viii ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA
TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN
UPAYA PENDAMPINGANNYA”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari
keprihatinan penulis terhadap kaum muda yang telah menerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan yaitu para remaja dalam mengikuti persiapan Sakramen Krisma hanyalah sebagai formalitas belaka, sehingga kosekusensi setelah menerima Sakramen Krisma tidak disadari.
Sakramen Krisma merupakan salah satu dari Sakramen Inisiasi, seseorang yang telah menerima Sakramen Krisma dianggap dewasa dalam iman dan siap untuk dilibatkan dalam tugas perutusan baik dalam Gereja maupun ditengah masyarakat. Supaya seseorang diijinkan menerima dan menyambut Sakramen Krisma diperlukan suatu pendampingan dan masa persiapan khusus bagi mereka yang akan menerimanya. Mulai dari program pendampingan, pendamping, calon penerima dan evaluasi.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah melihat gambaran pelaksanaan persiapan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan, mengetahui program, pendamping dan calon penerima Sakramen Krisma. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada calon penerima Sakramen Krisma tahun 2014 di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan. Hasil penelitian menyatakan sebagian besar persiapan Sakramen Krisma tahun 2014 sudah berjalan baik dengan memenuhi kriteria.
ix
ABSTRACT
The title of this undergraduate thesis is the PREPARATION OF THE SACRAMENT OF CONFIRMATION FOR THE YOUTH IN 2014 IN SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN PARISH AND ITS EFFORTS TO DEVELOPE IT. This title was chosen based on the writer’s concern to the youth who had received the Confirmation Sacrament at St. Yohanes Rasul Parish. They were participating in the Confirmation Sacrament preparation only as formality so that they were not conscious about the consequences after receiving it.
The Confirmation Sacrament is one of the Sacraments of Initiation. A person who receives the sacrament of Confirmation is considered mature in faith and prepared to be involved in the mission both in the Church and in the community. A person, in order to be permitted to receive the Confirmation Sacrament is required an advised to have special preparation which starts from the mentoring program, a companion, and the evaluation for the recipients.
The main issue in this undergraduate thesis is to study the implementation of the preparation of the Confirmation Sacrament at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish and to understand the program, mentors and Confirmation recipients. To examine this issue, the writer needs an accurate data. Therefore, the writer conducted the study by distributing questionnaires to the Confirmation recipients in 2014 at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish. The research showed that the majority of the Confirmation 2014 preparation is went well based on the criteria.
PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN
UPAYA PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Wijiati Hadi Purwaningtias
NIM: 111124034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
ayahku (Ignatius Jumadi), ibuku (Christina Imroh Suharti),
v
MOTTO
Gusti ngendika: Ana wong nyebar wiji mangkat arep nyebar wijiné. 4 Nalika
nyebar wiji mau, ana sing tiba ing pinggir dalan, lan manuk-manuk ing
awang-awang pada mudhun nycuki wiji mau. 5 liyané sing tiba ing enggon padhas, sing
ora okeh lemahé: iki gelis baé anggone thukul, marga lemahé ora jero. Nanging
bareng srengéngé panas, banjur dadi garing, awit ora ana oyodé. 7 Ana liya sing
tiba ana ing tengah erén, lan eriné tuwuh dhuwur mulet wiji. 8 Liya manéh tiba
ing lemah becik, iki ngetokaké woh: ana sing tikel satus, ana sing tikel sewidak,
ana sing tikel telung puluh. 9 Sing sapa duwe kuping bisa ngrungokaké,
ngrungokna.
(Matéus 13 : 4-9)
Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah
burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang
berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena
tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering
karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin
besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah
yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali
lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya orang lain, kecuali seperti yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya tulis ilmiah.
Yogyakarta, 1 Agustus 2016
Penulis,
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Wijiati Hadi Purwaningtias
NIM : 111124034
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang
bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul
“PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI
SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN
PENDAMPINGANNYA”besertaperangkat yangdiperlukan (bila ada).
Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 1 Agustus 2016
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA
TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN
UPAYA PENDAMPINGANNYA”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari
keprihatinan penulis terhadap kaum muda yang telah menerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan yaitu para remaja dalam mengikuti persiapan Sakramen Krisma hanyalah sebagai formalitas belaka, sehingga kosekusensi setelah menerima Sakramen Krisma tidak disadari.
Sakramen Krisma merupakan salah satu dari Sakramen Inisiasi, seseorang yang telah menerima Sakramen Krisma dianggap dewasa dalam iman dan siap untuk dilibatkan dalam tugas perutusan baik dalam Gereja maupun ditengah masyarakat. Supaya seseorang diijinkan menerima dan menyambut Sakramen Krisma diperlukan suatu pendampingan dan masa persiapan khusus bagi mereka yang akan menerimanya. Mulai dari program pendampingan, pendamping, calon penerima dan evaluasi.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah melihat gambaran pelaksanaan persiapan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan, mengetahui program, pendamping dan calon penerima Sakramen Krisma. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada calon penerima Sakramen Krisma tahun 2014 di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan. Hasil penelitian menyatakan sebagian besar persiapan Sakramen Krisma tahun 2014 sudah berjalan baik dengan memenuhi kriteria.
ix
ABSTRACT
The title of this undergraduate thesis is the PREPARATION OF THE SACRAMENT OF CONFIRMATION FOR THE YOUTH IN 2014 IN SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN PARISH AND ITS EFFORTS TO DEVELOPE IT. This title was chosen based on the writer’s concern to the youth who had received the Confirmation Sacrament at St. Yohanes Rasul Parish. They were participating in the Confirmation Sacrament preparation only as formality so that they were not conscious about the consequences after receiving it.
The Confirmation Sacrament is one of the Sacraments of Initiation. A person who receives the sacrament of Confirmation is considered mature in faith and prepared to be involved in the mission both in the Church and in the community. A person, in order to be permitted to receive the Confirmation Sacrament is required an advised to have special preparation which starts from the mentoring program, a companion, and the evaluation for the recipients.
The main issue in this undergraduate thesis is to study the implementation of the preparation of the Confirmation Sacrament at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish and to understand the program, mentors and Confirmation recipients. To examine this issue, the writer needs an accurate data. Therefore, the writer conducted the study by distributing questionnaires to the Confirmation recipients in 2014 at Santo Yohanes Rasul Somohitan Parish. The research showed that the majority of the Confirmation 2014 preparation is went well based on the criteria.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA
REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL
SOMOHITAN DAN UPAYA PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari
banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Romo Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen pembimbing utama, yang telah
memberi perhatian, memberi sumbangan pemikiran kepada penulis dan
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK,M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik dan
selaku dosen penguji II, yang telah membimbing penulis selama menempuh
studi di IPPAK dan berkenan menjadi dosen penguji skripsi.
3. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto SJ selaku dosen penguji III, yang berkenan
menguji penulis.
4. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ.,M.Ed selaku Kaprodi dan
Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku Wakaprodi, yang telah
bersedia memberikan dukungan, perhatian, motivasi kepada penulis selama
xi
5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi PAK-JIP-FKIP-USD, Yogyakarta
yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh studi.
6. Romo Paroki Koko Pudjiwahyulistyono, Pr yang telah mengijinkan untuk
melaksanakan penelitian di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan.
7. Bapak Marjo yang telah membantu memberikan data-data yang penulis
butuhkan.
8. Penerima Sakramen Krisma tahun 2014 yang telah bersedia membantu
penulis dalam mengumpulkan data dengan mengisi kuesioner penelitian.
9. Bapak dan ibu yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada penulis
selama mengerjakan skripsi ini.
10. Partnerku Wulan Nurvita dan Wulan Nuraini yang setia membantu dan
memberikan semangat.
11. Antonius Wahyu Pratomo Nugroho yang menemani, memberi semangat dan
dukungan selama mengerjakan skripsi.
12. Temanku Malvin Roy yang telah membantu dan memberi semangat dalam
mengerjakan skripsi.
13. Sahabatku Stefani yang membantu dan menemani dalam masa sulit saat
mengerjakan akhir skripsi.
14. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi khususnya angkatan 2011 yang telah
memotivasi dan menyemangati penulis selama menempuh studi di PAK.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini
xii
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
penyusunan skripsi, sehingga masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk memperbaiki skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 1 Agustus 2016
Penulis
xiii
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
1. Perkembangan Sakramen Baptis dan Krisma ... 8
2. Sakramen Baptis ... 10
3. Sakramen Ekaristi ... 11
4. Sakramen Krisma ... 12
xiv
2. Kekhasan Sakramen Krisma ... 14
3. Materai Krisma ... 14
4. Liturgi Sakramen Krisma ... 15
5. Makna Simbol Sakramen Krisma ... 15
a. Minyak Krisma ... 16
b. Penumpangan Tangan Uskup ... 16
c. Pengurapan Minyak Krisma ... 16
d. Tepuk pada Pipi Penerima Sakramen Krisma ... 16
e. Pemberian Nama Krisma ... 17
6. Pelayan Sakramen Krisma ... 17
7. Persyarataran Calon Penerima Sakramen Krisma ... 18
8. Penanggungjawab Sakramen Krisma ... 18
a. Tanggung Jawab Penerima Sakramen Krisma ... 18
b. Tanggung Jawab Orang Tua ... 19
c. Tanggung Jawab Gereja ... 19
d. Tanggung Jawab Umat Setempat ... 19
e. Tanggung Jawab Wali Krisma ... 19
f. Tanggung Jawab Katekis ... 20
9. Bidang Perutusan Sakramen Krisma ... 20
a. Leiturgia ... 21
b. Koinonia ... 21
c. Diakonia ... 22
d. Kerygma ... 23
D. Gambaran Remaja Pada Umumnya ... 23
1. Perubahan Fisik ... 24
2. Perubahan Sosial ... 24
3. Perubahan Moral ... 25
E. Persiapan Sakramen Krisma... 26
F. Kriteria Persiapan Sakramen Krisma ... 26
xv
2. Katekese Inisiasi ... 29
3. Katekese Persiapan Sakramen Krisma ... 30
4. Tujuan Katekese Persiapan Sakramen Krisma ... 30
5. Subyek Katekese Persiapan Sakramen Krisma... 31
6. Pendamping Katekese Sakramen Krisma ... 31
H. Fokus Penelitian ... 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian... 33
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
D. Populasi dan Sampel ... 34
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 34
1. Variabel Penelitian ... 34
a. Identifikasi Variabel ... 34
b. Definisi Konseptual Variabel ... 35
c. Definisi Operasional Variabel ... 35
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 35
3. Kisi-Kisi Penelitian ... 35
4. Pengembangan Instrumen ... 38
a. Uji Coba Terpakai ... 38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Hasil Penelitian ... 43
1. Uji Prasyarat Analisa ... 43
xvi
a. Persiapan Sakramen Krisma ... 44
1) Deskripsi Statistik Aspek Program Persiapan Sakraemen Krisma ... 46
2) Deskripsi Statistik Aspek Pendamping Persiapan Sakramen Krisma ... 48
3) Deskripsi Statistik Aspek Calon Penerima Persiapan Sakramen Krisma ... 50
4) Deskripsi Statistik Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma ... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55
1. Pembahasana Variabel Persiapan Sakramen Krisma Berdasarkan Data Keseluruhan ... 55
2. Aspek Program Persiapan Sakramen Krisma ... 56
3. Aspek Pendamping Persiapan Sakramen Krisma... 57
4. Aspek Calon Penerima Sakramen Krisma ... 58
5. Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma ... 58
C. Keterbatasan Penelitian ... 59
D. Refleksi Pastoral ... 59
E. Usulan Program ... 60
1. Latar Belakang... 61
2. Tujuan Pelaksanaan Program ... 61
3. Usulan Program Pendampingan Calon Penerima Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan ... 62
F. Contoh Persiapan Pembekalan Bagi Calon Penerima Sakramen Krisma ... 63
1. Satuan Pertemuan I ... 63
a. Identitas Pertemuan ... 63
b. Pemikiran Dasar ... 63
c. Materi ... 64
d. Sumber Bahan` ... 64
e. Sarana ... 64
xvii
a. Identitas Pertemuan ... 68
b. Pemikiran Dasar ... 68
c. Materi ... 68
d. Sumber Bahan` ... 68
e. Sarana ... 68
f. Metode ... 69
g. Proses Pengembangan Langkah ... 69
1). Langkah 1 ... 69
a) Bentuk Katerlibatan Hidup Menggereja dan Bermasyarakat ... 69
1) LEITURGIA ... 69
xviii
4) KERYGMA ... 72
7). Penutup ... 72
1) Tanya Jawab ... 72
2) Doa Penutup ... 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A. KESIMPULAN ... 73
B. SARAN ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... (1)
Lampiran 2 : Data Hasil Penelitian ... (2)
Lampiran 3 : Hasil Analisa SPSS ... (4)
xix
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen ... 36
Tabel 2. Reliability Statistics ... 40
Tabel 3. Interval Variabel Persiapan Sakramen Krisma ... 42
Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 43
Tabel 5. Rangkuman Deskripsi Persiapan Sakramen Krisa ... 44
Tabel 6. Frekuensi Variabel Persiapan Sakramen Krisma ... 45
Tabel 7. Rangkuman Statistik Aspek Program Persiapan Sakramen Krisma ... 46
Tabel 8. Frekuensi Program Persiapan Sakramen Krisma ... 47
Tabel 9. Rangkuman Deskripsi Statistik Aspek Pendamping Persiapan Sakramen Krisma ... 48
Tabel 10. Frekuensi Pendamping Persiapan Sakramen Krisma... 49
Tabel 11. Deskripsi Statistik Aspek Calon Penerima Sakramen Krima ... 50
Tabel 12. Frekuensi Aspek Calon Penerima Sakramen Krisma ... 51
Tabel 13. Deskripsi Statistik Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma ... 53
Tabel 14. Frekuensi Aspek Evaluasi Persiapan Sakramen Krisma... 54
xx
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama
Republik Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.
8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II kepada
para Uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang katekese masa
kini, 16 Oktober 1979
SC : Sacrosanctum Concilium, dokumen Konsili Vatikan II tentang
Liturgi suci, yang diresmikan oleh Paus Paulus IV pada 4 Desember
1963
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Bpk : Bapak
Dll : dan lain-lain
xxi Hal : Halaman
Kan Kanon
KHK Kitab Hukum Kanonik
Kis Kisah Para Rasul
KK : Kepala Keluarga
KLMTD Kaum Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel
Komkat : Komisi Kateketik
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
No : Nomor
OMK : Orang Muda Katolik.
St : Santo
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi dewasa
baik secara jasmani maupun rohani. Seorang anak yang sudah mulai tumbuh
menjadi seorang remaja akan mengalami banyak penyesuaian secara pribadi
maupun sosial. Di samping itu penyesuaian dalam hal rohani pun merupakan hal
yang penting dalam kehidupan.
Untuk hidup sebagai warga Gereja yang dewasa dalam iman maka Gereja
telah menyiapkan Sakramen Krisma sebagai pelengkap Sakramen Baptis.
Sakramen Krisma menjadikan orang yang telah menerimanya mau terlibat aktif
dalam kehidupan menggereja, seperti halnya yang terjadi di Paroki Santo Yohanes
Rasul Somohitan.
