• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul."

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI

PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN TUGAS

PELAYANAN (DIAKONIA) UMAT LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL”.

judul skripsi ini dipilih berdasarkan keinginan penulis akan peran keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi dalam pengembangan umat, terutama dalam keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) dalam kehidupan sehari-hari.

Keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi adalah partisipasi sadar dan aktif dari seluruh umat beriman dari awal sampai ahkir perayaan Ekaristi. Umat yang sadar adalah ia tahu dengan yang ia perbuat serta memahami makna perayaan Ekaristi dan Aktif menunjukan keterlibatan yang sepenuhnya dan seutuhnya dalam Ekaristi. Keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang secara sukarela untuk memberikan tenaga, pikiran dan kemampuan pada suatu pekerjaan atau usaha selaras dengan kehendak, akal budi dan perasaan yang didasari oleh Yesus. Pelayanan dalam Gereja nampak dalam diri seorang pemuka jemaat dan pelayanan terbuka ke luar bagi sesama manusia serta terlibat dalam hidup dan pembangunan yang ada di masyarakat. Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Hidup sehari hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber serta semua bidang kehidupan umat tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.

Berdasarkan pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu H0: Tidak ada Pengaruh Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi Terhadap

Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul. H1: Ada Pengaruh Keaktifan

Mengikuti Perayaan Ekaristi Terhadap Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan bentuk regresi. Populasi penelitian ini adalah umat lingkungan St. Xaverius Siyono. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 75 responden. Instrumen yang digunakan adalah perbedaan sematik. Berdasarkan hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, nilai kristis sebesar 0,227 terdapat 30 item soal yang valid. Sedangkan pada hasil uji reliabilitas, diperoleh koefisien alpha sebesar 0,935 yang berarti intrumen memiliki reliabilitas yang sempurna.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai r2 dengan signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil uji regresi linear

sederhana dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai r2 sebesar 0,516 (51,6%),

(2)

ABSTRACT

This thesis entitled "LIVELINESS EFFECT FOLLOWING INVOLVEMENT OF CELEBRATION EUCHARIST DUTY SERVICE (DIAKONIA) PEOPLE ENVIRONMENT SANTO SAINT XAVIER JOSEPH PARISH SIYONO QUASI BANDUNG GUNUNGKIDUL". Thesis title is

selected based on the desire authors will follow the Eucharist liveliness role in the development of the people, especially the involvement of the ministry (diakonia) in everyday life.

Liveliness following the celebration of the Eucharist is conscious and active participation of all the faithful from start to finish the celebration of the Eucharist. A people who are aware he knew that he did as well as to understand the meaning of the Eucharist and active involvement shows that fully and completely in the Eucharist. The involvement of the ministry (diakonia) is an action taken by a person voluntarily to provide energy, thoughts and abilities at a job or business in harmony with the will, intelligence and emotion based on the Jesus. Service in the Church appears inside a church and ministry leaders open to the outside for fellow human beings and engage in life and development in the community. Eucharist as the source and summit of the Christian life. Daily living and acquire buck essentially of the Eucharist as the source as well as all areas of the life of fixed and leads to the Eucharist as a peak.

Based on the discussion, there can formulated hypothesis of the research, i.e. H0: there is no influence of activeness Following the Eucharistic Celebration on

Engagement Services Task (diakonia) Environmental People of St. Xavier Siyono Quasi Parish of Santo Yusup Bandung Gunungkidul. H1: there is an influence of

activeness Following the Eucharistic Celebration on Engagement Services Task (diakonia) Environmental People of St. Xavier Siyono Quasi Parish of Santo Yusup Bandung Gunungkidul. This research is a quantitative form of regression. This study population is people of the St. Xavier Siyono. The sampling technique used was quota sampling. The samples used in this study were 75 respondents. The instrument used is a semantic difference. Based on the validity of the test results at 5% significance level, the critical value of 0.227 contained 30 items about valid. While the reliability test results, obtained an alpha coefficient of 0.935, which means the instrument has a perfect reliability.

Results of the analysis showed that the value of r2 with a significance of 0.000 (<0.05), which means that H1 is accepted and H0 is rejected. From simple linear

regression test results with significance level of 5%, the value r2 of 0.516 (51.6%),

(3)

PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI

TERHADAP KETERLIBATAN TUGAS PELAYANAN (DIAKONIA) UMAT

LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO

YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Heronimus Galih Priyambada NIM: 121124044

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

“Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul”

“Progam Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang telah

mendidik dan memberikan pengalaman terindah di dalam hidupku”

“Bangsa Indonesia dan tanah kelahiranku Gunungkidul,Yogyakarta”

Kedua Orang tuaku

“Bapak Sukirjo. P dan Ch. Sri Bargiyati”

Kakak dan adikku tercinta

“Antonius Pekik Prajoko dan Ferdinandus Anon Krisna Praditya”

Penyemangat dan Teman Setiaku

“Sheilla Putri Nur Sagita”

Sahabat Seperjuanganku

(7)

v

MOTTO

“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa

pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali.”

(Pidato HUT Proklamasi, 1949 Ir. Soekarno)

“Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak –Mu”

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Heronimus Galih Priyambada

(9)
(10)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI

PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN TUGAS

PELAYANAN (DIAKONIA) UMAT LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL”.

judul skripsi ini dipilih berdasarkan keinginan penulis akan peran keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi dalam pengembangan umat, terutama dalam keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) dalam kehidupan sehari-hari.

Keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi adalah partisipasi sadar dan aktif dari seluruh umat beriman dari awal sampai ahkir perayaan Ekaristi. Umat yang sadar adalah ia tahu dengan yang ia perbuat serta memahami makna perayaan Ekaristi dan Aktif menunjukan keterlibatan yang sepenuhnya dan seutuhnya dalam Ekaristi. Keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang secara sukarela untuk memberikan tenaga, pikiran dan kemampuan pada suatu pekerjaan atau usaha selaras dengan kehendak, akal budi dan perasaan yang didasari oleh Yesus. Pelayanan dalam Gereja nampak dalam diri seorang pemuka jemaat dan pelayanan terbuka ke luar bagi sesama manusia serta terlibat dalam hidup dan pembangunan yang ada di masyarakat. Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Hidup sehari hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber serta semua bidang kehidupan umat tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.

Berdasarkan pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu H0: Tidak ada Pengaruh Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi Terhadap

Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul. H1: Ada Pengaruh

Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi Terhadap Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan bentuk regresi. Populasi penelitian ini adalah umat lingkungan St. Xaverius Siyono. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 75 responden. Instrumen yang digunakan adalah perbedaan sematik. Berdasarkan hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, nilai kristis sebesar 0,227 terdapat 30 item soal yang valid. Sedangkan pada hasil uji reliabilitas, diperoleh koefisien alpha sebesar 0,935 yang berarti intrumenmemiliki reliabilitas yang sempurna.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai r2 dengan signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil uji regresi linear

sederhana dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai r2 sebesar 0,516 (51,6%),

(11)

ix ABSTRACT

This thesis entitled "LIVELINESS EFFECT FOLLOWING INVOLVEMENT OF CELEBRATION EUCHARIST DUTY SERVICE (DIAKONIA) PEOPLE ENVIRONMENT SANTO SAINT XAVIER JOSEPH PARISH SIYONO QUASI BANDUNG GUNUNGKIDUL". Thesis

title is selected based on the desire authors will follow the Eucharist liveliness role in the development of the people, especially the involvement of the ministry (diakonia) in everyday life.

