• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanaman Nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang T1 152012002 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penanaman Nilai Pendidikan yang Terdapat pada Tradisi Merti Dusun bagi Masyarakat Dusun Karang Padang T1 152012002 BAB I"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mengembangkan dan melestarikan budaya daerah, masyarakat

perlu memiliki usaha agar generasi yang pada selanjutnya bisa merasakan

bagaimana budaya itu berjalan dengan seiring waktu. Banyak masyarakat yang

telah meninggalkan budayanya karena faktor hidup yang modern dan serba

praktis. Perlu diketahui bahwa suatu budaya adalah suatu identitas ataupun

kebanggaan suatu bangsa. Budaya daerah merupakan budaya yang mendorong

budaya nasional.

Budaya daerah pada masa sekarang ini mulai dikembangkan kembali

agar anak cucu bisa merasakan dan melihat sendiri kekayaan daerahnya

masing-masing. Di Indonesia sendiri banyak sekali ras, suku, seni, budaya, dan

lain sebagainya yang sangat berbeda-beda satu sama lain dan saling berbaur.

Budaya yang bermacam-macam ini merupakan kekayaan nasional.

Kini banyak orang suka berdiskusi tentang masalah kebudayaan dan

pembangunan, masalah kebudayaan tradisional dan kebudayaan modern,

masalah perubahan nilai-nilai budaya, masalah mentalitas (keadaan jiwa/batin)

pembangunan, masalah pembinaan kebudayaan nasional, masalah hubungan

antara agama dan kebudayaan dan sebagainya. Konsep kebudayaan itu dalam

arti yang terbatas ialah pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang memenuhi

hasratnya akan keindahan. Dengan singkat: kebudayaan adalah kesenian.

Dalam arti seperti itu konsep itu memang terlampau sempit. Sebaliknya,

banyak orang terutama para ahli ilmu sosial, mengartikan kebudayaan itu

dalam arti yang amat luas yaitu seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil

karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya dan yang karena itu bisa

dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar (Koentjaraningrat, 1974:

11).

Kebudayaan lahir karena kebiasaan dari masyarakat. Dari kebiasaan

(2)

sehari-2 hari. Hal inilah yang menjadi tradisi dan tidak bisa dihindarkan oleh

masyarakat karena kebiasaan tersebut tidak bisa dihilangkan karena telah

melekat dan mempunyai makna tersendiri bagi suatu masyarakat.

Di Jawa banyak sekali tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang yang

hingga saat ini masih eksis di lingkungan masyarakat walaupun di zaman yang

modern ini sudah mulai banyak ditinggalkan karena tergeser oleh arus

globalisasi. Sudah saatnya masyarakat sadar pada fungsi dan manfaat budaya

di Indonesia, khususnya untuk kehidupan masyarakat yang ada di Jawa yang

mulai tergeser oleh budaya dari luar. Budaya dari luar memang tidak

selamanya berbau negatif bagi masyarakat Indonesia, namun alangkah baiknya

kalau budaya sendiri lebih diunggulkan dan diberikan tempat untuk

keberadaannya di dalam masyarakat. Hal ini bertujuan agar kebudayaan yang

ada di Jawa terus dilestarikan keberadaannya supaya generasi mendatang tetap

menikmati bagaimana keindahan budaya yang ada. Di Jawa masih banyak

tradisi yang diterapkan orang tua berkaitan dengan slametan.

Di pusat seluruh sistem keagamaan orang Jawa terdapat suatu upacara

yang sederhana, formal, tidak dramatis dan hampir-hampir mengandung

rahasia slametan (kadang-kadang disebut juga dengan kenduren). Slametan

merupakan semacam wadah bersama masyarakat, yang mempertemukan

berbagai aspek kehidupan sosial dan pengalaman perseorangan, dengan suatu

cara yang memperkecil ketidakpastian, ketegangan dan konflik – atau

setidaknya berbuat demikian. Perubahan bentuk kehidupan kota dan bagian

pinggir kota abad keduapuluh di Jawa menyebabkan slametan itu agak efisien

sebagai mekanisme integrasi, dan agak kurang memuaskan sebagai suatu

pengalaman keagamaan bagi banyak orang (Clifford Geertz, 1981: 13).

Seperti tradisi slametan merti dusun di daerah Kabupaten Semarang,

Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Solo ataupun Yogyakarta, tradisi

ini masih dilaksanakan untuk sarana membersihkan dusun. Masyarakat masih

melaksanakan kegiatan ini hingga saat ini. Dalam bermasyarakat terdapat

banyak nilai yang dianut dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa

(3)

3 selalu diadakan oleh masyarakat setiap tahunnya. Ada nilai-nilai pendidikan

yang terkandung dalam merti dusun yang dapat diwariskan kepada warga

masyarakat karena berfungsi sebagai wujud rasa syukur, rasa hormat,

kerukunan dan keselarasan antara Tuhan Yang Maha Esa maupun antar sesama

manusia juga dengan alam sekitar. Hal ini penting untuk diteliti sebab

masyarakat, khususnya generasi muda, selalu berfikir untuk terus maju ke arah

yang lebih modern seiring berkembangnya zaman. Selain itu masyarakat, juga

perlu tahu bagaimana pentingnya tradisi merti dusun agar selalu menjaga

warisan budaya nenek moyang kepada generasi selanjutnya yang di dalamnya

terdapat nilai-nilai pendidikan karena tradisi semacam ini dikhawatirkan dapat

luntur dan diremehkan oleh generasi muda seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya.

Dalam penelitian ini akan diteliti tentang nilai-nilai pendidikan pada

tradisi masyarakat Jawa yakni merti dusun di Dusun Karang Padang, Desa

Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Kegiatan merti dusun di

Dusun Karang Padang ini adalah kegiatan slametan rutin yang setiap tahunnya

diadakan oleh masyarakat sebagai wujud untuk melestarikan budaya nenek

moyang dan sarana silaturahmi yang bagi masyarakat Dusun Karang Padang

menyebutnya “bodo pindo” atau lebaran/perayaan kedua karena memang

tradisi merti dusun di Dusun Karang Padang dirayakan dengan meriah sama

seperti saat lebaran Idul Fitri.

Pendidikan dengan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat dan

nampak pada setiap prosesi tradisi merti dusun yang diselenggarakan oleh

masyarakat Dusun Karang Padang. Melalui kegiatan ini dapat diamati

nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam upacara/tradisi merti dusun

yang ditanamkan oleh masyarakat Dusun Karang Padang kepada masyarakat

luas, tidak hanya ditanamkan kepada generasi muda, namun untuk semua umur

sebagai sarana untuk melestarikan kebudayaannya. Oleh karena itu, peneliti

akan melakukan penelitian yang berjudul Penanaman Nilai Pendidikan yang

(4)

4 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam tradisi merti dusun

untuk dapat dilestarikan dan diwariskan kepada warga masyarakat?

2. Apa manfaat nilai-nilai pendidikan tersebut bagi masyarakat Dusun

Karang Padang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:

1. Menggali nilai-nilai pendidikan pada tradisi merti dusun untuk

dilestarikan dan diwariskan kepada warga masyarakat Dusun Karang

Padang.

2. Mendiskripsikan manfaat nilai-nilai pendidikan pada tradisi merti dusun

dalam kehidupan bermasyarakat di Dusun Karang Padang untuk

dilestarikan dan diwariskan kepada masyarakat.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai masukan untuk:

1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan menggali nilai-nilai

pendidikan dan mengenalkan merti dusun kepada generasi muda.

2. Memberikan sumbangan materi bagi Pendidikan Sejarah pada

khususnya materi perkuliahan Budaya Jawa dan Antropologi

Budaya.

b. Manfaat Praktis

1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam merti

dusun.

2. Menerapkan nilai-nilai pendidikan dalam bermasyarakat untuk

diwariskan kepada generasi muda.

3. Agar masyarakat lebih menjaga dan melestarikan kebudayaannya.

4. Masyarakat dapat meningkatkan ketahanan budayanya sendiri dalam

Referensi

Dokumen terkait

Apa yang mendorong masyarakat (desa dan luar desa) mengikuti upacara.

Secara khusus upacara tradisi Apitan ini memiliki nilai positif bagi warga Desa Prigi, nilai positif tersebut berupa:.. 50 a) Menumbuhkan rasa kebersamaan yang didasari rasa

Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi malem selikuran di desa. Nyatnyono antara lain religi, menghormati leluhur, syukur,

Menurut Masyarakat Di Dusun Tamacinna nilai-nilai Agama yang terkandung dalam tradisi Akkattere adalah memberikan nama-nama yang bauik pada seorag bayi karena

1) Adanya kepercayaan, dimana masyarakat Dusun Tombolo sangat mematuhi adat-istiadatnya sebagai tradisi leluhurnya yang patut dilestarikan. 2) Sehingga persembahan rasa

Tradisi sedekah dusun yang ada di dusun Krajan desa Asinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang ini dilakukan rutin setiap tahun dan sesuai adat yang berlaku.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prosesi serta nilai-nilai yang terkandung pada tradisi Berkat Lumbung di Dusun Setontong Desa Kualan Hilir Kecamatan

pelaksanaan upacara tradisi Suran sendang Sidukun tahun 2016, bulan Oktober. ini juga dimana bulan ketika warga masyarakat Desa Traji yang