• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pendidikan karakter pada siswa SMP (analisis evaluatif hasil pendidikan karakter terintegrasi ditinjau dari jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap penyusunan silabus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hasil pendidikan karakter pada siswa SMP (analisis evaluatif hasil pendidikan karakter terintegrasi ditinjau dari jenis kelamin pada siswa SMP Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap penyusunan silabus."

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014

dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Sumsumi Dewi Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 20013/2014. Masalah yang diteliti adalah

(1) “Seberapa berhasil pendidikan karakter terintegrasi?”. (2) “Adakah perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa dan siswi di SMP Negeri 6

Surakarta?”. (3) “Butir-butir karakter mana yang capaian skornya teridentifikasi

rendah serta implikatif bagi pembuatan silabus dan modul bimbingan?”.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 115 siswa. Siswa berjumlah 52 orang dan siswi berjumlah 63 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner hasil pendidikan karakter yang berjumlah 40 item pernyataan tipe Semantic Differensial. Teknik analisis data deskriptif kategorisasi berdasarkan kategori

PAP tipe I. Kategori ini terdiri dari lima jenjang yaitu sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Uji beda skor rata-rata dari masing-masing kelompok siswa dan siswi menggunakan teknik t-tes.

(2)

ABSTRACT

OUTCOME ACHIEVEMENT OF THE CHARACTER EDUCATION FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

(An Evaluative Analysis on the Results of an Integrated Character Education in terms of Gender among the Students SMP NEGERI 6 SURAKARTA Academic Year 2013/2014 and its Implications on Syllabus & Guidance Module

Preparation)

Sumsumi Dewi Universitas Sanata Dharma

2015

This study is an evaluative descriptive study aimed to gain an overview of the results of the integrated character education in SMP Negeri 6 Surakarta Academic Year 2013/2014. The problems being investigated were (1) "How

successful is the integrated character education?” (2) "Are there differences in the

results of the integrated character education on male and female students at SMP Negeri 6 Surakarta?" (3) "Which items of the character values are scored low and what are their implications on the syllabus and guidance module development?"

This research is a descriptive study using a survey method. The subjects were 115 seventh and eighth grade students of SMP Negeri 6 Surakarta academic year 2013/2014. There were 52 male students and 63 female students. The research instrument was a 40-item questionnaire using Semantic Differential statement on the results of character education. The descriptive data analysis techniques used categorization based on criterion-referenced evaluation type I. This category consists of five levels, namely very good, good, fair, poor, and very poor. The comparative test of the mean scores of each group of male and female students used a t-test technique.

(3)

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014

dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Sumsumi Dewi NIM : 111114012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014

dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Sumsumi Dewi NIM : 111114012

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tak akan pernah ada Keberhasilan tanpa adanya Perjuangan

Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri

Handayani

Jangan pernah menyerah jika merasa masih bisa maju

(Mahatma Gandi)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.

(Confusius)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa

2. Program Studi Bimbingan dan Konseling USD 3. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

4. SMP Negeri 6 Surakarta

5. Orang tuaku tercinta Bapak Sruwiyono dan Ibu Warsini

6. Kedua adikku Budi Sentosa dan Sri Utami

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

HASIL PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SMP (Analisis Evaluatif Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi

ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014

dan Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)

Sumsumi Dewi Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 20013/2014. Masalah yang diteliti adalah (1) “Seberapa berhasil pendidikan karakter terintegrasi?”. (2) “Adakah perbedaan hasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta?”. (3) “Butir-butir karakter mana yang capaian skornya teridentifikasi rendah serta implikatif bagi pembuatan silabus dan modul bimbingan?”.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 115 siswa. Siswa berjumlah 52 orang dan siswi berjumlah 63 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner hasil pendidikan karakter yang berjumlah 40 item pernyataan tipe Semantic Differensial. Teknik analisis data deskriptif kategorisasi berdasarkan kategori

PAP tipe I. Kategori ini terdiri dari lima jenjang yaitu sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Uji beda skor rata-rata dari masing-masing kelompok siswa dan siswi menggunakan teknik t-tes.

(11)

viii

ABSTRACT

OUTCOME ACHIEVEMENT OF THE CHARACTER EDUCATION FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

(An Evaluative Analysis on the Results of an Integrated Character Education in terms of Gender among the Students SMP NEGERI 6 SURAKARTA Academic Year 2013/2014 and its Implications on Syllabus & Guidance Module

Preparation)

Sumsumi Dewi Universitas Sanata Dharma

2015

This study is an evaluative descriptive study aimed to gain an overview of the results of the integrated character education in SMP Negeri 6 Surakarta Academic Year 2013/2014. The problems being investigated were (1) "How successful is the integrated character education?” (2) "Are there differences in the results of the integrated character education on male and female students at SMP Negeri 6 Surakarta?" (3) "Which items of the character values are scored low and what are their implications on the syllabus and guidance module development?"

This research is a descriptive study using a survey method. The subjects were 115 seventh and eighth grade students of SMP Negeri 6 Surakarta academic year 2013/2014. There were 52 male students and 63 female students. The research instrument was a 40-item questionnaire using Semantic Differential statement on the results of character education. The descriptive data analysis techniques used categorization based on criterion-referenced evaluation type I. This category consists of five levels, namely very good, good, fair, poor, and very poor. The comparative test of the mean scores of each group of male and female students used a t-test technique.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan, pendampingan, dan penyertaannya selama proses persiapan dan pelaksanaan penyelesaian penelitian dalam bentuk skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, doa, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus dari hati yang paling dalam kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dengan kesabaran dan memberikan masukan yang berarti kepada penulis guna meningkatkan kualitas skripsi ini.

2. Seluruh Bapak Ibu dosen Bimbingan dan Konseling yang telah bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh teman-teman Bimbingan dan Konseling 2011 dan anggota STRANAS 2014 yang telah bersedia bekerja sama dalam membuat instrumen penelitian secara bersama-sama.

(13)

x

5. Bapak dan Ibu tercinta Sruwiyono, Warsini atas dukungan, doa restu, kasih sayang, perhatian, dan biaya yang telah diberikan selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

6. Kedua adik tercinta Budi Sentosa dan Sri Utami yang telah memberikan semangat dan doa.

7. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angakatan 2011 yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doanya secara terkhusus kepada Reny, Martha, Ocha, Sugeng, Pipit, Tika, Melani, Agnes, Sr. Siti, Sr. Kiki, Sandy, Nurul, dan lain lain. Yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 8. Teman-teman kost yang telah memberikan semangat dan dukungan,

terkhusus kepada Ela, Vidi, Niken.

9. Teman-temanku tercinta Nety, Putri, Sari, mbak Nandi, Delfian, mbak Sefin, Mbak Chika, dan lain-lain yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

10. Sepupu-sepupu tercinta, khususnya kepada mbak Risa, mbak Wiwik, Kila, mbak Citra yang selalu memberikan semangat dan kesabarannya dalam mendengarkan segala keluh kesah yang penulis alami.

11. Khususnya kepada Bli Ketut Adi Apriawan yang telah mengajarkan arti sebuah kesabaran dalam menghadapi segala sesuatu kepada penulis.

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional Variabel ... 9

Bab II LANDASAN TEORI ... 10

A. Hakikat Pendididikan Karakter ... 10

1. Definisi Karakter ... 11

2. Definisi Pendidikan Karakter ... 11

(15)

xii

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 13

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 14

6. Aspek-aspek Nilai Pendidikan Karakter... 18

7. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 22

8. Tahapan Pengembangan Karakter ... 24

B. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 25

1. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Pembelajaran ... 25

2. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Manajemen Sekolah ... 29

3. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Kegiatan Kesiswaan ... 30

C. Hakikat Remaja ... 31

1. Pengertian Remaja ... 31

2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ... 32

D. Hakikat Siswa dan Jenis Kelamin ... 33

1. Definisi Siswa atau Peserta Didik ... 33

2. Karakteristik Siswa ... 33

3. Karakter Siswa atau Peserta Didik SMP ... 34

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Siswa menurut Jenis Kelamin ... 35

5. Perbedaan Karakter Siswa menurut Jenis Kelamin ... 35

E. Hakikat Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter... ... 38

1. Pengertian Evaluasi Hasil dan Tujuan ... 38

2. Ciri-ciri atau Persyaratan Evaluasi Program ... 39

3. Manfaat Evaluasi Program ... 40

4. Langkah-langkah Evaluasi Program ... 42

5. Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 42

F. Pembuatan Silabus ... 43

G. Pembuatan Modul Bimbingan ... 44

H. Hasil Penelitian Relevan ... 47

I. Kerangka Pikir ... 48

(16)

xiii

Bab III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

A. Jenis Penelitian ... 52

B. Subyek Penelitian ... 52

C. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 53

1. Cara Pemberian Skor Item ... 54

2. Konstruk Intrumen ... 54

3. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 56

a. Validitas ... 56

b. Reliabilitas ... 58

D. Uji Empirik Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter di SMP ... 60

1. Validitas Kuesioner ... 60

2. Reliabilitas Kuesioner ... 62

E. Prosedur Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data ... 62

1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 62

2. Teknik Analisis Data ... 63

F. Uji Hipotesis Penelitian ... 66

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Hasil Penelitian ... 68

1. Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta ... 68

2. Perbedaan Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi antara Siswa dan Siswi di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 70

3. Mengidentifikasi item-item Pernyataan dan Nilai-nilai Karakter yang Teridentifikasi Belum Optimal di SMP Negeri 6 Surakarta ... 71

(17)

xiv

Bab V PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Keterbatasan ... 93

C. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(18)

xv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Karakteristik Laki-laki dan Perempuan menurut Abu

Ahmadi & Munawar Sholeh ... 36

2. Tabel 2. Perbedaan Karakteristik Laki-laki dan Perempuan menurut John W. Santrock ... 37

3. Tabel 3. Subyek Penelitian ... 53

4. Tabel 4. Konstruk Instrumen Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi SMP Negeri 6 Surakarta ... 55

5. Tabel 5. Kriteria Guilford ... 60

6. Tabel 6. Penggolongan Item Valid dan Tidak Valid ... 61

7. Tabel 7. Koefisien Reliabilitas Instrumen ... 62

8. Tabel 8. Kategorisasi Tingkat Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 65

9. Tabel 9. Kategorisasi Tingkat Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 66

10. Tabel 10. Data Siswa dan Siswi ... 66

11. Tabel 11. Kategorisasi Tingkat Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Siswa SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 68

12. Tabel 12. Kategori Skor Item Pendidikan Karakter Siswa di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 71

13. Tabel 13. Kategori Skor Item Pendidikan Karakter Siswi di SMP Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ... 73

14. Tabel 14. Item-item Pernyataan & Nilai Karakter yang Terindikasi Belum Berhasil ... 75

(19)

xvi

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 1. Tingkat Hasil Pendidikan Karakter Siswa

SMP Negeri 6 Surakarta ... 69

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi dan di Tinjau dari Perbedaan

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Kuesioner Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi SMP 97

2. Lampiran 2 : Hasil Data Subyek ... 105

3. Lampiran 3 : Validitas Item ... 114

4. Lampiran 4 : Reliabilitas ... 118

5. Lampiran 5 : Uji T-test ... 119

6. Lampiran 6 : Contoh Silabus Bimbingan dan Konseling... 120

7. Lampiran 7 : Contoh Modul Bimbingan ... 127

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

(23)

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang selama ini dikembangkan dalam dunia pendidikan di Indonesia dalam upaya menjadikan manusia yang lebih berkualitas, salah satu ciri dari manusia berkualitas adalah manusia yang memiliki good character. Dengan memiliki karakter yang baik dan kuat dari setiap individunya maka sebuah bangsa memiliki aset besar dalam memajukan kehidupan bangsanya. Karakter yang baik akan membentuk rantai generasi turun menurun yang baik pula pada setiap insan individu. Sehingga, jika nilai karakter yang kuat diturunkan kepada generasi berikutnya maka tidak diragukan lagi bahwa sebuah bangsa memiliki identitas dan kekuatan yang optimal dalam memajukan seluruh aspek kehidupan bangsa.

(24)

ditanamkan kepada siswa di sekolah sejak dini sebagai bekal siswa untuk bersikap dalam kehidupan sehari-hari secara lebih baik dan berkualitas.

(25)

sekolah menurut jenis kelamin menyebutkan bahwa meskipun tampaknya sederhana, perbedaan jender perlu dipahami oleh guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Murid laki-laki memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid perempuan. Misalnya, cara berpikir siswa laki-laki berbeda dengan murid perempuan. Namun, tidak menutup kemungkinan karakteristik jender dapat dipertukarkan. Perbedaan mereka tampak dari kekuatan fisik, perkembangan psikoseksual, minat belajar pada bidang berlainan, ketekunan, ketelitian, kecenderungan metode pembelajaran yang lebih sesuai untuk masing-masing jenis kelamin, dan seterusnya.

(26)

masih terjadi pendidikan karakter terintegrasi yang hanya sebagai tempelan-tempelan semata dengan bahan ajar mata pelajaran tanpa ada pengaplikasian nyata di lapangan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan dari penyelenggara pendidikan karakter di sekolah yang beberapa terakhir ini memang sudah dijalankan.

(27)

Implikasinya terhadap Penyusunan Silabus & Modul Bimbingan)” dalam penelitian skripsi ini.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, yaitu tentang Pendidikan Karakter Terintegrasi di Sekolah siswa dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan karakter yang sudah dicanangkan oleh menteri pendidikan.

2. Ada indikasi pembelajaran nilai-nilai karakter hanya pada tataran kognitif.

3. Belum optimalnya ketercapaian hasil pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri 6 Surakarta.

4. Ada indikasi Perbedaan hasil pendidikan karakter antara siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta.

5. Belum ada penelitian tentang perbedaan hasil pendidikan karakter pada siswa putra dan putri di SMP Negeri 6 Surakarta.

C. Pembatasan Masalah

(28)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusah masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa berhasil pendidikan karakter terintegrasi pada siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta?

2. Apakah ada perbedaan hasil pendidikan karakter antara siswa putra dan putri di SMP Negeri 6 Surakarta?

3. Item-item pernyataan dan nilai-nilai karakter apa yang terindikasi belum optimal pada kelompok siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta kaitannya dalam penyusunan silabus & contoh modul bimbingan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan tingkat efektivitas pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2013/2014.

2. Mengidentifikasi apakah ada perbedaan hasil pendidikan karakter antara siswa putra dan putri di SMP Negeri 6 Surakarta.

(29)

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan pengetahuan mengenai pendidikan karakter terintegrasi di Indonesia dan sebagai wacana untuk membuat program mengenai nilai-nilai yang rendah yang perlu dikembangkan kepada siswa SMP Negeri 6 Surakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para guru di SMP Negeri 6 Surakarta

Hasil penelitian ini menjadi tolak ukur yang dapat digunakan sekolah untuk melihat seberapa efektifkah pendidikan karakter terintegrasi yang diberikan kepada siswa dan siswi selama ini. Selain itu, sekolah juga dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan kepada siswa dan siswi kaitannya dalam meningkatkan nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan di sekolah tersebut.

b. Bagi siswa dan siswi SMP Negeri 6 Surakarta

(30)

c. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan memahami bagaimana tingkat keberhasilan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri 6 Surakarta dan dapat mengusulkan pembuatan modul bimbingan yang sesuai untuk membantu meningkatkan nilai-nilai karakter yang rendah di sekolah tersebut.

G. Definisi Operasional

Adapun Definisi OperasionalVariabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Siswa adalah manusia yang mengikuti kegiatan pembelajaran di

sekolah untuk mencapai manusia yang berkualitas baik kemampuan intelektual maupun kemampuan non intelektual (fisik dan psikis). 2. Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang diperuntukan dalam

pengembangan karakter atau nilai-nilai pokok kehidupan yang perlu dimiliki oleh setiap siswa.

3. Siswa Putra adalah individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki yang mengikuti proses pembelajaran di sekolah.

4. Siswa Putri adalah individu yang memiliki jenis kelamin perempuan yang mengikuti proses pembelajaran di sekolah.

(31)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat pendidikan karakter terintegrasi, hakikat remaja, hakikat siswa dan jenis kelamin,program pembuatan silabus, program pembuatan modul bimbingan. A. Hakikat Pendidikan Karakter

1. Definisi Karakter

Karakter merupakan suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku individu, (Kesuma, Triatna & Permana, 2011:6).

Di dalam Panduan Pendidikan Karakter di SMP dituliskan karakter adalah bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen, watak. Sedangkan, berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Individu yang berkarakter adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran emosi dan motivasinya (perasaanya).

(32)

2. Definisi Pendidikan Karakter

Hariyanto & Samani (2012:45 ) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.

Kementrian Pendidikan Nasional 2010-2014 (Darmiatun & Daryanto, 2013) menjelaskan pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

(33)

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Darmiatun & Daryanto (2013:42) Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Kesuma, Triatna & Permana (2011:9) berpendapat bahwa tujuan pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah.

Menurut Panduan Pendidikan Karakter di SMP (2010) pendidikan

karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang

sesuai standar kompetensi kelulusan.

Dari beberapa tujuan pendidikan karakter yang telah diungkapkan di

atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah

menanamkan nilai yang baik dan membentuk peserta didik untuk menjadi

individu yang berkarakter dan beraklak mulia, baik di sekolah, keluarga,

(34)

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menyatakan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada pinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter; b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku;

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter;

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik;

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik; h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

bertanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama;

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendiikan karakter;

(35)

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik;

5. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah perlu adanya nilai-nilai yang menjadi dasar apa itu karakter yang perlu dimiliki oleh setiap siswa, dalam upaya pengembangan diri menjadi individu yang lebih baik. Nilai-nilai karakter itu meliputi :

a. Religius

Ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (kepercayan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

b. Jujur

Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

c. Bertanggung jawab

(36)

d. Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

e. Disiplin

Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

f. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dll dengan sebaik-baiknya.

g. Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapan.

h. Berjiwa wirausaha

(37)

i. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

j. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan.

k. Ingin tahu

Cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.

l. Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. m. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

n. Patuh pada aturan-aturan sosial

(38)

o. Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

p. Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

q. Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

r. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

s. Nasionalis

(39)

t. Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. 6. Aspek-aspek Nilai Pendidikan Karakter

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan (1) Tuhan Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, dan (4) lingkungan, serta (5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman kedelapanpuluh nilai tersebut merupakan hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya: a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya. b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

(40)

2) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

6) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. 7) Berjiwa wirausaha

(41)

menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. 8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10) Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

11) Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama 1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

(42)

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

(43)

1) Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

7. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang meliputi sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri. c. Menunjukkan sikap percaya diri.

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.

(44)

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

j. Mendeskripsikan gejala alam dan social.

k. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia.

m. Menghargai karya seni dan budaya nasional.

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik.

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat.

r. Menghargai adanya perbedaan pendapat.

(45)

t. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana. u. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti

pendidikan menengah.

v. Memiliki jiwa kewirausahaan.

8. Tahapan Pengembangan Karakter

Pengembangan atau penanaman nilai karakter kepada siswa diperlukan peran dari berbagai pihak yaitu sekolah dan stakeholder

yang ada, dalam rangka membentuk insan-insan individu yang baik. Tidak hanya pada sekolah semata pendidikan karakter dilaksanakan, masyarakat juga berperan dalam membentuk karakter anak yaitu melalui orang tua dan lingkungan sekitarnya. Karakter dikembangkan melalui tiga tahap yaitu pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Pengembangan karakter akan mendalam apabila pengembangan karakter yang dilakukan anak sesuai dengan tahapan-tahapan tersebut. Menurut Mochtar Buchori (Fathurrohman, Suryana & Fatriany, 2013) pengembangan karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya dibawa ke pengalaman nilai secara nyata dalam aktifitas sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan tiga cara dalam mengemabangkan karakter pada siswa yaitu yang pertama dengan

(46)

action (perbuatan moral). Dengan mengikuti langkah-langkah yang sistematis dalam pendidikan karakter, maka dapat diawali dengan pengenalan nilai secara kognitif, kemudian langkah kedua adalah menghayati nilai secarafektif, dan yang ketiga adalah pembentykan tekad untuk melakukan nilai tersebut secara konatif.

B. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi

Dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di sekolah yang diupayakan oleh guru maupun pihak-pihak yang terkait di sekolah haruslah mampu memfasilitasi pembentukan dan pengembangan karakter bagi peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar proses penanaman dan pengembangan nilai karakter kepada peserta didik dapat berjalan secara optimal tidak berhenti pada tataran kognitif semata tetapi para peserta didik mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai karakter yang memang perlu dimiliki oleh setiap individu. Berbagai cara yang relevan tersebut dapat diterapkan dalam upaya penanaman dan pengembangan nilai-nilai karakter di sekolah. Peraturan Kemendiknas (2010) menyebutkan berbagai cara relevan yang dapat diterapkan di sekolah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Pembelajaran

(47)

mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Penanaman nilai pada proses ini dilakukan dengan cara memilah-milah atau mengelompokkan nilai-nilai karakter yang sesuai dan cocok dengan materi dalam setiap mata pelajaran yang diberikan. Dengan demikian, setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan.

Proses pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran dilaksanakan mulai dari beberapa tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pelaksanaan ketiga proses pelaksanaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan Pembelajaran

(48)

didik dan peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai karakter yang dimaksud dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

(49)

1) Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan ini guru dapat melakukan persiapan kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, ataupun menyampaikan cakupan materi dan uraian kegiatan yang akan dilakukan.

2) Inti

(50)

dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa.

3) Penutup

Pada kegiatan penutup ini guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman atau simpulan pelajaran, melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, dan merencanakan tindak lanjut program yang bisa dilakukan setelahnya.

c. Evaluasi Pencapaian Pembelajaran

Pada bagian ini evaluasi dilakukan guna mengetahui atau mengukur keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Teknik yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran adalah dengan menggunakan instrumen penilaian yang sudah disiapkan oleh guru untuk mengetahui pencapaian siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan karakter terpadu dengan mata pelajaran. 2. Pendidikan Karakter Terpadu Melalui Manajemen Sekolah

(51)

proses pendekatan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

a. Tujuan pendidikan karakter melalui manajemen sekolah 1) Merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi

seluruh komponen sekolah (pendidik, dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, peserta didik, dan biaya pendidikan) yang dijiwai oleh nilai-nilai karakter.

2) Memadukan nilai-nilai karakter dalam manajemen berbasis sekolah.

3) Menginternalisasi dan membiasakan tingkah laku yang berkarakter dalam proses pendidikan di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari melalui manajemen berbasis sekolah. b. Implementasi Manajemen Sekolah yang Berkarakter

(52)

3. Pendidikan Karakter Terpadu dalam Kegiatan Pembinaan Kesiswaan

Yang dimaksud dengan pendidikan karakter terpadu dalam kegiatan pembinaan sekolah adalah penginternalisasian nilai-nilai karakter kepada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang diadakan oleh sekolah. Pendidikan karakter terpadu dengan kegiatan pembinaan kesiswaan dirancang melalui berbagai kegiatan-kegiatan sekolah seperti kegiatan MOS, upacara bendera, kepramukaan, OSIS, ekstrakurikuler, UKS, dan lain-lain. Berbagai kegiatan di luar jam pelajaran tersebut digunakan sebagai salah satu kegiatan yang di dalamnya dieksplisitkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan masing-masing kegiatan yang diadakan.

C. Hakikat Remaja

1. Pengertian Remaja

Piaget ( Hartinah, 2011) berpandangan, remaja adalah suatu usia di mana anak tidak merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau sejajar.

Salzman (Yusuf, 2011) mengemukakan, remaja adalah masa perkembangan sikap tergantung (dependence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.

(53)

peralihan dari anak-anak ke dewasa yang telah mengalami perkembangan diri dari berbagai aspek yang ada seperti perkembangan fisik, psikis, seksual, emosional, kogntif, dan lain-lain. 2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Pada setiap fase kehidupan terdapat beberapa tugas yang harus dipenuhi, tidak terkecuali dalam fase remaja ini. Pada fase remaja akan muncul tugas tertentu , yang apabila setiap individu dapat berhasil menuntaskan maka akan timbul kebahagiaan dan kesuksesan untuk mencapai tahap perkembangan selanjutnya. Tugas-tugas perkembangan remaja yang dimaksud yaitu:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian emosional e. Mencapai kemandirian ekonomi

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat g. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan

orang tua

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa

(54)

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggungjawab kehidupan keluarga

D. Hakikat Siswa dan Jenis Kelamin 1. Definisi Siswa

Dalam perspektif Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Desmita, 2012:39).

2. Karakteristik Siswa

Setiap siswa memiliki pola kelakuan dan kemampuan yang berbeda sebagai hasil dari pembawaan maupun interaksi dengan lingkungan dan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Berdasarkan pola kelakuan dan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut maka terbentuklah susatu karakteristik atau ciri pada siswa. (Desmita, 2012:40) mengemukakan bahwa terdapat 4 karakteristik pada siswa yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Siswa adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.

(55)

c. Siswa adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.

d. Siswa adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. 3. Karakteristik Siswa SMP

Menurut Desmita (2012:36) dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak sekolah menengah (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada usia SMP ini, yaitu:

a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan. b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.

c. Kecenderungan ambivalensi, anatar keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginanuntuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.

d. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan.

f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.

(56)

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Siswa menurut Jenis Kelamin

Menurut Desmita (2012:32) perkembangan setiap individu atau siswa tidak sama, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah jenis kelamin. Jenis kelamin memegang peranan penting dalam perkembangan fisik dan mental seorang anak. Dalam hal anak yang baru lahir misalnya, anak laki-laki sedikit lebih besar daripada anak perempuan, tetapi anak perempuan kemudian tumbuh lebih cepat daripada anak laki-laki. Demikian juga dalam hal kematangannya, anak perempuan lebih dahulu dari anak laki-laki.

Selain itu, perbedaan individu laki-laki dan perempuan dapat dilihat juga dari berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan sosial, pendidikan, dan lain sebagainya. Dari perbedaan-perbedaan yang terlihat tersebut menjadikan laki-laki dan perempuan memang terlihat memiliki karakteristik yang khas yang menunjukkan identitas dari dalam dirinya sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing.

5. Perbedaan Karakter Siswa menurut Jenis Kelamin

(57)
[image:57.595.100.519.257.580.2]

kehidupan masyarakat anak belum sempurna untuk membedakan ataupun menyeleksinya. Semua dianggapnya sebagai sesuatu yang menyatu dalam sistem kemasyarakat yang sesuai dengan dirinya. Kegiatan-kegiatan tersebut bagi anak perempuan maupun laki-laki sudah barang tentu memiliki perbedaan biologis maupun kejiwaannya, juga ada perbedaan pandangan sikap dalam hidupnya. Menurut Ahmadi & Sholeh (2005) perbedaan sikap hidup tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1.

Karakteristik Laki-laki dan Perempuan menurut Ahmadi & Sholeh (2005)

No Karakteristik Laki-laki Karakteristik Perempuan 1. Aktif memberi Pasif dan menerima.

2. Cenderung memberikan perlindungan

Cenderung untuk menrima perlindungan

3. Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak

Minat tertuju kepada yang bersifat emosional dan konkret. 4. Berusaha memutuskan sendiri dan

ikut berbicara.

Berusaha mengikut, dan menyenangkan orang tua.

5. Sifat saklijk dan objektif. Sikap personlijk dan subjektif.

(58)
[image:58.595.98.550.122.691.2]

Tabel 2.

Perbedaan Karakteritik Laki-laki dan Perempuan menurut Santrock, (2002) No Karakteristik Di Lihat

dari

Laki-laki Perempuan

1. Perubahan Pubertas dan Seksualitas

1. Asertif, sombong, dan kuat.

1. Sensitif dan hangat. 2. Pengaruh orang tua 1. Laki-laki dibiarkan

bersikap lebih mandiri.

1. Perempuan lebih dimonitor oleh orang tua. 3. Sekolah dan guru 1. Dalam hal kepatuhan,

mengikuti aturan, bersikap manis dan tertib laki-laki dianggap kurang. 2. Banyak memilik

masalah dalam belajar. 3. Banyak memperoleh

kritik.

4. Laki-laki lebih cenderung sering bermasalah.

5. Susah dikendalikan saat di kelas. 6. Lebih sering

memperoleh ranking rendah.

1. Lebih Patuh, lebih mengikuti aturan, bersikap manis dan tertib dibanding laki-laki.

2. Cenderung kurang memiliki keyakinan untuk berhasil 3. Memiliki harga diri

lebih rendah.

4. Persamaan dan perbedaan fisik

1. Lebih tinggi dalam memiliki keterampilan visouspasial

1. Lebih rendah dalam memiliki

keterampilan visouspasial 5. Persamaan dan perbedaan

Kognitif

1. Kurang memiliki kemampuan verbal.

1. Memiliki

kemampuan yang lebih baik.

2. Memiliki kemampuan membaca dan menulis yang lebih baik.

6. Persamaan dan Perbedaan Sosio-Emosional

1. Agresi fisik. 2. Kontrol diri lebih

rendah

1. Agresi verbal. 2. Lebih berperilaku

(59)

Dari berbagai karakteristik yang telah diungkapakan di atas menunjukkan bahwa perbedaan siswa yang dipengarui oleh jenis kelamin memang benar adanya. Perbedaan-perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan tersebut yang mempengaruhi perbedaan perilaku yang dimiliki oleh siswa baik di sekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Hal ini menajdi ciri yang khas yang mewakili siswa dalam melakukan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari.

E. Hakikat Evaluasi Hasil Program Pendidikan Karakter 1. Pengertian Evaluasi dan Tujuan

Evaluasi merupakan kegiataan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi secara umum bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Lebih lanjut secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan karakter adalah sebagai berikut:

a. Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara umum

(60)

c. Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas program pembentukan karakter.

d. Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan pendidikan karakter di sekolah.

2. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program

Arikunto & Jabar (2014: 8-9) menjelaskan evaluasi evaluatif memiliki ciri-ciri dan persyaratan sebagai berikut:

a. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya.

b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari objek yang dievaluasi.

c. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlua adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program. d. Menggunakan standar, kriteria, atau tolok ukur sebagai

perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan.

(61)

telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolok ukur.

f. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagaimana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indicator dari program yang dievaluasi.

g. Standar kriteria, atau tolok ukur diterapkan pada indikator, yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.

h. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

3. Manfaat Evaluasi Program

Dalam organisasi pendidikan, evaluasi program dapat disamaartikan dengan kegiatan supervisi. Secara singkat, supervisi dapat diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan, maka evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yakni mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberikan pembinaan yang tepat pula.

(62)

lembaga dan akreditasi. Evaluasi program merupakan langkah awal dari proses akreditasi dan validasi lembaga. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi program pendidikan adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada lembaga secara keseluruhan.

Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan dari kebijakan lanjutan program, karena dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendari dari evaluator untuk pengambil keputusan. Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:

a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.

b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan, tetapi hanya sedikit).

c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

(63)

program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.

4. Langkah-langkah Evaluasi Program

Menurut Arikunto dan Jabar (2014), evaluasi program dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan tersebut meliputi: tahap persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan evaluasi program, dan tahap monitoring pelaksanaan program.

5. Evaluasi Program Pendidikan Karakter Terintegrasi

Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi), juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

(64)

Kementerian Pendidikan Nasional.Evaluasi program pendidikan karakter terintegrasi dilakukanuntuk mengetahui apakah program yang dilakukan itu sesuai dengan tujuan dan pedoman pendidikan karakter. Ketika hasil pencapaian pendidikan karakter kurang optimal maka dilakukan suatu cara untuk meningkatkan hasil pendidikan karakter yang melibatkan semua warga sekolah dari kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa-siswi.

F. Pembuatan Silabus

Menurut Fathurrohman, Suryana & Fatriany (2013) silabus bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik untuk menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditargetakan. Silabus memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian nilai, alokasi waktu, dan sumber belajar.

G. Pembuatan Modul Bimbingan

(65)

1. Pengertian Modul

Modul adalah sebuah panduan yang berisi pokok bahasan, materi, kegiatan, dan prosedur untuk sebuah pelatihan.

2. Tujuan Pembuatan Modul

a. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.

b. Guru dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan bahan ajar yang telah di buat.

c. Guru dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri sebelum melakukan bimbingan.

d. Guru dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya siswa secara berkelanjutan.

e. Guru menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.

f. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir. g. Modul dibuat suapaya guru secara optimal menguasai bahan ajar

yang akan disajikan.

3. Langkah-langkah Membuat Modul a. Menyusun Pokok Bahasan

Menentukan pokok bahasan yang sesuai dengan tujuan pelatihan. b. Membuat Materi

(66)

yang relevan. Materi disusun singkat, padat, dan mampu memancing rasa ingin tahu dan kreativitas peserta.

c. Menentukan Kegiatan

Langkah ketiga yaitu menentukan kegiatan yang sesuai dan selaras dengan materi yang telah disusun.

d. Menentukan Tujuan Umum/Khusus

Menentukan tujuan adalah menentukan hal-hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan umum adalah hal besar/umum yang ingin diwujudkan, sedangkan tjuan khusus adalah pencapaian secara spesifik/khusus.

e. Menentukan Alat dan Bahan

Langkah kelima adalah menentukan alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan secara terperinci.

f. Menentukan Objek

Menentukan siapa objek yang ingin diberikan suatu layanan. g. Waktu

Menentukan lamanya waktu kegiatan yang akan dilakukan. Sebaiknya waktu disesuaikan dengan jumlah yang telah ditentukan dalam jadwal, tidak kurang dan tidak lebih. Jadwal yang semakin detail akan sangat membantu fasilitator menjalankan kegiatan. h. Menentukan Alur Kegiatan (prosedur)

(67)

i. Menentukan Metode

Metode merupakan penggambaran umum terhadap cara kegiatan dijalankan.

j. Evaluasi

Evaluasi menegaskan cara melakukan penilain terhadap indikator keberhasilan kegiatan. Di sini, dituliskan tentang apa dan bagaiman evaluasi dilakukan.

k. Catatan

Catatan fasilitator merupakan bagian terakhir yang menjadi tambahan bila saja ada hal-hal penting yang belum masuk dalam bagian lain di modul atau ada hal-hal lain yang bisa digunakan untuk mengembangkan modul agar menjadi lebih baik dan kontekstual dari waktu ke waktu.

4. Komponen-komponen Modul a. Pedoman guru

b. Lembar kegiatan siswa c. Lembar kerja

d. Kunci lembaran kerja e. Lembaran tes

(68)

H. Hasil Penelitian Relevan

Untuk lebih memperkuat alasan peneliti melakukan penelitian mengenai adanya perbedaan hasil pendidikan karakter antara siswa putra dan putri, peneliti mendapatkan sebuah fakta yang menunjukkan adanya perbedaan perilaku karakter yang dimiliki siswa maupun siswi tersebut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Karina, Hastuti, dan Alfiasari menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata (p<0,05) pada peran pelaku

bullying antara remaja perempuan dan laki-laki yaitu lebih dari tiga perlima remaja laki-laki (66%) dan sebagian besar (86%) merupakan seorang bully (pelaku langsung bullying). Selain itu diketahui pula (12%) remaja laki-laki dan (6%) remaja perempuan yang merupakan pelaku

reinforcing the bully (mendukung temannya melakukan bullying).

Selain perbedaan perilaku bullying yang menunjukkan perilaku karakter antara siswa dan siswi, terdapat juga perilaku karakter hormat santun yang dimiliki siswa dan siswi. Pada penelitian yang sama dengan fakta di atas, hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) pada sikap hormat santun pada remaja laki-laki dan perempuan. Lebih dari tiga perlima remaja laki-laki (64%) berada pada kategori rendah sedangkan lebih dari tiga perlima remaja perempuan (62%) berada pada kategori sedang. Sikap hormat santun yang dimiliki remaja perempuan lebih tinggi dari remaja laki-laki.

(69)

hormat santun antara remaja laki-laki dan perempuan. Hal ini menjadikan peneliti lebih yakin untuk melakukan penelitian mengenai adanya perbedaan sikap karakter yang dimiliki oleh siswa dan siswi di sekolah menengah pertama, dan lebih mengembangkan lebih dalam berbagai fakta yang terjadi pada siswa dan siswi di SMP mengenai sikap karakter yang dimiliki.

I. Kerangka Pikir

Pendidikan Karakter terintegrasi merupakan salah satu pengembangan pendidikan nasional di Indonesia. Upaya ini dilakukan sebagai pengembangan potensi peserta didik dalam membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Melalui upaya pendidikan karakter secara terintegrasi yang dilaksanakan di sekolah diharapkan membawa peserta pada sikap yang lebih menjunjung nilai-nilai kehidupan yang tinggi.

(70)

pendidikan karakter. Faktor lain tersebut dilihat dari perbedaan jenis kelamin siswa. Perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah. Hal ini dikarenakan cara penerimaan pendidikan karakter dan perilaku yang ditunjukkan antara siswa laki-laki dan perempuan tersebut berbeda. Sehingga menimbulkan hasil perilaku pendidikan karakter yang berbeda pula.

(71)
[image:71.595.100.556.108.567.2]

Gambar 1.

Bagan Kerangka Berpikir Ketercapaian Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi dan di Tinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin

siswa

J. Hipotesis

Dalam penelitian ini peneliti memiliki hipotesis yang digunakan sebagai acuan dalam menjawab sebuah rumusan masalah yang di uji kebenarannya. Hipotesis yang diajukan dalam permasalahan ini adalah:

Ha: Terdapat perbedaan signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi antara siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta.

Ho: Tidak terdapat perbedaan signifikan hasil pendidikan karakter terintegrasi antara siswa dan siswi di SMP Negeri 6 Surakarta.

Pendidikan Karakter Secara Terintegrasi

1. Terintegrasi dalam Pembelajaran 2. Terintegrasi dalam

Manajemen Sekolah 3. Terintegrasi dalam

Kegiatan Kesiswaan

Perbedaan Jenis Kelamin

Ketercapaian hasil Pendidikan Karakter

(72)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, subyek penelitian, metode instrument pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survei. Suryabrata (1983) menegaskan, penelitian deskriptif merupakan metode penelitian untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian, dengan tujuannya untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang hasil ketercapaian pendidikan karakter terintegrasi di SMP Negeri 6 Surakarta, serta mengetahui adakah perbedaan ketercapaian hasil pendidikan karakter tersebut ditinjau dari siswa putra dan putri.

B. Subyek Penelitian

(73)
[image:73.595.99.511.169.652.2]

kelas VIII (E,G) SMP Negeri 6 Surakarta yang berjumlah 115 0rang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3. Subyek Penelitian

No Kelas Jumlah

Siswa

Jumlah Siswi

1. VII D 16 12

2. VII E 11 19

3. VIII E 12 16

4. VIII G 13 16

Jumlah 52 63

C. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket. Kuesioner disusun bersama oleh tim peneliti payung di bawah koordinasi dosen pembimbing dengan mengacu pada prinsip-prinsip skala Semantic Defferensial. Sugiyono (2010) menegaskan, skala Semantic Defferensial digunakan untuk mengukur sikap, hanya saja bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya “sangat positif” terletak di bagian

kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri

garis, atau sebaliknya. Kuesioner ini memiliki dua jenis pernyataan yang bersifat favorable (positif) dan unfavorable (negatif). Pernyataan favorable

(74)

1. Cara Pemberian Skor Item

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dilengkapi dengan nilai skala interval dari 1 sampai 9 dengan titik tengah yang dapat diartikan netral untuk item favorable, jika responden memberikan penilaian pada nilai skala 1, maka diartikan sebagai jawaban yang “sangat negatif”, sedangkan jika memberikan penilaian pada nilai skala 9 maka diartikan sebagai jawaban yang “sangat positif” dan ketika

memberikan jawaban ditengah atau pada nilai skala 5, maka jawaban tersebut diartikan netral. Berikut ini adalah bentuk atau model pemberian jawaban dengan menggunakan skala Semantic Defferensial: 1 5 9

Tidak pernah Selalu 2. Konstruk Instrumen

(75)
[image:75.595.44.578.113.688.2]

Tabel 4.

Konstruk Instrumen Hasil Pendidikan Karakter SMP Negeri 6 Surakarta

No. Aspek-aspek Indikator Item

Fav.

Item Unfav. 1. Nilai karakter dalam

hubungannya dengan Tuhan (religius)

Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja

1, 2

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

a. Jujur Memahami kekurangan dan kelebihan diri 4 3

b. Bertanggungjawab Menunjukkan sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang seharusnya dilakukan

5, 6 7

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Laki-laki dan Perempuan menurut Ahmadi &
Tabel 2. Perbedaan Karakteritik Laki-laki dan Perempuan menurut Santrock, (2002)
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Ketercapaian Hasil Pendidikan
Tabel 3. Subyek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk melakukan suatu sistem reservasi tiket berbasis. J2ME di Perusahaan Executive Shuttle Bus

[r]

'ekioros r0% drbedhsku rhsohli:i n{F, $e sar sq n{j:d ddam d. rfrhiiui tbih r.in i6smi

Pengguna umum termasuk ke dalam entitas eksternal ini. Fasilitas yang diberikan yaitu melihat list tempat wisata dan informasi detail.. mengenai tempat wisata yang ada di Jakarta

Dengan menggunakan teknik penyinaran (iradiasi) sinar gamma akan mempengaruhi sifat morfologi tanaman kedelai, dengan harapan memperoleh karakter umur tanaman

(3) Gaji dan penghasilan lain para anggota Direksi ditetapkan oleh Menteri dengan mengingat ketentuan yang ditetapkan dengan atau berdasarkan Undang- undang. Anggota

Halaman diagnosa merupakan halaman inti dari sistem pakar diagnosa penyakit pada ayam ini terdapat pertanyaan bagi pengguna yang ingin melakukan proses diagnosa penyakit ayam