• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapan sakramen Krisma remaja tahun 2014 di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan dan upaya pengembangan pendampingannya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persiapan sakramen Krisma remaja tahun 2014 di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan dan upaya pengembangan pendampingannya."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA

TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN

UPAYA PENDAMPINGANNYA”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari

keprihatinan penulis terhadap kaum muda yang telah menerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan yaitu para remaja dalam mengikuti persiapan Sakramen Krisma hanyalah sebagai formalitas belaka, sehingga kosekusensi setelah menerima Sakramen Krisma tidak disadari.

Sakramen Krisma merupakan salah satu dari Sakramen Inisiasi, seseorang yang telah menerima Sakramen Krisma dianggap dewasa dalam iman dan siap untuk dilibatkan dalam tugas perutusan baik dalam Gereja maupun ditengah masyarakat. Supaya seseorang diijinkan menerima dan menyambut Sakramen Krisma diperlukan suatu pendampingan dan masa persiapan khusus bagi mereka yang akan menerimanya. Mulai dari program pendampingan, pendamping, calon penerima dan evaluasi.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah melihat gambaran pelaksanaan persiapan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan, mengetahui program, pendamping dan calon penerima Sakramen Krisma. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada calon penerima Sakramen Krisma tahun 2014 di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan. Hasil penelitian menyatakan sebagian besar persiapan Sakramen Krisma tahun 2014 sudah berjalan baik dengan memenuhi kriteria.

(2)

ix

ABSTRACT

The title of this undergraduate thesis is the PREPARATION OF THE SACRAMENT OF CONFIRMATION FOR THE YOUTH IN 2014 IN SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN PARISH AND ITS EFFORTS TO DEVELOPE IT. This title was chosen based on the writer’s concern to the youth who had received the Confirmation Sacrament at St. Yohanes Rasul Parish. They were participating in the Confirmation Sacrament preparation only as formality so that they were not conscious about the consequences after receiving it.

The Confirmation Sacrament is one of the Sacraments of Initiation. A person who receives the sacrament of Confirmation is considered mature in faith and prepared to be involved in the mission both in the Church and in the community. A person, in order to be permitted to receive the Confirmation Sacrament is required an advised to have special preparation which starts from the mentoring program, a companion, and the evaluation for the recipients.

The main issue in this undergraduate thesis is to study the implementation of the preparation of the Confirmation Sacrament at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish and to understand the program, mentors and Confirmation recipients. To examine this issue, the writer needs an accurate data. Therefore, the writer conducted the study by distributing questionnaires to the Confirmation recipients in 2014 at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish. The research showed that the majority of the Confirmation 2014 preparation is went well based on the criteria.

(3)

PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN

UPAYA PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Wijiati Hadi Purwaningtias

NIM: 111124034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

ayahku (Ignatius Jumadi), ibuku (Christina Imroh Suharti),

(7)

v

MOTTO

Gusti ngendika: Ana wong nyebar wiji mangkat arep nyebar wijiné. 4 Nalika

nyebar wiji mau, ana sing tiba ing pinggir dalan, lan manuk-manuk ing

awang-awang pada mudhun nycuki wiji mau. 5 liyané sing tiba ing enggon padhas, sing

ora okeh lemahé: iki gelis baé anggone thukul, marga lemahé ora jero. Nanging

bareng srengéngé panas, banjur dadi garing, awit ora ana oyodé. 7 Ana liya sing

tiba ana ing tengah erén, lan eriné tuwuh dhuwur mulet wiji. 8 Liya manéh tiba

ing lemah becik, iki ngetokaké woh: ana sing tikel satus, ana sing tikel sewidak,

ana sing tikel telung puluh. 9 Sing sapa duwe kuping bisa ngrungokaké,

ngrungokna.

(Matéus 13 : 4-9)

Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah

burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang

berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena

tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering

karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin

besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah

yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali

lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya orang lain, kecuali seperti yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya tulis ilmiah.

Yogyakarta, 1 Agustus 2016

Penulis,

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Wijiati Hadi Purwaningtias

NIM : 111124034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang

bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul

“PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI

SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN

PENDAMPINGANNYA”besertaperangkat yangdiperlukan (bila ada).

Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 1 Agustus 2016

Yang menyatakan,

(10)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA

TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN

UPAYA PENDAMPINGANNYA”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari

keprihatinan penulis terhadap kaum muda yang telah menerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan yaitu para remaja dalam mengikuti persiapan Sakramen Krisma hanyalah sebagai formalitas belaka, sehingga kosekusensi setelah menerima Sakramen Krisma tidak disadari.

Sakramen Krisma merupakan salah satu dari Sakramen Inisiasi, seseorang yang telah menerima Sakramen Krisma dianggap dewasa dalam iman dan siap untuk dilibatkan dalam tugas perutusan baik dalam Gereja maupun ditengah masyarakat. Supaya seseorang diijinkan menerima dan menyambut Sakramen Krisma diperlukan suatu pendampingan dan masa persiapan khusus bagi mereka yang akan menerimanya. Mulai dari program pendampingan, pendamping, calon penerima dan evaluasi.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah melihat gambaran pelaksanaan persiapan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan, mengetahui program, pendamping dan calon penerima Sakramen Krisma. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada calon penerima Sakramen Krisma tahun 2014 di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan. Hasil penelitian menyatakan sebagian besar persiapan Sakramen Krisma tahun 2014 sudah berjalan baik dengan memenuhi kriteria.

(11)

ix

ABSTRACT

The title of this undergraduate thesis is the PREPARATION OF THE SACRAMENT OF CONFIRMATION FOR THE YOUTH IN 2014 IN SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN PARISH AND ITS EFFORTS TO DEVELOPE IT. This title was chosen based on the writer’s concern to the youth who had received the Confirmation Sacrament at St. Yohanes Rasul Parish. They were participating in the Confirmation Sacrament preparation only as formality so that they were not conscious about the consequences after receiving it.

The Confirmation Sacrament is one of the Sacraments of Initiation. A person who receives the sacrament of Confirmation is considered mature in faith and prepared to be involved in the mission both in the Church and in the community. A person, in order to be permitted to receive the Confirmation Sacrament is required an advised to have special preparation which starts from the mentoring program, a companion, and the evaluation for the recipients.

The main issue in this undergraduate thesis is to study the implementation of the preparation of the Confirmation Sacrament at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish and to understand the program, mentors and Confirmation recipients. To examine this issue, the writer needs an accurate data. Therefore, the writer conducted the study by distributing questionnaires to the Confirmation recipients in 2014 at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish. The research showed that the majority of the Confirmation 2014 preparation is went well based on the criteria.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA

REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL

SOMOHITAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari

banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Romo Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen pembimbing utama, yang telah

memberi perhatian, memberi sumbangan pemikiran kepada penulis dan

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan kesabaran

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK,M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik dan

selaku dosen penguji II, yang telah membimbing penulis selama menempuh

studi di IPPAK dan berkenan menjadi dosen penguji skripsi.

3. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto SJ selaku dosen penguji III, yang berkenan

menguji penulis.

4. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ.,M.Ed selaku Kaprodi dan

Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku Wakaprodi, yang telah

bersedia memberikan dukungan, perhatian, motivasi kepada penulis selama

(13)

xi

5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi PAK-JIP-FKIP-USD, Yogyakarta

yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh studi.

6. Romo Paroki Koko Pudjiwahyulistyono, Pr yang telah mengijinkan untuk

melaksanakan penelitian di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan.

7. Bapak Marjo yang telah membantu memberikan data-data yang penulis

butuhkan.

8. Penerima Sakramen Krisma tahun 2014 yang telah bersedia membantu

penulis dalam mengumpulkan data dengan mengisi kuesioner penelitian.

9. Bapak dan ibu yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada penulis

selama mengerjakan skripsi ini.

10. Partnerku Wulan Nurvita dan Wulan Nuraini yang setia membantu dan

memberikan semangat.

11. Antonius Wahyu Pratomo Nugroho yang menemani, memberi semangat dan

dukungan selama mengerjakan skripsi.

12. Temanku Malvin Roy yang telah membantu dan memberi semangat dalam

mengerjakan skripsi.

13. Sahabatku Stefani yang membantu dan menemani dalam masa sulit saat

mengerjakan akhir skripsi.

14. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi khususnya angkatan 2011 yang telah

memotivasi dan menyemangati penulis selama menempuh studi di PAK.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini

(14)

xii

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam

penyusunan skripsi, sehingga masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 1 Agustus 2016

Penulis

(15)

xiii

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1. Perkembangan Sakramen Baptis dan Krisma ... 8

2. Sakramen Baptis ... 10

3. Sakramen Ekaristi ... 11

4. Sakramen Krisma ... 12

(16)

xiv

2. Kekhasan Sakramen Krisma ... 14

3. Materai Krisma ... 14

4. Liturgi Sakramen Krisma ... 15

5. Makna Simbol Sakramen Krisma ... 15

a. Minyak Krisma ... 16

b. Penumpangan Tangan Uskup ... 16

c. Pengurapan Minyak Krisma ... 16

d. Tepuk pada Pipi Penerima Sakramen Krisma ... 16

e. Pemberian Nama Krisma ... 17

6. Pelayan Sakramen Krisma ... 17

7. Persyarataran Calon Penerima Sakramen Krisma ... 18

8. Penanggungjawab Sakramen Krisma ... 18

a. Tanggung Jawab Penerima Sakramen Krisma ... 18

b. Tanggung Jawab Orang Tua ... 19

c. Tanggung Jawab Gereja ... 19

d. Tanggung Jawab Umat Setempat ... 19

e. Tanggung Jawab Wali Krisma ... 19

f. Tanggung Jawab Katekis ... 20

9. Bidang Perutusan Sakramen Krisma ... 20

a. Leiturgia ... 21

b. Koinonia ... 21

c. Diakonia ... 22

d. Kerygma ... 23

D. Gambaran Remaja Pada Umumnya ... 23

1. Perubahan Fisik ... 24

2. Perubahan Sosial ... 24

3. Perubahan Moral ... 25

E. Persiapan Sakramen Krisma... 26

F. Kriteria Persiapan Sakramen Krisma ... 26

(17)

xv

2. Katekese Inisiasi ... 29

3. Katekese Persiapan Sakramen Krisma ... 30

4. Tujuan Katekese Persiapan Sakramen Krisma ... 30

5. Subyek Katekese Persiapan Sakramen Krisma... 31

6. Pendamping Katekese Sakramen Krisma ... 31

H. Fokus Penelitian ... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian... 33

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 34

1. Variabel Penelitian ... 34

a. Identifikasi Variabel ... 34

b. Definisi Konseptual Variabel ... 35

c. Definisi Operasional Variabel ... 35

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 35

3. Kisi-Kisi Penelitian ... 35

4. Pengembangan Instrumen ... 38

a. Uji Coba Terpakai ... 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Uji Prasyarat Analisa ... 43

(18)

xvi

a. Persiapan Sakramen Krisma ... 44

1) Deskripsi Statistik Aspek Program Persiapan Sakraemen Krisma ... 46

2) Deskripsi Statistik Aspek Pendamping Persiapan Sakramen Krisma ... 48

3) Deskripsi Statistik Aspek Calon Penerima Persiapan Sakramen Krisma ... 50

4) Deskripsi Statistik Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma ... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

1. Pembahasana Variabel Persiapan Sakramen Krisma Berdasarkan Data Keseluruhan ... 55

2. Aspek Program Persiapan Sakramen Krisma ... 56

3. Aspek Pendamping Persiapan Sakramen Krisma... 57

4. Aspek Calon Penerima Sakramen Krisma ... 58

5. Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma ... 58

C. Keterbatasan Penelitian ... 59

D. Refleksi Pastoral ... 59

E. Usulan Program ... 60

1. Latar Belakang... 61

2. Tujuan Pelaksanaan Program ... 61

3. Usulan Program Pendampingan Calon Penerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan ... 62

F. Contoh Persiapan Pembekalan Bagi Calon Penerima Sakramen Krisma ... 63

1. Satuan Pertemuan I ... 63

a. Identitas Pertemuan ... 63

b. Pemikiran Dasar ... 63

c. Materi ... 64

d. Sumber Bahan` ... 64

e. Sarana ... 64

(19)

xvii

a. Identitas Pertemuan ... 68

b. Pemikiran Dasar ... 68

c. Materi ... 68

d. Sumber Bahan` ... 68

e. Sarana ... 68

f. Metode ... 69

g. Proses Pengembangan Langkah ... 69

1). Langkah 1 ... 69

a) Bentuk Katerlibatan Hidup Menggereja dan Bermasyarakat ... 69

1) LEITURGIA ... 69

(20)

xviii

4) KERYGMA ... 72

7). Penutup ... 72

1) Tanya Jawab ... 72

2) Doa Penutup ... 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. KESIMPULAN ... 73

B. SARAN ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Data Hasil Penelitian ... (2)

Lampiran 3 : Hasil Analisa SPSS ... (4)

(21)

xix

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen ... 36

Tabel 2. Reliability Statistics ... 40

Tabel 3. Interval Variabel Persiapan Sakramen Krisma ... 42

Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 43

Tabel 5. Rangkuman Deskripsi Persiapan Sakramen Krisa ... 44

Tabel 6. Frekuensi Variabel Persiapan Sakramen Krisma ... 45

Tabel 7. Rangkuman Statistik Aspek Program Persiapan Sakramen Krisma ... 46

Tabel 8. Frekuensi Program Persiapan Sakramen Krisma ... 47

Tabel 9. Rangkuman Deskripsi Statistik Aspek Pendamping Persiapan Sakramen Krisma ... 48

Tabel 10. Frekuensi Pendamping Persiapan Sakramen Krisma... 49

Tabel 11. Deskripsi Statistik Aspek Calon Penerima Sakramen Krima ... 50

Tabel 12. Frekuensi Aspek Calon Penerima Sakramen Krisma ... 51

Tabel 13. Deskripsi Statistik Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma ... 53

Tabel 14. Frekuensi Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma... 54

(22)

xx

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama

Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.

8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II kepada

para Uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa

kini, 16 Oktober 1979

SC : Sacrosanctum Concilium, dokumen Konsili Vatikan II tentang

Liturgi suci, yang diresmikan oleh Paus Paulus IV pada 4 Desember

1963

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

Bpk : Bapak

Dll : dan lain-lain

(23)

xxi Hal : Halaman

Kan Kanon

KHK Kitab Hukum Kanonik

Kis Kisah Para Rasul

KK : Kepala Keluarga

KLMTD Kaum Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel

Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

No : Nomor

OMK : Orang Muda Katolik.

St : Santo

(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi dewasa

baik secara jasmani maupun rohani. Seorang anak yang sudah mulai tumbuh

menjadi seorang remaja akan mengalami banyak penyesuaian secara pribadi

maupun sosial. Di samping itu penyesuaian dalam hal rohani pun merupakan hal

yang penting dalam kehidupan.

Untuk hidup sebagai warga Gereja yang dewasa dalam iman maka Gereja

telah menyiapkan Sakramen Krisma sebagai pelengkap Sakramen Baptis.

Sakramen Krisma menjadikan orang yang telah menerimanya mau terlibat aktif

dalam kehidupan menggereja, seperti halnya yang terjadi di Paroki Santo Yohanes

Rasul Somohitan.

Umat yang berada di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan memiliki

keterikatan dengan Gereja yang ditampakkan dalam keikutsertaannya dalam

berbagai kegiatan dan banyak dari mereka adalah orang dewasa. Paroki Santo

Yohanes Rasul Somohitan adalah Paroki yang sangat luas dengan umat yang

lumayan banyak ditambah lagi keberadaannya tepat di bawah lereng Gunung

Merapi. Tradisi pedesaan yang sangat kental masih melekat dalam diri umat

sendiri yang membuat umat senang terlibat dan mengikuti berbagai kegiatan

Gereja sehingga persaudaraan dan kebersamaan terjalin erat didalamnya.

Kaum muda atau Orang Muda Katolik di Paroki Santo Yohanes Rasul

(25)

yang sering diadakan. Dalam perayaan ekaristi seperti koor maupun petugas

Ekaristi juga sering melibatkan kaum muda atau OMK namun yang menjadi

keprihatinan adalah banyak kaum muda yang sulit untuk bergabung menjadi

anggota OMK (Orang Muda Katolik) di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan

bisa dilihat dalam perayaan Ekaristi cukup banyak kaum muda yang mengikuti

namun dalam berbagai kegiatan sebagian dari mereka tidak hadir meskipun

banyak diantara mereka yang sudah menerima Sakramen Krisma

Sebagai salah satu sakramen yang menghantar umat pada gerbang menuju

kedewasaan, maka hanya diterimakan oleh mereka yang sudah berumur seusia

SMP. Di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan pemerimaan Sakramen Krisma

diadakan 2 tahun sekali bergantian dengan Sakramen Baptis, setiap akan

menerimakan Sakramen terutama Sakramen Inisiasi tentu saja harus ada persiapan

yang sungguh-sungguh sehingga calon penerima sakramen memiliki bekal yang

cukup. Persiapan atau pelajaran untuk calon penerima Sakramen Krisma

dilaksanakan setiap minggu selama enam bulan dengan minimal tiga kali absen.

Dalam persiapan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul

Somohitan, biasanya guru agama yang ditunjuk sebagai pendamping dalam

persiapan Sakramen Krisma. Persiapan Sakramen Krisma dikemas mirip seperti

pelajaran di sekolah pada umumnya dengan materi yang telah dipersiapkan tanpa

menggunakan banyak media.

Dari persiapan Sakramen Krisma yang matang diharapkan setelah

menerima sakramen krisma mereka menjadi dewasa dalam iman dan dapat

mempertanggungjawabkan imannya terlebih menyangkut keterlibatannya dalam

(26)

ikut ambil bagian dalam karya keselamatan dan menjadi saksi Kristus. Semakin

mencintai imannya sehingga mampu bertumbuh dalam iman dan menjadi benih

bagi Gerejanya yang suatu saat dapat berbuah dan dapat dipanen. Mengingat

Krisma bukanlah sekedar syarat untuk diterima menjadi bagian dalam Gereja

tetapi lebih dari itu yaitu mampu menjadi dewasa dalam iman.

Persiapan Sakramen Krisma harus dipersiapkan terlebih dahulu oleh para

pendamping mulai dari aspek program yang dialamnya terdapat tujuan, materi,

metode, proses dan evaluasi, pendamping dan calon penerima Sakramen Krisma.

Untuk keberhasilan suatu persiapan pendampingan maka aspek yang terdapat

dalam persiapan harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Sehubungan dengan permasalahan di atas terlebih di Paroki Santo

Yohanes Rasul Somohitan, saya ingin melihat gambaran bagaimana persiapan

Krisma terutama untuk kaum muda maka saya menyusun skripsi yang berjudul

PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI

SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN UPAYA

PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penulisan diatas, maka penulis merumuskan

tiga masalah yang akan diungkapkan dalam skripsi ini.

1. Bagaimana proses persiapan Pendampingan Sakramen Krisma di Paroki St.

Yohanes Rasul Somohitan?

2. Bagaimana kriteria untuk persiapan Pendampingan Sakramen Krisma di

(27)

3. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan pendampingan sakramen

Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari skripsi

adalah:

1. Mengetahui proses persiapan persiapan Sakramen Krisma di Paroki St.

Yohanes Rasul Somohitan.

2. Mengetahui bagaimana kriteria dalam persiapan Sakramen Krisma di Paroki

St. Yohanes Rasul Somohitan

3. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan persiapan Sakramen

Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan atas Latar Belakang penulisan, Rumusan Masalah, dan

Tujuan Penulisan, maka diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat:

1. Mendapatkan gambaran bagaimana proses persiapan pendampingan

Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan.

2. Mengetahui bagaimana kriteria untuk persiapan pendampingan akramen

Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan

3. Menemukan upaya agar dapat meningkatkan persiapan Sakramen Krisma di

(28)

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif. Dengan metode ini

penulis menggambarkan mengenai masalah yang ada berdasarkan fakta yang

diperoleh melalui penelitian kuantitatif. Dengan kajian pustaka dan dilengkapi

dengan penyebaran angket, kemudian dianalisis dan diuraikan pokok-pokok

bahasannya. Melalui metode ini penulis akan memaparkan, menguraikan, serta

menganalisis persiapan pendampingan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes

Rasul Somohitan.

F. Sistematika Penullisan

Bab I merupakan pendahuluan. Dalam pendahuluan berisi: gambaran

umum latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika.

Bab II penulis memaparkan mengenai kajian pustaka. Bagian ini

menguraikan empat hal yaitu mengenai Sakramen Krisma, kaum muda, persiapan

Sakramen Krisma dan katekese persiapan Sakramen Krisma. Bagian pertama

berisi sakramen pada umumnya, sakramen inisiasi, dan Sakramen Krisma. Bagian

kedua berisi perubahan pada kaum muda. Bagian ketiga berisi kriteria persiapan

Sakramen Krisma dan bagian empat berisi pentingnya katekese, dan katekese

persiapan Sakramen Krisma.

Bab III beriskan metodologi penelitian persiapan pendampingan Sakramen

(29)

Bab IV berisikan analisa data dan usulan program pendampingan bagi

Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan. Analisa data terdari dari uji validitas, uji

normalitas, deskripsi data, refleksi pastoral usulan program berisi refleksi pastoral

(30)

BAB II

SAKRAMEN KRISMA

A. Sakramen Pada Umumnya

Sakramen biasanya diartikan sebagai tanda dan sarana rahmat atau

keselamatan, kata sakramen berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang berarti

hal-hal yang berhubungan dengan yang kudus yang Ilahi. Dalam Kitab Suci

muncul istilah lain dalam Bahasa Yunani mysterion yang menunjukkan sesuatu

yang bersembunyi. Kata “misteri” atau “rahasia” diartikan sebagai rencana Allah

mengenai akhir zaman, khususnya cara dan saat akhir zaman, yang tersembunyi

bagi manusia, tetapi diberitahukan oleh Allah kepada orang-orang tertentu.

(Banawiratma, 1989 : 12-13)

Sakramen sebagai peristiwa konkrit duniawi yang menandai,

menampakkan, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah. Gereja

merupakan suatu tanda karena di dalamnya rahasia keselamatan Allah menjadi

nyata. Gereja sebagai persekutuan persaudaraan yang konkret dan di dalamnya

terdapat ritus-ritus sakramen. Dalam sakramen, rahmat disampaikan secara

konkret melalui tanda-tanda badaniah. (Komkat KWI, 2000 : 400)

Keselamatan karya Allah bagi manusia terungkap dalam simbol-simbol

konkrit manusiawi, seperti sabda, peristiwa sejarah, pribadi utusan, barang atau

tempat.

B. Sakramen Inisiasi

Menjadi orang Kristen berarti menjadi anggota Gereja. Ungkapan kata

(31)

bersama Allah secara sakramental melalui Gereja” Ungkapan kata “Inisiasi

Kristen” mau menunjukan tahap-tahap yang perlu dilewati oleh siapa saja yang

berniat untuk menjadi anggota Gereja. (Da Cunha, 1991 : 5)

Menjadi anggota kristen berarti menjadi anggota Gereja. Dalam hal ini

para calon anggota harus menjalani suatu inisiasi kristen, suatu masa perkenalan

dan percobaan dengan syarat-syarat dan latihan-latihan tertentu. Pada awalnya

Sakramen Baptis, Krisma dan Ekaristi menjadi satu kesatuan sehingga seluruh

proses itu disebut inisiasi kristen.

Tujuan yang mau dicapai dalam inisiasi kristen ialah memasukkan seorang

dalam Gereja. Menggabungkan dia pada Gereja, dan menjadikan dia anggota

Gereja. Ikatan yang mempersatukan para anggota Gereja ialah iman pada Kristus,

maka dari itu calon anggota harus diinisiasikan kepada iman akan Kristus.(PWI –

Liturgi, 1977:8)

1. Perkembangan Sakramen Baptis dan Krisma

Sakramen Baptis, Krisma dan Ekaristi adalah satu kesatuan. Baptisan

pertama-tama berarti bahwa orang dari kelompok kristen diterima masuk menjadi

anggotanya. Dalam KHK 96 disebutkan bahwa dengan dibaptis orang menjadi

anggota Gereja Kristus, umat Allah menjadi “persona” dengan segala hak dan

kewajiban, entah oleh siapa dan ke dalam kelompok mana orang diinisiasikan.

Dengan diinisiasikan jemaah Kristen dengan tegas menyatakan iman kepercayaan,

iman kepercayaan kepada Yesus sebagai Tuhan, Anak Allah dan Juru selamat.

Dengan baptisan manusia dibebaskan dari dosa asal dan dosa pribadi,

(32)

Allah. Baptisan dengan air menyimbolkan segi penyelamatan, air yang mengalir

menyimbolkan hidup ilahi, yang di dalamnya orang beriman menjadi persertanya

dan kekudusan Ilahi yang dikaruniakan kepada mereka yang benar-benar percaya,

daya hidup dan kesuburan Ilahi adalah Roh Kudus yang disimbolkan dengan air

yang mengalir.

Seiring perkembangan upacara inisiasi Kristen, lama kelamaan menjadi

serangkaian upacara. Yang menjadi upacara inti adalah baptisan dengan air

kemudian upacara-upacara tambahan yang biasanya disebut “sakramentele”.

Dalam perkembangan historis upacara inisiasi Kristen muncul dua kelompok

upacara yaitu baptisan dengan air dan upacara lainnya yang secara khusus

dihubungkan dengan karunia berupa Roh Kudus, oleh Roh Kudus masing-masing

orang diserupakan dengan Yesus Kristus. Roh Kudus pemberiannya disimbolkan

dengan penumpangan tangan dan pengurapan dengan minyak suci.

Pada abad III, Sakramen Krisma menjadi terpisah dari Sakramen Baptis

dengan air karena upacara krisma dikhususkan untuk pemimpin jemaah partikular

(uskup). Sejak abad III uskuplah yang memimpin seluruh acara inisiasi, tetapi

ketika jumlah jemaah-jemaah semakin bertambah namun jumlah uskup tidak

seiring pertambahannya, maka uskup tidak lagi dapat mengetuai seluruh upacara

inisiasi. Baptisan dengan air sejak awal pada prinsipnya dapat dijalankan setiap

orang meskipun dianggap lebih baik bila dijalankan oleh ketua jemaah. Tetapi

Sakramen Krisma menjadi wewanang eksklusif pemimpin jemaah (uskup).

setelah itu mulai ada aturan-aturan bahwa Sakramen Krisma diterimakan setelah

anak-anak menerima Komuni Pertama dan setelah mereka dianggap pantas, dapat

(33)

Sakramen Krisma secara eksplisit mengikut-sertakan orang dalam publik

jemaah. Tetapi tugas publik dan kolektif diketuai oleh pemimpin jemaah, maka

wajar bagian inisiasi Sakramen Krisma dikhususkan bagi pemimpin jemaah yaitu

uskup. Dalam Gereja Yunani Timur secara praktis tidak semua kelompok jemaah

memiliki uskup maka pemimpin jemaah setempat (pastor) diberi wawenang untuk

menyelenggarakan upacara inisasi, tetapi pada bagian upacara Sakramen Krisma

hanya dapat dijalankan dengan minyak yang sudah diberkati oleh uskup. Konsili

Vatikan II kembali menekankan kesatuan inisiasi. Upacara Krisma hendaknya

ditinjau kembali juga supaya nampak lebih jelas hubungan erat Sakramen itu

dengan seluruh inisiasi kristen. Maka dari itu pembaharuan janji-janji Baptis

seyogyanya mendahului penerimaan Sakramen Krisma. (SC. 71)

Pada saat Konsili Vatikan II dan sesudahnya, anak menerima komuni

pertama dan dengan upacara tersendiri walaupun tetap merupakan bagian utuh

dari inisiasi kristen. Dalam Lumen Gentium art.11 disebutkan bahwa Sakramen

Penguatan menjadikan orang yang telah dibaptis dan menerima komuni, terikat

secara sempurna pada Gereja. (Banawiratma, 1989 : 92-97)

2. Sakramen Baptis

“Baptis” berasal dari kata Yunani “baptizein” yang berarti membenamkan,

mencelupkan, menenggelamkan ke dalam air. Pembaptisan adalah pintu masuk

menuju kehidupan Roh oleh karena itu sakramen baptis merupakan dasar seluruh

kehidupan kristiani dan merupakan pintu gerbang sakramen-sakramen lainnya

(34)

Yang boleh menerima sakramen Baptis adalah semua orang yang belum

dibaptis, mengakui iman kristiani, memerima ajaran-ajaran Gereja dan tidak

terkena halangan kanonik.

Berkat Sakramen Baptis manusia dibebaskan dari dosa dan dilahirkan

kembali sebagai anak-anak Allah, menjadi anggota-anggota tubuh Kristus,

dimasukkan dalam Gereja dan ikut serta dalam tugas perutusannya, memperolah

hidup kekal, hidup baru dan menerima karunia Roh Kudus.(Banawiratma, 1989

:79-82)

3. Sakramen Ekaristi

Dikatakan bahwa Ekaristi merupakan sakramen utama. Dalam Lumen

Gentium 11 disebutkan bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh

hidup Kristiani. Ekaristi bukan hanya salah satu sakramen melainkan Ekaristi

adalah bagian dari sakramen itu sendiri yaitu tanda dan sarana persatuan mesra

dengan Allah dan kesatuan dengan umat manusia.

Sakramen Ekaristi ditetapkan oleh Yesus sendiri dalan hari Kamis Putih

saat Ia merayakan perjamuan malam terkahir. Saat itu Yesus memecah-mecah roti

dan memberikannya kepada mereka sambil berkata, “Ambillah ini dan makankah,

inilah tubuh-Ku yang Ku serahkan bagimu.” Kemudian, Ia mengambil piala berisi

anggur dan berkata, “Ambillah ini dan minumlah. Inilah piala darah-Ku, darah

perjanjian baru dan kekal yang akan ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang

demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku.” Karena

(35)

sekedar menyangkut peringatan peristiwa masa lampau tetapi mengungkapkan

kehadiran dan aktualisasi apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada Bapa di

kayu salib. (Katekese Inisiasi, 2012 : 34-35)

4. Sakramen Krisma

Dalam Sakramen Krisma atau Sakramen Penguatan Allah

menganugerahkan karunia khusus yaitu penerimaan Roh Kudus, penerimaan Roh

Kudus dalam sakramen Krisma tidak berarti pemisahan dan pemutusan mutlak

antara Sakramen Pembaptisan dan Sakramen Penguatan. Ada kesamaan dasar

antara kedua sakramen tersebut. Baik dalam Sakramen Pembaptisan maupun

Sakramen Penguatan, keduanya mengantar seseorang untuk masuk dalam

kesatuan jemaat sebagai anggota baru.

C. Sakramen Krisma 1. Arti Sakramen Krisma

Sakramen Krisma merupakan kelanjutan dari Sakramen Baptis dalam

keseluruhan proses Inisiasi Kristiani yang terdiri dari Sakramen Baptis, Sakramen

Ekaristi dan Sakramen Krisma. Baptis menempatkan orang ke dalam Geraja

menjadi warganya sedangkan Sakramen Krisma menempatkan warga baru yang

telah di Baptis ke dalam perutusan untuk bersaksi dan berwarta berdasarkan hidup

baru yang sudah diterimanya.

(36)

dengan Gereja; sakramen penguatan itu juga menguatkan dan semakin mewajibkan mereka untuk dengan kata dan perbuatan menjadi saksi-saksi Kristus, menyebarkan dan membela iman” (KHK, kan. 879)

Sakramen Penguatan disebut juga sebagai Sakramen Krisma, disebut

Sakramen Krisma karena sakramen ini menggunakan minyak krisma, bahan yang

dipakai untuk pengurapan. Krisma sendiri berarti pengurapan. Pengurapan ini

menjelaskan nama Kristus yang berarti „yang terurapi‟ yang dapat kita lihat

kesempurnaannya pada diri Yesus Kristus, yang diurapi Allah dengan Roh

Kudus-Nya (Kis 10:38). Jadi Krisma bagi kita adalah pengurapan yang

menjadikan kita seperti Kristus, dengan menerima pengurapan Roh Kudus yang

sama seperti yang diterima oleh Kristus. Orang yang menerimanya disiapkan

untuk turut ambil bagian dalam karya perutusan Gereja dengan semangat misioner

yang bersumber dari Allah Sendiri selain itu Sakramen Penguatan bertujuan untuk

menguatkan dan memperkokoh rahmat Sakramen Baptis.

Menurut buku liturgi, “ proses inisiasi Kristen dilanjutkan dalam sakramen

Krisma. Dalam Sakramen Krisma orang beriman menerima Roh Kudus yang pada

hari Pentekosta diutus Tuhan kepada para rasul. Berkat anugerah Roh Kudus ini,

orang beriman menjadi lebih serupa dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi

kesaksian tentang Kristus, demi pembangunan tubuhNya dalam iman dan cinta

kasih”

Dalam Sakramen Krisma Roh Kudus sebagai kekuatan Gereja. Gereja itu

memberi wujud historis kelihatan kepada tugas dan karya publik Kristus, yang

(37)

diinisiasikan untuk secara aktif turut serta dalam tugas misioner dan publik jemaat

Kristen.

2. Kekhasan Sakramen Krisma

Dalam Sakramen Baptis, orang sudah dihapus dosanya, diberi rahmat

pengkudusan dan keutamaan Ilahi serta moral. Dalam Sakramen Krisma anggota

jemaat oleh Roh Kristus disanggupkan untuk ikut serta dalam tugas penyelamatan

jemaat Kristus agar di dunia ini turut membangun jemaat Kristus demi

keselamatan umat manusia.

mengatakan bahwa “Dengan sakramen Krisma seorang anggota jemaat

dinyatakan dan dalam rangka “persona publica”, yang sepenuh-penuhnya terlibat

dalam penyelamatan jemaat. Dengan karunia Roh Kudus anggota jemaat

dikuatkan dan diperteguh sehingga anggota jemaat menjadi sadar bahwa dirinya

sudah terlibat dalam aktivitas penyelamatan jemaat. (Banawiratma, 1989 :

100-10)

3. Materai Krisma

Tugas serta kesanggupan tersebut sekali untuk selama-lamanya dan secara

kelihatan diberikan dalam Sakramen Krisma. Sakramen Krisma memberi “materai

yang tak terhapuskan” yang disebut sebuah “tanda rohani”. Materai yang yang

disebutkan adalah seseorang dilantik dan ditugaskan dalam rangka jemaat Kristus

serta disanggupkan untuk turut serta dalam tugas penyelamatan jemaat.

(38)

4. Liturgi Sakramen Krisma

Sakramen Krisma atau penguatan diberikan oleh uskup atau yang

mendapat delegasi dari uskup. Secara liturgis Sakramen Krisma diberikan dalam

perayaan Ekaristi, diberikan setelah Liturgi Sabda. Adapun urutan perayaan

penerimaan Sakramen Krisma adalah sebagai berikut (Katekese Inisiasi, 2012 :

42)

a. Pembaharuan janji Baptis yang memperlihatkan hubungan Sakramen Krisma

dengan Sakramen Penguatan

b. Penumpangan tangan dan doa oleh uskup. Dengan tangan terkatub, uskup

berdoa bagi turunnya Roh Kudus, lalu dengan mengulurkan tangan ke arah

calon, ia memohon tujuh karunia Roh Kudus.

c. Pengurapan dengan minyak Krisma. Uskup mengoleskan ibu jari kanan ke

dalam minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada dahi calon sambil

berkata “Terimalah tanda karunia Roh Kudus”. Ini merupakan tanda turunnya

karunia Roh Kudus dan menerima materai yang tak terhapuskan, yaitu suatu

tanda dari Tuhan, setelah penerimaan Sakramen Krisma, dilanjutkan dengan

Liturgi Ekaristi.

5. Makna Simbol Sakramen Krisma

Dalam Penerimaan Sakramen Krisma ada beberapa simbol yang

digunakan, simbol yang merupakan materia dan tata gerak (Katekese Inisiasi,

(39)

a. Minyak Krisma

Penerimaan Sakramen Penguatan menggunakan minyak krisma sebagai

materianya. Minyak krisma terbuat dari minyak buah zaitun dan dicampur sedikit

balsam. Minyak krisma diberkati oleh uskup pada saat misa krisma, sehari

sebelum Hari Raya Kamis Putih. Minyak krisma merupakan simbol pengudusan

oleh Roh Kudus yang hadir dalam bentuk bau wangi.

b. Penumpangan Tangan Uskup

Penumpangan tangan menjadi simbol turunnya Roh Kudus bagi para

calon, Roh itu akan menjadi Roh yang mendewasakan iman para calon dan

mengguatkan mereka. Penumpangan tangan pada bahu para calon penerima

Sakramen Krisma menggambarkan bahwa penumpangan itu dikaitkan dengan

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab baru yang harus dipikul yaitu tugas

perutusan sebagai saksi Kristus.

c. Pengurapan Minyak Krisma

Setelah penumpangan tangan oleh uskup, calon penerima Sakramen

Krisma menerima urapan minyak krisma pada dahi mereka. Pengurapan ini

menjadi simbol pemberian anugerah Allah yang menguatkan, melantik,

menguduskan dan menjadikan seseorang memiliki tugas baru dalam hidupnya.

Pengurapan juga menumbuhkan semangat serta ketetapan hati pada diri seseorang

(40)

d. Tepuk pada pipi penerima Sakramen Krisma

Uskup menepuk pipi penerima Sakramen Krisma sebagai tanda pemberian

restu dan semangat agar penerima Sakramen Krisma berjuang menjadi saksi

Kristus dengan mantap dan berani.

e. Pemberian Nama Krisma

Nama krisma menjadi simbol semangat baru yang dimiliki santo-santa

yang telah dipilih oleh para calon penerima Sakramen Krisma. Nama santo-santa

yang telah dipilih menjadi teladan dan menghayati perutusan sebagai saksi

Kristus.

6. Pelayan Sakramen Krisma

Sakramen Krisma memberikan penugasan dan pengangkatan resmi

menjadi persona publica dalam jemaat, maka penerimaan Sakramen Krisma

menjadi wewenang khusus pemimpin mandiri jemaat yaitu uskup. Dalam Kitab

Hukum Kanonik juga disebutkan bahwa yang menjadi pelayan Sakramen Krisma

adalah Uskup, namun sakramen itu juga dapat diberikan sah oleh imam yang

memiliki kewenangan (Kan.882). kewenangan itu memiliki syarat sebagai

berikut (Kan.883) :

a. Dalam batas-batas wilayah kekuasaaannya, mereka yang dalam hukum

disamakan dengan Uskup diosesan.

b. Uskup sudah memberi mandat kepada imam.

c. Orang yang akan menerima Sakramen Krisma sedang dalam bahaya maut.

Selain itu, dalam keadaan darurat Uskup diosesan bisa mengusahakan

(41)

beberapa imam tertentu dan untuk memberikan penguatan secara licit kepada

keuskupan lain, Uskup membutuhkan izin dari Uskup diosesan (Kan 884-886).

7. Persayaratan Calon Penerima Sakramen Krisma

Sesuai dengan yang teracantum dalam Kitab Hukum Kanonik Calon

penerima Sakramen Krisma harus memenuhi syarat yaitu yang menerima

Sakramen Penguatan adalah semua dan hanya yang telah dibaptis serta belum

pernah menerimanya (Kan. 889). Di luar bahaya maut Sakramen Penguatan

hendaknya diberikan kepada umat beriman pada sekitar usia dapat menggunakan

akal, dari segi usia, usia remaja setingkat SLTP merupakan usia minimal untuk

dapat menerima Sakramen Krisma dikarenakan usia remaja lebih sesuai dengan

maksud dan makna penguatan. Mereka dituntut untuk diajar secukupnya,

berdisposisi baik dan dapat memperbaharui janji-janji baptis. Disamping itu

Sakramen Krisma dapat diberikan dalam bahaya maut atau jika menurut penilaian

pelayan sakramen, ada alasan berat yang menganjurkan lain (Kan. 891).

8. Penanggungjawab Sakramen Krisma

a. Tanggung Jawab penerima Sakramen Krisma

Umat beriman wajib menerima Sakramen Krisma tepat pada waktunya.

Seorang yang telah menerima Sakramen Krisma maka ia memiliki tanggung

jawab menjadi warga Gereja sepenuhnya karena dengan sakramen Krisma ia telah

secara penuh menjadi anggota Gereja yang harus terlibat aktif memikul tanggung

jawab dan mempuyai hak dan peranan yang sama dengan semua anggota Gereja

(42)

memahani bahwa Sakramen Krisma mengandung suatu panggilan untuk menjadi

saksi Kristus.

Dalam bidang liturgi, orang yang telah menerima Sakramen Krisma

diikutsertakan dalam aneka tugas liturgi seperti lektor, misdinar, pemazmur, koor

atau tugas lainnya.

b. Tanggung Jawab Orang Tua

Orang tua bertanggung jawab untuk mendampingi anaknya dengan

memberikan pendidikan iman terutana di rumah. Orang tua juga wajib

mendukung anaknya dalam dari persiapan Sakramen Krisma hingga sesudah

penerimaan Sakramen Krisma.

c. Tanggung Jawab Gereja

Gereja bertanggung jawab agar umatnya dapat menyambut Sakramen

Krisma tepat pada waktunya. Selain itu Gereja mengusahakan dan memperhatikan

agar umat beriman memiliki pemahaman dan penghayatan yang memadai

mengenai Sakaramen Krisma.

d. Tanggung Jawab Umat Setempat

Umat setempat hendaknya menerima dan mendukung mereka dalam

berbagai kegiatan, mengajak mereka untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan

maupun pertemuan-pertemuan lingkungan.

e. Tanggung Jawab Wali Krisma

Wali krisma adalah pihak yang mendampingi dan membimbing calon

penerima krisma. Wali krisma diharapkan mampu menunjukkan jalan kepada

calon penerima krisma untuk menerapkan Injil dalam hidupnya sendiri dan dalam

(43)

keragu-raguannya dan kebimbangannya. Wali krisma bertugas mengusahakan agar yang

telah menerima penguatan bertindak sebagai saksi Kristus yang sejati dan dengan

setia memenuhi kewajiban-kewajiban yang melekat pada sakramen itu.

Syarat untuk menjadi seorang wali krisma tidak jauh berbeda dengan wali

baptis, yaitu (Kan.874) :

1) Ditunjuk oleh calon penerima Sakramen Krisma atau orangtuanya atau oleh

orang yang mewaliki mereka selain itu ia cakap dan mau melaksanakan tugas

itu.

2) Berumur genap enambelas tahun, kecuali umur lain ditentukan oleh Uskup

diosesan atau ada kekecualian.

3) Seorang katolik yang telah menerima penguatan dan Sakramen Ekaristi.

4) Tidak terkena suatu hukum kanonik.

5) Bukan ayah atau ibu dari calon penerima Sakramen Krisma.

f. Tanggung Jawab Katekis

Katekis harus siap memberikan katekese kepada calon penerima Sakramen

Krisma. Katekis akan mengajar, melatih dan meneguhkan untuk menjadi katolik.

Dengan kesungguhkan hati katekis diharapkan mampu mendampingi para calon

penerima Sakramen Krisma dan bahka menjadi teladan bagi para calon.

9. Bidang Perutusan Sakramen Krisma

Setiap orang yang menerima Sakramen Krisma dianggap sudah dewasa baik

dalam cara berpikir maupun bertindak. Ia bisa dilibatkan dalam aneka tugas

(44)

Ada empat bidang tugas Gereja yang bisa menjadi medan perutusan

orang-orang yang telah menerima Sakramen Krisma (Katekese Inisiasi, 2012: 47-48) .

a. Leiturgia

Dalam bidang liturgi, orang yang telah menerima Sakramen Krisma diutus

untuk terlibat dalam aneka tugas liturgi misalnya menjadi misdinar, lektor,

pemazmur, koor atau tugas-tugas lainnya. Partisipasi yang dimaksud bukan

karena diajak orang melainkan suatu dorangan dari dalam untuk turut serta

menggembangkan Gereja. Sebab yang telah menerimakan Sakramen Krisma, ia

turut bertanggung jawab atas mati dan hidupnya, tumbuh dan berkembangnya

Gereja dalam aneka kehidupan.

Sebagai wujud keterlibatan, partisipasi juga dapat dalam bentuk aneka

tugas liturgi sesuai dengan kemampuannya. Kehadirannya tentu akan turut

membawa kemajuan dalam bidang liturgi. Namun lebih dari itu, seseorang yang

telah menerima Sakramen Krisma juga dimungkinkan untuk menjadi pionir-pionir

dalam kehidupan liturgi. Tidak hanya berpartisipasi, tetapi justru menjadi pemikir

yang kreatif, inovatif dan motivator bagi majunya kegiatan-kegiatan liturgi.

b. Koinonia

Panggilan Tuhan bukan panggilan secara personal antara manusia dengan

Tuhan, tetapi panggilan Tuhan juga diarahkan untuk menggembangkan

persekutuan (koinonia) antar umat beriman dalam kesatuan iman akan Tuhan.

Setiap orang yang telah menerima Sakramen Krisma didorong untuk

masuk dalam persekutuan dan terlibat didalamnya. Tidak hanya menjadi anggota

(45)

persekutuan agar lebih hidup dan tumbuh menjadi persekutuan yang sehati sejiwa

dalam iman dan kasih.

Sebagai seseorang yang telah dewasa imannya, orang yang telah menerima

Sakramen Krisma diharapkan mengembangkan sikap-sikap yang perlu untuk

mendukung persekutuan dan sekaligus membuang sikap-sikap yang bisa merusak

persekutuan. Sikap-sikap yang mengembangkan persekutuan adalah kesediaan

diri untuk hadir dalam acara-acara bersama, terlibat dalam tugas-tugas bersama,

membangun sikap yang ramah, lemah lembut dan penuh dan penuh pengertian.

Sedangkan sikap yang merusak persekutuan antara lain mudah berpikir negatif

dan tertutup terhadap kehadiran orang lain. Sikap-sikap semacam ini perlu

dihindari agar persekutuan tetap terjaga dan tumbuh menjadi medan setiap pribadi

untuk mengambangkan iman dan kasih.

c. Diakonia

Kehadiran Gereja di tengah umatnya dan masyarakat adalah untuk

meneladan Yesus Kristus yaitu melayani, khususnya melayani mereka yang

termasuk dalam kelompok KLMTD. Pelayanan itu bisa terwujud dalam bentuk

pelayanan spontan, pelayanan karitatif dan pelayanan pemberdayaan. Pelayanan

spontan adalah pelayanan yang diberikan kepada orang lain secara spontan dan

dengan tulus. Misalnya menolong orang kecelakaan atau membantu orang

mengerjakan sesuatu. Pelayanan karitatif adalah pelayanan yang diberikan dalm

bentuk uang atau dana. Dana itu diberikan untuk kebutuhan mendesak misalnya

pengobatan, beasiswa atau bencana. Sedangkan pelayanan pemberdayaan adalah

bantuan yang diberikan untuk tujuan pemberdayaan orang dalam hidup dan usaha.

(46)

ketrampilan. Melalui pelayanan diakonia, diharapkan mereka yang telah

menerima Sakramen Krisma menyadari bahwa diriya dipanggil untuk menjadi

berkat bagi orang lain melalui pelayanan-pelayanan yang diberikan. Sebagai

seorang yang telah menerima Sakarmen Krisma, bisa mendukung kegiatan

diakonia dengan hidup saling membantu dan berbagi kepada orang lain yang

membutuhkan.

d. Kerygma

Setiap orang yang menerima Sakramen Krisma dipanggil untuk

mengambil bagian dalam tugas pewartaan. Ia tidak hanya menerima pewartaan

tetapi juga turut menjadi pewarta bagi yang lain. Misalnya, ia ikut membahas

Kitab Suci, memimpin pendalam iman, dan memberikan renungan dalam suatu

kelompok tertentu. Pewartaan juga disampaikan secara personal, yakni pada

orang-orang yang ingin bertanya dan mendalami sesuatu.

Untuk mendukung tugas ini, seseorang perlu membekali diri terus

menerus. Pembekalan itu bisa dilakukan dengan membaca Kitab Suci,

ajaran-ajaran Gereja atau buku-buku yang berisi pendalaman iman.

D. Gambaran Remaja Pada Umumnya

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang

batasan usianya maupun peranannya tidak terlalu jelas. Pubertas yang pada

dianggap sebagai tanda suatu awal dari keremajaan ternyata tidak valid lagi

dijadikan sebagai patokan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang

dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi di awal belasan bahkan

(47)

keremajaan namun sering kali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda

fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal

yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan

perubahan pada berbagai aspek kehidupan dalam diri mereka. (Hurlock,

1990:207-215)

1. Perubahan Fisik

Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan

individual. Perbedaan seks sangat jelas. Perubahan ini berpengaruh dalam

perkembangan jiwa remaja. Perubahan-perubahan fisik menyebabkan seorang

remaja menjadi canggung karena harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang

ada pada dirinya. Banyak dari remaja mengalami ketidakpuasan dengan tubuhnya

ini merupakan salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan

kurang harga diri selama masa remaja.

Keperihatinan muncul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik

berperan penting dalam hubungan sosial, mereka meyakini bahwa yang menarik

biasanya diperlakukan lebih baik.

2. Perubahan Sosial

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial, penyesuaian diri dengan meningkatkan

(48)

sosial yang baru, nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan

nilai-nilai baru dalam seleksi kepemimpinan.

yang menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain.

Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya,

kelompok sebaya memberikan dunia tempat kaum muda dapat melakukan

sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai

yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya.

Yang paling menonjol dari perubahan sikap dan perilaku adalah hubungan

heteroseksual. Perubahan hubungan heteroseksual ini sangat radikal, yaitu

perubahan dari remaja yang bersangkutan menyukai dan memperhatikan kawan

lawan jenis, yang sebelumnya merasa tidak mereka sukai ataupun perhatikan

sama sekali.

3. Perubahan Moral

Ketika memasuki masa remaja, mereka tidak lagi menerima kode moral

dari orang tua, guru, bahkan teman-teman sebaya. Mereka membentuk kode moral

sendiri berdasarkan konsep tentang benar dan salah yang telah diubah dan

diperbaikinya agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang.

Pada perkembangan kesadaran moral remaja, terjadi perubahan moral

yang terjadi pada mereka. Mereka lebih peka terhadap harapan dan pandangan

orang lain dalam masyarakat sekitarnya. Reputasi orang menjadi perhatian,

sedang aspek moral dari reputasi itu dipandang sebagai bagian utama reputasi.

(49)

mengharapkan adanya sikap tanggung jawab pada orang lain, khususnya kepada

mereka yang dekat hubungannya dengan dirinya. Mewujudkan tanggung jawab

bukanlah hanya hidup sesuai dengan harapan orang lain dalam hubungan sosial,

namun perlu pula untuk meraih reputasi dan memperkuat jati dirinya.

E. Persiapan Sakarmen Krisma

Untuk menerima Sakramen Krisma, calon perlu dipersiapkan dengan

sungguh-sungguh dengan pengajaran oleh seorang katekis. Agar calon memahami

keutuhan Sakramen inisiasi perlu dilakukan rekatekisasi untuk Sakramen Baptis

dan Ekaristi. Setelah itu calon baru diajak untuk memahami Sakramen Krisma itu

sendiri. dalam meteri Sakramen Krisma peserta diajak untuk memahami

Sakramen Krisma sebagai bagian dari Sakramen inisiasi.

Dalam pendampingan ini diharapkan supaya calon semakin mensyukuri

Sakramen yang diterimanya dan merasakan buah-buah yang ada di dalamnya.

Kedua, berkat Roh Kudus mereka semakin dikuatkan sehingga sanggup untuk

mengemban tugas perutusan mereka di dalam Gereja maupun di tengah

masyarakat. Ketiga, mereka semakin berani menjadi saksi Kristus dalam

kehidupan sehari-hari dengan tantangan yang mereka hadapi. Atau dengan kata

lain, Sakramen Krisma diharapkan penerimanya beriman mendalam (dalam

penghayatan dan pemahamannya) dan tangguh dalam menghadapi pergulatan

(50)

F. Kriteria Persiapan Sakramen Krisma

Dalam suatu pendampingan program kerja mempunyai peranan penting

yang di dalamya terdapat tujuan, metode, sarana, materi dan proses kegiatan.

Selain itu didalam pendampingin tentu terdapat pendamping, calon penerima

Krisma dan pada akhir pendampingan dilaksanakan evaluasi. Dalam persiapan

pendampingan maka aspek di atas harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

1. Tujuan - Diarahkan pada pemahaman siswa dan

kemampuan mereka untuk memaknai dan

menghayati sakramen

2. Materi - Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan,

akurat, rasional, praktis, relevan dengan

kebutuhan calon, mengandung segi-segi etik,

dan bersumber dari buku yang baku

3. Metode - Dirumuskan untuk mencapai tujuan, sesuai

dengan keadaan para calon, dan membantu

calon dalam berdinamika

4. Sarana - Menunjang tujuan yang telah dirumuskan,

tepat dan berguna bagi pemahaman bahan

yang dipelajari, ketersediaan, bermutu, dan

terdapat interaksi antara pendamping dan

(51)

5. Proses Kegiatan - Membantu siswa untuk memaknai sakramen

Krisma yang akan diterimanya dan terdapat

tahap-tahap yang jelas

6. Pendamping - Katekis yang memiliki sertifikat, siap untuk

memberikan katekese kepada para calon,

memiliki wawasan tentang sakramem Krisma,

memiliki ketrampilan untuk memimpin,

mampu membimbing siswa untuk menghayati

sakramen

7. Calon penerima Sakramen - Aktif dalam kegiatan rohani di Gereja ataupun

di lingkungan, aktif dalam kegiatan

bermasyarakat, rajin membaca Kitab Suci,

aktif dalam proses pendampingan, mengikuti

tridium

8. Evaluasi - Mengukur secara jelas hasil belajar yang sudah

dipelajari, mengukur sampel yang representatif

dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang

telah diajarkan dan dirancang sesuai dengan

kegunaannya untuk memperoleh hasil yang

(52)

G. Katekese Persiapan Sakramen Krisma 1. Pentingnya Katekese

Remaja merupakan aset yang sangat berharga bagi masa depan Gereja,

pada masa remaja seseorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa inilah seringkali muncul banyak

permasalahan yang pelik dalam kehidupan mereka, di antaranya dalam hidup

iman dan rohaninya. Dalam keadaan inilah katekis dan orang tua mempunyai

peran yang besar bagi perkembangan hidup remaja itu sendiri. Salah satu jalan

yang perlu ditempuh oleh katekis sebagai tenaga pastoral Gereja adalah

memberikan suatu pendampingan imam atau katekese, seperti yang tertera dalam

anjuran apostolik Bapa Paus Yohanes II mengenai penyelenggaraan Katekese

(Catechesi Tradendae) yang berbunyi :

(53)

otentikm dan sebagai kemungkinan untuk menyatukan umat manusia – semua itu memberikan dasar pendidikan iman yang sejati. (CT. No. 38)

2. Katekese Inisiasi

Dengan katekese inisiasi, para calon merasa didampingi dan diteguhkan

dalam proses. Dalam prosesnya para calon mendapatkan pengetahuan yang cukup

tentang Allah dan karya keselamatan-Nya serta tentang ajaran Gereja, tentu saja

memerlukan waktu yang memadai hingga akhirnya terjadi pengendapan iman

dalam hidupnya sehingga apa yang sudah diajarkan dapat diinternalisasikan dan

dapat menjadi landasan dalam berpikir, berbicara, bersikap dan bertindak.