Umat yang berada di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan memiliki
keterikatan dengan Gereja yang ditampakkan dalam keikutsertaannya dalam
berbagai kegiatan dan banyak dari mereka adalah orang dewasa. Paroki Santo
Yohanes Rasul Somohitan adalah Paroki yang sangat luas dengan umat yang
lumayan banyak ditambah lagi keberadaannya tepat di bawah lereng Gunung
Merapi. Tradisi pedesaan yang sangat kental masih melekat dalam diri umat
sendiri yang membuat umat senang terlibat dan mengikuti berbagai kegiatan
Gereja sehingga persaudaraan dan kebersamaan terjalin erat didalamnya.
Kaum muda atau Orang Muda Katolik di Paroki Santo Yohanes Rasul
yang sering diadakan. Dalam perayaan ekaristi seperti koor maupun petugas
Ekaristi juga sering melibatkan kaum muda atau OMK namun yang menjadi
keprihatinan adalah banyak kaum muda yang sulit untuk bergabung menjadi
anggota OMK (Orang Muda Katolik) di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan
bisa dilihat dalam perayaan Ekaristi cukup banyak kaum muda yang mengikuti
namun dalam berbagai kegiatan sebagian dari mereka tidak hadir meskipun
banyak diantara mereka yang sudah menerima Sakramen Krisma
Sebagai salah satu sakramen yang menghantar umat pada gerbang menuju
kedewasaan, maka hanya diterimakan oleh mereka yang sudah berumur seusia
SMP. Di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan pemerimaan Sakramen Krisma
diadakan 2 tahun sekali bergantian dengan Sakramen Baptis, setiap akan
menerimakan Sakramen terutama Sakramen Inisiasi tentu saja harus ada persiapan
yang sungguh-sungguh sehingga calon penerima sakramen memiliki bekal yang
cukup. Persiapan atau pelajaran untuk calon penerima Sakramen Krisma
dilaksanakan setiap minggu selama enam bulan dengan minimal tiga kali absen.
Dalam persiapan Sakramen Krisma di Paroki Santo Yohanes Rasul
Somohitan, biasanya guru agama yang ditunjuk sebagai pendamping dalam
persiapan Sakramen Krisma. Persiapan Sakramen Krisma dikemas mirip seperti
pelajaran di sekolah pada umumnya dengan materi yang telah dipersiapkan tanpa
menggunakan banyak media.
Dari persiapan Sakramen Krisma yang matang diharapkan setelah
menerima sakramen krisma mereka menjadi dewasa dalam iman dan dapat
mempertanggungjawabkan imannya terlebih menyangkut keterlibatannya dalam
ikut ambil bagian dalam karya keselamatan dan menjadi saksi Kristus. Semakin
mencintai imannya sehingga mampu bertumbuh dalam iman dan menjadi benih
bagi Gerejanya yang suatu saat dapat berbuah dan dapat dipanen. Mengingat
Krisma bukanlah sekedar syarat untuk diterima menjadi bagian dalam Gereja
tetapi lebih dari itu yaitu mampu menjadi dewasa dalam iman.
Persiapan Sakramen Krisma harus dipersiapkan terlebih dahulu oleh para
pendamping mulai dari aspek program yang dialamnya terdapat tujuan, materi,
metode, proses dan evaluasi, pendamping dan calon penerima Sakramen Krisma.
Untuk keberhasilan suatu persiapan pendampingan maka aspek yang terdapat
dalam persiapan harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Sehubungan dengan permasalahan di atas terlebih di Paroki Santo
Yohanes Rasul Somohitan, saya ingin melihat gambaran bagaimana persiapan
Krisma terutama untuk kaum muda maka saya menyusun skripsi yang berjudul
PERSIAPAN SAKRAMEN KRISMA REMAJA TAHUN 2014 DI PAROKI
SANTO YOHANES RASUL SOMOHITAN DAN UPAYA
PENGEMBANGAN PENDAMPINGANNYA.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang penulisan diatas, maka penulis merumuskan
tiga masalah yang akan diungkapkan dalam skripsi ini.
1. Bagaimana proses persiapan Pendampingan Sakramen Krisma di Paroki St.
Yohanes Rasul Somohitan?
2. Bagaimana kriteria untuk persiapan Pendampingan Sakramen Krisma di
3. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan pendampingan sakramen
Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari skripsi
adalah:
1. Mengetahui proses persiapan persiapan Sakramen Krisma di Paroki St.
Yohanes Rasul Somohitan.
2. Mengetahui bagaimana kriteria dalam persiapan Sakramen Krisma di Paroki
St. Yohanes Rasul Somohitan
3. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan persiapan Sakramen
Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan atas Latar Belakang penulisan, Rumusan Masalah, dan
Tujuan Penulisan, maka diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat:
1. Mendapatkan gambaran bagaimana proses persiapan pendampingan
Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan.
2. Mengetahui bagaimana kriteria untuk persiapan pendampingan akramen
Krisma di Paroki St. Yohanes Rasul Somohitan
3. Menemukan upaya agar dapat meningkatkan persiapan Sakramen Krisma di
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif. Dengan metode ini
penulis menggambarkan mengenai masalah yang ada berdasarkan fakta yang
diperoleh melalui penelitian kuantitatif. Dengan kajian pustaka dan dilengkapi
dengan penyebaran angket, kemudian dianalisis dan diuraikan pokok-pokok
bahasannya. Melalui metode ini penulis akan memaparkan, menguraikan, serta
menganalisis persiapan pendampingan Sakramen Krisma di Paroki St. Yohanes
Rasul Somohitan.
F. Sistematika Penullisan
Bab I merupakan pendahuluan. Dalam pendahuluan berisi: gambaran
umum latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika.
Bab II penulis memaparkan mengenai kajian pustaka. Bagian ini
menguraikan empat hal yaitu mengenai Sakramen Krisma, kaum muda, persiapan
Sakramen Krisma dan katekese persiapan Sakramen Krisma. Bagian pertama
berisi sakramen pada umumnya, sakramen inisiasi, dan Sakramen Krisma. Bagian
kedua berisi perubahan pada kaum muda. Bagian ketiga berisi kriteria persiapan
Sakramen Krisma dan bagian empat berisi pentingnya katekese, dan katekese
persiapan Sakramen Krisma.
Bab III beriskan metodologi penelitian persiapan pendampingan Sakramen
Bab IV berisikan analisa data dan usulan program pendampingan bagi
Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan. Analisa data terdari dari uji validitas, uji
normalitas, deskripsi data, refleksi pastoral usulan program berisi refleksi pastoral
BAB II
SAKRAMEN KRISMA
A. Sakramen Pada Umumnya
Sakramen biasanya diartikan sebagai tanda dan sarana rahmat atau
keselamatan, kata sakramen berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang berarti
hal-hal yang berhubungan dengan yang kudus yang Ilahi. Dalam Kitab Suci
muncul istilah lain dalam Bahasa Yunani mysterion yang menunjukkan sesuatu
yang bersembunyi. Kata “misteri” atau “rahasia” diartikan sebagai rencana Allah
mengenai akhir zaman, khususnya cara dan saat akhir zaman, yang tersembunyi
bagi manusia, tetapi diberitahukan oleh Allah kepada orang-orang tertentu.
(Banawiratma, 1989 : 12-13)
Sakramen sebagai peristiwa konkrit duniawi yang menandai,
menampakkan, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah. Gereja
merupakan suatu tanda karena di dalamnya rahasia keselamatan Allah menjadi
nyata. Gereja sebagai persekutuan persaudaraan yang konkret dan di dalamnya
terdapat ritus-ritus sakramen. Dalam sakramen, rahmat disampaikan secara
konkret melalui tanda-tanda badaniah. (Komkat KWI, 2000 : 400)
Keselamatan karya Allah bagi manusia terungkap dalam simbol-simbol
konkrit manusiawi, seperti sabda, peristiwa sejarah, pribadi utusan, barang atau
tempat.
B. Sakramen Inisiasi
Menjadi orang Kristen berarti menjadi anggota Gereja. Ungkapan kata
bersama Allah secara sakramental melalui Gereja” Ungkapan kata “Inisiasi
Kristen” mau menunjukan tahap-tahap yang perlu dilewati oleh siapa saja yang
berniat untuk menjadi anggota Gereja. (Da Cunha, 1991 : 5)
Menjadi anggota kristen berarti menjadi anggota Gereja. Dalam hal ini
para calon anggota harus menjalani suatu inisiasi kristen, suatu masa perkenalan
dan percobaan dengan syarat-syarat dan latihan-latihan tertentu. Pada awalnya
Sakramen Baptis, Krisma dan Ekaristi menjadi satu kesatuan sehingga seluruh
proses itu disebut inisiasi kristen.
Tujuan yang mau dicapai dalam inisiasi kristen ialah memasukkan seorang
dalam Gereja. Menggabungkan dia pada Gereja, dan menjadikan dia anggota
Gereja. Ikatan yang mempersatukan para anggota Gereja ialah iman pada Kristus,
maka dari itu calon anggota harus diinisiasikan kepada iman akan Kristus.(PWI –
Liturgi, 1977:8)
1. Perkembangan Sakramen Baptis dan Krisma
Sakramen Baptis, Krisma dan Ekaristi adalah satu kesatuan. Baptisan
pertama-tama berarti bahwa orang dari kelompok kristen diterima masuk menjadi
anggotanya. Dalam KHK 96 disebutkan bahwa dengan dibaptis orang menjadi
anggota Gereja Kristus, umat Allah menjadi “persona” dengan segala hak dan
kewajiban, entah oleh siapa dan ke dalam kelompok mana orang diinisiasikan.
Dengan diinisiasikan jemaah Kristen dengan tegas menyatakan iman kepercayaan,
iman kepercayaan kepada Yesus sebagai Tuhan, Anak Allah dan Juru selamat.
Dengan baptisan manusia dibebaskan dari dosa asal dan dosa pribadi,
Allah. Baptisan dengan air menyimbolkan segi penyelamatan, air yang mengalir
menyimbolkan hidup ilahi, yang di dalamnya orang beriman menjadi persertanya
dan kekudusan Ilahi yang dikaruniakan kepada mereka yang benar-benar percaya,
daya hidup dan kesuburan Ilahi adalah Roh Kudus yang disimbolkan dengan air
yang mengalir.
Seiring perkembangan upacara inisiasi Kristen, lama kelamaan menjadi
serangkaian upacara. Yang menjadi upacara inti adalah baptisan dengan air
kemudian upacara-upacara tambahan yang biasanya disebut “sakramentele”.
Dalam perkembangan historis upacara inisiasi Kristen muncul dua kelompok
upacara yaitu baptisan dengan air dan upacara lainnya yang secara khusus
dihubungkan dengan karunia berupa Roh Kudus, oleh Roh Kudus masing-masing
orang diserupakan dengan Yesus Kristus. Roh Kudus pemberiannya disimbolkan
dengan penumpangan tangan dan pengurapan dengan minyak suci.
Pada abad III, Sakramen Krisma menjadi terpisah dari Sakramen Baptis
dengan air karena upacara krisma dikhususkan untuk pemimpin jemaah partikular
(uskup). Sejak abad III uskuplah yang memimpin seluruh acara inisiasi, tetapi
ketika jumlah jemaah-jemaah semakin bertambah namun jumlah uskup tidak
seiring pertambahannya, maka uskup tidak lagi dapat mengetuai seluruh upacara
inisiasi. Baptisan dengan air sejak awal pada prinsipnya dapat dijalankan setiap
orang meskipun dianggap lebih baik bila dijalankan oleh ketua jemaah. Tetapi
Sakramen Krisma menjadi wewanang eksklusif pemimpin jemaah (uskup).
setelah itu mulai ada aturan-aturan bahwa Sakramen Krisma diterimakan setelah
anak-anak menerima Komuni Pertama dan setelah mereka dianggap pantas, dapat
Sakramen Krisma secara eksplisit mengikut-sertakan orang dalam publik
jemaah. Tetapi tugas publik dan kolektif diketuai oleh pemimpin jemaah, maka
wajar bagian inisiasi Sakramen Krisma dikhususkan bagi pemimpin jemaah yaitu
uskup. Dalam Gereja Yunani Timur secara praktis tidak semua kelompok jemaah
memiliki uskup maka pemimpin jemaah setempat (pastor) diberi wawenang untuk
menyelenggarakan upacara inisasi, tetapi pada bagian upacara Sakramen Krisma
hanya dapat dijalankan dengan minyak yang sudah diberkati oleh uskup. Konsili
Vatikan II kembali menekankan kesatuan inisiasi. Upacara Krisma hendaknya
ditinjau kembali juga supaya nampak lebih jelas hubungan erat Sakramen itu
dengan seluruh inisiasi kristen. Maka dari itu pembaharuan janji-janji Baptis
seyogyanya mendahului penerimaan Sakramen Krisma. (SC. 71)
Pada saat Konsili Vatikan II dan sesudahnya, anak menerima komuni
pertama dan dengan upacara tersendiri walaupun tetap merupakan bagian utuh
dari inisiasi kristen. Dalam Lumen Gentium art.11 disebutkan bahwa Sakramen
Penguatan menjadikan orang yang telah dibaptis dan menerima komuni, terikat
secara sempurna pada Gereja. (Banawiratma, 1989 : 92-97)
2. Sakramen Baptis
“Baptis” berasal dari kata Yunani “baptizein” yang berarti membenamkan,
mencelupkan, menenggelamkan ke dalam air. Pembaptisan adalah pintu masuk
menuju kehidupan Roh oleh karena itu sakramen baptis merupakan dasar seluruh
kehidupan kristiani dan merupakan pintu gerbang sakramen-sakramen lainnya
Yang boleh menerima sakramen Baptis adalah semua orang yang belum
dibaptis, mengakui iman kristiani, memerima ajaran-ajaran Gereja dan tidak
terkena halangan kanonik.
Berkat Sakramen Baptis manusia dibebaskan dari dosa dan dilahirkan
kembali sebagai anak-anak Allah, menjadi anggota-anggota tubuh Kristus,
dimasukkan dalam Gereja dan ikut serta dalam tugas perutusannya, memperolah
hidup kekal, hidup baru dan menerima karunia Roh Kudus.(Banawiratma, 1989
:79-82)
3. Sakramen Ekaristi
Dikatakan bahwa Ekaristi merupakan sakramen utama. Dalam Lumen
Gentium 11 disebutkan bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh
hidup Kristiani. Ekaristi bukan hanya salah satu sakramen melainkan Ekaristi
adalah bagian dari sakramen itu sendiri yaitu tanda dan sarana persatuan mesra
dengan Allah dan kesatuan dengan umat manusia.
Sakramen Ekaristi ditetapkan oleh Yesus sendiri dalan hari Kamis Putih
saat Ia merayakan perjamuan malam terkahir. Saat itu Yesus memecah-mecah roti
dan memberikannya kepada mereka sambil berkata, “Ambillah ini dan makankah,
inilah tubuh-Ku yang Ku serahkan bagimu.” Kemudian, Ia mengambil piala berisi
anggur dan berkata, “Ambillah ini dan minumlah. Inilah piala darah-Ku, darah
perjanjian baru dan kekal yang akan ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang
demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku.” Karena
sekedar menyangkut peringatan peristiwa masa lampau tetapi mengungkapkan
kehadiran dan aktualisasi apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada Bapa di
kayu salib. (Katekese Inisiasi, 2012 : 34-35)
4. Sakramen Krisma
Dalam Sakramen Krisma atau Sakramen Penguatan Allah
menganugerahkan karunia khusus yaitu penerimaan Roh Kudus, penerimaan Roh
Kudus dalam sakramen Krisma tidak berarti pemisahan dan pemutusan mutlak
antara Sakramen Pembaptisan dan Sakramen Penguatan. Ada kesamaan dasar
antara kedua sakramen tersebut. Baik dalam Sakramen Pembaptisan maupun
Sakramen Penguatan, keduanya mengantar seseorang untuk masuk dalam
kesatuan jemaat sebagai anggota baru.
C. Sakramen Krisma 1. Arti Sakramen Krisma
Sakramen Krisma merupakan kelanjutan dari Sakramen Baptis dalam
keseluruhan proses Inisiasi Kristiani yang terdiri dari Sakramen Baptis, Sakramen
Ekaristi dan Sakramen Krisma. Baptis menempatkan orang ke dalam Geraja
menjadi warganya sedangkan Sakramen Krisma menempatkan warga baru yang
telah di Baptis ke dalam perutusan untuk bersaksi dan berwarta berdasarkan hidup
baru yang sudah diterimanya.
dengan Gereja; sakramen penguatan itu juga menguatkan dan semakin mewajibkan mereka untuk dengan kata dan perbuatan menjadi saksi-saksi Kristus, menyebarkan dan membela iman” (KHK, kan. 879)
Sakramen Penguatan disebut juga sebagai Sakramen Krisma, disebut
Sakramen Krisma karena sakramen ini menggunakan minyak krisma, bahan yang
dipakai untuk pengurapan. Krisma sendiri berarti pengurapan. Pengurapan ini
menjelaskan nama Kristus yang berarti „yang terurapi‟ yang dapat kita lihat
kesempurnaannya pada diri Yesus Kristus, yang diurapi Allah dengan Roh
Kudus-Nya (Kis 10:38). Jadi Krisma bagi kita adalah pengurapan yang
menjadikan kita seperti Kristus, dengan menerima pengurapan Roh Kudus yang
sama seperti yang diterima oleh Kristus. Orang yang menerimanya disiapkan
untuk turut ambil bagian dalam karya perutusan Gereja dengan semangat misioner
yang bersumber dari Allah Sendiri selain itu Sakramen Penguatan bertujuan untuk
menguatkan dan memperkokoh rahmat Sakramen Baptis.
Menurut buku liturgi, “ proses inisiasi Kristen dilanjutkan dalam sakramen
Krisma. Dalam Sakramen Krisma orang beriman menerima Roh Kudus yang pada
hari Pentekosta diutus Tuhan kepada para rasul. Berkat anugerah Roh Kudus ini,
orang beriman menjadi lebih serupa dengan Kristus dan dikuatkan untuk memberi
kesaksian tentang Kristus, demi pembangunan tubuhNya dalam iman dan cinta
kasih”
Dalam Sakramen Krisma Roh Kudus sebagai kekuatan Gereja. Gereja itu
memberi wujud historis kelihatan kepada tugas dan karya publik Kristus, yang
diinisiasikan untuk secara aktif turut serta dalam tugas misioner dan publik jemaat
Kristen.
2. Kekhasan Sakramen Krisma
Dalam Sakramen Baptis, orang sudah dihapus dosanya, diberi rahmat
pengkudusan dan keutamaan Ilahi serta moral. Dalam Sakramen Krisma anggota
jemaat oleh Roh Kristus disanggupkan untuk ikut serta dalam tugas penyelamatan
jemaat Kristus agar di dunia ini turut membangun jemaat Kristus demi
keselamatan umat manusia.
mengatakan bahwa “Dengan sakramen Krisma seorang anggota jemaat
dinyatakan dan dalam rangka “persona publica”, yang sepenuh-penuhnya terlibat
dalam penyelamatan jemaat. Dengan karunia Roh Kudus anggota jemaat
dikuatkan dan diperteguh sehingga anggota jemaat menjadi sadar bahwa dirinya
sudah terlibat dalam aktivitas penyelamatan jemaat. (Banawiratma, 1989 :
100-10)
3. Materai Krisma
Tugas serta kesanggupan tersebut sekali untuk selama-lamanya dan secara
kelihatan diberikan dalam Sakramen Krisma. Sakramen Krisma memberi “materai
yang tak terhapuskan” yang disebut sebuah “tanda rohani”. Materai yang yang
disebutkan adalah seseorang dilantik dan ditugaskan dalam rangka jemaat Kristus
serta disanggupkan untuk turut serta dalam tugas penyelamatan jemaat.
4. Liturgi Sakramen Krisma
Sakramen Krisma atau penguatan diberikan oleh uskup atau yang
mendapat delegasi dari uskup. Secara liturgis Sakramen Krisma diberikan dalam
perayaan Ekaristi, diberikan setelah Liturgi Sabda. Adapun urutan perayaan
penerimaan Sakramen Krisma adalah sebagai berikut (Katekese Inisiasi, 2012 :
42)
a. Pembaharuan janji Baptis yang memperlihatkan hubungan Sakramen Krisma
dengan Sakramen Penguatan
b. Penumpangan tangan dan doa oleh uskup. Dengan tangan terkatub, uskup
berdoa bagi turunnya Roh Kudus, lalu dengan mengulurkan tangan ke arah
calon, ia memohon tujuh karunia Roh Kudus.
c. Pengurapan dengan minyak Krisma. Uskup mengoleskan ibu jari kanan ke
dalam minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada dahi calon sambil
berkata “Terimalah tanda karunia Roh Kudus”. Ini merupakan tanda turunnya
karunia Roh Kudus dan menerima materai yang tak terhapuskan, yaitu suatu
tanda dari Tuhan, setelah penerimaan Sakramen Krisma, dilanjutkan dengan
Liturgi Ekaristi.
5. Makna Simbol Sakramen Krisma
Dalam Penerimaan Sakramen Krisma ada beberapa simbol yang
digunakan, simbol yang merupakan materia dan tata gerak (Katekese Inisiasi,
a. Minyak Krisma
Penerimaan Sakramen Penguatan menggunakan minyak krisma sebagai
materianya. Minyak krisma terbuat dari minyak buah zaitun dan dicampur sedikit
balsam. Minyak krisma diberkati oleh uskup pada saat misa krisma, sehari
sebelum Hari Raya Kamis Putih. Minyak krisma merupakan simbol pengudusan
oleh Roh Kudus yang hadir dalam bentuk bau wangi.
b. Penumpangan Tangan Uskup
Penumpangan tangan menjadi simbol turunnya Roh Kudus bagi para
calon, Roh itu akan menjadi Roh yang mendewasakan iman para calon dan
mengguatkan mereka. Penumpangan tangan pada bahu para calon penerima
Sakramen Krisma menggambarkan bahwa penumpangan itu dikaitkan dengan
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab baru yang harus dipikul yaitu tugas
perutusan sebagai saksi Kristus.
c. Pengurapan Minyak Krisma
Setelah penumpangan tangan oleh uskup, calon penerima Sakramen
Krisma menerima urapan minyak krisma pada dahi mereka. Pengurapan ini
menjadi simbol pemberian anugerah Allah yang menguatkan, melantik,
menguduskan dan menjadikan seseorang memiliki tugas baru dalam hidupnya.
Pengurapan juga menumbuhkan semangat serta ketetapan hati pada diri seseorang
d. Tepuk pada pipi penerima Sakramen Krisma
Uskup menepuk pipi penerima Sakramen Krisma sebagai tanda pemberian
restu dan semangat agar penerima Sakramen Krisma berjuang menjadi saksi
Kristus dengan mantap dan berani.
e. Pemberian Nama Krisma
Nama krisma menjadi simbol semangat baru yang dimiliki santo-santa
yang telah dipilih oleh para calon penerima Sakramen Krisma. Nama santo-santa
yang telah dipilih menjadi teladan dan menghayati perutusan sebagai saksi
Kristus.
