ABSTRAK
Skripsi ini berjudul MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. Judul ini dipilih beranjak dari realitas mengenai perkembangan teknologi yang pesat dari zaman ke zaman, sehingga terus memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang saat ini akrab yaitu media audio-visual salah satunya adalah televisi. Manusia menggunakan televisi sebagai sarana yang menarik karena menggabungkan antara suara dan gambar menjadi satu. Televisi menyuguhkan berbagai tayangan pengetahuan, informasi/berita, bahkan membawa misi tersendiri terhadap para penikmatnya.
Berdasarkan realitas zaman, panggilan dalam mewartakan Kerajaan Allah mulai diusahakan sedemikian rupa agar menjawab kebutuhan yang ada saat ini. Salah satunya adalah munculnya progam televisi Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar dengan menyuguhkan nilai-nilai religius menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol, gambar, nyanyian, dan ceritera.
Hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana materi video siaran PIK Indosiar sebagai media audio-visual dapat dimanfaatkan dalam mewartakan Kerajaan Allah. Oleh sebab itu, penulis merancang sebuah progam katekese umat dengan memanfaatkan materi video siaran PIK Indosiar yang dipilih sesuai dengan tema yang diangkat dan melaksanakannya untuk dapat merancang penelitian dengan tujuan mengetahui seberapa besar manfaat yang muncul atas eksperimen ini.
Penelitian campuran yang menggabungkan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif dipilih oleh penulis agar dapat saling melengkapi hasil dari penelitian yang ingin dibuktikan. Penulis mewawancarai ketua lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodingiratan dan 2 responden dari 27 responden yang mengisi kuesioner untuk memperkaya dan memperkuat informasi yang terekam dalam kuesioner.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terbukti adanya manfaat dari penggunaan video siaran PIK Indosiar sebagai sarana audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Hasil wawancara dan hasil kuesioner semakin memperkaya temuan yang ada dalam penelitian ini.
ABSTRACT
This thesis is entitled THE BENEFITS OF PENYEJUK IMANI KATOLIK TV PROGRAMS ON INDOSIAR AS MEDIA FOR CATECHESIS AMONG THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN, THE PARISH OF SAINT ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. This title is chosen based on the reality that the development of technology is very rapid from age to age and it affects all aspects of human life. One of the most popular communication technology is television. Television is attractive, because it combines audio and visual which affects the emotion of the people. Television broadcast various contents such as science, information, news, entertainment etc. and sometimes it has special mission to the audiences. Based on this development, the proclamation of the kingdom of God is done in a way that answers the need of the people. One of them is Penyejuk Imani Katolik (PIK) programs on Indosiar. This program proclaims the religious values using television language which is full of symbol, pictures, songs and stories.
The reality mentioned above motivated the writer to do a research on the benefits of Penyejuk Imani Katolik TV Program in proclaiming the kingdom of God. That is why the writer designed a process of catechesis in a catholic community using PIK TV programs. The themes were chosen based on the need of the community.
The writer integrated two research methods, i.e. qualitative and quantitative as well. The quantitative approach was used to complement the result of qualitative approach. Total respondents who filled up the questionnaires were 27 people. The writer interviewed two of them and also the chairman of the community of St. Ignatius Loyola in order to enrich and strengthen the information written in the questionnaires.
The result of the research showed that there were some benefits of using PIK TV Programs as media for catechesis among the members of the community of St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. The result of the interview and their answer in the questionnaires strengthen the findings.
MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT
DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA
COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Sheilla Putri Nur Sagita
NIM: 121124008
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
Kedua Orang tuaku “Bapak Haryadi dan Mama Nursi”
Adik-adikku tersayang
“Joan Wibisono, Rizky Aditya Wardhana, Nabilla Cintya Bilqis”
Penyemangat dan Kekasihku “Heronimus Galih Priyambada”
Sahabat Seperjuanganku
“Monica Alusiana Karisa Putri, Lidya Herawati, Andreas Sigit Kurniawan”
“Progam Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberikan pengalaman terindah di dalam hidupku”
v MOTTO
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau
Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar
oleh karena nama-Nya
vii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. Judul ini dipilih beranjak dari realitas mengenai perkembangan teknologi yang pesat dari zaman ke zaman, sehingga terus memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang saat ini akrab yaitu media audio-visual salah satunya adalah televisi. Manusia menggunakan televisi sebagai sarana yang menarik karena menggabungkan antara suara dan gambar menjadi satu. Televisi menyuguhkan berbagai tayangan pengetahuan, informasi/berita, bahkan membawa misi tersendiri terhadap para penikmatnya.
Berdasarkan realitas zaman, panggilan dalam mewartakan Kerajaan Allah mulai diusahakan sedemikian rupa agar menjawab kebutuhan yang ada saat ini. Salah satunya adalah munculnya progam televisi Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar dengan menyuguhkan nilai-nilai religius menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol, gambar, nyanyian, dan ceritera.
Hal tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana materi video siaran PIK Indosiar sebagai media audio-visual dapat dimanfaatkan dalam mewartakan Kerajaan Allah. Oleh sebab itu, penulis merancang sebuah progam katekese umat dengan memanfaatkan materi video siaran PIK Indosiar yang dipilih sesuai dengan tema yang diangkat dan melaksanakannya untuk dapat merancang penelitian dengan tujuan mengetahui seberapa besar manfaat yang muncul atas eksperimen ini.
Penelitian campuran yang menggabungkan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif dipilih oleh penulis agar dapat saling melengkapi hasil dari penelitian yang ingin dibuktikan. Penulis mewawancarai ketua lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodingiratan dan 2 responden dari 27 responden yang mengisi kuesioner untuk memperkaya dan memperkuat informasi yang terekam dalam kuesioner.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terbukti adanya manfaat dari penggunaan video siaran PIK Indosiar sebagai sarana audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan. Hasil wawancara dan hasil kuesioner semakin memperkaya temuan yang ada dalam penelitian ini.
viii ABSTRACT
This thesis is entitled THE BENEFITS OF PENYEJUK IMANI KATOLIK TV PROGRAMS ON INDOSIAR AS MEDIA FOR CATECHESIS AMONG THE PEOPLE IN THE COMMUNITY OF SAINT IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN, THE PARISH OF SAINT ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA. This title is chosen based on the reality that the development of technology is very rapid from age to age and it affects all aspects of human life. One of the most popular communication technology is television. Television is attractive, because it combines audio and visual which affects the emotion of the people. Television broadcast various contents such as science, information, news, entertainment etc. and sometimes it has special mission to the audiences. Based on this development, the proclamation of the kingdom of God is done in a way that answers the need of the people. One of them is Penyejuk Imani Katolik (PIK) programs on Indosiar. This program proclaims the religious values using television language which is full of symbol, pictures, songs and stories.
The reality mentioned above motivated the writer to do a research on the benefits of Penyejuk Imani Katolik TV Program in proclaiming the kingdom of God. That is why the writer designed a process of catechesis in a catholic community using PIK TV programs. The themes were chosen based on the need of the community.
The writer integrated two research methods, i.e. qualitative and quantitative as well. The quantitative approach was used to complement the result of qualitative approach. Total respondents who filled up the questionnaires were 27 people. The writer interviewed two of them and also the chairman of the community of St. Ignatius Loyola in order to enrich and strengthen the information written in the questionnaires.
The result of the research showed that there were some benefits of using PIK TV Programs as media for catechesis among the members of the community of St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan. The result of the interview and their answer in the questionnaires strengthen the findings.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul MANFAAT VIDEO SIARAN PENYEJUK
IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS
LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS
AGUNG JETIS YOGYAKARTA.