Liveliness following the celebration of the Eucharist is conscious and active participation of all the faithful from start to finish the celebration of the Eucharist. A people who are aware he knew that he did as well as to understand the meaning of the Eucharist and active involvement shows that fully and completely in the Eucharist. The involvement of the ministry (diakonia) is an action taken by a person voluntarily to provide energy, thoughts and abilities at a job or business in harmony with the will, intelligence and emotion based on the Jesus. Service in the Church appears inside a church and ministry leaders open to the outside for fellow human beings and engage in life and development in the community. Eucharist as the source and summit of the Christian life. Daily living and acquire buck essentially of the Eucharist as the source as well as all areas of the life of fixed and leads to the Eucharist as a peak.

Based on the discussion, there can formulated hypothesis of the research, i.e. H0: there is no influence of activeness Following the Eucharistic Celebration

on Engagement Services Task (diakonia) Environmental People of St. Xavier Siyono Quasi Parish of Santo Yusup Bandung Gunungkidul. H1: there is an

influence of activeness Following the Eucharistic Celebration on Engagement Services Task (diakonia) Environmental People of St. Xavier Siyono Quasi Parish of Santo Yusup Bandung Gunungkidul. This research is a quantitative form of regression. This study population is people of the St. Xavier Siyono. The sampling technique used was quota sampling. The samples used in this study were 75 respondents. The instrument used is a semantic difference. Based on the validity of the test results at 5% significance level, the critical value of 0.227 contained 30 items about valid. While the reliability test results, obtained an alpha coefficient of 0.935, which means the instrument has a perfect reliability.

Results of the analysis showed that the value of r2 with a significance of 0.000 (<0.05), which means that H1 is accepted and H0 is rejected. From simple

linear regression test results with significance level of 5%, the value r2 of 0.516

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI

PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN TUGAS

PELAYANAN (DIAKONIA) UMAT LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL.

Skripsi ini ditulis dengan maksud memberikan sumbangan pemikiran

mengenai pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan

tugas pelayanan (diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki

Santo Yusup Bandung Gunungkidul. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan

setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. B. A. Rukiyanto, SJ., selaku Kaprodi PAK Universitas Sanata Dharma

yang telah memberi dukungan dan izin kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

2. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing utama yang telah

memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan

(13)

xi

penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan pada

penulisan skripsi ini.

3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik dan

dosen penguji ke II, yang mendampingi penulis dan memberikan dukungan

sampai selesainya penulisan skripsi ini.

4. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji ke III yang dengan

tulus hati memberikan dukungan secara penuh kepada penulis, terlebih

melalui kritik dan saran membangun dalam penyususnan skripsi ini.

5. Dr. C.B. Putranta, SJ., yang secara khusus memberikan bimbingan dan

dukungan dalam seluruh proses studi yang ditempuh oleh penulis.

6. Segenap Staf Dosen Prodi PAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

7. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi PAK, dan seluruh karyawan

bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam skripsi ini.

8. Christophorus Tri Wahyono Djati Nugroho, Pr., selaku Romo Paroki Kuasi

Santo Yusup Bandung yang telah memberikan izin penelitian dan perhatian

sehingga penelitian ini bisa terlaksana di Lingkungan Santo Xaverius Siyono.

9. Bapak Ag. Agus Sumartono, selaku Ketua Lingkungan Santo Xaverius

Siyono dan segenap umat yang telah memberi dukungan dan semangat dalam

(14)
(15)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 10

(16)

xiv

c. Makna Ekaristi sebagai perayaan ...

d. Dasar-dasar Perayaan Ekaristi ...

e. Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi ...

f. Makna Sakramen Ekaristi ...

2. Keterlibatan Umat dalam Tugas Pelayanan Gereja (Diakonia) ....

a. Pengertian Keterlibatan ...

b. Keterlibatan Umat Sebagai Anggota Gereja ...

c. Pengertian Pelayanan (Diakonia) ...

d. Diakonia dalam Kitab Suci ...

e. Arah Dasar Pelayanan ...

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A.Jenis Penelitian ...

B.Desain Penelitian ...

C.Tempat dan Waktu penelitian ...

D.Populasi dan Sampel penelitian ...

E. Teknik dan Instrumen pengumpulan Data ...

1. Variabel ...

a. Analisis Validitas Instrumen Penelitian ...

b. Analisis Reliabilitas Instrumen Penelitian ...

(17)

xv

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 64

A.Hasil Penelitian ...

a. Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi ...

1) Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi ...

2) Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi ...

3) Makna Sakramen Ekaristi ...

b. Keterlibatan Tugas Pelayanan (Diakonia) ...

1) Arah Dasar Pelayanan ...

2) Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat ...

4. Uji Regresi ...

a. Correlations ...

b. Variables entered/removedb ...

(18)

xvi

B.Pembahasan Hasil Penelitian ...

C.Refleksi Kateketis ...

D.Keterbatasan Penelitian ...

112

123

136

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 139

A. Kesimpulan ... 139

B. Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 145

LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian (1)

Lampiran 2: Surat Pernyataan Pelaksanaan Penelitian (2)

Lampiran 3: Instrumen Penelitian (3)

Lampiran 4: Jawaban Instrumen Penelitian (8)

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Skor alternatif jawaban variabel X dan Y dari segi kognitif ... 50

Tabel 2. Skor alternatif jawaban variabel X dan Y dari segi afektif ... 50

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen ... 51

Tabel 4. Hasil analisis validitas variabel X ... 56

Tabel 5. Hasil analisis validitas variabel Y ... 57

Tabel 6. Hasil analisis reliabilitas variabel X ... 58

Tabel 7. Hasil analisis reliabilitas variabel Y ... 59

Tabel 8. Hasil analisis reliabilitas variabel X dan Y ... 59

Tabel 9. Tests of Normality ... 66

Tabel 10. ANOVA ... 69

Tabel 11. Uji Homogenitas ... 71

Tabel 12. Deskriptif Statistik Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi dan Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) ... 72

Tabel 13. Deskriptif Statistik skewness dan kurtosis ... 73

Tabel 14. Rangkuman Deskriptif Statistik Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi ... 74

Tabel 15. Rangkuman Deskriptif Statistik Kehadiran Dalam Perayaan Ekaristi ... 75

Tabel 16. Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 76

Tabel 17. Analisis Deskriptif Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 77

Tabel 18. Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 78

(20)

xviii

Tabel 20. Rangkuman Deskriptif Statistik Peran dan Tugas Dalam

Perayaan Ekaristi ... 80

Tabel 21. Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 81

Tabel 22. Analisis Deskriptif Peran dan Tugas Dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 82

Tabel 23. Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 84

Tabel 24. Analisis Deskriptif Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 85

Tabel 25. Rangkuman Deskriptif Statistik Makna Sakramen Ekaristi ... 87

Tabel 26. Makna Sakramen Ekaristi (kognitif) ... 88

Tabel 27. Analisis Deskriptif Makna Sakramen Ekaristi (kognitif) ... 89

Tabel 28. Makna Sakramen Ekaristi (afektif) ... 90

Tabel 29. Analisis Deskriptif Makna Sakramen Ekaristi (afektif) ... 91

Tabel 30. Rangkuman Deskriptif Statistik Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) ... 93

Tabel 31. Rangkuman Deskriptif Statistik Arah Dasar Pelayanan ... 94

Tabel 32. Arah Dasar Pelayanan (kognitif) ... 95

Tabel 33. Analisis Deskriptif Arah Dasar Pelayanan (kognitif) ... 95

Tabel 34. Arah Dasar Pelayanan (afektif) ... 97

Tabel 35. Analisis Deskriptif Arah Dasar Pelayanan (afektif) ... 97

Tabel 36. Rangkuman Deskriptif Statistik Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat ... 99 Tabel 37. Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat (kognitif) ... 100

Tabel 38. Analisis Deskriptif Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat (kognitif) ... 101

(21)

xix

Tabel 40. Analisis Deskriptif Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat (afektif) ... 104

Tabel 41. Correlations ... 106

Tabel 42. Variables entered/removed ... .

