ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI
PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN TUGAS
PELAYANAN (DIAKONIA) UMAT LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL”.
judul skripsi ini dipilih berdasarkan keinginan penulis akan peran keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi dalam pengembangan umat, terutama dalam keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) dalam kehidupan sehari-hari.
Keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi adalah partisipasi sadar dan aktif dari seluruh umat beriman dari awal sampai ahkir perayaan Ekaristi. Umat yang sadar adalah ia tahu dengan yang ia perbuat serta memahami makna perayaan Ekaristi dan Aktif menunjukan keterlibatan yang sepenuhnya dan seutuhnya dalam Ekaristi. Keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang secara sukarela untuk memberikan tenaga, pikiran dan kemampuan pada suatu pekerjaan atau usaha selaras dengan kehendak, akal budi dan perasaan yang didasari oleh Yesus. Pelayanan dalam Gereja nampak dalam diri seorang pemuka jemaat dan pelayanan terbuka ke luar bagi sesama manusia serta terlibat dalam hidup dan pembangunan yang ada di masyarakat. Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Hidup sehari hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber serta semua bidang kehidupan umat tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.
Berdasarkan pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu H0: Tidak ada Pengaruh Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi Terhadap
Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul. H1: Ada Pengaruh Keaktifan
Mengikuti Perayaan Ekaristi Terhadap Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan bentuk regresi. Populasi penelitian ini adalah umat lingkungan St. Xaverius Siyono. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 75 responden. Instrumen yang digunakan adalah perbedaan sematik. Berdasarkan hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, nilai kristis sebesar 0,227 terdapat 30 item soal yang valid. Sedangkan pada hasil uji reliabilitas, diperoleh koefisien alpha sebesar 0,935 yang berarti intrumen memiliki reliabilitas yang sempurna.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai r2 dengan signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil uji regresi linear
sederhana dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai r2 sebesar 0,516 (51,6%),
ABSTRACT
This thesis entitled "LIVELINESS EFFECT FOLLOWING INVOLVEMENT OF CELEBRATION EUCHARIST DUTY SERVICE (DIAKONIA) PEOPLE ENVIRONMENT SANTO SAINT XAVIER JOSEPH PARISH SIYONO QUASI BANDUNG GUNUNGKIDUL". Thesis title is
selected based on the desire authors will follow the Eucharist liveliness role in the development of the people, especially the involvement of the ministry (diakonia) in everyday life.
Liveliness following the celebration of the Eucharist is conscious and active participation of all the faithful from start to finish the celebration of the Eucharist. A people who are aware he knew that he did as well as to understand the meaning of the Eucharist and active involvement shows that fully and completely in the Eucharist. The involvement of the ministry (diakonia) is an action taken by a person voluntarily to provide energy, thoughts and abilities at a job or business in harmony with the will, intelligence and emotion based on the Jesus. Service in the Church appears inside a church and ministry leaders open to the outside for fellow human beings and engage in life and development in the community. Eucharist as the source and summit of the Christian life. Daily living and acquire buck essentially of the Eucharist as the source as well as all areas of the life of fixed and leads to the Eucharist as a peak.
Based on the discussion, there can formulated hypothesis of the research, i.e. H0: there is no influence of activeness Following the Eucharistic Celebration on
Engagement Services Task (diakonia) Environmental People of St. Xavier Siyono Quasi Parish of Santo Yusup Bandung Gunungkidul. H1: there is an influence of
activeness Following the Eucharistic Celebration on Engagement Services Task (diakonia) Environmental People of St. Xavier Siyono Quasi Parish of Santo Yusup Bandung Gunungkidul. This research is a quantitative form of regression. This study population is people of the St. Xavier Siyono. The sampling technique used was quota sampling. The samples used in this study were 75 respondents. The instrument used is a semantic difference. Based on the validity of the test results at 5% significance level, the critical value of 0.227 contained 30 items about valid. While the reliability test results, obtained an alpha coefficient of 0.935, which means the instrument has a perfect reliability.
Results of the analysis showed that the value of r2 with a significance of 0.000 (<0.05), which means that H1 is accepted and H0 is rejected. From simple linear
regression test results with significance level of 5%, the value r2 of 0.516 (51.6%),
PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI
TERHADAP KETERLIBATAN TUGAS PELAYANAN (DIAKONIA) UMAT
LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO
YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progam Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Heronimus Galih Priyambada NIM: 121124044
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
“Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul”
“Progam Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma yang telah
mendidik dan memberikan pengalaman terindah di dalam hidupku”
“Bangsa Indonesia dan tanah kelahiranku Gunungkidul,Yogyakarta”
Kedua Orang tuaku
“Bapak Sukirjo. P dan Ch. Sri Bargiyati”
Kakak dan adikku tercinta
“Antonius Pekik Prajoko dan Ferdinandus Anon Krisna Praditya”
Penyemangat dan Teman Setiaku
“Sheilla Putri Nur Sagita”
Sahabat Seperjuanganku
v
MOTTO
“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa
pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali.”
(Pidato HUT Proklamasi, 1949 Ir. Soekarno)
“Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak –Mu”
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Heronimus Galih Priyambada
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI
PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN TUGAS
PELAYANAN (DIAKONIA) UMAT LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL”.
judul skripsi ini dipilih berdasarkan keinginan penulis akan peran keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi dalam pengembangan umat, terutama dalam keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) dalam kehidupan sehari-hari.
Keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi adalah partisipasi sadar dan aktif dari seluruh umat beriman dari awal sampai ahkir perayaan Ekaristi. Umat yang sadar adalah ia tahu dengan yang ia perbuat serta memahami makna perayaan Ekaristi dan Aktif menunjukan keterlibatan yang sepenuhnya dan seutuhnya dalam Ekaristi. Keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang secara sukarela untuk memberikan tenaga, pikiran dan kemampuan pada suatu pekerjaan atau usaha selaras dengan kehendak, akal budi dan perasaan yang didasari oleh Yesus. Pelayanan dalam Gereja nampak dalam diri seorang pemuka jemaat dan pelayanan terbuka ke luar bagi sesama manusia serta terlibat dalam hidup dan pembangunan yang ada di masyarakat. Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Hidup sehari hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber serta semua bidang kehidupan umat tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.
Berdasarkan pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu H0: Tidak ada Pengaruh Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi Terhadap
Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul. H1: Ada Pengaruh
Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi Terhadap Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) Umat Lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan bentuk regresi. Populasi penelitian ini adalah umat lingkungan St. Xaverius Siyono. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 75 responden. Instrumen yang digunakan adalah perbedaan sematik. Berdasarkan hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, nilai kristis sebesar 0,227 terdapat 30 item soal yang valid. Sedangkan pada hasil uji reliabilitas, diperoleh koefisien alpha sebesar 0,935 yang berarti intrumenmemiliki reliabilitas yang sempurna.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai r2 dengan signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil uji regresi linear
sederhana dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai r2 sebesar 0,516 (51,6%),
ix ABSTRACT
This thesis entitled "LIVELINESS EFFECT FOLLOWING INVOLVEMENT OF CELEBRATION EUCHARIST DUTY SERVICE (DIAKONIA) PEOPLE ENVIRONMENT SANTO SAINT XAVIER JOSEPH PARISH SIYONO QUASI BANDUNG GUNUNGKIDUL". Thesis
title is selected based on the desire authors will follow the Eucharist liveliness role in the development of the people, especially the involvement of the ministry (diakonia) in everyday life.
