• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh beauty vlogger sebagai Celebrity Endorser terhadap niat beli dengan asosiasi merek sebagai Intervening Variable

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh beauty vlogger sebagai Celebrity Endorser terhadap niat beli dengan asosiasi merek sebagai Intervening Variable"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH BEAUTY VLOGGER SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER TERHADAP NIAT BELI DENGAN ASOSIASI MEREK SEBAGAI

INTERVENING VARIABLE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Nina Yunita Sari

NIM: 132214200

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan

, maka terlaksanalah

segala

rencanamu”

(Amsal 16:3)

“A

papun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap

hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”

(Kolose 3:23)

“For beautiful eyes, look for the good in others;

For beautiful lips, speak only words of kindness;

& For poise, walk with the knowledge that you are never alone”

(Audrey Hepburn)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus sumber cinta sejati dan segala pertolongan

(5)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

PENGARUH BEAUTY VLOGGER SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER TERHADAP NIAT BELI DENGAN ASOSIASI MEREK SEBAGAI

INTERVENING VARIABLE

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak

terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang

menunjukkan gagasan atau pendapat atau pikiran penulis lain yang saya akui

seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan

yang saya salin, tiru, atau yang diambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan

pengakuan pada penulis aslinya.

Yogyakarta, 5 Juni 2017

Yang menyatakan,

Nina Yunita Sari

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nina Yunita Sari

Nomor Induk Mahasiswa : 132214200

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH BEAUTY VLOGGER SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER TERHADAP NIAT BELI DENGAN ASOSIASI MEREK SEBAGAI INTERVENING VARIABLE

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, mempublikasikannya di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal 5 Juni 2017

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul “PENGARUH BEAUTY VLOGGER SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER TERHADAP NIAT BELI DENGAN ASOSIASI MEREK SEBAGAI INTERVENING VARIABLE”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik tanpa

bantuan, dukungan, serta kerjasama dari berbagai pihak yang dengan tulus dan rela

mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis sampai penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Albertus Yudi Yuniarto S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

(8)

viii

4. Ibu Lucia Kurniawati, S.Pd., M.S.M, selaku dosen pembimbing I terimakasih atas

bimbingan dan dukungannya, terimakasih selalu memberikan yang terbaik dan

memotivasi tiada henti.

5. Ibu M.T. Ernawati, S.E., M.A., selaku dosen pembimbing II, terimakasih atas

bimbingan dan dukungannya, terimakasih telah memberikan pencerahan dan

memberikan yang terbaik.

6. Bapak dan Ibu Guru dan Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, yang memberikan ilmu yang

berguna untuk menjalani hidup.

7. Ayah dan Bunda, terimakasih atas segalanya, kasih yang melimpah, doa yang tak

pernah berhenti, dan selalu mendukung di barisan paling depan, terimakasih telah

membuat penulis merasa menjadi anak paling beruntung yang ada di dunia.

8. Prima Adi Nugroho, terimakasih atas doa, dukungan dan perhatian yang

diungkapkan dengan cara yang unik.

9. Samuel Gianluca Endico, pria sangar berhati lembut yang selalu ada untuk

mendukung, menjaga, sebagai teman berbagi dalam suka duka, dan selalu siaga di

tengah masa merantau penulis untuk menempuh pendidikan

10. Keluarga “Rumpi Manjah” Widha, Wimpy, Edwina dan Noni terimakasih atas

kebersamaan dalam suka duka dan sebagai teman berbagi dalam beberapa tahun

ini. Semoga pertemanan ini dapat terjaga sampai tua nanti.

11. Keluarga besar Manajemen 2013 Universitas Sanata Dharma yang tidak bisa saya

(9)

ix

12. Teman-teman satu bimbingan skripsi Noni, Sam, Gugun, Rossa, Gretha, Vale,

Tania, Zane, Alvin, Ricky, Vian, Pram, Jon, Reza, Arif, Mike, dan Lukas yang

selalu berproses bersama dalam penyusunan skripsi ini serta memberikan

dukungan motivasi kepada saya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

menyempurnakan tulisan ini.

Yogyakarta, 5 Juni 2017

Penulis

Nina Yunita Sari

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN DAFTAR GRAFIK ... xiv

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

HALAMAN ABSTRAK ... xvii

HALAMAN ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

(11)

xi

C. Kerangka Konseptual Penelitian ... 45

D. Rumusan Hipotesis ... 46

K. Teknik Pengujian Instrumen ... 65

(12)

xii

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 80

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……… . 88

A. Deskripsi Awal Penelitian ... 88

B. Karakteristik Responden ... 89

C. Deskripsi Variabel Penelitian ... 92

D. Pengujian Instrumen ... 97

E. Pengujian Asumsi Klasik ... 100

F. Analisis Data ... 104

G. Pembahasan ... 118

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN……… . 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 125

C. Keterbatasan ... 127

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan ... 39

Gambar 2.2. Tahapan di antara Pengevaluasian Alternatif dan Pengambilan Keputusan ... 40

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ... 45

Gambar 3.1 One-Shot Case Study ... 52

Gambar 3.2 Diagram Analisis Jalur ... 71

Gambar 5.1 Hubungan Sub-struktur X1 dan X2 terhadap Y ... 104

(14)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Tahun Angkatan Responden ... 90

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Tabel Skata Data Variabel Penelitian ... 92

Tabel 5.2 Tabel Frekuensi Data Variabel Kredibilitas... 93

Tabel 5.3 Tabel Frekuensi Data Variabel Daya Tarik ... 94

Tabel 5.4 Tabel Frekuensi Data Variabel Asosiasi Merek ... 95

Tabel 5.5 Tabel Frekuensi Data Variabel Niat Beli ... 96

Tabel 5.6 Tabel Pengujian Validitas Variabel Kredibilitas ... 98

Tabel 5.7 Tabel Pengujian Validitas Variabel Daya Tarik ... 98

Tabel 5.8 Tabel Pengujian Validitas Variabel Asosiasi Merek ... 99

Tabel 5.9 Tabel Pengujian Validitas Variabel Niat Beli ... 99

Tabel 5.10 Tabel Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian... 100

Tabel 5.11 Hasil Uji Normalitas ... 101

Tabel 5.12 Hasil Uji Multikolinieritas ... 102

Tabel 5.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 103

Tabel 5.14 Hasil Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi ... 105

Tabel 5.15 Hasil Hasil Perhitungan secara Parsial... 106

Tabel 5.16 Hasil Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi ... 111

Tabel 5.17 Hasil Hasil Perhitungan secara Parsial... 111

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Data Responden Berdasakan Usia dan Tahun Angkatan ... 133

Lampiran 2 Tabel Skor Jawaban Variabel Niat Beli ... 134

Lampiran 3 Tabel Skor Jawaban Variabel Daya Tarik ... 135

Lampiran 4 Tabel Skor Jawaban Variabel Asosiasi Merek ... 136

Lampiran 5 Tabel Skor Jawaban Variabel Niat Beli ... 137

(17)

xvii ABSTRAK

PENGARUH BEAUTY VLOGGER SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER TERHADAP NIAT BELI DENGAN ASOSIASI MEREK SEBAGAI

INTERVENING VARIABLE

Nina Yunita Sari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh kredibilitas dan daya tarik dari seorang beauty vlogger terhadap niat beli, (2) pengaruh kredibilitas dan daya tarik dari seorang beauty vlogger terhadapasosiasi merek, (3) pengaruh asosiasi merek terhadap niat beli, (4) pengaruh secara tidak langsung kredibilitas dan daya tarik dari seorang beauty vlogger terhadap niat beli melalui asosiasi merek sebagai intervening variable. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen jenis pre experimental design yaitu one-shot case study. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Analisis Jalur menggunakan Aplikasi SPSS 16. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kredibilitas dan daya tarik dari seorang beauty vlogger tidak berpengaruh terhadap niat beli, (2) kredibilitas dan daya tarik dari seorang beauty vlogger berpengaruh terhadap asosiasi merek, (3) asosiasi merek berpengaruh terhadap niat beli, (4) kredibilitas dan daya tarik dari seorang beauty vlogger berpengaruh secara tidak langsung terhadap niat beli melalui asosiasi merek sebagai intervening variable.