107

Tabel 43. Model summary b ... 108

Tabel 44. ANOVAb ... 109

(22)

xx

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Normal P-P Plot of Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi ... 67

Grafik 2. Normal P-P Plot of Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) .. 68

Grafik 3. Scatterplot dari keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) ... 70

Grafik 4. Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (Kognitif) ... 77

Grafik 5. Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 79

Grafik 6. Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 83

Grafik 7. Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 86

Grafik 8. Makna Sakramen Ekaristi (kognitif) ... 89

Grafik 9. Makna Sakramen Ekaristi (afektif) ... 92

Grafik 10. Arah Dasar Pelayanan (kognitif) ... 96

Grafik 11. Arah Dasar Pelayanan (afektif) ... 98

Grafik 12. Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat (kognitif) ... 102

(23)

xxi

DAFTAR SINGKATAN

A.Singkatan dalam Penelitian

ANOVA : Analisys of Variance

Dev : Deviasi

df : Digree of fredom

HO : Hipotesis Nol

H1 : Hipotesis Alternatif

Sig : Significant

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

Std. : Standard

ZPRED : Standardized Predicted Value

ZRESID : Standardized Residual

B.Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab

Indonesia.

Gal. : Galatia

Kel. : Keluaran

Kor. : Korintus

(24)

xxii Mat. : Matius

Mrk. : Markus

Ptr. : Petrus

Yoh. : Yohanes

C.Singkatan Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuosiatem, dekrit tentang Kerasulan Awam,

Dokumen Konsili Vatikan II, 8 Desember 1965.

AG : Ad Gentes, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Kegiatan Misioner Gereja,18 November 1965.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang

katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang

Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975.

GS : Gaudium et Spes, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Gereja di Dunia Dewasa ini, 8 Desember 1965.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Gereja, 21 November 1964.

SC : Sacrosantum Concilium, Konsili Suci, Kontitusi Dogmatis Konsili

Vatikan II tentang Liturgi kudus, 8 Desember 1965.

(25)

xxiii

C. Singkatan Lain

APP : Aksi Puasa Pembangunan

Art. : Artikel

DKU : Direktorium Kateketik Umum

dls. : dan lain sebagainya

DSA : Doa Syukur Agung

HAK : Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan

Kan. : Kanon

Km : Kilo meter

KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia adalah Organisasi Gereja Katolik

yang beranggotakan para Uskup di Indonesia

lih : Lihat

NO : Nomor

Pr : Praja

PSE : Pengembangan Sosial Ekonomi

PUMR : Pedoman Umum Misale Romawi (Institutio Generalis Missalis

Romawi)

PUK : Panduan Umum Katekese

(26)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti akan membahas latar belakang masalah, rumusan

permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Sebagai umat beragama ibadat merupakan tindakan pokok sebagai

manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang beriman katolik

memandang perayaan Ekaristi sebagai bentuk ibadat yang paling utama dan

pokok. Perayaan Ekaristi sebagai sumber iman dan puncak seluruh hidup kristiani

yang menunjuk bahwa Ekaristi tidak terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari

umat. Dalam Gereja Paroki dan seluruh Gereja, Ekaristi merupakan salah satu

sakramen Gereja. Seluruh sakramen Gereja berpusat pada sakramen Ekaristi.

Ekaristi sebagai pelaksanaan diri Gereja di bidang Liturgi. Sebagai sakramen yang

merupakan tanda dan sarana persatuan dengan Allah dan dengan sesama manusia.

Ekaristi adalah Gereja dalam bentuk sakramen yang merupakan perayaan umat di

mana menandakan kehadiran Tuhan dalam umat yang sungguh-sungguh dihayati

dalam iman. Ekaristi menjadi bentuk ikatan dengan sesama dalam bentuk ibadat

yang dasarnya berasal dari agama Yahudi, melalui Perjamuan Terahkir. Di dalam

sakramen Ekaristi, Gereja merayakan dan mengenang misteri sengsara, wafat, dan

kebangkitan Yesus Kristus dalam penyelamatan umat manusia. Perayaan Ekaristi

(27)

Sudah sejak awal Gereja merayakan Ekaristi sebagai pusat dan puncak

kehidupannya. Begitu pula sejak awal berdirinya, Gereja di Kuasi Paroki Santo

Yusup Bandung Gunungkidul melaksanakan Ekaristi sebagai sesuatu yang

penting dan dilaksanakan dalam gereja untuk mendukung perkembangan iman

umat. Melihat luasanya Wilayah Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung

Gunungkidul, paroki mempunyai 9 kapel dan 1 gereja Paroki yang tersebar di

beberapa daerah untuk memenuhi kebutuhan Ekaristi umat. Paroki dengan

totalitas memberikan pelayanan pada umat di wilayahnya dengan segala

keterbatasanya mengingat wilayah yang luas dan jumlah kapel yang cukup

banyak. Gereja Paroki juga berusaha memberikan kenyamanan pada umat dalam

mengikuti Peryaan Ekaristi dengan fasilitas yang mendukung dan juga

melaksanakan perayaan yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa

sesuai dengan situasi umat yang ada di desa. Dengan totalitas pelayanan Gereja

yang diberikan oleh Paroki, Gereja Paroki mengharapkan agar setiap umat di

wilayahnya atau lingkungan untuk rajin mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja

seperti yang ada pada Konsili Vatikan II yang mementingkan partisipasi aktif

umat dalam perayaan itu sendiri: “Orang beriman harus yakin bahwa penampilan

Gereja terutama terletak dalam peran serta penuh dan aktif seluruh umat” (SC 41;

30 dan 48). Di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung selain menjadi umat pada

Perayaan Ekaristi ada juga pembagian tugas dalam Perayaan Ekaristi yang

melibatkan umat. Untuk meningkatkan keterlibatan umat ada pembagian tugas

yang sudah terjadwal dalam Perayaan Ekaristi yang dibagi untuk setiap

(28)

Lingkungan Xaverius Siyono terdiri dari 38 keluarga dengan jumlah total

umat 107 orang yang terdiri dari dewasa dan anak-anak. Dari semua gereja dan

kapel yang ada di wilayah Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, umat di

lingkungan Xaverius Siyono biasanya mengikuti perayaan Ekarisiti di gereja

Wilayah Santo Yusup Bogor yang berjarak ± 1 Km dan gereja Paroki Santo

Yusup Bandung yang berjarak ± 4 Km mengingat kedua gereja inilah yang paling

dekat. Karena jumlah gereja yang banyak dan jumlah romo paroki yang hanya 2

maka di gereja wilayah Santo Yusup Bogor setiap bulan hanya diadakan Perayaan

Ekaristi pada Minggu petama dan Minggu ketiga selain hari raya. Sebagian

Perayaan Ekarisiti dipusatkan di gereja Paroki Santo Yusup Bandung yaitu misa

hari Sabtu sore, Minggu pagi, Jumat pertama, Jumat legi, dan misa pagi harian

(hari Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu).

Hidup orang beriman Katolik yang ekaristis tentu mengandaikan bahwa

seseorang pernah dan mempunyai kebiasaan (habitus) untuk merayakan Ekaristi,

entah setiap hari, setiap Minggu atau setiap jangka waktu tertentu. Sulit untuk

menentukan dan memberi penilaian secara kasatmata apakah umat di Lingkungan

Xaverius Siyono ini sudah aktif mengikuti perayaan Ekaristi atau belum. Hal ini

dikarenakan umat bebas memilih untuk ikut Perayaan Ekaristi atau tidak, hadir di

gereja wilayah atau di paroki, hadir pada Misa sore atau pagi, mengikuti Misa

setiap hari atau tidak, rutin Misa setiap Minggu atau tidak, jumlah umat

lingkungan yang mengikuti Ekaristi sulit untuk dihitung karena berbaur dengan

umat yang lain sedangkan tidak ada absensi untuk perayaan Ekaristi seperti di

(29)

lingkungan apakah sudah aktif atau belum karena tidak semua umat mendapatkan

tugas dan terkadang tugas hanya dilaksanakan oleh pengurus lingkungan ataupun

orang-orang yang sama di setiap tugas lingkungan. Partisipasi aktif disaat menjadi

umat dalam Perayaan Ekaristi juga sulit untuk dinilai apakah seseorang secara

serius mengikuti rangkaian Perayaan Ekaristi baik itu saat doa bersama, doa

pribadi, nyanyian bersama dan jawaban-jawaban doa, karena itu berkaitan dengan

pribadi masing-masing umat. Hal keaktifan inilah yang harus diketahui untuk

semakin mengembangkan iman umat ke depannya, terlebih perayaan Ekaristi

merupakan suatu yang sakral dan suci bagi umat katolik.

Iman tidak hanya diungkapkan dalam ibadat (liturgia) tetapi juga

diwujutkan lewat perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai warga yang

hidup di desa dan di tengah masyarakat umat Lingkungan Xaverius Siyono

melihat bahwa pelayanan terhadap Gereja dan masyarakat menjadi sesuatu yang

penting. Gotong royong dan kekerabatan menjadi tradisi yang mengakar pada

pribadi orang desa. Yesus Kristus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk

melayani (Mrk. 10:45) inilah yang mendasari Gereja untuk melakukan pelayanan.

Pelayanan Gereja ditujukan ke dalam, kepada sesama anggota jemaat dengan

menjadi pengurus lingkungan, wilayah dan dewan paroki. Pelayanan Gereja juga

terbuka ke luar, bagi masyarakat luas dengan mengutamakan mereka yang miskin,

hina, sakit, terasing dan tertindas. Gereja Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung juga

menekankan pelayanan (diakonia) sebagai tugas Gereja. Kuasi Paroki Santo

Yusup Bandung membentuk bidang diakonia (pelayanan kemasyarakatan) terdiri

(30)

Pangruktiloyo, Tim Kerja Seni Budaya, Tim Kerja HAK (Hubungan Antar

Agama dan Kepercayaan), dan Tim Kerja APP. Keterlibatan umat dalam

pelayanan baik di Gereja maupun dimasyarakat masih ada yang secara terpaksa

ataupun sukarela, seperti pembentukan pengurus lingkungan masih tidak ada yang

bersedia sehingga harus ditunjuk dan dipilih bersama, begitupun dalam

pembentukan tim kerja yang lain. Apakah umat di lingkungan Xaverius Siyono

sudah melibatkan diri dalam pelayanan terhadap sesama, tetangga, ataupun

masyarakat di sekitar mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel di

sekitarnya.

Penulis sebagai warga lingkungan St. Xaverius Siyono mempunyai kesan

kepada umat bahwa ada umat yang aktif mengikuti perayaan Ekaristi dan ada juga

yang sebaliknya. Padahal Ekaristi merupakan pusat dan puncak kekuatan hidup

umat Kristiani harus dihayati dan dimaknai bagi diri sendiri serta kita juga diutus

untuk mewartakan melalui segala tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Keterlibatan umat dalam pelayanan (diakonia) menjadi hal yang penting dalam

mewujutkan Kerajaan Allah di dunia ini seperti yang sudah Yesus ajarkan dan

wariskan kepada kita semua. Namun pada kenyataannya bagaimana keterlibatan

umat dalam pelayanan tersebut apakah sudah baik atau belum. Oleh sebab itu,

pada skripsi ini penulis merasa tertarik untuk meneliti apakah keakktifan umat

mengikuti perayaan Ekaristi berpengaruh terhadap keterlibatan umat dalam tugas

pelayanan (diakonia). Maka penulis menuliskan judul Skipsi yaitu:

“PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI

(31)

LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO

YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penulisan ini

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana keaktifan umat Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki

Santo Yusup Bandung Gunungkidul dalam mengikuti perayaan Ekaristi?

2. Bagaimana keterlibatan umat dalam tugas pelayanan (diakonia) Lingkungan

St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul?

3. Seberapa besar pengaruh perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam

tugas pelayanan (diakonia) Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki

Santo Yusup Bandung Gunungkidul?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Mengetahui keaktifan umat Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki

Santo Yusup Bandung Gunungkidul dalam mengikuti Perayaan Ekaristi.

2. Mengetahui keterlibatan umat dalam tugas pelayanan (diakonia) Lingkungan

(32)

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan

umat dalam tugas pelayanan (diakonia) Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi

Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Memberikan data tentang keaktifan umat dalam mengikuti perayaan Ekaristi

dan keterlibatan umat dalam tugas pelayanan (diakonia) serta pengaruh

keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam tugas

pelayanan (diakonia) Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo

Yusup Bandung Gunungkidul.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang keaktifan

mengikuti perayaan Ekaristi serta keterlibatan umat demi mengembangkan

iman dalam kehidupan menggereja.

3. Memberikan sumbangan kepada Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki

Santo Yusup Bandung Gunungkidul dalam upaya meninggkatkan keterlibatan

umat mengikuti perayaan Ekaristi dan keterlibatan umat dalam tugas pelayanan

(diakonia).

E.Metode Penulisan

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kuantitatif. Metode penulisan

yang digunakan adalah metode deskriptif analitis yang didukung dengan data

kuantitatif. Data diperoleh dengan menyebarkan angket kepada umat di

(33)

dikumpulkan menggunakan angket berskala yang jawabanya bersifat tertutup.

Selain itu penulis juga mengembangkan refleksi pribadi dengan bantuan

buku-buku pendukung.

F.Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan

pokok-pokok sebagai berikut:

BAB I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II berisi tinjauan teoritis dan hipotesis tentang perayaan Ekaristi dan Tugas

pelayanan Gereja (diakonia) yang meliputi Perayaan Ekaristi: Sakramen Ekaristi

dalam Gereja Katolik, Pengertian Sakramen, Pengertian Ekaristi, Ekaristi Sebagai

Perayaan Gereja, Makna Ekaristi sebagai perayaan, Partisipasi Umat dalam

Perayaan Ekaristi, Dasar Sakramen Ekaristi, Makna Sakramen Ekaristi, Tata

perayaan Ekaristi. Keterlibatan Umat dalam Tugas Pelayanan (diakonia):

Pengertian keterlibatan, Keterlibatan Umat Sebagai Anggota Gereja, Pengertian

Diakonia, Diakonia dalam Alkitab, Arah Dasar Pelayanan, Bentuk-bentuk

Diakonia.

BAB III menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain

penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik dan

(34)

BAB IV menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari uji persyaratan

analisis, deskripsi data hasil penelitian, uji hipotesis, pembahasan hasil penelitian,

refleksi kateketik dan keterbatasan penelitian.

BAB V merupakan bagian penutup yang berisikan, kesimpulan dan saran atas

hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan sekaligus menjawab

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A.Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang dipaparkan oleh penulis membahas teori berdasarkan

variabel dari penulisan skripsi tentang pengaruh keaktifan mengikuti perayaan

Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) umat Lingkungan Santo

Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul. Ada dua

aspek yang diungkap yaitu Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi dan

Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) yang masing-masing diduga memiliki

korelasi satu terhadap yang lain.

Maka pada bagian ini, akan diulas lebih dalam apa itu Keaktifan

Mengikuti Perayaan Ekaristi dan Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia),

kemudian akan memahami apa yang dimaksud dengan Keaktifan Mengikuti

Perayaan Ekaristi Terhadap Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) secara

keseluruhan.

1. Perayaan Ekaristi a. Pengertian Sakramen

Martasudjita, (2003: 61) dalam bukunya menjelaskan, kata "sakramen"

dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Latin sacramentum yang

menunjukkan tindakan penyucian atau pengkudusan yang pada abad ll dipakai

untuk menerjemahkan kata Yunani, mysterion dalam Kitab Suci. Sacramentum

(36)

sacramentum sendiri dipakai untuk menerjemahkan mysterion dalam Kitab Suci.

Dalam Perjanjian Lama mysterion menggambarkan Allah sendiri yang

mewahyukan diri baik dalam sejarah masa kini maupun masa yang akan datang

(eskatologis) atau rencana penyelamatan-Nya dalam sejarah manusia. Perjanjian

Baru memahami mysterion sebagai rencana keselamatan Allah yang terlaksana

dalam Yesus Kristus, sebagaimana dikatakan dalam Kol. 2:2 “… sehingga mereka

memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia

Allah, yaitu Kristus”.

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) (1996: 400) mendefinisikan:

"sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan, dan

melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat

Allah yang menyelamatkan”. Sakramen itu sungguh-sungguh nyata datang dari

Allah yang menyelamatkan umat-Nya. Keselamatan yang datang melalui

sakramen-sakramen bisa dirasakan dengan penghayatan dalam hidup sehari-hari.

Dalam buku Kitab Hukum Kanonik (KHK, 1983: § 840) disampaikan

“Sakramen merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan

iman”. Sakramen yang telah kita terima dalam Gereja memberikan kekuatan,

menciptakan dan memperkokoh persatuan umat. Dengan begitu umat Kristiani

yang menerima sakramen sungguh dipersatukan dalam Gereja dalam persekutuan

Roh Kudus dan dipersatukan dengan Allah dalam kemuliaan-Nya.

Menurut dokumen Gereja Kompendium Katekismus Gereja Katolik

(2009: art. 224) yang menyatakan bahwa “sakramen merupakan tanda yang

(37)

sungguh memberikan rahmat yang dapat dirasakan yakni kedamaian,

ketentraman, persaudaraan, kerukunan, kasih sesama, dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan dan

melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat

Allah yang menyelamatkan. Sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi dapat

dilihat dalam Gereja. Sakramen menandakan, menampakkan dan melaksanakan

perintah Tuhan sebelum wafat dan kebangkitan-Nya. Sakramen ini menunjukkan

suatu kesatuan, ikatan cinta kasih yang sungguh dipenuhi oleh rahmat karunia

Roh Kudus. Hal ini menjadi peristiwa konkret yang penulis lihat, terima dan ini

sungguh memberikan rasa kedamaian, kebahagian, kesatuan, dan persaudaraan

yang terjadi dalam hidup.

b. Pengertian Ekaristi

Dalam buku Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral

(Martasudjita, 2005: 28) menjelaskan tentang arti Ekaristi yang berasal dari

bahasa Yunani eucharistia atau puji syukur. Eucharistia merupakan kata benda

yang berasal dari kata kerja bahasa Yunani eucharistein yang berarti memuji dan

mengucap syukur. Eucharistein dalam Perjanjian Baru, terdapat dalam Mat.

26:27; Luk. 22:19.20 digunakan bersama-sama dengan kata eulogein Mat. 26:26:

1Kor. 10:16 yang berarti memuji-bersyukur. Pengertian ini digunakan untuk

menerjemahkan kata dari bahasa Ibrani barekh yang artinya memuji dan

memberkati. Barekh atau berakhah dalam tradisi liturgi Yahudi dipergunakan

(38)

Doa berkat dalam tradisi Yahudi berlangsung dalam perjamuan makan Yahudi

yakni doa berkat atas roti dan piala. Dengan demikian Ekaristi dapat dimengerti

sebagai doa berkat yang berlangsung dalam perjamuan makan Yahudi.

Bapa Gereja Santo Ignatius dari Antiokia berpendapat Ekaristi itu

membangun kesatuan Gereja. Bilamana orang menerima Ekaristi, maka akan

disatukan dengan Yesus Kristus. Ekaristi bukanlah barang atau benda melainkan

peristiwa dan sarana untuk identifikasi dengan Kristus. Santo Yustinus juga

berpendapat Ekaristi adalah kurban rohani sebab Ekaristi itu adalah doa yang

benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi itu merupakan kenangan akan

penderitaan Yesus, sekaligus akan penciptaan dan penebusan. Dalam kenangan

tersebut, peristiwa inkarnasi juga dihadirkan. Santo Irenius juga berpendapat

bahwa Ekaristi merupakan kurban pujian syukur. Dia berpendapat demikian

karena dalam Ekaristi diungkapkan pujian-syukur atas pencipataan, tentu saja atas

peristiwa penebusan Yesus Kristus (Martasudjita, 2005: 28).

Ekaristi dari dokumen Gereja dalam Kompendium Katekismus Gereja

Katolik (KWI, 2009: 99) menyebutkan Ekaristi sebagai kurban tubuh dan darah

Tuhan Yesus sendiri yang ditetapkan-Nya untuk mengabadikan kurban salib

selama perjalanan waktu sampai kembali-Nya dalam kemuliaan. Seluruh

perjalanan hidup Yesus diabadikan di dalam Gereja. Gereja menjadi tempat yang

dipercaya oleh-Nya untuk mengabadikan kenangan wafat dan kebangkitan-Nya.

Hal ini menjadi tanda bahwa di dalam Ekaristi terlihat adanya kesatuan, ikatan

cinta kasih, perjamuan paskah, di mana rahmat dan jaminan kemuliaan yang akan

(39)

Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (1983: kan. 899 § l) merupakan

tindakan Kristus sendiri dan Gereja: di dalamnya Kristus Tuhan, melalui

pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan

kehadiran-Nya secara substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan

diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri

dalam persembahan-Nya.

Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa pengertian Ekaristi

adalah sebagai doa berkat yang berlangsung dalam perjamuan untuk membangun

kesatuan Gereja dan dengan Yesus Kristus. Ekaristi itu merupakan kenangan akan

penderitaan Yesus, sekaligus akan penciptaan, penebusan, peristiwa kemuliaan

dan juga merupakan kurban pujian syukur. Ekaristi sebagai kurban tubuh dan

darah Tuhan Yesus sendiri yang ditetapkan-Nya untuk mengabadikan kurban

salib selama perjalanan waktu sampai kembali-Nya dalam kemuliaan. Melalui

Ekaristi ada kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan paskah, di mana rahmat dan

jaminan kemuliaan yang akan datang dicurahkan kepada umat-Nya. Ekaristi

sebagai tindakan Kristus sendiri dan Gereja: di dalamnya Kristus Tuhan, melalui

pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan

kehadiran-Nya secara substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan

diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri

dalam persembahan-Nya.

c. Makna Ekaristi sebagai perayaan

Rob van Kessel (1997:35-36) menyebutkan bahwa liturgi sebagai

(40)

menyelamatkan manusia. Orang kristiani dalam pertemuan merayakan Perjamuan

selalu mengadakan anamneses, yaitu kenangan akan hidup, kematian, dan

kebangkitan Yesus Kristus. Kenangan yang membebaskan inilah yang menjadi

fokus pada umat.

Martasudjita (2005: 105) dalam bukunya menyebutkan bahwa Ekaristi

merupakan perayaan. Perayaan dari bahasa Latin celebratio dari kata kerja

celebrare yang banyak memiliki arti seperti: merayakan, mengunjungi,

meramaikan, memuji, memasyurkan, dls, sehingga dasar dari perayaan selalu

berunsur banyak, plural. Dalam pengertian teologis-liturgis ada tiga arti pokok

dari kata perayaan Martasudjita (2005: 106-108) sebagai berikut:

Segi kebersamaan. Perayaan merupakan kegiatan bersama, subjek perayaan

Ekaristi adalah Kristus dan bersama seluruh Gereja. Konsili Vatikan ke II

menegaskan “upacara-upacara liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan

perayaan Gereja sebagai sakramen kesatuan” (LG 26). Perayaan Ekaristi selalu

bersifat resmi, umum, eklesial (artinya menghadirkan seluruh Gereja).

Sehingga kapanpun dan dimanapun Ekaristi merupakan perayaan bersama dari

Kristus dan seluruh Gereja-Nya.

Segi partisipatif. Perayaan menunjuk makna keterlibatan atau partisipasi dari

seluruh hadirin. Ekaristi menuntut partisipasi sadar dan aktif dari seluruh umat

beriman (SC 14). Orang yang melakukan dengan sadar tahu dengan yang Ia

perbuat, maka umat beriman perlu memahami seluruh makna perayaan

Ekaristi, termasuk arti semua simbolnya. Kata aktif menunjuk keterlibatan

yang sepenuhnya dan seutuhnya. Umat beriman diharapkan agar merayakan

(41)

memahami misteri yang dirayakan dengan baik dan ikut serta secara penuh,

khidmat, dan aktif (SC 48). Keterlibatan tersebut dilakukan mulai dari

persiapan, pelaksanaan, hingga sesudah perayaan, yakni dengan menghasilkan

buah-buah perwujudan iman.

Segi kontekstual. Perayaan dilaksanakan menurut situasi dan kondisi setempat

di mana unsur kebutuhan, situasi, dan tantangan zaman, unsur-unsur budaya

lokal ikut mempengaruhi sebuah perayaan. Ekaristi sebagai perayaan seluruh

Gereja juga dirayakan menurut gaya dan model penghayatan setempat. Para

Bapa Konsili Vatikan II sangat mendorong berbagai penyesuaian liturgi,

termasuk dalam hal inkulturasi liturgi, tentu saja asalkan selaras dengan hakikat

semangat liturgi yang asli dan sejati (SC 37). Sehingga perayaan Ekaristi mesti

menjawab kebutuhan dan kerinduan aktual dan kontekstual dari umat beriman

setempat.

d. Dasar-dasar Perayaan Ekaristi

1)Paskah Yahudi Sebagai Kenangan akan Pembebasan dari Mesir (Eksodus)

Kenangan adalah peristiwa yang menentukan perjalanan hidup bersama

terlebih bagi sebuah bangsa. Bagi bangsa Israel kenangan yang tak dapat

dilupakan adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Peristiwa pembebasan dari

Mesir yang tertulis dalam Kitab Keluaran menjadi sangat penting karena diikuti

oleh penggambaran di padang Gurun dan pembentukan bangsa Israel sebagai

umat Allah dalam ikatan perjanjian bangsa Israel dipilih menjadi umat Israel yang

(42)

Kenangan akan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir

dipandang sebagai awal dari pembentukan umat dan agama Israel yang kemudian

dirayakan setiap tahun pada perayaan Paskah yang jatuh pada musim semi, yaitu

pada tanggal 14 bulan Nisan (sekitar Bulan Maret April). Acara pokok dalam

perayaan Paskah adalah pembersihan dan pembakaran semua ragi yang dilakukan

pada pagi hari tanggal 14 bulan Nisan, dan penyembelihan binatang kurban yang

dilakukan di Bait Allah. Dan setelahnya diadakan Perjamuan Paskah yang

diadakan secara berkelompok (Prasetyantha, 2008: 22).

Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan makan (Paskah)

Yahudi. Adapun Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum

perjamuan yang berisi doa syukur atas Roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah

perjamuan yang berisi doa syukur atas Piala sebagai bentuk “berkat perjamuan”

(Martasudjita, 2003: 273).

2)Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti Tak Beragi

Perayaaan Paskah mempunyai akarnya pada tradisi para gembala,

sedangkan perayaan Roti Tak Beragi pada mulanya berakar pada perayaan di

lingkungan para petani. Bangsa Israel menyatukan kedua perayaan itu dan

memberi makna teologis yang khas bangsa Israel. Hari raya Paskah dan Roti Tak

beragi memiliki sejarah yang sangat panjang. Secara kronologis, umat Israel

menempatkan titik awal terjadinya pada peristiwa Keluaran dari Mesir. Hari Raya

Paskah dan Roti Tak Beragi bersama-sama diberi nama perayaan Paskah.

(43)

3)Perjamuan Paskah Yahudi di Zaman Yesus

Perayaan Paskah tetap menjadi perayaan keagamaan Yahudi yang utama

pada zaman Yesus. Paskah masih dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Nisan. Pada

pagi hari, umat mengumpulkan semua ragi, membawanya ke Bait Allah untuk

dibakar bersama-sama oleh para imam. Dan pada sore hari dilaksanakan

penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan di Bait Allah, dan setelah

matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang dilaksanakan di dalam

keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara mengelilingi meja Paskah dengan

jumlah paling sedikit sepuluh orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak

memenuhi jumlah minimal tersebut, mereka dapat mengundang keluarga lain

untuk bergabung. Adapun tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap

sampai habis, tanpa sisa. Sesuai dengan peraturan seluruh daging kurban harus

habis, dimakan dan tulang-tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya

memakai pakaian putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring

mengitari meja perjamuan yang berurkuran rendah yang dipimpin oleh kepala

keluarga (Prasetyantha, 2008: 25).