Liveliness following the celebration of the Eucharist is conscious and active participation of all the faithful from start to finish the celebration of the Eucharist. A people who are aware he knew that he did as well as to understand the meaning of the Eucharist and active involvement shows that fully and completely in the Eucharist. The involvement of the ministry (diakonia) is an action taken by a person voluntarily to provide energy, thoughts and abilities at a job or business in harmony with the will, intelligence and emotion based on the Jesus. Service in the Church appears inside a church and ministry leaders open to the outside for fellow human beings and engage in life and development in the community. Eucharist as the source and summit of the Christian life. Daily living and acquire buck essentially of the Eucharist as the source as well as all areas of the life of fixed and leads to the Eucharist as a peak.
Based on the discussion, there can formulated hypothesis of the research, i.e. H0: there is no influence of activeness Following the Eucharistic Celebration
on Engagement Services Task (diakonia) Environmental People of St. Xavier Siyono Quasi Parish of Santo Yusup Bandung Gunungkidul. H1: there is an
influence of activeness Following the Eucharistic Celebration on Engagement Services Task (diakonia) Environmental People of St. Xavier Siyono Quasi Parish of Santo Yusup Bandung Gunungkidul. This research is a quantitative form of regression. This study population is people of the St. Xavier Siyono. The sampling technique used was quota sampling. The samples used in this study were 75 respondents. The instrument used is a semantic difference. Based on the validity of the test results at 5% significance level, the critical value of 0.227 contained 30 items about valid. While the reliability test results, obtained an alpha coefficient of 0.935, which means the instrument has a perfect reliability.
Results of the analysis showed that the value of r2 with a significance of 0.000 (<0.05), which means that H1 is accepted and H0 is rejected. From simple
linear regression test results with significance level of 5%, the value r2 of 0.516
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI
PERAYAAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN TUGAS
PELAYANAN (DIAKONIA) UMAT LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL.
Skripsi ini ditulis dengan maksud memberikan sumbangan pemikiran
mengenai pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan
tugas pelayanan (diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki
Santo Yusup Bandung Gunungkidul. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan
setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. B. A. Rukiyanto, SJ., selaku Kaprodi PAK Universitas Sanata Dharma
yang telah memberi dukungan dan izin kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
2. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan
xi
penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan pada
penulisan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik dan
dosen penguji ke II, yang mendampingi penulis dan memberikan dukungan
sampai selesainya penulisan skripsi ini.
4. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji ke III yang dengan
tulus hati memberikan dukungan secara penuh kepada penulis, terlebih
melalui kritik dan saran membangun dalam penyususnan skripsi ini.
5. Dr. C.B. Putranta, SJ., yang secara khusus memberikan bimbingan dan
dukungan dalam seluruh proses studi yang ditempuh oleh penulis.
6. Segenap Staf Dosen Prodi PAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama belajar hingga selesainya skripsi ini.
7. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi PAK, dan seluruh karyawan
bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam skripsi ini.
8. Christophorus Tri Wahyono Djati Nugroho, Pr., selaku Romo Paroki Kuasi
Santo Yusup Bandung yang telah memberikan izin penelitian dan perhatian
sehingga penelitian ini bisa terlaksana di Lingkungan Santo Xaverius Siyono.
9. Bapak Ag. Agus Sumartono, selaku Ketua Lingkungan Santo Xaverius
Siyono dan segenap umat yang telah memberi dukungan dan semangat dalam
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 10
xiv
c. Makna Ekaristi sebagai perayaan ...
d. Dasar-dasar Perayaan Ekaristi ...
e. Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi ...
f. Makna Sakramen Ekaristi ...
2. Keterlibatan Umat dalam Tugas Pelayanan Gereja (Diakonia) ....
a. Pengertian Keterlibatan ...
b. Keterlibatan Umat Sebagai Anggota Gereja ...
c. Pengertian Pelayanan (Diakonia) ...
d. Diakonia dalam Kitab Suci ...
e. Arah Dasar Pelayanan ...
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 44
A.Jenis Penelitian ...
B.Desain Penelitian ...
C.Tempat dan Waktu penelitian ...
D.Populasi dan Sampel penelitian ...
E. Teknik dan Instrumen pengumpulan Data ...
1. Variabel ...
a. Analisis Validitas Instrumen Penelitian ...
b. Analisis Reliabilitas Instrumen Penelitian ...
xv
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 64
A.Hasil Penelitian ...
a. Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi ...
1) Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi ...
2) Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi ...
3) Makna Sakramen Ekaristi ...
b. Keterlibatan Tugas Pelayanan (Diakonia) ...
1) Arah Dasar Pelayanan ...
2) Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat ...
4. Uji Regresi ...
a. Correlations ...
b. Variables entered/removedb ...
xvi
B.Pembahasan Hasil Penelitian ...
C.Refleksi Kateketis ...
D.Keterbatasan Penelitian ...
112
123
136
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 139
A. Kesimpulan ... 139
B. Saran ... 142
DAFTAR PUSTAKA ... 145
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian (1)
Lampiran 2: Surat Pernyataan Pelaksanaan Penelitian (2)
Lampiran 3: Instrumen Penelitian (3)
Lampiran 4: Jawaban Instrumen Penelitian (8)
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Skor alternatif jawaban variabel X dan Y dari segi kognitif ... 50
Tabel 2. Skor alternatif jawaban variabel X dan Y dari segi afektif ... 50
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen ... 51
Tabel 4. Hasil analisis validitas variabel X ... 56
Tabel 5. Hasil analisis validitas variabel Y ... 57
Tabel 6. Hasil analisis reliabilitas variabel X ... 58
Tabel 7. Hasil analisis reliabilitas variabel Y ... 59
Tabel 8. Hasil analisis reliabilitas variabel X dan Y ... 59
Tabel 9. Tests of Normality ... 66
Tabel 10. ANOVA ... 69
Tabel 11. Uji Homogenitas ... 71
Tabel 12. Deskriptif Statistik Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi dan Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) ... 72
Tabel 13. Deskriptif Statistik skewness dan kurtosis ... 73
Tabel 14. Rangkuman Deskriptif Statistik Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi ... 74
Tabel 15. Rangkuman Deskriptif Statistik Kehadiran Dalam Perayaan Ekaristi ... 75
Tabel 16. Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 76
Tabel 17. Analisis Deskriptif Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 77
Tabel 18. Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 78
xviii
Tabel 20. Rangkuman Deskriptif Statistik Peran dan Tugas Dalam
Perayaan Ekaristi ... 80
Tabel 21. Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 81
Tabel 22. Analisis Deskriptif Peran dan Tugas Dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 82
Tabel 23. Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 84
Tabel 24. Analisis Deskriptif Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 85
Tabel 25. Rangkuman Deskriptif Statistik Makna Sakramen Ekaristi ... 87
Tabel 26. Makna Sakramen Ekaristi (kognitif) ... 88
Tabel 27. Analisis Deskriptif Makna Sakramen Ekaristi (kognitif) ... 89
Tabel 28. Makna Sakramen Ekaristi (afektif) ... 90
Tabel 29. Analisis Deskriptif Makna Sakramen Ekaristi (afektif) ... 91
Tabel 30. Rangkuman Deskriptif Statistik Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) ... 93
Tabel 31. Rangkuman Deskriptif Statistik Arah Dasar Pelayanan ... 94
Tabel 32. Arah Dasar Pelayanan (kognitif) ... 95
Tabel 33. Analisis Deskriptif Arah Dasar Pelayanan (kognitif) ... 95
Tabel 34. Arah Dasar Pelayanan (afektif) ... 97
Tabel 35. Analisis Deskriptif Arah Dasar Pelayanan (afektif) ... 97
Tabel 36. Rangkuman Deskriptif Statistik Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat ... 99 Tabel 37. Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat (kognitif) ... 100
Tabel 38. Analisis Deskriptif Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat (kognitif) ... 101
xix
Tabel 40. Analisis Deskriptif Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat (afektif) ... 104
Tabel 41. Correlations ... 106
Tabel 42. Variables entered/removed ... .
