62
3.1Gambaran Umum Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan 3.1.1 Profil Pendidikan Anak
Pengertian anak secara umum adalah individu yang berada dalam suatu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0 - 1
tahun), usia bermain (1 - 2,5 tahun), pra sekolah (2,5 – 5 tahun), usia sekolah (5 –
11 tahun) hingga remaja (11 – 18 tahun).
Anak merupakan bagian yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan
suatu bangsa. Dalam implementasinya, anak merupakan sumber daya manusia
bagi pembangunan suatu bangsa, penentu masa depan dan penerus generasi.
Selain memegang peranan penting bagi bangsa dan negara, anak juga merupakan
generasi penerus bangsa yang harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang
dalam tumbuh kembangnya agar anak dapat tumbuh menjadi generasi yang
berkualitas, handal dan mempunyai jiwa pemimpin. Disitulah peran orang tua
sungguh berpengaruh penting dalam masa pertumbuhan anak.
Indonesia adalah negara yang berhasil merdeka karena salah satu faktornya
yakni pendidikan. Pendidikan mampu membawa bangsa ini lepas dari belenggu
penjajahan yang bertahan ratusan tahun lamanya. Sejarah pendidikan dimasa
penjajahan sangatlah buruk dalam segi kualitas dan kuantitas untuk para
wilayah yang mereka jajah terutama bangsa Belanda yang telah menjajah
Indonesia 350 tahun lamanya. Akan tetapi, berkat usaha keras dari para pemuda
bangsa yang punya tekad untuk mengenyam pendidikan agar dapat membawa
perubahan bagi bangsanya melahirkan benih-benih kesadaran akan pentingnya
kemerdekaan.
Pendidikan di Indonesia memang mengalami situasi yang terus berkembang.
Hal ini dapat kita lihat melalui perkembangan kurikulum yang berlaku di
Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga saat ini. Dimulai dari kurikulum tahun
1968 kemudian menjadi kurikulum 1975 atau kurikulum 1984 menjadi 1994 dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006.1 Perubahan-perubahan yang dilakukan ini tidak lain
demi keberhasilan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang di dalamnya
menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Untuk mencapai tujuan
pendidikan yang sesuai, peran guru dan manusia dewasa untuk membina anak
didik yang ada disekitarnya dengan baik.
1
Eveline Siregar, Hartini Nara. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta), hal. 62
2
Hingga saat ini berbagai upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia
sangat gencar dilakukan. Mulai dari terealisasinya anggaran pendidikan 20% dari
APBN negara, subsidi dana BOS dari hasil kenaikan harga BBM hingga
buku-buku gratis agar seluruh anak di Indonesia menuntaskan program pendidikan 9
tahun. Kiat-kiat diatas diharapkan mampu memberantas angka buta huruf yang
tinggi di Indonesia supaya martabat manusia Indonesia menjadi lebih baik karena
adanya pendidikan. Jika kita melihat lebih dalam hasil atau evaluasi dari
program-program yang dijalankan pemerintah untuk meningkatkan martabat manusia
Indonesia melalui pendidikan belumnya berjalan dengan maksimal. Masih saja
terdapat kelemahan yang terjadi, semisal tidak semua anak didik mampu
bersekolah dengan gratis, buku-buku pelajaran yang masih diperjual-belikan
untuk tambahan guru, pungutan liar di sekolah, bahkan metode pembelajaran yang
diterapkan guru tidak mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan hanya
mengandalkan satu metode mengajar saja seperti metode ceramah yang dinilai
oleh siswa membosankan.