Skripsi ini ditulis dengan maksud memberikan sumbangan pemikiran
mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media
audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Ignatius Loyola
Cokrodiningratan. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan
setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ. M.Ed. selaku Kaprodi PAK Universitas
Sanata Dharma yang telah memberi dukungan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Drs. Y. Ispuroyanto Iswarahadi, SJ, M.A. selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis
xi
sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan
dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik
yang terus menerus mendampingi penulis dan memberikan dukungan sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
4. Bapak P. Banyu Dewa H.S., S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang
telah mendukung penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Segenap Staf Dosen Prodi PAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama belajar hingga selesainya skripsi ini.
6. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi PAK, dan seluruh karyawan
bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam skripsi ini.
7. Bapak Wahyu Suherman selaku Ketua Lingkungan Santo Ignatius Loyola
Cokrodiningratan dan segenap umat yang telah memberi dukungan dalam
katekese umat dan penelitian dalam proses penulisan skripsi ini.
8. Angkatan 2012 yang telah memberikan pengalaman indah sebagai satu
keluarga selama perjalanan studi di prodi PAK Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
9. Bapak, mamah, dan adik-adikku yang telah memberi motivasi dan semangat
dalam menempuh studi di prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
10.Sahabat hidupku Heronimus Galih Priyambada yang telah memberikan
xiii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR SINGKATAN ... xxi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penulisan Skripsi ... 1
B.Rumusan Permasalahan ... 4
C.Tujuan Penulisan ... 4
D.Manfaat Penulisan ... 5
E. Metode Penulisan ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT ... 11
A.Pengertian Media Audio-Visual ... 11
1. Media ... 11
2. Alasan Penggunaan Media ... 12
xiv
4. Audio-Visual ... 15
5. Kemungkinan dan Keterbatasan Audio-Visual ... 15
6. Media Siaran ... 17
7. Televisi sebagai Media Audio-Visual ... 18
B.Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar ... 19
C.Komunikasi Media Televisi ... 21
1. Komunikasi ... 21
2. Komunikasi Media Televisi ... 22
D.Komunikasi dalam Pewartaan Iman ... 23
E. Komunikasi Iman dalam Katekese Umat ... 25
1. Sejarah singkat Katekese Umat ... 25
2. Komunikasi Iman dalam Katekese Umat ... 27
F. Media Audio-Visual dalam Berkatekese ... 29
1. Audio-visual dan Katekese ... 29
2. Katekese Audio-Visual ... 30
3. Konsekuensi Penggunaan Media Audio-Visual dalam Berkatekese ... 34
BAB III PENELITIAN KEMUNGKINAN PENGGUNAAN VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO IGNATIUS LOYOLA COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS AGUNG JETIS YOGYAKARTA ... 36
A. Situasi Umum Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 37
1. Sejarah Singkat Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 37
2. Letak Geografis Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 39
B. Situasi Umum Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 40
1. Sejarah dan Perkembangan Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 40
xv
a. Jumlah Umat di Lingkungan di Lingkungan Santo Ignatius Loyola
Cokrodiningratan ... 42
b. Situasi Sosial dan Ekonomi Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 43
3. Karya-karya Pastoral di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 43
C. Analisis Kebutuhan dan Usulan Tema-tema Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 44
1. Analisis Kebutuhan Umat ... 44
2. Usulan Tema-tema Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 47
a. Membangun Solidaritas Terhadap Sesama ... 47
b. Pendidikan Iman bagi Anak dan Remaja ... 47
D. Analisis Video Siaran PIK sebagai Media Audio-Visual dalam Kegiatan Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 48
1. Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar yang Terpilih sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 49
2. Analisis Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 50
a. Membangun Solidaritas terhadap Sesama ... 50
1) Judul yang terpilih ... 50
2) Tanggal Siaran ... 50
3) Nomor Siaran PIK ... 50
4) Kesan dan Makna yang Didapat dalam Video Progam Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 50
5) Bagian-bagian Penting dari Keseluruhan Tayangan ... 52
xvi
7) Manfaat yang Diperoleh serta Kebutuhan yang Terpenuhi ... 54
8) Siapa yang Diuntungkan oleh Progam Semacam ini? ... 55
b. Pendidikan bagi Anak dan Remaja ... 56
1) Judul yang terpilih ... 56
2) Tanggal Siaran ... 56
3) Nomor Siaran PIK ... 56
4) Kesan dan Makna yang Didapat dalam Video Progam Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 56
5) Bagian-bagian Penting dari Keseluruhan Tayangan ... 59
6) Simbol-simbol dalam Tayangan ... 59
7) Manfaat yang Diperoleh serta Kebutuhan yang Terpenuhi ... 60
8) Siapa yang Diuntungkan oleh Progam Semacam ini? ... 61
E. Usulan Progam Katekese Umat ... 61
1. Pemikiran Dasar Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 62
a. Membangun Solidaritas terhadap Sesama... 62
b. Pendidikan bagi Anak dan Remaja... 62
2. Tujuan Progam Katekese Umat ... 63
3. Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan ... 65
4. Satuan Pendampingan ... 69
a. Pertemuan 1 ... 69
b. Pertemuan 2 ... 75
5. Panduan Evaluator Progam Katekese Umat ... 80
xvii
COKRODININGRATAN PAROKI SANTO ALBERTUS
AGUNG JETIS YOGYAKARTA ... 82
A. Pelaksanaan Progam Katekese Umat dengan Memanfaatkan Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-Visual di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta dan Evaluasi Progam Katekese Umat ... 82
1. Laporan Pelaksanaan Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 82
a. Pertemuan Pertama: “Membangun Solidaritas terhadap Sesama” ... 82
b. Pertemuan Kedua: “Pendidikan bagi Anak dan Remaja” ... 90
2. Hasil Wawancara dengan Narasumber terkait dengan Evaluasi Progam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 93
B. Penelitian tentang Manfaat Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-Visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 97
1. Persiapan Penelitian ... 97
a. Permasalahan Penelitian ... 97
b. Tujuan Penelitian ... 98
c. Jenis Penelitian ... 98
d. Tempat dan Waktu Penelitian ... 99
e. Responden Penelitian ... 99
f. Teknik Pengumpulan Data ... 99
g. Teknik Analisis Data ... 100
h. Variabel Penelitian ... 100
1). Variabel ... 101
2). Penyusunan Kisi-Kisi ... 101
xviii
a. Laporan Kuesioner ... 106
1). Pengetahuan dan Peranan Media Audio-Visual ... 106
2). Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 108
3). Pemahaman dan Proses Katekese Umat ... 110
b. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 114
1). Media Audio-Visual ... 114
2). Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 115
3). Katekese Umat ... 116
c. Refleksi Pastoral Kateketis ... 117
1). Aspek Pastoral Kateketis dari Media Audo-Visual ... 117
2). Aspek Pastoral Kateketis dari Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar ... 118
3). Aspek Pastoral Kateketis dari Katekese Umat ... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 125
A. Kesimpulan ... 125
B. Saran ... 128
DAFTAR PUSTAKA ... 130
LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian (1) Lampiran 2: Hasil Evaluasi Penelitian dari Petugas Evaluator (2)
Lampiran 3: Contoh Lembar Kuesioner (10)
Lampiran 4: Contoh Hasil Kuesioner (13)
Lampiran 5: Presensi Progam Katekese Umat (16)
Lampiran 6: Dokumentasi Penelitian (18)
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah Umat Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Umat ... 42
Tabel 2. Progam Katekese Umat ... 63
Tabel 3. Satuan Perencanaan Progam Katekese Umat dengan Tema Membangun Solidaritas terhadap Sesama... 65
Tabel 4. Satuan Perencanaan Progam Katekese Umat dengan Tema Pendidikan bagi Anak dan Remaja ... 67
Tabel 5. Kisi-kisi Penelitian ... 101
Tabel 6. Kuesioner Penelitian Manfaat Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai Media Audio-visual dalam Katekese Umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ... 102
Tabel 7. Pengetahuan dan Peranan Media Audio-Visual... 106
Tabel 8. Materi Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar... 109
xx
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia.