107
Tabel 43. Model summary b ... 108
Tabel 44. ANOVAb ... 109
xx
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Normal P-P Plot of Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi ... 67
Grafik 2. Normal P-P Plot of Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) .. 68
Grafik 3. Scatterplot dari keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) ... 70
Grafik 4. Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (Kognitif) ... 77
Grafik 5. Kehadiran dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 79
Grafik 6. Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (kognitif) ... 83
Grafik 7. Peran dan Tugas dalam Perayaan Ekaristi (afektif) ... 86
Grafik 8. Makna Sakramen Ekaristi (kognitif) ... 89
Grafik 9. Makna Sakramen Ekaristi (afektif) ... 92
Grafik 10. Arah Dasar Pelayanan (kognitif) ... 96
Grafik 11. Arah Dasar Pelayanan (afektif) ... 98
Grafik 12. Pelayanan (diakonia) bagi Gereja dan Masyarakat (kognitif) ... 102
xxi
DAFTAR SINGKATAN
A.Singkatan dalam Penelitian
ANOVA : Analisys of Variance
Dev : Deviasi
df : Digree of fredom
HO : Hipotesis Nol
H1 : Hipotesis Alternatif
Sig : Significant
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
Std. : Standard
ZPRED : Standardized Predicted Value
ZRESID : Standardized Residual
B.Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia.
Gal. : Galatia
Kel. : Keluaran
Kor. : Korintus
xxii Mat. : Matius
Mrk. : Markus
Ptr. : Petrus
Yoh. : Yohanes
C.Singkatan Dokumen Gereja
AA : Apostolicam Actuosiatem, dekrit tentang Kerasulan Awam,
Dokumen Konsili Vatikan II, 8 Desember 1965.
AG : Ad Gentes, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Kegiatan Misioner Gereja,18 November 1965.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang
Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975.
GS : Gaudium et Spes, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa ini, 8 Desember 1965.
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964.
SC : Sacrosantum Concilium, Konsili Suci, Kontitusi Dogmatis Konsili
Vatikan II tentang Liturgi kudus, 8 Desember 1965.
xxiii
C. Singkatan Lain
APP : Aksi Puasa Pembangunan
Art. : Artikel
DKU : Direktorium Kateketik Umum
dls. : dan lain sebagainya
DSA : Doa Syukur Agung
HAK : Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan
Kan. : Kanon
Km : Kilo meter
KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia adalah Organisasi Gereja Katolik
yang beranggotakan para Uskup di Indonesia
lih : Lihat
NO : Nomor
Pr : Praja
PSE : Pengembangan Sosial Ekonomi
PUMR : Pedoman Umum Misale Romawi (Institutio Generalis Missalis
Romawi)
PUK : Panduan Umum Katekese
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti akan membahas latar belakang masalah, rumusan
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
A. Latar Belakang
Sebagai umat beragama ibadat merupakan tindakan pokok sebagai
manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang beriman katolik
memandang perayaan Ekaristi sebagai bentuk ibadat yang paling utama dan
pokok. Perayaan Ekaristi sebagai sumber iman dan puncak seluruh hidup kristiani
yang menunjuk bahwa Ekaristi tidak terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari
umat. Dalam Gereja Paroki dan seluruh Gereja, Ekaristi merupakan salah satu
sakramen Gereja. Seluruh sakramen Gereja berpusat pada sakramen Ekaristi.
Ekaristi sebagai pelaksanaan diri Gereja di bidang Liturgi. Sebagai sakramen yang
merupakan tanda dan sarana persatuan dengan Allah dan dengan sesama manusia.
Ekaristi adalah Gereja dalam bentuk sakramen yang merupakan perayaan umat di
mana menandakan kehadiran Tuhan dalam umat yang sungguh-sungguh dihayati
dalam iman. Ekaristi menjadi bentuk ikatan dengan sesama dalam bentuk ibadat
yang dasarnya berasal dari agama Yahudi, melalui Perjamuan Terahkir. Di dalam
sakramen Ekaristi, Gereja merayakan dan mengenang misteri sengsara, wafat, dan
kebangkitan Yesus Kristus dalam penyelamatan umat manusia. Perayaan Ekaristi
Sudah sejak awal Gereja merayakan Ekaristi sebagai pusat dan puncak
kehidupannya. Begitu pula sejak awal berdirinya, Gereja di Kuasi Paroki Santo
Yusup Bandung Gunungkidul melaksanakan Ekaristi sebagai sesuatu yang
penting dan dilaksanakan dalam gereja untuk mendukung perkembangan iman
umat. Melihat luasanya Wilayah Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung
Gunungkidul, paroki mempunyai 9 kapel dan 1 gereja Paroki yang tersebar di
beberapa daerah untuk memenuhi kebutuhan Ekaristi umat. Paroki dengan
totalitas memberikan pelayanan pada umat di wilayahnya dengan segala
keterbatasanya mengingat wilayah yang luas dan jumlah kapel yang cukup
banyak. Gereja Paroki juga berusaha memberikan kenyamanan pada umat dalam
mengikuti Peryaan Ekaristi dengan fasilitas yang mendukung dan juga
melaksanakan perayaan yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
sesuai dengan situasi umat yang ada di desa. Dengan totalitas pelayanan Gereja
yang diberikan oleh Paroki, Gereja Paroki mengharapkan agar setiap umat di
wilayahnya atau lingkungan untuk rajin mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja
seperti yang ada pada Konsili Vatikan II yang mementingkan partisipasi aktif
umat dalam perayaan itu sendiri: “Orang beriman harus yakin bahwa penampilan
Gereja terutama terletak dalam peran serta penuh dan aktif seluruh umat” (SC 41;
30 dan 48). Di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung selain menjadi umat pada
Perayaan Ekaristi ada juga pembagian tugas dalam Perayaan Ekaristi yang
melibatkan umat. Untuk meningkatkan keterlibatan umat ada pembagian tugas
yang sudah terjadwal dalam Perayaan Ekaristi yang dibagi untuk setiap
Lingkungan Xaverius Siyono terdiri dari 38 keluarga dengan jumlah total
umat 107 orang yang terdiri dari dewasa dan anak-anak. Dari semua gereja dan
kapel yang ada di wilayah Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, umat di
lingkungan Xaverius Siyono biasanya mengikuti perayaan Ekarisiti di gereja
Wilayah Santo Yusup Bogor yang berjarak ± 1 Km dan gereja Paroki Santo
Yusup Bandung yang berjarak ± 4 Km mengingat kedua gereja inilah yang paling
dekat. Karena jumlah gereja yang banyak dan jumlah romo paroki yang hanya 2
maka di gereja wilayah Santo Yusup Bogor setiap bulan hanya diadakan Perayaan
Ekaristi pada Minggu petama dan Minggu ketiga selain hari raya. Sebagian
Perayaan Ekarisiti dipusatkan di gereja Paroki Santo Yusup Bandung yaitu misa
hari Sabtu sore, Minggu pagi, Jumat pertama, Jumat legi, dan misa pagi harian
(hari Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu).