Katekese memberi jaminan bahwa orang yang akan menerima sakramen adalah

orang yang sudah dianggap mengetahui ajaran agama katolik, menghayatinya

dalam kehidupan sehari-hari dan mengungkapkannya dalam doa dan ibadat.

(Katekese Inisiasi, 2012: 11)

3. Katekese Persiapan Sakramen Krisma

Salah satu usaha persiapan adalah dengan katekese yang bertujuan supaya

calon krisma dapat menyadari peranan dari kehadiran Roh Kudus dalam hidup

mereka, tanggung jawab mereka sebagai anggota Gereja, perlunya pembinaan

iman yang terus menerus, kewajiban merasul dan menjadi saksi Kristus di tengah

dunia.

Model katekese yang digunakan adalah Katekese Umat. Katekese Umat

adalah sebuah model katekese yang memfokuskan perhatiannya terutama pada

umat baik dari segi pelaksanaan, sumber dan tujuan katekesenya (dari, oleh dan

(54)

agama, katekis adalah fasilitator komunikasi iman atau dialog pengalaman iman

di mana komunikasi yang berjalan adalah komunikasi dua arah. Harapannya

supaya dengan dialog keterlibatan aktif mereka akhirnya dapat menyadari,

menemukan nilai-nilai iman dalam keterlibatannya dalam hidup masyarakat.

4. Tujuan Katekese Persiapan Sakramen Krisma

Katekese Sakramen Krisma bertujuan untuk lebih menyadari kehadiran

dan peranan Roh Kudus dalam diri mereka, lebih menyadari tanggung jawab

sebagai warga Gereja, lebih menyadari pentingnya pembinaan terus-terusan di

bidang iman dan lebih menyadari kewajiban merasul/menjadi saksi Kristus.

Melalui proses katekisasi, seorang calon dibimbing untuk semakin mengenal jati

dirinya sebagai seorang beriman dan sekaligus tanggung jawab yang harus

dipikulnya. (Katekese Inisiasi, 2012: 12)

5. Subjek Katekese Persiapan Sakramen Krisma

Subjek Katekese adalah mereka yang sudah dibaptis, sudah menerima

komuni pertama dan telah mendaftarkan diri sebagai calon penerima Sakramen

Krisma.

6. Pendamping Katekese Sakramen Krisma

Pendamping atau katekis harus siap memberikan katekese kepada calon

penerima sakramen. Katekis diharapkan memiliki bekal yang cukup agar dapat

(55)

metode, maupun isi diharapkan katekis mampu mengajar, meneguhkan, dan

bahkan menjadi saksi teladan bagi para calon.

H. Fokus Penelitian

Penelitian difokuskan mengenai persiapan yang dilaksanakan sebelum

penerimaan Sakramen Krisma, apakah persiapan pendampingan sudah memenuhi

kriteria mulai dari program pendampingan, pendamping, calon penerima dan

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam

penulisan, metodologi penelitian meliputi desain penelitian, variabel penelitian,

pengontrolan variabel yang meliputi materi dan evaluasi yang diberikan. Bab ini

membahas mengenai perlakuan, populasi dan sampel, tempat dan waktu

penelitian, teknik pengumpulan data, dan uji coba instrumen. Secara singkat

hal-hal di atas akan diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu

penelitian yang menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan

data, pengolahan data yang diperoleh, hingga pada penyajian data, untuk

menjukkan gambaran variabel X (persiapan Sakramen Krisma).

B. Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan tujuan penelitian ini,

penelitian bersifat deskriptif, desain penelitian deskriptif menjawab atas

pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana

keterkaitan dengan penelitian tertentu. Metode penelitian deskriptif bertujuan

untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang ada, yang sedang berlangsung

(57)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Penelitian dilaksanakan di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan

yang berada di dusun Somohitan, Girikerto Turi Sleman Yogyakarta.

Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah kaum muda yang sudah pernah

mendapatkan persiapan Sakramen Krisma tahun 2014 sejumlah 60 orang. Table

for determining needed sizes of a randomly chosen sample from a given finite

population of N cases such that the sample proportion p will be within 0,05 of

the population proportion P with a 95 percent level of confidence Et. Jika populasi

sejumlah 60 maka sample 52.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik penggumpulan data dengan menggunakan kuisoner (angket)

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya.

1. Variabel Penelitian

a. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang akan diukur dalam

(58)

b. Definisi Konseptual Variabel

Persiapan Krisma merupakan upaya Gereja dalam bentuk pendampingan

untuk mempersiapan calon penerima Sakramen Krisma supaya para calon

penerima Sakramen Krisma siap menerima Sakramen Krisma.

c. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Persiapan Sakramen Krisma merupakan interaksi antara pendamping

dengan calon penerima Sakramen Krisma, yang melalui suatu program yang

terdiri dari tujuan, materi, metode, sarana, pendamping, calon penerima dan

evaluasi.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan metode angket dengan bentuk multiple choice

(pilihan ganda). Multiple choice menyediakan beberapa jawaban atau alternatif

dan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya.

Instrumen dalam bentuk multiple choice meliputi pertanyaan tertulis

mengenai persiapan Sakramen Krisma. Adapun rincian pertanyaan

masing-masing sebanyak 40 butir pertanyaan tertulis mengenai persiapan Sakramen

(59)

3. Kisi-kisi Penelitian

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen.

Gambar

Tabel 1.  Kisi-kisi Instrumen.
Tabel 2.  Reliability Statistics.
Tabel 3. Interval Variabel Persiapan Sakramen Krisma.
Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan metode ini, penulis menggambarkan sejauh mana remaja yang tergabung dalam Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta dapat meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktualisasi diri remaja di Panti Asuhan Santo Thomas Ngawen dan mengetahui seberapa tinggi peningkatan skor aktualisasi

Skripsi yang berjudul PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU

Judul skripsi KATEKESE HIJAU SEBAGAI WUJUD KETERLIBATAN UMAT DALAM UPAYA MENJAGA KEUTUHAN ALAM CIPTAAN DI PAROKI SANTO THOMAS RASUL BEDONO KABUPATEN SEMARANG dipilih karena

Oleh sebab itu penyusun mengambil judul “Pokok Pewartaan Paulus dalam Surat Rasul Paulus Kepada Jemaat di Galatia Untuk Katekase Umat Lingkungan Santo Antonius Padua Paroki Kalasan

Bertitik tolak dari adanya masalah dalam kegiatan pendampingan calon penerima Krisma di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani khususnya bagi remaja, sebagai usulan

Hasil wawancara tersebut digunakan sebagai dasar pokok pembuatan usulan program dalam bentuk Ibadat Taize bagi kaum muda di Paroki Santo Yakobus Bantul yang sesuai dengan

Dengan metode ini, penulis menggambarkan sejauh mana remaja yang tergabung dalam Putera Altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta dapat meningkatkan