Mat. : Matius
Mark. : Markus
Luk. : Lukas
Yoh. : Yohanes
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja DOKPEN : Dokumentasi dan Penerangan
KOMSOS : Komunikasi Sosial
KOMKAT : Komisi Kateketik, Perangkat keuskupan yang membantu
uskup dalam karya katekese
KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia adalah Organisasi Gereja
Katolik yang beranggotakan para Uskup di Indonesia
PKKI : Pertemuan Komisi Kateketik Keuskupan se-Indonesia
xxi C. Singkatan Lain
SAV : Studio Audio-Visual
SCJ : Sacerdotum a Sacro Corde Jesu (Imam-imam Hati Kudus
Yesus)
SJ : Serikat Jesus
Pr : Praja
Rm : Romo
OMI : Oblat Maria Imaculatta
ST. : Santo/Santa
PUSKAT : Pusat Kateketik
PIK : Penyejuk Imani Katolik
PAK : Pendidikan Agama Katolik
USD : Universitas Sanata Dharma
TV : Televisi
SFT : Sekolah Tinggi Filsafat Telologi
KU : Katekese Umat
KBG : Kelompok Basis Gerejani
EO : Event Organizer
Km2 : Kilometer Persegi
TNI : Tentara Nasional Indonesia
POLRI : Kepolisian Republik Indonesia
OMK : Orang Muda Katolik
xxii TK : Taman Kanak-kanak
SEKAMI : Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner
LCD : Liquid Crystal Display
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
R : Responden
P : Pertanyaan
L/P : Laki-laki/ Perempuan
WIB : Waktu Indonesia Barat
NO : Nomor
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penulisan Skripsi
Perkembangan teknologi komunikasi dan telekomunikasi mengalami
perubahan besar pada zaman ini. Budaya komunikasi dan informasi mengalami
perubahan pesat dari zaman ke zaman dan mampu memengaruhi sikap dan cara
pandang pengguna teknologi di dalam kehidupannya.
Pertumbuhan teknologi di zaman baru disemarakkan dengan adanya
media komunikasi, terutama televisi yang mampu memersatukan seluruh dunia
menjadi sebuah “desa dunia”. Informasi mampu diakses dengan mudah dalam
waktu yang relatif singkat dan didukung gambar serta suara yang nyata, sehingga
mampu menggambarkan keadaan yang terjadi pada sebuah peristiwa misalnya:
tsunami, tindakan kriminal, kejuaraan, dll (Iswarahadi, 2013:79). Perkembangan
media juga hadir melengkapi dunia dengan perangkat teknologi seperti komputer
dan hand-phone yang dapat diintegrasikan dengan telekomunikasi, sehingga
semakin menunjang komunikasi yang serba digital. Hal pokok yang perlu
dicermati dari pertumbuhan teknologi adalah cara manusia dalam memanfaatkan
perangkat komunikasi menjadi sarana komunikasi yang tepat bagi kebutuhan
manusia ke arah yang positif demi kesejahteraan umum (Iswarahadi, 2013:20).
Gereja Katolik telah menyadari pentingnya media komunikasi untuk
penyebaran iman dan mendukung persatuan jemaat. Pernyataan tersebut semakin
misalnya di dalam dokumen Communio et Progressio, Evangelii Nuntiandi,
Aetatis Novae, dll (Iswarahadi, 2013:21). Gereja Katolik memandang bahwa
media massa seperti televisi sangat berguna untuk mewartakan nilai-nilai Injil.
Gereja Katolik senantiasa menganjurkan orang-orang Kristiani untuk
menggunakan media sebagai sarana menyebarkan nilai Kristiani dan bertindak
lebih aktif bersama agama-agama lain guna menjamin kehadiran nilai-nilai
religius di tengah arus kegiatan komunikasi massa (Iswarahadi, 2002:10).
Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) sebagai hasil karya dari
Studio Audio Visual Puskat, Sinduharjo, Yogyakarta (SAV Puskat) yang
disiarkan sejak Februari 1995 di stasiun televisi Indosiar membuktikan bahwa
perkembangan teknologi telah memengaruhi perubahan dalam cara mewartakan
nilai-nilai religius di Indonesia. Pemanfaatan media televisi bagi pewartaan di
zaman modern ditunjukkan melalui hasil produksi yang terus dikembangkan oleh
SAV Puskat. Perubahan cara berkomunikasi tersebut digunakan agar pewartaan
semakin terbuka dan peka terhadap hadirnya generasi baru yang membutuhkan
sapaan yang tepat dalam berkomunikasi (Iswarahadi, 2002:6). Oleh sebab itu
setelah disiarkan di stasiun televisi Indosiar, sebagian siaran PIK ditayangkan juga
lewat alamat website www.savpuskat.or.id.
Media televisi saat ini masih menjadi media yang menarik bagi
penikmatnya. Dalam televisi orang tidak hanya membaca melainkan dapat secara
lengkap mendengarkan (audio) dan melihat (visual), sehingga dapat merasakan
dan telibat pada suatu fenomena tertentu (Iswarahadi, 2003:29). Kemajuan yang
mengaplikasikan fungsi-fungsi dasar komunikasi untuk tujuan-tujuan praktis
(Badmomolin, 2003:31).
Isi sajian yang diangkat dari progam siaran Penyejuk Imani Katolik di
Indosiar mengarah pada kegiatan katekese yang dikemas melalui media
audio-visual yang menarik dan kreatif untuk disuguhkan kepada penikmat televisi.
Konsep dari sajian tersebut mengingatkan kita tentang konsep dasar katekese yang
secara jelas diungkap melalui anjuran apostolik dalam buku yang berjudul:
“Catechesi Trandendae” artikel 1 (Sri Paus Yohanes Paulus II, 1992:9) yaitu
Tidak lama kemudian istilah “katekese” digunakan untuk merangkum seluruh usaha dalam Gereja untuk memperoleh murid-murid, untuk membantu umat mengimani bahwa Yesus itu Putera Allah, supaya dengan beriman mereka beroleh kehidupan dalam nama-Nya, dan untuk membina serta mendidik mereka dalam peri hidup itu, dan dengan demikian membangun Tubuh Kristus. Tidak pernah Gereja berhenti mencurahkan tenaganya untuk menunaikan tugas itu.
Katekese memiliki tujuan khas untuk mengembangkan iman dan
memantapkan pendewasaan iman umat. Dengan kata lain katekese digunakan
untuk mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam cahaya firman
Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh firman itu. Dengan kata lain
seluruh proses katekese menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan iman (Sri
Paus Yohanes Paulus II, 1992:25).Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis
bermaksud ingin mengetahui sejauh mana manfaat video siaran Penyejuk Imani
Katolik di Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat yang
dirasakan oleh lingkungan Santo Ignasius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo
Video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar Sebagai Media Audio-Visual
Dalam Katekese Umat Di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan
Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta”.
B.Rumusan Permasalahan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pertanyaan yang akan
dijawab dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu media audio-visual?
2. Apa itu video siaran Penyejuk Imani Katolik di Indosiar?
3. Apa itu katekese umat?
4. Sejauh mana manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai
media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta?
5. Apa yang perlu diusahakan agar video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar
semakin bermanfaat sebagai media audio-visual dalam katekese umat?