Hidup orang beriman Katolik yang ekaristis tentu mengandaikan bahwa
seseorang pernah dan mempunyai kebiasaan (habitus) untuk merayakan Ekaristi,
entah setiap hari, setiap Minggu atau setiap jangka waktu tertentu. Sulit untuk
menentukan dan memberi penilaian secara kasatmata apakah umat di Lingkungan
Xaverius Siyono ini sudah aktif mengikuti perayaan Ekaristi atau belum. Hal ini
dikarenakan umat bebas memilih untuk ikut Perayaan Ekaristi atau tidak, hadir di
gereja wilayah atau di paroki, hadir pada Misa sore atau pagi, mengikuti Misa
setiap hari atau tidak, rutin Misa setiap Minggu atau tidak, jumlah umat
lingkungan yang mengikuti Ekaristi sulit untuk dihitung karena berbaur dengan
umat yang lain sedangkan tidak ada absensi untuk perayaan Ekaristi seperti di
lingkungan apakah sudah aktif atau belum karena tidak semua umat mendapatkan
tugas dan terkadang tugas hanya dilaksanakan oleh pengurus lingkungan ataupun
orang-orang yang sama di setiap tugas lingkungan. Partisipasi aktif disaat menjadi
umat dalam Perayaan Ekaristi juga sulit untuk dinilai apakah seseorang secara
serius mengikuti rangkaian Perayaan Ekaristi baik itu saat doa bersama, doa
pribadi, nyanyian bersama dan jawaban-jawaban doa, karena itu berkaitan dengan
pribadi masing-masing umat. Hal keaktifan inilah yang harus diketahui untuk
semakin mengembangkan iman umat ke depannya, terlebih perayaan Ekaristi
merupakan suatu yang sakral dan suci bagi umat katolik.
Iman tidak hanya diungkapkan dalam ibadat (liturgia) tetapi juga
diwujutkan lewat perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai warga yang
hidup di desa dan di tengah masyarakat umat Lingkungan Xaverius Siyono
melihat bahwa pelayanan terhadap Gereja dan masyarakat menjadi sesuatu yang
penting. Gotong royong dan kekerabatan menjadi tradisi yang mengakar pada
pribadi orang desa. Yesus Kristus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani (Mrk. 10:45) inilah yang mendasari Gereja untuk melakukan pelayanan.
Pelayanan Gereja ditujukan ke dalam, kepada sesama anggota jemaat dengan
menjadi pengurus lingkungan, wilayah dan dewan paroki. Pelayanan Gereja juga
terbuka ke luar, bagi masyarakat luas dengan mengutamakan mereka yang miskin,
hina, sakit, terasing dan tertindas. Gereja Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung juga
menekankan pelayanan (diakonia) sebagai tugas Gereja. Kuasi Paroki Santo
Yusup Bandung membentuk bidang diakonia (pelayanan kemasyarakatan) terdiri
Pangruktiloyo, Tim Kerja Seni Budaya, Tim Kerja HAK (Hubungan Antar
Agama dan Kepercayaan), dan Tim Kerja APP. Keterlibatan umat dalam
pelayanan baik di Gereja maupun dimasyarakat masih ada yang secara terpaksa
ataupun sukarela, seperti pembentukan pengurus lingkungan masih tidak ada yang
bersedia sehingga harus ditunjuk dan dipilih bersama, begitupun dalam
pembentukan tim kerja yang lain. Apakah umat di lingkungan Xaverius Siyono
sudah melibatkan diri dalam pelayanan terhadap sesama, tetangga, ataupun
masyarakat di sekitar mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel di
sekitarnya.
Penulis sebagai warga lingkungan St. Xaverius Siyono mempunyai kesan
kepada umat bahwa ada umat yang aktif mengikuti perayaan Ekaristi dan ada juga
yang sebaliknya. Padahal Ekaristi merupakan pusat dan puncak kekuatan hidup
umat Kristiani harus dihayati dan dimaknai bagi diri sendiri serta kita juga diutus
untuk mewartakan melalui segala tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Keterlibatan umat dalam pelayanan (diakonia) menjadi hal yang penting dalam
mewujutkan Kerajaan Allah di dunia ini seperti yang sudah Yesus ajarkan dan
wariskan kepada kita semua. Namun pada kenyataannya bagaimana keterlibatan
umat dalam pelayanan tersebut apakah sudah baik atau belum. Oleh sebab itu,
pada skripsi ini penulis merasa tertarik untuk meneliti apakah keakktifan umat
mengikuti perayaan Ekaristi berpengaruh terhadap keterlibatan umat dalam tugas
pelayanan (diakonia). Maka penulis menuliskan judul Skipsi yaitu:
“PENGARUH KEAKTIFAN MENGIKUTI PERAYAAN EKARISTI
LINGKUNGAN SANTO XAVERIUS SIYONO KUASI PAROKI SANTO
YUSUP BANDUNG GUNUNGKIDUL”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penulisan ini
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana keaktifan umat Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki
Santo Yusup Bandung Gunungkidul dalam mengikuti perayaan Ekaristi?
2. Bagaimana keterlibatan umat dalam tugas pelayanan (diakonia) Lingkungan
St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul?
3. Seberapa besar pengaruh perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam
tugas pelayanan (diakonia) Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki
Santo Yusup Bandung Gunungkidul?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Mengetahui keaktifan umat Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki
Santo Yusup Bandung Gunungkidul dalam mengikuti Perayaan Ekaristi.
2. Mengetahui keterlibatan umat dalam tugas pelayanan (diakonia) Lingkungan
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan
umat dalam tugas pelayanan (diakonia) Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi
Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Memberikan data tentang keaktifan umat dalam mengikuti perayaan Ekaristi
dan keterlibatan umat dalam tugas pelayanan (diakonia) serta pengaruh
keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam tugas
pelayanan (diakonia) Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo
Yusup Bandung Gunungkidul.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang keaktifan
mengikuti perayaan Ekaristi serta keterlibatan umat demi mengembangkan
iman dalam kehidupan menggereja.
3. Memberikan sumbangan kepada Lingkungan St. Xaverius Siyono Kuasi Paroki
Santo Yusup Bandung Gunungkidul dalam upaya meninggkatkan keterlibatan
umat mengikuti perayaan Ekaristi dan keterlibatan umat dalam tugas pelayanan
(diakonia).
E.Metode Penulisan
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kuantitatif. Metode penulisan
yang digunakan adalah metode deskriptif analitis yang didukung dengan data
kuantitatif. Data diperoleh dengan menyebarkan angket kepada umat di
dikumpulkan menggunakan angket berskala yang jawabanya bersifat tertutup.
Selain itu penulis juga mengembangkan refleksi pribadi dengan bantuan
buku-buku pendukung.
