangat
berbeda dengan model pembelajaran yang klasik. Apa isi singkat filsafat
konstruktivisme, dampaknya bagi siswa yang belajar, dan guru yang
mengajar, dikupas dibawah ini.
1. Inti Filsafat Konstruktivisme
a. Pengetahuan
Menurut Suparno (2007: 8), filsafat konstruktivisme adalah
filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana
pengetahuan itu terjadi. Intinya, pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) dari individu dalam mengenal sesuatu dimana melalui suatu
proses mengetahui dari tahap menggunakan indra sampai ke pikiran.
Bila yang sedang menekuni adalah siswa, maka pengetahuan itu adalah
bentukan siswa sendiri. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi,
yang ada di luar kita, tetapi sesuatu yang harus kita bentuk sendiri
suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir seseorang
(Bettencourt, 1989, dalam Suparno, 2007: 8).
Pengetahuan bukanlah suatu yang lepas dari subyek, tetapi
merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dalam pengalaman
ataupun dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus
menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya
suatu pemahaman yang baru (Piaget, 1971, dalam Suparno, 2007: 8).
Menurut Suparno (2007: 8-10), orang membentuk
pengetahuannya pertama-tama melalui indera. Dengan melihat,
mendengar, menjamah, membau, dan merasakan, orang membentuk
pengetahuan tentang sesuatu hal.Misalnya, pengetahuan seorang siswa
tentang air diperoleh sewaktu dia melihat air, bermain dengan air,
menjamah air, membau air, merasakan suhu air dll. Dan sewaktu siswa
itu sudah di SMA pengetahuan tentang airnya bertambah karena ia
menimbang air, menguapkan air, mengukur massa jenis air, dan
mencari sifat-sifat kimiawi air. Dalam pembentukan awal pada anak,
penggunaan indera ini semakin penting.
Dari sini cukup jelas bahwa untuk dapat mengetahui sesuatu,
siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam
belajar siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan,
menganalisis dan akhirnya yang terpenting merangkumkannya sebagai
suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan siswa dalam membangun
Itulah sebabnya dalam suatu kelas setiap siswa dapat menangkap dan
mengerti lain tentang suatu bahan yang sama yang diajarkan guru.
Oleh karena pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang
yang sedang mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah
sesuatu yang sudah jadi dan tidak terubahkan. Pengetahuan merupakan
suatu proses menjadi tahu. Suatu proses yang terus akan berkembang
semakin luas, lengkap, dan sempurna. Pembentukan pengetahuan jelas
bukan sekali jadi, tetapi bertahap.
Secara prinsipial para konstruktivis menolak kemungkinan
transfer pengetahuan dari seorang kepada yang lain. Pengetahuan
bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke
siswa. Pengetahuan yang sudah dipunyai guru fisika tidak dapat begitu
saja dipindahkan atau dituangkan dalam otak siswa. Pengetahuan hanya
dapat ditawarkan kepada siswa untuk dikonstruksi sendiri secara aktif
oleh siswa itu sendiri. Banyaknya siswa yang salah menangkap dan
mengerti dari apa yang diajarkan oleh gurunya menunjukkan bahwa
pengetahuan itu harus dikonstruksikan sendiri atau paling sedikit
diinterpretasikan sendiri oleh siswa dan tidak begitu saja dipindahkan.
b. Konstruktivisme Personal dan Sosial
Menurut Suparno (2007: 10-11), dalam pendidikan fisika ada dua
aliran konstruktivisme yang banyak digunakan dan bahkan
1) Konstruktivisme Psikologis Personal (Piaget)
Konstruktivisme psikologis diawali oleh Piaget yang meneliti
bagaimana seorang anak membangun pengetahuan kognitifnya.
Dalam penelitiannya Piaget mengamati bagaimana seorang anak itu
pelan-pelan membentuk pengetahuannya sendiri. Ia menyoroti
bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentuk skema,
mengembangkan skema, dan mengubah skema. Ia lebih menekankan
bagaimana si individu secara sendiri mengkonstruksi pengetahuan
dari interaksinya dengan pengalaman dan objek yang dihadapi.
Dalam pembentukan pengetahuan lewat skema-skema itu, seorang
anak mengerjakannya sendiri tanpa orang lain. Jelas pendekatan
Piaget ini lebih personal dan individual.
Dalam kasus belajar fisika, maka anak diberi kebebasan
untuk mempelajari sendiri dan kemajuannya dapat sendiri-sendiri.
Tekanannya adalah siswa hanya dapat mengerti fisika bila ia sendiri
belajar dan dengan demikian membangun pengetahuannya sendiri.
2) Sosiokulturalisme (Vygotsky)
Vygotsky meneliti pembentukan dan perkembangan
pengetahuan anak secara psikologis. Vygotsky lebih menekankan
pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang
punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah
Itulah sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi
dengan para ahli dan juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan
pengetahuan yang ingin diteliti. Misalnya, para siswa yang belajar
fisika dipertemukan dengan para ahli fisika yang dapat bercerita
tentang tugas dan pekerjaan serta penemuan-penemuan mereka.
Sekaligus juga para siswa perlu dibawa pada laboratorium dimana
para ahli bekerja dan meneliti.Dalam interaksi dengan mereka itulah,
para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuannya
lebih sesuai dengan konstruksi para ahli.
c. Pengetahuan Fisis
Menurut Suparno (2007: 12), fisika oleh Piaget dikelompokkan
sebagai pengetahuan fisis. Pengetahuan fisis terjadi karena abstraksi
terhadap alam dunia ini. Oleh karena fisika adalah pengetahuan fisis,
maka sangat jelas bahwa untuk mempelajari fisika dan membentuk
pengetahuan tentang fisika diperlukan kontak langsung dengan hal yang
ingin diketahui.
Siswa memperoleh pengetahuan fisis tentang suatu objek dengan
mengerjakan atau bertindak terhadap objek itu melalui inderanya.
Pengetahuan fisik ini didapat dari abstraksi langsung akan suatu objek.
Pengetahuan yang akurat akan suatu objek tidak dapat diperoleh dari
membaca, melihat gambar, mendengarkan orang bicara, tetapi hanya
Inilah sebabnya dalam fisika metode eksperimen dan inquiry,
dimana siswa dapat mengamati, mengukur, mengumpulkan data,
menganalisa data, dan menyimpulkan sangat cocok untuk mendalami
fisika. Metode ilmiah yang sangat jelas menunjukkan proses abstraksi
terhadap kejadian konkret, tepat untuk digunakan dalam pelajaran
fisika.
2. Dampak Konstruktivisme Bagi Siswa yang Belajar
Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman baik alami maupun manusiawi. Proses konstruksi itu
dilakukan secara pribadi dan sosial. Proses ini adalah proses yang aktif.
Beberapa factor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah dipunyai,
kemampuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar.
Kelompok belajar dianggap sangat membantu belajar karena mengandung
beberapa unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan
harga diri seseorang (Suparno, 1997: 64).
3. Dampak Konstruktivisme Bagi Guru Fisika
Menurut Suparno (2007: 17), oleh karena tugas guru adalah
membantu siswa membangun pengetahuan mereka dengan cara dan
tingkat yang dapat berbeda, maka guru konstruktivis dituntut penguasaan
bahan yang luas dan mendalam. Guru perlu mempunyai pandangan yang
luas dan mendalam akan memungkinkan seorang guru menerima
pandangan dan gagasan-gagasan siswa yang berbeda dan juga
memungkinkan untuk menunjukkan apakah gagasan siswa itu jalan atau
tidak.
Kecuali menguasai bahan, guru konstruktivis perlu menguasai
konteks dari bahan itu sehingga dapat menjelaskan bahan dengan latar
belakang yang membantu siswa mengerti lebih mudah. Guru fisika kecuali
mengerti isi bahan fisika juga perlu mengerti bagaimana isi itu dalam
perkembangan sejarah fisika berkembang. Maka pengajaran fisika perlu
dikaitkan dengan sejarah, perkembangan serta teknologi yang terkait.
B. Metode Eksperimen Terbimbing
1. Pengertian Metode Eksperimen
Secara umum metode eksperimen adalah metode mengajar yang
mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,
pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan memang benar. Jadi
metode ini lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan
teorinya. Sering disebut metode laboratorium karena percobaan biasanya
dilakukan di laboratorium. Biasanya metode eksperimen bukan untuk
menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah
ditemukan para ahli. Namun, dalam praktek guru dapat pula melakukan
eksperimen untuk menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal ini
menemukan. Tentu guru sudah tahu teori atau hukum sebelumnya dan bagi
guru arah eksperimen harus jelas! Dengan metode ini siswa dapat merasa
bangga dan yakin karena seakan-akan menemukan sendiri (Suparno, 2007:
77-78).
Metode eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen yang
terencana atau terbimbing dan eksperimen bebas. Dalam banyak
pembelajaran fisika di SMA dan SMP, kebanyakan eksperimen dipilih
yang terbimbing atau terencana. Alasan utama adalah dengan model
eksperimen terbimbing, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih teratur
dan terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung (Suparno, 2007: 78).
2. Eksperimen Terbimbing
a. Maksud Metode Eksperimen Terbimbing
Dengan eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan sudah
dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa.
Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan, apa
yang harus diamati dan diukur semuanya sudah ditentukan sejak awal.
Maka siswa tidak akan bingung tentang langkah-langkah yang akan
dibuat. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan mana yang akan
dituju mereka cukup jelas. Tentu hasil kesimpulan tergantung data yang
mereka lakukan. Biasanya ada petunjuk langkah-langkah yang harus
dilaksanakan oleh siswa, ada lembar kerja (LKS lembar kerja siswa)
b. Tugas Guru
Menurut Suparno (2007: 78-79), untuk melakukan pembelajaran
dengan eksperimen terbimbing, guru punya peran sangat penting.
Beberapa hal yang harus dilakukan guru adalah:
1) Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa;
2) Merencanakan langkah-langkah percobaan: apa tujuannya, peralatan
yang digunakan, bagaimana memakai percobaan, data yang harus
dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data, dan apa
kesimpulannya;
3) Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga
pada saat siswa mencoba semua siap dan lancar;
4) Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat
bagaimana siswa melakukan percobaannya dan memberikan
masukan kepada siswa;
5) Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat
jalan dengan baik;
6) Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang
dilakukan;
7) Bila siswa membuat laporan, maka guru harus memeriksanya;
8) Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan
c. Tugas Siswa
Menurut Suparno (2007: 79), dalam eksperimen siswa entah
sendiri atau dalam kelompok kecil melakukan percobaan sesuai dengan
petunjuk yang diberikan guru. Ada baiknya kelompok dibuat kecil
sehingga siswa dapat sungguh melakukan percobaan dan bukan hanya
melihat percobaan teman. Dalam percobaan, siswa antara lain akan
melakukan tindakan berikut:
1) Membaca petunjuk percobaan dengan teliti;
2) Mencari alat yang diperlukan;
3) Merangkaikan alat-alat sesuai dengan skema percobaan;
4) Mulai mengamati jalannya percobaan;
5) Mencatat data yang diperlukan;
6) Mendiskusikan dalam kelompok untuk ambil kesimpulan dari data
yang ada;
7) Membuat laporan percobaan dan mengumpulkan;
8) Dapat juga mempresentasikan percobaannya di depan kelas.
3. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Metode Eksperimen
Menurut Hosnan (2014: 60), agar penggunaan metode eksperimen
itu efisien, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam eksperimen, setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap
b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi
alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih;
c. Dalam eksperimen, siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati
proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaaran dari teori yang dipelajari
itu;
d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu
diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka di samping memperoleh
pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan,juga kematangan jiwa dan
sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen;
e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai
kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia.
Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga
masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
4. Tahap Eksperimen
Pembelajaran dengan metode eksperimen, menurut Palendeng (2003:
82, dalam Hosnan, 2014: 61-62), meliputi tahap-tahap berikut:
a. Percobaan awal; pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan
yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
b. Pengamatan; merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan
percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa
tersebut.
c. Hipotesis awal; siswa dapat merumuskan hipotesis sementara
berdasarkan hasil pengamatannya.
d. Verifikasi; kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal
yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa
diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,
selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.
e. Aplikasi konsep; setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,
hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan
pemantapan konsep yang telah dipelajari.
f. Evaluasi; merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu
siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui
apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun
aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki
kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,
dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.
5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen
Menurut Sumantri (1999: 158, dalam Hosnan, 2014: 63-64),
a. Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaanya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
b. Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang
diperlukan melalui percobaan yang dilakukan;
c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berpikir ilmiah;
d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objetif, relistik,
dan menghilangkan verbalisme;
e. Hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian lama.
Menurut Hosnan (2014: 63), kelemahan metode eksperimen adalah:
a. Metode ini memakan waktu yang banyak. Jika diterapkan dalam rangka
pelajaran di sekolah, maka metode ini dapat menyerap waktu pelajaran;
b. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat
jika pada pelajaran lain, terutama bidang ilmu pengetahuan sosial;
c. Pada hal-hal tertentu, seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,
kemungkinan memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini, faktor
keselamatan kerja harus diperhitungkan;
d. Metode ini memerlukan alat dan fasilitas yang lengkap. Jika kurang
salah satu padanya, maka eksperimen tidak akan berhasil dengan baik.
Berdasarkan pendapat diatas, Hosnan (2014: 64) menjelaskan bahwa
memiliki kelebihan dan manfaat. Kelebihan tersebut berorientasi pada
optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif. Di samping kelebihan yang dapat dirasakan oleh
siswa dalam pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, ada
juga kekurangan atau kelemahannya. Hal ini menuntut kemampuan guru
dalam menerapkan metode pembelajaran eksperimen dengan mengawasi
proses kerja sama dalam belajar yang dilakukan oleh siswa. Hal ini berarti
bahwa peran guru sangatlah penting dalam memberikan pengawasan
sekaligus bimbingan bagi siswa.
Menurut Hosnan (2014: 65), aplikasi/penerapan metode eksperimen
atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan
belajar, yaitu sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran
yang nyata untuk ini adalah:
a. Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum;
b. Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia harus
disediakan;
c. Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya;
d. Melakukan dan mengamati percobaan;
e. Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
f. Menarik simpulan atas hasil percobaan;
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Mulyasa ( 2013: 189), prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh seorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar
pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta
didik akan menghasilkan prestasi belajar, berupa perubahan-perubahan
perilaku, yang oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokkan ke dalam
kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku sebagai
hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu.
Menurut Makmun (1999, dalam Mulyasa, 2013: 189-190), ciri-ciri
perubahan perilaku hasil belajar adalah bersifat:
a. intensional;
artinya pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan disadari
dilakukan dan bukan secara kebetulan.
b. positif;
sesuai dengan yang diharapkan (normatif),atau kriteria keberhasilan
(criteria of success), baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari
segi guru.
c. efektif;
artinya perubahan hasil belajar itu relatif tetap, dan setiap saat
diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan, seperti dalam
kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Mulyasa (2013: 191-192), faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Faktor Internal
Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri
(internal), baik secara fisiologis maupun secara psikologis, beserta
usaha yang dilakukannya.
- Faktor fisiologis, berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik
seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi
jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera.
- Faktor psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti
intelegensi, minat, sikap.
Selain, faktor-faktor di atas prestasi belajar juga dipengaruhi oleh
waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh
setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan
kemampuan peserta didik.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
- Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi
dalam berbagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk
lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat pada
umumnya.
- Faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial
seperti lingkungan alam dan fisik: misalnya: keadaan rumah, ruang
belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.
Menurut peneliti, prestasi belajar merupakan hasil belajar yang
diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar
tersebut berupa perubahan perilaku yang bersifat intensional, positif,
dan afektif. Prestasi belajar dipengaruhi oleh 2 faktor yakni faktor
internal (faktor diri) dan faktor eksternal (faktor sosial dan non-sosial).
D. Gender
1. Pengertian Gender
Menurut Mansour (2012: 7-8), untuk memahami konsep gender
harus dibedakan kata gender dengan seks (jenis kelamin). Pengertian
jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin
manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin
tertentu. Sedangkan konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun
2. Sejarah Perbedaan Gender
Teori teoritikus berspekulasi bahwa beberapa faktor berkontribusi
terhadap perbedaan gender. Karakteristik dan kecenderungan yang
diturunkan memiliki peran substansial dalam sebagian perbedaan,
sedangkan faktor-faktor lingkungan lebih berkontribusi terhadap
perbedaan yang lain. Dalam banyak kasus, faktor biologis (yaitu,
keturunan) dan pengalaman (yaitu, lingkungan) berhubungan dan saling
melengkapi sehingga memperkuat pengaruh masing-masing (Lippa, 2002,
dalam Ormrod, 2009: 182).
3. Stereotip Gender, Persamaan, dan Perbedaan
a. Stereotip Gender
Menurut Santrock (2014: 184), Stereotip gender merupakan
kategori yang mencerminkan kesan dan keyakinan tentang perilaku
apa yang sesuai untuk perempuan dan laki-laki.
b. Perbedaan Gender pada Ketrampilan Sains
Dalam pencapaian nilai sains, anak laki-laki melakukan sedikit
lebih baik dalam sains dibandingkan anak perempuan di kelas 4, 8,
dan 12 (Penilaian Nasional terhadap Kemajuan Pendidikan di AS,
2005, dalam Santrock, 2014: 187).
Dalam studi lain, kali ini difokuskan pada siswa kelas 8 dan 10,
nilai anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan pada
kemampuan di atas rata-rata (Burkham, Lee, & Smerdon, 1997, dalam
Santrock, 2014: 187).
Di kelas sains yang menekankan kegiatan laboratorium, nilai
ujian sains anak perempuan membaik. Hal ini menunjukkan
pentingnya keterlibatan aktif dari siswa kelas ilmu pengetahuan, yang
dapat mempromosikan kesetaraan gender (Santrock, 2014: 187).
4. Penghapusan Bias Gender
Bias gender hadir di ruang kelas. Guru berinteraksi lebih banyak
dengan anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan di semua tingkat
pendidikan (Blakemore, Berenbaum, & Liben, 2009, dalam Santrock,
2014: 92). Apa buktinya bahwa kelas bias terhadap anak perempuan?
Pertimbangkan faktor-faktor berikut (Sadker & Sadker, 1994, 2005, dalam
Santrock, 2014: 192-193):
a. Dalam kelas khusus, anak perempuan lebih patuh, anak laki-laki lebih
kasar.
b. Di banyak kelas, guru menghabiskan lebih banyak waktu
memperhatikan dan berinteraksi dengan anak laki-laki, sedangkan
anak perempuan bekerja dan bermain dengan tenang sendiri.
c. Anak laki-laki mendapatkan instruksi bantuan lebih banyak
dibandingkan anak perempuan ketika mereka mengalami kesulitan
Menurut Santrock (2014: 193), dengan demikian terdapat bukti atas
bias gender terhadap anak laki-laki dan perempuan di sekolah-sekolah.
Pengajar sekolah banyak yang tidak menyadari bias gender dari sikap
mereka. Sikap-sikap ini sangat mengakar, dan didukung oleh budaya
umum. Meningkatkan kesadaran bias gender di sekolah jelas merupakan
strategi penting dalam mengurangi bias tersebut.
E. Pembiasan Cahaya pada Lensa
Lensa adalah benda yang bening atau transparan yang memiliki 1 atau 2
permukaan lengkung. Sebuah lensa dapat terdiri dari satu bidang lengkung
dan satu bidang datar atau juga dapat terdiri dari dua bidang lengkung
(Raharja.dkk, 2013: 133).
1. Jenis-Jenis Lensa
Lensa terbagi menjadi 2 macam, yaitu lensa cembung (lensa
kovergen atau lensa konveks) dan lensa cekung (lensa divergen atau
lensa konkaf).
a. Lensa Cembung
Lensa cembung ialah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal
dan bagian tepiannya lebih tipis. Berdasarkan bentuknya (lihat gambar
2.1), lensa cembung dikelompokkan menjadi:
1) lensa cembung-cembung (bikonveks);
2) lensa cembung-datar (plan-konveks);
Gambar 2.1 Jenis Lensa Cembung
b. Lensa Cekung
Lensa cekung ialah lensa yang bagian tengahnya tipis dan
bagian tepinya lebih tebal. Lensa cekung disebut juga dengan lensa
divergen atau lensa konkaf. Berdasarkan bentuknya (lihat gambar
2.2), lensa cekung dikelompokkan menjadi:
1) lensa cekung-cekung (bikonkaf);
2) lensa cekung-datar (plan-konkaf);
3) cekung-cembung (konkaf-konveks).
Gambar 2.2 Jenis Lensa Cekung
2. Istilah dalam Pembahasan Lensa
a. Sumbu utama adalah garis yang menghubungkan pusat kedua bola
yang membentuk permukaan lensa.
b. Jari-jari kelengkungan merupakan jarak antara pusat kelengkungan
c. Pusat optik adalah titik pada lensa yang merupakan pertemuan antara
gari diameter lensa dan sumbu utama.
Lensa bersifat tembus cahaya sehingga energi cahaya dapat
masuk dari kedua sisinya. Oleh sebab itu, ada dua titik fokus yang
berjarak sama dari pusat optik dengan anggapan kedua sisi lensa berada
pada medium yang sama. Titik-titik itulah yang sering disebut dengan
titik fokus pertama F1dan titik fokus kedua F2.
1) Lensa Cembung
Titik fokus pertama F1 adalah titik pada sumbu utama dimana sinar
datang yang sejajar sumbu utama setelah dibiaskan seolah-olah
menuju titik itu. Sedangkan, titik fokus kedua F2 adalah titik pada
sumbu utama dengan sinar yang melewatinya akan merambat sejajar
sumbu utama setelah dibiaskan.
2) Lensa Cekung
Titik fokus pertama F1 adalah titik pada sumbu utama dimana sinar
datang yang sejajar sumbu utama setelah dibiaskan seolah-olah
berasal dari titik itu. Sedangkan, titik fokus kedua F2 adalah titik
pada sumbu utama dengan sinar yang menuju kearahnya akan
merambat sejajar sumbu utama setelah dibiaskan.
3. Tiga Sinar Istimewa
a. Lensa Cembung
1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama lensa dibiaskan melalui
titik fokus F1.
2) Sinar datang melalui titik fokus F2dibiaskan sejajar sumbu utama.
3) Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa membias
(lihat gambar 2.3).
Gambar 2.3 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung
b. Lensa Cekung
Tiga sinar istimewa pada lensa cembung yaitu:
1) Sinar datang sejajar dengan sumbu utama lensa dibiaskan
seakan-akan melalui titik fokus F1.
2) Sinar datang seakan-akan menuju titik fokus F2 dibiaskan sejajar
sumbu utama.
F2
F1
F2
F1
F2
3) Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa membias
(lihat gambar 2.4).
Gambar 2.4 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung
4. Pembentukan Bayangan pada Lensa
Dengan menggunakan ketiga sinar istimewa pada lensa cembung
yang telah dipaparkan pada penjelasan diatas maka dapat digambarkan
pembentukan bayangan oleh lensa cembung. Berikut adalah contoh
pembentukan bayangan pada lensa cembung untuk salah satu posisi
benda (lihat gambar 2.5).
Jarak benda lebih besar dari 2 kali jarak fokus kedua (2f2). Maka,
dengan menggunakan sinar istimewa lensa cembung diperoleh bayangan
yang bersifat nyata, terbalik, diperkecil, dan letak bayangannya di antara
titik fokus pertama (F1) dan 2 kali jarak fokus lensa pertama (2f1).
Gambar 2.5 Contoh Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung
F1 F2 F1 F2 F1
5. Perbesaran Bayangan oleh Lensa
Perbesaran lensa didefinisikan sebagai perbandingan antara ukuran
bayangan dengan ukuran benda, atau jarak bayangan dibagi jarak benda
dengan h adalah tinggi benda, h’ adalah tinggi bayangan, s adalah jarak
benda ke lensa, dans’adalah jarak bayangan ke lensa.
6. Menentukan Letak Bayangan pada Lensa
a. Letak Relatif Bayangan pada Lensa Cembung (tabel 2.1)
Tabel 2.1 Letak Bayangan pada Lensa Cembung
Letak Benda Letak Bayangan Sifat Bayangan
Di tak berhingga Di titik fokus F1
pada sisi seberang
fokus F1dan pusat
Di antara titik fokus
b. Letak Relatif Bayangan pada Lensa Cekung (tabel 2.2)
Tabel 2.2 Letak Bayangan pada Lensa Cekung
Letak Benda Letak Bayangan Sifat Bayangan
Di tak berhingga Di titik fokus F1 pada
dan titik fokus F1pada
sisi yang sama dengan
benda
Maya, tegak,
7. Rumus Umum Lensa Tipis
Lensa tipis merupakan lensa yang memiliki ketebalan dapat
diabaikan terhadap diamater kelengkungan lensa, sehingga sinar-sinar
sejajar sumbu utama tepat difokuskan ke suatu titik, yaitu titik fokus
(Kanginan, 2013: 412). Secara umum, jarak benda, jarak bayangan, dan
jarak fokus lensa memenuhi hubungan :
rumus tersebut sama seperti pada rumus cermin. Rumus di atas juga
berlaku untuk lensa tipis. Lensa cekung merupakan lensa divergen, jarak
fokusnya dianggap negatif. Ketentuan yang berhubungan dengan
perjanjian tanda pada penggunaan rumus umum lensa tipis ditunjukkan
pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Ketentuan Penggunaan Rumus Lensa
Besaran Simbol Bernilai Postif Bernilai Negatif
Jarak benda
S
Benda di depan lensa Benda di belakang
Jari-jari
kelengkungan
R
Di belakang lensa Di depan lensa
Jarak fokus F Lensa cembung Lensa cekung
F. Dampak Teori ke Penelitian Berikutnya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah
pengajaran Fisika dengan metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dan (2) apakah gender berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa dengan pengajaran eksperimen terbimbing materi pembiasan
cahaya pada lensa.
Teori yang telah disajikan pada bab 2 mendukung penelitian ini.
Teori-teori tersebut mendasari dalam pembuatan treatment, instrument,
analisis data, dan kesimpulan.
Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen terbimbing untuk kelas eksperimen dan metode ceramah untuk
kelas kontrol. Berdasarkan teori tentang metode eksperimen terbimbing dan
materi tentang pembiasan cahaya yang nantinya digunakan sebagai dasar
pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sampel melakukan percobaan sesuai
dengan LKS yang telah dibuat, memecahkan masalah dengan berdiskusi
dalam kelompok, kemudian mempresentasikannya.
Treatment tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme dimana siswa
menyimpulkan sangat cocok untuk mendalami fisika. Metode ilmiah yang
sangat jelas menunjukkan proses abstraksi terhadap kejadian konkret, tepat
untuk digunakan dalam pelajaran fisika (Suparno, 2007: 12)
Instrumen dibuat berdasarkan (1) teori tentang prestasi belajar siswa
dan materi tentang pembiasan cahaya pada lensa yang mendasari pembuatan
pretest dan posttest, (2) teori prestasi belajar dan teori perbedaan gender
untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa putra dan putri berbeda.
Analisa data dan kesimpulan, disusun berdasarkan teori tentang
prestasi belajar siswa dan teori perbedaan gender untuk mengetahui
perbedaan prestasi belajar antara siswa putra dan putri. Sedangkan, teori
prestasi belajar dan materi pembiasan cahaya pada lensa untuk mengetahui
apakah metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
G. Penelitian yang Relevan
Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran
terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian
terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti, yaitu:
Perbedaan Prestasi Belajar antara Siswa Putra dan Putri pada
Subpokok Bahasan Perpindahan Kalor dengan Metode Eksperimen.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008 oleh Varida Indrastuti (041424008),
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode eksperimen dapat
membantu meningkatkan pemahaman siswa dan dengan pengajaran
eksperimen, prestasi belajar antara siswa putra dan putri tidak berbeda.
Pengaruh Gender dalam Hal Minat, Sikap, dan Pemahaman Fisika
Siswa pada Pokok Bahasan Kinematika dengan Analisis Vektor. Penelitian
ini dilakukan pada tahun 2012 oleh Paulus Raja (081424024), Mahasiswa
Program Studi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Siswa Kelas XI
IPA SMA Frater Makassar. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa gender
tidak mempengaruhi minat, sikap, dan pemahaman siswa. Hal ini terbukti
dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada aspek-aspek yang telah
diukur dalam penelitian tersebut.
Dari kedua hasil penelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan di
atas, terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis,
yaitu penggunaan treatment eksperimen dalam pembelajaran fisika dan
meneliti adakah perbedaan gender dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
Akan tetapi dari kedua penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama
dengan masalah yang akan diteliti.
Penelitian Paulus Raja berbeda dengan penelitian ini karena tidak
menggunakan treatment metode eksperimen terbimbing dalam pembelajaran
fisika. Varida Indrastuti juga berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan
karena sampel dan materi yang digunakan berbeda.
Dari pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan dan persamaan
sudah dilakukan. Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Pengaruh
Perbedaan Gender Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2
Klaten dalam Materi Pembiasan Cahaya pada Lensa Menggunakan Metode
Eskperimen Terbimbing” dapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dimana
menggunakan data berupa skor atau angka yang selanjutnya akan dianalisa
dengan statistik. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini ialah
statistik inferensial. Menurut Suparno (2010: 90), statistik inferensial
digunakan untuk membuktikan apakah suatu hipotesis dapat diterima atau
ditolak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa dan mengetahui pengaruh perbedaan gender terhadap
prestasi belajar. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui perolehan data nilai
siswa yang berupa angka dari hasil pretest-posstest kemudian dianalisa
secara statistik. Kesimpulan dapat diperoleh berdasarkan data dari subyek
yang diteliti dan diolah dengan menggunakan Uji-T dan Uji F dengan
bantuan komputer program SPSS 17.00 for windows.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian
eksperimental dengan desain Design Static Group Pretest-Posttest dengan
skema sebagai berikut:
Treatment group O X1 O
Control group O X2 O
Menurut Suparno (2010:137) riset eksperimen mempunyai
menerima treatment disebut kelompok eksperimen. Dan juga mempunyai
kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak menerima treatment.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Klaten (Jl. Angsana
Trunuh, Klaten Selatan).
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 April 2015-11 Mei 2015.
C. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kelompok yang lebih besar dimana hasil dari
penelitian tersebut diharapkan berlaku untuk seluruh anggota grup yang
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA
Negeri 2 Klaten yang terdiri dari 7 kelas peminatan IPA.
Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Klaten kelas X MIA 2
untuk kelas kontrol yang terdiri dari 30 siswa dan X MIA 3 untuk kelas
eksperimen yang terdiri dari 30 siswa.
D. Treatment
Treatment merupakan perlakuan yang diberikan peneliti kepada
Wujud treatment dalam penelitian ini berupa pemberian metode
pembelajaran tertentu pada siswa yakni metode eksperimen terbimbing.
Untuk melihat apakah dengan menggunakan metode eksperimen
terbimbing tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa maka,
metode ini dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah.
Metode ceramah tersebut digunakan dalam proses pembelajaran di
kelas kontrol, sedangkan metode eksperimen digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas eskperimen. Pembelajaran dengan mengunakan
metode eksperimen terbimbing ini digunakan dalam materi pembiasan
cahaya pada lensa. Eksperimen dilakukan dua kali pertemuan, yaitu:
pertemuan pertama untuk eksperimen pembiasan cahaya pada lensa
cembung dan pertemuan kedua untuk eskperimen pembiasan cahaya pada
lensa cekung. Kegiatan eksperimen yang dilakukan seperti pada
tahap-tahap di bawah ini:
1. Sebelum Eksperimen
a. Peneliti melakukan kegiatan observasi kelas sebelum melalukan
pembelajaran bersama dengan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui situasi dan kondisi kelas. Sehingga, kelak peneliti
dapat mengelola kelas dengan baik.
b. Peneliti mempersiapkan pembelajaran
1) Menentukan materi yang akan dipelajari oleh para siswa di
ditetapkan oleh pemerintah di sekolah tersebut. Materi yang
dipilih ialah pembiasan cahaya pada lensa.
2) Menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Tujuan dari pembelajaran ini ditunjukkan dalam bentuk
indikator-indikator yang harus dicapai oleh siswa setelah
mengikuti pembelajaran.
3) Membuat rancangan pembelajaran dengan metode eksperimen
terbimbing.
4) Merencanakan langkah-langkah eksperimen.
5) Pengadaan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam eksperimen
dimana jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
6) Menguji coba alat tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengecek
kondisi dan kevalidan dari alat dan bahan yang disediakan dan
nantinya akan dipergunakan siswa.
7) Peneliti membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil,
dimana pembagian dilakukan secara acak.
c. Peneliti melaksanakan pretest bagi peserta didik sesuai dengan
materi yang akan dieksperimenkan.
2. Tahap Eksperimen
a. Peneliti membagikan LKS pada peserta didik kemudian meminta
peserta didik untuk membaca dan memahaminya. LKS tersebut