6. Pelayan Sakramen Krisma
Sakramen Krisma memberikan penugasan dan pengangkatan resmi
menjadi persona publica dalam jemaat, maka penerimaan Sakramen Krisma
menjadi wewenang khusus pemimpin mandiri jemaat yaitu uskup. Dalam Kitab
Hukum Kanonik juga disebutkan bahwa yang menjadi pelayan Sakramen Krisma
adalah Uskup, namun sakramen itu juga dapat diberikan sah oleh imam yang
memiliki kewenangan (Kan.882). kewenangan itu memiliki syarat sebagai
berikut (Kan.883) :
a. Dalam batas-batas wilayah kekuasaaannya, mereka yang dalam hukum
disamakan dengan Uskup diosesan.
b. Uskup sudah memberi mandat kepada imam.
c. Orang yang akan menerima Sakramen Krisma sedang dalam bahaya maut.
Selain itu, dalam keadaan darurat Uskup diosesan bisa mengusahakan
beberapa imam tertentu dan untuk memberikan penguatan secara licit kepada
keuskupan lain, Uskup membutuhkan izin dari Uskup diosesan (Kan 884-886).
7. Persayaratan Calon Penerima Sakramen Krisma
Sesuai dengan yang teracantum dalam Kitab Hukum Kanonik Calon
penerima Sakramen Krisma harus memenuhi syarat yaitu yang menerima
Sakramen Penguatan adalah semua dan hanya yang telah dibaptis serta belum
pernah menerimanya (Kan. 889). Di luar bahaya maut Sakramen Penguatan
hendaknya diberikan kepada umat beriman pada sekitar usia dapat menggunakan
akal, dari segi usia, usia remaja setingkat SLTP merupakan usia minimal untuk
dapat menerima Sakramen Krisma dikarenakan usia remaja lebih sesuai dengan
maksud dan makna penguatan. Mereka dituntut untuk diajar secukupnya,
berdisposisi baik dan dapat memperbaharui janji-janji baptis. Disamping itu
Sakramen Krisma dapat diberikan dalam bahaya maut atau jika menurut penilaian
pelayan sakramen, ada alasan berat yang menganjurkan lain (Kan. 891).
8. Penanggungjawab Sakramen Krisma
a. Tanggung Jawab penerima Sakramen Krisma
Umat beriman wajib menerima Sakramen Krisma tepat pada waktunya.
Seorang yang telah menerima Sakramen Krisma maka ia memiliki tanggung
jawab menjadi warga Gereja sepenuhnya karena dengan sakramen Krisma ia telah
secara penuh menjadi anggota Gereja yang harus terlibat aktif memikul tanggung
jawab dan mempuyai hak dan peranan yang sama dengan semua anggota Gereja
memahani bahwa Sakramen Krisma mengandung suatu panggilan untuk menjadi
saksi Kristus.
Dalam bidang liturgi, orang yang telah menerima Sakramen Krisma
diikutsertakan dalam aneka tugas liturgi seperti lektor, misdinar, pemazmur, koor
atau tugas lainnya.
b. Tanggung Jawab Orang Tua
Orang tua bertanggung jawab untuk mendampingi anaknya dengan
memberikan pendidikan iman terutana di rumah. Orang tua juga wajib
mendukung anaknya dalam dari persiapan Sakramen Krisma hingga sesudah
penerimaan Sakramen Krisma.
c. Tanggung Jawab Gereja
Gereja bertanggung jawab agar umatnya dapat menyambut Sakramen
Krisma tepat pada waktunya. Selain itu Gereja mengusahakan dan memperhatikan
agar umat beriman memiliki pemahaman dan penghayatan yang memadai
mengenai Sakaramen Krisma.
d. Tanggung Jawab Umat Setempat
Umat setempat hendaknya menerima dan mendukung mereka dalam
berbagai kegiatan, mengajak mereka untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan
maupun pertemuan-pertemuan lingkungan.
e. Tanggung Jawab Wali Krisma
Wali krisma adalah pihak yang mendampingi dan membimbing calon
penerima krisma. Wali krisma diharapkan mampu menunjukkan jalan kepada
calon penerima krisma untuk menerapkan Injil dalam hidupnya sendiri dan dalam
keragu-raguannya dan kebimbangannya. Wali krisma bertugas mengusahakan agar yang
telah menerima penguatan bertindak sebagai saksi Kristus yang sejati dan dengan
setia memenuhi kewajiban-kewajiban yang melekat pada sakramen itu.
Syarat untuk menjadi seorang wali krisma tidak jauh berbeda dengan wali
baptis, yaitu (Kan.874) :
1) Ditunjuk oleh calon penerima Sakramen Krisma atau orangtuanya atau oleh
orang yang mewaliki mereka selain itu ia cakap dan mau melaksanakan tugas
itu.
2) Berumur genap enambelas tahun, kecuali umur lain ditentukan oleh Uskup
diosesan atau ada kekecualian.
3) Seorang katolik yang telah menerima penguatan dan Sakramen Ekaristi.
4) Tidak terkena suatu hukum kanonik.
5) Bukan ayah atau ibu dari calon penerima Sakramen Krisma.
f. Tanggung Jawab Katekis
Katekis harus siap memberikan katekese kepada calon penerima Sakramen
Krisma. Katekis akan mengajar, melatih dan meneguhkan untuk menjadi katolik.
Dengan kesungguhkan hati katekis diharapkan mampu mendampingi para calon
penerima Sakramen Krisma dan bahka menjadi teladan bagi para calon.
9. Bidang Perutusan Sakramen Krisma
Setiap orang yang menerima Sakramen Krisma dianggap sudah dewasa baik
dalam cara berpikir maupun bertindak. Ia bisa dilibatkan dalam aneka tugas
Ada empat bidang tugas Gereja yang bisa menjadi medan perutusan
orang-orang yang telah menerima Sakramen Krisma (Katekese Inisiasi, 2012: 47-48) .
a. Leiturgia
Dalam bidang liturgi, orang yang telah menerima Sakramen Krisma diutus
untuk terlibat dalam aneka tugas liturgi misalnya menjadi misdinar, lektor,
pemazmur, koor atau tugas-tugas lainnya. Partisipasi yang dimaksud bukan
karena diajak orang melainkan suatu dorangan dari dalam untuk turut serta
menggembangkan Gereja. Sebab yang telah menerimakan Sakramen Krisma, ia
turut bertanggung jawab atas mati dan hidupnya, tumbuh dan berkembangnya
Gereja dalam aneka kehidupan.
Sebagai wujud keterlibatan, partisipasi juga dapat dalam bentuk aneka
tugas liturgi sesuai dengan kemampuannya. Kehadirannya tentu akan turut
membawa kemajuan dalam bidang liturgi. Namun lebih dari itu, seseorang yang
telah menerima Sakramen Krisma juga dimungkinkan untuk menjadi pionir-pionir
dalam kehidupan liturgi. Tidak hanya berpartisipasi, tetapi justru menjadi pemikir
yang kreatif, inovatif dan motivator bagi majunya kegiatan-kegiatan liturgi.
b. Koinonia
Panggilan Tuhan bukan panggilan secara personal antara manusia dengan
Tuhan, tetapi panggilan Tuhan juga diarahkan untuk menggembangkan
persekutuan (koinonia) antar umat beriman dalam kesatuan iman akan Tuhan.
Setiap orang yang telah menerima Sakramen Krisma didorong untuk
masuk dalam persekutuan dan terlibat didalamnya. Tidak hanya menjadi anggota
persekutuan agar lebih hidup dan tumbuh menjadi persekutuan yang sehati sejiwa
dalam iman dan kasih.
Sebagai seseorang yang telah dewasa imannya, orang yang telah menerima
Sakramen Krisma diharapkan mengembangkan sikap-sikap yang perlu untuk
mendukung persekutuan dan sekaligus membuang sikap-sikap yang bisa merusak
persekutuan. Sikap-sikap yang mengembangkan persekutuan adalah kesediaan
diri untuk hadir dalam acara-acara bersama, terlibat dalam tugas-tugas bersama,
membangun sikap yang ramah, lemah lembut dan penuh dan penuh pengertian.
Sedangkan sikap yang merusak persekutuan antara lain mudah berpikir negatif
dan tertutup terhadap kehadiran orang lain. Sikap-sikap semacam ini perlu
dihindari agar persekutuan tetap terjaga dan tumbuh menjadi medan setiap pribadi
untuk mengambangkan iman dan kasih.
c. Diakonia
Kehadiran Gereja di tengah umatnya dan masyarakat adalah untuk
meneladan Yesus Kristus yaitu melayani, khususnya melayani mereka yang
termasuk dalam kelompok KLMTD. Pelayanan itu bisa terwujud dalam bentuk
pelayanan spontan, pelayanan karitatif dan pelayanan pemberdayaan. Pelayanan
spontan adalah pelayanan yang diberikan kepada orang lain secara spontan dan
dengan tulus. Misalnya menolong orang kecelakaan atau membantu orang
mengerjakan sesuatu. Pelayanan karitatif adalah pelayanan yang diberikan dalm
bentuk uang atau dana. Dana itu diberikan untuk kebutuhan mendesak misalnya
pengobatan, beasiswa atau bencana. Sedangkan pelayanan pemberdayaan adalah
bantuan yang diberikan untuk tujuan pemberdayaan orang dalam hidup dan usaha.
ketrampilan. Melalui pelayanan diakonia, diharapkan mereka yang telah
menerima Sakramen Krisma menyadari bahwa diriya dipanggil untuk menjadi
berkat bagi orang lain melalui pelayanan-pelayanan yang diberikan. Sebagai
seorang yang telah menerima Sakarmen Krisma, bisa mendukung kegiatan
diakonia dengan hidup saling membantu dan berbagi kepada orang lain yang
membutuhkan.
d. Kerygma
Setiap orang yang menerima Sakramen Krisma dipanggil untuk
mengambil bagian dalam tugas pewartaan. Ia tidak hanya menerima pewartaan
tetapi juga turut menjadi pewarta bagi yang lain. Misalnya, ia ikut membahas
Kitab Suci, memimpin pendalam iman, dan memberikan renungan dalam suatu
kelompok tertentu. Pewartaan juga disampaikan secara personal, yakni pada
orang-orang yang ingin bertanya dan mendalami sesuatu.
Untuk mendukung tugas ini, seseorang perlu membekali diri terus
menerus. Pembekalan itu bisa dilakukan dengan membaca Kitab Suci,
ajaran-ajaran Gereja atau buku-buku yang berisi pendalaman iman.
D. Gambaran Remaja Pada Umumnya
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasan usianya maupun peranannya tidak terlalu jelas. Pubertas yang pada
dianggap sebagai tanda suatu awal dari keremajaan ternyata tidak valid lagi
dijadikan sebagai patokan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi di awal belasan bahkan
keremajaan namun sering kali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda
fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal
yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan pada berbagai aspek kehidupan dalam diri mereka. (Hurlock,
1990:207-215)
1. Perubahan Fisik
Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan
individual. Perbedaan seks sangat jelas. Perubahan ini berpengaruh dalam
perkembangan jiwa remaja. Perubahan-perubahan fisik menyebabkan seorang
remaja menjadi canggung karena harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang
ada pada dirinya. Banyak dari remaja mengalami ketidakpuasan dengan tubuhnya
ini merupakan salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan
kurang harga diri selama masa remaja.
Keperihatinan muncul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik
berperan penting dalam hubungan sosial, mereka meyakini bahwa yang menarik
biasanya diperlakukan lebih baik.
2. Perubahan Sosial
Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang
berhubungan dengan penyesuaian sosial, penyesuaian diri dengan meningkatkan
sosial yang baru, nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan
nilai-nilai baru dalam seleksi kepemimpinan.
yang menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain.
Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya,
kelompok sebaya memberikan dunia tempat kaum muda dapat melakukan
sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai
yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya.
Yang paling menonjol dari perubahan sikap dan perilaku adalah hubungan
heteroseksual. Perubahan hubungan heteroseksual ini sangat radikal, yaitu
perubahan dari remaja yang bersangkutan menyukai dan memperhatikan kawan
lawan jenis, yang sebelumnya merasa tidak mereka sukai ataupun perhatikan
sama sekali.
3. Perubahan Moral
Ketika memasuki masa remaja, mereka tidak lagi menerima kode moral
dari orang tua, guru, bahkan teman-teman sebaya. Mereka membentuk kode moral
sendiri berdasarkan konsep tentang benar dan salah yang telah diubah dan
diperbaikinya agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang.
Pada perkembangan kesadaran moral remaja, terjadi perubahan moral
yang terjadi pada mereka. Mereka lebih peka terhadap harapan dan pandangan
orang lain dalam masyarakat sekitarnya. Reputasi orang menjadi perhatian,
sedang aspek moral dari reputasi itu dipandang sebagai bagian utama reputasi.
mengharapkan adanya sikap tanggung jawab pada orang lain, khususnya kepada
mereka yang dekat hubungannya dengan dirinya. Mewujudkan tanggung jawab
bukanlah hanya hidup sesuai dengan harapan orang lain dalam hubungan sosial,
namun perlu pula untuk meraih reputasi dan memperkuat jati dirinya.
E. Persiapan Sakarmen Krisma
Untuk menerima Sakramen Krisma, calon perlu dipersiapkan dengan
sungguh-sungguh dengan pengajaran oleh seorang katekis. Agar calon memahami
keutuhan Sakramen inisiasi perlu dilakukan rekatekisasi untuk Sakramen Baptis
dan Ekaristi. Setelah itu calon baru diajak untuk memahami Sakramen Krisma itu
sendiri. dalam meteri Sakramen Krisma peserta diajak untuk memahami
Sakramen Krisma sebagai bagian dari Sakramen inisiasi.
Dalam pendampingan ini diharapkan supaya calon semakin mensyukuri
Sakramen yang diterimanya dan merasakan buah-buah yang ada di dalamnya.
Kedua, berkat Roh Kudus mereka semakin dikuatkan sehingga sanggup untuk
mengemban tugas perutusan mereka di dalam Gereja maupun di tengah
masyarakat. Ketiga, mereka semakin berani menjadi saksi Kristus dalam
kehidupan sehari-hari dengan tantangan yang mereka hadapi. Atau dengan kata
lain, Sakramen Krisma diharapkan penerimanya beriman mendalam (dalam
penghayatan dan pemahamannya) dan tangguh dalam menghadapi pergulatan
F. Kriteria Persiapan Sakramen Krisma
Dalam suatu pendampingan program kerja mempunyai peranan penting
yang di dalamya terdapat tujuan, metode, sarana, materi dan proses kegiatan.
Selain itu didalam pendampingin tentu terdapat pendamping, calon penerima
Krisma dan pada akhir pendampingan dilaksanakan evaluasi. Dalam persiapan
pendampingan maka aspek di atas harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :
1. Tujuan - Diarahkan pada pemahaman siswa dan
kemampuan mereka untuk memaknai dan
menghayati sakramen
2. Materi - Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan,
akurat, rasional, praktis, relevan dengan
kebutuhan calon, mengandung segi-segi etik,
dan bersumber dari buku yang baku
3. Metode - Dirumuskan untuk mencapai tujuan, sesuai
dengan keadaan para calon, dan membantu
calon dalam berdinamika
4. Sarana - Menunjang tujuan yang telah dirumuskan,
tepat dan berguna bagi pemahaman bahan
yang dipelajari, ketersediaan, bermutu, dan
terdapat interaksi antara pendamping dan
5. Proses Kegiatan - Membantu siswa untuk memaknai sakramen
Krisma yang akan diterimanya dan terdapat
tahap-tahap yang jelas
6. Pendamping - Katekis yang memiliki sertifikat, siap untuk
memberikan katekese kepada para calon,
memiliki wawasan tentang sakramem Krisma,
memiliki ketrampilan untuk memimpin,
mampu membimbing siswa untuk menghayati
sakramen
7. Calon penerima Sakramen - Aktif dalam kegiatan rohani di Gereja ataupun
di lingkungan, aktif dalam kegiatan
bermasyarakat, rajin membaca Kitab Suci,
aktif dalam proses pendampingan, mengikuti
tridium
8. Evaluasi - Mengukur secara jelas hasil belajar yang sudah
dipelajari, mengukur sampel yang representatif
dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang
telah diajarkan dan dirancang sesuai dengan
kegunaannya untuk memperoleh hasil yang
G. Katekese Persiapan Sakramen Krisma 1. Pentingnya Katekese
Remaja merupakan aset yang sangat berharga bagi masa depan Gereja,
pada masa remaja seseorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa inilah seringkali muncul banyak
permasalahan yang pelik dalam kehidupan mereka, di antaranya dalam hidup
iman dan rohaninya. Dalam keadaan inilah katekis dan orang tua mempunyai
peran yang besar bagi perkembangan hidup remaja itu sendiri. Salah satu jalan
yang perlu ditempuh oleh katekis sebagai tenaga pastoral Gereja adalah
memberikan suatu pendampingan imam atau katekese, seperti yang tertera dalam
anjuran apostolik Bapa Paus Yohanes II mengenai penyelenggaraan Katekese
(Catechesi Tradendae) yang berbunyi :
otentikm dan sebagai kemungkinan untuk menyatukan umat manusia – semua itu memberikan dasar pendidikan iman yang sejati. (CT. No. 38)
2. Katekese Inisiasi
Dengan katekese inisiasi, para calon merasa didampingi dan diteguhkan
dalam proses. Dalam prosesnya para calon mendapatkan pengetahuan yang cukup
tentang Allah dan karya keselamatan-Nya serta tentang ajaran Gereja, tentu saja
memerlukan waktu yang memadai hingga akhirnya terjadi pengendapan iman
dalam hidupnya sehingga apa yang sudah diajarkan dapat diinternalisasikan dan
dapat menjadi landasan dalam berpikir, berbicara, bersikap dan bertindak.
Katekese memberi jaminan bahwa orang yang akan menerima sakramen adalah
orang yang sudah dianggap mengetahui ajaran agama katolik, menghayatinya
dalam kehidupan sehari-hari dan mengungkapkannya dalam doa dan ibadat.
(Katekese Inisiasi, 2012: 11)
3. Katekese Persiapan Sakramen Krisma
Salah satu usaha persiapan adalah dengan katekese yang bertujuan supaya
calon krisma dapat menyadari peranan dari kehadiran Roh Kudus dalam hidup
mereka, tanggung jawab mereka sebagai anggota Gereja, perlunya pembinaan
iman yang terus menerus, kewajiban merasul dan menjadi saksi Kristus di tengah
dunia.
Model katekese yang digunakan adalah Katekese Umat. Katekese Umat
adalah sebuah model katekese yang memfokuskan perhatiannya terutama pada
umat baik dari segi pelaksanaan, sumber dan tujuan katekesenya (dari, oleh dan
agama, katekis adalah fasilitator komunikasi iman atau dialog pengalaman iman
di mana komunikasi yang berjalan adalah komunikasi dua arah. Harapannya
supaya dengan dialog keterlibatan aktif mereka akhirnya dapat menyadari,
menemukan nilai-nilai iman dalam keterlibatannya dalam hidup masyarakat.
4. Tujuan Katekese Persiapan Sakramen Krisma
Katekese Sakramen Krisma bertujuan untuk lebih menyadari kehadiran
dan peranan Roh Kudus dalam diri mereka, lebih menyadari tanggung jawab
sebagai warga Gereja, lebih menyadari pentingnya pembinaan terus-terusan di
bidang iman dan lebih menyadari kewajiban merasul/menjadi saksi Kristus.
Melalui proses katekisasi, seorang calon dibimbing untuk semakin mengenal jati
dirinya sebagai seorang beriman dan sekaligus tanggung jawab yang harus
dipikulnya. (Katekese Inisiasi, 2012: 12)
5. Subjek Katekese Persiapan Sakramen Krisma
Subjek Katekese adalah mereka yang sudah dibaptis, sudah menerima
komuni pertama dan telah mendaftarkan diri sebagai calon penerima Sakramen
Krisma.
6. Pendamping Katekese Sakramen Krisma
Pendamping atau katekis harus siap memberikan katekese kepada calon
penerima sakramen. Katekis diharapkan memiliki bekal yang cukup agar dapat
metode, maupun isi diharapkan katekis mampu mengajar, meneguhkan, dan
bahkan menjadi saksi teladan bagi para calon.
H. Fokus Penelitian
Penelitian difokuskan mengenai persiapan yang dilaksanakan sebelum
penerimaan Sakramen Krisma, apakah persiapan pendampingan sudah memenuhi
kriteria mulai dari program pendampingan, pendamping, calon penerima dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam
penulisan, metodologi penelitian meliputi desain penelitian, variabel penelitian,
pengontrolan variabel yang meliputi materi dan evaluasi yang diberikan. Bab ini
membahas mengenai perlakuan, populasi dan sampel, tempat dan waktu
penelitian, teknik pengumpulan data, dan uji coba instrumen. Secara singkat
hal-hal di atas akan diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian yang menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan
data, pengolahan data yang diperoleh, hingga pada penyajian data, untuk
menjukkan gambaran variabel X (persiapan Sakramen Krisma).
B. Desain Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan tujuan penelitian ini,
penelitian bersifat deskriptif, desain penelitian deskriptif menjawab atas
pertanyaan-pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana
keterkaitan dengan penelitian tertentu. Metode penelitian deskriptif bertujuan
untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang ada, yang sedang berlangsung
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Penelitian dilaksanakan di Paroki Santo Yohanes Rasul Somohitan
yang berada di dusun Somohitan, Girikerto Turi Sleman Yogyakarta.
Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah kaum muda yang sudah pernah
mendapatkan persiapan Sakramen Krisma tahun 2014 sejumlah 60 orang. Table
for determining needed sizes of a randomly chosen sample from a given finite
population of N cases such that the sample proportion p will be within 0,05 of
the population proportion P with a 95 percent level of confidence Et. Jika populasi
sejumlah 60 maka sample 52.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik penggumpulan data dengan menggunakan kuisoner (angket)
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
1. Variabel Penelitian
a. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang akan diukur dalam
b. Definisi Konseptual Variabel
Persiapan Krisma merupakan upaya Gereja dalam bentuk pendampingan
untuk mempersiapan calon penerima Sakramen Krisma supaya para calon
penerima Sakramen Krisma siap menerima Sakramen Krisma.
c. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Persiapan Sakramen Krisma merupakan interaksi antara pendamping
dengan calon penerima Sakramen Krisma, yang melalui suatu program yang
terdiri dari tujuan, materi, metode, sarana, pendamping, calon penerima dan
evaluasi.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode angket dengan bentuk multiple choice
(pilihan ganda). Multiple choice menyediakan beberapa jawaban atau alternatif
dan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya.
Instrumen dalam bentuk multiple choice meliputi pertanyaan tertulis
mengenai persiapan Sakramen Krisma. Adapun rincian pertanyaan
masing-masing sebanyak 40 butir pertanyaan tertulis mengenai persiapan Sakramen
3. Kisi-kisi Penelitian
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen.