• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 2014/2015 pada pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pokok bahasan geometri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 2014/2015 pada pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pokok bahasan geometri."

Copied!
274
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Dionesia Desi Wirratna Santi. 2015. Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean Tahun Ajaran 2014/2015 pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pokok Bahasan Geometri. Yogyakarta : Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean, mengetahuui tingkat motivasi dan hasil belajar siswa serta mengetahui besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 2014/2015. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar keterlaksanaan RPP, lembar motivasi belajar siswa, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar sedangkan validitas butir soal dan reliabilitas dengan uji coba yang kemudian dilakukan revisi untuk butir soal yang tidak valid. Reliabilitas untuk instrumen motivasi (opini) r = 0,59, motivasi (fakta) r=0,542, dan tes hasil belajar r=659.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran kooperatif tipe NHT terlaksana dengan baik dengan presentase keseluruhan sebesar 90,28%. (2) Motivasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada pada tingkat sedang dengan presentase kenaikan skor rata-rata sebesar 5,62%. (3) Hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada pada tingkat tinggi dengan presentase kenaikan skor rata-rata sebesar 15,625%. (4) Besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa dengan kontribusi sebesar 14,7% terhadap hasil belajar dengan koefisien korelasinya 0,3827 dan persamaan regresinya Y =-56,852+0,912X.

(2)

ABSTRACT

Dionesia Desi Wirratna Santi. 2015. Learning Motivation and Results of Learning of Mathematics study from Study of Grade X MIA3 Students of SMA Negeri 1 Godean in the Academic Year 2014/2015 in the topic of Geometry criticism uses Cooperative Learning Asset Numbered Heads Together (NHT) type. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to elicit feasibility work of Mathematics learning used Cooperative Learning Asset NHT type of students of grade X MIA 3 SMA Negeri 1 Godean and find out the motivation and the result of Mathematics study along with the quantity of

the influence of the motivation to the result of student’s learning.

The research method used was descriptive qualitative and quantitative. The subject of the study was all of the students of grade X MIA 3 SMA Negeri 1 Godean in the academic year 2014/2015. The Instrument which was used in this research were the RPP sheet of the process, sheet of the student motivation in learning, and the result of students leaning test. Contents of Validity was gained through expert test while the validity of item question and reliability used experiment test along with the revision for question items which was not valid. Reliability for instrument of the motivation (opinion) r= 0,59, motivation (fact) r= 0,542, and the result of learning test r= 659.

The result of the research were as follows (1) Cooperative study NHT type was very good with overall percentage by 90,28%. (2) The motivation of students learning after used cooperative learning asset NHT type was in average level with ascension percentage score overall until 5,92%. (3) The result of students learning after used cooperative learning asset NHT type was in high percentage with overall score 15,625%. (4) The quantity of the influence of the motivation to the result of student learning contributed in the amount of 14,7% toward the result of the study with coefficient correlation 0,3827 and the regression of equality Y= -56,852+0,912X.

(3)
(4)

i

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MIA3 SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2014/2015 PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN GEOMETRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Di Susun oleh:

Dionesia Desi Wirratna Santi

NIM: 111414045

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

(5)
(6)

iii

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,

janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;

Aku akan meneguhkan,

bahkan akan menolong engkau;

Aku akan memegang engkau dengan tangan

kanan-Ku yang membawa kemenangan”

Yesaya 41:10

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin.

Dengan penuh syukur karya ini ku persembahkan untuk :

Allah Tri Tunggal Maha Kudus dan Bunda Maria yang selalu menyertai setiap langkahku dan memberikan pelangi indah setelah badai dalam hidupku;

Bapakku F. Suwarjo dan Ibukku E. R. Suratiyah tercinta yang tak pernah lelah mendoakanku dan selalu sabar mendukungku;

Mba Ana, Mamas, Mba Ti, Mas Gendut, Mba Very, Mas Lian yang memberku semangat, meberiku dukungan dan keponakanku Yaya, Kanaya, Nala yang selalu menghiburku, membuatku tertawa dengan kepolosan mereka;

Kesayangan sahabat dari awal SMA sampai kuliah Novita Rizky Anggraini dan sahabat seperjuangan kuliah Rosalina Lily Setiawati;

Eric Suganda yang sabar menemani perjuanganku, mendengar keluh kesahku, dan selalu menggenggam tanganku;

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 November 2015

Penulis

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Dionesia Desi Wirratna Santi

NIM : 111414045

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MIA3 SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2014/2015 PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN GEOMETRI

Dengan demikian, saya memberikan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak utnuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis,

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, November 2015

Yang menyatakan

(10)

vii

ABSTRAK

Dionesia Desi Wirratna Santi. 2015. Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean Tahun Ajaran 2014/2015 pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pokok Bahasan Geometri. Yogyakarta : Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean, mengetahuui tingkat motivasi dan hasil belajar siswa serta mengetahui besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 2014/2015. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar keterlaksanaan RPP, lembar motivasi belajar siswa, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar sedangkan validitas butir soal dan reliabilitas dengan uji coba yang kemudian dilakukan revisi untuk butir soal yang tidak valid. Reliabilitas untuk instrumen motivasi (opini) r = 0,59, motivasi (fakta) r=0,542, dan tes hasil belajar r=659.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran kooperatif tipe NHT terlaksana dengan baik dengan presentase keseluruhan sebesar 90,28%. (2) Motivasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada pada tingkat sedang dengan presentase kenaikan skor rata-rata sebesar 5,62%. (3) Hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada pada tingkat tinggi dengan presentase kenaikan skor rata-rata sebesar 15,625%. (4) Besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa dengan kontribusi sebesar 14,7% terhadap hasil belajar dengan koefisien korelasinya 0,3827 dan persamaan regresinya Y =-56,852+0,912X.

(11)

viii

ABSTRACT

Dionesia Desi Wirratna Santi. 2015. Learning Motivation and Results of Learning of Mathematics study from Study of Grade X MIA3 Students of SMA Negeri 1 Godean in the Academic Year 2014/2015 in the topic of Geometry criticism uses Cooperative Learning Asset Numbered Heads Together (NHT) type. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aimed to elicit feasibility work of Mathematics learning used Cooperative Learning Asset NHT type of students of grade X MIA 3 SMA Negeri 1 Godean and find out the motivation and the result of Mathematics study along with the quantity of the influence of the motivation to the result of student’s learning.

The research method used was descriptive qualitative and quantitative. The subject of the study was all of the students of grade X MIA 3 SMA Negeri 1 Godean in the academic year 2014/2015. The Instrument which was used in this research were the RPP sheet of the process, sheet of the student motivation in learning, and the result of students leaning test. Contents of Validity was gained through expert test while the validity of item question and reliability used experiment test along with the revision for question items which was not valid. Reliability for instrument of the motivation (opinion) r= 0,59, motivation (fact) r= 0,542, and the result of learning test r= 659.

The result of the research were as follows (1) Cooperative study NHT type was very good with overall percentage by 90,28%. (2) The motivation of students learning after used cooperative learning asset NHT type was in average level with ascension percentage score overall until 5,92%. (3) The result of students learning after used cooperative learning asset NHT type was in high percentage with overall score 15,625%. (4) The quantity of the influence of the motivation to the result of student learning contributed in the amount of 14,7% toward the result of the study with coefficient correlation 0,3827 and the regression of equality Y= -56,852+0,912X.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motivasi

Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean

Tahun Ajaran 2014/2015 pada Pembelajaran Matematika menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pokok Bahasan

Geometri”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Hongki Julie, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

2. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si., selaku Dosen Pembimbing

Akademik atas segala bantuan dan waktunya.

3. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing, memotivasi, dan

memberikan arahan selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan staff sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

5. Bapak Drs. Sobariman, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Godean

(13)

x

6. Ibu Tri Sujatwati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika kelompok

mata pelajaran wajib yang telah berkenan membimbing, membantu, dan

mendampingi proses pelaksanaan penelitian di sekolah.

7. Seluruh siswa kelas X MIA3, X MIA 4, dan X MIA 2 SMA Negeri 1 Godean

atas kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian.

8. Bapak, Ibu, kakak-kakak, serta keponakan-keponakan, terima kasih atas doa

dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

9. Sr. Kristina, SSPS., terima kasih atas doa dan kekuatan yang luar biasa.

10.Teman-temanku Vitta, Meta, Monic, dan Rosa atas bantuan dan dukungannya.

11.Eric Suganda, atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan selama ini.

12.Teman-teman satu Dosen pembimbing skripsi Vitta, Igor, Karonia, Ana,

Singgih, Feny, kak Ira, dan Desyka atas masukan-masukan yang diberikan.

13.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika angakatan 2011.

14.Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun sehingga berguna dalam perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis

mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 25 November 2015

Penulis

(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….……iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….……v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI……….……vi

ABSTRAK………vii

ABSTRACT……….…. viii

KATA PENGANTAR……….. ix

DAFTAR ISI……….xi

DAFTAR TABEL……….xiii

DAFTAR GAMBAR……….…xv

DAFTAR GRAFIK………xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….xvii

BAB I PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang Masalah………1

B. Indentifikasi Masalah………8

C. Pembatasan Masalah……….9

D. Rumusan Masalah……….9

E. Tujuan Penelitian……….. 10

F. Batasan Istilah………...10

G. Manfaat Hasil Penelitian………...13

BAB II KAJIAN PUSTAKA.………...14

A. Belajar………14

B. Pembelajaran……….……….18

C. Model Pembelajaran Kooperatif………...25

(15)

xii

Halaman

E. Motivasi……….34

F. Hasil Belajar……….….42

G. Materi Geometri………43

H. Kerangka Berpikir……….…56

I. Hipotesis Penelitian………57

BAB III METODE PENELITIAN………58

A. Jenis Penelitian………….………58

B. Subyek dan Obyek Penelitian.………58

C. Tempat dan Waktu Penelitian……….………….……….59

D. Populasi dan Sampel……….60

E. Variabel Penelitian……….60

F. Instrumen Penelitian……….61

G. Validitas dan Reliabilitas………..67

H. Uji Coba Instrumen………71

I. Teknik Analisis Data……….74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..80

A. Kelayakan Analisis Data………80

B. Deskripsi Data.………..81

C. Perbandingan Rata-rata Skor Motivasi Belajar Siswa………..95

D. Perbandingan Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar Siswa………...96

E. Uji Normalitas………..98

F. Inferensia………99

G. Pembahasan………103

H. Kelemahan Penelitian………116

BAB V PENUTUP………117

A. Kesimpulan………117

B. Saran………..118

DAFTAR PUSTAKA……….…119

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif……….. 29

Tabel 3.1 Pengamatan Keterlaksanaan RPP………64

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa………..…..…65

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar………..……67

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Vaiditas………..….69

Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Reliabilitas……….…. 70

Tabel 3.6 Validitas Kuisioner Opini Motivasi Belajar Siswa……….... 71

Tabel 3.7 Validitas Kuisioner Fakta Motivasi Belajar Siswa……….… 72

Tabel 3.8 Validitas Kuisioner Tes Hasil Belajar Siswa……….………….…73

Tabel 4.1 Keterlaksanaan RPP……….... 81

Tabel 4.2 Skor Motivasi Belajar Siswa sebelum menggunakan Model…………. 83

Tabel 4.3 Statistika Motivasi Belajar Siswa sebelum menggunakan Model….…. 83 Tabel 4.4 Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sebelum menggunakan Model….... 84

Tabel 4.5 Skor Motivasi Belajar Siswa sesudah menggunakan Model……….… 86

Tabel 4.6 Statistika Motivasi Belajar Siswa sesudah menggunakan Model…..… 86

Tabel 4.7 Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sesudah menggunakan Model..……87

Tabel 4.8 Skor Tes Hasil Belajar Siswa sebelum menggunakan Model……....… 89

Tabel 4.9 Statistika Tes Hasil Belajar Siswa sebelum menggunakan Model….... 90

Tabel 4.10 Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa sebelum menggunakan Model…... 91

Tabel 4.11 Skor Tes Hasil Belajar Siswa sesudah menggunakan Model…..…….. 92

Tabel 4.12 Statistika Tes Hasil Belajar Siswa sesudah menggunakan Model……..93

Tabel 4.13 Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa sesudah menggunakan Model….... 94

Tabel 4.14 Perhitungan Korelasi antara Motivasi dengan Tes Hasil Belajar…….. 100

Tabel 4.15 Pengelompokan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa……… 104

Tabel 4.16 Percakapan Wawancasa S1……….106

Tabel 4.17 Percakapan Wawancasa S2……….…108

Tabel 4.18 Percakapan Wawancasa S3………..…109

(17)

xiv

Halaman

Tabel 4.20 Percakapan Wawancasa S5………..……113

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Segitiga Motivasi……….…40

Gambar 2.2.a Kedudukan Titik Terhadap garis………... 46

Gambar 2.2.b Kedudukan Titik Terhadap bidang.……….…47

Gambar 2.2.c Kedudukan Garis Terhadap garis……….…... 49

Gambar 2.2.d Kedudukan Garis Terhadap Bidang……….…... 50

Gambar 2.3.a Jarak Titik dengan Titik……….51

Gambar 2.3.b Jarak Titik dengan Garis……….…….51

Gambar 2.3.c Jarak Titik dengan Bidang………..….52

Gambar 2.3.d2 Jarak Dua Garis yang Sejajar.……….53

Gambar 2.3.d3 Jarak Dua Garis Bersilangan..……….53

Gambar 2.3.e Jarak Garis dengan Bidang………..….54

Gambar 4.a Sudut antara Dua Garis saling Berpotongan………... 54

Gambar 4.b Sudut antara Dua Garis saling Bersilangan..………..……. 55

Gambar 4.c Sudut antara Garis dengan Bidang………..…….55

Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sebelum mengguakan Model………..……85

Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sesudah mengguakan Model………..……88

Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa sebelum mengguakan Model……….……….……91

Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa sesudah mengguakan Model……….……….……95

Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Skor Motivasi Belajar... 96

(19)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………..….121

Lampiran A.2 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP………145

Lampiran A.3 Kuisioner Motivasi………..………146

Lampiran A.4 Soal tes Hasil Belajar Siswa………..……….150

Lampiran A.5 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa……….154

Lampiran A.6 LAS……….158

Lampiran A.7 Kunci Jawaban LAS………...171

Lampiran A.9 Pembagian Kelompok Diskusi………...185

LAMPIRAN B Lampiran B.1 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswa (Fakta)………….…….186

Lampiran B.2 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa (Fakta)……….……….192

Lampiran B.3 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswa (Opini)………….…….195

Lampiran B.4 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa (Opini)……….…….202

Lampiran B.5 Hasil Uji Validitas Tes Hasil Belajar Siswa (Fakta)……….205

Lampiran B.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa (Fakta)…..……….…210

Lampiran B.7 Uji Normalitas……….214

Lampiran B.8 Perolehan Skor LAS……….217

LAMPIRAN C Lampiran C.1 Daftarr Kehadiran Siswa Kelas X MIA3……….……218

Lampiran C.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP……….…219

Lampiran C.3 Lembar Jawab LAS………225

Lampiran C.4 Lembar Pengisian Kuisioner sebelum menggunakan Model…………238

Lampiran C.5 Lembar Pengisian Kuisioner sesudah menggunakan Model…...…242

Lampiran C.6 Daftar Nilai Siswa Kelas X MIA3 sebelum menggunakan Model….246 Lampiran C.7 Lembar Jawab Ulangan Siswa sesudah menggunakan Model……….247

Lampiran C.8 Dokumentasi………253

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan

dari diri setiap manusia. Sejak kecil siswa belajar secara tidak langsung di

dalam keluarganya. Gagne mengemukakan, belajar adalah suatu perubahan

perilaku yang relatif menetap dan dihasilkan dari pengalaman masalalu

ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan (Eveline Siregar dan

Hartini Nara, 2011:4). Ketika siswa tumbuh dewasa ia akan mendapatkan

pendidikan formalnya di sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai

dengan perguruan tinggi. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi

tingkat perkembangan suatu negara. Oleh sebab itu berbagai upaya telah

dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara

lain dengan perbaikan kualitas pendidik, sarana-prasarana, mutu

belajar-mengajar, dan lain-lain.

Pada setiap jenjang pendidikan tentunya memiliki karakteristik dan

kualifikasi pendidik tersendiri dalam upaya meningkatan mutu pendidikannya.

Seorang pendidik harus memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan

mata pelajaran yang diajarkannya kepada siswa. Selain itu seorang pendidik

harus dapat menempatkan diri sebagai seorang guru. Mengajar dilukiskan

(22)

siswanya dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang

benar-benar dipilih oleh guru (Herman Hudoyo, 1980:18). Interaksi ini akan terjalin

jika siswa merasa nyaman dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Oleh

sebab itu peran guru menjadi sangat penting didalam proses belajar mengajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru akan menemui

beragam sikap, sifat, cara pandang maupun karakter siswa yang berbeda-beda.

Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif untuk menarik

perhatian siswa sehingga siswa dapat lebih termotivasi dan aktif dalam

mengikuti pelajaran. Eveline Siregar dan Hartini Nara dalam Teori Belajar dan

Pembelajaran (2011:51) mengungkapkan bahwa motivasi memiliki dua

peranan penting dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak

psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin

kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang

peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam

belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi

yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dalam hal ini guru

bertindak sebagai motivator yang dapat memberikan dorongan bagi siswa agar

lebih percaya diri untuk mengembangkan kreativitas mereka di dalam

menemukan konsep-konsep baru yang lebih kompleks. Sehingga siswa selalu

senang dan bergairah dalam mempelajari semua mata pelajaran di sekolah.

Salah satu mata pelajaran yang biasanya diangggap menakutkan bagi

siswa adalah mata pelajaran matematika. Matematika dianggap sulit oleh

(23)

makna atau konsepnya. Namun disisi lain setiap orang dituntut untuk dapat

menguasai pengetahuan dasar tentang matematika serta keterampilan

menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam menyelesaikan

masalah. Oleh sebab itu guru harus bisa menyajikan kegiatan pembelajaran

matematika yang menarik dan inovatif agar dapat menumbuhkan minat dan

motivasi yang kuat bagi siswa didalam mengikuti proses pembelajaran

matematika di kelas. Diharapkan jika siswa aktif melibatkan dirinya didalam

menemukan suatu prinsip dasar, ia akan mengerti konsep tersebut lebih baik,

ingat lebih lama, dan akan mampu menggunakan konsep tersebut di konteks

yang lain (Herman Hudoyo, 1980:20).

Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru

diantaranya adalah discovery learning dan cooperative learning. Belajar

“menemukan” (discovery learning) merupakan satu pendekatan mengajar

dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa

untuk memahami topik tersebut ( Eggen dan Kauchak 2012:177). Model

pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan konsep dan generalisasi

(hubungan antara konsep). Melalui model belajar “menemukan” ini siswa

dilatih untuk berpikir secara aktif, menemukan sendiri, menyelidiki sendiri

sehingga diharapkan hasil pemahaman yang diperoleh siswa akan bertahan

lama dalam ingatan. Sedangkan cooperative learning merupakan suatu sikap

atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam

(24)

atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari

setiap anggota kelompok itu sendiri (M. Hosnan, 2013:235).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

pada bulan Februari hingga Maret 2015 di SMA Negeri 1 Godean sebelum

dilaksanakannya penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut, kondisi lingkungan

sekolah cukup nyaman untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar.

Ketersediaan sarana dan prasarana sekolah juga sudah memadai, seperti adanya

laboratorium, perpustakaan, ruang kelas, papan tulis berpetak, viewer serta

kipas angin pada setiap kelas. Namun ada beberapa kelas yang belum memiliki

papan tulis berpetak karena kelas tersebut baru saja selesai dibangun. Selain itu

alat peraga yang tersedia di dalam kelas hanya penggaris panjang saja, tidak

ada penggaris segitiga, busur maupun alat peraga lain.

SMA Negeri 1 Godean memiliki empat guru bidang studi matematika

dengan kualifikasi pendidikan dua guru Sarjana Pendidikan dan dua guru

lainnya Sarjana Sains. Observasi kelas dilakukan oleh peneliti di kelas X MIA3

dan X IIS1 untuk kelompok mata pelajaran matematika wajib. Guru yang

mengajar matematika kelompok mata pelajaran wajib di kelas X ini memiliki

jumlah jam mengajar sebanyak 26 jam per minggu. Pengalaman mengajar

beliau kurang lebih sudah 27 tahun. Selama mengajar di kelas terlihat metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya metode ceramah saja

tetapi guru sudah mulai menerapkan metode lain, yaitu metode diskusi.

Sedangkan model pembelajaran yang digunakan guru adalah model

(25)

belum bisa melaksanakan model pembelajaran discovery learning ini secara

penuh karena keterbatasan waktu. Model belajar “menemukan” ini

membutuhkan banyak waktu, sedangkan waktu yang tersedia terbatas dan

banyaknya materi yang harus disampaikan oleh guru tidak sebanding dengan

waktu yang tersedia. Oleh sebab itu terkadang guru masih menggunakan

metode ceramah untuk mengejar ketercapaian materi yang harus disampaikan

kepada siswa.

Kontribusi siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran discovery

learning juga belum maksimal. Siswa tidak secara mandiri mengumpulkan

informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan atau

membuktikan benar tidaknya hipotesis. Hal ini disebabkan karena pada awal

pembelajaran guru membagikan handout yang didalamnya sudah tersedia

informasi-informasi yang dibutuhkan siswa sehingga siswa belum mendapat

kesempatan menemukan konsep tersebut secara mandiri. Setelah siswa

menarik kesimpulan guru meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil atau

konsep yang telah mereka temukan. Guru menunjuk siswa secara acak. Jika

siswa kurang tepat dalam mengkomunikasikan isi materi guru akan meminta

siswa untuk membaca ulang materi tersebut sehingga siswa akan menemukan

letak kesalahannya. Setelah materi selesai dibahas guru melakukan evaluasi

dengan meminta siswa mengerjakan uji kompetensi yang terdapat pada

handout. Kekurangan dalam pembuatan handout oleh guru adalah tidak

dimasukkannya kriteria penilaian ke dalam handout. Setiap usai pembelajaran

(26)

membahas pekerjaan rumah pada pertemuan berikutnya. Guru hanya

membahas soal-soal pekerjaan rumah yang dirasa sulit dan tidak dapat

diselesaikan oleh siswa. Hal ini membuat beberapa siswa merasa ragu dan

kebingungan mengenai kebenaran hasil yang sudah mereka kerjakan.

Ulangan harian diberikan jika materi tiap bab sudah diajarkan

seluruhnya. Hasil ulangan akan dibagikan kepada siswa jika seluruh kelas

paralel sudah melaksanakan ulangan agar kerahasiaan soal ulangan tetap

terjaga. Namun tidak seluruh hasil ulangan dikembalikan kepada siswa karena

sekolah mengharuskan guru mempunyai arsip hasil belajar siswa yang disertai

tanda tangan orang tua sehingga dapat dipastikan orangtua mengetahui hasil

belajar anaknya di sekolah. Tidak semua siswa mendapat nilai memuaskan.

Sebagian siswa masih mendapat nilai yang belum mencapai kriteria ketuntasan

minimal yang ditetapkan oleh sekolah.

Setiap proses belajar mengajar di dalam kelas tidaklah selalu berjalan

sesuai yang direncanakan. Ada beberapa kendala yang biasanya sering terjadi

seperti pembagian jam pembelajaran. Guru mengatakan bahwa beliau sering

mengalami kendala jika jam pelajaran matematika berada pada akhir

pembelajaran sebelum pulang sekolah. Terlihat ketika peneliti melakukan

observasi di jam terakhir pelajaran sekolah, siswa sudah kelihatan lelah dan

kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Siswa menjadi sulit untuk

diajak berpikir kompleks. Selain itu sikap siswa juga pasif dalam mengikuti

proses pembelajaran matematika. Jika minat dan motivasi siswa dalam

(27)

untuk berpikir karena merasa sudah sangat lelah. Akibat dari malasnya siswa

ini jangkauan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut menjadi tidak

tercapai seluruhnya. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan siswa,

beberapa siswa merasa cara guru dalam menyampaikan materi sudah cukup

jelas dan mudah untuk mereka pahami. Namun siswa lain mengatakan bahwa

mereka menemui beberapa kesulitan jika materi tersebut sudah semakin

banyak rumusnya. Terkadang siswa juga merasa bosan dengan pembelajaran

guru yang monoton di dalam kelas. Siswa tersebut menjadi mudah mengantuk

karena bosan dengan penggunaan model pembelajaran yang selalu sama. Hal

ini dibenarkan oleh guru karena dalam proses belajar mengajar guru memang

belum pernah menerapkan model-model pembelajaran kooperatif di dalam

kelas. Guru merasa materi pembelajaran matematika pada Kurikulum 2013 ini

terlalu banyak sehingga guru belum berani mencoba menggunakan

model-model pembelajaran lain di dalam kelas karena takut waktu tidak cukup

memadai. Penggunaan model pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat

memberikan motivasi baru bagi siswa sehingga membuat siswa lebih aktif dan

tidak bosan lagi dalam belajar matematika meski pada jam akhir sekolah.

Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang motivasi dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan

geometri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) pada kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun

(28)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran

matematika di SMA Negeri 1 Godean. Adapun masalah-masalah tersebut

antara lain :

1. Siswa belum mendapatkan kesempatan belajar secara mandiri pada

saat mengumpulkan informasi dan menemukan sendiri konsep yang

sedang dipelajari dalam pelaksanaan model pembelajaran discovery

learning.

2. Siswa menjadi pasif dan kurang termotivasi untuk belajar ketika

mereka harus mengikuti pembelajaran matematika pada akhir jam

sekolah.

3. Hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.

4. Siswa kesulitan menemukan konsep ketika materi matematika sudah

masuk kedalam sub bab yang lebih kompleks.

5. Siswa merasa bosan dengan cara mengajar guru yang monoton, selalu

menggunakan model pembelajaran discovery learning saja.

6. Terlalu banyaknya materi pelajaran matematika pada Kurikulum 2013

yang harus disampaikan kepada siswa sehingga membuat guru belum

(29)

C. Pembatasan Masalah

Beberapa masalah telah teridentifikasikan, tetapi karena adanya

keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka penelitian ini dibatasi pada

tingkat motivasi dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan

geometri siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Diharapkan dengan adanya pembatasan masalah tersebut dapat membuat

penelitian menjadi lebih terarah.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ?

2. Bagaimanakah tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT?

3. Bagaimanakah tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan

(30)

4. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dalam

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Tingkat motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika

dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada

kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean.

3. Tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan

menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas X

MIA3 SMA Negeri 1 Godean.

4. Besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dalam

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT.

F. Batasan Istilah

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah. Penjelasan

(31)

1. Menurut Gagne, belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif

menetap dan dihasilkan dari pengalaman masalalu ataupun dari

pembelajaran yang bertujuan/direncanakan (dalam Eveline Siregar

dan Hartini Nara, 2011:4).

2. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan

peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer)

yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah

ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2011:17).

3. Model pembelajaran cooperative learning merupakan suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama

dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri

atas dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri

(M. Hosnan, 2013:235).

4. Menurut M. Hosnan (2013:252) pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki

tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Menurut Trianto

(2011:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru

(32)

adalah penomoran; fase-2, mengajukan pertanyaan; fase-3, berpikir

bersama; dan fase-4 adalah menjawab.

5. Motivasi adalah sebuah daya/kekuatan yang menggerakkan,

menopang dan mengarahkan perilaku ke satu tujuan (Schunk, Pintrich

dan Meece, 2009 dalam Eggen dan Kauchak 2012:67). Eveline

Siregar dan Hartini Nara dalam Teori Belajar dan Pembelajaran

(2011:51) mengungkapkan bahwa motivasi memiliki dua peranan

penting dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak

psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin

kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi

memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan

rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi

tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan

belajar.

6. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah

dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan

pengajaran (Asep Jihat dan Abdul Haris, 2013:15). Terdapat lima

kemampuan yang dikatakan sebagai hasil belajar menurut Gagne

(Ratna W. D., 2011:118), yaitu keterampilan intelektual, strategi

kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik. Dalam

penelitian ini hasil belajar yang diambil dibatasi pada aspek kognitif

(33)

G. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu ;

1. Bagi Peneliti

Bertambahnya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan mengenai

keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam

pembelajaran matematika sehingga nantinya dapat menjadi referensi

bagi peniliti ketika menjadi seorang guru.

2. Bagi Sekolah

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat membantu guru

dalam menciptakan suasana kelas yang baru dan memberikan

alternatif strategi pembelajaran lain yang lebih bervariasi sehingga

dapat membantu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar

siswa di kelas.

3. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam

menulis tugas akhir yang berhubungan dengan penggunaan model

pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan motivasi belajar

(34)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan sekitarnya (Slameto, 2013:2).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari

belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang

terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi

kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu

sendiri (Trianto, 2011:17).

Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental/psikis,

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif

konstan dan berbekas (Winkel, 2009 : 59).

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi

pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi

(35)

bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah

laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut

perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan

(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)

(Eveline Siregar dan Hartini Nara 2011:3).

Gagne mengemukakan, (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara

2011:4) belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap

yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran

yang bertujuan/direncanakan.

Belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang dipelajari.

Penguasaan itu dapat berupa memahami (mengerti), merasakan, dan

dapat melakukan sesuatu. Didalam diri yang belajar terjadi kegiatan

psikis dan motorik. Dapat pula dinyatakan bahwa belajar adalah usaha

dasar individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan

keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas

tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya (Purwa

Atmaja Prawira, 2014: 229).

Sudjana (1996) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan dalam diri seseorang, perubahan

sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang

(36)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku seseorang dari belum tahu menjadi

tahu yang terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan

sekitarnya dalam jangka waktu tertentu dan perubahan tersebut akan

bertahan lama dan menetap. Perolehan perubahan tersebut menyangkut

seluruh aspek tingkah laku, yaitu aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

2. Ciri-ciri Belajar

Seseorang dikatakan telah belajar jika dalam dirinya terdapat

perubahan tingkah laku dan perubahan ini bersifat positif. Menurut

Slameto (2013:3-5) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar

adalah sebagai berikut :

a. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari

terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan

telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung

secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi

(37)

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan tersebut

semakin bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang

lebih baik dari sebelumnya.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar akan bersifat

menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan

piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan

terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus

dipergunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya tujuan yang

akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah

laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan

mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,

keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Menurut Evelin Siregar dan Hartini Nara (2011:5-6) belajar

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku

tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan

(38)

b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap

atau dapat disimpan.

c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan

usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik

atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh

obat-obatan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah

adanya perubahan pada arah positif yang terjadi secara sadar dan menetap,

perubahan itu berkesinambungan dan terarah kepada perubahan seluruh

aspek tingkah laku.

B. Pembelajaran

Pengertian Pembelajaran diantaranya menurut :

1. Trianto (2011:17)

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan

peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer)

yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan

(39)

2. Sudjana (dalam M. Hosnan, 2013:18)

Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik

dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif

antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan

pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan belajar.

3. Gagne (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011:12)

Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi

eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan,

mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam

setiap peristiwa belajar.

B. S. Bloom dan kawan-kawan, menyumbangkan suatu klasifikasi

tujuan instruksional (pengajaran). Adapun taksonomi atau klasifikasi

tersebut adalah sebagai berikut (Winkel, 2009) :

1. Ranah kognitif (cognitive domain) menurut Bloom dan kawan-kawan :

a. Pengetahuan (C1)

Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan

disimpan dalam ingatan. Hal-hal tersebut dapat berupa fakta

maupun metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam

ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan

(40)

b. Pemahaman (C2)

Mencakup kemampuan untuk mengungkap makna dan arti

dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan

dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan. Kemampuan ini

setingkat lebih tinggi daripada kemampuan (C1).

c. Penerapan (C3)

Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau

metode bekerja pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan

baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam aplikasi suatu

rumus pada persoalan yang belum dihadapi pada pemecahan

masalah baru. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari

kemampuan (C2), karena memahami suatu kaidah belum tentu

membawa kemampuan utntuk menerapkannya dalam masalah baru.

d. Analisis (C4)

Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam

bagian-bagian, sehingga secara keseluruhan dapat dipahami dengan

baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan

bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama

dengan hubungan atara semua bagian tersebut. Kemampuan ini

setingkat dengan kemampuan sebelumnya, karena pada

kemampuan ini harus sekaligus dapat menangkap adanya kesamaan

(41)

e. Sintesis (C5)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau

pola baru. Bagian-bagian saling dihubungkan sehingga tercipta

suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam

membuat suatu rencana. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari

kemampuan (C4), karena pada tingkat ini dituntut untuk

menemukan pola dan struktur organisasi.

f. Evaluasi (C6)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

mengenai sesuatu atau beberapa hal, disertai dengan

pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria

tertentu. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam memberikan

penilaian terhadap sesuatu. Kemampuan ini merupakan tingkatan

paling tinggi, karena mencakup keseluruhan kemampuan dari (C1)

sampai (C5).

2. Ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Kratwohl, Bloom,

dan kawan-kawan :

a. Penerimaan

Mencakup kepekaan adanya suatu perangsang dan kesediaan

untuk memperhatikan rangsangan tersebut. Kesediaan itu

dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu. Namun perhatian

(42)

b. Partisipasi

Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan tersebut dinyatakan

dalam memberikan rangsangan yang disajikan.

c. Penilai/penentuan sikap

Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap

sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut. Mulai

terbentuknya suatu sikap, yaitu : menerima, menolak atau

mengabaikan. Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu perkataan

atau tindakan. Perkataan atau tindakan tersebut dilakukan secara

berulang jika terdapat kesempatan untuk melakukannya lagi,

sehingga nampak adanya suatu sikap tertentu.

d. Organisasi

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai

sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang

diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai : mana yang

pokok dan harus selalu diperjuangkan, mana yang tidak begitu

penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu

perangkat nilai, seperti menyusun rencana masa depan atas dasar

kemampuan belajar, minat, dan cita-cita hidup.

e. Pembentukan pola hidup

Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai

(43)

pribadi, dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur

kehidupannya sendiri. Kemampuan tingkat ini dinyatakan dalam

pengaturan hidup diberbagai bidang.

3. Ranah psikomotorik (psychomotoric domain) menurut klasifikasi

Simpson :

a. Persepsi

Mencakup kemampuan utnuk mengadakan diskriminasi yang

tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan

antara ciri-ciri fisik pada masing-masing rangsangan. Adanya

kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan

perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.

b. Kesiapan

Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam

memulai suatu rangakaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan

dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

c. Gerakan terbimbing

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian

gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan. Kemampuan ini

dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh menurut contoh

yang diperlihatkan.

d. Gerakan yang terbiasa

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian

(44)

memperhatikan lagi contoh yang sudah diberikan. Kemampuan ini

dinyatakan dalam proses menggerakkan anggota tubuh sesuai

dengan prosedur/contoh yang tepat.

e. Gerakan kompleks

Mencakup kemampuan untuk melaksankan suatu

keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar,

tepat, dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan suatu

rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa

sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang

teratur.

f. Penyesuaian pola gerakan

Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan

menyesuaikan pola gerak-gerik dengan mondisi setempat, atau

dengan menunjukkan keterampilan yang sudah mencapai pada taraf

kemahiran.

g. Kreativitas

Mencakup kemampuan untuk menciptakan aneka pola

gerak-gerik baru, seluruhnya atas dasar inisiatif sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran merupakan proses

interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa dalam peristiwa belajar

yang terarah pada suatu tujuan pembelajaran, yaitu penguasaan

(45)

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Kagan mengemukakan (dalam M. Hosnan, 2013:235),

pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses dimana

tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan

pemahaman mereka tentang suatu objek.

Menurut M. Hosnan (2013:235) pembelajaran kooperatif

merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau

membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur

dalam kelompok, yang terdiri atas dua atau lebih, dimana keberhasilan

kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok

itu sendiri.

Berdasarkan pengertian pembelajaran kooperatif menurut para

ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa melalui kerja

kelompok yang anggotanya terdiri dari dua atau lebih siswa dengan

struktur kelompok yang bersifat heterogen.

2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnsondan Johnson dan Sutton (Trianto, 2011:60)

terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif. Kelima

(46)

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang

bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain

serta memiliki andil terhadap suksesnya kelompok. Seorang siswa

tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya sukses.

b. Interaksis antara siswa yang semakin meningkat

Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa

lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan

bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan

seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok.

Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif adalah dalam

hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari

bersama.

c. Tanggung jawab individual

Tanggung jawab individual dalam kelompok dapat berupa

tanggung jawab siswa dalam hal : (a) membantu siswa yang

membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar

“membonceng” pada hasil kerja temannya saja.

d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.

Dalam pembelajaran kooperatif, selain dituntut untuk

mempelajari materi yang diberikan siswa juga dituntut untuk belajar

bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.

(47)

menyampaikan ide atau pendapat dalam kelompok akan menuntut

keterampilan khusus dalam diri setiap siswa.

e. Proses kelompok

Pembelajaran kooperatif ini berlangsung jika terlaksananya

proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan langkah apa yang akan mereka lakukan untuk

mencapai tujuan belajar dengan baik dan membuat hubungan kerja

yang baik.

3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (dalam M. Hosnan 2013:243) prinsip dasar dan

ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua

anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani

(48)

4. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2011:57) menyatakan

bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan

belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman

baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Ibrahim, dkk (dalam M. Hosnan, 2013:239) model

pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga

tujuan pembelajaran, yaitu :

a. Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,

budaya, kelas sosial, maupun ketidak mampuan.

c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa untuk bertanggung

jawab dan bekerjasama dalam mencapai tujuan belajar serta bertoleransi

satu dengan yang lain sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik

siswa.

5. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase,

(49)
[image:49.595.98.513.135.609.2]

Tabel 2.1. SintakModel Pembelajaran Kooperatif

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

Fase 2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tata cara pembentukan kelompok belajar.

Fase 4 Membimbing kelompok belajar.

Guru memotivasi serta memfasilitasi siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

Fase 5

Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Fase 6 Memberikan penghargaan.

Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

Sumber : M. Hosnan (2013)

6. Tipe-tipe model pembelajaran kooperatif

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu

tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok

4-5 orang siswa secara heterogen.

b. Tim Ahli (Jigsaw)

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibagi menjadi dua. Jigsaw

dikembangkan oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas

Texas, yang kemudian diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di

Universitas John Hopkins. Model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw I dan jigsaw II ini memiliki perbedaan mendasar, yaitu jika

(50)

akan menjadi spesialisasinya sementara konsep yang lain ia

dapatkan melalui diskusi dengan teman satu kelompoknya. Namun,

pada jigsaw II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar

secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar

spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini ditujukan untuk

mendapatkan gambaran menyeluruh dari konsep yang akan

dibicarakan.

c. Thinking Pair Share (TPS)

Thinking Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa.

d. Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) atau pertandingan permainan tim dikembangkan oleh David

De Vries dan Keath Edward (1995). Pada tipe ini siswa memainkan

permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh

tambahan poin untuk skor tim mereka.

e. Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir

bersama pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993)

untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

(51)

D. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (M.

Hosnan, 2013:252). Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993),

untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu

pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut.

Menurut Trianto (2011:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada

seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks

NHT, yaitu :

1. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang

dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5

sesuai banyaknya anggota kelompok.

2. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan

dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk

(52)

3. Fase 3 : Berpikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu

dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe

NHT yang merujuk pada konsep Kagen (M. Hosnan, 2013:252) adalah

sebagai berikut :

1. Pembentukan kelompok.

2. Diskusi masalah.

3. Tukar jawaban antar kelompok.

Ibrahim mengemukakan (dalam M. Hosnan, 2013:252-253),

terdapat enam langkah dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe

NHT. Enam langkah tersebut adalah :

1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan

menyiapkan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang sesuai dengan

(53)

2. Pembentukan kelompok

Guru membagi seluruh siswa menjadi beberapa kelompok

heterogen yang setiap kelompoknya beranggotakan 3-5 orang siswa.

Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda.

3. Persiapan bahan atau buku sebagai acuan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki

buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam

menyelesaikan LAS atau masalah yang diberikan guru.

4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LAS kepada setiap

siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Setiap siswa berpikir

bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap

anggota kelompoknya mengetahui jawaban dari pertanyaan atau

permasalahan yang terdapat dalam LAS.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Guru menyebut satu nomor secara acak dan para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan

menyiapkan jawaban kepada siswa dikelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua

(54)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan enam langkah dalam

penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Ibrahim (dalam M.

Hosnan, 2013:252-253) sebagai acuan dalam pembutan RPP dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

E. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti

menggerakkan. Menurut John W. Santrock (2009: 199), motivasi adalah

suatu proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan

perilaku. Dengan demikian perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang

mengandung energi, memiliki arah, dan dapat dipertahankan.

Motivasi adalah kekuatan yang menyegarkan, menopang, dan

mengarahkan perilaku ke arah satu tujuan (Schunk, Pintrich dan meece,

2009 dalam Eggen dan Kauchak 2012:67). Sedangkan menurut Eggen dan

Kauchak (2012:69) motivasi siswa untuk belajar menggambarkan

kecenderungan mereka untuk menemukan kegiatan-kegiatan akademis

yang diniatkan dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Menurut A. W. Bernard (dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014:319),

motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan

kearah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada

gerakan sama sekali kearah tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan menurut

(55)

usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu,

termasuk didalamnya kegiatan belajar.

Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar,

arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah

perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Agus Suprijono,

2009:163).

Wlodkowski (1985) menjelaskan, motivasi sebagai suatu kondisi

yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang

memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.

Menurut Suryabrata (1984) motif adalah keadaan dalam diri seseorang

yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011:51) secara umum

terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi

merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi

mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peran penting dalam

memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga

<

Gambar

Tabel 2.1. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.1. Segitiga Motivasi
Gambar 2.2.a1)
Gambar 2.2.b. Kedudukan titik terhadap bidang
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi wajib retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

P : Apakah nilai-nilai kekeluargaan (Hibua Lamo) dapat dijadikan sebagai basis dalam merekonsiliasi kondisi masyarakat Desa Mamuya pasca perpecahan jemaat.. N : “kalau

putusan hakim pidana, maka pemutusan hubungan kerja tersebut adalah tidak sah. dan batal demi

• Untuk menjalankan program sebuah kelas wajib memiliki main method (program pertama kali akan mengeksekusi yang ada di dalam main method )... // This program prints Welcome

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

a. Memahami pengendalian internal-penjualan: auditor mempelajari bagan arus klien, menyusun kuesioner, dan pengujian penelusuran. Mengukur resiko pengendalian

Lampiran 16 Instrumen Lembar Observasi Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Siklus 1 Pertemuan kedua...165. Lampiran 17 Instrumen Lembar Observasi