(18)

xviii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BEAUTY VLOGGER AS CELEBRITY ENDORSER TOWARD PURCHASE INTENTION WITH BRAND ASSOCIATION AS THE

INTERVENING VARIABLE and attractiveness toward purchase intention (2) the influence of beauty vlogger’s credibility and attractiveness toward brand association (3) the influence of brand association toward purchase intention (4) the indirect influence of beauty vlogger’s credibility and attractiveness toward purchase intention with brand association as the intervening variable. The population in this research are students of Management Study Program, Sanata Dharma University. There are 50 respondents in this research and the sampling technique is purposive sampling. This research used pre experimental design type one-shot case study as the experiment method. This research used path analysis using IBM SPSS Statistics 16 as the data analysis technique. The results of this research were (1) beauty vlogger’s credibility and attractiveness did not influence purchase intention (2) beauty vlogger’s credibility and attractiveness influenced brand association (3) brand association influenced purchase intention (4) beauty vlogger’s credibility and attractiveness indirectly influenced purchase intention with brand association as the intervening variable.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena video blog atau vlog sudah ada sejak tahun 2009 dan kini

semakin menjamur di masyarakat. Menurut urban dictionary, vlog merupakan

sebuah video dokumentasi jurnalistik yang beredar di dalam web yang berisi

tentang hidup, pikiran, opini, dan ketertarikan. Konten vlog sangat bervariasi,

namun sejauh ini jika mengacu pada pertumbuhan jumlah vloggers dan

viewers-nya, konten vlog yang terpopuler adalah seputar fashion dan kecantikan

(http://wolipop.detik.com/read/2016/05/13/170521/3209992/1133/ini-kontenvlog-dan-video-youtube-yang-populer-di-indonesia-2016, diakses tanggal

02-10-2016). Vlog yang kontennya berkaitan dengan fashion dan kecantikan ini disebut

dengan beauty vlog. Beauty vlogger adalah orang yang menciptakan panduan

kecantikan dan yang berhubungan dengan fashion, dikemas dalam bentuk video

dengan tujuan untuk membagikan informasi dan pengalamannya, video ini

kemudian diunggah ke platform media sosial seperti YouTubedan Instagram.

Perusahaan yang bergerak di bidang fashion dan kecantikan mulai

menjadikan beauty vlogger sebagai selebriti pendukung (celebrity endorser)

untuk mempromosikan produknya dengan beauty vlog sebagai medianya.

(20)

selintas lewat karena dengan gaya narasi atau video, para pencari informasi suatu

produk dapat merasa lebih dekat dengan barang yang akan dibelinya meskipun

sebenarnya mereka tidak bisa benar-benar menyentuh produknya

(http://print.kompas.com/baca/opini/jajak-pendapat/2016/06/07/Rimba-Kosmetik-di-Era-Digital, diakses tanggal 21-10-2016). Selain itu, dikutip dari

Dailymail.co.uk, sebuah perusahaan platform pemasaran video yang bernama

Pixability bekerja sama dengan YouTube melakukan sebuah survei tentang

vlogger yang kerap mengunggah panduan kecantikan ke YouTube, hasilnya

adalah 61 persen wanita akan melihat video panduan kecantikan yang diunggah

para vlogger di YouTube dan 38 persen wanita mengatakan akan membeli produk

yang ditampilkan dalam video yang mereka lihat tersebut

(http://www.koran-sindo.com/news.php?r=4&n=12&date=2016-01-26, diakses tanggal 21-102016).

The Body Shop merupakan salah satu brand yang bekerjasama dengan

beberapa beauty vlogger untuk mempromosikan produk-produknya

(http://lifestyle.bisnis.com/read/20151124/104/495061/produk-kecantikan-mulai-lirik-promosi-lewat-video-blogging, diakses tanggal 02-10-2016). Salah satu

beauty vlogger yang dipilih The Body Shop adalah Abel Cantika atau yang akrab

disapa Abellyc dalam beauty vlog yang berjudul “Fresh Everyday Makeup with

The Body Shop (Skincare routine)”. Pada channel YouTube milik The Body

Shop, beauty vlog milik Abellyc yang berisi review dan demo produk The Body

(21)

2017 telah ditonton sebanyak lebih dari 22.720 viewers, sedangkan di channel

YouTube milik Abellyc yang dipublikasikan pada tanggal 24 Maret 2016 telah

ditonton sebanyak lebih dari 205.300 viewers (pada tanggal 20 Juni 2017).

Jumlah viewers beauty vlog milik Abellyc ini jumlahnya paling banyak

dibandingkan 21 beauty vlogger lainnya yang bekerja sama dengan The Body

Shop (pada tanggal 9 September 2016). Karakteristik sebagai seorang endorser

yang dimiliki Abellyc dapat dibuktikan dengan atribut yang dimiliki Abellyc

sebagai beauty vlogger yaitu image yang baik dikalangan para wanita, good

looking, keahliannya menggunakan makeup, dan kemampuan membuat vlog

dengan konten yang menarik.

Menurut Shimp (2014:259) terdapat dua atribut umum yang dimiliki oleh

endorser yaitu kredibilitas (credibility) dan daya tarik (attractiveness), dimana

kedua atribut ini berkontribusi terhadap efektivitas endorser. Kredibilitas

(credibility) mengacu pada kecenderungan untuk percaya seseorang. Daya tarik

(attractiveness) termasuk sejumlah karakteristik positif yang dapat dilihat oleh

konsumen di dalam diri seorang endorser. Beauty vlogger yang dianggap kredibel

apabila beauty vlogger tersebut jujur dalam presentasinya yang terlihat dari cara

pandang yang objektif dan tidak berusaha memanipulasi penonton. Seorang

beauty vlogger yang kredibel dan ditambah dengan daya tarik yang dimilikinya

dalam berbagi hal, dapat membuat khalayak sasaran terpengaruh dan muncul niat

(22)

Niat beli menurut Mowen dan Minor (2002:55) didefinisikan sebagai

penentu dari pembeli untuk melakukan suatu tindakan seperti membeli suatu

produk atau jasa. Niat beli (purchase intention) dapat diartikan sebagai

kemungkinan bahwa konsumen akan melakukan pembelian produk tertentu. Niat

beli merupakan salah satu tahapan yang ada dalam proses pengambilan keputusan

konsumen.

Sebuah sumber informasi, dalam hal ini beauty vlogger, yang dianggap

kredibel akan membuat sikap penonton berubah melalui proses psikologis yang

disebut internalisasi, sedangkan seorang konsumen yang menganggap bahwa

endorser menarik maka persuasi akan terjadi melalui identifikasi (Shimp,

2014:260). Internalisasi terjadi ketika penonton menerima posisi endorser

terhadap masalah seperti dirinya sendiri dan identifikasi terjadi ketika konsumen

melihat sesuatu yang mereka anggap menarik dari diri endorser. Mereka

mengidentifikasi sang endorser dan cenderung mengadopsi sikap, perilaku,

minat, atau preferensi si erndorser. Hal ini berarti penonton memiliki pemikiran

atau kesan tersendiri terhadap sesuatu yang berkaitan dengan beauty vlogger,

termasuk merek yang didukungnya.