F.Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, penulis menyampaikan
pokok-pokok sebagai berikut:
BAB I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II berisi tinjauan teoritis dan hipotesis tentang perayaan Ekaristi dan Tugas
pelayanan Gereja (diakonia) yang meliputi Perayaan Ekaristi: Sakramen Ekaristi
dalam Gereja Katolik, Pengertian Sakramen, Pengertian Ekaristi, Ekaristi Sebagai
Perayaan Gereja, Makna Ekaristi sebagai perayaan, Partisipasi Umat dalam
Perayaan Ekaristi, Dasar Sakramen Ekaristi, Makna Sakramen Ekaristi, Tata
perayaan Ekaristi. Keterlibatan Umat dalam Tugas Pelayanan (diakonia):
Pengertian keterlibatan, Keterlibatan Umat Sebagai Anggota Gereja, Pengertian
Diakonia, Diakonia dalam Alkitab, Arah Dasar Pelayanan, Bentuk-bentuk
Diakonia.
BAB III menjelaskan metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain
penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik dan
BAB IV menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari uji persyaratan
analisis, deskripsi data hasil penelitian, uji hipotesis, pembahasan hasil penelitian,
refleksi kateketik dan keterbatasan penelitian.
BAB V merupakan bagian penutup yang berisikan, kesimpulan dan saran atas
hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan sekaligus menjawab
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A.Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang dipaparkan oleh penulis membahas teori berdasarkan
variabel dari penulisan skripsi tentang pengaruh keaktifan mengikuti perayaan
Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (diakonia) umat Lingkungan Santo
Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul. Ada dua
aspek yang diungkap yaitu Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi dan
Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) yang masing-masing diduga memiliki
korelasi satu terhadap yang lain.
Maka pada bagian ini, akan diulas lebih dalam apa itu Keaktifan
Mengikuti Perayaan Ekaristi dan Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia),
kemudian akan memahami apa yang dimaksud dengan Keaktifan Mengikuti
Perayaan Ekaristi Terhadap Keterlibatan Tugas Pelayanan (diakonia) secara
keseluruhan.
1. Perayaan Ekaristi a. Pengertian Sakramen
Martasudjita, (2003: 61) dalam bukunya menjelaskan, kata "sakramen"
dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Latin sacramentum yang
menunjukkan tindakan penyucian atau pengkudusan yang pada abad ll dipakai
untuk menerjemahkan kata Yunani, mysterion dalam Kitab Suci. Sacramentum
sacramentum sendiri dipakai untuk menerjemahkan mysterion dalam Kitab Suci.
Dalam Perjanjian Lama mysterion menggambarkan Allah sendiri yang
mewahyukan diri baik dalam sejarah masa kini maupun masa yang akan datang
(eskatologis) atau rencana penyelamatan-Nya dalam sejarah manusia. Perjanjian
Baru memahami mysterion sebagai rencana keselamatan Allah yang terlaksana
dalam Yesus Kristus, sebagaimana dikatakan dalam Kol. 2:2 “… sehingga mereka
memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia
Allah, yaitu Kristus”.
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) (1996: 400) mendefinisikan:
"sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan, dan
melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat
Allah yang menyelamatkan”. Sakramen itu sungguh-sungguh nyata datang dari
Allah yang menyelamatkan umat-Nya. Keselamatan yang datang melalui
sakramen-sakramen bisa dirasakan dengan penghayatan dalam hidup sehari-hari.
Dalam buku Kitab Hukum Kanonik (KHK, 1983: § 840) disampaikan
“Sakramen merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan
iman”. Sakramen yang telah kita terima dalam Gereja memberikan kekuatan,
menciptakan dan memperkokoh persatuan umat. Dengan begitu umat Kristiani
yang menerima sakramen sungguh dipersatukan dalam Gereja dalam persekutuan
Roh Kudus dan dipersatukan dengan Allah dalam kemuliaan-Nya.
Menurut dokumen Gereja Kompendium Katekismus Gereja Katolik
(2009: art. 224) yang menyatakan bahwa “sakramen merupakan tanda yang
sungguh memberikan rahmat yang dapat dirasakan yakni kedamaian,
ketentraman, persaudaraan, kerukunan, kasih sesama, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan dan
melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat
Allah yang menyelamatkan. Sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi dapat
dilihat dalam Gereja. Sakramen menandakan, menampakkan dan melaksanakan
perintah Tuhan sebelum wafat dan kebangkitan-Nya. Sakramen ini menunjukkan
suatu kesatuan, ikatan cinta kasih yang sungguh dipenuhi oleh rahmat karunia
Roh Kudus. Hal ini menjadi peristiwa konkret yang penulis lihat, terima dan ini
sungguh memberikan rasa kedamaian, kebahagian, kesatuan, dan persaudaraan
yang terjadi dalam hidup.
b. Pengertian Ekaristi
Dalam buku Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral
(Martasudjita, 2005: 28) menjelaskan tentang arti Ekaristi yang berasal dari
bahasa Yunani eucharistia atau puji syukur. Eucharistia merupakan kata benda
yang berasal dari kata kerja bahasa Yunani eucharistein yang berarti memuji dan
mengucap syukur. Eucharistein dalam Perjanjian Baru, terdapat dalam Mat.
26:27; Luk. 22:19.20 digunakan bersama-sama dengan kata eulogein Mat. 26:26:
1Kor. 10:16 yang berarti memuji-bersyukur. Pengertian ini digunakan untuk
menerjemahkan kata dari bahasa Ibrani barekh yang artinya memuji dan
memberkati. Barekh atau berakhah dalam tradisi liturgi Yahudi dipergunakan
Doa berkat dalam tradisi Yahudi berlangsung dalam perjamuan makan Yahudi
yakni doa berkat atas roti dan piala. Dengan demikian Ekaristi dapat dimengerti
sebagai doa berkat yang berlangsung dalam perjamuan makan Yahudi.
Bapa Gereja Santo Ignatius dari Antiokia berpendapat Ekaristi itu
membangun kesatuan Gereja. Bilamana orang menerima Ekaristi, maka akan
disatukan dengan Yesus Kristus. Ekaristi bukanlah barang atau benda melainkan
peristiwa dan sarana untuk identifikasi dengan Kristus. Santo Yustinus juga
berpendapat Ekaristi adalah kurban rohani sebab Ekaristi itu adalah doa yang
benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi itu merupakan kenangan akan
penderitaan Yesus, sekaligus akan penciptaan dan penebusan. Dalam kenangan
tersebut, peristiwa inkarnasi juga dihadirkan. Santo Irenius juga berpendapat
bahwa Ekaristi merupakan kurban pujian syukur. Dia berpendapat demikian
karena dalam Ekaristi diungkapkan pujian-syukur atas pencipataan, tentu saja atas
peristiwa penebusan Yesus Kristus (Martasudjita, 2005: 28).
Ekaristi dari dokumen Gereja dalam Kompendium Katekismus Gereja
Katolik (KWI, 2009: 99) menyebutkan Ekaristi sebagai kurban tubuh dan darah
Tuhan Yesus sendiri yang ditetapkan-Nya untuk mengabadikan kurban salib
selama perjalanan waktu sampai kembali-Nya dalam kemuliaan. Seluruh
perjalanan hidup Yesus diabadikan di dalam Gereja. Gereja menjadi tempat yang
dipercaya oleh-Nya untuk mengabadikan kenangan wafat dan kebangkitan-Nya.