Di dalam Perjanjian Lama peraturan tentang perjamuan Paskah ini dapat

kita temukan pada Kel. 12: 1-13: 6. Macam-macam makanan yang disantap di

dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya

dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir (eksodus). Anak domba Paskah

dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “melewati” rumah

rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak membinasakan anak-anak

(44)

Paskah yang dapat dilihat antara lain: sayur pahit melambangkan kondisi

perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir

(Kel. 1:14) sedangkan Roti tak Beragi melambangkan penderitaan di masa lalu

dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa gesa ketika bangsa Israel hendak

meninggalkan Mesir setiap perlambangan mengalami perubahan sesuai dengan

zamannya yang semakin rohani (Prasetyantha, 2008: 28).

4)Perjamuan Malam Terakhir Yesus

Dalam buku Ekaristi dalam Hidup Kita (Prasetyantha, 2008: 29),

mengatakan perjamuan Tuhan sudah menjadi salah satu faktor utama yang

meneguhkan ikatan persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas

Gerejani, sejak berkembangnya jemaat kristiani. Perjamuan Tuhan menjadi sarana

utama untuk menyatukan umat dengan Kristus Sang Penebus. Perjamuan malam

terakhir Yesus dengan para Rasul dikisahkan dalam Injil Sinoptik. Kisah tentang

perjamuan malam terakhir dimulai dengan pertanyaan para rasul kepada Yesus

mengenai tempat untuk mengadakan perjamuan Paskah bagi mereka. Dari

jawaban Yesus dapat kita duga bahwa tampaknya Dia sudah merencanakan hal itu

dan sudah menghubungi salah seorang yang bersedia menyediakan tempat bagi

mereka di dalam kota (Mat. 26: 18). Injil sipnotik Matius, Markus, Lukas dan

Yohanes sepakat menganggap perjamuan malam terakhir Yesus sebagai

(45)

e. Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi

Martasudjita (2005:108) dalam bukunya menjelaskan bagian-bagian

manakah yang dapat menjadi perhatian utama partisipasi aktif umat dalam

Perayaan Ekaristi yaitu sebagai berikut:

 Partisipasi umat beriman diharapkan secara sadar dan aktif dalam seluruh

Perayaan Ekaristi, mulai dari persiapan, saat pelaksanaan, dan juga saat

pengamalan misteri iman itu dalam kehidupan sehari-hari (SC 14 dan 48).

Melalui kehadiran dan keikutsertaannya dalam seluruh bagian Perayaan

Ekaristi, umat beriman berpartisipasi aktif. Umat dianjurkan ikut merayakan

Ekaristi sejak awal hingga akhir karena Perayaan Ekaristi karena merupakan

satu kesatuan tindakan ibadat (SC 56). Partisipasi sadar dan aktif itu dituntut

oleh hakikat liturgi sendiri yang merupakan perayaan iman dari umat beriman

sebagai “bangsa terpilih, imamat rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan

Allah sendiri” (1 Ptr. 2: 9).

 Dalam liturgi partisipasi sadar dan aktif umat beriman dilaksanakan menurut

“tingkatan, tugas, serta keikutsertaan mereka” (SC 26). Artinya, dalam

menjalankan partisipasi tersebut, masing-masing umat beriman “menjalankan

dan melakukan seutuhnya, apa yang menjadi perannya menurut hakikat

perayaan serta kaidah-kaidah liturgi” (SC 28). Dengan kata lain, partisipasi

sadar dan aktif seluruh umat beriman harus dilaksanakan sesuai dengan peran

dan tugas masing-masing. Pembagian peran dan tugas dalam kehidupan

(46)

paling penting ialah koordinasi dan pengetahuan keterampilan masing-masing

menurut tugasnya.

 Umat beriman juga ada yang dipilih sebagai petugas-petugas liturgi yang ambil

bagian dalam pelayanan liturgi bagi seluruh umat beriman. Mereka itu antara

lain lektor, akolit, pelayan komuni tak lazim, pemazmur, paduan suara atau

kor, petugas musik, koster, komentator, kolektan, penyambut jemaat,

seremoniarius, dan sebagainya (lih. PUMR 98-107).

 Sedangkan kesempatan partisipasi aktif umat yang tidak terlibat dalam petugas

liturgi ialah aklamasi dan jawaban-jawaban umat terhadap salam dan doa-doa

imam (PUMR 35), Pernyataan Tobat, Syahadat, Doa Umat, Doa Bapa Kami

(PUMR 36). Umat selurus sebaiknya juga ikut terlibat dalam pengucapan atau

menyanyikan: nyanyian Kemuliaan, refren Mazmur Tanggapan, Bait

Pengantar Injil (dengan atau tanpa alleluia), nyanyian persiapan persembahan,

Kudus, aklamasi anamnesis, nyanyian pemecahan Hosti (Agnus Dei), madah

pujian sesudah komuni, dan nyanyian penutup (PUMR 37).

f. Makna Sakramen Ekaristi

1) Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang Sehabis-habisnya

Kematian Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada

para murid serta seluruh umat manusia demi persatuan dengan Allah. Ia

mengorbankan diri di kayu salih demi memenuhi karya keselamatan dari Allah

bagi umat-Nya. Ia memiliki jiwa pengorbanan yang sungguh luar biasa dan

memiliki kasih yang sungguh total terhadap sahabat-sahabat-Nya. Hal ini dapat

dilihat dalam Yoh. 15:13 yang berbunyi “Tidak ada kasih yang lebih besar dari

(47)

Yesus memberikan teladan bagaimana memberikan kasih terhadap sesama. Yesus

mengajarkan nilai cinta kasih yang sungguh-sungguh menyentuh hati bagi

sahabat-sahabat-Nya tiada kasih yang sempurna selain kasih yang rela

memberikan nyawa-Nya untuk orang yang dikasihi-Nya.

Yesus memberikan anugerah cinta kasih yang tanpa batas kepada para

murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan

keselamatan bagi semua orang, oleh sebab itu untuk mengenang anugerah-Nya,

Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi Suci. Ekaristi menjadi

suatu kenangan akan anugerah cinta kasih yang mendalam dan memiliki kekuatan

untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah. Ekaristi disebut Sakramen cinta

kasih, lambing kesatuan baik dengan Allah maupun dengan warga Gereja sendiri

(Martasudjita, 2005: 295-296).

Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas atau

sehabis-habisnya kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam Yoh. 13:1 yang

berbunyi "sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu bahwa

saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti la

senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang la mengasihi

mereka sampai kepada kesudahannya. Ia memberikan pelayanan dengan kasih

yang sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-murid-Nya tanpa batas dan

menyayangi mereka sampai akhir hayat. Yesus memberikan kasih-Nya secara

total kepada mereka sampai pada kesudahan dan la rela memberikan nyawa-Nya

demi keselamatan para murid serta seluruh umat beriman. Ekaristi jauh

melampaui batas-batas orang-orang yang hadir, tetapi dengan seluruh Gereja dan

(48)

Dalam perayaan Ekaristi, hidup Allah melalui Kristus dibagikan lewat

misteri roti yang dipecah dan dibagikan dalam arti harus menderita dan

membagikan hidupnya. Namun dalam perayaan Ekaristi pula, umat beriman

saling berbagi dalam patisipasi seluruh umat Gereja dan khususnya umat yang

hadir dengan imam dan petugasnya. Setelah Misa kita diutus untuk berbagi yang

kita alami selama perayaan Ekaristi tadi. Kita yang memperoleh hidup Allah

secara cuma-cuma, kini kita harus mau membagikan rahmat hidup Allah kepada

sesama kita, baik keluarga maupun masyarakat kita. Berbagi bagi Gereja dan

masyarakat, berbagi pula terhadap mereka yang kecil, lemah, miskin dan

tersingkir. Berbagai bentuk pengorbanan kita persis perutusan dari Ekaristi. Kita

yang menerima hidup Tuhan yang dibagikan, kita juga diundang untuk berani

berbagi kepada sesama, entah apapun bentuknya itulah wujut pelayanan kita

kepada Allah dan sesama (Martasudjita, 2012: 124).

2) Ekaristi sebagai Perjamuan yang Mempersatukan Umat dengan Allah, Umat dengan Umat

Pada zaman dahulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang

paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah

(Grun, 1998: 29). Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan

mengajak para murid serta umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya menjadi

satu kesatuan keluarga besar. Perjamuan ini membuat umat merasakan kerinduan

untuk berkumpul bersama. Semua ini menjadi tanda bahwa Allah solider atau

peduli dengan umat, dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan.

Tuhan Yesus sendiri Bersabda “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul

(49)

Konsili Vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah (SC

7). Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi

menjadi tempat untuk mengenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang

berakhir dengan wafat dan kebangkitan-Nya (Martasudjita, 2005: 297-298).

Umat dalam mengikuti perayaan Ekaristi diajak untuk bersatu dengan

Allah melalui terang Roh Kudus (koinonia). Koinonia merupakan bentuk

keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk

suatu persaudaraan antar umat beriman dengan terang Roh Kudus. Dalam LG 7

dinyatakan “Dalam pemecahan Ekaristi kita secara nyata ikut serta dalam tubuh

Tuhan; maka, kita diangkat untuk bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita”.

Hal ini menjadi tempat dihimpunnya persatuan antara umat dengan Allah, umat

dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah selalu hadir di tengah hidup

umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiran-Nya (Martasudjita,

2005: 358).

3) Ekaristi sebagai Permohonan Seruan datang-Nya Karunia Roh Kudus (Epiklese)

Martasudjita (2005: 357-358) di dalam bunya menjelaskan Epiklese

merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung (DSA). Hal ini merupakan

faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus

Kristus. Keselamatan yang datang tidaklah datang dengan begitu saja tetapi ada

yang membawa atau mengkaruniakannya yaitu Roh Kudus. Roh Kuduslah yang

membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang beriman. Pada waktu

Ekaristi imam dan umat berdoa bersama memohon kepada Allah supaya

(50)

menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Di sinilah karunia Roh Kudus sungguh bekerja

dan memberikan hidup bagi umat-Nya yang telah dikasihi oleh Allah. Tanpa

kehadiran Roh Kudus keselamatan yang telah dipercayakan di dalam Gereja tidak

terjadi dan rencana keselamatan Allah hanya terlihat abstrak tanpa ada

perwujudan yang nyata. Berkat karya Roh Kudus rencana Keselamatan Allah

sungguh-sungguh terjadi dalam diri Kristus dan di dalam Gereja.

Dalam Epiklese terkandung doa permohonan untuk Roh Kudus supaya

turun untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus dan

mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh Kuduslah umat

Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah melalui Tubuh dan

Darah Kristus. Dengan demikian umat yang telah dikuduskan melalui karya Roh

Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan Allah dan umat menjadi buah

karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala perbuatan yang baik

(Martasudjita. 2005: 358).

4) Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus

Yesus di dalam injil Yohanes 1:39 bersabda: “Marilah dan kamu akan

melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana la tinggal, dan hari itu

mereka tinggal bersama sama dengan Dia". Yesus mengundang para murid untuk

tinggal bersama Dia. Yesus mengundang mereka untuk masuk dan bersatu dalam

persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami,

merasakan, menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus.

(51)

bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan dalam

mewartakan kabar gembira keseluruh dunia (Martasudjita, 2012: 21).

Pengalaman pribadi para murid masuk dan tinggal bersama Kristus

menjadi tujuan utama dari seluruh hidup umat beriman. Pengalaman pribadi ini

menjadi salah satu wujud kesaksian untuk bersatu dengan Tuhan yang menjadi

ujung tombak dalam bersaksi bagi orang lain. Hal ini nampak di dalam 1 Yoh. 1:

1-3, Perikop ini mengungkapkan pengalaman tinggal dalam Kristus yang terlihat

dalam pernyataan berikut: apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami

dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan

yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup, itulah yang kami

tuliskan kepada kamu. Hal ini menunjukkan suatu kesatuan dan pengalaman iman

yang luar biasa. Pengalaman tinggal bersama-Nya membuat kita sadar bahwa

hidup bersama-Nya membawa suatu anugerah yang terindah, kedamain cinta

kasih, dalam seluruh hidup Kristus. Pengalaman inilah yang harus kita bawa bagi

orang lain dalam hidup bersama di tengah-tengah dunia (Martasudjita, 2012: 22).

Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam

Ekaristi Yesus menjadi roti hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti hidup ini

memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada. Melalui Ekaristi umat

diajak untuk masuk dan bersatu di dalalm misteri Ekaristi, yakni mengenangkan

misteri wafat dan kebangkitan-Nya. Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud

dalam penyambutan Komuni Suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh

dan darah-Nya dalam Komuni Suci menjadi tanda bahwa kita “tinggal di dalam

(52)

5) Ekaristi sebagai Sumber untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Umat dalam Menghadapi Persoalan Hidup

Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekaristi

umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup

sehari-hari (Martasudjita, 2012: 57). Dalam kehidupan sesehari-hari-sehari-hari umat akan dihadapkan

dengan permasalahan hidup yang kompleks. Dengan begitu umat tentunya ingin

mencari jalan keluar dari permasalahan dan ingin memecahkan permasalahan

yang dihadapinya. Untuk itulah umat Kristiani selalu merayakan Ekaristi untuk

menimba kekuatan dari Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada.

Selain itu juga umat dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar

gembira dari Allah kepada seluruh bangsa.

6) Ekaristi Sebagai sumber dan puncak Kehidupan Gereja

Martasudjita (2003; 297) mengatakan bahwa, Ekaristi tidak hanya pusat

seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja.

Dalam hal ini LG art. 11 (Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili vatikan II

tentang Gereja) mengatakan demikian:

“Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah: demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis. Baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan Suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara

mengagumkan”.

Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani

Gambar

tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari
Tabel 1. Skor alternatif jawaban variabel X dan Y dari segi kognitif:
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen:
Tabel 4. Hasil analisis validitas variabel X:
+7

Referensi

Dokumen terkait