• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARIOTIPE LIMA VARIETAS BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARIOTIPE LIMA VARIETAS BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA L.)."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KARIOTIPE LIMA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium cepa L.)

Oleh :

ANJELIA SIREGAR NIM. 4101220001 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa untuk

penyertaanNya di setiap detik penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang berjudul '’Kariotipe

Lima Varietas Bawang Merah (Allium cepa L.)”. Yang dilaksanakan di

Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Tri Harsono,M.Si

sebagai Ketua Jurusan Biologi dan Bapak Drs. Lazuardi, M.Si sebagai Sekretaris

Jurusan Biologi.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra.Hj.Nuraini Harahap,M.Si

sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang memberikan bimbingan materi dan

motivasi pada penulis, Ibu Dr. Tumiur Gultom, SP. MP., Ibu Dr. Fauziyah

Harahap, M.Si dan Drs. H.Tri Harsono, M.Si selaku dosen penguji yang telah

membantu melalui kritik dan saran yang berguna untuk penyusunan skripsi ini.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Abdul Hakim Daulay, M.Si sebagai

dosen pembimbing akademik yang selalu memotivasi dan memberikan nasehat

dari awal perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini, kepada Ibu Dr. Tumiur

Gultom, SP. MP. yang memberikan waktu, pemikiran, dan bimbingan yang

membantu penulis untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Teristimewa ucapan terimakasih untuk kedua orangtua terkasih, pak bos

M. Siregar dan emak tersayang S. br. Pangaribuan buat setiap nasehat, doa dan

dukungannya yang sangat berharga, dukungan dari bou tersayang Tiolina Siregar

(+), abang Ibrani Siregar, kakak Adetya Siregar, adik Donna Siregar, dan keluarga

besar penulis.

Terimakasih juga untuk sahabat teristimewa Sarah Christina Sitorus,

Manggala Putri Siagiaan, Theresia Siagian buat doa, motivasi dan dukungannya.

Terimakasih untuk sahabat tersayang semasa kuliah Tini Rosalia Gultom, Elen

Elizabeth Panggabean, Fitri Sirait, Agseti Manik, Puspita Purba, Uly Sitompul,

Susi Sinaga, Sartika Siregar, Siti Butar-butar, Jannes Lumbantoruan, Alfonsus

(4)

vi

Terimakasih juga buat seluruh teman-teman penulis R/NHKBP Bethesda

yang selalu memberi doa dan dukungannya. Terimakasih kepada Ibu Rice yang

membantu penulis mempersiapkan berkas-berkas, buat mbak ku Winda Neny, kak

Eva Lumbantobing dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih membutuhkan perbaikan, sehingga

penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca. Dan penulis mengaharapkan

skripsi ini dapat memberikan inspirasi bagi pembaca baik sebagai bahan bacaan

dan bahan untuk melakukan penelitian lanjutan.

Medan, Juli 2014

(5)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Batasan Masalah 3

1.3. Rumusan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.) 5

2.2. Kromosom 6

2.2.1. Bagian – Bagian Kromosom 7

2.2.2. Bentuk - Bentuk Kromosom 9

2.3. Kromosom pada Bawang Merah 10

2.4. Pembelahan Sel Mitosis 10

2.5. Tahap - Tahap Pembelahan Sel Mitosis 11

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 13

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 13

3.2. Sampel 13

3.3. Alat dan Bahan 13

3.4. Teknik Pengamatan 13

3.5. Prosedur Kerja 14

3.6. Pengumpulan dan Analisis Data 16

3.6.1. Pengumpulan Data 16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18

4.1. Hasil Penelitian 18

4.1.1. Jumlah Kromosom 18

4.1.2. Ukuran Kromosom 18

4.1.3. Bentuk Kromosom 21

4.1.4. Rumus Kariotipe 22

4.2. Pembahasan

4.2.1. Perbandingan Ukuran Panjang Lengan Pasangan

Kromosom Terpanjang dan Terpendek ( R ) 28

(6)

viii

4.2.2.1. Nilai Indeks Asimetri Intrakromosomal (A1) 29 4.2.2.2. Nilai Indeks Asimetri Interkromosomal (A2) 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 31

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

(7)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Tata Nama Kromosom Menurut Singh (1993) 16

Tabel 4.1. Rumus Kariotipe dari Kelima Varietas Bawang Merah

(Allium cepa L.) 23

Tabel 4.2. Pasangan Kromosom Nomor 1 dari Lima Varietas

Bawang Merah 24

Tabel 4.3. Pasangan Kromosom Nomor 2 dari Lima Varietas

Bawang Merah 24

Tabel 4.4. Pasangan Kromosom Nomor 3 dari Lima Varietas

Bawang Merah 25

Tabel 4.5. Pasangan Kromosom Nomor 4 dari Lima Varietas

Bawang Merah 25

Tabel 4.6. Pasangan Kromosom Nomor 5 dari Lima Varietas

Bawang Merah 26

Tabel 4.7. Pasangan Kromosom Nomor 6 dari Lima Varietas

Bawang Merah 26

Tabel 4.8. Pasangan Kromosom Nomor 7 dari Lima Varietas

Bawang Merah 27

Tabel 4.9. Pasangan Kromosom Nomor 8 dari Lima Varietas

(8)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Struktur Kromosom, Kromonema, dan Satelit 8

Gambar 2.2. Macam-Macam Kromosom Berdasarkan Letak Sentromer 9

Gambar 2.3. Fase Pembelahan Mitosis pada Akar Allium cepa L. 10

Gambar 4.1. Kromosom Bawang Pakistan 18

Gambar 4.2. Kromosom Bawang Thailand 18

Gambar 4.3. Kromosom Bawang Filipina 19

Gambar 4.4. Kromosom Bawang India 19

Gambar 4.5. Kromosom Bawang Samosir 19

Gambar 4.6. Kariogram Allium cepa L. varietas Pakistan 23

Gambar 4.7. Kariogram Allium cepa L. varietas Thailand 23

Gambar 4.8. Kariogram Allium cepa L. varietas Filipina 23

Gambar 4.9. Kariogram Allium cepa L. varietas India 23

(9)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Morfologi Umbi Lima Varietas Bawang Merah 34

Lampiran 2. Perbedaan Kelima Varietas Bawang Merah Setelah Dibelah 35

Lampiran 3. Gambar Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian 36

Lampiran 4. Kromosom dari Lima Varietas Bawang Merah Saat Metafase

Pada Perbesaran Mikroskop 100 X 37

Lampiran 5. Ukuran dan Bentuk Kromosom Bawang Merah varietas

Pakistan 39

Lampiran 6. Ukuran dan Bentuk Kromosom Bawang Merah varietas

Thailand 40

Lampiran 7. Ukuran dan Bentuk Kromosom Bawang Merah varietas

Filipina 41

Lampiran 8. Ukuran dan Bentuk Kromosom Bawang Merah varietas India 42

Lampiran 9. Ukuran dan Bentuk Kromosom Bawang Merah varietas

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang

sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas hortikultura ini

memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta termasuk ke dalam

kelompok rempah tidak tersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap

makanan. Bawang merah diproduksi di 24 dari 30 provinsi di Indonesia. Provinsi

penghasil utama (luas areal panen > 1000 hektar per tahun) bawang merah

diantaranya adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI

Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB dan Sulawesi Selatan (Dewi, 2012).

Konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun 2005 adalah 2,21

kg/kapita/tahun atau 0,18 kg/kapita/bulan. Estimasi permintaan domestik untuk

komoditas bawang merah pada tahun 2005 mencapai 847.883 ton mencakup

konsumsi = 731.883 ton; benih = 91.000 ton; ekspor = 15.000 ton dan industri =

10.000 ton (Dirjen Hortikultura, 2005). Meskipun keuntungan yang diperoleh dari

budidaya bawang merah cukup tinggi, namun sampai sekarang para petani belum

bisa membudidayakan bawang merah dengan optimal. Selama ini mereka hanya

menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja.

Karena para petani masih sangat tergantung dengan bantuan sinar matahari untuk

proses budidaya dan proses pengeringan bawang merah pada saat pasca panen.

Tentu keadaan ini sering merugikan para petani bawang merah, sebab persediaan

produk yang tidak stabil menyebabkan harganya mengalami fluktuasi atau naik

pada saat musim kemarau dan turun drastis di musim panen (Dewi, 2012).

Produktivitas bawang merah di Sumatera Utara tahun 2012 sebesar 8,96 ton/Ha

(Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2012).

Harga bawang merah pada Minggu ke-5 Mei 2013 di tingkat produsen,

grosir dan eceran tercatat masing - masing Rp 18.233, Rp 25.077, Rp 25.869,-

pada beberapa kota besar di Indonesia. Harga rata - rata Mei 2013 dibandingkan

(11)

2

meningkat masing-masing sebesar 120,39% , 80,76% dan 102,57% (Direktorat

Pemasaran Domestik, 2013). Menurut surat kabar Kompas, 2013 yang

menyebutkan bahwa bulan Maret 2013 terjadi kenaikan harga bawang merah di

tingkat produsen benih, yang melambung hingga kisaran Rp 35.000 – Rp

40.000,-/kg. Kondisi tersebut dapat dikendalikan apabila aspek budidaya maupun pasca

panen perbenihan bawang merah diperhatikan. Dari aspek budidayanya, faktor

benih menjadi faktor utama penentu keberhasilan produksi. Benih yang digunakan

seharusnya adalah benih yang bersertifikat dari BPSB (Badan Pengawasan

Sertifikasi Benih) yang umbinya sehat, berjumlah tunggal, berukuran sedang

(diameter umbi 1,5 – 2 cm) dan berbentuk simetris (Dewi, 2012).

Di Indonesia dapat dijumpai banyak jenis atau varietas bawang merah.

Varietas bawang merah yang ditanam oleh petani di Indonesia terbagi dua yaitu

varietas bawang merah lokal dan varietas bawang merah non lokal. Bawang

merah varietas lokal adalah jenis bawang merah asli dari Indonesia. Komoditas

lokal bawang merah yang banyak dikembangkan di Sumatera Utara adalah

bawang merah varietas Samosir. Namun terdapat kendala penggunaan varietas

lokal ini yaitu ketersediaan benih bawang merah lokal dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya faktor produktivitas yang rendah yang disebabkan oleh

penggunaan benih kurang bermutu selain karena petani enggan melakukan seleksi

benih bawang merah yang akan dipergunakan . Faktor anomali iklim yang terjadi

saat ini diperkirakan turut memberikan andil dalam permasalahan ini. Perubahan

iklim mengakibatkan beberapa petani memilih untuk menjadikan lahan

pertanaman bawang merahnya ditanami padi sehingga berakibat pada

menurunnya produksi bawang merah. Turunnya produksi akan berakibat pada

kelangkaan ketersediaan benih bawang merah varietas Samosir. Varietas bawang

merah non lokal merupakan varietas introduksi yang banyak ditanam di Sumatera

Utara, tepatnya di Paropo, Samosir dan Tongging serta Nanggroe Aceh

Darussalam yaitu varietas Filipina dan varietas Thailand (Dewi, 2012).

Morfologi dari bawang merah varietas Samosir memiliki umbi berbentuk

bulat dengan ujung meruncing dan warna umbi merah tua. Berbunga pada umur

(12)

3

berkisar antara 26,9 – 41,3 cm. Umbi memiliki panjang 1,5 cm dan lebar 0,9 cm.

Jumlah anakan berkisar antara 6-12 umbi. Untuk morfologi bawang merah

varietas Tuktuk dari Filipina memiliki bentuk umbi yang bulat dan ukuran

memiliki panjang 3,2 cm dan lebar 2,5 cm dengan warna merah memikat. Jumlah

anakan umbi lebih dari 10 anakan. Umur dormansi benih varietas Tuktuk dari

Filipina berkisar 60-70 hari. Sedangkan morfologi bawang merah varietas

Thailand memiliki bentuk umbi yang bulat dan ukuran memiliki panjang 2,9 cm

lebar 1,9 cm dengan warna merah tua. Jumlah anakan umbinya berkisar 13

anakan. Varietas Thailand memiliki masa dormansi 57-65 hari (Putrasamedja, S.,

dan Suwandi, 1996). Umbi bawang merah varietas Pakistan memiliki panjang 4

cm dan lebar 3,5 cm. Umbi bawang merah varietas India memiliki panjang 2 cm

dan lebar 1,5 cm (Putrasamedja, S., dan Suwandi, 1996).

Dengan perbedaan morfologi dari kelima varietas bawang merah tersebut,

maka ingin mengetahui genetik dari kelima varietas bawang merah tersebut

dengan melihat kariotipe kromosomnya terdapat perbedaan atau tidak. Kromosom

pada setiap spesies tumbuhan adalah tetap, meliputi jumlah, ukuran dan

bentuknya yang khas. Hal ini banyak dimanfaatkan untuk tujuan taksonomi,

mengetahui keanekaragaman, hubungan kekerabatan dan evolusi, meskipun

dalam keadaan tertentu terdapat variasi (Setyawan dan Sutikno, 2000). Data

kromosom disajikan dalam bentuk kariotipe. Seringkali kariotipe - kariotipe

beragam antar jenis yang berbeda. Semakin dekat hubungan kekerabatan antar

jenis biasanya memperlihatkan tingkat kemiripan kariotipe yang semakin tinggi

(Sastrosumarjo, 2006).

1.2. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui perbedaan

kariotipe dari bawang merah varietas Samosir, varietas Filipina, varietas Thailand,

varietas India dan varietas Pakistan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya diatas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(13)

4

varietas Filipina, varietas Thailand, varietas India dan varietas Pakistan?

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Melihat perbedaan kariotipe pada akar bawang merah varietas Samosir, akar

bawang merah varietas Filipina, varietas Thailand, varietas India dan varietas

Pakistan.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perbedaan kariotipe pada akar bawang merah varietas Samosir,

akar bawang merah varietas Filipina, akar bawang merah varietas Thailand,

akar bawang merah varietas India dan akar bawang merah varietas Pakistan.

2. Menjadi landasan penelitian selanjutnya yang relevan bagi mahasiswa Jurusan

(14)

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa lima varietas

bawang merah (Allium cepa L.) yang diteliti memiliki jumlah kromosom (diploid)

yang sama yaitu 2n = 16. Berdasarkan ukuran kromosom, bawang merah varietas

Samosir memiliki ukuran kromosom terbesar dilihat dari panjang absolut

kromosom (p+q) Allium cepa L. varietas Samosir berkisar antara 3,27 + 10 μm sampai dengan 9,99 + 10 μm. Bentuk kromosom dari kelima varietas bawang merah tersebut paling banyak ditemukan bentuk kromosom metasentris. Rumus

kariotipe Allium cepa L. varietas Pakistan (2n = 14m + 2st), varietas Thailand (2n

= 12m + 2sm + 2st), varietas Filipina (2n = 12m + 2sm + 2st),varietas India (2n =

10m + 6 sm), dan varietas Samosir (2n = 8m + 4sm + 4st).

5.2. Saran

Peneliti menyarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui

adakah perbedaan susunan atau rangkaian DNA pada kelima kariotipe bawang

(15)

32

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2010), http://biologi-news.blogspot.com/2011/01/kromosom.html (Diakses 12 Januari 2013).

Badan Pusat Statistik Indonesia, (2012), Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Bawang Merah, Jakarta.

Damayanti, S. D., Purwanto, E., dan Sulistyaningsih, 2005, Analisis Kariotip Beberapa Kultivar Aglonema, Jurnal Agrosains, 4 : 395-407

Dewi, N., (2012), Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang, Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Gunarso, W., (1988), Sitogenetika, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jones, R., dan Rickards, G., (1992), Practical Genetics, Chichester.

Parjanto, S. Muljopawiro., Artama, W., dan Purwantoro A, (2003), Kariotipe Kromosom Salak, Jurnal Zuriat, 2 : 21 – 28.

Putrasamedja, S., dan Suwandi., (1996), Varietas Bawang Merah di Indonesia, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura, Bandung.

Samadi dan Cahyono, (2005), Bawang Merah, Intensifikasi Usaha Tani, Kanisius, Yogyakarta.

Sastrosumarjo, S., (2006), Sitogenetika Tanaman, Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Setyawan dan Sutikno, (2000), Karyotipe Kromosom pada Allium sativum

(Bawang Putih) dan Pisum sativum (Kacang Kapri), Biology FMIPA UNS. Surakarta, Jurnal BioSmart, 1 : 14 - 20.

Singh, R.J, (1993), Plant Cytogenetics, CRC Pres, London.

Supartiatun, Eti., (1997), Jumlah Dan Morfologi Kromosom Beberapa Jenis Tanaman Bawang, Skripsi, FMIPA, UNDIP, Semarang.

Suryo, (1995), Sitogenetika, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(16)

33

Wibowo, S, (2008), Budidaya Bawang, Penebar Swadaya, Jakarta.

Wulandari, P.A., Marsusi, A., dan Setyawan, A.D, (2006), Karyotipe Anggota Genus Hippeastrum Familia Amarillidaceae, BioSmart, Vol.8, No.1: 1-7.

Gambar

Tabel 3.1. Tata Nama Kromosom Menurut Singh (1993)

Referensi

Dokumen terkait

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak air umbi bawang merah (Allium cepa L.), sedangkan variabel tidak bebas adalah persentase benih yang berkecambah,

Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap. Tanaman Bawang

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dosis iradiasi sinar gamma terhadap keragaan beberapa varietas bawang merah dari benih TSS dibandingkan dengan varietas Bauji (benih dari

Tanaman yang memiliki luas daun tinggi akan memperoleh cahaya matahari lebih besar sehingga akan berpengaruh pada bobot basah dan bobot kering umbi bawang merah

Ekstrak etanol umbi bawang merah ( Allium cepa L) menggunakan pelarut etanol 96% positif mengandung golongan senyawa seperti flavonoid, saponin, tanin, alkaloid

Larva berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik warna gelap, dengan panjang tubuh larva ± 1 mm. Gejala serangan umbi bawang merah menjadi keropos, jika

DI DATARAN RENDAH Hal 523 – 527 526 Kode Perlakuan Rata-rata diameter umbi cm Varietas Bawang Merah V1 Bima brebes 1,99 a V2 Sumenep 1,52 b V3 Dayak 1, 38 b Konsentrasi GA3 G0 0

Interferensi yang disebabkan oleh gulma berdampak pada penurunan kualitas hasil tanaman bawang merah yaitu ukuran umbi diameter umbi dan bobot segar umbi.. Pengendalian gulma di lahan