C.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini di antaranya:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan media audio-visual.
2. Mengetahui arti dan seluk beluk video siaran Penyejuk Iman Katolik di
Indosiar.
4. Mengetahui manfaat video siaran Penyejuk Imani Indosiar sebagai media
audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.
5. Mengetahui usaha yang perlu dilakukan agar video siaran Penyejuk Imani
Indosiar semakin bermanfaat sebagai media audio-visual dalam katekese umat.
D.Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penulisan skripsi ini.
Bagi Peneliti:
1. Penulis dapat menyelesaikan penelitian mengenai manfaat video siaran
Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese
umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo
Albertus Agung Jetis Yogyakarta sebagai tugas akhir studi.
2. Penulis memiliki pengalaman baru sebagai bekal dalam memanfaatkan video
siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual yang dapat
digunakan dalam proses katekese.
3. Penulis dapat mengetahui manfaat dari video siaran Penyejuk Imani Katolik
Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo
Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis
Bagi Studio Audio Visual Puskat, Sinduharjo, Yogyakarta:
1. Memberikan data ilmiah berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai
manfaat video Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media
audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.
2. Sebagai bahan refleksi bagi Studio Audio Visual dalam mengembangkan
komunikasi iman melalui video siaran Penyejuk Imani Katolik di Indosiar.
Bagi Progam Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma:
1. Memberikan data ilmiah penelitian bagi para mahasiswa PAK USD sebagai
hasil penelitian akhir studi.
2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai penggunaan media visual yang
dapat digunakan dalam proses katekese.
Bagi Pembaca:
1. Memberikan informasi mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik
Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat.
2. Sebagai bahan refleksi mengenai manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik
Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat.
Bagi Umat:
1. Membagikan pengalaman dan informasi mengenai penelitian yang
sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius
Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.
2. Sebagai bahan refleksi dalam memanfaatkan sarana teknologi untuk kegiatan
katekese umat di lingkungan Gereja.
3. Memberikan dorongan untuk memanfaatkan koleksi video siaran PIK Indosiar
untuk kegiatan katekese.
E.Metode Penulisan
Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan penelitian campuran yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif yang dipadukan untuk saling
melengkapi. Teknik pengumpulan data yang akan diusahakan untuk
melaksanakan penelitian di antaranya wawancara, angket (kuesioner), dan
observasi.
Fokus penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana manfaat dari video
siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam
katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki
Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Beberapa video Penyejuk Imani Katolik
akan dipilih sesuai dengan kebutuhan umat.
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain:
1) A Case Study of TV for Evangelization: The SAV PUSKAT Catholic Programs
on Indosiar (Yoseph Ispuroyanto, SJ. University of the Philippines Diliman,
2) Penelitian Penilaian Pemirsa terhadap Penyejuk Imani Katolik di Indosiar
(Studio Audio Visual Puskat, Yogyakarta 2011).
Tahap penelitian yang dilakukan adalah:
1) Survai situasi umat: Survai dilakukan di lingkugan Santo Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta pada Sabtu,
09 April 2016 untuk mengetahui situasi nyata umat yang menjadi sasaran
penelitian. Proses yang dilakukan dalam bentuk wawancara dengan
mempersiapkan pedoman pertanyaan. Hasil dari wawancara tersebut disusun
untuk menjadi pedoman awal penentuan tema-tema katekese yang sesuai
dengan kebutuhan umat.
2) Menyusun progam Katekese Umat dengan memanfaatkan video Penyejuk
Imani Katolik Indosiar: Setelah mengetahui situasi umat dan telah menentukan
tema-tema yang sesuai dengan kebutuhan umat, progam katekese umat dapat
disusun. Proses penyusunan progam katekese umat dimulai dengan
mengajukan beberapa judul video yang sesuai dengan tema yang telah
ditentukan kepada Studio Audio Visual. Peneliti mulai menganalisis beberapa
video yang dipilih untuk menemukan makna dan kedalaman video untuk dapat
dimanfaatkan sebagai media audio-visual. Progam Katekese disusun dengan
satuan perencanaan yang sistematis sehingga memudahkan dalam pelaksanaan
progam katekese umat.
3) Pelaksanaan progam: Pelaksanaan progam dilakukan dengan beberapa
persiapan di antaranya perencanaan progam katekese umat, tempat, waktu,
katekese adalah peneliti itu sendiri dengan didampingi evaluator yang bertugas
untuk memantau dan mengevaluasi jalannya katekese umat.
4) Penelitian: Penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket atau kuisioner
kepada umat dengan beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian. Hasil
evaluasi dari umat dan evaluasi dari evaluator serta evaluasi dari pembina
katekese digunakan untuk mendeskripsikan proses katekese umat yang telah
berlangsung.
5) Merangkum hasil penelitian: Hasil penelitian dirangkum untuk mengetahui
manfaat video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media
audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola
Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.
6) Rekomendasi: Berdasarkan hasil dari pelaksanaan progam dan evaluasi,
peneliti merekomendasikan progam kegiatan katekese untuk Lingkungan Santo
Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis
Yogyakarta yang dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dengan
menggunakan bahan dari koleksi Studio Audio Visual Puskat berupa video
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:
Bab I: Pada bab ini penulis memaparkan pendahuluan yang berisikan:
latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II: Bab ini membahas kajian teori mengenai video siaran Penyejuk
imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di
lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung
Jetis Yogyakarta.
Bab III: Bab ini membahas kemungkinan penggunaan video siaran
Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat
di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus
Agung Jetis Yogyakarta.
Bab IV: Bab ini membahas pelaksanaan, evaluasi dan penelitian progam
katekese umat tentang pemanfaatan video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar
sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius
Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.
Bab V: Bab ini merupakan bab terakhir dari seluruh pembahasan yang
BAB II
VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT
Kajian pustaka yang dipaparkan oleh penulis di dalam bab II ini
membahas teori yang berkaitan dengan video siaran Penyejuk Imani Katolik
Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat. Tulisan dalam bab ini
terdiri dari enam aspek yaitu: Pengertian Media Audio-Visual, Sejarah Video
Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar, Komunikasi Media Televisi,
Komunikasi dalam Pewartaan Iman, Komunikasi Iman dalam Katekese Umat, dan
Media Audio-Visual dalam Berkatekese.
A.Pengertian Media Audio-Visual 1. Media
Media adalah sarana yang digunakan untuk menyebarkan informasi
kepada khalayak umum. Media digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai secara maksimal.
Media yang dikaitkan dengan proses komunikasi mengarah kepada
media massa populer yang banyak dijumpai saat ini seperti radio dan televisi.
Muncul sebuah keyakinan intuitif bahwa media massa dapat membentuk opini
publik, memengaruhi tingkah-laku dan menentukan sistem politik. Selain itu
mengakibatkan semakin baik kesejahteraan sosial masyarakat (Badmomolin,
2003:47).
Efek langsung media massa pada perubahan tingkah laku tidaklah
sebesar yang dibayangkan. Kenyataan adanya korelasi antara sumber-penerima
informasi bertolak dari asumsi bahwa sang sumber yang berinisiatif memulai
komunikasi, namun efektivitas komunikasi ini bergantung pada derajat
penerimaan sang penerima informasi itu sendiri (Badmomolin, 2003:49).
Media dianggap mampu berpengaruh terhadap perkembangan demokrasi,
revolusi industri dan teknologi. Setiap orang memiliki hak suara untuk ikut
terlibat berbicara mengenai berbagai hal seperti jalannya pemerintahan dalam
suatu negara, maupun ikut berpendapat mengenai urusan-urusan publik. Revolusi
teknologi mampu menantang efisiensi media cetak bagi kebutuhan manusia
zaman ini sehingga memunculkan aneka media baru seperti film, radio, dan
televisi. Energi listrik dan transportasi menjadi dasar munculnya perkembangan
radio, film, dan televisi (Rivers, 2003:51). Media Elektronik seperti film, radio,
dan televisi memiliki latar belakang sejarah yang berbeda dengan media cetak.
Teknologi menjadi sifat dasar dari media elektronik (Rivers, 2003:62).
2. Alasan Penggunaan Media
Muncul pertanyaan mengenai alasan mengapa manusia memberikan
perhatian terhadap media. Selain itu banyak orang telah tergantung terhadap
untuk digunakan ketika berhubungan dengan kebutuhan atau keinginan-keinginan
khalayaknya. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi, dan
sebagainya memengaruhi cara orang menggunakan media dan alasan penggunaan
media. Banyak faktor lain yang mampu memengaruhi seseorang untuk
menggunakan media dan mengambil manfaat dari media di antaranya sikap
individual, aspirasi, harapan, ketakutan, dan sebagainya (Rivers, 2003:313).
3. Budaya Media
Budaya merupakan pengetahuan, pengalaman-pengalaman,
kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, perilaku-perilaku, makna-makna, hirarki, agama, waktu
dan berbagai obyek material serta segala sesuatu yang diperoleh sekelompok
orang dari generasi-generasi baik secara individual maupun kelompok. Konsep
tentang budaya adalah hasil dari suatu proses produksi intelektual atau artistik.
Konsep tersebut mengarah kepada estetika seperti mengandaikan bahwa hanya
sedikit saja atau sekelompok orang di dunia ini yang “berbudaya” dalam arti
mempunyai budaya dalam suatu bentuk konkrit (Batmomolin, 2003:27).
Konsep tentang budaya mengacu pada kualitas yang dimiliki oleh semua
orang di dalam semua kelompok sosial. Budaya berkembang secara evolusioner
mulai dari tahap kebuasan (savagery) melewati tahap kebiadaban (barbarism)
sampai akhir mencapai tahap peradaban (civilization) dan mengarah pada
kesimpulan bahwa semua kelompok manusia mempunyai budayanya sendiri.
Budaya dihasilkan dari partisipasi anggota kelompok terhadap kelompok
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan, dan segala bentuk
kepandaian atau ketrampilan yang diperoleh seseorang dari anggotanya dalam
kelompok sosial tertentu (Badmomolin, 2003:26-28).
Tiap kelompok masyarakat memiliki budayanya sendiri, meskipun
sekecil apa pun dan sesederhana apa pun. Setiap manusia merupakan makhluk
yang berbudaya, bukan sekedar memiliki budaya melainkan ikut ambil bagian
dalam suatu budaya (Badmomolin, 2003:30).
Melihat sejarah tentang kehidupan manusia, kita dapat mengamati
adanya revolusi komunikasi yang mengubah kualitas hidup dan membawa
perubahan sosial di dunia. Budaya media tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan
dihasilkan melalui proses perkembangan yang panjang. Perkembangan yang
dimaksud mengarah kepada kemajuan di bidang teknologi khususnya teknologi
komunikasi dan informasi yang mengarah secara langsung dengan berpengaruh
pada pemahaman tentang komunikasi, hakikat, fungsi, dan tujuannya
(Badmomolin, 2003:31).
Budaya media merupakan perpaduan yang memesona antara gambar
(image) dan suara (sound) yang dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu
menciptakan hal-hal yang serba spektakuler dari keseharian manusia. Media yang
menjadi contoh konkrit yaitu televisi. Televisi menciptakan budaya yang
mendominasi waktu-waktu senggang di antara pekerjaan rutin sehari-hari. Budaya
media yang terbentuk memengaruhi pandangan-pandangan politik dan perilaku
4. Audio-Visual
Perkembangan teknologi dalam sejarah kebudayaan manusia
menghasilkan penemuan di antaranya roda, abjad, percetakan, dan mesin uap
mampu merubah sistem komunikasi manusia. Peradaban manusia mulai
dipengaruhi oleh penemuan serta membentuk manusia dalam proses kehidupanya.
Mulai terjadi peradaban audio-visual sejak ditemukannya listrik. Dalam
peradaban ini manusia tidak hanya dibentuk melalui huruf melainkan menembus
gambar dan suara. Manusia zaman sekarang menjadi berubah dalam konteks
manusia zaman sebelum peradaban audio-visual.
Manusia zaman audio-visual telah diperkaya dengan suara dan musik
karena pengaruh gagasan-gagasan yang terbawa dalam penemuan listrik. Dapat
dikatakan bahwa manusia zaman audio-visual merupakan perpanjangan dari diri
manusia yang menyangkut tubuh, sistem urat syaraf, dan perasaan yang membawa
perubahan terhadap sikap manusia (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:2).
5. Kemungkinan dan Keterbatasan Audio-Visual
Situasi yang terjadi mulai abad ke-20 abad modern sama sekali berbeda
dengan situasi yang terjadi pada zaman lampau. Pada zaman lampau orang
Kristiani memiliki keterikatan terhadap kata-kata, rumusan-rumusan yang
seragam dan teliti, namun pada zaman sekarang mulai abad ke-20 hal semacam ini
[image:39.595.86.514.206.612.2]kristiani berpikir dengan kaku, analistis dan logis sedangkan sekarang yang
dibutuhkan justru menuntut iman yang hidup, intim, dan pribadi.
Tuntutan kebutuhan membuat bahasa audio-visual bermanfaat untuk
memberikan kesempatan menyampaikan kata-kata yang teliti serta pengalaman
yang menyeluruh. Bahasa yang diungkapkan oleh media audio-visual tidak sama
dengan bahasa yang diungkapkan oleh media cetak, bahkan dengan bahasa lisan
yang bermaksud menyampaikan inti pokok pembicaraan.
Media audio-visual tidak menggunakan bahasa doktrin atau ide-ide,
melainkan merangsang perasaan seorang pribadi. Buku yang berjudul Katekese
Audio-Visual Seri PUSKAT 378 (Ernestine & Adisusanto, FX., 2001:6)
mengungkapkan bahwa:
Suara yang disampaikan melalui mike dan amplifier yang baik akan dapat mengungkapkan nafas dan isi hati pemilik suara. Hal ini membuat penyanyi dapat memesonakan orang banyak melalui suaranya. Tidak hanya suara, tetapi gambar-gambar pun juga dapat mengungkapkan perasaan, isi hati, bahkan seluruh pribadi si pembuat, entah pelukis, juru kamera, atau sutradara film. Jika demikian tidak mengherankan bahwa ada orang yang melihat film bukan untuk menikmati ceritera atau isi film tersebut, tetapi untuk memahami atau menyelami pribadi sutradara film tersebut. Pendek kata: melalui bahasa audio-visual kita tidak mau mengungkapkan suatu ide, tetapi mau menyampaikan pengalaman pribadi kepada orang lain.
Bahasa audio-visual memiliki keterbatasan dan risiko. Kreativitas,
partisipasi, afektivitas, dan kesadaran kritis dituntut dalam bahasa audio-visual.
Unsur subyektivitas menjadi peranan yang pokok, unsur subyektivitas
mengandung resiko tidak adanya kejelasan, ketelitian, struktur, dan sintese.
pada gambar atau suara saja sehinga dalam bahasa audio-visual kita juga dapat
menjumpai pengetahuan meski tidak seteliti atau selengkap di dalam buku.
Sementara itu unsur berpikir juga tidak hilang dalam bahasa audio-visual. Buku
yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 (Ernestine & Adisusanto,
FX., 2001:7) menjelaskan bahwa:
Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa sebuah film atau sound-slides lebih banyak membuat dia berpikir daripada kotbah atau buku-buku. Hal ini menimbulkan pertanyaan pada diri kami: apakah pada dewasa ini tidak sedang menghilang cara berpikir, yang menekankan gagasan-gagasan terlalu teliti, kata-kata seragam dan logika yang kaku?
6. Media Siaran
Televisi memiliki hubungan terhadap fungsi sosial yang merujuk pada
kehidupan sehari-hari, untuk memberikan hiburan terhadap diri sendiri, melepas
kebosanan, kontak sosial, dan sebagainya. Dalam buku Media Massa &
Masyarakat Modern (Rivers, 2003:315) dilaporkan sebuah penelitian mengenai
apa yang sebenarnya dinikmati oleh para pemirsa dan pendengar film-film serial
dan opera sabun di radio dan televisi. Muncul jawaban bahwa menikmati siaran
tersebut membuat pengurangan beban emosional mereka. Penonton menikmati
acara yang menyuguhkan keberuntungan dan kemalangan. Bahkan tidak menutup
kemungkinan mampu menjadi sumber nasihat dan rujukan hidup sehari-hari,
misalnya mengenai perilaku yang baik.
Ada tiga alasan untuk memahami kecenderungan yang dihasilkan oleh
dan pemirsa televisi. Pertama adalah keinginan pemirsa untuk menerima bujukan
bahwa segala sesuatu baik-baik saja. Kedua yaitu pengalihan kesalahan terhadap
pihak lain. Ketiga mereka ingin mendengar saran-saran yang mudah untuk dapat
merasa bahagia (Rivers, 2003:316).
7. Televisi sebagai Media Audio Visual
Media Audio Visual berangkat dari kemajuan teknologi yang berawal
dari sejarah masa lalu. Penemuan-penemuan yang dihasilkan menghantarkan
manusia kepada kehidupan yang baru. Penemuan yang dihasilkan dari sejarah
masa lalu yang membawa manusia pada masa depan di antaranya seperti:
phonograp (1877), gambar bergerak (1884), radio (1920), TV (1924), transistor
(1948), video (1956), dan satelit (1957). Berbagai penemuan tersebut merupakan
hasil perkembangan manusia ke arah kemajuan dengan usaha yang nyata melalui
percobaan dan konsep pemikiran yang kreatif dengan dasar kebutuhan manusia
dalam kehidupan. (Iswarahadi, 2003:17).
Televisi merupakan benda yang diciptakan manusia sebagai hasil dari
teknologi dan mengalami perubahan dalam kemasan, perangkat atau piranti
mesin, bahkan tampilan yang dihasilkan. Selain tampilan fisik yang ditunjukkan
oleh televisi berlaku pula isi yang ditawarkan televisi kepada penontonnya.
Televisi memadukan antara penglihatan (visual) dan pendengaran (audio) yang
Bahasa yang diungkapkan televisi merupakan bahasa simbolis,
cenderung membujuk dan menggetarkan hati dan karenanya menggetarkan
seluruh jiwa raga; bahasa yang penuh resonansi dan irama (Iswarahadi, 2003:31).
Perpaduan antara visual dan audio menghasilkan media yang penuh dengan
bahasa yang terungkap dari cerita, gambar, suara mendorong penikmatnya untuk
berorientasi terhadap sesuatu hal. Televisi mempertajam dunia komunikasi kita
dengan kombinasi suara dan gambar bergerak, sehingga menghasilkan realitas
komunikasi yang mutakhir.
Realitas komunikasi yang dihasilkan oleh televisi terletak pada daya cipta
dan kemampuan televisi memindahkan realitas pengalaman harian individu ke
dalam layar kaca. Kehadiran televisi mengubah cara pandang manusia terhadap
semesta, dirinya, dan sesama, pola pikir, cara beraktivitas dan bersenang-senang,
gaya hidup dan tingkah laku individu. Orang mampu melihat sebuah dunia lain
bahkan dirinya sendiri di suatu lingkungan dengan aktivitas-aktivitas yang sama
dengan aktivitas di alam nyata (SFT Widya Sasana, 2010:71).
B.Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar
Seiring dengan berdirinya Indosiar sejak 11 Februari 1995, Studio Audio
Visual Puskat (SAV) Puskat mulai memproduksi video siaran televisi Penyejuk
Imani Katolik yang pertama. Kesempatan tersebut diberikan untuk mengisi siaran
Pada awalnya Indosiar memberikan kesempatan kepada KOMSOS KWI
untuk mengisi siaran. Melalui Romo Van Leeuven SCJ, tawaran untuk
memproduksi progam siaran bagi Indosiar diterima oleh SAV Puskat.
Tayangan-tayangan awal yang diproduksi SAV Puskat dapat dikatakan belum matang dari
segi isi, karena bahan-bahan yang sudah ada lebih cocok untuk pertemuan
kelompok daripada untuk siaran TV.
Kesempatan yang berharga tidak lekas disia-siakan oleh SAV Puskat,
lambat laun video siaran PIK terus dikembangkan dan dikemas dengan cara yang
lebih menarik. Dalam videonya SAV Puskat selalu berusaha mewartakan
nilai-nilai religius dengan menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol,
gambar, nyanyian, dan ceritera.
Sajian siaran PIK tidak hanya berfokus pada ajaran-ajaran Gereja
melainkan nilai-nilai Injil. Enam (6) nilai Injil yaitu kebahagiaan yang datang dari
Allah, perdamaian atau anti kekerasan, kemuliaan Allah, cinta sesama, ketaatan,
dan cinta Tuhan pada orang miskin. Keenam nilai Injil tersebut diwartakan untuk
membawa kebahagiaan bagi semua orang. Hal ini dipengaruhi oleh visi dan misi
SAV Puskat di antaranya: 1) untuk menggali kekayaan tradisi spiritualitas dan
kebudayaan demi kebahagiaan bersama; 2) untuk membangun masyarakat
religius-pluralis yang cinta damai dan berkeadilan; 3) untuk melestarikan alam
semesta dan kebudayaan lokal; dan 4) untuk mengangkat martabat rakyat kecil.
Siaran PIK disajikan selama 30 menit. Dari 29 progam PIK yang diteliti pada
tahun 1999 terdapat 5 macam format sajian, yaitu: majalah (17), dokumenter (7),
tersebut juga terdapat berbagai bagian di antaranya komentar presenter, cerita,
tarian, nyanyian, wawancara, atau kuis berhadiah. SAV Puskat berusaha untuk
menghindari sajian yang melulu head-talking (Iswarahadi, 2002:11). Siaran
Penyejuk Imani Katolik (PIK) Indosiar tersebut masih berlangsung hingga
penelitian ini dilakukan.
C.Komunikasi Media Televisi 1. Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu aksi manusiawi yang spontan dan
merupakan tuntutan alamiah dan dasariah dari semua makhluk hidup, termasuk
manusia dan kelanjutan eksistensinya. Komunikasi adalah sebuah proses yang
dinamis, selalu berubah dan tidak pernah selesai. Komunikasi itu bersifat dinamis
dan terus berubah karena kaya akan makna tergantung pada konteks pemahaman
komunikasi itu sendiri. Komunikasi berasal dari akar kata bahasa Latin yaitu
communicare yang berarti masuk ke dalam relasi, menjalin ikatan atau membuat
jadi umum (Batmomolin, 2003:16-17).
Pada dasarnya komunikasi bersifat langsung dan tidak langsung atau
termediasi. Komunikasi yang bersifat langsung terjadi ketika antara dua pihak
secara langsung tanpa melalui sarana atau media yang bersifat artifisial.
Komunikasi tidak langsung atau komunikasi termediasi adalah komunikasi yang
mengalami proses produksi maupun proses penyaluran dengan perangkat sarana
Komunikasi tidak langsung menjadi fokus yang up to date untuk
diperbincangkan dewasa ini. Komunikasi yang berlangsung lewat sarana dan
media komunikasi diciptakan oleh teknologi. Tujuan dasar dari komunikasi adalah
untuk merangkul segala yang berbeda-beda ke dalam satu tujuan. Oleh sebab itu,
komunikasi berlangsung terus dari yang bersifat pribadi kepada yang lebih umum
dan sebaliknya, sehingga terjadi transformasi manusia baik secara pribadi maupun
bersama-sama.
Komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan budaya. Budaya membantu
dalam proses komunikasi untuk menentukan pesan-pesan yang ditangkap, makna
yang diberikan serta kondisi dan latarbelakang pesan, maupun interprestasi dari
pesan. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa seluruh aktivitas komunikasi kita
bergantung pada budaya yang di dalamnya kita dibesarkan. Budaya merupakan
dasar bagi komunikasi. Dapat dikatakan bahwa ketika terdapat perbedaan dalam
hal budaya, maka ada pula perbedaan dalam cara berkomunikasi (Batmomolin,
2003:26).
2. Komunikasi Media Televisi
Media Komunikasi televisi ada pada era budaya baru dan menjadi faktor
dominan karena popularitas dan pesonanya. Pengaruh media komunikasi televisi
saat ini sudah tidak dapat diragukan lagi. Media televisi mampu memikat segenap
perhatian dengan memengaruhi daya nalar yang ikut tereduksi. Tanpa disadari
penonton begitu pasif. Di depan televisi seorang pemimpi hampir tidak pernah
sadar bahwa ia sedang bermimpi (Batmomolin, 2003:81).
Seringkali pada setiap keluarga, televisi mendapat tempat istimewa
sebagai bagian dari mereka. Terkadang TV menjadi pusat segala bahkan menjadi
patokan dalam rutinitas keluarga. Pada jam-jam tertentu direncanakan untuk
melihat progam siaran tertentu. Pesona televisi begitu ampuh menyihir
penikmatnya oleh imaginasi yang bersifat audio-video-oral yang mengembangkan
bentuk-bentuk komunikasi sensoris multi-dimensional yang memadukan gaya
berbahasa dan pesan yang dikomunikasikan secara mudah untuk ditangkap dan
dipahami. Gaya bahasa yang ditawarkan TV identik dengan kekhasannya pada
logika yang tidak terlalu terikat dan etika yang terbuka (Badmomolin, 2003:84).
D.Komunikasi dalam Pewartaan Iman
Komunikasi iman yang diungkapkan dari pewartaan menjadi tujuan
pokok Gereja. Komunikasi iman yang dimaksudkan menuju pada komunikasi
yang mengarah pada perdamaian sejati. Komunikasi iman yang menyoroti perihal
visi komunikasi inklusif perlu diusahakan terus menerus oleh Gereja maupun oleh
agama-agama dan masyarakat pada umumnya dalam rangka menciptakan
perdamaian sejati (Iswarahadi, Y.I, 2013:57).
Nilai-nilai yang dibawa oleh Yesus Kristus dalam Injil Mat. 5:1-12
mengajak kita untuk menghayati “Sabda Bahagia”. Sabda bahagia Yesus
melalui sikap sederhana penuh hormat terhadap hal-hal rohani termasuk tubuh
kita yang merupakan bait kudus Allah, bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga
bagi orang lain (Iswarahadi, Y.I, 2013:49). Perdamaian merupakan kerinduan dari
manusia sejak dahulu kala bahkan oleh semua makhluk. Oleh sebab itu, pola
komunikasi iman menghantarkan manusia menuju perdamaian yang dirindukan di
dalam dunia yang semakin berkembang ini.
Pola komunikasi iman mengarah pada cita-cita hidup bersama dengan
orang lain. Manusia ingin agar dunia ini menjadi tempat ia diakui sebagai pribadi
yang merdeka dan diberi kesempatan untuk hidup bersama secara bertanggung
jawab. Cita-cita yang begitu luas itu dapat terjadi ketika orang memerhatikan segi
kehidupan dan penghayatan hidup (KWI, 1996:8).
Tugas mewartakan merupakan bagian dari keterlibatan Gereja dalam tri
tugas Yesus yakni tugas nabi, tugas imami, dan tugas rajawi. Tugas nabi yaitu
tugas pewartaan, tugas imami merupakan tugas pengkudusan atau perayaan, dan
tugas rajawi diartikan sebagai tugas melayani. Gereja terus berusaha memberi
makna dan pelayanan bagi hidup manusia (KWI, 1996:382).
Tugas pewartaan yang diungkapkan melalui proses komunikasi menjadi
aksi manusiawi Gereja untuk menunjukkan eksistensinya. Murid-murid Yesus
Kristus merasakan karya keselamatan-Nya melalui relasi komunikasi. Sabda
Allah dalam diri Yesus dirasakan sebagai tanda yang manusiawi. Pewartaan para
Rasul menjadikan daya untuk membangun Gereja, mereka mendirikan Gereja
Kristus. Tugas pewartaan tidak lain untuk mengaktualisasikan apa yang
disampaikan Allah dalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh para rasul.
Dengan begitu Allah sungguh datang dan menyelamatkan mereka yang
mendengarkan pewartaan Gereja (KWI, 1996: 383-386).
E.Komunikasi Iman dalam Katekese Umat 1. Sejarah Singkat Katekese Umat
Kata sambutan yang diungkapkan oleh Ketua Komisi Kateketik KWI
pada Pembukaan PKKI VIII dalam buku Membangun Komunitas Basis Berdaya
Transformatif lewat Katekese Umat (Komisi Kateketik KWI, 2005:6-10)
mengajak kita untuk melihat sepintas sejarah singkat Katekese Umat (KU) dari
PKKI-I sampai ke PKKI-VIII ini.
Katekese Umat (KU) mulai dicetuskan melalui Pertemuan Kateketik
antar-Keuskupan se-Indonesia pertama (PKKI-I) yang berlangsung di
Sindanglaya pada tahun 1977. Sebelumnya orang hanya mengenal istilah
Katekese Sekolah dan Katekese Luar Sekolah, yang keduanya bersifat informatif,
komunikasi searah, dari atas ke bawah sesuai dengan visi Gereja yang
hierarkis-piramidal. Dengan mulai berkembangnya Gereja sebagai communio, peserta
PKKI saat itu merasa bahwa katekese hendaknya mulai bersifat komunikatif.
Katekese mulai dilihat sebagai komunikasi iman atau katekese dari umat, oleh
Katekese Umat telah dicetuskan, namun belum terlalu jelas. Di dalam
PKKI-II yang dilangsungkan di Klender pada bulan Juni tahun 1980 dirumuskan
ciri-ciri KU secara lebih jelas. Setelah Katekese Umat (KU) dilaksanakan di
banyak keuskupan Indonesia, muncul kenyataan bahwa keberhasilan KU
memiliki kebergantungan pada pembina atau fasilitator KU. Oleh sebab itu
pembahasan mengenai Katekese Umat (KU) dilanjutkan di dalam PKKI-III yang
dilaksanakan di Mojokerto pada tahun 1984. PKKI-III membicarakan Pembinaan
Pembina Katekese Umat. Peserta dalam PKKI-III berkeyakinan bahwa seorang
pembina Katekese Umat (KU) yang baik perlu memiliki dedikasi yang kuat,
pengetahuan, dan ketrampilan yang memadai dalam berkatekese umat.
Melihat zaman yang terus berubah dari segi masyarakat yang majemuk
dan kompleks, maka hidup beriman dalam dunia juga terpengaruh oleh arus
globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan yang penuh dengan tantangan.
Katekese umat sebagai salah satu sarana untuk memperteguh iman mulai terkesan
agak tertutup. Dalam PKKI-IV bulan Oktober tahun 1988 di Denpasar, Bali,
mulai dibicarakan Katekese Umat yang bisa membina iman yang terlibat dalam
masyarakat dengan mempergunakan analisis sosial.
PKKI-V melanjutkan pergumulan dalam pembahasan di PKKI-IV.
Pertemuan ini dilaksanakan di Caringin, Bogor pada tanggal 22 Agustus s/d 1
September 1992 untuk membicarakan Katekese Umat dengan mempergunakan
analisis sosial yang tetap dilihat dalam terang injil. Pemahaman yang ingin
dikembangkan dalam “terang injil” yaitu menemukan sabda Allah yang hidup
latihan-latihan menggunakan sarana Kitab Suci yang dipraktikkan dalam katekese umat
yang berorientasi pada kemasyarakatan.
PKKI-IV yang berlangsung pada tahun 1996 di Klender menggumuli
katekese umat yang membangun jemaat dengan orientasi Kerajaan Allah.
Kemudian dalam PKKI-VII yang berlangsung tanggal 24 s/d 30 Juni 2000 di
Sawiran, Jawa Timur, peserta menggumuli persoalan mengenai Katekese Umat
dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan kelompok Basis Gerejani
(KBG) yang mulai berkembang di banyak Gereja keuskupan sesuai seruan
SAGKI 2000.
PKKI VIII - PKKI X menggumuli mengenai persoalan Kelompok Basis
Gerejani (KBG) dan Katekese Umat (KU) dapat lebih berdimensi sosial politik,
ekonomi, budaya, penggunaan media dan lain sebagainya.
2. Komunikasi Iman dalam Katekese Umat
Katekese merupakan sarana untuk bekerjasama dengan karya Allah
melalui Yesus Kristus. Tujuan dari katekese ialah menyadarkan umat akan
peristiwa hidup, merasakan dan mengamalkan daya kekuatan Kerajaan Allah serta
mewujudkannya dalam hidup secara dinamis. Dinamika komunikasi berkatekese
ialah Katekese Umat (KU) yang diungkap melalui pengalaman iman, tindakan
iman, dan tindakan Allah (KOMKAT KWI, 1993: 65-66).
Komunikasi iman dalam Katekese Umat dirumuskan secara jelas sebagai
(PKKI-II) dalam buku Membangun Komunitas Basis Berdaya Transformasif Lewat
Katekese Umat (Komisi Kateketik KWI, 2005: 7), antara lain:
Katekese Umat adalah komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara kelompok umat, sehingga iman mereka semakin diteguhkan. Di dalam katekese umat penghayatan iman diutamakan walaupun pengetahuan iman tidak diabaikan.
Penghayatan iman itu diperteguh dengan bersama-sama melihat hidup nyata dalam terang iman kita kepada Yesus Kristus. Yesus Kristus hendaknya menjadi pola hidup kita.
Yang berkatekese umat adalah umat. Penekanan pada umat merupakan salah satu unsur yang memberi arah kepada katekese sekarang. Pemimpin dalam katekese umat hanyalah fasilitator. Peserta KU sederajat dalam berkatekese umat.
Tujuan katekese umat ialah supaya peserta sesudah melihat hidup nyata dalam terang iman kepada Yesus Kristus, dapat bermetanonia, lalu berprakarsa untuk mengubah hidup nyata menjadi lebih baik dan Injili. Diharapkan KU punya daya transformatif.
Katekese Umat sebagai komunikasi iman juga dijelaskan dalam buku
Katekese Umat (Yosep Lalu, 2005:67) bahwa Katekese Umat bertumbuh bersama
dengan bergesernya visi Gereja, dari Gereja institusional yang bersifat hirarkis
pramidal ke Gereja Umat Allah, Gereja Communio, Gereja Sakramen
Keselamatan, Gereja Kaum Miskin, Gereja Pemberdayaan, dan Pemerdekaan.
Dalam Gereja institusional katekese bersifat dari atas ke bawah, bersifat
informatif, instruksional. Dalam Gereja post konsilier, katekese lebih komunikatif.
PKKI II menegaskan tujuan komunikasi iman dalam hubungannya
dengan tujuan katekese umat ialah: supaya dalam terang Injil semakin meresapi
arti pengalaman hidup sehari-hari; bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin
menyadari kehadirannya dalam kenyataan hidup sehari-hari; semakin sempurna
hidup Kristiani; semakin bersatu dalam Kristus: makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; sehingga
sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah masyarakat
(Yosep Lalu, 2005:73).
F. Media Audio-Visual Dalam Berkatekese 1. AudioVisual dan Katekese
Gereja memiliki tugas pertama-tama untuk memberikan kesaksian iman.
Tugas ini merupakan suatu proses yang telah berlangsung sejak lama.
Berdasarkan sejarah tugas itu mulai dari berabad-abad lampau berawal dari
pewartaan para rasul kepada para calon permandian, sampai dengan masa
pelajaran-pelajaran agama pada abad pertengahan, dan zaman katekismus dari
abad-16. Selama proses tersebut berlangsung telah terjadi perubahan-perubahan
radikal sesuai dengan zamannya yang dipengaruhi oleh peradaban sampai dengan
sekarang. Terjadinya perubahan peradaban dipengaruhi oleh perubahan dalam
bidang komunikasi. Bila dihubungkan dengan pewartaan timbul pemikiran bila
media komunikasi berubah maka cara pewartaan juga berubah. Katekese yang
dilakukan oleh Gereja sebelum zaman cetak-mencetak yaitu liturgi. Liturgi
merupakan wahyu Allah yang diasimilasikan dalam doa dan pengalaman beriman,
serta diungkapkan dengan rumusan-rumusan yang sesuai dengan peradaban oleh
teolog-teolog seperti St. Ignatius, St. Thomas Aquinas, dan sebagainya. Pada
masa itu iman terasa hidup namun dianggap kacau (Ernestine & Adisusanto, FX.,
Pada tahun 1440 Santo Petrus Kanisius menemukan teknik
cetak-mencetak yang memberikan pertolongan pada zamannya. Kehidupan pada
zamannya di abad ke-16 dianggap kacau karena terjadi
penyimpangan-penyimpangan yaitu agama merupakan percampuran antara jiarah, devosi, sihir,
dan tahyul. Santo Petrus Kanisius hadir untuk membantu memecahkan persoalan
tersebut dengan media cetak-mencetak, sehingga orang mampu mengerti apa yang
mereka percayai dan hayati. Hal ini digunakan sebagai media untuk
menyampaikan warta gembira, yang diungkapkan dalam rumusan-rumusan yang
teliti.
Terjadi pewartaan iman abad percetakan, namun yang terjadi yaitu
muncul pertanyaan bahwa bila kita melihat cara Yesus dalam menyampaikan
warta-Nya tentu berbeda dengan yang terjadi pada abad percetakan. Yesus
menyampaikan warta gembira melalui cerita-cerita dan sabda-sabda, namun
sekarang kita mengenal pewartaan dalam bentuk teologi atau Katekismus
tradisionil. Setelah teknik mencetak ditemukan, terjadi perubahan besar. “Sabda
Kristus” terkandung dalam kata-kata yang tert