• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA VAR. ASCALONICUM L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA VAR. ASCALONICUM L.)."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH

(Allium cepa var. ascalonicum L.)

Oleh :

Siska Boru Panjaitan 4123220027 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Dumai Provinsi Riau, 11 Pebruari 1995 yang

bernama Siska Boru Panjaitan. Ibu bernama T. br Manalu dan Ayah bernama D.B.

Panjaitan, dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pada tahun 2000

penulis memulai pendidikan pertamanya di SD Negeri 008 Dumai, dan lulus pada

tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Santo

Tarcisius Dumai, dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis

melanjutkan pendidikan di SMA Santo Tarcisius Dumai, dan lulus pada tahun

2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Biologi Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Medan dan lulus ujian pada tanggal ... Selama kuliah penulis pernah aktif di

organisasi Ikatan Keluarga Besar Kristen Biologi (IKBKB) Universitas Negeri

(4)

iii

PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH

(Allium cepa var. ascalonicum L.)

Siska Boru Panjaitan (4123220027) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas yang tahan akan lingkungan kering dengan melihat pengaruh perlakuan yang diberikan, yang dilaksanakan pada Desember 2015 sampai Pebruari 2016, di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja XII, Medan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah varietas Samosir, Bangkok, dan Vietnam. Metode dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor yaitu varietas dan frekuensi penyiraman. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah helaian daun (helai), jumlah anakan (buah), umur panen (hari), bobot umbi basah per rumpun (gr) dan bobot umbi kering ekonomi (gr). Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis varians dan bila nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji BNt/LSD (Least Significant Difference) pada taraf 0,01 dan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi varietas Vietnam pada frekuensi penyiraman 1x7 hari (V3W4) dengan tinggi tanaman tertinggi 31,12 cm, dan varietas Samosir pada frekuensi penyiraman 1x1 hari (V1W1) dengan tinggi tanaman terendah 17,88 cm. Interaksi varietas Vietnam pada frekuensi pernyiraman 1x7 hari (V3W4) dengan jumlah helaian daun tertinggi 17 helai, dan interaksi varietas Samosir pada frekuensi penyiraman 1x1 hari (V1W1) dengan jumlah helaian daun terendah 10 helai. Interaksi varietas Vietnam pada frekuensi penyiraman 1x7 hari (V3W4) dengan jumlah anakan tertinggi 17 buah, dan interaksi varietas Bangkok pada frekuensi penyiraman 1x7 hari (V2W4) 8 buah. Varietas Vietnam dipanen dengan umur panen terpendek 65 hari, dan varietas Samosir dipanen dengan umur panen terpanjang 70 hari. Bobot umbi basah per rumpun tertinggi dihasilkan oleh varietas Vietnam yaitu 14,90 gr, dan varietas Samosir menghasilkan bobot umbi basah per rumpun 9,14 gr. Bobot umbi kering ekonomi tertinggi dihasilkan oleh varietas Vietnam 11,42 gr, dan varietas Samosir menghasilkan bobot umbi kering ekonomi terendah 6,58 gr.

(5)

iv

WATERING FREQUENCY EFFECT ON THE GROWTH AND PRODUCTION OF THREE ONION VARIETY

(Allium cepa var. ascalonicum L.)

Siska Boru Panjaitan (4123220027) ABSTRACT

This study aims to obtain varieties that will withstand dry environment to see the effect of a given treatment, which was held on December 2015 until February 2016, at the Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Sisingamangaraja XII, Medan. The materials used in this study are varieties of onion bulbs Samosir, Bangkok, and Vietnam. The method used in this study is a randomized block design (RAK) Factorial with two factors: the variety and frequency of watering. Parameters measured were plant height (cm), the number of leaf blade (blade), the number of tillers (pieces), harvesting (today), wet weight of tuber per hill (g) and the weight of dried bulbs economy (gr). The data obtained were processed using analysis of variance and if the very real tangible or followed by BNt / LSD (Least Significant Difference) at the level of 0.01 and 0.05. The results showed that the interaction of Vietnam on the frequency of watering varieties 1x7 day (V3W4) with the highest plant height of 31.12 cm, and Samosir on the frequency of watering varieties 1x1 days (V1W1) with the lowest plant height of 17.88 cm. Interaction varieties of Vietnam on the 1x7 watering frequency (V3W4) with the highest number of 17 pieces of the leaf blade, and interaction on the frequency of watering varieties Samosir 1x1 days (V1W1) with the lowest amount of the leaf blade 10 strands. Interaction varieties of Vietnam on the frequency of watering 1x7 (V3W4) with the highest number of tillers 17 pieces, and the interaction of varieties of Bangkok on a day watering frequency 1x7 (V2W4) 8 pieces. Vietnam varieties harvested by harvesting the shortest 65 days, and Samosir varieties harvested by harvesting the longest 70 days. Wet weight of tuber per hill top varieties produced by Vietnam is 14.90 grams and Samosir varieties produce wet weight of tuber per clump 9.14 gr. The highest economic weight of dried bulbs produced by Vietnam 11.42 g varieties, and varieties of dried bulbs Samosir produce the lowest economic weight 6.58 gr.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat pada waktunya dengan baik.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang berjudul “Pengaruh

Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Produski Tiga Varietas Bawang

Merah (Allium cepa var. ascalonicum L.). Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan

Desember 2015 sampai Pebruari 2016 di Kebun Percobaan Universitas

Sisingamangaraja XII, Jalan Jamin Ginting Km. 10,5 Medan Tuntungan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis telah memperoleh banyak

saran, nasehat, serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Tumiur Gultom, S.P., M.P.

selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang bersedia untuk membimbing dan

memberikan nasehat kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada Ibu Dr. Melva Silitonga, MS., Ibu Endang Sulistyarini Gultom, S.Si.,

M.Si., Apt dan Bapak Ir. Herkules Abdullah, MS selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan banyak saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini. Terimakasih

kepada Ibu Dra. Cicik Suryani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang

membimbing dan memotivasi penulis selama masa perkuliahan. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Hasruddin, M.Pd. selaku Ketua

Jurusan Biologi, Ibu Dr. Melva Silitonga, MS., selaku Ketua Program Studi

Biologi Non Kependidikan serta kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen dan pegawai di

Jurusan Biologi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teristimewa ucapan terimakasih untuk keluarga besar penulis yang selalu

setia mendukung dan mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu

Ayahanda D.B. Panjaitan dan Ibunda T. br Manalu serta ketiga abang-abang

penulis, Bang Cuwandi Panjaitan, Bang Kusmawadi Panjaitan, dan Bang Boy

(7)

vi

kasih sayang, perhatian, serta dukungannya yang tiada henti kepada penulis baik

secara moril dan materil.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman terkasih penulis

di Biologi Nondik A dan B 2012 buat kebersamaan yang boleh terjalin hingga

saat ini, terkhusus untuk Quistina Sinaga, Siti Sekar Wangi, dan Agus Handoko

yang telah membantu dan memotivasi penulis selama proses penelitian dan

penyusunan skripsi. Dan kepada NHKBP Pardamean Medan dan teman-teman

kost, Kak Yasni Tampubolon, Kak Novi Tampubolon, Kak Melva Sirait dan Tina

Sitompul, terimakasih sudah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada

penulis selama pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,, penulis berharap kesediaan pembaca

untuk memberikan kritik dan saran yang berguna bagi penyempurnaan

kedepannya. Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta aplikasi dalam kehidupan

nyata bermasyarakat.

Medan, April 2015

Penulis

Siska Boru Panjaitan

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Abstract iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Batasan Masalah 3

1.3. Rumusan Masalah 3

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

1.6. Definisi Operasional 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1. Botani Bawang Merah(Allium cepavar. ascalonicumL.) 6 2.2. Morfologi Bawang Merah (Allium cepavar. ascalonicumL.) 7

2.2.1. Akar 7

2.2.2. Batang 7

2.2.3. Daun 8

2.2.4. Bunga 8

2.2.5. Biji 8

2.2.6. Umbi 8

2.3. Budidaya Bawang Merah (Allium cepavar. ascalonicumL.) 9

2.3.1. Iklim 9

2.3.2. Tanah 9

2.3.3. Benih 10

2.3.4. Air 10

2.4. Varietas Bawang Merah 10

2.5. Frekuensi Penyiraman 11

2.5. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah 12

BAB III METODE PENELITIAN 13

3.1. Tempat dan Waktu 13

3.2. Populasi dan Sampel 13

3.3. Alat dan Bahan 13

(9)

viii

3.5. Rancangan Percobaan Penelitian 16

3.6. Pengamatan 18

3.7. Teknik Analisis Data 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21

4.1. Hasil 21

4.1.1. Tinggi Tanaman (cm) 21

4.1.2. Jumlah Helaian Daun (helai) 23

4.1.3. Jumlah Anakan (umbi) 26

4.1.4. Umur Panen (hari) 27

4.1.5. Bobot Umbi Basah (gr) 29

4.1.6. Bobot Umbi Kering Ekonomi (gr) 30

4.2. Pembahasan 33

4.2.1. Pengaruh Perlakuan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Bawang Merah 33

4.2.2. Pengaruh Perlakuan Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan

dan Produksi Tanaman Bawang Merah 35 4.2.3. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 38

5.1. Kesimpulan 38

5.2. Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar3.1.Tata letak tanaman di lapangan 16

Gambar 4.1. Diagram Batang Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 2-6

MST berdasarkan Varietas 21

Gambar 4.2. Diagram Batang Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 2-6

MST berdasarkan Varietas dan Frekuensi Penyiraman 22

Gambar 4.3. Diagram Batang Jumlah Helaian Daun (helai) pada Umur

2-3 MST berdasarkan Varietas 23

Gambar 4.4.Diagram Batang Jumlah Helaian Daun (helai) pada Umur

2-6 MST berdasarkan Varietas dan Frekeunsi Penyiraman 24

Gambar 4.5. Diagram Batang Jumlah Anakan (umbi) pada Umur 3,5-6

MST berdasarkan Varietas 26

Gambar 4.6. Diagram Batang Jumlah Anakan (umbi) pada Umur 3,5-6

MST berdasarkan Varietas 27

Gambar 4.7. Diagram Batang Umur Panen (hari) pada berdasarkan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman 28

Gambar 4.8. Diagram Batang Bobot Umbi Basah (gr) pada berdasarkan

Varietas dan Frekuensi Penyiraman 30

Gambar 4.9. Diagram Batang Bobot Umbi Kering Ekonomi berdasarkan

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Analisis Varians (ANAVA) 18

Tabel 4.1. Raatan Tinggi Tanaman Umur 2-6 MST pada Perlakuan

Varietas terhadap Tanaman Bawang Merah 20

Tabel 4.2. Rataan Tinggi Tanaman Umur 2 MST pada Kombinasi Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 21

Tabel 4.3. Rataan Jumlah Helaian Daun Umur 3 MST pada Perlakuan

Varietasterhadap Tanaman Bawang Merah 23

Tabel 4.4. Rataan Jumlah Helaian Daun Umur 3 MST pada Kombinasi Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 24

Tabel 4.5. Rataan Jumlah Anakan (umbi) Umur 3,5-6 MST pada

Perlakuan Varietas terhadap Tanaman Bawang Merah 25

Tabel 4.6. Rataan Jumlah Anakan (umbi) Ummur 3 MST pada Kombinasi Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 26

Tabel 4.7. Rataan Bobot Umur Panen (hari) pada Kombinasi Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman Bawang

Merah 28

Tabel 4.8. Rataan Bobot Umbi Basah (gr) pada Kombinasi Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman Bawang

Merah 29

Tabel 4.9. Rataan Bobot Umbi Kering Ekonomi (gr) pada Kombinasi Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tata Letak Tanaman di Lapangan 42

Lampiran 2. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 2 MST padaPerlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 43

Lampiran 3. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 2 MST pada PerlakuanVarietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 43

Lampiran 4. Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 2 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 44

Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 3 MST padaPerlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 45

Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 45

Lampiran 7. Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 46

Lampiran 8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 4

MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 47

Lampiran 9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 4 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 47

Lampiran 10. Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 4 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 48

Lampiran 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 5

MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 49

Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 5 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 49

(13)

xii

terhadap Tanaman Bawang Merah 50

Lampiran 14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 6 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 51

Lampiran 15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 6 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 51

Lampiran 16. Data Uji BNt/LSD Untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 6 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 52

Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 2 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 53

Lampiran 18. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 2 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 53

Lampiran 19. Data Uji BNt/LSD untuk Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 2 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi

Penyiraman terhadap Tanaman Bawang Merah 54

Lampiran 20. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 55

Lampiran 21. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 55

Lampiran 22. Data Uji BNt/LSD Untuk Helaian Daun (helai) Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 56

Lampiran 23. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 4 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 57

Lampiran 24. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 4 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 57

Lampiran 25. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 4 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi

Penyiraman terhadap Tanaman Bawang Merah 58

Lampiran 26. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 5 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

(14)

xiii

Lampiran 27. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 5 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 59

Lampiran 28. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 5 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi

Penyiraman terhadap Tanaman Bawang Merah 60

Lampiran 29. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 6 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 61

Lampiran 30. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 6 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 61

Lampiran 31. Data Uji BNt/LSD Untuk Helaian Daun (helai) Umur 6 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 62

Lampiran 32. Data Pengamatan Jumlah Anakan Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 63

Lampiran 33. Sidik Ragam Jumlah Anakan Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 63

Lampiran 34. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Anakan (buah) Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 64

Lampiran 35. Data Pengamatan Jumlah Anakan (buah) Umur 4 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 65

Lampiran 36. Sidik Ragam Jumlah Anakan (buah) Umur 4 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 65

Lampiran 37. Data Pengamatan Jumlah Anakan (buah) Umur 5 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 66

Lampiran 38. Sidik Ragam Jumlah Anakan (buah) Umur 5 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 66

Lampiran 39. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Anakan (buah) Umur 5 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

(15)

xiv

Lampiran 40. Data Pengamatan Jumlah Anakan (buah) Umur 6 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 68

Lampiran 41. Sidik Ragam Jumlah Anakan (buah) Umur 6 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 68

Lampiran 42. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Anakan (buah) Umur 6 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 69

Lampiran 43. Data Pengamatan Umur Panen (hari) pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman

Bawang Merah 70

Lampiran 44. Sidik Ragam Umur Panen (hari) pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman

Bawang Merah 70

Lampiran 45. Data Uji BNt/LSD untuk Umur Panen (hari) pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 71

Lampiran 46. Data Pengamatan Berat Umbi Basah (gr) pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman

Bawang Merah 72

Lampiran 47. Sidik Ragam Berat Umbi Basah (gr) pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman

Bawang Merah 72

Lampiran 48. Data Uji BNt/LSD Untuk Berat Umbi Basah (gr) pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 73

Lampiran 49. Data Pengamatan Berat Umbi Kering Ekonomi (gr) pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 74

Lampiran 50. Sidik Ragam Berat Umbi Kering Ekonomi (gr) pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap

Tanaman Bawang Merah 74

Lampiran 51. Data Uji BNt/LSD Untuk Berat Umbi Kering Ekonomi (gr) pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman

terhadap Tanaman Bawang Merah 75

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bawang merah adalah salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah

di Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan

beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti

kanker dan pengganti antibiotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta

penurunan kadar gula darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung

kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010).

Tanaman bawang merah membutuhkan kondisi air tanah yang baik, yaitu

air tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab, tetapi tidak becek) sejak

tumbuh hingga pembentukan umbi dan perkembangan umbinya. Kekeringan pada

saat pertumbuhan vegetatif dapat menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan

kekeringan pada saat pembentukan umbi dapat menggagalkan panen. Sebaliknya,

tanah yang becek akan memudahkan berjangkitnya penyakit busuk umbi (Botritys

allii) (Rukmana, R. 2007).

Adanya pemanasan global mengakibatkan terjadinya perubahan iklim

yang tidak menentu beberapa tahun belakangan ini. Hal ini merupakan ancaman

yang dihadapi dalam usaha pengembangan usaha budidaya bawang merah. Musim

kemarau yang berkepanjangan menimbulkan adanya kekeringan di banyak lahan

pertanian yang yang berujung pada gagal panen akibat kekurangan air.

Berubahnya waktu musim hujan juga menyulitkan petani untuk menentukan masa

tanam yang tepat. Demikian juga adanya perubahan cuaca yang eksterm

mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu sehingga menimbulkan dampak

menurunnya kualitas dan produktivitas lahan (Santoso, D.J., 2013). Oleh karena

itu, perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan varietas yang tahan akan

kondisi lingkungan yang kering, dikarenakan daerah-daerah sentra bawang merah

merupakan daerah yang kering seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah,

(17)

2

Untuk mencapai hasil dan pertumbuhan yang maksimal, selain ditentukan

oleh faktor genetik, juga dipengaruhi seberapa baik tanaman mampu beradaptasi

dengan kondisi lingkungan dimana tanaman tumbuh. Umumnya tanaman bawang

merah ditanam di musim kemarau. Namun di beberapa sentra produksi bawang

merah, penanaman bawang merah tidak mengenal musim dan dapat ditanam

kapan saja dengan sistem budidaya yang intensif. Masalah utama usaha tani

bawang merah bila penanaman di luar musim adalah tingginya resiko kegagalan

panen. Tingginya resiko kegagalan panen tersebut disebabkan karena faktor

pembatas yang berkaitan dengan lingkungan tumbuh yang kurang

menguntung-kan.

Terjadinya keterbatasan air dapat disebabkan oleh rendahnya curah hujan

terutama pada awal musim kemarau dan akhir musim hujan. Cekaman kekeringan

pada lahan kering disebabkan oleh kadar lengas tanah yang rendah. Kekurangan

air dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman karena selain

menghambat proses fotosintesis juga dapat menghambat proses penyerapan unsur

hara dari dalam tanah oleh akar tanaman (Muis, A., Indradewa, D., dan Widada,

J., 2013).

Kebutuhan air tanaman ditentukan berdasarkan nilai kandungan air (%)

pada keadaan kapasitas lapang (pF 2,54) dan nilai kandungan air (%) pada

keadaan titik layu permanen (pF 4,2). Kapasitas lapang adalah jumlah air

maksimum yang mampu ditahan oleh tanah. Sedangkan titik layu permanen

adalah kandungan air tanah saat tanaman yang berada di atasnya mengalami layu

permanen atau tanaman sulit hidup kembali meski telah ditambahkan sejumlah air

yang mencukupi. Selisih antara kadar air tanah pada kapasitas lapang dan titik

layu permanen disebut air tersedia (Marsha, D,N., Aini, N., dan Sumarni, T.

2014).

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah produksi bawang merah tahun

2013 sebesar 1,011 juta ton atau terjadi kenaikan jumlah produksi bila

dibandingkan tahun 2012 sebesar 4,83%, yaitu 964,22 ribu ton. Untuk jumlah

produksi bawang merah berdasarkan triwulan tahun 2013 maka pada triwulan I

(18)

3

299.299 ribu ton, dan triwulan IV 230.792 ribu ton. Pada tahun 2013 produksi

bawang merah 1.010.773 ton dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebanyak

22,08 % yaitu 1.233.983 ton. Provinsi yang mengalami perkembangan produksi

bawang merah tertinggi pada tahun 2013 terjadi di Sumatera Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan NTT. Sedangkan, penurunan cukup drastis

terjadi di Sumatera Utara, Jambi, Yogyakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi

Tengah (BPS, 2015).

Menurut Gultom (2014) pasar bawang merah di Sumatera Utara sudah

sangat didominasi oleh bawang merah impor, seperti yang berasal dari India,

Srilanka, Philippina, Peking, Pakistan, dan Thailand. Sedangkan untuk bawang

merah (Allium cepa var. Ascalonicum) lokal yang berasal dari Samosir ditemukan

tidak sebanyak varietas impor yang ada. Hal ini tentu saja kurang menguntungkan

bagi para petani bawang merah lokal. Di Paropo dan Tongging, Sumatera Utara,

para petani sudah melakukan penanaman bawang merah varietas impor seperti

Thailand, Philippina, dan Srilanka di daerah mereka, namun hanya sedikit yang

menanam varietas Samosir.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, untuk

mendapatkan varietas yang tahan kering maka perlu dilakukan penelitian terhadap

Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Produksi 3 (Tiga)

Varietas Bawang Merah (Allium cepa var. Ascalonicum L.).

1.2. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, ruang lingkup permasalahan dibatasi pada pengaruh

frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas

bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum L.) yaitu varietas Bangkok,

Samosir, dan Vietnam yang ditanam di Kota Medan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini

(19)

4

1. Bagaimana pengaruh perbedaan varietas terhadap pertumbuhan dan

produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum

L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam?

2. Bagaimana pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan

produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum

L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam?

3. Bagaimana interaksi antara varietas dan frekuensi penyiraman terhadap

pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa

var. ascalonicum L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh perbedaan varietas terhadap pertumbuhan dan

produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum

L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam.

2. Mengetahui pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan

produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum

L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam.

3. Bagaimana interaksi antara varietas dan frekuensi penyiraman terhadap

pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa

var. ascalonicum L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :

1. Sebagai sumber informasi pengaruh frekuensi penyiraman terhadap

pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa

var. ascalonicum).

2. Sebagai sumber referensi pengaruh frekuensi penyiraman terhadap

pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa

var. ascalonicum L.) bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian

(20)

5

1.6. Definisi Operasional

1. Frekuensi Penyiraman : Banyaknya penyiraman yang dilakukan per satuan

waktu.

2. Pertumbuhan : Proses pertambahan ukuran, volume dan massa

yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel

dan pertambahan jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel.

3. Produksi : Proses mengeluarkan hasil.

4. Varietas : Suatu peringkat taksonomi sekunder di bawah

(21)

38 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik yang telah dilakukan

maka diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Pengaruh varietas nyata pengaruhnya pada parameter pengamatan jumlah

anakan pada umur 3 MST.

2. Pengaruh frekuensi penyiraman tidak nyata pengaruhnya pada seluruh

parameter pengamatan.

3. Interaksi varietas Vietnam dengan frekuensi penyiraman 1x7 hari (V3W4)

dengan tinggi tanaman, jumlah helaian daun, jumlah anakan, dan bobot umbi

kering ekonomi terbaik. Sedangkan bobot umbi basah terbaik diperoleh pada

interaksi varietas Vietnam dengan frekuensi penyiraman 1x5 hari (V3W3).

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada varietas bawang merah yang

(22)

39

DAFTAR PUSTAKA

Abdirahman, M.M., Shamsuddin, J., Teh, Boon, SC., Megat, WPE., Ali, PQ, (2014), Effect of drip Irrigation Frequency, Fertilizer Source, and Their Interaction and Dry Metter and Yield Componen of Sweet Corn, Aust, J, of Crop Sci 8,2: 223-231.

Badan Pusat Statistik dan Dirjen Hortikultura Sumatera Utara, (2015), Produksi dan Impor Bawang Merah di Sumatera Utara, diakses darihttp://www.bpsu.go.id [26 September 2015].

Baihaki, A., (2002), Review Pemuliaan Tanaman dalam Industri Perbenihan di Indonesia, Hlm, 1-6 Dalam E, Murniati, dkk, (ed.), Industri Benih di Indonesia: Aspek Penunjang Pengembangan. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih BDP, Faperta IPB, Bogor, 291 p.

Cheema, K.L., Saeed, A., dan Habib, M., (2003), Effect of Sowing Date on Set Size in Various Cultivar of Onion (Allium cepa L.), Int, J, Agri, Biol., 5(2): 185-187.

Deptan, (2010), Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah, Departemen Pertanian, Bogor, http://www.litbang.deptan.go.id [26 September 2015].

Dewi, P., dan Jumini, (2012), Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tomat Akibat Perlakuan Jenis Pupuk, Jurnal Floratek 7: 76-84.

Erythrina, (2013), Perbenihan dan Budidaya Bawang Merah, Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan dan Swasembada Beras Berkelanjutan di Sulawesi Utara, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.

Gultom, T., (2014)., Sumber Benih Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum Group) yang Diperdagangkan dan Ditanam di Sumatera Utara, Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi Informasi 2014 (SNITI), halaman 10-15.

Guslim, (2011), Agroklimatologi, USU Press, Medan.

(23)

40

Hermiati, (2000), Pengantar Pemuliaan Tanaman, Universitas Padjadjaran.

Irawan, D., (2010), Bawang Merah dan Pestisida, Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara, Medan, http://www.bahanpangan.sumutprov.go.id[26 September 2015].

Makmur, A., (2003), Pemuliaan Tanaman Bagi Lingkungan Spesifik, IPB, Bogor.

Marsha, D,N., Aini, N., dan Sumarni, T., (2014), Pengaruh Frekuensi dan Volume Pemberian Air pada Pertumbuhan Tanaman Crotalaria mucronata Desv, Jurnal Produksi Tanaman 2:673-678

Muis, A., Indradewa, D., dan Widada, J., (2013), Pengaruh Inokulasi Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (glycine max (l.) Merrill) pada Berbagai Interval Penyiraman. Jurnal Vegetalika 2. 7-20.

Praba, M.L., Cairns, J.E., Babu, R.C., Lafitte, H.R., (2009), Identification of Physiological Traits Underlying Cultivar Differences in Drought Tolerance in Rice and Wheat, J, Agro Crop Sci, 195 : 30-46

Pinheiro, C., dan Chaves, M., (2011), Photosynthesis and Drought ; can we make Metabolic Connection from Available Data, J, Exp, Bot, 62:869-882.

Pitojo, S., (2005), Benih Tomat, Kanisius, Yogyakarta.

Quadratullah, M. F., (2014), Statistika Terapan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Rahayu, E., dan Berlian N. V. A., (2007), Bawang Merah, Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R., (2007), Bawang Merah Dari Biji, Penerbit Aneka Ilmu, Semarang.

Santoso, D. J., (2013), Strategi Pengembangan Bawang Merah dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Nganjuk, Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol 13, No.2.

(24)

41

Sriwijaya, B., dan Haryanto, Didiek., (2013), Kajian Volume dan Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Vertisol, Jurnal AgriSains 4 : 2086-7719

Suhaeni, N., (2007), Petunjuk Praktis Menanam Bawang Merah, Jembar, Bandung.

Susanto, S., Hartanti B., Khumaida N., (2010), Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Stroberi pada Sistem Fertigasi Yang Berbeda, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB, Kumpulan Makalah Seminar Ilmiah Perhoti, ISBN: 978-979-25-1262-5, 460-471

Sweeney, D.W., J.H. Long, and M.B. Kirkham, (2003), A Single Irrigation to Improve Early Maturing Soybean Yield and Quality, Soil Sci, Soc, Am, J, 67: 235-240

Tim Bina Karya Tani, (2008), Pedoman Bertanam Bawang Merah, Yrama Widia, Bandung.

Gambar

Gambar3.1.Tata letak tanaman di lapangan
Tabel 3.1. Analisis Varians (ANAVA)

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PUPUK KASCING TERHADAP PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum

Parameter yang diamati adalah perkecambahan tanaman (hari), tinggi tanaman (cm), jumlah helaian daun (helai), jumlah anakan (buah), bobot basah umbi (gr), bobot kering umbi (gr),

Sidik Ragam Jumlah Daun per Helai Bawang Merah umur 4 MST Pengaruh Teknis Irigasi dan Pemberian Pembenah Tanah di Lahan Pantai pada Tanah Entisol ... Rata-rata

Data pengamatan dan sidik ragam jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah dapat dilihat pada lampiran 33 – 44 yang menunjukkan bahwa perlakuan varietas

Data pengamatan jumlah cabang produksi kacang merah pada varietas dan perlakuan frekuensi penyiraman yang berbeda serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 24 sampai

PENGARUH PUPUK KASCING TERHADAP PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum L

Oleh sebab itu, dalam upaya peningkatkan produksi tanaman bawang merah, maka dapat dilakukan penelitian tentang pertumbuhan dan produksi tiga varietas bawang merah

Sidik Ragam Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Varietas Terhadap Rerata Bobot Kering Konsumsi Umbi per Petak Bawang Merah (Kg)