• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN KHALAYAK PEREMPUAN SURABAYA TERHADAP KEBEBASAN PEREMPUAN DALAM IKLAN 3 “ALWAYS ON” VERSI PEREMPUAN (Reception Analysis Khalayak Perempuan Surabaya Tentang Kebebasan Perempuan dalam Iklan 3 “Always On” Versi Perempuan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAHAMAN KHALAYAK PEREMPUAN SURABAYA TERHADAP KEBEBASAN PEREMPUAN DALAM IKLAN 3 “ALWAYS ON” VERSI PEREMPUAN (Reception Analysis Khalayak Perempuan Surabaya Tentang Kebebasan Perempuan dalam Iklan 3 “Always On” Versi Perempuan)."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Kebebasan Per empuan dalam Iklan 3 “Always On” Ver si

Per empuan)

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD AKBAR J AMAL

0943010234

J URUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “

J AWA TIMUR

(2)

Kebebasan Per empuan dalam Iklan 3 “Always On” Ver si

Per empuan)

Oleh :

Muhammad Akbar J amal

0943010234

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas

Pembanguinan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tangga 10-12-2014

Pembimbing Utama Tim Penguji

Dr. Catur Sur atnoaji, M.Si Dr. Catur Sur atnoaji, M.Si

NPT. 368049400281 NPT. 368049400281

J uwito, S.sos. M.Si

NPT. 367049500361

Dr s. Kusnarto, M.Si

NIP. 19580801 198402 1001

Mengetahui,

DEKAN

(3)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PEMAHAMAN KHALAYAK PEREMPUAN SURABAYA

TERHADAP KEBEBASAN PEREMPUAN DALAM IKLAN 3 ALWAYS

ON VERSI PEREMPUAN”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Catur Suratnoaji, M.

Si selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga

banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik itu berupa moril, spiritual

maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto MP, Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Juwito S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” Jatim.

4. Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Ilmu

(4)

6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan

FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

7. Bapak dan almarhum ibu penulis yang sangat berjasa besar bagi penulis.

Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada bapak dan almarhum ibu.

8. Teman-teman beserta sahabat yang membantu penulis menyelesaikan

laporan magang ini : Teman-teman kampus saya almarhum Arief

wicaksono yang sebelum kepergiannya selalu mendorong penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, lalu Dica aditya paramitha, Finna nirmala,

Caula novi, Metta, Dilla, Edjulpan Rusadi, Efrien Xavy, teman-teman

magang MetroTV Ika, Irene, Cindy, Gufron, Rizky, Bedjo, Iyan, Nisrina,

Leny dan semua anak magang baru, keluarga besar SURABAYA

KEDJANG dan juga media Ilmu Komunikasi lainnya, AK.Upn Radio,

UPN Tv, Xphose, dan Kinne.

9. Seluruh keluarga besar MetroTV Jawa Timur, Bapak Farid Jafar Sidiq.

Selaku kepala stasiun MetroTV Jawa Timur Surabaya. Mbak Amanda

Octovina Manuputty, Selaku Kepala Produksi. BapakWuriyanto yang

telah banyak membimbing dan banyak memberi pengarahan kepada

anak-anak magang Metro TV, Mas Yakie dan Mas Agung yang sudah

mempercayai penulis sebagai seorang kameraman sesungguhnya dan

(5)

banyak saya repotkan, dan kepada seluruh staff MetroTV lainnya.

Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi ini banyak

terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga

skripsiini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada

khususnya.

Surabaya, 12 Desember 2013

(6)

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ………... 9

1.3 Tujuan penelitian ... ……… 9

1.4 Kegunaan penelitian……… 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Penelitian terdahulu……… 11

2.2 Reception analysis………. 13

2.3 Media massa ... 15

2.4 Televisi……… 22

2.5 Iklan……… 24

2.5.1 Tujuan iklan ... 25

2.5.2 Jenis iklan ... 25

2.5.3 Iklan Corporate ... 27

2.6 Strategi iklan yang efektif ... 27

2.6.1 Daya tarik aktor dalam beriklan……… 28

2.6.2 Daya tarik seks dalam beriklan ………... 29

2.6.3 Musik di dalam beriklan ... 30

2.7 Iklan 3 Always On versri perempuan ………... 30

(7)

3.2 Obyek penelitian ... 45

3.3 Teknik pengumpulan data ... 45

3.4 Analisis data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 48

4.1 Gambaran umum penelitian ………. 48

4.1.1 Gambaran umum obyek penelitian ………. 48

4.2 Penyajian data ………... 51

4.2.1 Karakteristik informan ………. 51

4.2.2 Analisis data table ……… 51

4.2.3 Analisis data wawancara ………. 59

4.3 Interpretasi ………... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 83

5.1 Kesimpulan ………. 83

5.2 Saran ……… 84

(8)

“Always On” Versi Perempuan)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena-fenomena yang terjadi pada masyarakat, dimana salah satu provider di Indonesia bernama 3 meluncurkan sebuah iklan yang bernama 3 always on versi perempuan, iklan ini berdurasi kurang lebih satu menit, dan banyak diputar di berbagai stasiun televisi, sehingga stasiun-stasiun televisi yang memutar iklan itupun mendapat teguran dari KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) karena melakukan pelanggaran Pedoman perilaku penyiaran, dan Standart program siaran.

Iklan ini memiliki sebuah narasi tentang kebebasan perempuan yang tidak bebas, dan sebuah visual yang berada di akhir iklan, yang dimana menurut KPI visual itu seakan-akan menggambarkan tidak menggunakan busana. Penelitian ini menaruh pada pemahaman khalayak perempuan Surabaya terhadap kebebasan perempuan yang ada di dalam iklan 3 always on versi perempuan.

Pembuat iklan 3 always on versi perempuan adalah Production House (PH) Pantarei yang secara sengaja pembuat iklan yang menggambarkan suatu kebebasan, yang dibatasi oleh persepsi orang tua, norma-norma, dan budaya dalam masyarakat, juga dibungkus dalam garis “Think Again” dalam menghasut orang untuk berfikir ulang tentang fakta-fakta saat ini, menyangkal tentang makna dari kata " kebebasan ". Kebebasan adalah teori, kebebasan adalah Illusion, kebebasan adalah palsu, kebebasan aneh, kebebasan lucu, dan kebebasan adalah fantasi.

(9)

The study was based on the phenomena that occur in the community, where one provider in Indonesia named 3 launching an ad that called 3 always on the female version, this ad lasts approximately one minute, and many played on various television stations, so the station-television stations that play advertisements rose reprimanded KPI (Indonesian Broadcasting Commission) for committing breach of broadcasting code of conduct, and Standard programs broadcast.

This ad has a narrative about female freedom is not free, and a visual that is the end of the ad, which is where, according to the visual KPI's as if depicting not use fashion. This research is put on understanding the female audience Surabaya against the freedom of women in the ads 3 always on the female version.

3 advertisers are always on the female version Production House (PH) Pantarei advertisers who deliberately depicting a liberty, which is limited by the parents' perceptions, norms, and culture in society, also wrapped in a line of "Think Again" in inciting people to think again about the current facts, deny the meaning of the word "freedom". Freedom is a theory, freedom is Illusion, is a false freedom, freedom of weird, funny freedom, and freedom is a fantasy.

(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini perkembangan dunia sangat maju pesat, perkembangan

yang sangat pesat ini juga merambah pada perkembangan media massa.

Oleh karena adanya perkembangan media massa tersebut maka banyak

sekali masyarakat yang menggunakan media massa sebagai media

penyampaian pesan atau informasi kemasyarakat luas.

Jeremy Tunshall mendefinisikan komunikator sebagai petugas

nonadministratif (non clerical) didalam organisasi-organisasi komunikasi,

orang-orang yang bekerja dalam memilih, menyusun dan merencanakan

program-program, cerita-cerita dan pesan-pesan lainnya untuk akhirnya

disebarkan kepada khalayak. Definisi tersebut juga menunjukan bahwa

komunikator meliputi para jurnalis, para petugas perusahaan periklanan,

produser siaran, radio siaran dan televisi, serta para penyuting. Melihat

uraian tadi, maka dapat dikatakan bahwa komunikator dalam komunikasi

massa pada umumnya adalah suatu organisasi yang kompleks, yang dalam

operasionalnya membutuhkan biaya yang sangat besar (Ardianto,

Erdinaya, 2004: 36).

Dengan kata lain komunikator di media massa bersifat melembaga

(11)

individu, tetapi kumpulan orang-orang yang terlibat dalam organisasi dan

gabungan dari berbagai macam unsur dan bekerja dalam sebuah lembaga,

yang dapat menyampaikan pesannya kepada sejumlah kalayak yang

tersebar luas. Sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak

dan sesaat. Media massa terdiri dari Koran, majalah, radio, televisi, film,

dll.

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat tak perlu dijelaskan lagi.

Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur

kata-kata, music dan sound effect, maka Televisi selain ketiga unsur tersebut

juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar

mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang

mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga

melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan

aman dan nyaman, sedang pesawat yang kecil mungil itu dapat

menghidangkan selain film juga program menarik lainnya (Effendi. 1993:

177).

Dengan adanya keistimewaan tersebut, masyarakat saat ini telah

menjadikan televisi sebagai benda yang wajib untuk dimiliki. Hal ini

terbukti dengan kondisi masyarakat saat ini terutama masyarakat

dikota-kota besar seperti Surabaya yang hampir setiap rumah memiliki televisi.

Selain itu televisi mempunyai pengaruh dapat memperkuat persepsi

khalayak terhadap realitas social. Televisi menjadi media atau alat utama

(12)

lingkungannya. Gambar (Visual) dan suara (Audio) yang ada pada televisi

mampu persuasi kalayak untuk menirukan apa yang ditampilkan di

televisi. Karena banyaknya khalayak yang tertarik dengan media televisi,

sehingga membuat televisi banyak menjadi pilihan dalam beriklan.

Iklan dapat didefinisikan sebagai sebuah pengiriman pesan melalui

suatu media yang dibayar sendiri oleh pemasang iklan. Sebagai konsumen,

kita sering dibanjiri berbagai jenis iklan melalui TV, radio, surat kabar,

majalah sampai poster. Iklan merupakan bentuk komunikasi yang

bertujuan mempengaruhi setiap lapisan atau anggota masyarakat. Ukuran

yang digunakan juga sangat beragam, mulai dari yang paling kecil dan

juga sederhana hingga iklan berwarna dengan ukuran raksasa. Media yang

paling sering digunakan pun antara lain mulai dari pers, bioskop, hingga

kampanye yang membutuhkan anggaran besar di TV nasional.

Pemanfaatan iklan bisa menelan biaya mulai dari yang bernilai ratusan

ribu saja sampai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah.

Iklan mampu membantu hampir semua sasaran komunikasi dan

iklan adalah sarana yang ampuh dalam membangun kesadaran konsumen.

Kekuatan utama dari iklan barangkali terletak pada fakta bahwa iklan

dibayar untuk publisitas, artinya kita dapat memilih media yang tepat

untuk mencapai audience sasaran, dan yang paling penting menyampaikan

pesan secara tepat mengenai apa yang kita inginkan dan pesan yang kita

sampaikan haruslah legal, sopan, jujur, dan benar. Sedangkan kelemahan

(13)

berperan sebagai tenaga penjual, sedangkan dalam ruang lingkup yang

lebih luas iklan hanya dapat membantu mendekatkan pada penjualan

biasanya dengan cara membangun merek (Brannan, 2004: 51).

Iklan memainkan peranan yang cukup penting dalam perindustrian

barang dan jasa. Iklan secara tidak disadari sangat mempengaruhi sikap

hidup manusia yang menerimanya. Iklan yang disiarkan melalui media

massa dapat mempengaruhi atau dalam arti membawa dampak positif

maupun negative terhadap kehidupan budaya masyarakat.

Keberhasilan dari suatu perekonomian secara nasional banyak

ditentukan oleh kegiatan-kegiatan periklanan dalam menunjang usaha

penjualan yang menentukan kelangsungan hidup produksi pabrik-pabrik,

terciptanya lapangan pekerjaan, serta adanya hasil yang menguntungkan

dari seluruh uang yang telah diinvestasikan Apabila proses itu terhenti,

maka terjadilah resesi. Hal ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa

Negara-negara yang makmur senantiasa disemarakkan oleh kegiatan-kegiatan

periklanan yang gencar (Jefkins. 1997: 1).

Berbagai macam provide cellular berlomba-lomba berusaha

menarik perhatian konsumen dengan berbagai cara, contohnya adalah

dengan beriklan di televisi, salah satunya seperti iklan dari provider 3.

Banyak iklan yang sudah diluncurkan oleh 3 ke masyarakat dengan tujuan

menyampaikan informasi dan dapat diterima dimasyarakat, namun iklan 3

yang “always on versi perempuan” malah menimbulkan banyak masalah

(14)

Iklan ini berdurasi kurang lebih satu menit, dan banyak diputar di

berbagai stasiun televisi seperti RCTI, TRANS 7, TRANSTV,

METROTV, dan INDOSIAR. 5 stasiun ini pun akhirnya mendapat teguran

dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dikarenakan memutar iklan 3

“always on versi perempuan” yang dipercaya memiliki banyak nilai

negatif didalam iklan tersebut.

Iklan tersebut memiliki sebuah narasi, yang dimana narasi tersebut

berbunyi seperti ini :

“Kebebasan itu omong kosong, katanya aku bebas berekspresi,

tapi selama rok masih dibawah lutut”. (seakan-akan menganggap bahwa

kebebasan itu harus benar-benar bebas dan tanpa adanya batas-batas,

seperti rok diatas lutut)

“Hidup ini singkat, mumpung masih muda nikmatin sepuasnya,

asal jangan lewat dari jam 10 malam”. (narasi tersebut terucap bersamaan

saat gambar dimana aktor wanita ini terlihat sedang menari seakan-akan ia

sedang dugem di sebuah pub atau club, “asal jangan lewat dari jam 10

malam” pada saat narasi ini seperti terlihat aktor wanita ternyata dugem

pada siang bolong, dimana ada sang waiters yang sedang bersih-bersih

(15)

Gambar 1.1 Sang waiter melihat aktor wanita dengan aneh.

Setelah itu “katanya jaman sekarang pilihan itu tidak ada

batasnya selama ikutin pilihan yang ada”, setelah itu muncul tulisan

“think again” dilayar televisi, seperti sebuah ajakan kepada kalayak untuk

berpikir lagi tentang kebebasan yang sesungguhnya.

(16)

Gambar 1.3 Aktor cewek sedang berpelukan.

Selain itu di akhir iklan juga terlihat aktor cewek ini berpelukan

dengan seorang laki-laki dengan sangat erat yang apabila dilihat

seakan-akan tanpa menggunseakan-akan busana. Banyak kontroversi tentang iklan 3

“always on versi perempuan” ini, dari yang negative juga positif. Bahkan

di youtubepun salah satu situs unggah video terbesar didunia telah terjadi

banyak perdebatan tentang iklan ini, dimana komentar-komentar

orang-orang dapat dibaca saat membuka iklan ini, letaknya pas berada dibawah

video iklan ini.

Menurut KPI jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai

pelanggaran terhadap perlindungan anak dan remaja serta norma

kesopanan. KPI Pusat telah mengirimkan Surat No. 495/K/KPI/08/12

tertanggal 9 Agustus 2012 perihal peringatan tertulis atas iklan tersebut

kepada seluruh stasiun TV. Dalam surat tersebut, KPI Pusat telah meminta

untuk segera melakukan evaluasi internal dengan cara melakukan editing

(17)

Namun iklan itu masih bisa dijumpai hingga saat ini, sehingga KPI pun

menegur kembali lima stasiun TV yang masih memutar iklan tersebut.

Dari penjelasan diatas, penulis tertarik dalam meneliti Reception

analysis masyarakat Surabaya tentang iklan 3”always on versi perempuan”

ini. Iklan 3 Always On versi perempuan ini menggambarkan kebebasan

perempuan yang memiliki batasan-batasan. Pemaknaan yang dibangun

dalam iklan tersebut belum tentu sama dengan pemahaman khalayak,

untuk itu penelitian ini ingin memahami pemaknaan khalayak terhadap

pesan-pesan yang ada didalam iklan 3.

Penelitian ini menggunakan penelitian reception analysis, dan

peneliti akan memilih lokasi penelitian ini kepada khalayak perempuan

Surabaya khususnya. Peneliti memilih khalayak perempuan Surabaya

sebagai objek dari penelitian ini karena Surabaya merupakan kota

metropolis kedua di Indonesia sehingga khalayak Surabaya merupakan

khalayak yang aktif dengan berbagai karakteristik.

Dengan banyaknya berbagai karakteristik khalayak perempuan

Surabaya ini peneliti memilih dengan menggunakan Reception Analysis,

karena disini khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretive communitive

yang selalu akti dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna, tidak

hanya sekedar menjadi individu pasif yang hanya menerima saja makna

yang diproduksi oleh media massa (McQuail, 1997: 19). Menurut

McQuail (1997), reception analysis menekankan pada penggunaan media

(18)

pemberian makna melalui persepsi khalayak atas pengalaman dan

produksi. Hasil penelitian ini merupakan representasi suara khalayak yang

mencakup identitas social dan posisi subyek. (dalam jurnal Sciptura Vol.

3, No. 1, 2009)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Pemahaman

Khalayak Perempuan Surabaya Terhadap Kebebasan Perempuan Dalam

Iklan 3 Always On Versi Perempuan? “

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami pemahaman

khalayak perempuan Surabaya terhadap kebebasan perempuan yang ada

dalam iklan 3.

1.4 Kegunaan Penelitian

a. Teoritis

- Menjadikan bahan informasi untuk dimanfaatkan dan dipertimbangkan

dalam penelitian lebih lanjut.

b. Praktisi

- Menambah referensi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya tentang

kajian reception analysis.

- Menambah wawasan bagi para pengiklan untuk membuat iklan yang

(19)

- Untuk menambah wawasan bagi masyarakat pengguna media massa,

(20)

2.1 Penelitian Terdahulu

Penulis juga menggunakan jurnal-jurnal penelitian yang terdahulu,

untuk sebagai gambaran penulis dalam melakukan penelitian ini, ada 2

jurnal berupa buku yang penulis dapatkan dengan sendiri, pertama jurnal

komunikasi Universitas Tarumanagara Vol3 No 2, jurnal ini penulis

dapatkan sendiri di Universitas Tarumanagara Jakarta, dengan judul “Studi

Resepsi Terhadap Lirik Lagu Bermuatan Politik”. Penelitian ini meneliti

tentang sebuah komunikasi yang menggunakan media musik, “Andai Ku

Gayus Tambunan” merupakan sebuah lagu balada dengan lirik yang

sangat sederhana tetapi mampu memberikan sindiran tajam kepada

pemerintah. Proses pemaknaan ini juga terjadi manakala masyarakat

mendengar lagu “Andai Ku Gayus Tambunan” yang dilantunkan oleh

Bona. Peneliti tertarik untuk meneliti pemahaman dan proses pemaknaan

seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat terhadap lagu tersebut. Dalam

hal ini, peneliti tidak melakukan sendiri pemaknaannya melainkan

menggunakan masyarakat sebagai narasumber. Hal ini berkaitan dengan

acuan Reception Studies yang memiliki asumsi bahwa cara pandang

pemaknaan teks yang dianggap penting serta relevan untuk studi ataupun

dunia praktek adalah studi pemaknaan teks oleh audiens atau penerimanya

(21)

Menurut jurnal ini Studi resepsi khalayak (Reception Analysis)

adalah aliran modern cultural studies yang dikembangkan untuk

memahami polisemi sebagai sebuah interpretasi teks. Pemaknaan yang

dilakukan oleh masyarakat dikenal dengan sebutan reception studies atau

reception analysis yang mengacu pada kumpulan orang yang membuat

interpretasi. Para perintis studi konsumsi ini berasumsi bahwa apa pun

yang dilakukan analisis makna tekstual sebagai kritik, masih jauh dari

kepastian tentang makna yang teridentiikasi, yang hanya mungkin

diaktikan oleh pembaca atau audiens atau konsumen. Penelitian ini

menggunakan tiga narasumber yang dimana tiap narasumbernya memiliki

karakteristik yang berbeda-beda, yaitu penikmat music, pengamat music,

dan ahli komunikasi politik.

Jurnal berikutnya peneliti mendapatkannya di Universitas Kristen

Petra Surabaya, jurnal terbitan SCRIPTURA Vol3 no.1 yang penelitiannya

berjudul “Penelitian dalam Perspekti Reception Analysis” yaitu penelitian

khalayak dengan pendekatan kualitatif menjadi poin penting dalam studi

media dan budaya yang selama ini didominasi oleh pendekatan kuantitatif.

Khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretive communitive yang selalu

aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna, tidak hanya

sekedar menjadi individu pasif yang hanya menerima saja makna yang

diproduksi oleh media massa (McQuail, 1997: 19). Peneliti menggunakan

teknik pengumplan data melalui in-depth-interview untuk memperoleh

(22)

Sehingga diharapkan diperoleh informasi atau pendapat yang jujur dan

terbuka sesuai dengan tema yang dipilih. Analisisnya adalah narasi-narasi

kualitatif yang diperoleh dari hasil interpretasi in-depth-interview yang

dilaksanakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Sedangkan

informan bisa dipilih secara purposive dengan mempertimbangkan variasi

berdasarkan latarbelakang konteks social budaya. Teknik pengumpulan

data lain yang bisa dipertimbangkan peneliti adalah dengan melakukan

Focus Group Discussion (FGD/ Diskusi kelompok terarah) untuk

mendapatkan kedalaman.

2.2 Reception Analysis

Para perintis studi resepsi atau studi konsumsi menyatakan bahwa

apa pun yang dilakukan analisis makna tekstual sebagai kritik masih jauh

dari kepastian tentang makna yang teridentifikasi yang akan diaktifkan

oleh pembaca/audien/konsumen. Yang dimaksudkan adalah bahwa audien

merupakan merupakan pencipta aktif makna dalam kaitannya dengan teks.

Sebelumnya mereka membawa kompetensi budaya yang telah mereka

dapatkan untuk dikemukakan dalam teks sehingga audien yang terbentuk

dengan cara yang berbeda akan mengerjakan makna yang berlainan.

Pada dataran teoritis dua wilayah studi terbukti memiliki pengaruh

tertentu: model ‘encoding-decoding’ yang dikemukakan Hall (1981) dan

studi resepsi literer. Hall menyatakan bahwa produksi makna tidak

(23)

karena pesan-pesan (dalam televisi), yang dikonstruksi sebagai system

tanda dengan komponen multi-accen-tuated, bersifat polisemis, jadi

mereka memiliki lebih dari sekedar serangkaian makna potensial. Ketika

audien berpartisipasi dalam kerangka kerja kultural dengan produser,

maka decoding audien dan encoding tekstual akan serupa. Namun, ketika

anggota audien ditempatkan pada posisi social yang berbeda (misalnya,

berdasarkan kelas dan gender) dari pengode yang memiliki sumber daya

kultural yang sama sekali berbeda, mereka akan mampu mengkode

program secara alternatif.

Karya dalam tradisi hermeneutika dan studi resepsi literer (

Gadamer, 1976; lser, 1978) menyatakan bahwa pemahaman selalu berasal

dari posisi dan sudut pandang orang yang paham, yang tidak hanya

melibatkan reproduksi makna tekstual namun juga produksi makna oleh

pembacanya. Teks bisa menstrukturkan aspek makna dengan memandu

pembacanya. Teks bisa menstrukturkan aspek makna dengan memandu

pembacanya, namun dia tidak dapat memapankan makna, yang merupakan

hasil dari interaksi antar teks dengan imajinasi pembacanya. (barker,

2006: 34)

Secara garis besar operasional dalam reception analysis adalah

dimana analisis ini mencoba menganalisis sebuah makna dan pemahaman

khalayak atas sebuah pesan dari teks media (cetak, elektronik, internet)

dengan memahami berbagai macam karakter khalayak. Setiap individu

(24)

yang berbeda-beda pula tergantung dari pengalaman setiap individu

tersebut, sehingga hasil dari penelitian ini tidak bisa ditebak. Karena

penelitian kualitatif berusaha untuk menjelaskan dan menginterpretasi

fenomena social yang terjadi berdasarkan uraian individu/informan yang

diseleksi lebih dulu.

2.3 Media Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui

media massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya

saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass

communication (media komunikasi massa). Media massa apa? Media

massa (Atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu

ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media

traditional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, disini

jelas media massa menunjukan pada hasil produk teknologi modern

sebagai saluran dalam komunikasi massa.

Lalu apa media massa dalam komunikasi massa? Ada banyak versi

juga tentang bentuk ini. Namun, dari sekian banyak definisi bisa dikatakan

media massa bentuknya antara lain media elektronik (televisi, radio),

media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, dan film. Dalam

perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini,

ada satu perkembangan tentang media massa, yakni ditemukannya

(25)

definisi komunikasi massa yang memasukan internet dalam media massa.

Padahal jika ditinjau dari cirri, fungsi, internet jelas masuk dalam bentuk

komunikasi massa. Dengan demikian, bentuk komunikasi massa bisa

ditambah dengan internet. (Nurudin, 2007: 3)

Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael

W. Gambledan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa

itu komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai

komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan

modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat

kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan

melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah,

televise, film, atau gabungan diantara media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan

pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan

orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.

Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang

membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan

pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah milik public. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan

dan diterima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik public.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal

(26)

komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga.

Lembaga inipun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan

organisasi suka rela atau nirlaba.

5. Komunikasi massa dikontrol oleg gatekeeper (penapis informasi).

Artinya pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol

oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan

lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antarpribadi,

kelompok atau public dimana yang mengontrol bukan sejumlah

individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut

berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan.

Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubric, dan

lembaga sensor lainnya dalam media itu bisa berfungsi sebagai

gatekeeper.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda. Kalau

dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisabersifat langsung.

Misalnya, dalam komunikasi antarpersonal. Dalam komunikasi ini

umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan

lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda

(delayed).

Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi

yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience

(27)

Ada banyak pendapat yang dikemukakan untuk mengupas

fungsi-fungsi komunikasi massa. Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black

dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain :

1. To inform (menginformasikan)

2. To entertain (member hiburan)

3. To persuade (membujuk)

4. Transmission of the culture (transmisi budaya)

Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian

dalam bukunya The Media Of Mass Communication (1991) disebutkan;

1. Providing information

2. Providing entertainment

3. Helping to persuade

4. Contributing to social cohesion (mendorong kohesi social)

Adapula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh

Harold D. Lasswell yakni :

1. Surveillance of the environment (fungsi pengawasan)

2. Correlation of the part of society in responding to the

environment (fungsi korelasi)

3. Transmission of the social heritage from one generation to the

next (fungsi pewarisan social)

Sementara itu, menurut Alexis S. Tan fungsi komunikasi bisa

(28)

disodorkannya, Alexis S. Tan menyederhanakan dalam tabel sebagai

Mempelajari ancaman dan peluang, memahami

lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan.

Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang

berguna mengfungsikan dirinya secara efektif dalam

masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang

cocok agar diterima oleh masyarakat.

Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku,

dan aturan yang cocok agar diterima dalam

masyarakatnya.

Menggembirakan, mengendorkan urat saraf,

menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah

yang dihadapi.

Tabel 2.1 Fungsi komunikasi massa Alexis S. Tan

Ada banyak pendapat yang dikemukakan, apapun yang

dikemukakan, setidaknya ada benang merah bahwa fungsi komunikasi

massa secara umum bisa dikemukakan sebagai :

A. Informasi

Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat

(29)

fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Iklanpun

dalam beberapa hal memiliki fungsi memberikan informasi.

B. Hiburan

Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling

tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya,

masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Hal

ini sangat berbeda dengan media cetak. Media cetak biasanya tidak

menempatkan hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi. Namun

demikian, media cetakpun harus tetap menfungsikan hiburan.

Gambar-gambar berwarna yang muncul disetiap halaman, adanya teka-teki, dan

cerita bergambar menjadi beberapa ciri bahwa media cetak juga

memberikan layanan hiburan.

C. Persuasi

Fungsi persuasi komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan

fungsi informasi dan hiburan. Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi

persuasi dianggap sebagai fungsi yang paling penting dari komunikasi

massa. Persuasi bisa dating dari berbagai macam bentuk:

1. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai

seseorang

2. Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang

3. Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu

(30)

D. Transmisi Budaya

Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang

paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan.

E. Mendorong Kohesi Sosial

Kohesi yang dimaksud disini adalah penyatuan. Artinya media massa

mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa

merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa

bercerai-berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa

yang memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup antar umat

beragama, sama saja media massa itu mendorong kohesi social. Paul

Lazarfeld dan Robert K. Merton pernah menyatakan bahwa media juga

mempunyai fungsi narcotizing dysfunction (racun pembius). Meskipun

istilah ini sangat ekstrem, tetapi tidak dapat dipungkiri media massa

yang tidak dapat dikelola secara bijak atau hanya untuk mengejar

keuntungan materi bisa menjadi “racun” bagi masyarakat. Hal tersebut

tidak bisa megarahkan masyarakat untuk maju, bersatu, jujur, tetapi

justru sebaliknya menciptakan kemunduran masyarakat, bercerai berai,

atau terus konflik dan melakukan kebohongan. Oleh karena itu, Media

massa yang tidak dikelola secara professional, berdasarkan moral yang

(31)

F. Pengawasan

Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan.

Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi

mengenai kejadian-kejadian yang ada disekitar kita.

G. Korelasi

Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan

bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat

kaitannya dengan fungsi ini dalah peran media massa sebagai

penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Sebuah berita

yang disajikan oleh seorang reporter akan menghubungkan antara

narasumber (salah satu unsur bagian masyarakat ) dengan pembaca

surat kabar (unsur bagian masyarakat lain). (Nurudin, 2007: 64)

2.4 Televisi

Televisi hidup diantara masyarakat seperti anggota keluarga. Ia

menjadi bagian tak terpisahkan dalam menjalani kegiatan hari demi hari.

Pesawat televise menjadi perabot yang wajib dimiliki, melekat pada setiap

rumah seperti sebuah pintu. Tidak berlebihan kalau televise telah menjadi

alun-alun baru yang dapat mengumpulkan khalayak dari berbagai arah.

Televisi juga merupakan bomber yang memiliki kekuatan dashyat dalam

menyerang. Ketika televise makin berani menyiarkan acara yang

mengandung unsur erotisme dan pornoaksi, konon banyak pemerkosa

(32)

Televisi telah menjadi tuntunan bagi sebagian masyarakat kita,

terutama generasi muda yang sedang mencari identitas diri. Sayangnya,

tuntunan yang sebagian besar diberikan justru menyimpang dari akar

budaya. Remaja Jakarta sudah seperti remaja Hollywood. Secara berantai,

gaya hidup mereka menjadi tuntunan bagi remaja diseluruh pelosok

Indonesia. Mereka tak malu lagi menggunakan pakaian yang ukuran

sangat minim. Bagaimana tidak risih, Para artis dan figure public

mengenakan pakaian semacam itu dalam kegiatan public yang disiarkan

media. (Budiasih, 2004: 46)

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh masyarakat

Amerika ditemukan bahwa hampir setiap orang di benua itu menghabiskan

waktunya antara 6-7 jam per minggu untuk menonton TV. Waktu yang

paling tinggi terserap pada musim dingin. Di Australia anak-anak rata-rata

terlambat bangun pagi kesekolah karena banyak menonton TV di malam

hari, sementara di Indonesia pemakaian TV di kalangan anak-anak

meningkat pada waktu libur, bahkan bisa melebihi 8 jam per hari.

Kenapa televisi begitu banyak menyita perhatian tanpa mengenal

usia, pekerjaan, dan pendidikan. Hal ini karena televisi memiliki sejumlah

kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi audio

dan visual, ditambah dengan kemampuannya dalam memainkan warna.

(33)

Selain itu TV juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga

penonton yang tinggal didaerah-daerah terpencil dapat menikmati siaran

TV. Pendek kata TV membawa bioskop ke dalam rumah tangga,

mendekatkan dunia yang jauh ke depan mata tanpa perlu membuang

waktu dan uang untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut. (Cangara,

2004: 123)

Pada intinya para biro-biro atau para pelaku beriklan lebih banyak

memilih televise sebagai media dalam beriklan, karena televise adalah

media massa yang memiliki suara (audio) dan visual (gambar) secara

bersamaan, sehingga televise adalah media massa yang paling banyak

diminati semua orang, sehingga para pengiklanpun tidak segan-segan

dalam membuat iklan sekreatif mungkin di televise ini.

2.5 Iklan

Iklan mulai dikenal sejak zaman Yunani Kuno, terutama digunakan

untuk menyiarkan budak-budak yang lari dari majikannya atau memberi

tahu aka nada pertandingan gladiator. Bentuknya masih sederhana, dengan

menyebarkan surat edaran (brosur). Lambat-laun, sejalan dengan

perkembangan teknologi informasi, di Inggris mulai digunakan metode

tulisan tangan dan mencetaknya di atas kertas-kertas ukuran besar.

Kemajuan teknologi memproduksi iklan baru dimulai pada abad ke-17,

bersamaan dengan penjualan buku-buku baru dan surat kabar yang makin

(34)

Sejak awal periklanan mempunyai kaitan yang kompleks dengan

berbagai perkembangan di bidang-bidang lain. Antara lain bidang-bidang

industry dan komunikasi, atau antara perdagangan dan informasi. Hal ini

perlu diketahui untuk memahami perubahan-perubahan tujuan,

pengelolaan, dan metode periklanan pada konteks masing-masing zaman

(PPPI, 2004: xix).

2.5.1 Tujuan Iklan

Pada awalnya iklan didesain untuk mencapai beberapa tujuan :

1. Membuat pasar sasaran menyadari (aware) akan suatu merk baru

2. Menfasilitasi pemahaman konsumen tentang berbagai atribut dan

manfaat merk yang diiklankan dibandingkan merk-merk pesaing.

3. Meningkatkan sikap-sikap dan mempengaruhi niatan untuk

membeli

4. Menarik sasaran agar mencoba produk

5. Mendorong perilaku pembelian ulang (Shimp, 2003: 368).

2.5.2 J enis Iklan

A. Iklan Komersial

Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan mendukung kampanye

pemasaran suatu produk atau jasa. Iklan komersial yang dimuat atau

(35)

bahasa inggris biasanya disebut commercial saja (Madjadikara, 2004:

17).

B. Iklan Nonkomersial

Iklan nonkomersial banyak jenisnya termasuk iklan undangan

tender, orang hilang, lowongan kerja, duka cita, mencari istri atau

suami, dan juga iklan yang merupakan bagian dari kampanye social

marketing yang bertujuan menjual gagasan atau idea untuk kepentingan

dan pelayanan masyarakat (public service). Iklan jenis ini biasanya

disebut iklan layanan masyarakat (ILM) atau dalam bahasa inggrisnya

Public Service Advertising (PSA).

Biasanya pesan ILM ini berupa ajakan atau himbauan kepada

masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi

kepentingan umum atau mengubah suatu kebiasaan atau perilaku

masyarakat “yang tidak baik” supaya menjadi lebih baik, misalnya

masalah pembuangan sampah, mendorong minat baca, berlalu-lintas

dengan tertiba, keluarga berencana, berhenti merokok, menghindari

AIDS, “Say NO to drugs”, dan sebagainya. Siapapun bisa saja

melancarkan kampanye iklan layanan masyarakat ini : badan-badan

pemerintahan, perusahaan-perusahaan, swasta maupun pemerintah,

asosiasi atau ikatan orang-orang seprofesi, LSM, dan sebagainya.

(36)

embel-embel, seperti logo, slogan, atau bahkan nama sponsornya.

(Madjadikara, 2004: 17)

2.5.3 Iklan Corporate

Iklan corporate adalah iklan yang bertujuan membangun citra

(image) suatu perusahaan yang pada akhirnya tentu diharapkan juga

membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh

perusahaan tersebut.

Kampanye iklan corporative idealnya dilakukan simultan bersama

kampanye PR (Public Relation Campaign). Iklan corporate baru efektif

bila didukung fakta-fakta yang kuat, yang mempunyai nilai berita dan

biasanya selalu dikaitkan dengan kegiatan tertentu yang berorientasi pada

kepentingan masyarakat atau kelompom tertentu dalam masyarakat.

Misalnya, iklan yang melaporkan kegiatan sebuah perusahaan industry

susu saat member sumbangan atau pendidikan keterampilan kepada para

peternak sapi perah. Contoh lain adalah ikla yang memberitakan sebuah

perusahaan yang berhasil meraih penghargaan, brevet, atau trophy tertentu

karena prestasinya dalam mendidik dan mempekerjakan orang cacat, dan

(37)

2.6 Strategi Iklan Yang Efektif

Kata “kreatif” sering sekali digunakan oleh para pengguna bahasa,

baik untuk tujuan positif maupun negative. Secara singkat dan sederhana

pengertian “kreatif” bisa didefinisikan sebagai berikut: “Suatu

kemampuan yang dimiliki seseorang ( atau sekelompok orang ) yang

memungkinkan mereka menemukan pendekatan-pendekatan atau

terobosan baru dalam menghadapi situasi atau masalah tertentu- yang

biasanya tercermin dalam pemecahan masalah- dengan cara yang baru

atau unik yang berbeda dan lebih baik dari sebelumnya”(Creative

Education Foundation). (Madjadikara, 2004: 55)

Iklan yang efektif biasanya kreatif. Yakni, bisa membedakan

dirinya dari iklan-iklan massa yang sedang-sedang saja; iklan yang tidak

biasa dan berbeda. Iklan yang sama dengan sebagian besar iklan lainya

tidak akan mampu menerobos kerumunan iklan kompetitif dan tidak akan

dapat menarik perhatian konsumen. (Shimp, 2003: 416)

Sehingga setiap pengiklan berlomba-lomba untuk membuat iklan

sekreatif mungkin agar dapat menarik perhatian konsumen untuk

memperhatikan iklannya dan juga produknya, baik dari cerita iklan, narasi

sebuah iklan, model yang digunakan, music, dan lain-lain.

2.6.1 Daya Tarik Aktor Dalam Beriklan

Para bintang televise, actor film, para atlet terkenal, dan

(38)

didalam iklan-iklan di majalah, iklan radio, dan iklan televisi untuk

mendukung produk. Menurut definisi, selebriti adalah tokoh (actor,

penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya didalam

bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang didukung. Para

selebriti banyak diminta sebagai juru bicara produk. Para pengiklan dan

biro-biro periklanan bersedia membayar harga yang tinggi kepada kaum

selebriti tersebut yang disukai dan dihormati oleh khalayak yang menjadi

sasaran dan yang diharapkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku

konsumen yang baik terhadap produk yang didukung. (Shimp, 2003: 460)

2.6.2 Daya Tarik Seks Di Periklanan

Sesungguhnya daya tarik seksual mempunyai beberapa peran yang

potensial. Pertama, materi seksual dalam periklanan bertindak sebagai

daya tarik untuk mengambil perhatian yang juga mempertahankan

perhatian tersebut untuk waktu yang lebih lama-seringkali dengan

menunjukan model yang menarik dalam pose yang merangsang. Ini

disebut “Peran kekuatan untuk menghentikan” dari seks.

Peran potensial kedua adalah untuk “meningkatkan ingatan”

terhadap pesan. Riset menunjukan bahwa iklan yang berisi daya tarik

seksual atau simbolisme akan meningkatkan ingatan hanya apabila hal itu

cocok dengan kategori produk sesuai dengan pelaksanaan kreatif iklan.

Daya tarik seksual menghasilkan ingatan yang lebih baik bila pelaksanaan

(39)

diiklankan. Iklan Guess jeans dapat dianggap sebagai pemakaian yang

tepat, sejauh daya tarik seksual merupakan atribut kunci dari kedua produk

tersebut.

Peran ketiga yang dijalankan oleh isi seksual dalam periklanan

adalah untuk membangkitkan tanggapan emosional seperti perasaan

arousal (merangsang) atau bahkan nafsu. Reaksi-reaksi ni dapat

meningkatkan pengaruh persuasif iklan, dengan kebalikannya, bisa

menimbulkan perasaan negative seperti rasa jijik, rasa malu, atau perasaan

tidak senang. (Shimp, 2003: 481)

2.6.3 Musik Di Dalam Beriklan

Musik telah menjadi komponen penting dunia periklanan hamper

sejak suara direkam pertama kali. Jingle, music latar, nada-nada popular,

dan aransemen klasik digunakan untuk menarik perhatian, menyalurkan

pesan-pesan penjualan, menentukan tekanan emosional untuk iklan, dan

mempengaruhi suasana hati para pendengar. Para penghibur terkenal,

penyertaan music yang non-vokal, dan para penyanyi yang tidak terkenal

digunakan secara luas di dalam mempromosikan segala sesuatu, mulai dari

pelembut cucian sampai mobil.

Banyak praktisi dan mahasiswa menganggap bahwa music

membentuk berbagai fungsi komunikasi. Ini meliputi cara untuk menarik

perhatian, menjadikan konsumen berada dalam perasaan yang positif,

(40)

bahkan mengkomunikasikan arti produk-produk yang diiklankan. (Shimp,

2003: 487)

2.7 Iklan 3 Always On Versi Per empuan

Sudah sewajarnya setiap perusahaan berlomba-lomba membuat

iklan sekreatif mungkin untuk dapat menarik khalayak tertarik melihat

iklan tersebut, dengan begitu maka produk yang diperkenalkan oleh iklan

tersebut dapat dikenal oleh khalayak, dan efeknya sangat berpengaruh

pada penjualan suatu produk. Namun terkadang efek yang ditimbulkan

bisa menjadi suatu hal negative, seperti halnya iklan dari 3 Always on

versi perempuan.

Di Youtube (salah satu website upload video terbesar didunia)

Video iklan ini menjadi banyak perdebatan banyak orang, ada yang

menganggap iklan ini bagus dan kreatif, namun ada yang mengatakan

bahwa iklan ini membawa efek negative kepada khalayak,

Selain itupun Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah menegur

beberapa stasiun TV yang telah menayangkan iklan tersebut, salah satunya

adalah RCTI, TRANS7, TRANS TV, METRO TV, dan INDOSIAR.

Dengan alasan pelanggaran yang dilakukan adalah menampilkan narasi

tentang kebebasan yang berisi di antaranya kalimat: “Katanya aku bebas

berekspresi, tapi selama rok masih dibawah lutut” Dan “Hidup ini

singkat, mumpung masih muda, nikmati sepuasnya, asal jangan lewat dari

(41)

adegan berpelukan seorang perempuan dengan seorang pria yang

mengesankan tidak menggunakan baju.

Gambar 2.2 Menurut KPI seakan-akan tanpa menggunakan baju.

Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap

perlindungan anak dan remaja serta norma kesopanan. KPI Pusat

memutuskan bahwa tindakan penayangan tersebut telah melanggar

Pedoman perilaku penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012

Pasal 9, dan Pasal 14 ayat 2 yang berbunyi :

-Pasal 9

Lembaga penyiaran wajib menghormati nilai dan norma

kesopanan dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat.

-Pasal 14

(2) Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan

anak dalam setiap aspek produksi siaran.

(42)

-Pasal 9

(1) Program siaran wajib memperhatikan norma kesopanan dan

kesusilaan yang dijunjung oleh keberagaman khalayak baik terkait

agama, suku, budaya, usia, dan/atau latar belakang ekonomi.

(2) Program siaran wajib berhati-hati agar tidak merugikan dan

menimbulkan dampak negatif terhadap keberagaman norma

kesopanan dan kesusilaan yang dianut oleh masyarakat.

-Pasal 15

(1) Program siaran wajib memperhatikan dan melindungi

kepentingan anak-anak dan/atau remaja.

Dan selain itu, narasi terakhirnya berbunyi “katanya jaman

sekarang pilihan itu tidak ada batasnya selama ikutin pilihan yang ada”,

lalu muncul tulisan “think again” dilayar televisi, seperti sebuah ajakan

kepada kalayak untuk berpikir lagi tentang kebebasan yang sesungguhnya.

(43)

Pembuat iklan 3 always on versi perempuan adalah Production House

(PH) Pantarei yang berlokasi diJakarta. Secara sengaja pembuat iklan yang

menggambarkan suatu kebebasan, yang dibatasi oleh persepsi orang tua,

norma-norma, dan budaya dalam masyarakat, juga dibungkus dalam garis “Think Again”

dalam menghasut orang untuk berfikir ulang tentang fakta-fakta saat ini,

menyangkal tentang makna dari kata " kebebasan ". Kebebasan adalah teori,

kebebasan adalah Illusion, kebebasan adalah palsu, kebebasan aneh, kebebasan

lucu, dan kebebasan adalah fantasi.

“The concept portrayed is the irony of freedom with ‘conditions’, which

has become a common issue of today’s youth. Presenting the so called

freedom that is limited by parent’s perceptions, norms, cultures in

society, We are hoping to build the emotional engagement between the

audience and the brand.”

“instigating people to re-think about the current facts, wrapped in

a very inspiring line: “Think Again”.”

“denies about the meanings of the word “freedom”. Freedom is a

theory, freedom is an Illusion, freedom is fake, freedom is weird, freedom

is funny, and freedom is a fantasy.” (

http://www.pantarei-ad.com/campaign/tri-alwayson/).

“Konsep digambarkan adalah ironi kebebasan dengan ' kondisi ' yang

telah menjadi isu umum pemuda hari ini . Menyajikan disebut kebebasan

(44)

masyarakat , Kami berharap untuk membangun keterlibatan emosional

antara penonton dan merek.”

“menghasut orang untuk berpikir ulang tentang fakta-fakta saat ini ,

dibungkus dalam garis yang sangat inspiratif : " Think Again " .”

“menyangkal tentang makna dari kata " kebebasan " . Kebebasan adalah

teori , kebebasan adalah Illusion , kebebasan adalah palsu , kebebasan

aneh, kebebasan lucu, dan kebebasan adalah fantasi.”

(http://www.pantarei-ad.com/campaign/tri-alwayson/).

(45)
(46)
(47)

Narasi scene diatas “katanya urusan jodoh sepenuhnya ada ditanganku, asalkan sesuku kalau bisa kaya, pendidikan tinggi, dari keluarga baik-baik”

(48)

Narasi scene diatas “Always on, bebas itu nyata”

2.8 Perempuan Di Indonesia

Perempuan selama ini tidak bebas selalu berada dibawah laki-laki.

Iklan 3 Always On versi perempuan tersebut menggambarkan kebebasan

perempuan di Indonesia, dimana perempuan memiliki batasan-batasan

dalam berbagai hal.

Namun memang benar, fakta yang terjadi di Indonesia ini, seperti

masalah poligami, kawin paksa untuk anak perempuan, pemerkosaan, dan

hukum adat tentang warisan (sepikul untuk laki-laki dan segendong untuk

perempuan), masih terus berjalan merugikan perempuan. Perempuan yang

kawin ikut suaminya, merupakan gambaran masyarakat bahwa perempuan

(49)

Kemerdekaan perempuan makin berkurang dengan munculnya

organisasi istri. Pada tahun 1950-an, organisasi Perwari sudah menentang

munculnya organisasi istri insinyur dan istri dokter pada waktu itu. Situasi

ini berbeda dengan zaman perang kemerdekaan, yang memunculkan

banyak organisasi perempuan, bukan organisasi istri. Keberadaan dan

aktifitas mereka dalam organisasi adalah sebagai manusia merdeka,

sebagai pribadi, dan bukan karena ia istri dari suami tertentu. Oleh karena

itu, organisasi mereka bersifat mandiri. Munculnya organisasi istri pada

waktu itu, dianggap mengaburkan citra kemandirian perempuan atau

menambah kesan ketergantungan perempuan.

Dalam periode pembangunan orde baru Soeharto, pola

ketergantungan perempuan makin tampak dalam perkembangan organisasi

istri Dharma Wanita, yang sangat dominan keberadaannya dimasyarakat.

Hal ini didukung oleh politik yang mengharuskan semua istri pegawai

negeri (dan pegawai negeri perempuan) wajib mendukung organisasi ini.

Jabatan istri dalam organisasi, dikaitkan dengan jabatan suami. Organisasi

ini sejalan dengan organisasi istri TNI, Polri, dengan kedudukan istri

dikaitkan erat dengan kedudukan atau pangkat suaminya. Pola ini

mendapat dukungan politik melalui GBHN.

Dengan penegasan formal perempuan tetap kuat. Pandangan

tradisional terhadap perempuan tetap kuat. Misalnya, penghasilan istri

merupakan penghasilan tambahan, meskipun mungkin lebih besar dari

(50)

yang semuanya itu akan melestarikan kedudukan perempuan sebagai

orang nomer dua.

Tampaknya rekayasa mengenai perempuan, khususnya dalam

pembagian kerja menurut seks ini, akan terus berlanjut. Sebagaimana

misalnya dalam buku pelajaran disekolah; “ibu sedang memasak di dapur.

Bapak mencangkul di sawah. Wati ikut ibu ke pasar. Budi membantu ayah

bekerja di sawah,….” Kalimat-kalimat tersebut dibaca anak-anak sejak

kecil, maka tidak mustahil apabila pemahaman mengenai jenis sudah

melekat pada mereka sejak dini dan menjadi ideologinya. (Nunuk,

murniati, 2004: 106)

2.9 Kerangka Ber fikir

Kemajuan dalam bidang teknologi informasi di era globalisasi

memberikan sumber-sumber informasi komunikasi yang sangat luas bagi

manusia. Di era globalisasi saat ini, Informasi sudah menjadi kebutuhan

masyarakat untuk menunjang setiap kegiatan manusia baik dari segi

pengetahuan, pendidikan, sampai hiburan.

Komunikasi massa adalah salah satu bagian yang ada dalam ilmu

komunikasi. Ilmu ini mempelajari segala bentuk komunikasi beserta

media-media yang dipakai dalam penyampaian pesan. Media-media ini

banyak dipilih dan digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari – hari

(51)

Media-media ini antara lain terbagi menjadi media elektronik

(televisi, radio), dan media cetak (surat kabar, majalah, tabloid). (Nurudin,

2007: 5). Televisi adalah salah satu media yang paling banyak diminati

semua orang, bahkan hampir setiap rumah selalu ada televisi, karena

televisi satu-satunya media yang dapat menampilkan gambar yang

bergerak (Visual), dan suara (Audio), selain itu harganyapun relative

murah. Sehingga televisi banyak menjadi media pilihan dalam beriklan,

salah satunya iklan 3 always on versi perempuan ini.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan reception

analysis.Pendekatan ini memandang khalayak dilihat sebagai bagian dari

interpretive communitive yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan

memproduksi makna, tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang

hanya menerima saja makna yang diproduksi oleh media massa (McQuail,

1997: 19). Penerimaan khalayak terhadap iklan 3 always on versi

perempuan tersebut tidak dapat diprediksi sebelumnya, karena

masing-masing individu memaknainya berdasarkan field of experience dan frame

of reference yang dimiliki oleh masing-masing individu. Untuk

mendukung data penelitian, peneliti akan melakukan wawancara dengan

menggunakan metode wawancara Semiterstruktur (Semistructure

Interview), Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori

(52)

3.1 J enis Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak membicarakan hubungan antara

variabel serta tidak ada pengukuran variable x dan y. Peneliti ini hanya

difokuskan pada bagaimana reception analysis tentang iklan 3 always on

versi perempuan khususnya di Surabaya, sehingga tipe penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian reception analysis

dengan menggunakan analisa kualitatif.

Reception analysis merujuk pada sebuah komparasi antara analisis

tekstual wacana media dan wacana khalayak, yang hasilnya interpretasinya

merujuk pada konteks, seperti cultural setting dan context atas isi media

lain (Jensen, 2003: 139). Khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretive

communitive yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan

memproduksi makna, tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang

hanya menerima saja makna yang diproduksi oleh media massa (McQuail,

1997: 19).

Reception analysis merupakan studi yang mendalam terhadap

proses aktual dimana wacana dalam media diasimilasikan kedalam wacana

dan praktik-praktik budaya khalayak. Menurut McQuail (1997), reception

(53)

persepsi khalayak atas pengalaman dan produksi. Hasil penelitian ini

merupakan representasi suara khalayak yang mencakup identitas social,

dan posisi subyek. ( dalam jurnal Sciptura Vol. 3, No. 1, 2009 )

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang tidak menggunakan statistic

atau angka-angka tertentu. Dari pendekatan kualitatif ini tidak dapat

digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum). Jadi

hanya dapat berlaku pada keadaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan

dimana penelitian yang dilakukan.

Karena khalayak dianggap sebagai konsumen yang aktif dalam

membuat sebuah makna tergantung dengan Budaya, pengalaman, serta

sudut pandangnya masing-masing setiap individu, sehingga

jawabannyapun tidak dapat ditebak dan beragam, maka penelitian ini

menggunakan penelitian tentang Reception analysis khalayak perempuan

Surabaya tentang kebebasan perempuan dalam iklan 3 Always On Versi

Perempuan,

Iklan 3 Always On Versi Perempuan berdurasi kurang dari satu

menit, dimana iklan tersebut memiliki narasi ,dan visual yang menurut

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah jenis pelanggaran yang

dikategorikan sebagai pelanggaran. Sehingga dalam penelitian ini,

khalayak akan memaknai tentang kebebasan perempuan dalam iklan 3

(54)

narasi, (2). pemaknaan terhadap gambar ( gambar hidup atau visual ),

(3).pemaknaan keseluruhan tentang kebebasan perempuan dalam iklan 3

always on versi perempuan, namun kembali lagi setiap khalayak memiliki

pengalaman, budaya, dan sudut pandang yang berbeda-beda, sehingga

pemaknaan yang dihasilkan oleh setiap individu akan berbeda-beda pula.

3.2 Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah beberapa dari narasumber

(informan). Informan ini berasal dari berbagai macam karakter serta

kebudayaan yang berbeda pula. Informan yang akan diambil dalam

penelitian ini adalah perempuan yang memiliki karakteristik sebagai

tersebut : Perempuan yang tinggal di Surabaya, perempuan yang menonton

iklan 3 always on versi perempuan, perempuan yang memiliki kompetensi

( kemampuan untuk diwawancarai ), dan perempuan yang memiliki latar

belakang yang berbeda-beda yaitu masyarakat perempuan biasa atau

umum, perempuan yang ahli di bidang gender, dan perempuan yang aktif

di lembaga social.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interview) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan

dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas

pertanyaan itu (Basrowi, Suwandi, 2008: 127). Esterberg (2002)

(55)

look through almost any sociological journal, you will find that much

social research is based on interview, either standardized or more

in-depth”. Interview merupakan hatinya penelitian social. Bila anda lihat

jurnal dalam ilmu social, maka akan anda temui semua penelitian social

didasarkan pada interview, baik yang standar maupun yang dalam

(Sugiyono, 2011: 232).

Teknik wawancara yang digunakan oleh penulis adalah wawancara

Semiterstruktur (Semistructure Interview), Jenis wawancara ini sudah

termasuk dalam kategori in-dept-interview, dimana dalam pelaksanaannya

lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari

wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih

terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan

ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara

teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. (Sugiyono,

2011: 233).

3.4 Analisis Data

Pengumpulan data merupakan jantung penelitian kualitatif dan

analisis data merupakan jiwanya. Langkah yang harus ditempuh setelah

pengumpulan data yaitu analisis data. Analisis data merupakan bagian

terpenting dalam metode ilmiah, karena analisis data digunakan untuk

memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan

peneliti tidak akan berguna jika tidak dianalisis. Tripp (1996) mengurai

(56)

mengurai (memecah) sesuatu kedalam bagian-bagiannya. Terdapat tiga

langkah penting dalam analisis data:

1. Identifikasi apa yang ada dalam data

2. Melihat pola-pola

(57)

48

4.1 Ga mbar an Umum Penelitian

4.1.1 Ga mbar an Umum Obyek Penelitian

Berbagai macam provide cellular berlomba-lomba berusaha menarik perhatian konsumen dengan berbagai cara, contohnya adalah dengan beriklan di televisi, salah satunya seperti iklan dari provider 3. Banyak iklan yang sudah diluncurkan oleh 3 ke masyarakat dengan tujuan menyampaikan informasi dan dapat diterima dimasyarakat.

Iklan ini berdurasi kurang lebih satu menit, dan banyak diputar di berbagai stasiun televisi seperti RCTI, TRANS 7, TRANSTV, METROTV, dan INDOSIAR. 5 stasiun ini pun akhirnya mendapat teguran dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dikarenakan memutar iklan 3 “always on versi perempuan” yang dipercaya memiliki banyak nilai negatif didalam iklan tersebut.

(58)

Alasan KPI menegur 5 stasiun televisi itu karena pelanggaran yang dilakukan adalah menampilkan narasi tentang kebebasan yang berisi di antaranya kalimat: “Katanya aku bebas berekspresi, tapi selama rok masih dibawah lutut” Dan “Hidup ini singkat, mumpung masih muda, nikmati sepuasnya, asal jangan lewat dari jam 10

malam.” Selain kalimat diatas diakhir iklan juga ditayangkan adegan berpelukan seorang perempuan dengan seorang pria yang mengesankan tidak menggunakan baju.

Gambar 4.1 Menurut KPI seakan-akan tanpa menggunakan baju.

Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap perlindungan anak dan remaja serta norma kesopanan. KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan tersebut telah melanggar Pedoman perilaku penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9, dan Pasal 14 ayat 2 yang berbunyi :

-Pasal 9

Lembaga penyiaran wajib menghormati nilai dan norma kesopanan dan

(59)

-Pasal 14

(2) Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap

aspek produksi siaran.

Serta Standart Program Siaran Pasal 9 dan Pasal 15 ayat 1 yang berbunyi:

-Pasal 9

(1) Program siaran wajib memperhatikan norma kesopanan dan kesusilaan yang

dijunjung oleh keberagaman khalayak baik terkait agama, suku, budaya, usia,

dan/atau latar belakang ekonomi.

(2) Program siaran wajib berhati-hati agar tidak merugikan dan menimbulkan

dampak negatif terhadap keberagaman norma kesopanan dan kesusilaan yang dianut

oleh masyarakat.

-Pasal 15

(1) Program siaran wajib memperhatikan dan melindungi kepentingan anak-anak

dan/atau remaja.

(60)

Penelitian menggunakan metode Reception Analysis, dimana reception analysis ini menganggap bahwa khalayak secara aktif dapat menghasilkan pemahaman yang berbeda-beda, semua tergantung dari pengalaman informan, sudut pandang, dan lain-lain. Sehingga jawabannyapun beragam dan tidak bisa ditebak.

Peneliti meneliti perempuan yang memiliki karakteristik tertentu untuk dijadikan informan, meliputi : Perempuan yang tinggal di Surabaya, perempuan yang menonton iklan 3 always on versi perempuan, perempuan yang memiliki kompetensi ( kemampuan untuk diwawancarai ), dan perempuan yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda yaitu: masyarakat perempuan umum dibagi dua yaitu pelajar dan dewasa, lalu perempuan yang ahli di bidang gender, dan perempuan yang aktif di lembaga social yang bergerak khusus tentang masalah perempuan yaitu dari KPI (Koalisi Perempuan Indonesia).

4.2 Penyajian Data

4.2.1 Ka rakter istik Infor ma n

Informan 1

Gambar

Gambar 1.1 Sang waiter melihat aktor wanita dengan aneh.
Gambar 1.3 Aktor cewek sedang berpelukan.
Tabel 2.1 Fungsi komunikasi massa Alexis S. Tan
Gambar 2.2 Menurut KPI seakan-akan tanpa menggunakan baju.
+7

Referensi

Dokumen terkait

bdlL db

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger pada perusahaan publik di Indonesia karena ada

Apabila di wakilkan diharuskan membawa Surat Kuasa dan diminta kepada Saudara hadir tepat waktu serta membawa berkas kelengkapan yang terdiri dari :..  Print Out dokumen lelang

Basically the purpose of the item analysis is to determine the quality of the test items and obtain information about the assessment results so that teachers can make

Lampirkan fotokopi sertifikat/piagam kejuaraan siswa yang dibimbing dan SK/surat tugas dari pejabat yang berwenang yang telah dilegalisasi oleh atasan... 2) Apabila pernah

Beberapa hal yang dapat diubah dengan kotak dialog di atas meliputi Quiz Title (Judul soal), I nstruction (Petunjuk pengisian), Display image (menambahkan gambar, Passing Score

1. Anda dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka dalam

Sistem Akuisisi Data yang dibuat menggunakan sensor potensiometer, penguatan sinyal dilakukan oleh penguat non inverting, pengubahan data analog ke digital (ADC) dan pengiriman