Berkaitan dengan anak, pendidikan sangat erat dengan anak terutama
pendidikan dasar. Pengertian dari pendidikan dasar merupakan bagian dari hak
asasi bagi setiap orang dalam memperoleh peningkatan dan kemajuan baik
dibidang pengetahuan, kecakapan, maupun sikap dan moral. Hak atas pendidikan
dasar tidak terlepas dari keberadaan anak sebagai aset bangsa. Pendidikan dasar
dan anak merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain dalam
memajukan kualitas suatu bangsa. Oleh karena itu, perlindungan dan
penghormatan terhadap hak anak atas pendidikan dasar menjadi hal yang sangat
Pendidikan hal yang terpenting dan utama dalam kehidupan kita. Semua orang
berhak mendapatkan pendidikan, dimana dalam hal ini telah tercantum dalam
pasal 31 UUD 1945. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat
menghalangi kita untuk menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Banyak
pendapat dari para ahli filsafat, tentang arti dari pendidikan itu. Tetapi secara garis
besar pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan yang kita terima tidak hanya pendidikan formal saja, tetapi juga
pendidikan in-formal, dan pendidikan non-formal.
Pendidikan anak tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman
belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan
perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh
proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang
terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat
berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang
terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang
sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.
3.1.2 Problem Yang Dihadapi Anak Putus Sekolah
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik
yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat
masyarakat atau anak yang hanya mengikuti pendidikan di SD sampai kelas lima,
disebut sebagai putus sekolah SD.
Jenis-jenis putus sekolah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis:
a. Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang yaitu seorang murid atau
siswa yang berhenti sekolah tapi masih dalam jenjang tertentu.
Contohnya seorang siswa yang putus sekolah sebelum menamatkan
sekolahnya pada tingkat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi;
b. Putus sekolah di ujung jenjang artinya mereka yang tidak sempat
menamatkan pelajaran sekolah tertentu. Dengan kata lain mereka
berhenti pada tingkatan akhir dalam dalam tingkatan sekolah tertentu.
Contohnya, mereka yang sudah duduk di bangku kelas VI SD, kelas III
SLTP, kelas III SLTA dan sebagainya tanpa memperoleh ijazah.
c. Putus sekolah atau berhenti antara jenjang yaitu tidak melanjutkan
pelajaran ketingkat yang lebih tinggi. Contohnya, seorang yang telah
menamatkan pendidikannya di tingkatan SD tetapi tidak bisa
melanjutkan pelajaran ketingkat yang lebih tinggi.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan anak putus sekolah adalah keadaan dimana seseorang yang
usianya seharusnya masih dalam usia sekolah namun harus keluar atau berhenti
dari lembaga pendidikan yang diikuti. Adapun macam-macam masalah yang
a. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis merupakan keadaan yang ada dalam diri seorang
individu. Keadaan ini ditengarai dapat memengaruhi sikap dan perilaku seorang
individu, termasuk memengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan terhadap
suatu masalah yang dihadapi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi
psikologis mendasari kepribadian seorang individu.
Kondisi psikologis terbentuk melalui pendidikan secara umum yang telah
dilakukan oleh seorang individu. Pendidikan manusia dimulai sejak dia lahir dan
berkelanjutan mengikuti usia manusia. Pendidikan dilakukan dan atau terjadi
dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan. Pendidikan yang terjadi pada seorang
individu diikuti dan diserap menjadi sebuah pengalaman hidup. Kedua hal
tersebut yaitu pendidikan dan pengalaman dengan lingkungan sebagai variabel
yang mempengaruhi proses keduanya, terinternalisasi sejalan dengan usia
individu membentuk kepribadian seorang individu.
Anak putus sekolah, dari beberapa hasil penelitian faktor penyebabnya
adalah pengalaman yang tidak menyenangkan seperti takut pada guru, tidak naik
kelas dan lingkungan seperti tingkat pendidikan orang tua rendah, rumah tangga
bermasalah, dan lain-lain. Dengan demikian, bisa dicermati bahwa pengalaman
dan lingkungan ini memengaruhi kondisi psikologis individu sehingga berdampak
pada sikap dan perilaku mereka yaitu memutuskan untuk berhenti sekolah.
Kondisi psikologis melingkup pada sumber kendali diri (locus of control),
konsep diri (self concept), nilai diri (self value) dan juga tingkat keyakinan atau
b. Konsep Diri (Self Concept)
Konsep diri (self concept) merupakan sebuah model yang terkait dengan
kondisi psikologis lain yaitu penghargaan diri (self esteem), stabilitas diri
(stability), dan tingkat keyakinan terhadap kemampuan diri (self efficacy). Dengan
demikian, seorang individu bersikap dan berperilaku sangat diwarnai oleh konsep
diri yang dimilikinya. Ketika sorang individu memiliki self efficacy tinggi maka
dia akan memberdayakan semua potensi dan kompetensi yang dimiliki untuk
menyelesaikan suatu tugas tertentu. Individu dengan self efficacy tinggi bisa
dikatakan juga konsep dirinya juga tinggi.
Konsep diri (self concept) diartikan sebagai pengetahuan individu terhadap
dirinya sendiri yaitu mengenai ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian. Konsep
diri ini mempengaruhi individu dalam berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungannya. Konsep diri ini juga menyangkut penilaian diri (self assessment)
terhadap tidak hanya terkait dengan kepribadian, tetapi juga penilaian diri
terhadap keahlian, kemampuan, hobi, dan karakteristik pribadinya. Sehingga
seorang individu yang menilai diri sendiri rendah berarti juga memiliki self
concept rendah. Individu dengan self concept rendah mempunyai self esteem dan
self efficacy rendah, sehingga individu tersebut pasrah terhadap keadaan yang ada,
tidak berusaha untuk merubah keadaan tidak menyenangkan menjadi keadaan
yang menyenangkan.
Ketika seorang anak sekolah berada pada suatu keadaan lingkungan yang
tidak mendukung dan atau menyenangkan dan memiliki konsep diri rendah maka
sekolah tersebut memiliki konsep diri tinggi, maka dia memberdayakan seluruh
potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk bisa merubah keadaan tersebut
menjadi sebuah tantangan dalam hidupnya.
Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian. Locus of
control didefinisikan sebagai suatu keyakinan seorang individu terhadap
kemampuan dirinya dalam mengontrol nasib sendiri. Individu yang memiliki
keyakinan bahwa dia mampu mengontrol yang terjadi dalam kehidupannya,
dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of control. Sedang individu
yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang mengontrol dalam
kehidupannya maka dikatakan individu tersebut memiliki external locus of
control.
Jika dilihat dari alasan anak putus sekolah yang lebih banyak disebabkan
oleh fakor alam, lingkungan, dan situasi. Jika anak tersebut memiliki keyakinan
kuat terhadap kemampuan dirinya untuk mengatasi semua permasalahan yang
dihadapi, maka keputusan berhenti sekolah tidak diambilnya. Artinya jika anak
tersebut memiliki internal locus of control, maka seberat apapun halangan yang
dihadapi maka dia akan menjadikannya sebagai suatu pembelajaran dan
menganggapnya sebagai suatu tantangan. Sebaliknya, jika anak tersebut memiliki
external locus of control maka dia pasrah terhadap keadaan disekitarnya, dan
3.1.3 Pentingnya Pendidikan Untuk Anak Putus Sekolah
Pendidikan merupakan hal yang fundamental harus dimiliki oleh semua warga
negara. Dengan adanya pendidikan berarti suatu negara telah berhasil membawa
masyarakatnya menuju peradaban yang siap bersaing dengan belahan negara
lainnya. Pendidikan menurut Dwi Siswoyo mengatakan bahwa; “Pendidikan
merupakan proses dimana masyarakat, melalui lembaga pendidikan (sekolah, PT
atau lembaga-lembaga lain), dengan sengaja mentransformasikan warisan
budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan dari generasi ke
generasi”.3
Di sisi lain pengertian pendidikan merupakan gejala semesta (fenomena
universal) dan berlangsung sepanjang hayat manusia, dimanapun manusia berada.
Dimana ada kehidupan manusia, disitu pasti ada pendidikan. Abu Ahmadi dan
Nur Uhbayat berpendapat bahwa: “Pendidikan pada hakikatnya suatu kegiatan
yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh
orang dewasa kepada siswa sehingga timbul interaksi dari keduanya agar siswa
tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus
menerus”.4
Kesempatan memperoleh pendidikan bisa didapatkan oleh semua kalangan
masyarakat di berbagai belahan dunia, hal ini ditunjukan dari penjelasan
mengenai pendidikan di atas bahwasannya pendidikan bisa berlangsung
diamanapun, kapanpun, dan oleh siapapun, yang dilakukan secara sadar oleh
orang dewasa oleh karenanya pendidikan tidak hanya dilakukan di bangku
3
Dwi Siswoyo. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press, hal. 19
4
sekolah saja, melainkan bisa dengan interaksi dengan masyarakat dan lingkungan
sekitar. Pentingnya pendidikan pada siswa putus sekolah merupakan tindakan
untuk pendewasaan dan perkembangan siswa didik, sehingga proses pendidikan
berjalan sepanjang hidup (long life education), sehingga pendidikan sejati atau
“the basics”.
Dari pemaparan di atas menjelaskan mengenai pentingnya pendidikan terutama
untuk siswa putus sekolah ditingkat Sekolah Dasar. Pemerintah memberikan
fasilitas pendidikan bagi siswa usia 7-15 tahun mempunyai tujuan agar mereka
nantinya mempunyai bekal dasar dalam kehidupan yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, tujuan dari pendidikan merupakan sasaran ke mana pendidikan itu
akan diarahkan. Sasaran yang ingin dicapai melalui pendidikan itu beruang
lingkup sama dengan sebagaimana fungsinya pendidikan itu. Jadi wujud tujuan
pendidikan itu dapat berupa pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap.
Mengenai tujuan pendidikan Nasional di Indonesia, sebagaimana telah dituangkan
dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang progam wajib belajar 9 tahun
bagi warga negara Indonesia yang berumur 7-15 tahun. Progam wajib belajar ini
adalah progam yang harus dilalui oleh siswa apabila sudah memasuki usia sekolah
dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Tindakan yang dilakukan agar
siswa bisa mengenyam pendidikan tanpa adanya hambatan haruslah ada
kerjasama yang baik antara pihak pemerintah, masyarakat dan juga orangtua
3.1.4Upaya Pemerintah Untuk Mencegah Anak Putus Sekolah
Kebijakan yang dibuat Pemerintah dalam bentuk pembangunan unit sekolah
baru dalam rangka pemerataan akses pendidikan nyatanya belum membuat semua
masyarakat, khususnya masyarakat miskin menikmati bangku sekolah. Begitu
pula dengan kebijkan sekolah gratis. Sekolah negri yang oleh Pemerintah
ditujukan untuk menampung masyrakat miskin agar dapat menempuh pendidikan
ternyata lebih banyak diisi oleh masyakat menengah keatas. Masyarakat miskin
terpaksa menyekelohkan anaknya ke sekolah swasta yang tentu saja memerlukan
biaya pendidikan yang tidak sedikit.
Pemerintah memang telah mendirikan banyak sekolah negri. Bahkan, sekarang
ini dicanangkan progam sekolah harus didirikan pada setiap kecamatan, dari
sekolah dasar sampai sekolah lanjutan atas. Hal ini untk memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya disekolah tersebut.
Kesempatan memang terbuka lebar untuk mengikuti proses belajar disekolah
negeri, tetapi semua itu menjadi sesuatu yang kontradiksi saat mereka harus
menyetor sejumlah dana agar dapat menjadi anak didik disekolah negeri tersebut.
Ada banyak alasan mengapa mereka harus menyetor sejumlah dana kesekolah,
bukan lagi dengan bunyi sebagai uang gedung, tetapi dengan nama lainnya yang
sebenarnya hanya mengelabui masyarakat saja. Sekolah memang tidak
mempunyai dana bangunan, tetapi dana-dana yang lain masih ada dan justru
makin besar lagi.
Menururt Ali Imron dijelaskan bahwa penanganan siswa yang putus sekolah
yang baik dengan lingkungan lain, lingkungan yang dimaksudkan disini adalah
lingkungan keluarga dan juga masyarakat.5 Pemerintah dalam hal ini tidak hanya
tinggal diam, pemerintah haruslah mengupayakan agar angka putus sekolah dapat
ditekan lebih baik lagi, jika hanya satu lembaga saja yang berusaha menekan
angka putus sekolah, maka bisa dimungkinkan rencana yang telah dibuat tidak
akan berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Dalam mencegah dan menangani kasus siswa yang sudah terlanjur putus
sekolah, harus diakui bahwa pencegahan yang dilakukan bukan hal yang mudah.
Berbagai kajian yang ada telah membuktikan bahwa untuk menarik kembali
siswa-siswa yang sudah terlanjur putus sekolah ini atau sudah keluar dari sekolah
(drop-out) bukan semudah membalikan telapak tangan. Dengan begitu maka,
kebijakan dan langkah yang paling stategis agar siswa-siswa tidak terlanjur putus
sekolah adalah dengan melakukan tindakan preventif sedini mungkin, khususnya
setelah diketahui ada indikasi bahwa seorang siswa akan putus sekolah.
Adapun disini intervensi yang dilakukan Pemerintah dalam menangani siswa
yang putus sekolah menurut Bagong Suyanto, mengatakan bahwa guna mencegah
siswa putus sekolah, yaitu sebagai berikut:6
a. Pemasyarakatan Lembaga Pendidikan Prasekolah.
Dalam konten ini masyarakatan lembaga pendidikan prasekolah
adalah siswa haruslah melewati fase pendidikan dari awal yaitu
dengan memasuki gerbang taman kanak-kanak. Siswa yang
5
Ali Imron. (2004). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Malang: Deparmen Pendidikan Nasional, Hal 125
6
memasuki gerbang taman kanak-kanak terlebih dahulu akan bisa
beradaptasi dengan lingkungan belajarnya serta mempunyai
prestasi belajar yang baik jika dibandingkan dengan siswa yang
tidak melewati fase taman kanak-kanak;
b. Penanganan siswa yang bermasalah, khususnya siswa yang
memiliki prestasi belajar relatif buruk di sekolah, terutama siswa
yang tinggal kelas. Penanganan yang dilakukan ini adalah lebih
kepada pendekatan individual yang dilakukan kepada siswa yang
bersangkutan. Penanganan yang maksimal pada tahap ini haruslah
dilakukan, mengingat siswa yang pernah tinggal kelas akan rawan
sekali untuk putus sekolah, hal ini dikarenakan siswa yang tinggal
kelas akan semakin menjauhkan dirinya dari guru, teman bahkan
pihak sekolah;
c. Progam Pemerintah seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Progam BOS ini adalah progam Bantuan Operasional Sekolah
yang berfungsi membiayai kegiatan operasional sekolah. BOS ini
akan diberikan kepada siswa-siswa di sekolah tingkat SD, SMP,
dan SMA. Pemberian BOS ini ditujukan untuk siswa dengan biasa
per-tiga bulan sekali setiap siswa di suatu sekolah. Pemberian BOS
ini diharapkan bisa memperingan siswa dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena orangtua setiap
bulannya tidak harus membayar biaya sekolah rutin setiap
d. Pemberian Beasiswa Pendidikan Bagi Masyarakat Menengah
Kebawah, penyebab anak tidak atau putus sekolah, kiranya faktor
ekonomi terkadang menjadi faktor yang paling sering ditemui.
Permasalahan kemiskinan sebagai faktor utama penyebab anak
tidak atau putus sekolah, maka optimalisasi pemberian beasiswa
menjadi alaternatif kebijakannnya yang dilakukan oleh Pemerintah.
e. Bantuan Siswa Miskin (BSM), reridentifikasinya anak yang putus
sekolah baik karena faktor ekonomi dan jarak maka Program
Bantuan Siswa Miskin menjadi alternatif lain selain optimalisasi
beasiswa. Program BSM merupakan program nasional dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan
disetiap daerah dengan maksud untuk mengamankan upaya jangka
panjang guna memutus rantai kemiskinan dengan memastikan
masyarakat miskin bisa mengakses pendidikan, sehingga mutu
sumber daya manusia Indonesia pada umumnya dan Kabupaten
Wajo pada khususnya terus meningkat dan mampu bersaing dalam
era masyarakat global. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) ini
bertujuan, untuk:
i. Untuk menghilangkan halangan siswa miskin
berpartisipasi untuk bersekolah dengan membantu
siswa miskin memperoleh akses pelayanan
pendidikan yang layak;
ii. Mencegah siswa putus sekolah karena ketiadaan
iii. Membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam
kegiatan pembelajaran;
iv. Mendukung program Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun (bahkan hingga tingkat
Sekolah Menengah Atas);
v. Membantu kelancaran program sekolah.
Secara khusus memang tidak mudah bagi Pemerintah untuk merealisasikan
pendidikan yang lebih, khususnya menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Banyak
faktor atau kendala-kendala agar pendidikan dapat terealisasikan dengan baik.
Maka hal ini menjadi perhatian bagi kita semua, khususnya Pemerintah.
Penggalakan pentingnya pendidikan formal minimal sampai pendidikan dasar 9
(sembilan) tahun harus dilakukan dan menjangkau semua lapisan masyarakat.
Salah satu penyebaran informasi bahwa ada alternatif lain untuk tetap melanjutkan
sekolah bagi siswa putus sekolah melalui progam paket B atau SMP satu atap.
Sehingga dapat mengikuti wajib belajar sembilan tahun demi perkembangan
dunia pendidikan di Indonesia.
3.2Analisa
Dewasa ini banyak orang kurang memahami arti pendidikan. Apa itu
“Pendidikan”? Pendidikan seringkali diartikan secara sempit sebagai pengajaran
di sekolah. Bahkan lebih sempit lagi diartikan sebagai pengajaran di dalam kelas.
Pendidikan seharusnya memiliki arti yang jauh lebih luas dari pada sekedar
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar yang disengaja, terencana,
terpola, dan dapat dievaluasi, yang diberikan kepada peserta didik oleh pendidik
agar tercapai kemampuan yang optimal. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan yang ada
dalam diri peserta didik. Potensi-potensi dimaksud diharapkan agar tumbuh dan
berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan bangsa. Oleh karena itu pendidikan bagi manusia merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan,
mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju,
sejahtera dan bahagia.
3.2.1 Pemenuhan dan Perlindungan Terhadap Anak Putus Sekolah Dalam Konvensi Hak Anak (KHA).
Pemenuhan hak pendidikan anak, tidak hanya sekedar memberikan kepada
anak kesempatan untuk memperoleh pendidikan saja, akan tetapi harus diartikan
sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan perlindungan anak. Dalam pasal 1
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa
perlindungan anak adalah segala upaya untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi. Selanjutnya dalam pasal 2 Undang-Undang No.
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tersebut, disebutkan pula bahwa selain
harus berdasarkan pada Pancasila dan berlandaskan UUD 1945, penyelenggaraan
perlindungan anak juga harus berlandaskan pada prinsip-prinsip Konvensi Hak
a. Non diskriminasi;
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan;
d. Penghargaan terhadap pendapat anak.
Selain itu, dalam pasal 54 Undang-Undang Perlindungan Anak disebutkan
pula bahwa anak di dalam lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di
dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.
Di dalam Konvensi Hak Anak (KHA), yang sudah diratifikasi dalam
Keppres No. 36/1990, juga terdapat sejumlah prinsip lain yang harus diperhatikan
dalam pemenuhan hak pendidikan anak, yakni sebagai berikut :
a. Berdasarkan pasal 28 ayat (1), maka negara-negara peserta mengakui hak
anak atas pendidikan dan untuk mewujudkan hak ini secara bertahap dan
berdasarkan kesempatan yang sama, khususnya:
1. Membuat pendidikan dasar suatu kewajiban dan
tersedia secara Cuma-Cuma untuk semua;
2. Mendorong pengembangan bentuk-bentuk yang
berbeda dari pendidikan menengah, termasuk
pendidikan umum dan kejuruan, menyediakannya untuk
setiap anak dan mengambil langkah-langkah yang tepat
seperti memperkenalkan pendidikan cuma-cuma dan
3. Membuat pendidikan yang lebih tinggi tersedia bagi
semua berdasarkan kemampuan dengan semua cara
yang layak;
4. Membuat informasi dan bimbingan pendidikan dan
kejuruan tersedia untuk semua anak dan bisa diperoleh
oleh semua anak;
5. Mengambil langkah-langkah untuk mendorong
kehadiran teratur di sekolah dan pengurangan angka
putus sekolah.
6. Berdasarkan pasal 28 ayat (3), maka negara-negara
peserta harus meningkatkan dan mendorong kerjasama
internasional dalam hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan, khususnya untuk membantu menghapus
kebodohan dan buta huruf diseluruh dunia dan
mempermudah perolehan pengetahuan ilmiah dan
teknis dan metode-metode pengajaran modern. Dalam
hal ini, perhatian khusus akan diberikan kepada
kebutuhan negara-negara berkembang.
7. Berdasarkan pasal 29, maka pendidikan anak harus
diarahkan pada:
8. Pengembangan kepribadian, bakat dan kemampuan
9. Pengembangan penghormatan terhadap hak-hak asasi
manusia dan kebebasan kebebasan dasar dan
prinsip-prinsip yang diabadikan dalam Piagam PBB;
10.Pengembangan penghormatan terhadap orang tua anak,
jati diri budayanya sendiri, bahasa dan nilai-nilainya
sendiri terhadap nilai-nilai nasional dari Negaradi mana
anak itu sedang bertempat tinggal, negara anak itu
mungkin berasal dan terhadap peradaban-peradaban
yang berbeda dengan miliknya sendiri;
11.Persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung
jawab dalam suatu masyarakat yang bebas, dalam
semangat saling pengertian, perdamaian, tenggang rasa,
persamaan jenis kelamin, dan persahabatan antara
semua bangsa, etnis, warga negara dan kelompok
agama, dan orang- orang asal pribumi;
12.Pengembangan untuk menghargai lingkungan alam.
3.2.2 Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Putus Sekolah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dengan adanya pembaruan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup
manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Seorang anak memiliki
Pengawasan terhadap hak anak baik secara pribadi maupun dari masyarakat perlu
dilakukan yang bertujuan melindungi hak-hak anak serta mencegah pengaruh
negatif yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Pengawasan yang
dilakukan tidak hanya dari orang tua saja, akan tetapi peran serta masyarakat dan
pemerintahjuga dapat menentukan nasib anak. Salah satu bentuk tanggung jawab
pemerintah dalam hal melindungi anak bangsa adalah dengan memberikan suatu
perlindungan hukum bagi anak. Melalui perlindungan hukum yang dibuat
tersebut, diharapkan dapat memberikan jaminan terpenuhinya hak-hak anak agar
dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat
dan martabat manusia.
Diundangkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 dengan adanya
pembaruan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 ini juga merupakan salah satu
bentuk keseriusan pemerintah dalam meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA)
Tahun 1990. Pemerintah perlu menjamin atau memberikan perlindungan secara
khusus terhadap keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keberadaan anak-anak
sebagai tunas bangsa. Anak diberikan kesempatan yang seluas-luasnya agar dapat
tumbuh dan berkembang secara layak tanpa diliputi rasa khawatir atau mendapat
tekanan.
Tujuan dari diadakannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
ini tertera dalam pasal 3, Dalam pasal tersebut menjelaskan tentang tujuan
diadakannya perlindungan anak, yang diharapkan seluruh anak mendapatkan
hak-haknya dan melindungi hak anak dari kekerasan dan diskriminasi. Sehingga
dengan adanya perlindungan anak tersebut, dapat mewujudkan harapan dalam
Pengaturan tentang Perlindungan Anak. Di dalam Undang-Undang No. 35
Tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak terdapat pasal-pasal yang menegaskan bahwa setiap anak
berhak dan harus memperoleh pendidikan dan pengajaran sejak dini. Didalam
Perlindungan Anak, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus diperhatikan
dalam pemenuhan hak pendidikan anak, yakni sebagai berikut;
a. Dalam pasal 9 ayat (1), maka setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya;
b. Dalam pasal 26 ayat 1 huruf (d), maka setiap anak berhak
diberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti
pada setiap anak;
c. Dalam pasal 48, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9(sembilan) tahun
untuk semuan anak;
d. Dalam pasal 49, Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, keluarga
dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada anak untuk memperoleh pendidikan;
e. Dalam pasal 51, Anak Penyandang Disabilitas diberikan
kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan
inklusif dan/atau pendidikan khusus;
f. Dalam pasal 53, Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung
jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan
mampu, Anak Terlantar, dan Anak yang bertempat tinggal di
daerah terpencil.
Dilihat berdasarkan peraturan perindang-undangan yang sudah ada, bahwa
pihak Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan peranan orang tua, dalam hal
ini sudah mengetahui Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 perubahan atas
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan berupaya
untuk memperkecil jumlah angka anak putus sekolah yang berada di setiap kota,
daerah maupun wilayah-wilayah terpencil. Pada dasarnya sebelum menjalankan
sebuah peraturan terlebih dahulu mengetahui apa yangterkandung dalam sebuah
peraturan sehingga dapat mengerti apa tujuan dan maksud dari sebuah peraturan
tersebut. Agar apa yang sudah diatur benar-benar diterapkan pada setiap kota,
daerah ataupun wilayah-wilayah terpencil. Maka perlindungan anak yaitu untuk
melindungi dan menjamin hak-hak anak agar dapat kesempatan yang
seluas-luasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
3.2.2 Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Putus Sekolah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pencegahan anak putus sekolah adalah cara untuk mengatasi anak yang telah
putus sekolah atau anak yang tidak mampu menamatkan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar maupun menengah secara formal maupun non formal. Dari
istilah tersebut dijelaskan bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak
ada pada manusia. Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Pengertian tersebut, pendidikan merupakan upaya yang terorganisir. memiliki
makna bahwa pendidikan dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan
tujuan yang jelas. ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses
pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan
sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem
pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya pendidikan itu terus
menerus sepanjang hayat. Selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap
dibutuhkan.
Upaya-upaya pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah yakni dengan
adanya peraturan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 34 ayat (1-3) telah ditetapkan bahwa:
1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti wajib
belajar.
2. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
Berdasarkan ketentuan di atas bahwa penyelenggaraan pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat dan
keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari usaha terpadu yang dilaksanakan
secara sinergis antara komponen terkait. Mengingat pendidikan merupakan hal
yang sangat penting bagi setiap warga negara dan merupakan jalan untuk
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sebagai penopang tercapainya
pembangunan baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang- bidang lainya.
Selain itu penerapan pendidikan anak pada usia dini sangat berperan
penting pada anak-anak usia dini dan peranan orang terdekatlah seperti orang tua
dan keluarga yang harus berperan aktif dalam memberikan arahan bahwa
pentingnya “Pendidikan”. Dalam Undang-Undang SISDIKNAS pasal 1 ayat (14),
menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinanan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukan
melalui pemberian pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani. Dengan kata lain bahwa pendidikan usia dini mempunyai
peran penting dalam anak-anak usia ini, agar memperoleh manfaat dari ilmu
pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidik atau
Pemerintah dalam mencegah terjadinya anak putu sekolah, yakni
a. Memberikan Motivasi : Motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang mengerakkan dan menggarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar.7 Secara umum dapat dikatakan bahwa
tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah
7
seseorang agar timbul keinginan dsan kemaunnya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan
tertentu.8
b. Melakukan Pembinaan : Pembinaan adalah suatu bimbingan atau
arahan yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa kepada
anak yang perlu dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan
memiliki kepribadian yang utuh dan matang kepribadian yang
dimaksud mencapai aspek cipta, rasa dan karsa.9
c. Melaksanakan Progam Pendidikan Paket A, B dan C : Selain
melakukan pembinaan dan memberikan motivasi upaya lain yang
dilakukan oleh Pemerintah adalah dengan melaksanakan program
pendidikan paket A, B dan C.
8
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, hal. 73
9