Hal ini menjadi tanda bahwa di dalam Ekaristi terlihat adanya kesatuan, ikatan
cinta kasih, perjamuan paskah, di mana rahmat dan jaminan kemuliaan yang akan
Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (1983: kan. 899 § l) merupakan
tindakan Kristus sendiri dan Gereja: di dalamnya Kristus Tuhan, melalui
pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan
kehadiran-Nya secara substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan
diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri
dalam persembahan-Nya.
Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa pengertian Ekaristi
adalah sebagai doa berkat yang berlangsung dalam perjamuan untuk membangun
kesatuan Gereja dan dengan Yesus Kristus. Ekaristi itu merupakan kenangan akan
penderitaan Yesus, sekaligus akan penciptaan, penebusan, peristiwa kemuliaan
dan juga merupakan kurban pujian syukur. Ekaristi sebagai kurban tubuh dan
darah Tuhan Yesus sendiri yang ditetapkan-Nya untuk mengabadikan kurban
salib selama perjalanan waktu sampai kembali-Nya dalam kemuliaan. Melalui
Ekaristi ada kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan paskah, di mana rahmat dan
jaminan kemuliaan yang akan datang dicurahkan kepada umat-Nya. Ekaristi
sebagai tindakan Kristus sendiri dan Gereja: di dalamnya Kristus Tuhan, melalui
pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan
kehadiran-Nya secara substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan
diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri
dalam persembahan-Nya.
c. Makna Ekaristi sebagai perayaan
Rob van Kessel (1997:35-36) menyebutkan bahwa liturgi sebagai
menyelamatkan manusia. Orang kristiani dalam pertemuan merayakan Perjamuan
selalu mengadakan anamneses, yaitu kenangan akan hidup, kematian, dan
kebangkitan Yesus Kristus. Kenangan yang membebaskan inilah yang menjadi
fokus pada umat.
Martasudjita (2005: 105) dalam bukunya menyebutkan bahwa Ekaristi
merupakan perayaan. Perayaan dari bahasa Latin celebratio dari kata kerja
celebrare yang banyak memiliki arti seperti: merayakan, mengunjungi,
meramaikan, memuji, memasyurkan, dls, sehingga dasar dari perayaan selalu
berunsur banyak, plural. Dalam pengertian teologis-liturgis ada tiga arti pokok
dari kata perayaan Martasudjita (2005: 106-108) sebagai berikut:
Segi kebersamaan. Perayaan merupakan kegiatan bersama, subjek perayaan
Ekaristi adalah Kristus dan bersama seluruh Gereja. Konsili Vatikan ke II
menegaskan “upacara-upacara liturgi bukanlah tindakan perorangan, melainkan
perayaan Gereja sebagai sakramen kesatuan” (LG 26). Perayaan Ekaristi selalu
bersifat resmi, umum, eklesial (artinya menghadirkan seluruh Gereja).
Sehingga kapanpun dan dimanapun Ekaristi merupakan perayaan bersama dari
Kristus dan seluruh Gereja-Nya.
Segi partisipatif. Perayaan menunjuk makna keterlibatan atau partisipasi dari
seluruh hadirin. Ekaristi menuntut partisipasi sadar dan aktif dari seluruh umat
beriman (SC 14). Orang yang melakukan dengan sadar tahu dengan yang Ia
perbuat, maka umat beriman perlu memahami seluruh makna perayaan
Ekaristi, termasuk arti semua simbolnya. Kata aktif menunjuk keterlibatan
yang sepenuhnya dan seutuhnya. Umat beriman diharapkan agar merayakan
memahami misteri yang dirayakan dengan baik dan ikut serta secara penuh,
khidmat, dan aktif (SC 48). Keterlibatan tersebut dilakukan mulai dari
persiapan, pelaksanaan, hingga sesudah perayaan, yakni dengan menghasilkan
buah-buah perwujudan iman.
Segi kontekstual. Perayaan dilaksanakan menurut situasi dan kondisi setempat
di mana unsur kebutuhan, situasi, dan tantangan zaman, unsur-unsur budaya
lokal ikut mempengaruhi sebuah perayaan. Ekaristi sebagai perayaan seluruh
Gereja juga dirayakan menurut gaya dan model penghayatan setempat. Para
Bapa Konsili Vatikan II sangat mendorong berbagai penyesuaian liturgi,
termasuk dalam hal inkulturasi liturgi, tentu saja asalkan selaras dengan hakikat
semangat liturgi yang asli dan sejati (SC 37). Sehingga perayaan Ekaristi mesti
menjawab kebutuhan dan kerinduan aktual dan kontekstual dari umat beriman
setempat.
d. Dasar-dasar Perayaan Ekaristi
1)Paskah Yahudi Sebagai Kenangan akan Pembebasan dari Mesir (Eksodus)
Kenangan adalah peristiwa yang menentukan perjalanan hidup bersama
terlebih bagi sebuah bangsa. Bagi bangsa Israel kenangan yang tak dapat
dilupakan adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Peristiwa pembebasan dari
Mesir yang tertulis dalam Kitab Keluaran menjadi sangat penting karena diikuti
oleh penggambaran di padang Gurun dan pembentukan bangsa Israel sebagai
umat Allah dalam ikatan perjanjian bangsa Israel dipilih menjadi umat Israel yang
Kenangan akan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir
dipandang sebagai awal dari pembentukan umat dan agama Israel yang kemudian
dirayakan setiap tahun pada perayaan Paskah yang jatuh pada musim semi, yaitu
pada tanggal 14 bulan Nisan (sekitar Bulan Maret April). Acara pokok dalam
perayaan Paskah adalah pembersihan dan pembakaran semua ragi yang dilakukan
pada pagi hari tanggal 14 bulan Nisan, dan penyembelihan binatang kurban yang
dilakukan di Bait Allah. Dan setelahnya diadakan Perjamuan Paskah yang
diadakan secara berkelompok (Prasetyantha, 2008: 22).
Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan makan (Paskah)
Yahudi. Adapun Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum
perjamuan yang berisi doa syukur atas Roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah
perjamuan yang berisi doa syukur atas Piala sebagai bentuk “berkat perjamuan”
(Martasudjita, 2003: 273).
2)Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti Tak Beragi
Perayaaan Paskah mempunyai akarnya pada tradisi para gembala,
sedangkan perayaan Roti Tak Beragi pada mulanya berakar pada perayaan di
lingkungan para petani. Bangsa Israel menyatukan kedua perayaan itu dan
memberi makna teologis yang khas bangsa Israel. Hari raya Paskah dan Roti Tak
beragi memiliki sejarah yang sangat panjang. Secara kronologis, umat Israel
menempatkan titik awal terjadinya pada peristiwa Keluaran dari Mesir. Hari Raya
Paskah dan Roti Tak Beragi bersama-sama diberi nama perayaan Paskah.
