• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat video siaran penyejuk imani katolik indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manfaat video siaran penyejuk imani katolik indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta."

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. Judul ini dipilih beranjak dari realitas mengenai perkembangan teknologi yang pesat dari zaman ke zaman, sehingga terus memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang saat ini akrab yaitu media audio-visual salah satunya adalah televisi. Manusia menggunakan televisi sebagai sarana yang menarik karena menggabungkan antara suara dan gambar menjadi satu. Televisi menyuguhkan berbagai tayangan pengetahuan, informasi/berita, bahkan membawa misi tersendiri terhadap para penikmatnya.

Berdasarkan realitas zaman, panggilan dalam mewartakan Kerajaan Allah mulai diusahakan sedemikian rupa agar menjawab kebutuhan yang ada saat ini. Salah satunya adalah munculnya progam televisi Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar dengan menyuguhkan nilai-nilai religius menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol, gambar, nyanyian, dan ceritera.

Hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana materi video siaran PIK Indosiar sebagai media audio-visual dapat dimanfaatkan dalam mewartakan Kerajaan Allah. Oleh sebab itu, penulis merancang sebuah progam katekese umat dengan memanfaatkan materi video siaran PIK Indosiar yang dipilih sesuai dengan tema yang diangkat dan melaksanakannya untuk dapat merancang penelitian dengan tujuan mengetahui seberapa besar manfaat yang muncul atas eksperimen ini.

Penelitian campuran yang menggabungkan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif dipilih oleh penulis agar dapat saling melengkapi hasil dari penelitian yang ingin dibuktikan. Penulis mewawancarai ketua lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodingiratan dan 2 responden dari 27 responden yang mengisi kuesioner untuk memperkaya dan memperkuat informasi yang terekam dalam kuesioner.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terbukti adanya manfaat dari penggunaan video siaran PIK Indosiar sebagai sarana audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Hasil wawancara dan hasil kuesioner semakin memperkaya temuan yang ada dalam penelitian ini.

(2)

ABSTRACT

This thesis is entitled THE BENEFITS OF PENYEJUK IMANI KATOLIK TV PROGRAMS ON INDOSIAR AS MEDIA FOR CATECHESIS AMONG THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN, THE PARISH OF SAINT ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. This title is chosen based on the reality that the development of technology is very rapid from age to age and it affects all aspects of human life. One of the most popular communication technology is television. Television is attractive, because it combines audio and visual which affects the emotion of the people. Television broadcast various contents such as science, information, news, entertainment etc. and sometimes it has special mission to the audiences. Based on this development, the proclamation of the kingdom of God is done in a way that answers the need of the people. One of them is Penyejuk Imani Katolik (PIK) programs on Indosiar. This program proclaims the religious values using television language which is full of symbol, pictures, songs and stories.

The reality mentioned above motivated the writer to do a research on the benefits of Penyejuk Imani Katolik TV Program in proclaiming the kingdom of God. That is why the writer designed a process of catechesis in a catholic community using PIK TV programs. The themes were chosen based on the need of the community.

The writer integrated two research methods, i.e. qualitative and quantitative as well. The quantitative approach was used to complement the result of qualitative approach. Total respondents who filled up the questionnaires were 27 people. The writer interviewed two of them and also the chairman of the community of St. Ignatius Loyola in order to enrich and strengthen the information written in the questionnaires.

The result of the research showed that there were some benefits of using PIK TV Programs as media for catechesis among the members of the community of St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. The result of the interview and their answer in the questionnaires strengthen the findings.

(3)

MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT

DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA

COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Sheilla Putri Nur Sagita

NIM: 121124008

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Kedua Orang tuaku “Bapak Haryadi dan Mama Nursi”

Adik-adikku tersayang

“Joan Wibisono, Rizky Aditya Wardhana, Nabilla Cintya Bilqis”

Penyemangat dan Kekasihku “Heronimus Galih Priyambada”

Sahabat Seperjuanganku

“Monica Alusiana Karisa Putri, Lidya Herawati, Andreas Sigit Kurniawan”

“Progam Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberikan pengalaman terindah di dalam hidupku”

(7)

v MOTTO

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku

Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau

Ia membimbing aku ke air yang tenang;

Ia menyegarkan jiwaku.

Ia menuntun aku di jalan yang benar

oleh karena nama-Nya

(8)
(9)

vii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. Judul ini dipilih beranjak dari realitas mengenai perkembangan teknologi yang pesat dari zaman ke zaman, sehingga terus memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang saat ini akrab yaitu media audio-visual salah satunya adalah televisi. Manusia menggunakan televisi sebagai sarana yang menarik karena menggabungkan antara suara dan gambar menjadi satu. Televisi menyuguhkan berbagai tayangan pengetahuan, informasi/berita, bahkan membawa misi tersendiri terhadap para penikmatnya.

Berdasarkan realitas zaman, panggilan dalam mewartakan Kerajaan Allah mulai diusahakan sedemikian rupa agar menjawab kebutuhan yang ada saat ini. Salah satunya adalah munculnya progam televisi Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar dengan menyuguhkan nilai-nilai religius menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol, gambar, nyanyian, dan ceritera.

Hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana materi video siaran PIK Indosiar sebagai media audio-visual dapat dimanfaatkan dalam mewartakan Kerajaan Allah. Oleh sebab itu, penulis merancang sebuah progam katekese umat dengan memanfaatkan materi video siaran PIK Indosiar yang dipilih sesuai dengan tema yang diangkat dan melaksanakannya untuk dapat merancang penelitian dengan tujuan mengetahui seberapa besar manfaat yang muncul atas eksperimen ini.

Penelitian campuran yang menggabungkan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif dipilih oleh penulis agar dapat saling melengkapi hasil dari penelitian yang ingin dibuktikan. Penulis mewawancarai ketua lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodingiratan dan 2 responden dari 27 responden yang mengisi kuesioner untuk memperkaya dan memperkuat informasi yang terekam dalam kuesioner.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terbukti adanya manfaat dari penggunaan video siaran PIK Indosiar sebagai sarana audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Hasil wawancara dan hasil kuesioner semakin memperkaya temuan yang ada dalam penelitian ini.

(10)

viii ABSTRACT

This thesis is entitled THE BENEFITS OF PENYEJUK IMANI KATOLIK TV PROGRAMS ON INDOSIAR AS MEDIA FOR CATECHESIS AMONG THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN, THE PARISH OF SAINT ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. This title is chosen based on the reality that the development of technology is very rapid from age to age and it affects all aspects of human life. One of the most popular communication technology is television. Television is attractive, because it combines audio and visual which affects the emotion of the people. Television broadcast various contents such as science, information, news, entertainment etc. and sometimes it has special mission to the audiences. Based on this development, the proclamation of the kingdom of God is done in a way that answers the need of the people. One of them is Penyejuk Imani Katolik (PIK) programs on Indosiar. This program proclaims the religious values using television language which is full of symbol, pictures, songs and stories.

The reality mentioned above motivated the writer to do a research on the benefits of Penyejuk Imani Katolik TV Program in proclaiming the kingdom of God. That is why the writer designed a process of catechesis in a catholic community using PIK TV programs. The themes were chosen based on the need of the community.

The writer integrated two research methods, i.e. qualitative and quantitative as well. The quantitative approach was used to complement the result of qualitative approach. Total respondents who filled up the questionnaires were 27 people. The writer interviewed two of them and also the chairman of the community of St. Ignatius Loyola in order to enrich and strengthen the information written in the questionnaires.

The result of the research showed that there were some benefits of using PIK TV Programs as media for catechesis among the members of the community of St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. The result of the interview and their answer in the questionnaires strengthen the findings.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK

IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS

LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS

AGUNG JETIS YOGYAKARTA.

Skripsi ini ditulis dengan maksud memberikan sumbangan pemikiran

mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media

audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Ignatius Loyola

Cokrodiningratan. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan

setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ. M.Ed. selaku Kaprodi PAK Universitas

Sanata Dharma yang telah memberi dukungan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

2. Drs. Y. Ispuroyanto Iswarahadi, SJ, M.A. selaku dosen pembimbing utama

yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis

(13)

xi

sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan

dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik

yang terus menerus mendampingi penulis dan memberikan dukungan sampai

selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang

telah mendukung penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Segenap Staf Dosen Prodi PAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

6. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi PAK, dan seluruh karyawan

bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam skripsi ini.

7. Bapak Wahyu Suherman selaku Ketua Lingkungan Santo Ignatius Loyola

Cokrodiningratan dan segenap umat yang telah memberi dukungan dalam

katekese umat dan penelitian dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Angkatan 2012 yang telah memberikan pengalaman indah sebagai satu

keluarga selama perjalanan studi di prodi PAK Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

9. Bapak, mamah, dan adik-adikku yang telah memberi motivasi dan semangat

dalam menempuh studi di prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

10.Sahabat hidupku Heronimus Galih Priyambada yang telah memberikan

(14)
(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR SINGKATAN ... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penulisan Skripsi ... 1

B.Rumusan Permasalahan ... 4

C.Tujuan Penulisan ... 4

D.Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT ... 11

A.Pengertian Media Audio-Visual ... 11

1. Media ... 11

2. Alasan Penggunaan Media ... 12

(16)

xiv

4. Audio-Visual ... 15

5. Kemungkinan dan Keterbatasan Audio-Visual ... 15

6. Media Siaran ... 17

7. Televisi sebagai Media Audio-Visual ... 18

B.Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar ... 19

C.Komunikasi Media Televisi ... 21

1. Komunikasi ... 21

2. Komunikasi Media Televisi ... 22

D.Komunikasi dalam Pewartaan Iman ... 23

E. Komunikasi Iman dalam Katekese Umat ... 25

1. Sejarah singkat Katekese Umat ... 25

2. Komunikasi Iman dalam Katekese Umat ... 27

F. Media Audio-Visual dalam Berkatekese ... 29

1. Audio-visual dan Katekese ... 29

2. Katekese Audio-Visual ... 30

3. Konsekuensi Penggunaan Media Audio-Visual dalam Berkatekese ... 34

BAB III PENELITIAN KEMUNGKINAN PENGGUNAAN VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA ... 36

A. Situasi Umum Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 37

1. Sejarah Singkat Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 37

2. Letak Geografis Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 39

B. Situasi Umum Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 40

1. Sejarah dan Perkembangan Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 40

(17)

xv

a. Jumlah Umat di Lingkungan di Lingkungan Santo Ignatius Loyola

Cokrodiningratan ... 42

b. Situasi Sosial dan Ekonomi Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 43

3. Karya-karya Pastoral di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 43

C. Analisis Kebutuhan dan Usulan Tema-tema Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 44

1. Analisis Kebutuhan Umat ... 44

2. Usulan Tema-tema Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 47

a. Membangun Solidaritas Terhadap Sesama ... 47

b. Pendidikan Iman bagi Anak dan Remaja ... 47

D. Analisis Video Siaran PIK sebagai Media Audio-Visual dalam Kegiatan Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 48

1. Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar yang Terpilih sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 49

2. Analisis Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 50

a. Membangun Solidaritas terhadap Sesama ... 50

1) Judul yang terpilih ... 50

2) Tanggal Siaran ... 50

3) Nomor Siaran PIK ... 50

4) Kesan dan Makna yang Didapat dalam Video Progam Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 50

5) Bagian-bagian Penting dari Keseluruhan Tayangan ... 52

(18)

xvi

7) Manfaat yang Diperoleh serta Kebutuhan yang Terpenuhi ... 54

8) Siapa yang Diuntungkan oleh Progam Semacam ini? ... 55

b. Pendidikan bagi Anak dan Remaja ... 56

1) Judul yang terpilih ... 56

2) Tanggal Siaran ... 56

3) Nomor Siaran PIK ... 56

4) Kesan dan Makna yang Didapat dalam Video Progam Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 56

5) Bagian-bagian Penting dari Keseluruhan Tayangan ... 59

6) Simbol-simbol dalam Tayangan ... 59

7) Manfaat yang Diperoleh serta Kebutuhan yang Terpenuhi ... 60

8) Siapa yang Diuntungkan oleh Progam Semacam ini? ... 61

E. Usulan Progam Katekese Umat ... 61

1. Pemikiran Dasar Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 62

a. Membangun Solidaritas terhadap Sesama... 62

b. Pendidikan bagi Anak dan Remaja... 62

2. Tujuan Progam Katekese Umat ... 63

3. Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 65

4. Satuan Pendampingan ... 69

a. Pertemuan 1 ... 69

b. Pertemuan 2 ... 75

5. Panduan Evaluator Progam Katekese Umat ... 80

(19)

xvii

COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS

AGUNG JETIS YOGYAKARTA ... 82

A. Pelaksanaan Progam Katekese Umat dengan Memanfaatkan Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-Visual di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta dan Evaluasi Progam Katekese Umat ... 82

1. Laporan Pelaksanaan Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 82

a. Pertemuan Pertama: “Membangun Solidaritas terhadap Sesama” ... 82

b. Pertemuan Kedua: “Pendidikan bagi Anak dan Remaja” ... 90

2. Hasil Wawancara dengan Narasumber terkait dengan Evaluasi Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 93

B. Penelitian tentang Manfaat Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 97

1. Persiapan Penelitian ... 97

a. Permasalahan Penelitian ... 97

b. Tujuan Penelitian ... 98

c. Jenis Penelitian ... 98

d. Tempat dan Waktu Penelitian ... 99

e. Responden Penelitian ... 99

f. Teknik Pengumpulan Data ... 99

g. Teknik Analisis Data ... 100

h. Variabel Penelitian ... 100

1). Variabel ... 101

2). Penyusunan Kisi-Kisi ... 101

(20)

xviii

a. Laporan Kuesioner ... 106

1). Pengetahuan dan Peranan Media Audio-Visual ... 106

2). Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 108

3). Pemahaman dan Proses Katekese Umat ... 110

b. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 114

1). Media Audio-Visual ... 114

2). Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 115

3). Katekese Umat ... 116

c. Refleksi Pastoral Kateketis ... 117

1). Aspek Pastoral Kateketis dari Media Audo-Visual ... 117

2). Aspek Pastoral Kateketis dari Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 118

3). Aspek Pastoral Kateketis dari Katekese Umat ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130

LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian (1) Lampiran 2: Hasil Evaluasi Penelitian dari Petugas Evaluator (2)

Lampiran 3: Contoh Lembar Kuesioner (10)

Lampiran 4: Contoh Hasil Kuesioner (13)

Lampiran 5: Presensi Progam Katekese Umat (16)

Lampiran 6: Dokumentasi Penelitian (18)

(21)

xix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Umat Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin Umat ... 42

Tabel 2. Progam Katekese Umat ... 63

Tabel 3. Satuan Perencanaan Progam Katekese Umat dengan Tema Membangun Solidaritas terhadap Sesama... 65

Tabel 4. Satuan Perencanaan Progam Katekese Umat dengan Tema Pendidikan bagi Anak dan Remaja ... 67

Tabel 5. Kisi-kisi Penelitian ... 101

Tabel 6. Kuesioner Penelitian Manfaat Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 102

Tabel 7. Pengetahuan dan Peranan Media Audio-Visual... 106

Tabel 8. Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar... 109

(22)

xx

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab

Indonesia.

Mat. : Matius

Mark. : Markus

Luk. : Lukas

Yoh. : Yohanes

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja DOKPEN : Dokumentasi dan Penerangan

KOMSOS : Komunikasi Sosial

KOMKAT : Komisi Kateketik, Perangkat keuskupan yang membantu

uskup dalam karya katekese

KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia adalah Organisasi Gereja

Katolik yang beranggotakan para Uskup di Indonesia

PKKI : Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se-Indonesia

(23)

xxi C. Singkatan Lain

SAV : Studio Audio-Visual

SCJ : Sacerdotum a Sacro Corde Jesu (Imam-imam Hati Kudus

Yesus)

SJ : Serikat Jesus

Pr : Praja

Rm : Romo

OMI : Oblat Maria Imaculatta

ST. : Santo/Santa

PUSKAT : Pusat Kateketik

PIK : Penyejuk Imani Katolik

PAK : Pendidikan Agama Katolik

USD : Universitas Sanata Dharma

TV : Televisi

SFT : Sekolah Tinggi Filsafat Telologi

KU : Katekese Umat

KBG : Kelompok Basis Gerejani

EO : Event Organizer

Km2 : Kilometer Persegi

TNI : Tentara Nasional Indonesia

POLRI : Kepolisian Republik Indonesia

OMK : Orang Muda Katolik

(24)

xxii TK : Taman Kanak-kanak

SEKAMI : Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner

LCD : Liquid Crystal Display

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

RR : Ragu-Ragu

TS : Tidak Setuju

R : Responden

P : Pertanyaan

L/P : Laki-laki/ Perempuan

WIB : Waktu Indonesia Barat

NO : Nomor

(25)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penulisan Skripsi

Perkembangan teknologi komunikasi dan telekomunikasi mengalami

perubahan besar pada zaman ini. Budaya komunikasi dan informasi mengalami

perubahan pesat dari zaman ke zaman dan mampu memengaruhi sikap dan cara

pandang pengguna teknologi di dalam kehidupannya.

Pertumbuhan teknologi di zaman baru disemarakkan dengan adanya

media komunikasi, terutama televisi yang mampu memersatukan seluruh dunia

menjadi sebuah “desa dunia”. Informasi mampu diakses dengan mudah dalam

waktu yang relatif singkat dan didukung gambar serta suara yang nyata, sehingga

mampu menggambarkan keadaan yang terjadi pada sebuah peristiwa misalnya:

tsunami, tindakan kriminal, kejuaraan, dll (Iswarahadi, 2013:79). Perkembangan

media juga hadir melengkapi dunia dengan perangkat teknologi seperti komputer

dan hand-phone yang dapat diintegrasikan dengan telekomunikasi, sehingga

semakin menunjang komunikasi yang serba digital. Hal pokok yang perlu

dicermati dari pertumbuhan teknologi adalah cara manusia dalam memanfaatkan

perangkat komunikasi menjadi sarana komunikasi yang tepat bagi kebutuhan

manusia ke arah yang positif demi kesejahteraan umum (Iswarahadi, 2013:20).

Gereja Katolik telah menyadari pentingnya media komunikasi untuk

penyebaran iman dan mendukung persatuan jemaat. Pernyataan tersebut semakin

(26)

misalnya di dalam dokumen Communio et Progressio, Evangelii Nuntiandi,

Aetatis Novae, dll (Iswarahadi, 2013:21). Gereja Katolik memandang bahwa

media massa seperti televisi sangat berguna untuk mewartakan nilai-nilai Injil.

Gereja Katolik senantiasa menganjurkan orang-orang Kristiani untuk

menggunakan media sebagai sarana menyebarkan nilai Kristiani dan bertindak

lebih aktif bersama agama-agama lain guna menjamin kehadiran nilai-nilai

religius di tengah arus kegiatan komunikasi massa (Iswarahadi, 2002:10).

Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) sebagai hasil karya dari

Studio Audio Visual Puskat, Sinduharjo, Yogyakarta (SAV Puskat) yang

disiarkan sejak Februari 1995 di stasiun televisi Indosiar membuktikan bahwa

perkembangan teknologi telah memengaruhi perubahan dalam cara mewartakan

nilai-nilai religius di Indonesia. Pemanfaatan media televisi bagi pewartaan di

zaman modern ditunjukkan melalui hasil produksi yang terus dikembangkan oleh

SAV Puskat. Perubahan cara berkomunikasi tersebut digunakan agar pewartaan

semakin terbuka dan peka terhadap hadirnya generasi baru yang membutuhkan

sapaan yang tepat dalam berkomunikasi (Iswarahadi, 2002:6). Oleh sebab itu

setelah disiarkan di stasiun televisi Indosiar, sebagian siaran PIK ditayangkan juga

lewat alamat website www.savpuskat.or.id.

Media televisi saat ini masih menjadi media yang menarik bagi

penikmatnya. Dalam televisi orang tidak hanya membaca melainkan dapat secara

lengkap mendengarkan (audio) dan melihat (visual), sehingga dapat merasakan

dan telibat pada suatu fenomena tertentu (Iswarahadi, 2003:29). Kemajuan yang

(27)

mengaplikasikan fungsi-fungsi dasar komunikasi untuk tujuan-tujuan praktis

(Badmomolin, 2003:31).

Isi sajian yang diangkat dari progam siaran Penyejuk Imani Katolik di

Indosiar mengarah pada kegiatan katekese yang dikemas melalui media

audio-visual yang menarik dan kreatif untuk disuguhkan kepada penikmat televisi.

Konsep dari sajian tersebut mengingatkan kita tentang konsep dasar katekese yang

secara jelas diungkap melalui anjuran apostolik dalam buku yang berjudul:

“Catechesi Trandendae” artikel 1 (Sri Paus Yohanes Paulus II, 1992:9) yaitu

Tidak lama kemudian istilah “katekese” digunakan untuk merangkum seluruh usaha dalam Gereja untuk memperoleh murid-murid, untuk membantu umat mengimani bahwa Yesus itu Putera Allah, supaya dengan beriman mereka beroleh kehidupan dalam nama-Nya, dan untuk membina serta mendidik mereka dalam peri hidup itu, dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus. Tidak pernah Gereja berhenti mencurahkan tenaganya untuk menunaikan tugas itu.

Katekese memiliki tujuan khas untuk mengembangkan iman dan

memantapkan pendewasaan iman umat. Dengan kata lain katekese digunakan

untuk mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman

Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh firman itu. Dengan kata lain

seluruh proses katekese menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan iman (Sri

Paus Yohanes Paulus II, 1992:25).Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis

bermaksud ingin mengetahui sejauh mana manfaat video siaran Penyejuk Imani

Katolik di Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat yang

dirasakan oleh lingkungan Santo Ignasius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo

(28)

Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar Sebagai Media Audio-Visual

Dalam Katekese Umat Di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan

Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta”.

B.Rumusan Permasalahan

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pertanyaan yang akan

dijawab dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa itu media audio-visual?

2. Apa itu video siaran Penyejuk Imani Katolik di Indosiar?

3. Apa itu katekese umat?

4. Sejauh mana manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai

media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola

Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta?

5. Apa yang perlu diusahakan agar video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar

semakin bermanfaat sebagai media audio-visual dalam katekese umat?

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini di antaranya:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan media audio-visual.

2. Mengetahui arti dan seluk beluk video siaran Penyejuk Iman Katolik di

Indosiar.

(29)

4. Mengetahui manfaat video siaran Penyejuk Imani Indosiar sebagai media

audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola

Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

5. Mengetahui usaha yang perlu dilakukan agar video siaran Penyejuk Imani

Indosiar semakin bermanfaat sebagai media audio-visual dalam katekese umat.

D.Manfaat Penulisan

Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penulisan skripsi ini.

Bagi Peneliti:

1. Penulis dapat menyelesaikan penelitian mengenai manfaat video siaran

Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese

umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo

Albertus Agung Jetis Yogyakarta sebagai tugas akhir studi.

2. Penulis memiliki pengalaman baru sebagai bekal dalam memanfaatkan video

siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual yang dapat

digunakan dalam proses katekese.

3. Penulis dapat mengetahui manfaat dari video siaran Penyejuk Imani Katolik

Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo

Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis

(30)

Bagi Studio Audio Visual Puskat, Sinduharjo, Yogyakarta:

1. Memberikan data ilmiah berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai

manfaat video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media

audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola

Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

2. Sebagai bahan refleksi bagi Studio Audio Visual dalam mengembangkan

komunikasi iman melalui video siaran Penyejuk Imani Katolik di Indosiar.

Bagi Progam Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma:

1. Memberikan data ilmiah penelitian bagi para mahasiswa PAK USD sebagai

hasil penelitian akhir studi.

2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai penggunaan media visual yang

dapat digunakan dalam proses katekese.

Bagi Pembaca:

1. Memberikan informasi mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik

Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat.

2. Sebagai bahan refleksi mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik

Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat.

Bagi Umat:

1. Membagikan pengalaman dan informasi mengenai penelitian yang

(31)

sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius

Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

2. Sebagai bahan refleksi dalam memanfaatkan sarana teknologi untuk kegiatan

katekese umat di lingkungan Gereja.

3. Memberikan dorongan untuk memanfaatkan koleksi video siaran PIK Indosiar

untuk kegiatan katekese.

E.Metode Penulisan

Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan penelitian campuran yaitu

penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif yang dipadukan untuk saling

melengkapi. Teknik pengumpulan data yang akan diusahakan untuk

melaksanakan penelitian di antaranya wawancara, angket (kuesioner), dan

observasi.

Fokus penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana manfaat dari video

siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam

katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki

Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Beberapa video Penyejuk Imani Katolik

akan dipilih sesuai dengan kebutuhan umat.

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain:

1) A Case Study of TV for Evangelization: The SAV PUSKAT Catholic Programs

on Indosiar (Yoseph Ispuroyanto, SJ. University of the Philippines Diliman,

(32)

2) Penelitian Penilaian Pemirsa terhadap Penyejuk Imani Katolik di Indosiar

(Studio Audio Visual Puskat, Yogyakarta 2011).

Tahap penelitian yang dilakukan adalah:

1) Survai situasi umat: Survai dilakukan di lingkugan Santo Ignatius Loyola

Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta pada Sabtu,

09 April 2016 untuk mengetahui situasi nyata umat yang menjadi sasaran

penelitian. Proses yang dilakukan dalam bentuk wawancara dengan

mempersiapkan pedoman pertanyaan. Hasil dari wawancara tersebut disusun

untuk menjadi pedoman awal penentuan tema-tema katekese yang sesuai

dengan kebutuhan umat.

2) Menyusun progam Katekese Umat dengan memanfaatkan video Penyejuk

Imani Katolik Indosiar: Setelah mengetahui situasi umat dan telah menentukan

tema-tema yang sesuai dengan kebutuhan umat, progam katekese umat dapat

disusun. Proses penyusunan progam katekese umat dimulai dengan

mengajukan beberapa judul video yang sesuai dengan tema yang telah

ditentukan kepada Studio Audio Visual. Peneliti mulai menganalisis beberapa

video yang dipilih untuk menemukan makna dan kedalaman video untuk dapat

dimanfaatkan sebagai media audio-visual. Progam Katekese disusun dengan

satuan perencanaan yang sistematis sehingga memudahkan dalam pelaksanaan

progam katekese umat.

3) Pelaksanaan progam: Pelaksanaan progam dilakukan dengan beberapa

persiapan di antaranya perencanaan progam katekese umat, tempat, waktu,

(33)

katekese adalah peneliti itu sendiri dengan didampingi evaluator yang bertugas

untuk memantau dan mengevaluasi jalannya katekese umat.

4) Penelitian: Penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket atau kuisioner

kepada umat dengan beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian. Hasil

evaluasi dari umat dan evaluasi dari evaluator serta evaluasi dari pembina

katekese digunakan untuk mendeskripsikan proses katekese umat yang telah

berlangsung.

5) Merangkum hasil penelitian: Hasil penelitian dirangkum untuk mengetahui

manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media

audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola

Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

6) Rekomendasi: Berdasarkan hasil dari pelaksanaan progam dan evaluasi,

peneliti merekomendasikan progam kegiatan katekese untuk Lingkungan Santo

Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis

Yogyakarta yang dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dengan

menggunakan bahan dari koleksi Studio Audio Visual Puskat berupa video

(34)

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

Bab I: Pada bab ini penulis memaparkan pendahuluan yang berisikan:

latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II: Bab ini membahas kajian teori mengenai video siaran Penyejuk

imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di

lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung

Jetis Yogyakarta.

Bab III: Bab ini membahas kemungkinan penggunaan video siaran

Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat

di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus

Agung Jetis Yogyakarta.

Bab IV: Bab ini membahas pelaksanaan, evaluasi dan penelitian progam

katekese umat tentang pemanfaatan video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar

sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius

Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

Bab V: Bab ini merupakan bab terakhir dari seluruh pembahasan yang

(35)

BAB II

VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT

Kajian pustaka yang dipaparkan oleh penulis di dalam bab II ini

membahas teori yang berkaitan dengan video siaran Penyejuk Imani Katolik

Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat. Tulisan dalam bab ini

terdiri dari enam aspek yaitu: Pengertian Media Audio-Visual, Sejarah Video

Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar, Komunikasi Media Televisi,

Komunikasi dalam Pewartaan Iman, Komunikasi Iman dalam Katekese Umat, dan

Media Audio-Visual dalam Berkatekese.

A.Pengertian Media Audio-Visual 1. Media

Media adalah sarana yang digunakan untuk menyebarkan informasi

kepada khalayak umum. Media digunakan untuk mengimplementasikan rencana

yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang diharapkan dapat

tercapai secara maksimal.

Media yang dikaitkan dengan proses komunikasi mengarah kepada

media massa populer yang banyak dijumpai saat ini seperti radio dan televisi.

Muncul sebuah keyakinan intuitif bahwa media massa dapat membentuk opini

publik, memengaruhi tingkah-laku dan menentukan sistem politik. Selain itu

(36)

mengakibatkan semakin baik kesejahteraan sosial masyarakat (Badmomolin,

2003:47).

Efek langsung media massa pada perubahan tingkah laku tidaklah

sebesar yang dibayangkan. Kenyataan adanya korelasi antara sumber-penerima

informasi bertolak dari asumsi bahwa sang sumber yang berinisiatif memulai

komunikasi, namun efektivitas komunikasi ini bergantung pada derajat

penerimaan sang penerima informasi itu sendiri (Badmomolin, 2003:49).

Media dianggap mampu berpengaruh terhadap perkembangan demokrasi,

revolusi industri dan teknologi. Setiap orang memiliki hak suara untuk ikut

terlibat berbicara mengenai berbagai hal seperti jalannya pemerintahan dalam

suatu negara, maupun ikut berpendapat mengenai urusan-urusan publik. Revolusi

teknologi mampu menantang efisiensi media cetak bagi kebutuhan manusia

zaman ini sehingga memunculkan aneka media baru seperti film, radio, dan

televisi. Energi listrik dan transportasi menjadi dasar munculnya perkembangan

radio, film, dan televisi (Rivers, 2003:51). Media Elektronik seperti film, radio,

dan televisi memiliki latar belakang sejarah yang berbeda dengan media cetak.

Teknologi menjadi sifat dasar dari media elektronik (Rivers, 2003:62).

2. Alasan Penggunaan Media

Muncul pertanyaan mengenai alasan mengapa manusia memberikan

perhatian terhadap media. Selain itu banyak orang telah tergantung terhadap

(37)

untuk digunakan ketika berhubungan dengan kebutuhan atau keinginan-keinginan

khalayaknya. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi, dan

sebagainya memengaruhi cara orang menggunakan media dan alasan penggunaan

media. Banyak faktor lain yang mampu memengaruhi seseorang untuk

menggunakan media dan mengambil manfaat dari media di antaranya sikap

individual, aspirasi, harapan, ketakutan, dan sebagainya (Rivers, 2003:313).

3. Budaya Media

Budaya merupakan pengetahuan, pengalaman-pengalaman,

kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, perilaku-perilaku, makna-makna, hirarki, agama, waktu

dan berbagai obyek material serta segala sesuatu yang diperoleh sekelompok

orang dari generasi-generasi baik secara individual maupun kelompok. Konsep

tentang budaya adalah hasil dari suatu proses produksi intelektual atau artistik.

Konsep tersebut mengarah kepada estetika seperti mengandaikan bahwa hanya

sedikit saja atau sekelompok orang di dunia ini yang “berbudaya” dalam arti

mempunyai budaya dalam suatu bentuk konkrit (Batmomolin, 2003:27).

Konsep tentang budaya mengacu pada kualitas yang dimiliki oleh semua

orang di dalam semua kelompok sosial. Budaya berkembang secara evolusioner

mulai dari tahap kebuasan (savagery) melewati tahap kebiadaban (barbarism)

sampai akhir mencapai tahap peradaban (civilization) dan mengarah pada

kesimpulan bahwa semua kelompok manusia mempunyai budayanya sendiri.

Budaya dihasilkan dari partisipasi anggota kelompok terhadap kelompok

(38)

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan, dan segala bentuk

kepandaian atau ketrampilan yang diperoleh seseorang dari anggotanya dalam

kelompok sosial tertentu (Badmomolin, 2003:26-28).

Tiap kelompok masyarakat memiliki budayanya sendiri, meskipun

sekecil apa pun dan sesederhana apa pun. Setiap manusia merupakan makhluk

yang berbudaya, bukan sekedar memiliki budaya melainkan ikut ambil bagian

dalam suatu budaya (Badmomolin, 2003:30).

Melihat sejarah tentang kehidupan manusia, kita dapat mengamati

adanya revolusi komunikasi yang mengubah kualitas hidup dan membawa

perubahan sosial di dunia. Budaya media tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan

dihasilkan melalui proses perkembangan yang panjang. Perkembangan yang

dimaksud mengarah kepada kemajuan di bidang teknologi khususnya teknologi

komunikasi dan informasi yang mengarah secara langsung dengan berpengaruh

pada pemahaman tentang komunikasi, hakikat, fungsi, dan tujuannya

(Badmomolin, 2003:31).

Budaya media merupakan perpaduan yang memesona antara gambar

(image) dan suara (sound) yang dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu

menciptakan hal-hal yang serba spektakuler dari keseharian manusia. Media yang

menjadi contoh konkrit yaitu televisi. Televisi menciptakan budaya yang

mendominasi waktu-waktu senggang di antara pekerjaan rutin sehari-hari. Budaya

media yang terbentuk memengaruhi pandangan-pandangan politik dan perilaku

(39)

4. Audio-Visual

Perkembangan teknologi dalam sejarah kebudayaan manusia

menghasilkan penemuan di antaranya roda, abjad, percetakan, dan mesin uap

mampu merubah sistem komunikasi manusia. Peradaban manusia mulai

dipengaruhi oleh penemuan serta membentuk manusia dalam proses kehidupanya.

Mulai terjadi peradaban audio-visual sejak ditemukannya listrik. Dalam

peradaban ini manusia tidak hanya dibentuk melalui huruf melainkan menembus

gambar dan suara. Manusia zaman sekarang menjadi berubah dalam konteks

manusia zaman sebelum peradaban audio-visual.

Manusia zaman audio-visual telah diperkaya dengan suara dan musik

karena pengaruh gagasan-gagasan yang terbawa dalam penemuan listrik. Dapat

dikatakan bahwa manusia zaman audio-visual merupakan perpanjangan dari diri

manusia yang menyangkut tubuh, sistem urat syaraf, dan perasaan yang membawa

perubahan terhadap sikap manusia (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:2).

5. Kemungkinan dan Keterbatasan Audio-Visual

Situasi yang terjadi mulai abad ke-20 abad modern sama sekali berbeda

dengan situasi yang terjadi pada zaman lampau. Pada zaman lampau orang

Kristiani memiliki keterikatan terhadap kata-kata, rumusan-rumusan yang

seragam dan teliti, namun pada zaman sekarang mulai abad ke-20 hal semacam ini

[image:39.595.86.514.206.612.2]
(40)

kristiani berpikir dengan kaku, analistis dan logis sedangkan sekarang yang

dibutuhkan justru menuntut iman yang hidup, intim, dan pribadi.

Tuntutan kebutuhan membuat bahasa audio-visual bermanfaat untuk

memberikan kesempatan menyampaikan kata-kata yang teliti serta pengalaman

yang menyeluruh. Bahasa yang diungkapkan oleh media audio-visual tidak sama

dengan bahasa yang diungkapkan oleh media cetak, bahkan dengan bahasa lisan

yang bermaksud menyampaikan inti pokok pembicaraan.

Media audio-visual tidak menggunakan bahasa doktrin atau ide-ide,

melainkan merangsang perasaan seorang pribadi. Buku yang berjudul Katekese

Audio-Visual Seri PUSKAT 378 (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:6)

mengungkapkan bahwa:

Suara yang disampaikan melalui mike dan amplifier yang baik akan dapat mengungkapkan nafas dan isi hati pemilik suara. Hal ini membuat penyanyi dapat memesonakan orang banyak melalui suaranya. Tidak hanya suara, tetapi gambar-gambar pun juga dapat mengungkapkan perasaan, isi hati, bahkan seluruh pribadi si pembuat, entah pelukis, juru kamera, atau sutradara film. Jika demikian tidak mengherankan bahwa ada orang yang melihat film bukan untuk menikmati ceritera atau isi film tersebut, tetapi untuk memahami atau menyelami pribadi sutradara film tersebut. Pendek kata: melalui bahasa audio-visual kita tidak mau mengungkapkan suatu ide, tetapi mau menyampaikan pengalaman pribadi kepada orang lain.

Bahasa audio-visual memiliki keterbatasan dan risiko. Kreativitas,

partisipasi, afektivitas, dan kesadaran kritis dituntut dalam bahasa audio-visual.

Unsur subyektivitas menjadi peranan yang pokok, unsur subyektivitas

mengandung resiko tidak adanya kejelasan, ketelitian, struktur, dan sintese.

(41)

pada gambar atau suara saja sehinga dalam bahasa audio-visual kita juga dapat

menjumpai pengetahuan meski tidak seteliti atau selengkap di dalam buku.

Sementara itu unsur berpikir juga tidak hilang dalam bahasa audio-visual. Buku

yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 (Ernestine & Adisusanto,

FX., 2001:7) menjelaskan bahwa:

Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa sebuah film atau sound-slides lebih banyak membuat dia berpikir daripada kotbah atau buku-buku. Hal ini menimbulkan pertanyaan pada diri kami: apakah pada dewasa ini tidak sedang menghilang cara berpikir, yang menekankan gagasan-gagasan terlalu teliti, kata-kata seragam dan logika yang kaku?

6. Media Siaran

Televisi memiliki hubungan terhadap fungsi sosial yang merujuk pada

kehidupan sehari-hari, untuk memberikan hiburan terhadap diri sendiri, melepas

kebosanan, kontak sosial, dan sebagainya. Dalam buku Media Massa &

Masyarakat Modern (Rivers, 2003:315) dilaporkan sebuah penelitian mengenai

apa yang sebenarnya dinikmati oleh para pemirsa dan pendengar film-film serial

dan opera sabun di radio dan televisi. Muncul jawaban bahwa menikmati siaran

tersebut membuat pengurangan beban emosional mereka. Penonton menikmati

acara yang menyuguhkan keberuntungan dan kemalangan. Bahkan tidak menutup

kemungkinan mampu menjadi sumber nasihat dan rujukan hidup sehari-hari,

misalnya mengenai perilaku yang baik.

Ada tiga alasan untuk memahami kecenderungan yang dihasilkan oleh

(42)

dan pemirsa televisi. Pertama adalah keinginan pemirsa untuk menerima bujukan

bahwa segala sesuatu baik-baik saja. Kedua yaitu pengalihan kesalahan terhadap

pihak lain. Ketiga mereka ingin mendengar saran-saran yang mudah untuk dapat

merasa bahagia (Rivers, 2003:316).

7. Televisi sebagai Media Audio Visual

Media Audio Visual berangkat dari kemajuan teknologi yang berawal

dari sejarah masa lalu. Penemuan-penemuan yang dihasilkan menghantarkan

manusia kepada kehidupan yang baru. Penemuan yang dihasilkan dari sejarah

masa lalu yang membawa manusia pada masa depan di antaranya seperti:

phonograp (1877), gambar bergerak (1884), radio (1920), TV (1924), transistor

(1948), video (1956), dan satelit (1957). Berbagai penemuan tersebut merupakan

hasil perkembangan manusia ke arah kemajuan dengan usaha yang nyata melalui

percobaan dan konsep pemikiran yang kreatif dengan dasar kebutuhan manusia

dalam kehidupan. (Iswarahadi, 2003:17).

Televisi merupakan benda yang diciptakan manusia sebagai hasil dari

teknologi dan mengalami perubahan dalam kemasan, perangkat atau piranti

mesin, bahkan tampilan yang dihasilkan. Selain tampilan fisik yang ditunjukkan

oleh televisi berlaku pula isi yang ditawarkan televisi kepada penontonnya.

Televisi memadukan antara penglihatan (visual) dan pendengaran (audio) yang

(43)

Bahasa yang diungkapkan televisi merupakan bahasa simbolis,

cenderung membujuk dan menggetarkan hati dan karenanya menggetarkan

seluruh jiwa raga; bahasa yang penuh resonansi dan irama (Iswarahadi, 2003:31).

Perpaduan antara visual dan audio menghasilkan media yang penuh dengan

bahasa yang terungkap dari cerita, gambar, suara mendorong penikmatnya untuk

berorientasi terhadap sesuatu hal. Televisi mempertajam dunia komunikasi kita

dengan kombinasi suara dan gambar bergerak, sehingga menghasilkan realitas

komunikasi yang mutakhir.

Realitas komunikasi yang dihasilkan oleh televisi terletak pada daya cipta

dan kemampuan televisi memindahkan realitas pengalaman harian individu ke

dalam layar kaca. Kehadiran televisi mengubah cara pandang manusia terhadap

semesta, dirinya, dan sesama, pola pikir, cara beraktivitas dan bersenang-senang,

gaya hidup dan tingkah laku individu. Orang mampu melihat sebuah dunia lain

bahkan dirinya sendiri di suatu lingkungan dengan aktivitas-aktivitas yang sama

dengan aktivitas di alam nyata (SFT Widya Sasana, 2010:71).

B.Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar

Seiring dengan berdirinya Indosiar sejak 11 Februari 1995, Studio Audio

Visual Puskat (SAV) Puskat mulai memproduksi video siaran televisi Penyejuk

Imani Katolik yang pertama. Kesempatan tersebut diberikan untuk mengisi siaran

(44)

Pada awalnya Indosiar memberikan kesempatan kepada KOMSOS KWI

untuk mengisi siaran. Melalui Romo Van Leeuven SCJ, tawaran untuk

memproduksi progam siaran bagi Indosiar diterima oleh SAV Puskat.

Tayangan-tayangan awal yang diproduksi SAV Puskat dapat dikatakan belum matang dari

segi isi, karena bahan-bahan yang sudah ada lebih cocok untuk pertemuan

kelompok daripada untuk siaran TV.

Kesempatan yang berharga tidak lekas disia-siakan oleh SAV Puskat,

lambat laun video siaran PIK terus dikembangkan dan dikemas dengan cara yang

lebih menarik. Dalam videonya SAV Puskat selalu berusaha mewartakan

nilai-nilai religius dengan menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol,

gambar, nyanyian, dan ceritera.

Sajian siaran PIK tidak hanya berfokus pada ajaran-ajaran Gereja

melainkan nilai-nilai Injil. Enam (6) nilai Injil yaitu kebahagiaan yang datang dari

Allah, perdamaian atau anti kekerasan, kemuliaan Allah, cinta sesama, ketaatan,

dan cinta Tuhan pada orang miskin. Keenam nilai Injil tersebut diwartakan untuk

membawa kebahagiaan bagi semua orang. Hal ini dipengaruhi oleh visi dan misi

SAV Puskat di antaranya: 1) untuk menggali kekayaan tradisi spiritualitas dan

kebudayaan demi kebahagiaan bersama; 2) untuk membangun masyarakat

religius-pluralis yang cinta damai dan berkeadilan; 3) untuk melestarikan alam

semesta dan kebudayaan lokal; dan 4) untuk mengangkat martabat rakyat kecil.

Siaran PIK disajikan selama 30 menit. Dari 29 progam PIK yang diteliti pada

tahun 1999 terdapat 5 macam format sajian, yaitu: majalah (17), dokumenter (7),

(45)

tersebut juga terdapat berbagai bagian di antaranya komentar presenter, cerita,

tarian, nyanyian, wawancara, atau kuis berhadiah. SAV Puskat berusaha untuk

menghindari sajian yang melulu head-talking (Iswarahadi, 2002:11). Siaran

Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar tersebut masih berlangsung hingga

penelitian ini dilakukan.

C.Komunikasi Media Televisi 1. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu aksi manusiawi yang spontan dan

merupakan tuntutan alamiah dan dasariah dari semua makhluk hidup, termasuk

manusia dan kelanjutan eksistensinya. Komunikasi adalah sebuah proses yang

dinamis, selalu berubah dan tidak pernah selesai. Komunikasi itu bersifat dinamis

dan terus berubah karena kaya akan makna tergantung pada konteks pemahaman

komunikasi itu sendiri. Komunikasi berasal dari akar kata bahasa Latin yaitu

communicare yang berarti masuk ke dalam relasi, menjalin ikatan atau membuat

jadi umum (Batmomolin, 2003:16-17).

Pada dasarnya komunikasi bersifat langsung dan tidak langsung atau

termediasi. Komunikasi yang bersifat langsung terjadi ketika antara dua pihak

secara langsung tanpa melalui sarana atau media yang bersifat artifisial.

Komunikasi tidak langsung atau komunikasi termediasi adalah komunikasi yang

mengalami proses produksi maupun proses penyaluran dengan perangkat sarana

(46)

Komunikasi tidak langsung menjadi fokus yang up to date untuk

diperbincangkan dewasa ini. Komunikasi yang berlangsung lewat sarana dan

media komunikasi diciptakan oleh teknologi. Tujuan dasar dari komunikasi adalah

untuk merangkul segala yang berbeda-beda ke dalam satu tujuan. Oleh sebab itu,

komunikasi berlangsung terus dari yang bersifat pribadi kepada yang lebih umum

dan sebaliknya, sehingga terjadi transformasi manusia baik secara pribadi maupun

bersama-sama.

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan budaya. Budaya membantu

dalam proses komunikasi untuk menentukan pesan-pesan yang ditangkap, makna

yang diberikan serta kondisi dan latarbelakang pesan, maupun interprestasi dari

pesan. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa seluruh aktivitas komunikasi kita

bergantung pada budaya yang di dalamnya kita dibesarkan. Budaya merupakan

dasar bagi komunikasi. Dapat dikatakan bahwa ketika terdapat perbedaan dalam

hal budaya, maka ada pula perbedaan dalam cara berkomunikasi (Batmomolin,

2003:26).

2. Komunikasi Media Televisi

Media Komunikasi televisi ada pada era budaya baru dan menjadi faktor

dominan karena popularitas dan pesonanya. Pengaruh media komunikasi televisi

saat ini sudah tidak dapat diragukan lagi. Media televisi mampu memikat segenap

perhatian dengan memengaruhi daya nalar yang ikut tereduksi. Tanpa disadari

(47)

penonton begitu pasif. Di depan televisi seorang pemimpi hampir tidak pernah

sadar bahwa ia sedang bermimpi (Batmomolin, 2003:81).

Seringkali pada setiap keluarga, televisi mendapat tempat istimewa

sebagai bagian dari mereka. Terkadang TV menjadi pusat segala bahkan menjadi

patokan dalam rutinitas keluarga. Pada jam-jam tertentu direncanakan untuk

melihat progam siaran tertentu. Pesona televisi begitu ampuh menyihir

penikmatnya oleh imaginasi yang bersifat audio-video-oral yang mengembangkan

bentuk-bentuk komunikasi sensoris multi-dimensional yang memadukan gaya

berbahasa dan pesan yang dikomunikasikan secara mudah untuk ditangkap dan

dipahami. Gaya bahasa yang ditawarkan TV identik dengan kekhasannya pada

logika yang tidak terlalu terikat dan etika yang terbuka (Badmomolin, 2003:84).

D.Komunikasi dalam Pewartaan Iman

Komunikasi iman yang diungkapkan dari pewartaan menjadi tujuan

pokok Gereja. Komunikasi iman yang dimaksudkan menuju pada komunikasi

yang mengarah pada perdamaian sejati. Komunikasi iman yang menyoroti perihal

visi komunikasi inklusif perlu diusahakan terus menerus oleh Gereja maupun oleh

agama-agama dan masyarakat pada umumnya dalam rangka menciptakan

perdamaian sejati (Iswarahadi, Y.I, 2013:57).

Nilai-nilai yang dibawa oleh Yesus Kristus dalam Injil Mat. 5:1-12

mengajak kita untuk menghayati “Sabda Bahagia”. Sabda bahagia Yesus

(48)

melalui sikap sederhana penuh hormat terhadap hal-hal rohani termasuk tubuh

kita yang merupakan bait kudus Allah, bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga

bagi orang lain (Iswarahadi, Y.I, 2013:49). Perdamaian merupakan kerinduan dari

manusia sejak dahulu kala bahkan oleh semua makhluk. Oleh sebab itu, pola

komunikasi iman menghantarkan manusia menuju perdamaian yang dirindukan di

dalam dunia yang semakin berkembang ini.

Pola komunikasi iman mengarah pada cita-cita hidup bersama dengan

orang lain. Manusia ingin agar dunia ini menjadi tempat ia diakui sebagai pribadi

yang merdeka dan diberi kesempatan untuk hidup bersama secara bertanggung

jawab. Cita-cita yang begitu luas itu dapat terjadi ketika orang memerhatikan segi

kehidupan dan penghayatan hidup (KWI, 1996:8).

Tugas mewartakan merupakan bagian dari keterlibatan Gereja dalam tri

tugas Yesus yakni tugas nabi, tugas imami, dan tugas rajawi. Tugas nabi yaitu

tugas pewartaan, tugas imami merupakan tugas pengkudusan atau perayaan, dan

tugas rajawi diartikan sebagai tugas melayani. Gereja terus berusaha memberi

makna dan pelayanan bagi hidup manusia (KWI, 1996:382).

Tugas pewartaan yang diungkapkan melalui proses komunikasi menjadi

aksi manusiawi Gereja untuk menunjukkan eksistensinya. Murid-murid Yesus

Kristus merasakan karya keselamatan-Nya melalui relasi komunikasi. Sabda

Allah dalam diri Yesus dirasakan sebagai tanda yang manusiawi. Pewartaan para

Rasul menjadikan daya untuk membangun Gereja, mereka mendirikan Gereja

(49)

Kristus. Tugas pewartaan tidak lain untuk mengaktualisasikan apa yang

disampaikan Allah dalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh para rasul.

Dengan begitu Allah sungguh datang dan menyelamatkan mereka yang

mendengarkan pewartaan Gereja (KWI, 1996: 383-386).

E.Komunikasi Iman dalam Katekese Umat 1. Sejarah Singkat Katekese Umat

Kata sambutan yang diungkapkan oleh Ketua Komisi Kateketik KWI

pada Pembukaan PKKI VIII dalam buku Membangun Komunitas Basis Berdaya

Transformatif lewat Katekese Umat (Komisi Kateketik KWI, 2005:6-10)

mengajak kita untuk melihat sepintas sejarah singkat Katekese Umat (KU) dari

PKKI-I sampai ke PKKI-VIII ini.

Katekese Umat (KU) mulai dicetuskan melalui Pertemuan Kateketik

antar-Keuskupan se-Indonesia pertama (PKKI-I) yang berlangsung di

Sindanglaya pada tahun 1977. Sebelumnya orang hanya mengenal istilah

Katekese Sekolah dan Katekese Luar Sekolah, yang keduanya bersifat informatif,

komunikasi searah, dari atas ke bawah sesuai dengan visi Gereja yang

hierarkis-piramidal. Dengan mulai berkembangnya Gereja sebagai communio, peserta

PKKI saat itu merasa bahwa katekese hendaknya mulai bersifat komunikatif.

Katekese mulai dilihat sebagai komunikasi iman atau katekese dari umat, oleh

(50)

Katekese Umat telah dicetuskan, namun belum terlalu jelas. Di dalam

PKKI-II yang dilangsungkan di Klender pada bulan Juni tahun 1980 dirumuskan

ciri-ciri KU secara lebih jelas. Setelah Katekese Umat (KU) dilaksanakan di

banyak keuskupan Indonesia, muncul kenyataan bahwa keberhasilan KU

memiliki kebergantungan pada pembina atau fasilitator KU. Oleh sebab itu

pembahasan mengenai Katekese Umat (KU) dilanjutkan di dalam PKKI-III yang

dilaksanakan di Mojokerto pada tahun 1984. PKKI-III membicarakan Pembinaan

Pembina Katekese Umat. Peserta dalam PKKI-III berkeyakinan bahwa seorang

pembina Katekese Umat (KU) yang baik perlu memiliki dedikasi yang kuat,

pengetahuan, dan ketrampilan yang memadai dalam berkatekese umat.

Melihat zaman yang terus berubah dari segi masyarakat yang majemuk

dan kompleks, maka hidup beriman dalam dunia juga terpengaruh oleh arus

globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan yang penuh dengan tantangan.

Katekese umat sebagai salah satu sarana untuk memperteguh iman mulai terkesan

agak tertutup. Dalam PKKI-IV bulan Oktober tahun 1988 di Denpasar, Bali,

mulai dibicarakan Katekese Umat yang bisa membina iman yang terlibat dalam

masyarakat dengan mempergunakan analisis sosial.

PKKI-V melanjutkan pergumulan dalam pembahasan di PKKI-IV.

Pertemuan ini dilaksanakan di Caringin, Bogor pada tanggal 22 Agustus s/d 1

September 1992 untuk membicarakan Katekese Umat dengan mempergunakan

analisis sosial yang tetap dilihat dalam terang injil. Pemahaman yang ingin

dikembangkan dalam “terang injil” yaitu menemukan sabda Allah yang hidup

(51)

latihan-latihan menggunakan sarana Kitab Suci yang dipraktikkan dalam katekese umat

yang berorientasi pada kemasyarakatan.

PKKI-IV yang berlangsung pada tahun 1996 di Klender menggumuli

katekese umat yang membangun jemaat dengan orientasi Kerajaan Allah.

Kemudian dalam PKKI-VII yang berlangsung tanggal 24 s/d 30 Juni 2000 di

Sawiran, Jawa Timur, peserta menggumuli persoalan mengenai Katekese Umat

dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan kelompok Basis Gerejani

(KBG) yang mulai berkembang di banyak Gereja keuskupan sesuai seruan

SAGKI 2000.

PKKI VIII - PKKI X menggumuli mengenai persoalan Kelompok Basis

Gerejani (KBG) dan Katekese Umat (KU) dapat lebih berdimensi sosial politik,

ekonomi, budaya, penggunaan media dan lain sebagainya.

2. Komunikasi Iman dalam Katekese Umat

Katekese merupakan sarana untuk bekerjasama dengan karya Allah

melalui Yesus Kristus. Tujuan dari katekese ialah menyadarkan umat akan

peristiwa hidup, merasakan dan mengamalkan daya kekuatan Kerajaan Allah serta

mewujudkannya dalam hidup secara dinamis. Dinamika komunikasi berkatekese

ialah Katekese Umat (KU) yang diungkap melalui pengalaman iman, tindakan

iman, dan tindakan Allah (KOMKAT KWI, 1993: 65-66).

Komunikasi iman dalam Katekese Umat dirumuskan secara jelas sebagai

(52)

(PKKI-II) dalam buku Membangun Komunitas Basis Berdaya Transformasif Lewat

Katekese Umat (Komisi Kateketik KWI, 2005: 7), antara lain:

Katekese Umat adalah komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara kelompok umat, sehingga iman mereka semakin diteguhkan. Di dalam katekese umat penghayatan iman diutamakan walaupun pengetahuan iman tidak diabaikan.

Penghayatan iman itu diperteguh dengan bersama-sama melihat hidup nyata dalam terang iman kita kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus hendaknya menjadi pola hidup kita.

Yang berkatekese umat adalah umat. Penekanan pada umat merupakan salah satu unsur yang memberi arah kepada katekese sekarang. Pemimpin dalam katekese umat hanyalah fasilitator. Peserta KU sederajat dalam berkatekese umat.

 Tujuan katekese umat ialah supaya peserta sesudah melihat hidup nyata dalam terang iman kepada Yesus Kristus, dapat bermetanonia, lalu berprakarsa untuk mengubah hidup nyata menjadi lebih baik dan Injili. Diharapkan KU punya daya transformatif.

Katekese Umat sebagai komunikasi iman juga dijelaskan dalam buku

Katekese Umat (Yosep Lalu, 2005:67) bahwa Katekese Umat bertumbuh bersama

dengan bergesernya visi Gereja, dari Gereja institusional yang bersifat hirarkis

pramidal ke Gereja Umat Allah, Gereja Communio, Gereja Sakramen

Keselamatan, Gereja Kaum Miskin, Gereja Pemberdayaan, dan Pemerdekaan.

Dalam Gereja institusional katekese bersifat dari atas ke bawah, bersifat

informatif, instruksional. Dalam Gereja post konsilier, katekese lebih komunikatif.

PKKI II menegaskan tujuan komunikasi iman dalam hubungannya

dengan tujuan katekese umat ialah: supaya dalam terang Injil semakin meresapi

arti pengalaman hidup sehari-hari; bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin

menyadari kehadirannya dalam kenyataan hidup sehari-hari; semakin sempurna

(53)

hidup Kristiani; semakin bersatu dalam Kristus: makin menjemaat, makin tegas

mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; sehingga

sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah masyarakat

(Yosep Lalu, 2005:73).

F. Media Audio-Visual Dalam Berkatekese 1. AudioVisual dan Katekese

Gereja memiliki tugas pertama-tama untuk memberikan kesaksian iman.

Tugas ini merupakan suatu proses yang telah berlangsung sejak lama.

Berdasarkan sejarah tugas itu mulai dari berabad-abad lampau berawal dari

pewartaan para rasul kepada para calon permandian, sampai dengan masa

pelajaran-pelajaran agama pada abad pertengahan, dan zaman katekismus dari

abad-16. Selama proses tersebut berlangsung telah terjadi perubahan-perubahan

radikal sesuai dengan zamannya yang dipengaruhi oleh peradaban sampai dengan

sekarang. Terjadinya perubahan peradaban dipengaruhi oleh perubahan dalam

bidang komunikasi. Bila dihubungkan dengan pewartaan timbul pemikiran bila

media komunikasi berubah maka cara pewartaan juga berubah. Katekese yang

dilakukan oleh Gereja sebelum zaman cetak-mencetak yaitu liturgi. Liturgi

merupakan wahyu Allah yang diasimilasikan dalam doa dan pengalaman beriman,

serta diungkapkan dengan rumusan-rumusan yang sesuai dengan peradaban oleh

teolog-teolog seperti St. Ignatius, St. Thomas Aquinas, dan sebagainya. Pada

masa itu iman terasa hidup namun dianggap kacau (Ernestine & Adisusanto, FX.,

(54)

Pada tahun 1440 Santo Petrus Kanisius menemukan teknik

cetak-mencetak yang memberikan pertolongan pada zamannya. Kehidupan pada

zamannya di abad ke-16 dianggap kacau karena terjadi

penyimpangan-penyimpangan yaitu agama merupakan percampuran antara jiarah, devosi, sihir,

dan tahyul. Santo Petrus Kanisius hadir untuk membantu memecahkan persoalan

tersebut dengan media cetak-mencetak, sehingga orang mampu mengerti apa yang

mereka percayai dan hayati. Hal ini digunakan sebagai media untuk

menyampaikan warta gembira, yang diungkapkan dalam rumusan-rumusan yang

teliti.

Terjadi pewartaan iman abad percetakan, namun yang terjadi yaitu

muncul pertanyaan bahwa bila kita melihat cara Yesus dalam menyampaikan

warta-Nya tentu berbeda dengan yang terjadi pada abad percetakan. Yesus

menyampaikan warta gembira melalui cerita-cerita dan sabda-sabda, namun

sekarang kita mengenal pewartaan dalam bentuk teologi atau Katekismus

tradisionil. Setelah teknik mencetak ditemukan, terjadi perubahan besar. “Sabda

Kristus” terkandung dalam kata-kata yang tert

Gambar

Tabel 1. Jumlah Umat Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Umat ...........................................................................
gambar dan suara. Manusia zaman sekarang menjadi berubah dalam konteks
Tabel 1. Jumlah Umat berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Umat
Tabel 2. Progam Katekese Umat
+7

Referensi

Dokumen terkait