Aaker dalam Kertamukti (2015:96) mendefinisikan “Brand association is

anything liked in memory to a brand”. Brand association atau asosisasi merek

adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan

ingatannya mengenai suatu merek. Asosiasi merek mencerminkan pencitraan

(23)

manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. Pada

umumnya asosiasi merek (terutama yang membentuk brand image) menjadi

pijakan bagi konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitasnya pada merek

tersebut (Durianto dan Sitinjak dalam Ardiyanto, 2013:35).

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah beauty vlogger

sebagai celebrity endorser dengan dua atribut yang dimilikinya yaitu kredibilitas

(credibility) dan daya tarik (attractiveness) dapat memengaruhi asosiasi merek

(brand association) sekaligus niat beli konsumen. Konsumen yang telah memiliki

kesan positif yang berkaitan dengan ingatan konsumen tentang sebuah merek,

ingatan tersebut menimbulkan niat beli (purchase intention) sebelum konsumen

memutuskan untuk membeli. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik

(24)

B. Rumusan Masalah

Dua atribut umum yang dimiliki oleh endorser yaitu kredibilitas

(credibility) dan daya tarik (attractiveness) dapat memengaruhi berbagai khalayak

sasaran dan muncul niat untuk melakukan pembelian produk yang didukungnya.

Beauty vlogger yang dianggap kredibel akan membuat sikap penonton berubah

melalui proses psikologis yang terjadi ketika penonton menerima posisi endorser

terhadap masalah seperti dirinya sendiri, tetapi tidak hanya itu, ketika seorang

beauty vlogger dianggap menarik maka mereka juga mengidentifikasi sang

endorser dan cenderung mengadopsi sikap, perilaku, minat, atau preferensi si

endorser. Hal ini berarti penonton memiliki pemikiran atau kesan tersendiri

terhadap sesuatu yang berkaitan dengan beauty vlogger atau hal lain yang

berhubungan dengan bidangnya, termasuk merek yang didukungnya, dimana

pemikiran atau kesan ini akan memunculkan niat beli.

Beragam pertanyaan timbul mengenai hal ini. Meskipun dalam teori

mengatakan demikian apakah dalam kenyataannya dua dimensi celebrity

endorser ini benar-benar berpengaruh terhadap kesan atau pemikiran konsumen

mengenai sebuah merek yang akhirnya memengaruhi niat beli konsumen? Karena

bisa saja para penonton ini hanya terpengaruh oleh daya tarik yang dimiliki oleh

seorang beauty vlogger dan cenderung tidak memerhatikan kredibilitas seorang

beauty vlogger, atau bahkan sebaliknya. Niat beli yang muncul dari seorang

konsumen juga mungkin dikarenakan asosiasi positif konsumen mengenai merek

(25)

menimbulkan niat beli. Berangkat dari hal ini, maka pertanyaan penelitian yang

ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kredibilitas (credibility) dan daya tarik (attractiveness) dari seorang

beauty vlogger berpengaruh terhadapniat beli (purchase intention)?

2. Apakah kredibilitas (credibility) dan daya tarik (attractiveness) dari seorang

beauty vlogger berpengaruh terhadapasosiasi merek (brand association)?

3. Apakah asosiasi merek (brand association) berpengaruh terhadap niat beli

(purchase intention)?

4. Apakah kredibilitas (credibility) dan daya tarik (attractiveness) dari seorang

beauty vlogger berpengaruh secara tidak langsung terhadap niat beli

(purchase intention) melalui asosiasi merek (brand association) sebagai

intervening variable?

C. Batasan Masalah

Peneliti hanya akan membahas atau mencari tahu atau meneliti

variabel-variabel yang akan diteliti, yakni dua atribut celebrity endorser yaitu kredibilitas

(credibility) dan daya tarik (attractiveness), asosiasi merek (brand association),

serta niat beli (purchase intention). Hal-hal lain, ataupun variabel lain di luar

variabel-variabel tersebut atau yang tidak berkaitan dengan variabel tersebut tidak

akan dibahas atau diteliti. Penelitian ini menggunakan salah satu jenis pre

experimental design yaitu one-shot case study dengan jumlah 50 sampel dan

(26)

dalam penelitian ini akan mengumpulkan satu kelompok eksperimen, kemudian

treatment atau perlakuan yang dilakukan adalah dengan memutarkan satu beauty

vlog yang berisi demonstrasi dan review produk dari The Body Shop. Beauty vlog

yang akan digunakan berjudul “Fresh Everyday Makeup with The Body Shop

(Skincare routine)” yang dibuat oleh Abel Cantika, beauty vlog ini telah diunggah

di channel YouTube Abel Cantika dan di channel YouTube milik The Body

Shop. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi Program

Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang

menggunakan kosmetik dan yang pernah menonton beauty vlog dari berbagai

media sosial seperti Instagram atau YouTube.

D. Tujuan Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini akan memberikan manfaat sesuai dengan tujuan

penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kredibilitas (credibility) dan daya

tarik (attractiveness) dari seorang beauty vlogger terhadapniat beli (purchase

intention).

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kredibilitas (credibility) dan daya

tarik (attractiveness) dari seorang beauty vlogger terhadap asosiasi merek

(brand association).

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh asosiasi merek (brand association)

(27)

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara tidak langsung kredibilitas

(credibility) dan daya tarik (attractiveness) dari seorang beauty vlogger

terhadap niat beli (purchase intention) melalui asosiasi merek (brand

association) sebagai intervening variable.

E. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini bermanfaat untuk para pebisnis sebagai bahan pertimbangan

manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai jenis dan media yang

efektif dan efisien untuk dipakai atau digunakan dalam pemasaran produk,

serta dalam mengembangkan strategi pemasaran terutama di era digital yang

makin canggih dan pengguna internet yang terus meningkat.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan

teori-teori yang telah didapatkan selama di bangku kuliah dan memperluas

wawasan penulis mengenai efektivitas beauty vlogger sebagai selebriti

pendukung dalam sebuah komunikasi pemasaran dan pengaruhnya terhadap

(28)

3. Bagi penelitian lanjutan

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau masukan bagi peneliti lain

dalam melakukan penelitian dengan objek maupun masalah yang sama dan

mengembangkan penelitian di masa yang akan datang.

4. Bagi pihak lain

Penelitian ini dapat digunakan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang

dimiliki dalam mengkaji suatu permasalahan yang ada di lapangan, sesuai

dengan ilmu yang dipelajari dan sekaligus menambah ilmu pengetahuan

(29)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan mengulas tentang beberapa teori yang menjadi landasan

perumusan hipotesis. Beberapa teori umum dari komunikasi pemasaran sebagai

pengantar untuk membahas perumusan hipotesis dalam bab ini. Selain itu, bab ini

juga mengulas beberapa teori yang terkait atau masih berhubungan dengan asosiasi

merek dan niat beli.

A. Landasan Teori 1. Pemasaran

a. Definisi Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2008:5), pemasaran adalah sebuah proses

kemasyarakatan di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

bebas mempertahankan produk dan jasa yang bernilai bagi orang lain.

Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler dan

Keller (2008:5), pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian

proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai pada

pelanggan dan untuk mengelola hubungan dengan pelanggan dengan cara

(30)

b. Konsep Inti Dalam Pemasaran

Konsep inti dari pemasaran yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller

(2008:12-15), adalah sebagai berikut:

1) Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan

Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia.

Kebutuhan-kebutuhan akan menjadi keinginan ketika diarahkan ke objek tertentu

yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Permintaan adalah keinginan

akan produk-produk tertentu yang didukung oleh kemampuan untuk

membayar.

2) Pasar Sasaran, Positioning dan Segmentasi

Seorang pemasar harus mengidentifikasi segmen pasar dengan

membagi-bagi pasar ke dalam segmen-segmen. Setelah itu pemasar

memutuskan segmen mana yang memberikan peluang terbesar, dan

segmen tersebut akan menjadi pasar sasarannya. Pada setiap segmen,

perusahaan mengembangkan suatu penawaran pasar yang diposisikannya

di dalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan utama. Perusahaan

akan mencapai hasil yang lebih baik apabila memilih pasar sasarannya

dengan cermat serta mempersiapkan program pemasaran yang sesuai.

3) Penawaran dan Merek

Suatu perusahaan memenuhi kebutuhan konsumennya dengan

mengajukan proporsi nilai (value proportion), yaitu serangkaian

(31)

kebutuhan pelanggan. Proporsi nilai yang sifatnya tidak berwujud tersebut

dibuat menjadi berwujud dengan suatu penawaran, yaitu berupa produk,

jasa, informasi dan pengalaman. Merek (brand) merupakan suatu

penawaran dari sumber daya yang diketahui.

4) Nilai dan Kepuasan

Penawaran akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasan kepada

pembeli sasaran. Nilai mencerminkan sejumlah manfaat, baik yang

berwujud maupun yang tidak berwujud, dan biaya yang dipersepsikan

oleh pelanggan. Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang

kinerja produk anggapannya atau hasil dalam kaitannya dengan

ekspektasi.

5) Saluran Pemasaran

Pemasar menggunakan tiga jenis saluran pemasaran untuk mencapai

pasar sasaran, yaitu saluran komunikasi untuk menyampaikan dan

menerima pesan dari pemberi sasaran. Saluran distribusi untuk menggelar,

menjual, atau menyampaikan produk fisik atau jasa kepada pelanggan atau

pengguna. Saluran layanan untuk melakukan transaksi dengan calon

pembeli.

6) Persaingan

Persaingan mencakup semua penawaran dan produk substitusi yang

ditawarkan oleh pesaing baik yang aktual maupun yang potensial. Hal ini

(32)

7) Lingkungan Pemasaran

Lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan lingkungan

luas. Lingkungan tugas mencakup para pelaku yang terlibat dalam

produksi, distribusi, dan promosi penawaran. Sedangkan lingkungan luas

terdiri dari lingkungan demografis, lingkungan teknologi, lingkungan

ekonomi, lingkungan fisik, lingkungan politik-hukum, dan lingkungan

sosial budaya.

2. Komunikasi Pemasaran

a. Definisi Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran merupakan sarana dimana perusahaan

berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara

langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual.

Intinya, komunikasi pemasaran mempresentasikan “suara” perusahaan dan

mereknya serta merupakan sarana dimana perusahaan dapat membuat dialog

dan membangun hubungan dengan konsumen (Kotler & Keller, 2009:172).

Amir dalam Ardiyanto (2013:13), menyebutkan bahwa secara umum

tujuan komunikasi pemasaran adalah berusaha memberikan pengaruh dalam

proses pengambilan keputusan pelanggan. Komunikasi pemasaran juga

digunakan untuk penetapan posisi (positioning) dan untuk meningkatkan

(33)

b. Bauran Komunikasi Pemasaran (Marketing Communication Mix)

Bauran komunikasi pemasaran atau juga disebut dengan bauran

promosi adalah gabungan yang lebih spesifik dari bauran pemasaran

mengenai alat-alat promosi yang digunakan oleh perusahaan untuk

berkomunikasi secara persuasif kepada konsumen dalam menyampaikan

customer value dan membangun hubungan dengan para konsumennya (Kotler

dan Armstrong, 2014:362). Bauran komunikasi pemasaran terdiri dari lima

alat atau cara yang digunakan oleh perusahaan tergantung dengan

kebutuhannya. Alat-alat tersebut adalah pengiklanan, promosi penjualan,

penjualan tatap muka, relasi publik, pemasaran langsung dan digital.

1) Pengiklanan

Pengiklanan adalah segala bentuk berbayar dari presentasi non-personal

dan promosi dari ide-ide, barang-barang, dan servis-servis yang dilakukan

oleh sponsor yang dikenal (Kotler dan Armstrong, 2014:362). Iklan

merupakan alat promosi umum yang sering digunakan perusahaan untuk

menyampaikan manfaat produk dan menunjukkan posisi perusahaan

dalam persaingan.

2) Penjualan Tatap Muka

Penjualan tatap muka adalah presentasi personal dari tenaga penjualan

perusahaan dengan tujuan untuk menjual produk dan membangun relasi

(34)

pembeli melakukan percakapan secara langsung, bisa dengan tatap muka

dan juga melalui telepon.

3) Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek yang dilakukan oleh

perusahaan dengan tujuan untuk mendorong strategi promosi lainnya dan

mendorong penjualan dari suatu produk (Kotler dan Armstrong,

2014:363). Promosi penjualan berfungsi untuk menarik respon konsumen

dalam waktu yang singkat, sehingga ketika perusahaan melakukan

promosi penjualan pasti perusahaan akan memberikan batasan waktu

untuk promosi tersebut, dengan adanya batasan waktu akan membuat

konsumen merasakan bahwa kesempatan yang ia dapatkan itu terbatas dan

harus segera dimanfaatkan.

4) Relasi Publik

Relasi publik adalah membangun relasi yang baik dengan lingkungan

perusahaan melalui bantuan-bantuan yang diberikan perusahaan pada

publik, membangun citra perusahaan yang baik, dan mengadakan

kegiatan-kegiatan yang berguna untuk publik (Kotler dan Armstrong,

2016: 463).

5) Pemasaran Langsung dan Digital

Pemasaran langsung dan digital adalah hubungan secara langsung yang

dibangun oleh perusahaan dengan target konsumennya secara hati-hati dan

(35)

jangka panjang dengan konsumen (Kotler dan Armstrong, 2016:463).

Pemasaran langsung memiliki sifat yang tiba-tiba dan kostumisasi, karena

pemasaran langsung dapat dibuat dengan cepat dan materi-materi yang

ingin diberikan dapat disesuaikan dengan tiap-tiap konsumen.

c. Integrasi Komunikasi Pemasaran (Integrated Marketing Communication-IMC)

Menurut Shimp (2014:10), Integrated Marketing Communication

(IMC) merupakan suatu proses komunikasi yang memerlukan perencanaan,

penciptaan, integrasi dan implementasi dari berbagai bentuk komunikasi

pemasaran (iklan, promosi penjualan, publisitas perilisan, acara-acara, dan

sebagainya) yang disampaikan dari waktu ke waktu kepada pelanggan target

merek dan calon pelanggan. Tujuan dari IMC pada akhirnya adalah untuk

memengaruhi secara tidak langsung atau secara langsung perilaku dari

audiens yang menjadi target komunikasi pemasaran.