3)Perjamuan Paskah Yahudi di Zaman Yesus
Perayaan Paskah tetap menjadi perayaan keagamaan Yahudi yang utama
pada zaman Yesus. Paskah masih dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Nisan. Pada
pagi hari, umat mengumpulkan semua ragi, membawanya ke Bait Allah untuk
dibakar bersama-sama oleh para imam. Dan pada sore hari dilaksanakan
penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan di Bait Allah, dan setelah
matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang dilaksanakan di dalam
keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara mengelilingi meja Paskah dengan
jumlah paling sedikit sepuluh orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak
memenuhi jumlah minimal tersebut, mereka dapat mengundang keluarga lain
untuk bergabung. Adapun tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap
sampai habis, tanpa sisa. Sesuai dengan peraturan seluruh daging kurban harus
habis, dimakan dan tulang-tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya
memakai pakaian putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring
mengitari meja perjamuan yang berurkuran rendah yang dipimpin oleh kepala
keluarga (Prasetyantha, 2008: 25).
Di dalam Perjanjian Lama peraturan tentang perjamuan Paskah ini dapat
kita temukan pada Kel. 12: 1-13: 6. Macam-macam makanan yang disantap di
dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya
dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir (eksodus). Anak domba Paskah
dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “melewati” rumah
rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak membinasakan anak-anak
Paskah yang dapat dilihat antara lain: sayur pahit melambangkan kondisi
perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir
(Kel. 1:14) sedangkan Roti tak Beragi melambangkan penderitaan di masa lalu
dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa gesa ketika bangsa Israel hendak
meninggalkan Mesir setiap perlambangan mengalami perubahan sesuai dengan
zamannya yang semakin rohani (Prasetyantha, 2008: 28).
4)Perjamuan Malam Terakhir Yesus
Dalam buku Ekaristi dalam Hidup Kita (Prasetyantha, 2008: 29),
mengatakan perjamuan Tuhan sudah menjadi salah satu faktor utama yang
meneguhkan ikatan persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas
Gerejani, sejak berkembangnya jemaat kristiani. Perjamuan Tuhan menjadi sarana
utama untuk menyatukan umat dengan Kristus Sang Penebus. Perjamuan malam
terakhir Yesus dengan para Rasul dikisahkan dalam Injil Sinoptik. Kisah tentang
perjamuan malam terakhir dimulai dengan pertanyaan para rasul kepada Yesus
mengenai tempat untuk mengadakan perjamuan Paskah bagi mereka. Dari
jawaban Yesus dapat kita duga bahwa tampaknya Dia sudah merencanakan hal itu
dan sudah menghubungi salah seorang yang bersedia menyediakan tempat bagi
mereka di dalam kota (Mat. 26: 18). Injil sipnotik Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes sepakat menganggap perjamuan malam terakhir Yesus sebagai
e. Keaktifan Mengikuti Perayaan Ekaristi
Martasudjita (2005:108) dalam bukunya menjelaskan bagian-bagian
manakah yang dapat menjadi perhatian utama partisipasi aktif umat dalam
Perayaan Ekaristi yaitu sebagai berikut:
Partisipasi umat beriman diharapkan secara sadar dan aktif dalam seluruh
Perayaan Ekaristi, mulai dari persiapan, saat pelaksanaan, dan juga saat
pengamalan misteri iman itu dalam kehidupan sehari-hari (SC 14 dan 48).
Melalui kehadiran dan keikutsertaannya dalam seluruh bagian Perayaan
Ekaristi, umat beriman berpartisipasi aktif. Umat dianjurkan ikut merayakan
Ekaristi sejak awal hingga akhir karena Perayaan Ekaristi karena merupakan
satu kesatuan tindakan ibadat (SC 56). Partisipasi sadar dan aktif itu dituntut
oleh hakikat liturgi sendiri yang merupakan perayaan iman dari umat beriman
sebagai “bangsa terpilih, imamat rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan
Allah sendiri” (1 Ptr. 2: 9).
Dalam liturgi partisipasi sadar dan aktif umat beriman dilaksanakan menurut
“tingkatan, tugas, serta keikutsertaan mereka” (SC 26). Artinya, dalam
menjalankan partisipasi tersebut, masing-masing umat beriman “menjalankan
dan melakukan seutuhnya, apa yang menjadi perannya menurut hakikat
perayaan serta kaidah-kaidah liturgi” (SC 28). Dengan kata lain, partisipasi
sadar dan aktif seluruh umat beriman harus dilaksanakan sesuai dengan peran
dan tugas masing-masing. Pembagian peran dan tugas dalam kehidupan
paling penting ialah koordinasi dan pengetahuan keterampilan masing-masing
menurut tugasnya.
Umat beriman juga ada yang dipilih sebagai petugas-petugas liturgi yang ambil
bagian dalam pelayanan liturgi bagi seluruh umat beriman. Mereka itu antara
lain lektor, akolit, pelayan komuni tak lazim, pemazmur, paduan suara atau
kor, petugas musik, koster, komentator, kolektan, penyambut jemaat,
seremoniarius, dan sebagainya (lih. PUMR 98-107).
Sedangkan kesempatan partisipasi aktif umat yang tidak terlibat dalam petugas
liturgi ialah aklamasi dan jawaban-jawaban umat terhadap salam dan doa-doa
imam (PUMR 35), Pernyataan Tobat, Syahadat, Doa Umat, Doa Bapa Kami
(PUMR 36). Umat selurus sebaiknya juga ikut terlibat dalam pengucapan atau
menyanyikan: nyanyian Kemuliaan, refren Mazmur Tanggapan, Bait
Pengantar Injil (dengan atau tanpa alleluia), nyanyian persiapan persembahan,
Kudus, aklamasi anamnesis, nyanyian pemecahan Hosti (Agnus Dei), madah
pujian sesudah komuni, dan nyanyian penutup (PUMR 37).
f. Makna Sakramen Ekaristi
1) Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang Sehabis-habisnya
Kematian Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada
para murid serta seluruh umat manusia demi persatuan dengan Allah. Ia
mengorbankan diri di kayu salih demi memenuhi karya keselamatan dari Allah
bagi umat-Nya. Ia memiliki jiwa pengorbanan yang sungguh luar biasa dan
memiliki kasih yang sungguh total terhadap sahabat-sahabat-Nya. Hal ini dapat
dilihat dalam Yoh. 15:13 yang berbunyi “Tidak ada kasih yang lebih besar dari
Yesus memberikan teladan bagaimana memberikan kasih terhadap sesama. Yesus
mengajarkan nilai cinta kasih yang sungguh-sungguh menyentuh hati bagi
sahabat-sahabat-Nya tiada kasih yang sempurna selain kasih yang rela
memberikan nyawa-Nya untuk orang yang dikasihi-Nya.
Yesus memberikan anugerah cinta kasih yang tanpa batas kepada para
murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan
keselamatan bagi semua orang, oleh sebab itu untuk mengenang anugerah-Nya,
Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi Suci. Ekaristi menjadi
suatu kenangan akan anugerah cinta kasih yang mendalam dan memiliki kekuatan
untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah. Ekaristi disebut Sakramen cinta
kasih, lambing kesatuan baik dengan Allah maupun dengan warga Gereja sendiri
(Martasudjita, 2005: 295-296).
Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas atau
sehabis-habisnya kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam Yoh. 13:1 yang
berbunyi "sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu bahwa
saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti la
senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang la mengasihi
mereka sampai kepada kesudahannya. Ia memberikan pelayanan dengan kasih
yang sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-murid-Nya tanpa batas dan
menyayangi mereka sampai akhir hayat. Yesus memberikan kasih-Nya secara
total kepada mereka sampai pada kesudahan dan la rela memberikan nyawa-Nya
demi keselamatan para murid serta seluruh umat beriman. Ekaristi jauh
melampaui batas-batas orang-orang yang hadir, tetapi dengan seluruh Gereja dan
Dalam perayaan Ekaristi, hidup Allah melalui Kristus dibagikan lewat
misteri roti yang dipecah dan dibagikan dalam arti harus menderita dan
membagikan hidupnya. Namun dalam perayaan Ekaristi pula, umat beriman
saling berbagi dalam patisipasi seluruh umat Gereja dan khususnya umat yang
hadir dengan imam dan petugasnya. Setelah Misa kita diutus untuk berbagi yang
kita alami selama perayaan Ekaristi tadi. Kita yang memperoleh hidup Allah
secara cuma-cuma, kini kita harus mau membagikan rahmat hidup Allah kepada
sesama kita, baik keluarga maupun masyarakat kita. Berbagi bagi Gereja dan
masyarakat, berbagi pula terhadap mereka yang kecil, lemah, miskin dan
tersingkir. Berbagai bentuk pengorbanan kita persis perutusan dari Ekaristi. Kita
yang menerima hidup Tuhan yang dibagikan, kita juga diundang untuk berani
berbagi kepada sesama, entah apapun bentuknya itulah wujut pelayanan kita
kepada Allah dan sesama (Martasudjita, 2012: 124).
2) Ekaristi sebagai Perjamuan yang Mempersatukan Umat dengan Allah, Umat dengan Umat
Pada zaman dahulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang
paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah
(Grun, 1998: 29). Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan
mengajak para murid serta umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya menjadi
satu kesatuan keluarga besar. Perjamuan ini membuat umat merasakan kerinduan
untuk berkumpul bersama. Semua ini menjadi tanda bahwa Allah solider atau
peduli dengan umat, dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan.
Tuhan Yesus sendiri Bersabda “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul
Konsili Vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah (SC
7). Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi
menjadi tempat untuk mengenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang
berakhir dengan wafat dan kebangkitan-Nya (Martasudjita, 2005: 297-298).
Umat dalam mengikuti perayaan Ekaristi diajak untuk bersatu dengan
Allah melalui terang Roh Kudus (koinonia). Koinonia merupakan bentuk
keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk
suatu persaudaraan antar umat beriman dengan terang Roh Kudus. Dalam LG 7
dinyatakan “Dalam pemecahan Ekaristi kita secara nyata ikut serta dalam tubuh
Tuhan; maka, kita diangkat untuk bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita”.
Hal ini menjadi tempat dihimpunnya persatuan antara umat dengan Allah, umat
dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah selalu hadir di tengah hidup
umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiran-Nya (Martasudjita,
2005: 358).
3) Ekaristi sebagai Permohonan Seruan datang-Nya Karunia Roh Kudus (Epiklese)
Martasudjita (2005: 357-358) di dalam bunya menjelaskan Epiklese
merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung (DSA). Hal ini merupakan
faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus
Kristus. Keselamatan yang datang tidaklah datang dengan begitu saja tetapi ada
yang membawa atau mengkaruniakannya yaitu Roh Kudus. Roh Kuduslah yang
membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang beriman. Pada waktu
Ekaristi imam dan umat berdoa bersama memohon kepada Allah supaya
menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Di sinilah karunia Roh Kudus sungguh bekerja
dan memberikan hidup bagi umat-Nya yang telah dikasihi oleh Allah. Tanpa
kehadiran Roh Kudus keselamatan yang telah dipercayakan di dalam Gereja tidak
terjadi dan rencana keselamatan Allah hanya terlihat abstrak tanpa ada
perwujudan yang nyata. Berkat karya Roh Kudus rencana Keselamatan Allah
sungguh-sungguh terjadi dalam diri Kristus dan di dalam Gereja.
Dalam Epiklese terkandung doa permohonan untuk Roh Kudus supaya
turun untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus dan
mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh Kuduslah umat
Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah melalui Tubuh dan
Darah Kristus. Dengan demikian umat yang telah dikuduskan melalui karya Roh
Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan Allah dan umat menjadi buah
karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala perbuatan yang baik
(Martasudjita. 2005: 358).
4) Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus
Yesus di dalam injil Yohanes 1:39 bersabda: “Marilah dan kamu akan
melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana la tinggal, dan hari itu
mereka tinggal bersama sama dengan Dia". Yesus mengundang para murid untuk
tinggal bersama Dia. Yesus mengundang mereka untuk masuk dan bersatu dalam
persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami,
merasakan, menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus.
bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan dalam
mewartakan kabar gembira keseluruh dunia (Martasudjita, 2012: 21).
Pengalaman pribadi para murid masuk dan tinggal bersama Kristus
menjadi tujuan utama dari seluruh hidup umat beriman. Pengalaman pribadi ini
menjadi salah satu wujud kesaksian untuk bersatu dengan Tuhan yang menjadi
ujung tombak dalam bersaksi bagi orang lain. Hal ini nampak di dalam 1 Yoh. 1:
1-3, Perikop ini mengungkapkan pengalaman tinggal dalam Kristus yang terlihat
dalam pernyataan berikut: apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami
dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan
yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup, itulah yang kami
tuliskan kepada kamu. Hal ini menunjukkan suatu kesatuan dan pengalaman iman
yang luar biasa. Pengalaman tinggal bersama-Nya membuat kita sadar bahwa
hidup bersama-Nya membawa suatu anugerah yang terindah, kedamain cinta
kasih, dalam seluruh hidup Kristus. Pengalaman inilah yang harus kita bawa bagi
orang lain dalam hidup bersama di tengah-tengah dunia (Martasudjita, 2012: 22).
Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam
Ekaristi Yesus menjadi roti hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti hidup ini
memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada. Melalui Ekaristi umat
diajak untuk masuk dan bersatu di dalalm misteri Ekaristi, yakni mengenangkan
misteri wafat dan kebangkitan-Nya. Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud
dalam penyambutan Komuni Suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh
dan darah-Nya dalam Komuni Suci menjadi tanda bahwa kita “tinggal di dalam
5) Ekaristi sebagai Sumber untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Umat dalam Menghadapi Persoalan Hidup
Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekaristi
umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup
sehari-hari (Martasudjita, 2012: 57). Dalam kehidupan sesehari-hari-sehari-hari umat akan dihadapkan
dengan permasalahan hidup yang kompleks. Dengan begitu umat tentunya ingin
mencari jalan keluar dari permasalahan dan ingin memecahkan permasalahan
yang dihadapinya. Untuk itulah umat Kristiani selalu merayakan Ekaristi untuk
menimba kekuatan dari Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada.
Selain itu juga umat dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar
gembira dari Allah kepada seluruh bangsa.
6) Ekaristi Sebagai sumber dan puncak Kehidupan Gereja
Martasudjita (2003; 297) mengatakan bahwa, Ekaristi tidak hanya pusat
seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja.
Dalam hal ini LG art. 11 (Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili vatikan II
tentang Gereja) mengatakan demikian:
“Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah: demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis. Baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan Suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara
mengagumkan”.
Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani