ABSTRAK
Dionesia Desi Wirratna Santi. 2015. Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean Tahun Ajaran 2014/2015 pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pokok Bahasan Geometri. Yogyakarta : Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean, mengetahuui tingkat motivasi dan hasil belajar siswa serta mengetahui besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 2014/2015. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar keterlaksanaan RPP, lembar motivasi belajar siswa, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar sedangkan validitas butir soal dan reliabilitas dengan uji coba yang kemudian dilakukan revisi untuk butir soal yang tidak valid. Reliabilitas untuk instrumen motivasi (opini) r = 0,59, motivasi (fakta) r=0,542, dan tes hasil belajar r=659.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran kooperatif tipe NHT terlaksana dengan baik dengan presentase keseluruhan sebesar 90,28%. (2) Motivasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada pada tingkat sedang dengan presentase kenaikan skor rata-rata sebesar 5,62%. (3) Hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada pada tingkat tinggi dengan presentase kenaikan skor rata-rata sebesar 15,625%. (4) Besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa dengan kontribusi sebesar 14,7% terhadap hasil belajar dengan koefisien korelasinya 0,3827 dan persamaan regresinya Y =-56,852+0,912X.
ABSTRACT
Dionesia Desi Wirratna Santi. 2015. Learning Motivation and Results of Learning of Mathematics study from Study of Grade X MIA3 Students of SMA Negeri 1 Godean in the Academic Year 2014/2015 in the topic of Geometry criticism uses Cooperative Learning Asset Numbered Heads Together (NHT) type. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aimed to elicit feasibility work of Mathematics learning used Cooperative Learning Asset NHT type of students of grade X MIA 3 SMA Negeri 1 Godean and find out the motivation and the result of Mathematics study along with the quantity of
the influence of the motivation to the result of student’s learning.
The research method used was descriptive qualitative and quantitative. The subject of the study was all of the students of grade X MIA 3 SMA Negeri 1 Godean in the academic year 2014/2015. The Instrument which was used in this research were the RPP sheet of the process, sheet of the student motivation in learning, and the result of students leaning test. Contents of Validity was gained through expert test while the validity of item question and reliability used experiment test along with the revision for question items which was not valid. Reliability for instrument of the motivation (opinion) r= 0,59, motivation (fact) r= 0,542, and the result of learning test r= 659.
The result of the research were as follows (1) Cooperative study NHT type was very good with overall percentage by 90,28%. (2) The motivation of students learning after used cooperative learning asset NHT type was in average level with ascension percentage score overall until 5,92%. (3) The result of students learning after used cooperative learning asset NHT type was in high percentage with overall score 15,625%. (4) The quantity of the influence of the motivation to the result of student learning contributed in the amount of 14,7% toward the result of the study with coefficient correlation 0,3827 and the regression of equality Y= -56,852+0,912X.
i
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MIA3 SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2014/2015 PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN GEOMETRI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Di Susun oleh:
Dionesia Desi Wirratna Santi
NIM: 111414045
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,
janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;
Aku akan meneguhkan,
bahkan akan menolong engkau;
Aku akan memegang engkau dengan tangan
kanan-Ku yang membawa kemenangan”
Yesaya 41:10
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin.
Dengan penuh syukur karya ini ku persembahkan untuk :
Allah Tri Tunggal Maha Kudus dan Bunda Maria yang selalu menyertai setiap langkahku dan memberikan pelangi indah setelah badai dalam hidupku;
Bapakku F. Suwarjo dan Ibukku E. R. Suratiyah tercinta yang tak pernah lelah mendoakanku dan selalu sabar mendukungku;
Mba Ana, Mamas, Mba Ti, Mas Gendut, Mba Very, Mas Lian yang memberku semangat, meberiku dukungan dan keponakanku Yaya, Kanaya, Nala yang selalu menghiburku, membuatku tertawa dengan kepolosan mereka;
Kesayangan sahabat dari awal SMA sampai kuliah Novita Rizky Anggraini dan sahabat seperjuangan kuliah Rosalina Lily Setiawati;
Eric Suganda yang sabar menemani perjuanganku, mendengar keluh kesahku, dan selalu menggenggam tanganku;
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 November 2015
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Dionesia Desi Wirratna Santi
NIM : 111414045
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MIA3 SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2014/2015 PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN GEOMETRI
Dengan demikian, saya memberikan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak utnuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis,
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, November 2015
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
Dionesia Desi Wirratna Santi. 2015. Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean Tahun Ajaran 2014/2015 pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pokok Bahasan Geometri. Yogyakarta : Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean, mengetahuui tingkat motivasi dan hasil belajar siswa serta mengetahui besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun ajaran 2014/2015. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar keterlaksanaan RPP, lembar motivasi belajar siswa, dan tes hasil belajar siswa. Validitas isi diperoleh melalui uji pakar sedangkan validitas butir soal dan reliabilitas dengan uji coba yang kemudian dilakukan revisi untuk butir soal yang tidak valid. Reliabilitas untuk instrumen motivasi (opini) r = 0,59, motivasi (fakta) r=0,542, dan tes hasil belajar r=659.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran kooperatif tipe NHT terlaksana dengan baik dengan presentase keseluruhan sebesar 90,28%. (2) Motivasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada pada tingkat sedang dengan presentase kenaikan skor rata-rata sebesar 5,62%. (3) Hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berada pada tingkat tinggi dengan presentase kenaikan skor rata-rata sebesar 15,625%. (4) Besarnya pengaruh motivasi terhadap hasil belajar siswa dengan kontribusi sebesar 14,7% terhadap hasil belajar dengan koefisien korelasinya 0,3827 dan persamaan regresinya Y =-56,852+0,912X.
viii
ABSTRACT
Dionesia Desi Wirratna Santi. 2015. Learning Motivation and Results of Learning of Mathematics study from Study of Grade X MIA3 Students of SMA Negeri 1 Godean in the Academic Year 2014/2015 in the topic of Geometry criticism uses Cooperative Learning Asset Numbered Heads Together (NHT) type. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aimed to elicit feasibility work of Mathematics learning used Cooperative Learning Asset NHT type of students of grade X MIA 3 SMA Negeri 1 Godean and find out the motivation and the result of Mathematics study along with the quantity of the influence of the motivation to the result of student’s learning.
The research method used was descriptive qualitative and quantitative. The subject of the study was all of the students of grade X MIA 3 SMA Negeri 1 Godean in the academic year 2014/2015. The Instrument which was used in this research were the RPP sheet of the process, sheet of the student motivation in learning, and the result of students leaning test. Contents of Validity was gained through expert test while the validity of item question and reliability used experiment test along with the revision for question items which was not valid. Reliability for instrument of the motivation (opinion) r= 0,59, motivation (fact) r= 0,542, and the result of learning test r= 659.
The result of the research were as follows (1) Cooperative study NHT type was very good with overall percentage by 90,28%. (2) The motivation of students learning after used cooperative learning asset NHT type was in average level with ascension percentage score overall until 5,92%. (3) The result of students learning after used cooperative learning asset NHT type was in high percentage with overall score 15,625%. (4) The quantity of the influence of the motivation to the result of student learning contributed in the amount of 14,7% toward the result of the study with coefficient correlation 0,3827 and the regression of equality Y= -56,852+0,912X.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motivasi
Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean
Tahun Ajaran 2014/2015 pada Pembelajaran Matematika menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pokok Bahasan
Geometri”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Hongki Julie, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
2. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Akademik atas segala bantuan dan waktunya.
3. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing, memotivasi, dan
memberikan arahan selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Segenap dosen dan staff sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
5. Bapak Drs. Sobariman, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Godean
x
6. Ibu Tri Sujatwati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika kelompok
mata pelajaran wajib yang telah berkenan membimbing, membantu, dan
mendampingi proses pelaksanaan penelitian di sekolah.
7. Seluruh siswa kelas X MIA3, X MIA 4, dan X MIA 2 SMA Negeri 1 Godean
atas kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian.
8. Bapak, Ibu, kakak-kakak, serta keponakan-keponakan, terima kasih atas doa
dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
9. Sr. Kristina, SSPS., terima kasih atas doa dan kekuatan yang luar biasa.
10.Teman-temanku Vitta, Meta, Monic, dan Rosa atas bantuan dan dukungannya.
11.Eric Suganda, atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan selama ini.
12.Teman-teman satu Dosen pembimbing skripsi Vitta, Igor, Karonia, Ana,
Singgih, Feny, kak Ira, dan Desyka atas masukan-masukan yang diberikan.
13.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika angakatan 2011.
14.Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga berguna dalam perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 25 November 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….……iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….……v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI……….……vi
ABSTRAK………vii
ABSTRACT……….…. viii
KATA PENGANTAR……….. ix
DAFTAR ISI……….xi
DAFTAR TABEL……….xiii
DAFTAR GAMBAR……….…xv
DAFTAR GRAFIK………xvi
DAFTAR LAMPIRAN……….xvii
BAB I PENDAHULUAN……….1
A. Latar Belakang Masalah………1
B. Indentifikasi Masalah………8
C. Pembatasan Masalah……….9
D. Rumusan Masalah……….9
E. Tujuan Penelitian……….. 10
F. Batasan Istilah………...10
G. Manfaat Hasil Penelitian………...13
BAB II KAJIAN PUSTAKA.………...14
A. Belajar………14
B. Pembelajaran……….……….18
C. Model Pembelajaran Kooperatif………...25
xii
Halaman
E. Motivasi……….34
F. Hasil Belajar……….….42
G. Materi Geometri………43
H. Kerangka Berpikir……….…56
I. Hipotesis Penelitian………57
BAB III METODE PENELITIAN………58
A. Jenis Penelitian………….………58
B. Subyek dan Obyek Penelitian.………58
C. Tempat dan Waktu Penelitian……….………….……….59
D. Populasi dan Sampel……….60
E. Variabel Penelitian……….60
F. Instrumen Penelitian……….61
G. Validitas dan Reliabilitas………..67
H. Uji Coba Instrumen………71
I. Teknik Analisis Data……….74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..80
A. Kelayakan Analisis Data………80
B. Deskripsi Data.………..81
C. Perbandingan Rata-rata Skor Motivasi Belajar Siswa………..95
D. Perbandingan Rata-rata Skor Tes Hasil Belajar Siswa………...96
E. Uji Normalitas………..98
F. Inferensia………99
G. Pembahasan………103
H. Kelemahan Penelitian………116
BAB V PENUTUP………117
A. Kesimpulan………117
B. Saran………..118
DAFTAR PUSTAKA……….…119
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif……….. 29
Tabel 3.1 Pengamatan Keterlaksanaan RPP………64
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa………..…..…65
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar………..……67
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Vaiditas………..….69
Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Reliabilitas……….…. 70
Tabel 3.6 Validitas Kuisioner Opini Motivasi Belajar Siswa……….... 71
Tabel 3.7 Validitas Kuisioner Fakta Motivasi Belajar Siswa……….… 72
Tabel 3.8 Validitas Kuisioner Tes Hasil Belajar Siswa……….………….…73
Tabel 4.1 Keterlaksanaan RPP……….... 81
Tabel 4.2 Skor Motivasi Belajar Siswa sebelum menggunakan Model…………. 83
Tabel 4.3 Statistika Motivasi Belajar Siswa sebelum menggunakan Model….…. 83 Tabel 4.4 Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sebelum menggunakan Model….... 84
Tabel 4.5 Skor Motivasi Belajar Siswa sesudah menggunakan Model……….… 86
Tabel 4.6 Statistika Motivasi Belajar Siswa sesudah menggunakan Model…..… 86
Tabel 4.7 Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sesudah menggunakan Model..……87
Tabel 4.8 Skor Tes Hasil Belajar Siswa sebelum menggunakan Model……....… 89
Tabel 4.9 Statistika Tes Hasil Belajar Siswa sebelum menggunakan Model….... 90
Tabel 4.10 Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa sebelum menggunakan Model…... 91
Tabel 4.11 Skor Tes Hasil Belajar Siswa sesudah menggunakan Model…..…….. 92
Tabel 4.12 Statistika Tes Hasil Belajar Siswa sesudah menggunakan Model……..93
Tabel 4.13 Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa sesudah menggunakan Model….... 94
Tabel 4.14 Perhitungan Korelasi antara Motivasi dengan Tes Hasil Belajar…….. 100
Tabel 4.15 Pengelompokan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa……… 104
Tabel 4.16 Percakapan Wawancasa S1……….106
Tabel 4.17 Percakapan Wawancasa S2……….…108
Tabel 4.18 Percakapan Wawancasa S3………..…109
xiv
Halaman
Tabel 4.20 Percakapan Wawancasa S5………..……113
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Segitiga Motivasi……….…40
Gambar 2.2.a Kedudukan Titik Terhadap garis………... 46
Gambar 2.2.b Kedudukan Titik Terhadap bidang.……….…47
Gambar 2.2.c Kedudukan Garis Terhadap garis……….…... 49
Gambar 2.2.d Kedudukan Garis Terhadap Bidang……….…... 50
Gambar 2.3.a Jarak Titik dengan Titik……….51
Gambar 2.3.b Jarak Titik dengan Garis……….…….51
Gambar 2.3.c Jarak Titik dengan Bidang………..….52
Gambar 2.3.d2 Jarak Dua Garis yang Sejajar.……….53
Gambar 2.3.d3 Jarak Dua Garis Bersilangan..……….53
Gambar 2.3.e Jarak Garis dengan Bidang………..….54
Gambar 4.a Sudut antara Dua Garis saling Berpotongan………... 54
Gambar 4.b Sudut antara Dua Garis saling Bersilangan..………..……. 55
Gambar 4.c Sudut antara Garis dengan Bidang………..…….55
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sebelum mengguakan Model………..……85
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sesudah mengguakan Model………..……88
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa sebelum mengguakan Model……….……….……91
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siswa sesudah mengguakan Model……….……….……95
Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Skor Motivasi Belajar... 96
xvi
DAFTAR GRAFIK
Halaman
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………..….121
Lampiran A.2 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP………145
Lampiran A.3 Kuisioner Motivasi………..………146
Lampiran A.4 Soal tes Hasil Belajar Siswa………..……….150
Lampiran A.5 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa……….154
Lampiran A.6 LAS……….158
Lampiran A.7 Kunci Jawaban LAS………...171
Lampiran A.9 Pembagian Kelompok Diskusi………...185
LAMPIRAN B Lampiran B.1 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswa (Fakta)………….…….186
Lampiran B.2 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa (Fakta)……….……….192
Lampiran B.3 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Siswa (Opini)………….…….195
Lampiran B.4 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa (Opini)……….…….202
Lampiran B.5 Hasil Uji Validitas Tes Hasil Belajar Siswa (Fakta)……….205
Lampiran B.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa (Fakta)…..……….…210
Lampiran B.7 Uji Normalitas……….214
Lampiran B.8 Perolehan Skor LAS……….217
LAMPIRAN C Lampiran C.1 Daftarr Kehadiran Siswa Kelas X MIA3……….……218
Lampiran C.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP……….…219
Lampiran C.3 Lembar Jawab LAS………225
Lampiran C.4 Lembar Pengisian Kuisioner sebelum menggunakan Model…………238
Lampiran C.5 Lembar Pengisian Kuisioner sesudah menggunakan Model…...…242
Lampiran C.6 Daftar Nilai Siswa Kelas X MIA3 sebelum menggunakan Model….246 Lampiran C.7 Lembar Jawab Ulangan Siswa sesudah menggunakan Model……….247
Lampiran C.8 Dokumentasi………253
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan
dari diri setiap manusia. Sejak kecil siswa belajar secara tidak langsung di
dalam keluarganya. Gagne mengemukakan, belajar adalah suatu perubahan
perilaku yang relatif menetap dan dihasilkan dari pengalaman masalalu
ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan (Eveline Siregar dan
Hartini Nara, 2011:4). Ketika siswa tumbuh dewasa ia akan mendapatkan
pendidikan formalnya di sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai
dengan perguruan tinggi. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi
tingkat perkembangan suatu negara. Oleh sebab itu berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara
lain dengan perbaikan kualitas pendidik, sarana-prasarana, mutu
belajar-mengajar, dan lain-lain.
Pada setiap jenjang pendidikan tentunya memiliki karakteristik dan
kualifikasi pendidik tersendiri dalam upaya meningkatan mutu pendidikannya.
Seorang pendidik harus memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkannya kepada siswa. Selain itu seorang pendidik
harus dapat menempatkan diri sebagai seorang guru. Mengajar dilukiskan
siswanya dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang
benar-benar dipilih oleh guru (Herman Hudoyo, 1980:18). Interaksi ini akan terjalin
jika siswa merasa nyaman dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Oleh
sebab itu peran guru menjadi sangat penting didalam proses belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru akan menemui
beragam sikap, sifat, cara pandang maupun karakter siswa yang berbeda-beda.
Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif untuk menarik
perhatian siswa sehingga siswa dapat lebih termotivasi dan aktif dalam
mengikuti pelajaran. Eveline Siregar dan Hartini Nara dalam Teori Belajar dan
Pembelajaran (2011:51) mengungkapkan bahwa motivasi memiliki dua
peranan penting dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak
psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang
peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam
belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi
yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dalam hal ini guru
bertindak sebagai motivator yang dapat memberikan dorongan bagi siswa agar
lebih percaya diri untuk mengembangkan kreativitas mereka di dalam
menemukan konsep-konsep baru yang lebih kompleks. Sehingga siswa selalu
senang dan bergairah dalam mempelajari semua mata pelajaran di sekolah.
Salah satu mata pelajaran yang biasanya diangggap menakutkan bagi
siswa adalah mata pelajaran matematika. Matematika dianggap sulit oleh
makna atau konsepnya. Namun disisi lain setiap orang dituntut untuk dapat
menguasai pengetahuan dasar tentang matematika serta keterampilan
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam menyelesaikan
masalah. Oleh sebab itu guru harus bisa menyajikan kegiatan pembelajaran
matematika yang menarik dan inovatif agar dapat menumbuhkan minat dan
motivasi yang kuat bagi siswa didalam mengikuti proses pembelajaran
matematika di kelas. Diharapkan jika siswa aktif melibatkan dirinya didalam
menemukan suatu prinsip dasar, ia akan mengerti konsep tersebut lebih baik,
ingat lebih lama, dan akan mampu menggunakan konsep tersebut di konteks
yang lain (Herman Hudoyo, 1980:20).
Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
diantaranya adalah discovery learning dan cooperative learning. Belajar
“menemukan” (discovery learning) merupakan satu pendekatan mengajar
dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa
untuk memahami topik tersebut ( Eggen dan Kauchak 2012:177). Model
pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan konsep dan generalisasi
(hubungan antara konsep). Melalui model belajar “menemukan” ini siswa
dilatih untuk berpikir secara aktif, menemukan sendiri, menyelidiki sendiri
sehingga diharapkan hasil pemahaman yang diperoleh siswa akan bertahan
lama dalam ingatan. Sedangkan cooperative learning merupakan suatu sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam
atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
setiap anggota kelompok itu sendiri (M. Hosnan, 2013:235).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti
pada bulan Februari hingga Maret 2015 di SMA Negeri 1 Godean sebelum
dilaksanakannya penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut, kondisi lingkungan
sekolah cukup nyaman untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar.
Ketersediaan sarana dan prasarana sekolah juga sudah memadai, seperti adanya
laboratorium, perpustakaan, ruang kelas, papan tulis berpetak, viewer serta
kipas angin pada setiap kelas. Namun ada beberapa kelas yang belum memiliki
papan tulis berpetak karena kelas tersebut baru saja selesai dibangun. Selain itu
alat peraga yang tersedia di dalam kelas hanya penggaris panjang saja, tidak
ada penggaris segitiga, busur maupun alat peraga lain.
SMA Negeri 1 Godean memiliki empat guru bidang studi matematika
dengan kualifikasi pendidikan dua guru Sarjana Pendidikan dan dua guru
lainnya Sarjana Sains. Observasi kelas dilakukan oleh peneliti di kelas X MIA3
dan X IIS1 untuk kelompok mata pelajaran matematika wajib. Guru yang
mengajar matematika kelompok mata pelajaran wajib di kelas X ini memiliki
jumlah jam mengajar sebanyak 26 jam per minggu. Pengalaman mengajar
beliau kurang lebih sudah 27 tahun. Selama mengajar di kelas terlihat metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya metode ceramah saja
tetapi guru sudah mulai menerapkan metode lain, yaitu metode diskusi.
Sedangkan model pembelajaran yang digunakan guru adalah model
belum bisa melaksanakan model pembelajaran discovery learning ini secara
penuh karena keterbatasan waktu. Model belajar “menemukan” ini
membutuhkan banyak waktu, sedangkan waktu yang tersedia terbatas dan
banyaknya materi yang harus disampaikan oleh guru tidak sebanding dengan
waktu yang tersedia. Oleh sebab itu terkadang guru masih menggunakan
metode ceramah untuk mengejar ketercapaian materi yang harus disampaikan
kepada siswa.
Kontribusi siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran discovery
learning juga belum maksimal. Siswa tidak secara mandiri mengumpulkan
informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis. Hal ini disebabkan karena pada awal
pembelajaran guru membagikan handout yang didalamnya sudah tersedia
informasi-informasi yang dibutuhkan siswa sehingga siswa belum mendapat
kesempatan menemukan konsep tersebut secara mandiri. Setelah siswa
menarik kesimpulan guru meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil atau
konsep yang telah mereka temukan. Guru menunjuk siswa secara acak. Jika
siswa kurang tepat dalam mengkomunikasikan isi materi guru akan meminta
siswa untuk membaca ulang materi tersebut sehingga siswa akan menemukan
letak kesalahannya. Setelah materi selesai dibahas guru melakukan evaluasi
dengan meminta siswa mengerjakan uji kompetensi yang terdapat pada
handout. Kekurangan dalam pembuatan handout oleh guru adalah tidak
dimasukkannya kriteria penilaian ke dalam handout. Setiap usai pembelajaran
membahas pekerjaan rumah pada pertemuan berikutnya. Guru hanya
membahas soal-soal pekerjaan rumah yang dirasa sulit dan tidak dapat
diselesaikan oleh siswa. Hal ini membuat beberapa siswa merasa ragu dan
kebingungan mengenai kebenaran hasil yang sudah mereka kerjakan.
Ulangan harian diberikan jika materi tiap bab sudah diajarkan
seluruhnya. Hasil ulangan akan dibagikan kepada siswa jika seluruh kelas
paralel sudah melaksanakan ulangan agar kerahasiaan soal ulangan tetap
terjaga. Namun tidak seluruh hasil ulangan dikembalikan kepada siswa karena
sekolah mengharuskan guru mempunyai arsip hasil belajar siswa yang disertai
tanda tangan orang tua sehingga dapat dipastikan orangtua mengetahui hasil
belajar anaknya di sekolah. Tidak semua siswa mendapat nilai memuaskan.
Sebagian siswa masih mendapat nilai yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal yang ditetapkan oleh sekolah.
Setiap proses belajar mengajar di dalam kelas tidaklah selalu berjalan
sesuai yang direncanakan. Ada beberapa kendala yang biasanya sering terjadi
seperti pembagian jam pembelajaran. Guru mengatakan bahwa beliau sering
mengalami kendala jika jam pelajaran matematika berada pada akhir
pembelajaran sebelum pulang sekolah. Terlihat ketika peneliti melakukan
observasi di jam terakhir pelajaran sekolah, siswa sudah kelihatan lelah dan
kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Siswa menjadi sulit untuk
diajak berpikir kompleks. Selain itu sikap siswa juga pasif dalam mengikuti
proses pembelajaran matematika. Jika minat dan motivasi siswa dalam
untuk berpikir karena merasa sudah sangat lelah. Akibat dari malasnya siswa
ini jangkauan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut menjadi tidak
tercapai seluruhnya. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan siswa,
beberapa siswa merasa cara guru dalam menyampaikan materi sudah cukup
jelas dan mudah untuk mereka pahami. Namun siswa lain mengatakan bahwa
mereka menemui beberapa kesulitan jika materi tersebut sudah semakin
banyak rumusnya. Terkadang siswa juga merasa bosan dengan pembelajaran
guru yang monoton di dalam kelas. Siswa tersebut menjadi mudah mengantuk
karena bosan dengan penggunaan model pembelajaran yang selalu sama. Hal
ini dibenarkan oleh guru karena dalam proses belajar mengajar guru memang
belum pernah menerapkan model-model pembelajaran kooperatif di dalam
kelas. Guru merasa materi pembelajaran matematika pada Kurikulum 2013 ini
terlalu banyak sehingga guru belum berani mencoba menggunakan
model-model pembelajaran lain di dalam kelas karena takut waktu tidak cukup
memadai. Penggunaan model pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat
memberikan motivasi baru bagi siswa sehingga membuat siswa lebih aktif dan
tidak bosan lagi dalam belajar matematika meski pada jam akhir sekolah.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang motivasi dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan
geometri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) pada kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean tahun
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran
matematika di SMA Negeri 1 Godean. Adapun masalah-masalah tersebut
antara lain :
1. Siswa belum mendapatkan kesempatan belajar secara mandiri pada
saat mengumpulkan informasi dan menemukan sendiri konsep yang
sedang dipelajari dalam pelaksanaan model pembelajaran discovery
learning.
2. Siswa menjadi pasif dan kurang termotivasi untuk belajar ketika
mereka harus mengikuti pembelajaran matematika pada akhir jam
sekolah.
3. Hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.
4. Siswa kesulitan menemukan konsep ketika materi matematika sudah
masuk kedalam sub bab yang lebih kompleks.
5. Siswa merasa bosan dengan cara mengajar guru yang monoton, selalu
menggunakan model pembelajaran discovery learning saja.
6. Terlalu banyaknya materi pelajaran matematika pada Kurikulum 2013
yang harus disampaikan kepada siswa sehingga membuat guru belum
C. Pembatasan Masalah
Beberapa masalah telah teridentifikasikan, tetapi karena adanya
keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka penelitian ini dibatasi pada
tingkat motivasi dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan
geometri siswa kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
Diharapkan dengan adanya pembatasan masalah tersebut dapat membuat
penelitian menjadi lebih terarah.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ?
2. Bagaimanakah tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT?
3. Bagaimanakah tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan
4. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Tingkat motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika
dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
kelas X MIA3 SMA Negeri 1 Godean.
3. Tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan
menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas X
MIA3 SMA Negeri 1 Godean.
4. Besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT.
F. Batasan Istilah
Penelitian ini menggunakan beberapa istilah. Penjelasan
1. Menurut Gagne, belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif
menetap dan dihasilkan dari pengalaman masalalu ataupun dari
pembelajaran yang bertujuan/direncanakan (dalam Eveline Siregar
dan Hartini Nara, 2011:4).
2. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan
peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer)
yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah
ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2011:17).
3. Model pembelajaran cooperative learning merupakan suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama
dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
atas dua orang atau lebih, dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri
(M. Hosnan, 2013:235).
4. Menurut M. Hosnan (2013:252) pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Menurut Trianto
(2011:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
adalah penomoran; fase-2, mengajukan pertanyaan; fase-3, berpikir
bersama; dan fase-4 adalah menjawab.
5. Motivasi adalah sebuah daya/kekuatan yang menggerakkan,
menopang dan mengarahkan perilaku ke satu tujuan (Schunk, Pintrich
dan Meece, 2009 dalam Eggen dan Kauchak 2012:67). Eveline
Siregar dan Hartini Nara dalam Teori Belajar dan Pembelajaran
(2011:51) mengungkapkan bahwa motivasi memiliki dua peranan
penting dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak
psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi
memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan
rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi
tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan
belajar.
6. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah
dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan
pengajaran (Asep Jihat dan Abdul Haris, 2013:15). Terdapat lima
kemampuan yang dikatakan sebagai hasil belajar menurut Gagne
(Ratna W. D., 2011:118), yaitu keterampilan intelektual, strategi
kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik. Dalam
penelitian ini hasil belajar yang diambil dibatasi pada aspek kognitif
G. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu ;
1. Bagi Peneliti
Bertambahnya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan mengenai
keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran matematika sehingga nantinya dapat menjadi referensi
bagi peniliti ketika menjadi seorang guru.
2. Bagi Sekolah
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat membantu guru
dalam menciptakan suasana kelas yang baru dan memberikan
alternatif strategi pembelajaran lain yang lebih bervariasi sehingga
dapat membantu meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar
siswa di kelas.
3. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam
menulis tugas akhir yang berhubungan dengan penggunaan model
pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan motivasi belajar
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan sekitarnya (Slameto, 2013:2).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari
belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang
terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi
kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu
sendiri (Trianto, 2011:17).
Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental/psikis,
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan berbekas (Winkel, 2009 : 59).
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi
pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi
bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah
laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)
(Eveline Siregar dan Hartini Nara 2011:3).
Gagne mengemukakan, (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara
2011:4) belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap
yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran
yang bertujuan/direncanakan.
Belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang dipelajari.
Penguasaan itu dapat berupa memahami (mengerti), merasakan, dan
dapat melakukan sesuatu. Didalam diri yang belajar terjadi kegiatan
psikis dan motorik. Dapat pula dinyatakan bahwa belajar adalah usaha
dasar individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan
keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas
tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya (Purwa
Atmaja Prawira, 2014: 229).
Sudjana (1996) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan dalam diri seseorang, perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku seseorang dari belum tahu menjadi
tahu yang terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan
sekitarnya dalam jangka waktu tertentu dan perubahan tersebut akan
bertahan lama dan menetap. Perolehan perubahan tersebut menyangkut
seluruh aspek tingkah laku, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
2. Ciri-ciri Belajar
Seseorang dikatakan telah belajar jika dalam dirinya terdapat
perubahan tingkah laku dan perubahan ini bersifat positif. Menurut
Slameto (2013:3-5) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar
adalah sebagai berikut :
a. Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan
telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung
secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan tersebut
semakin bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar akan bersifat
menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan
piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan
terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus
dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya tujuan yang
akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah
laku yang benar-benar disadari.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Menurut Evelin Siregar dan Hartini Nara (2011:5-6) belajar
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku
tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap
atau dapat disimpan.
c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan
usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik
atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh
obat-obatan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah
adanya perubahan pada arah positif yang terjadi secara sadar dan menetap,
perubahan itu berkesinambungan dan terarah kepada perubahan seluruh
aspek tingkah laku.
B. Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran diantaranya menurut :
1. Trianto (2011:17)
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan
peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer)
yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan
2. Sudjana (dalam M. Hosnan, 2013:18)
Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik
dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif
antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan
pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan belajar.
3. Gagne (dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011:12)
Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi
eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan,
mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam
setiap peristiwa belajar.
B. S. Bloom dan kawan-kawan, menyumbangkan suatu klasifikasi
tujuan instruksional (pengajaran). Adapun taksonomi atau klasifikasi
tersebut adalah sebagai berikut (Winkel, 2009) :
1. Ranah kognitif (cognitive domain) menurut Bloom dan kawan-kawan :
a. Pengetahuan (C1)
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Hal-hal tersebut dapat berupa fakta
maupun metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam
ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan
b. Pemahaman (C2)
Mencakup kemampuan untuk mengungkap makna dan arti
dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan. Kemampuan ini
setingkat lebih tinggi daripada kemampuan (C1).
c. Penerapan (C3)
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan
baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam aplikasi suatu
rumus pada persoalan yang belum dihadapi pada pemecahan
masalah baru. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari
kemampuan (C2), karena memahami suatu kaidah belum tentu
membawa kemampuan utntuk menerapkannya dalam masalah baru.
d. Analisis (C4)
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam
bagian-bagian, sehingga secara keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan
bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama
dengan hubungan atara semua bagian tersebut. Kemampuan ini
setingkat dengan kemampuan sebelumnya, karena pada
kemampuan ini harus sekaligus dapat menangkap adanya kesamaan
e. Sintesis (C5)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau
pola baru. Bagian-bagian saling dihubungkan sehingga tercipta
suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam
membuat suatu rencana. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari
kemampuan (C4), karena pada tingkat ini dituntut untuk
menemukan pola dan struktur organisasi.
f. Evaluasi (C6)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, disertai dengan
pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria
tertentu. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam memberikan
penilaian terhadap sesuatu. Kemampuan ini merupakan tingkatan
paling tinggi, karena mencakup keseluruhan kemampuan dari (C1)
sampai (C5).
2. Ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Kratwohl, Bloom,
dan kawan-kawan :
a. Penerimaan
Mencakup kepekaan adanya suatu perangsang dan kesediaan
untuk memperhatikan rangsangan tersebut. Kesediaan itu
dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu. Namun perhatian
b. Partisipasi
Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan tersebut dinyatakan
dalam memberikan rangsangan yang disajikan.
c. Penilai/penentuan sikap
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut. Mulai
terbentuknya suatu sikap, yaitu : menerima, menolak atau
mengabaikan. Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu perkataan
atau tindakan. Perkataan atau tindakan tersebut dilakukan secara
berulang jika terdapat kesempatan untuk melakukannya lagi,
sehingga nampak adanya suatu sikap tertentu.
d. Organisasi
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang
diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai : mana yang
pokok dan harus selalu diperjuangkan, mana yang tidak begitu
penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu
perangkat nilai, seperti menyusun rencana masa depan atas dasar
kemampuan belajar, minat, dan cita-cita hidup.
e. Pembentukan pola hidup
Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
pribadi, dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri. Kemampuan tingkat ini dinyatakan dalam
pengaturan hidup diberbagai bidang.
3. Ranah psikomotorik (psychomotoric domain) menurut klasifikasi
Simpson :
a. Persepsi
Mencakup kemampuan utnuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan
antara ciri-ciri fisik pada masing-masing rangsangan. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan
perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.
b. Kesiapan
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
memulai suatu rangakaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan
dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
c. Gerakan terbimbing
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh menurut contoh
yang diperlihatkan.
d. Gerakan yang terbiasa
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian
memperhatikan lagi contoh yang sudah diberikan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam proses menggerakkan anggota tubuh sesuai
dengan prosedur/contoh yang tepat.
e. Gerakan kompleks
Mencakup kemampuan untuk melaksankan suatu
keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar,
tepat, dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan suatu
rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa
sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang
teratur.
f. Penyesuaian pola gerakan
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
menyesuaikan pola gerak-gerik dengan mondisi setempat, atau
dengan menunjukkan keterampilan yang sudah mencapai pada taraf
kemahiran.
g. Kreativitas
Mencakup kemampuan untuk menciptakan aneka pola
gerak-gerik baru, seluruhnya atas dasar inisiatif sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran merupakan proses
interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa dalam peristiwa belajar
yang terarah pada suatu tujuan pembelajaran, yaitu penguasaan
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Kagan mengemukakan (dalam M. Hosnan, 2013:235),
pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses dimana
tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang
berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang suatu objek.
Menurut M. Hosnan (2013:235) pembelajaran kooperatif
merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri atas dua atau lebih, dimana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok
itu sendiri.
Berdasarkan pengertian pembelajaran kooperatif menurut para
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa melalui kerja
kelompok yang anggotanya terdiri dari dua atau lebih siswa dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen.
2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnsondan Johnson dan Sutton (Trianto, 2011:60)
terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif. Kelima
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang
bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain
serta memiliki andil terhadap suksesnya kelompok. Seorang siswa
tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya sukses.
b. Interaksis antara siswa yang semakin meningkat
Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa
lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan
bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan
seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok.
Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif adalah dalam
hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari
bersama.
c. Tanggung jawab individual
Tanggung jawab individual dalam kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa dalam hal : (a) membantu siswa yang
membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja temannya saja.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
Dalam pembelajaran kooperatif, selain dituntut untuk
mempelajari materi yang diberikan siswa juga dituntut untuk belajar
bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.
menyampaikan ide atau pendapat dalam kelompok akan menuntut
keterampilan khusus dalam diri setiap siswa.
e. Proses kelompok
Pembelajaran kooperatif ini berlangsung jika terlaksananya
proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan langkah apa yang akan mereka lakukan untuk
mencapai tujuan belajar dengan baik dan membuat hubungan kerja
yang baik.
3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (dalam M. Hosnan 2013:243) prinsip dasar dan
ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
4. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2011:57) menyatakan
bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan
belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman
baik secara individu maupun secara kelompok.
Menurut Ibrahim, dkk (dalam M. Hosnan, 2013:239) model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga
tujuan pembelajaran, yaitu :
a. Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, maupun ketidak mampuan.
c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan
pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa untuk bertanggung
jawab dan bekerjasama dalam mencapai tujuan belajar serta bertoleransi
satu dengan yang lain sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik
siswa.
5. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase,
Tabel 2.1. SintakModel Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
Fase 2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tata cara pembentukan kelompok belajar.
Fase 4 Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Fase 5
Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Fase 6 Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Sumber : M. Hosnan (2013)
6. Tipe-tipe model pembelajaran kooperatif
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu
tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok
4-5 orang siswa secara heterogen.
b. Tim Ahli (Jigsaw)
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibagi menjadi dua. Jigsaw
dikembangkan oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas
Texas, yang kemudian diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins. Model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw I dan jigsaw II ini memiliki perbedaan mendasar, yaitu jika
akan menjadi spesialisasinya sementara konsep yang lain ia
dapatkan melalui diskusi dengan teman satu kelompoknya. Namun,
pada jigsaw II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar
secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar
spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini ditujukan untuk
mendapatkan gambaran menyeluruh dari konsep yang akan
dibicarakan.
c. Thinking Pair Share (TPS)
Thinking Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.
d. Teams Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) atau pertandingan permainan tim dikembangkan oleh David
De Vries dan Keath Edward (1995). Pada tipe ini siswa memainkan
permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
tambahan poin untuk skor tim mereka.
e. Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir
bersama pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993)
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
D. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (M.
Hosnan, 2013:252). Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993),
untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Menurut Trianto (2011:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks
NHT, yaitu :
1. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang
dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5
sesuai banyaknya anggota kelompok.
2. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan
dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk
3. Fase 3 : Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu
dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe
NHT yang merujuk pada konsep Kagen (M. Hosnan, 2013:252) adalah
sebagai berikut :
1. Pembentukan kelompok.
2. Diskusi masalah.
3. Tukar jawaban antar kelompok.
Ibrahim mengemukakan (dalam M. Hosnan, 2013:252-253),
terdapat enam langkah dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Enam langkah tersebut adalah :
1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
menyiapkan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang sesuai dengan
2. Pembentukan kelompok
Guru membagi seluruh siswa menjadi beberapa kelompok
heterogen yang setiap kelompoknya beranggotakan 3-5 orang siswa.
Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda.
3. Persiapan bahan atau buku sebagai acuan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki
buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam
menyelesaikan LAS atau masalah yang diberikan guru.
4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LAS kepada setiap
siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap
anggota kelompoknya mengetahui jawaban dari pertanyaan atau
permasalahan yang terdapat dalam LAS.
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Guru menyebut satu nomor secara acak dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa dikelas.
6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan enam langkah dalam
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Ibrahim (dalam M.
Hosnan, 2013:252-253) sebagai acuan dalam pembutan RPP dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
E. Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere”, yang berarti
menggerakkan. Menurut John W. Santrock (2009: 199), motivasi adalah
suatu proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan
perilaku. Dengan demikian perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
mengandung energi, memiliki arah, dan dapat dipertahankan.
Motivasi adalah kekuatan yang menyegarkan, menopang, dan
mengarahkan perilaku ke arah satu tujuan (Schunk, Pintrich dan meece,
2009 dalam Eggen dan Kauchak 2012:67). Sedangkan menurut Eggen dan
Kauchak (2012:69) motivasi siswa untuk belajar menggambarkan
kecenderungan mereka untuk menemukan kegiatan-kegiatan akademis
yang diniatkan dari kegiatan-kegiatan tersebut.
Menurut A. W. Bernard (dalam Purwa Atmaja Prawira, 2014:319),
motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan
kearah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada
gerakan sama sekali kearah tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan menurut
usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu,
termasuk didalamnya kegiatan belajar.
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar,
arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Agus Suprijono,
2009:163).
Wlodkowski (1985) menjelaskan, motivasi sebagai suatu kondisi
yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang
memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.
Menurut Suryabrata (1984) motif adalah keadaan dalam diri seseorang
yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011:51) secara umum
terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi
merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi
mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peran penting dalam
memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga
<