Komunikasi pemasaran terintegrasi (IMC) dapat menghasilkan

konsistensi pesan yang lebih kuat dan membantu membangun ekuitas merek

yang kuat dan menciptakan dampak penjualan yang lebih besar. Komunikasi

pemasaran terintegrasi memaksa manajemen memikirkan semua cara

pelanggan berhubungan dengan perusahaan, bagaimana perusahaan

mengomunikasikan posisinya, arti penting relatif setiap sarana, dan masalah

(36)

3. Periklanan

a. Pengertian Iklan

Iklan menurut Keegan dalam Machfoedz (2010:16) adalah segala

bentuk penyajian informasi dan promosi secara tidak langsung yang dilakukan

oleh sponsor untuk menawarkan ide, barang, atau jasa. Tujuan periklanan

adalah untuk menjembatani penyampaian informasi kepada khalayak sasaran.

Sebuah rencana periklanan terdiri dari tiga elemen, yaitu informasi atau

subjek yang diinformasikan, media atau sarana untuk menyampaikan

informasi, dan penetapan waktu atau cara penyampaian informasi.

Periklanan adalah bentuk komunikasi berbayar dan termediasi dari

sumber yang jelas, didesain untuk memengaruhi penerima supaya melakukan

sesuatu sekarang atau di masa yang akan datang (Shimp, 2014:192). Kata

berbayar dalam definisi ini membedakan periklanan dari alat komunikasi

pemasaran lainnya. Ungkapan komunikasi termediasi diberikan untuk

membedakan periklanan yang menyampaikan informasi melalui media cetak

atau media elektronik, dari komunikasi orang ke orang termasuk penjualan

personal dari mulut ke mulut. Pada definisi ini juga menekankan pada tujuan

iklan, yaitu memengaruhi aksi, baik saat ini maupun di masa yang akan

(37)

b. Tujuan Iklan

Tujuan utama periklanan adalah menjual atau meningkatkan penjualan

barang, jasa, atau ide. Kegiatan periklanan sering mengakibatkan terjadinya

penjualan dengan segera, meskipun banyak juga penjualan yang baru terjadi

pada waktu mendatang. Dari sisi lain periklanan yang riil adalah mengadakan

komunikasi secara efektif.

c. Fungsi Iklan

Secara umum, periklanan menurut Shimp (2014:198) mempunyai

fungsi penting komunikasi bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya.

Fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Memberikan Informasi

Iklan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru,

mendidik konsumen tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta

memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Iklan memberikan

informasi yang bernilai, baik untuk merek yang dipromosikan dan

konsumen, dengan mengajarkan penggunaan baru untuk merek yang

sudah ada.

2) Memberi Pengaruh

Iklan yang efektif akan memengaruhi target konsumen untuk

mencoba produk atau jasa yang ditawarkan. Terkadang iklan

(38)

seluruh kategori produknya, namun iklan lebih sering berusaha untuk

membangun permintaan sekunder, permintaan untuk merek perusahaan.

3) Mengingatkan dan Meningkatkan Kesadaran Akan Merek

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para

konsumen. Ketika permintaan meningkat terhadap produk terkait yang

diiklankan, pengaruh iklan masa lalu membuat adanya kemungkinan

konsumen akan menjadikan produk itu sebagai kandidat produk yang akan

dibelinya. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen

terhadap merek yang sudah ada dan dengan demikian akan membeli

merek tersebut meski sebenarnya tidak memilihnya.

4) Menambah Nilai

Tiga cara perusahaan untuk dapat menambah nilai penawaran

mereka, yaitu inovasi, meningkatkan kualitas, dan mengubah presepsi

konsumen. Iklan menambah nilai merek dengan mempengaruhi persepsi

konsumen. Iklan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih

elegan, bergaya, bergengsi, lebih berkualitas, dan lebih unggul dari

tawaran pesaing.

5) Membantu Upaya Lain Perusahaan

Peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang

memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi

pemasaran, seperti membantu tim penjualan, memudahkan elemen

(39)

pemasaran lainnya. Sebagai contoh, periklanan mungkin digunakan

sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi penjualan

seperti kupon-kupon dan undian.

d. Penggunaan Selebriti dalam Iklan 1) Definisi Selebriti

Pengertian selebriti menurut Schiffman dan Kanuk (2004:338)

adalah bintang film, artis, model, pembawa acara, entertainer,

olahragawan, dan orang-orang masyarakat. Mereka memberikan daya

tarik yang besar karena perilaku mereka menyenangkan untuk

diperbincangkan dan berita tentang mereka selalu dimuat media massa.

Menurut Kertamukti (2015:69), selebriti adalah tokoh (aktor,

penghibur, atau atlet) yang dikenal karena prestasinya di dalam

bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang didukungnya. Selebriti

adalah individu yang telah mencapai tingkat ketenaran yang membuatnya

dikenal di masyarakat. Seorang selebriti memiliki kepopuleran, daya tarik

fisik, keberanian, bakat, keberwibawaan atau kekuasaan yang dapat

menjadi salah satu faktor yang dapat menarik konsumen untuk membeli

(40)

2) Fungsi Selebriti dalam Iklan

Selebriti yang digunakan untuk mendukung sebuah produk adalah

individu yang dikenal oleh publik atas prestasinya selain daripada produk

yang didukungnya. Penggunaan selebriti dimaksudkan untuk memberi

dorongan kepada pesan iklan agar lebih mudah diterima oleh konsumen

dan mempermudah tumbuhnya keyakinan konsumen atas produk yang

diiklankan.

3) Evaluasi Penggunaan Selebriti dalam Iklan

Dalam aktivitas pemasaran, penggunaan selebriti dalam iklan

sebaiknya dievaluasi. Rossiter dan Percy dalam Kertamukti (2015:70)

menyatakan salah satu alternatif untuk mengevaluasi selebriti dalam

periklanan dengan menggunakan model VisCAP. VisCAP terdiri dari

empat unsur yaitu Visibility, Credibility, Attraction, dan Power. Melalui

VisCAP ini dapat diketahui layak tidaknya selebriti mengiklankan terus

menerus suatu produk, dan jika nilainya tinggi maka selebriti akan terus

digunakan. Sebaliknya jika nilainya rendah, tentunya pemasar harus

mencari selebriti lain sebelum merek produk menjadi hancur mengikuti

kehancuran popularitas sang artis. Keempat unsur dari model VisCAP

yang dijelaskan oleh Rossiter dan Percy dalam Kertamukti (2015:70)

(41)

a) Visibility

Visibility memiliki dimensi seberapa jauh popularitas selebriti.

Jika dihubungkan dengan popularitas, maka visibility banyak berguna

apabila communication objective adalah brand awareness.

b) Credibility

Kredibilitas sang bintang lebih banyak berhubungan dengan

dua hal, yaitu keahlian dan objektivitas. Keahlian berhubungan dengan

pengetahuan selebriti tentang produk yang diiklankan dan objektivitas

lebih merujuk pada kemampuan selebriti untuk memberi keyakinan

atau percaya diri pada konsumen suatu produk. Credibility akan sesuai

apabila comunication objective adalah brand attitude, dimana brand

attitude itu sendiri berarti kemampuan merek dalam menciptakan

motivasi dan emosi yang sesuai dengan benefit merek.

c) Attraction

Daya tarik (attraction) sang bintang menyangkut dua hal

penting yaitu tingkat disukai (likeability) dan tingkat kesamaan dengan

personality yang dinginkan pengguna produk (similarity) dimana

keduanya tidak dapat dipisahkan dan harus saling berdampingan.

Salah satu jalan agar memiliki kesamaan dengan personality yang

diinginkan oleh target pengguna merek, setidaknya selebriti harus

(42)

iklan. Image seorang selebriti harus sama dengan image produk yang

akan didukungnya.

d) Power

Power adalah kemampuan selebriti dalam menarik konsumen

untuk membeli. Unsur terakhir ini menginformasikan bahwa selebriti

yang digunakan dalam iklan harus memiliki kekuatan untuk

memerintahkan target audience untuk membeli.

4. Celebrity Endorser

a. Pengertian Celebrity Endorser

Salah satu konsep periklanan yang sering digunakan perusahaan

adalah dengan product endorser. Product endorser adalah orang yang

menyampaikan pesan iklan atau menganjurkan untuk membeli suatu produk,

terdiri dari dua tipe yaitu selebriti dan non-selebriti (Royan dalam Kertamukti,

2015:69). Perusahaan lebih sering menggunakan selebriti untuk mendukung

produknya dalam suatu iklan (celebrity endorser). Shimp (2014:258)

mendefinisikan celebrity endorser sebagai seorang pribadi baik itu aktor, artis

maupun atlet yang dikenal masyarakat dan menjadi pujaan, karena prestasinya

di suatu bidang dan digunakan dalam menyampaikan pesan iklan yang

dimaksudkan untuk menarik perhatian sehingga memengaruhi konsumen

(43)

Selebriti efektif sebagai pendukung produk tertentu dalam suatu iklan

harus memiliki hubungan yang berarti (meaningful relationship) atau

kecocokan (match-up) antara selebriti dengan produk yang diiklankan. Hal ini

membuat penggunaan selebriti sebagai bintang iklan dilakukan melalui

berbagai macam pertimbangan, seperti menjatuhkan pilihan pada selebriti

yang sedang naik daun dan dengan berdasarkan pertimbangan keuangan

perusahaan. Kedua pertimbangan tersebut dapat membantu perusahaan untuk

mengambil keputusan menggunakan seorang selebriti yang berperan dalam

iklan produk perusahaan.

Penggunaan celebrity endorser adalah hal yang kritikal bagi para

pemasar, karena apabila diputuskan secara tepat akan dapat memberikan

pengaruh yang sangat besar terhadap tingkat penjualan produk. Selebriti

secara tidak langsung dapat membangun proses citra diri pada konsumen.

Pada saat konsumen membeli produk biasanya akan mengaitkan pencitraan

dirinya, misalnya ketika membeli produk kecantikan, konsumen akan

berharap dirinya terlihat cantik seperti sosok selebriti yang menjadi bintang

iklan dari produk tersebut.

Penggunaan celebrity endorser yang memiliki karakteristik akan

memengaruhi sikap (attitudes) atau kesan konsumen secara positif terhadap

merek yang didukungnya, sehingga konsumen akan mempertimbangkannya

dalam proses pembelian dan diharapkan secara langsung memengaruhi

(44)

dipengaruhi untuk membeli tanpa ada paksaan (Shimp dalam Ardiyanto,

2013:33). Setelah terpengaruh secara sukarela, merasa ingin dan senang

kepada produk, maka apabila konsumen mempunyai kemampuan untuk

membeli pada akhirnya akan melakukan pembelian terhadap produk yang

diinginkan di masa yang akan datang. Perlu diingat bahwa, seorang konsumen

memiliki keinginan terhadap suatu kategori produk terlebih dahulu sebelum

memutuskan untuk membeli produk tersebut. Hal inilah yang dimaksudkan

para pemasar dengan membangkitkan niat (intention) akan suatu kategori,

yang juga disebut usaha permintaan primer (primary demand) (Shimp dalam

Ardiyanto, 2013:32).

b. Peran Celebrity Endorser

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004:339), terdapat beberapa peran

penggunaan selebriti dalam iklan, antara lain:

1) Kesaksian (Testimonial): Selebriti secara pribadi memakai sebuah produk

atau jasa dalam kehidupannya sehari-hari, kemudian memberikan

kesaksian atau membuktikan kualitas dan manfaat produk atau jasa yang

dikonsumsinya.

2) Bintang Iklan (Ambassadors): Selebriti meminjamkan namanya untuk

dipergunakan dalam iklan suatu produk atau jasa dan tampil mewakili

(45)

3) Aktor (Actor): Selebriti muncul dalam sebuah iklan dengan karakter atau

peran yang sama dengan yang mereka bawakan pada sebuah film atau

sinetron.

4) Juru Bicara (Spokeperson): Selebriti mewakili sebuah merek atau

perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

c. Atribut Celebrity Endorser

Perusahaan yang memilih selebriti sebagai endorser dari mereknya

harus mempertimbangkan atribut yang melekat pada selebriti tersebut.

Menurut Shimp (2014:260) terdapat dua atribut dasar atau yang dikenal

dengan model TEARS yang dimiliki oleh endorser yang berkontribusi

terhadap efektivias endorser, atribut tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kredibilitas (Credibility)

Kredibilitas dalam arti yang paling dasar mengacu pada

kecenderungan untuk percaya seseorang. Kredibilitas seorang sumber

informasi, seperti endorser, dapat membuat penerima pesan memiliki

kecenderungan untuk memiliki sumber pesan tersebut. Jika endorser

sebagai sumber pesan dianggap kredibel, maka endorser tersebut dapat

mengubah perilaku penerima pesan kepada suatu proses psikologi yang

dikenal sebagai proses internalisasi (internalization). Proses internalisasi

terjadi ketika penerima pesan dapat menerima dan memahami posisi

(46)

yang telah terinternalisasi cenderung dipertahankan bahkan jika sumber

pesan dilupakan atau jika sumber pesan beralih ke posisi yang berbeda.

Dua dimensi penting kredibilitas yaitu kepercayaan (trustworthy)

atau T dalam model TEARS dan keahlian (expertise) atau E dalam model

TEARS. Kepercayaan adalah sebuah aset karena dianggap sebagai

dipercaya, diandalkan atau dengan kata lain sebagai seseorang yang bisa

dipercaya. Kepercayaan mengacu pada kejujuran, integritas dan tingkat

kepercayaan terhadap sumber (endorser). Keahlian adalah karakteristik

yang dimiliki endorser seperti keterampilan khusus, pengalaman,

pengetahuan atau kemampuan sehubungan dengan topik komunikasi yang

disampaikannya atau merek yang didukung.

2) Daya Tarik (Attractiveness)

Daya tarik berarti tidak hanya sekedar daya tarik fisik saja, tetapi

juga sejumlah karakteristik positif yang dapat dilihat dari dalam diri

seorang endorser, seperti keterampilan intelektual, sifat kepribadian,

karakteristik gaya hidup, kecakapan atletik, dan sebagainya. Ketika

konsumen menemukan sesuatu dalam diri endorser yang mereka anggap

menarik, terjadi persuasi melalui identifikasi. Artinya, ketika konsumen

melihat sesuatu yang menarik dari artis endorser, mereka akan

mengidentifikasi endorser dan cenderung mengadopsi sikap, perilaku,

(47)

Model TEARS mengidentifikasi tiga sub komponen dari konsep

umum daya tarik yaitu daya tarik fisik (physical attractiveness), rasa

hormat (respect) dan kesamaan (similarity). Daya tarik fisik (physical

attractiveness) merupakan sifat yang dianggap sebagai menyenangkan

untuk dilihat dari segi konsep daya tarik kelompok tertentu. Rasa hormat

(respect) mempresentasikan kualitas penghargaan atau kebanggaan dari

kualitas kepribadian dan pencapaian seseorang. Sedangkan kesamaan

(similarity) mempresentasikan tingkat keberhasilan seorang endorser

dalam hal kesamaan dengan karakteristik konsumen yang relevan dengan

produk, atau dengan kata lain sejauh mana seorang endorser cocok dengan

penonton dalam hal karakteristik yang berkaitan dengan hubungan

dukungan seperti usia, jenis kelamin, etnis, dan lain-lain.

d. Pertimbangan Pemilihan Endorser

Eksekutif periklanan menggunakan berbagai faktor dalam memilih

endorser selebriti. Menurut Shimp (2014:263), faktor penting yang menjadi

pertimbangan perusahaan dalam memilih selebriti untuk mendukung suatu

produk adalah sebagai berikut:

1) Kesesuaian selebriti dengan audiens atau khalayak

2) Kecocokan selebriti dan merek

3) Kredibilitas selebriti

(48)

5) Pertimbangan biaya untuk memperoleh layanan selebriti

6) Sulit atau mudahnya selebriti dalam bekerjasama

7) Besar kecilnya kemungkinan bahwa selebriti berada dalam suatu masalah

setelah suatu dukungan dilakukan

8) Banyaknya merek-merek lain yang sedang didukungnya.

5. Merek

a. Pengertian Merek

American Marketing Associating dalam Kotler (2006:403)

mendefinisikan merek sebagai “A brand is a name term, sign, symbol, or

design or a combination of them intended to identify the goods of seller and to

differentiate them from those of competition”. Merek adalah nama, tanda,

simbol, design atau bahkan kombinasi diantaranya untuk mengidentifikasi

sebuah produk dan membedakan dari produk kompetitor.

Kotler (2006:404) menyatakan bahwa sebuah merek menunjukkan

janji dan jaminan produsen kepada konsumen. Selain itu merek juga dapat

bertindak sebagai tanda bagi konsumen dan melindungi konsumen dan

produsan dari pesaing yang berusaha menyediakan produk-produk sejenis.

Secara umum merek memberi arti khusus bagi konsumen dan dapat

mengubah persepsi dan pengalaman mereka terhadap produk, sedangkan bagi

produsen merek memberi mereka proteksi terhadap berbagai bentuk keunikan

(49)

konsumen, dan memberikan jaminan keamanan dan pendapatan masa depan

bagi perusahaan. Merek sebagai suatu simbol yang komplek memiliki enam

tingkatan pengertian, yakni (Kotler, 2006:404) :

1) Atribut, yaitu merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu yang perlu

dikelola dan diciptakan agar konsumen mengetahui dengan pasti atribut

apa saja yang terkandung pada sebuah merek.

2) Manfaat, yaitu bahwa merek lebih dari serangkaian atribut. Konsumen

ketika membeli sebuah merek tidak hanya membeli atribut tapi juga

membeli manfaat. Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat

fungsional dan emosional atau bahkan keduanya.

3) Nilai, yaitu merek juga menyatakan tentang nilai produsen. Merek yang

mempunyai nilai tinggi akan dihargai sebagai merek yang berkelas

sehingga dapat mencerminkan penggunaan merek tersebut.

4) Budaya, yaitu bahwa merek juga mewakili budaya tertentu.

5) Kepribadian, yaitu merek mencerminkan kepribadian tertentu. Dengan

menggunakan merek, kepribadian penggunaan merek tersebut akan

terlihat bersama merek yang dipakainya.

6) Pemakai, yaitu bahwa merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli

(50)

b. Ekuitas Merek

Konsep ekuitas merek berkaitan dengan bagaimana sebuah merek

dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan perusahaan. Menurut

Aaker dalam Kertamukti (2015:93), ekuitas merek didefinisikan sebagai

seperangkat aset dan liabilitas merek yang dihubungkan pada sebuah nama

dan simbol yang menambah dan mengurangi nilai yang disediakan oleh

sebuah produk atau jasa kepada pelanggan. Kategori aset utama merek adalah

kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association),

kesan kualitas (perceived quality), dan asset merek lain (paten, trademark,

channel relationship).

Keller dalam Sadat (2009:164) mendefinisikan ekuitas merek menurut

perspektif pelanggan yaitu “the differential effect of consumer knowledge on

consumer response to the marketing of the brand”. Berdasarkan definisi

tersebut terdapat tiga unsur penting mengenai ekuitas merek. Pertama, ekuitas

merek muncul dari perbedaan-perbedaan respon pelanggan. Jika tidak terjadi

perbedaan, maka nama merek produk diklasifikasikan sebagai produk generik.

Kedua, perbedaan respon adalah sebagai akibat dari pengetahuan merek yang

dimiliki oleh pelanggan. Pengetahuan merek merupakan simpul merek yang

berada dalam ingatan seseorang terdiri dari berbagai macam asosiasi-asosiasi

terkait, kemudian kekuatan dan pengelompokan asosiasi-asosiasi tersebut

merupakan penentu penting yang akan menjadi informasi yang dapat diingat

(51)

dan keputusan pembeli yang berhubungan dengan merek. Ketiga, adalah

respon pelanggan yang direfleksikan pada persepsi, preferensi, dan perilaku

atau semua tindakan yang berhubungan dengan semua aspek pemasaran

merek.

c. Asosiasi Merek

Asosiasi-asosiasi merek berkenaan dengan segala sesuatu yang terkait

dengan memori pelanggan terhadap sebuah merek. Aaker dalam Kertamukti

(2015:96) mendefinisikan “Brand association is anything liked in memory to

a brand”. Brand Association atau asosisasi merek adalah segala kesan yang

muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu

merek. Brand Association mencerminkan pencitraan seseorang terhadap kesan

tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut

produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. Pada umumnya

brand association (terutama yang membentuk brand image) menjadi pijakan

bagi konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitasnya pada merek

tersebut (Durianto dan Sitinjak dalam Ardiyanto, 2013:35).

Menurut Durianto dan Sitinjak dalam Ardiyanto (2013:16),

asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek dihubungkan dengan lima

pendekatan, yaitu: Asosiasi dari atribut produk (Product attributes), Asosiasi

atribut produk tak berwujud (Intangibles Attributes), Asosiasi manfaat bagi

(52)

Style/personality) dan Asosiasi dari sisi pesaing (Competition). Sedangkan

menurut Kotler dan Keller (2006), asosiasi memiliki beberapa tipe, yaitu :

1) Atribut (atributes), adalah asosiasi yang dikaitkan dengan atribut-atribut

dari merek tersebut baik yang berhubungan langsung terhadap produknya

(product related atributes), ataupun yang tidak berhubungan langsung

terhadap produknya (non product related atributes) yang meliputi price,

user imagery, usage imagery, feelings, experiences, dan brand

personality.

2) Manfaat (benefits), adalah asosiasi suatu merek dikaitkan dengan manfaat

dari merek tersebut, baik itu manfaat secara fungsional (functional

benefit), manfaat secara simbolik dari pemakainya (symbolic benefit), dan

pengalaman yang dirasakan dari penggunanya (experential benefit).

3) Perilaku (Attitudes), adalah asosiasi yang dikaitkan dengan motivasi diri

sendiri yang merupakan bentuk perilaku yang bersumber dari

bentuk-bentuk punishment, reward, learning dan knowledge.

Aaker dalam Sadat (2009:169) mengemukakan setidaknya terdapat

sebelas jenis asosiasi, yakni :

1) Atribut produk

2) Intangibles

3) Manfaat

4) Harga relatif

(53)

6) Pemakai

7) Selebritas

8) Gaya hidup

9) Kelas produk

10) Pesaing

11) Wilayah geografis.

Asosiasi positif yang melekat pada merek dapat memudahkan

pelanggan memproses dan mengingat kembali berbagai informasi mengenai

merek yang sangat berguna dalam proses keputusan membeli (Aaker dalam

Sadat, 2009:170). Dari sisi perusahaan, asosiasi memungkinkan untuk

memperluas produk dan pasar.

6. Niat Beli

a. Pengertian Niat Beli

Niat beli menurut Mowen dan Minor (2002:55) didefinisikan sebagai

penentu dari pembeli untuk melakukan suatu tindakan seperti membeli suatu

produk atau jasa. Menurut Kotler dan Armstrong (2014:177) niat beli

merupakan suatu hal yang mendahului dan menentukan setiap pelanggan. Niat

adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan atau sesuatu yang segera

mendahului tingkah laku pembelian yang sebenarnya. Niat beli merupakan

(54)

produk tertentu. Kesediaan calon konsumen untuk membeli memiliki

probabilitas yang lebih tinggi, meskipun calon konsumen tersebut belum tentu

benar-benar membelinya.

Niat beli konsumen dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Perilaku

konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,

mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses

keputusan yang mendahului tindakan ini (Angel et al. dalam Rahmawati,

2017:51). Perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2009:166) adalah

studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih,

membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman

untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku konsumen

dipengaruhi oleh beberapa faktor (Kotler dan Keller, 2009:166) yakni sebagai

berikut:

1. Faktor Budaya

Kebudayaan adalah nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan

perilaku yang dapat dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga

penting lainnya. Setiap budaya terdiri dari beberapa sub-budaya yang

memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik lagi bagi

(55)

2. Faktor Sosial

a. Kelompok referensi

Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak

kelompok-kelompok kecil dimana orang tersebut berada dan mempunyai

pengaruh langsung terhadap perilaku seseorang.

b. Keluarga

Keluarga merupakan pemegang peranan yang penting dan

memberikan pengaruh yang besar sebagai kelomok referensi.

c. Peran dan Status

Peran merupakan aktifitas-aktifitas yang diharapkan seseorang untuk

dilakukan oleh dirinya, lalu setiap peran akan menghasilkan status.

Orang-orang akan membeli produk yang sesuai dengan hasrat mereka

dalam menciptakan peran dan status.

3. Faktor Pribadi

a. Usia dan Tingkatan Di Daur Hidup

Selera konsumen dalam makanan, pakaian, furnitur, dan rekreasi

sering kali berhubungan dengan usia konsumen, karena memang jenis

konsumsi seseorang terpengaruh dari daur hidupnya.

b. Pekerjaan dan Keadaan Ekonomi

Pola konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh pekerjaan dan keadaan

ekonominya. Keadaan ekonomi seseorang sangat mempengaruhi

(56)

c. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian seringkali digambarkan sebagai kepercayaan diri,

dominansi, kemampuan beradaptasi, dan kemampuan bersosialiasasi.

Dengan mengenal kepribadian, maka konsumen dapat melihat

perbedaaan-perbedaan pada psikologi manusia yang mengarahkan

konsumen pada pola konsumsi konsumen.

d. Gaya Hidup dan Nilai-nilai

Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan

yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup

merupakan pola kehidupan seseorang untuk mengekspresikan

aktivitas-aktivitas, minat-minat, pendapat-pendapatnya.

4. Faktor Psikologi

a. Motivasi

Motivasi (dorongan) adalah keadaan diri seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan untuk mencapai suatu

tujuan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebenarnya

perilaku konsumen dimulai dengan adanya motif atau motivasi.

b. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi,

dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran

yang berarti dari dunia. Seseorang dapat membentuk berbagai macam

(57)

c. Pembelajaran

Pembelajaran pada suatu proses yang selalu berkembang dan berubah

sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman

pribadi yang bertindak sebagai feedback bagi individu dan

menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama.

d. Sikap dan Kepercayaan

Pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu

dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman, sedangkan

sikap adalah evaluasi perasaan suka atau tidak suka, dan

kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah

obyek atau ide.

b. Proses Terjadinya Niat Beli

Menurut Kotler dan Armstrong (2014:177), proses terjadinya niat beli

merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, untuk

memahami proses terjadinya niat beli perlu diamati terlebih dahulu bagaimana

proses terjadinya pengambilan keputusan seperti gambar berikut.

Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan

Sumber : Kotler dan Armstrong (2014:177)

(58)

Gambar 2.2. Tahapan di antara Pengevaluasian Alternatif dan Pengambilan Keputusan

Sumber : Kotler dan Armstrong (2014:178)

Kebutuhan individu dapat dirangsang dari dalam atau luar individu.

Rangsangan dari dalam merupakan salah satu kebutuhan manusia seperti rasa

lapar dan haus, sedangkan rangsangan dari luar seperti iklan, mengagumi

suatu produk dan tertarik pada suatu produk (Kotler dan Armstrong,

2014:177). Konsumen yang telah merasakan adanya suatu kebutuhan perlu

dipuaskan, sehingga konsumen akan berusaha mencari informasi yang lebih

banyak lagi. Jika informasi telah terkumpul, maka individu akan menghadapi

berbagai alternatif pilihan dan individu harus mengidentifikasi dan

mengevaluasi alternatif pilihan tersebut. Pengevaluasian tidak dapat terpisah,

dipengaruhi sumber-sumber yang dimiliki (waktu, ruang dan informasi)

maupun resiko keliru dalam pembelian. Setelah itu, muncul niat beli yang

dapat menimbulkan keputusan pembelian. Niat konsumen untuk membeli

suatu produk dapat berubah karena adanya dua faktor, yaitu perilaku dari

orang terdekat dan keadaan yang tidak terduga.

Gambar

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ..................................................................
Grafik 5.2 Usia Responden ..............................................................................................
Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan
Gambar 2.2. Tahapan di antara Pengevaluasian Alternatif dan Pengambilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui pengaruh citra merek pada niat beli konsumen, dan mengetahui mengetahui pengaruh citra merek pada niat beli konsumen

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh keahlian, kejujuran, dan kemenarikan celebrity endorser (Dedy Mizwar) terhadap niat beli pada iklan

Esa, karena atas berkat rahmat- Nya, skripsi yang berjudul “ Peran Persepsi Nilai Dalam Memediasi Pengaruh Kredibilitas Celebrity Endorser Pada Niat Beli Produk Kosmetik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredibilitas atlet selebriti endorser secara langsung memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada niat beli konsumen, dan

variabel kepercayaan, dimensi keahlian, dan dimensi daya tarik berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli konsumen pada produk kecantikan pada mahasiswi Fakultas

Zafar (2012) Seorang selebriti (atlet, aktor, atau penghibur) yang menarik dapat menumbuhkan niat beli dari seseorang yang melihat iklan dan akan berdampak pada pembelian dari

Tidak terdapat pengaruh signifikan variabel daya tarik iklan terhadap citra merek produk minuman Sprite pada Mahasiswa Jurusan Manajemen STIE Putra Bangsa Kebumen.. Terdapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredibilitas atlet selebriti endorser secara langsung memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada niat beli konsumen, dan