IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI KELURAHAN J ERUK KECAMATAN LAKARSANTRI KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administr asi Negara FISIP UPN “veteran J awa Timur
OLEH
RENDI SUGIANTO
NPM. 0941010001
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas berkat
dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “
IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA DI KELURAHAN J ERUK
KECAMATAN LAKARSANTRI KOTA SURABAYA
.Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsI ini masih terdapat beberapa
kekurangan-kekurangan.Selesainya kegiatan hingga penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
adanya arahan dan bimbingan dari Ibu Dosen Pembimbing , Ibu Dra.Susi Hardjati MAP
yang dengan segala perhatian, bimbingan, arahan yang bermanfaat, dan rela meluangkan
waktunya untuk penulis.Terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaika penulisan
skripsi ini, diantaranya :
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto MP ,Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“veteran “ JawaTimur.
2. Ibu Dra.Hj.Suparwati. Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN
“veteran” JawaTimur.
3. Bapak DR. Lukman Arif .MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN “veteran” JawaTimur
4. Ibu Dra. Susi Hardjati. MAP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
7. Para perawat dan Dokter Puskesmas Jeruk bagian Poli Ibu dan anak
8. Ibu Ririn Retno P. Amd. Keb selaku Bidan kelurahan Jeruk Kecamatan Lakarsantri
9. Para Kader dan warga Kelurahan Jeruk yang sudah menerima dengan baik dan
membantu penulis.
10.Kedua Orang Tua dan Keluarga penulis yang senantiasa mengiringi penulis dengan
Doa-doa dan dukungan serta teman-teman Jurusan Ilmu Administrasi Negara
angkatan 2009 ( Dini, Vera,anjar, dinar,rerin, andre,indra,galeh,dan septiyan) dan
teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang membantu penulis
dan memberikan semangat untuk menyelesaikan Skripsi ini
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Segala
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan dan
kesempurnaan skripsi ini.
THANK YOU
FISIP UPN “VETERAN” J AWA TIMUR
Surabaya, Mei 2013
HALAMAN PERSETUJ UAN ...
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vi
ABSTRAKSI ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Rumusan masalah... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II : KAJ IAN PUSTAKA ... 12
2.1 Penelitian terdahulu ... 12
2.2 Landasan Teori ... 14
2.2.1 Kebijakan Publik ... 14
2.2.1.1 Pengertian kebijakan Publik ... 14
2.2.1.2 Tahap-tahap kebijakan publik ... 16
2.2.1.3 Sifat kebijakan Publik ... 18
2.2.2 Implementasi Kebijakan Publik ... 19
2.2.2.1 Pengertian Implementasi ... 19
2.2.2.7 Pendekatan implementasi kebijakan ... 28
2.2.3 Konsep Desa Siaga ... 29
2.2.3.1 Pengertian Desa Siaga... 29
2.2.3.2 Tujuan Desa Siaga ... 30
2.2.3.3 Sasaran Pengembangan Desa Siaga ... 31
2.2.3.4 Peran Puskesmas dlm Peng. Desa siaga ... 31
BAB III : METODE PENELITIAN ... 33
3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Fokus Penelitian ... 35
3.3 Lokasi penelitian ... 36
3.4 Sumber Data ... 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.6 Analisa Data ... 40
3.7 Keabsahan Data... 43
Kerangka berpikir ... 45
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46
4.1.1 Visi dan Misi Puskesmas Jeruk ... 46
4.1.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas Jeruk ... 48
4.1.3 Jenis Pelayanan Puskesmas Jeruk ... 50
4.2.1 Pelayanan Kesehatan Dasar ... 64
a. Pelayanan Ibu Hamil ... 65
b. Pelayanan Imunisasi Bayi ... 67
c. Pelayanan Pengobatan Dokter di Poskeskel ... 69
4.2.2 Kerja Sama ... 73
4.2.3 Fasilitas ... 77
4.3 Pembahasan ... 80
4.3.1 Implementasi Pelayanan Kesehatan dasar ... 80
4.3.2 Kerja Sama ... 85
4.3.3 Fasilitas ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
5.1 Kesimpulan ... 90
5.2 Saran ... 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 1. Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn ... 20
Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif... 42
Gambar 1.3 Struktur Organisasi... 55
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ANGKA KEMATIAN IBU TAHUN 2007-2011 ... 2
Tabel 1.2 ANGKA KEMATIAN BAYI ... 3
Tabel 4.1 KOMPOSISI PEGAWAI PUSK. JERUK ... 56
Tabel 4.2 KOMP. PEGAWAI TINGKAT PENDIDIKAN ... 57
Tabel 4.3 KOMP PEGAWAI JENIS PEKERJAAN ... 58
Tabel 4.4 DAFTAR NAMA KADER DESA SIAGA ... 61
Tabel 4.4 KEHADIRAN PEMERIKSAAN IBU HAMIL ... 62
Dosen Pembimbing : Dra. Susi Hardjati. MAP
Penelitian ini didasarkan atas upaya pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat, kesiap siagaan, dalam meningkatkan kesehatan di lingkungan desa maupun kelurahan, dalam penanganan masalah-masalah kesehatan melalui Program Desa Siaga.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program Desa Siaga di Kelurahan Jeruk Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif ,Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta dokumentasi. Sample atau informan dalam penelitian ini adalah : Kepala puskesmas Jeruk, Bidan Kelurahan Jeruk, dan Kader Desa Siaga, tekhnik menentukan informan penelitian ini menggunakan tekhnik purposing sampling,
dan analisa data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Data Model interaktif (Miles dan Huberman). Kebsahan data dalam penelitian ini meliputi : derajat kepercayaan,keteralihan,kebergantungan, dan kepastian
Hasil penelitian menunjukan bahwa Implementasi Program Desa Siaga di kelurahan Jeruk kecamatan Lakarsantri kota Surabaya belum optimal. Hal ini di buktikan Pemberian pelayanan kesehatan dasar yang meliputi pemeriksaan kehamilan yang jarang di kunjungi oleh masyarakat, terutama ibu hamil serta pemberian imunisasi bayi yang juga jarang di kunjungi oleh orang tua untuk memmberikan imunisasi bagi bayinya. Serta pengobatan oleh dokter yang jarang dilakukan atau sudah tidak dilakukan semenjak awal tahun 2013. Begitu juga dengan Upaya kerja sama yang dilakukan, dalam tugas kader desa siaga terkesan tercampur dan tumpang tindih dengan tugas kader pemberdayaan kelurahan bidang kesejahteraan ekonomi masyarakat, hal ini disebabkan ketidak jelasan tugas yang diberikan karena Stakeholders yang jarang hadir saat rapat kader untuk memberikan penjelasan secara terus menerus tentang tugas kader desa siaga, berbeda dengan Fasilitas yang diberikan ,fasilitas yang diberikan Puskesmas Jeruk dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya sudah optimal karena fasilitas pendukung yakni alat kesehatan, ruang poskeskel, dan dana sudah diberikan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu jenis pelayanan yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dalam mencapai kehidupan masyarakat yang sehat.
Pelayanan kesehatan termasuk kedalam pelayanan skala publik yang mengedepankan
tingkat kepuasan publik denganmengoptimalisasi pelayanannya. Pelayanan kesehatan
yang adil dan merata serta terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
merupakan tujuan dari program Indonesia Sehat yang dicangkan oleh pemerintah
guna mengimplementasikan visi Indonesia sehat 2010 yakni
“Masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik
Indonesia.”
Sejak dicanangkan visi Indonesia sehat pada tahun 2010 telah banyak
usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah guna mensukseskan visi tersebut.akan tetapi,
usaha-usaha serta kemajuan yang diraih masih jauh dari target yang ingin dicapai .
Hal ini dikarenakan rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang diterima
masyarakat serta tingkat partisipasi masyarakat dalam menaikkan derajat kesehatan
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) pada masyarakatpun semakin
meningkat
Millennium Development Goals (MDGs) merupakan tujuan pembangunan
millennium, yang dideklarasikan oleh Majelis Umum Pereserikatan Bangsa-bangsa,
dan salah satu tujuan dari MDGs adalah menurunkan angka kematian anak dan
meningkatkan kesehatan ibu. MDGs mendata, Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa
Timur, pada lima tahun terakhir, dari tahun 2007 –2011, menunjukkan
kecenderungan yang meningkat. Hal tersebut dapat di lihat dalam tabel berikut.
TABEL 1.1
ANGKA KEMATIAN IBU TAHUN 2007-2011
Sumber : MDGs
Hal tersebut melampaui target dari MDGs yang menargetkan angka kematian ibu
yakni 102 per 100.000 Angka kelahiran hidup. Sementara itu Angka kematian
bayi cenderung menurun seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini.
TAHUN ANGKA KEMATIAN
IBU
KELAHIRAN HIDUP
2009 90,70 100.000
2010 101,40 100.000
TABEL 1.2
ANGKA KEMATIAN BAYI
TAHUN ANGKA KEMATIAN
BAYI
ANGKA KELAHIRAN
HIDUP
2010 29.99 1000
2011 29.24 1000
Sumber : BPS Jatim
Dari data tersebut diatas terjadi penurunan angka kematian bayi pada
tahun 2011 .Namun angka tersebut masih jauh dari target MDGs , yaitu sebesar 23
per 1.000 Kelahiran Hidup.
Data tersebut juga didukung oleh kutipan berita yang peroleh dari media
online http://surabaya.tribunnews.com
SURYA Online, J EMBER - Kabupaten Jember menempati rangking kedua terbanyak jumlah Angka Kematian !ayi (AKB) dan ibu (AKI) di Jawa Timur. Jember penyumbang kedua setelah Probolinggo.
"Budaya masih apa kata orang tua, yang kadang menyarankan periksa dan melahirkan ke dukun. Terus juga terlalu lama rapat saat ibu yang mau melahirkan kondisinya kritis," tegas Yumarlis.
Oleh karena itu, pihak Dinas Kesehatan selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya memeriksakan kehamilan ke bidan. Pemeriksaan dilanjutkan dengan proses kelahiran juga ditangani bidan.Yumarlis menambahkan, meski AKI dan AKB Jember banyak, jumlah tahun ini terbilang menurun dibandingkan tahun 2011 lalu. Tahun lalu AKI mencapai 56 kasus dan AKB mencapai 456 kasus. - See more at:
Sumber
:http://surabaya.tribunnews.com/2012/12/20/angka-kematian-bayi-jember-tinggi#sthash.cb4JTljN.dpuf (tanggal akses 27 Januari 2013)
Kasus kematian ibu dan bayi diatas adalah sebagian kecil dari permasalahan
bidang kesehatan yang harus menjadi perhatian serius dari masyarakat dan
pemerintah. Demikian juga dengan kasus penyakit menular dan tidak menular, seperti
malaria dan diare, HIV/ AIDS, dan penyakit endemis lain. Hal ini juga diperparah
dengan timbulnya berbagai bencana alam yang turut serta membawa masalah
kesehatan.
Contoh kasus kematian ibu dan bayi dan masalah kesehatan yang lain diatas
menunjukan bahwa kualitas pelayanan kesehatan merupakan hal yang harus
diperhatikan karena merupakan hak masyarakat yang harus dipenuhi. Namum, dalam
perwujudan hak tersebut masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh
Dalam KEPMENKES No : 564/Menkes/SK/VII/2006 Mengatakan ,
Kendala-kendala yang dialami dalam partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan yakni kendala geografis yaitu keberadaan sarana kesehatan yang jauh atau
kurang lengkap, sosiologis yaitu kondisi sosial yang seakan-akan tidak
memperdulikan keadaan ibu yang sedang hamil , ekonomi yang rendah dan budaya
kesadaran kembali ke pusat layanan kesehatan yang sangat rendah, masih merupakan
masalah utama dalam peningkatan derajat kesehatan di Indonesia yang
terimplementasi melalui menurunnya angka kematian ibu dan bayi.
Pentingnya kesehatan bagi masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
pendapatan rendah harus terus diperjuangkan dengan cara mendekatkan akses
pelayanan kesehatan, dan memperdayakan kemampuan mereka, juga meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan bahaya riskan ibu hamil.
Karena hal tersebut berguna sebagai investasi bagi peningkatan kualitas sumberdaya
manusia yang harus selalu ditingkatkan.
Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Kementrian kesehatan mengeluarkan
kebijakan yaitu Keputusan Menteri kesehatan Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006
yang berisikan tentang pedoman penyelenggaraan desa siaga. Pada program Desa
siaga, ,masyarakat turut serta berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat itu sendiri dalam menghadapi permasalahan kesehatan ,kegawat daruratan
kesehatan, dan penanggulangan masalah kesehatan secara mandiri.
Dalam KEPMENKES No : 564/Menkes/SK/VII/2006 Desa siaga merupakan
dan mengatasi masalah-masalah kesehatan , bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
secara mandiri. Desa siaga dalam hal ini dapat berarti sebagai kelurahan atau istilah
lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.
Desa Siaga merupakan program pemberdayaan masyarakat yang
memposisikan masyarakat sebagai objek yang aktif dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat,kesiap siagaan, meningkatkan kesehatan lingkungan didesa maupun
kelurahan dalam penanganan masalah-masalah kesehatan.
Desa siaga merupakan program pemerintah yang didalamnya terdapat
kader-kader yang berasal dari masyarakat itu sendiri, tokoh masyarakat, termasuk tokoh
perempuan,pemuda dan serta petugas kesehatan yang turut serta dalam
pengembangan desa siaga. Sebuah desa atau kelurahan telah menjadi desa siaga
apabila desa tersebut telah memiliki sebuah Pos Kesehatan Desa yang melibatkan
masyarakat serta kader-kader kesehatan dalam rangka pemberdayaan atau
penggerakan peran aktif masyarakat dalam program Desa siaga.
Inti kegiatan dari desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu hidup sehat . maka dalam pengembangannya diperlukan
langkah-langkah-langkah pendekatan secara edukatif yaitu upaya pendampingan dan pemberian
fasilitas oleh pemerintah yang di serah tugaskan kepada dinas kesehatan dan
adanya pengembangan program berbasis masyarakat seperti, Posyandu,Pos Obat
desa, dan lain-lain sebagai cikal bakal pengembangan menuju desa siaga.
Dalam penyelenggaraan desa siaga, peran layanan kesehatan masyarakat
seperti PUSKESMAS memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan
program Desa Siaga termasuk upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Peran
puskesmas dalam program desa siaga seperti yang tertuang dalam KEPMENKES NO
: 564/ MENKES / SK/ VIII/ 2006 yaitu : dengan memberikan pelayanan kesehatan
dasar termasuk pelayanan di bidang kehamilan dan persalinan, mengembangkan
komitmen dan kerja sama tingkat kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan
desa siaga, mefasilitasi dan memonitoring serta evaluasi terhadap pengembangan
desa siaga dan pembinaannya.
Kelurahan Jeruk kecamatan Lakasantri merupakan wilayah kerja Puskesmas
Jeruk dalam mengimplementasikan Desa Siaga. Kelurahan jeruk menamakan
program desa siaga menjadi Kelurahan Siaga karena wilayah kerjanya masuk dalam
wilayah Kota Surabaya. Program kelurahan siaga pada dasarnya sama dengan Desa
siaga. Kelurahan siaga di kelurahan jeruk sudah berlangsung selama 5 tahun
semenjak tahun 2008.
Wilayah kerja Puskesmas Jeruk sebenarnya menangani dua kelurahan yakni
kelurahan Jeruk dan kelurahan Lakar, tetapi dari hasil observasi di puskesmas Jeruk
diperoleh hasil bahwa kelurahan Jeruk lebih berpartisipasi aktif dalam program
Kelurahan siaga. Pada Wilayah kerja Puskesmas Jeruk hanya terdapat 1
Kelurahan) dan turut serta Kader-kader kesehatan yang berasal dari warga itu sendiri,
tugas Poskeskel lebih kearah penanganan awal sehingga dapat menjadi rujukan
pertama jika terjadi permasalahan kesehatan baik untuk ibu hamil dan bayi, lansia
serta masyarakat umum dan juga melakukan sosialisasi penanganan masalah
kesehatan yang berguna bagi masyarakat itu sendiri.
Kelurahan siaga di kelurahan Jeruk, yang menjadi wilayah kerja Puskesmas
Jeruk merupakan bentuk upaya dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Meskipun angka di wilayah ini masih tergolong kecil setiap tahunnya, namun hal
tersebut menjadi rapor atau nilai merah dalam kinerja puskesmas dalam membina
desa siaga.
Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Jeruk pada tahun 2011 terdapat 1/17
ibu hamil yang meninggal di Kelurahan Lakar, dan pada tahun 2012 terdapat 3/99
bayi yang meninggal, yakni 1 orang berada di kelurahan Jeruk, dan 2 orang di
kelurahan Lakar. Angka kematian tersebut mungkin masih relative kecil, namun
pihak puskesmas mengatakan bahwa adanya kematian ibu hamil dan bayi yang baru
lahir merupakan nilai merah akibat dari kelalaian dari penanganan yang kurang cepat,
sehingga menimbulkan kematian bagi ibu dan bayi.
Begitu pula dengan permasalahan kesehatan yang lain, dari data yang
diperoleh di Puskesmas Jeruk menunjukan angka warga yang terkena penyakit
menular contohnya DBD, dan Diare, masih tergolong sangat tinggi yakni 30 %
yang hanya 18 %, hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya pola hidup sehat serta
didukung oleh masalah cuaca yang tidak stabil.
Oleh karena itu , dalam KEPMENKES NO : 564/ MENKES / SK/ VIII/ 2006
yang berisikan tentang pedoman pelaksanaan DESA SIAGA ,Peran strategis
Puskesmas guna mengimplementasikan program Desa Siaga dapa dilakukan dalam
Tiga hal yaitu :
1. Pelayanan Kesehatan dasar , yang meliputi pelayanan pemeriksaan kehamilan
umum bagi ibu hamil namun tidak untuk melayani proses melahirkan,
Pelayanan imunisasi serta, pengobatan oleh dokter umum yang datang selama
tiga kali dalam seminggu.
2. Upaya kerja sama yang dilakukan oleh puskesmas kepada stakeholders (RT,
RW, LURAH) maupun kepada kelompok masyarakat (PKK, Paguyuban
Kader-kader)
3. Memfasilitasi yaitu pemberian fasilitas yaitu alat-alat kesehatan, tempat tidur
pasien, dan meja bidan. Fasilitas-fasilitas tersebut diberikan oleh puskesmas
Jeruk , namun fasilitas tempat masih menggunakan fasilitas warga yakni balai
RW. Serta pemberian fasilitas dana yang bersumber dari Dinas Kesehatan dan
disalurkan melalui Puskesmas Jeruk untuk biaya operasional kegiatan
kelurahan siaga di Kelurahan Jeruk.
Hal tersebut kemudian menjadi dasar bahwa puskesmas Jeruk memiliki
cita-cita dan harapan dalam proses penanganan masalah kesehatan, baik berupa menekan
dengan cara mengikutsertakan masyarakat dalam upaya penanganan masalah
kesehatan dan sebagainya. Optimalnya upaya-upaya tersebut tergantung bagaimana
peran puskesmas dalam mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam program desa
siaga. sehingga dari latar belakang diatas perlu diketahui bagaimana Implementasi
program desa siaga di kelurahan Jeruk kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah yang akan
dikaji yaitu :
“Bagaimana Implementasi Program Desa Siaga di kelurahan Jeruk Kecamatan
Lakarsantri Kota Surabaya”
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas , maka tujuan penelitian yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui Implementasi Program Desa Siaga di Kelurahan Jeruk
Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya
1.4Manfaa t Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Ilmu
2. Bagi Instansi
Sebagai bahan Evaluasi terhadap temuan-temuan yang ada pada proses
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Ter dahulu
1. Taofik Noor Akbar dkk (2007) Pr ogram Magister Kebijakan dan
Ma najemen Pelayanan Kesehatan Univer sitas Ga jah Mada Yogyakar ta.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan desa siaga percontohan di
Cibatu Kabupaten Purwakarta provinsi Jawa Barat.dan metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode focus group discussion dan
wawancara mendalam dengan seluruh responden.hasil dari penelitian ini
menunjukan kegiatan desa siaga percontohan Kegiatan desa siaga percontohan
di Desa Cibatu, Desa Cibukamanah, Desa Cilandak, Desa Karyamekar dan
Desa Ciparungsar itelah dilaksanakan, antara lain adanya kegiatan revitalisasi
posyandu paripurna, pembentukan pos kesehatan desa, pelatihan, notifikasi
danpemetaan ibu hamil resiko tinggi, penggalangan dana, kelompok donor
darah serta pengadaan ambulan desa. Untuk mempermudah pelaksanaan desa
siaga percontohan sudah dilaksanakan kegiatan advokasi di tingkat
pemerintah daerah, stakeholder yang terkait guna memberikan dukungan
kebijakan, dana, tenaga, sarana dan prasarana. Pendekatan kepada masyarakat
dilakukan untuk merubah perilaku individu dan keluarga
2. Efr an Nasr ullah dkk (2011) Tim Dokter Puskesmas Panar ukan
Ka bupaten Situbondo.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi
sekaligus mengetahui faktor pendorong dan faktor penghambat proses
pelaksanaan desa siaga di desa Kilensari Kecamatan Panarukan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif evaluatif dengan menilai
variabel indikator keberhasilan desa siaga. Pengumpulan data digunakan
melalui metode wawancara bebas terpimpin dibantu dengan instrumen
panduan interview. Hasil dari penelitian ini menunjukan beberapa kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan panduan desa siaga. Namun belum ada
inovasi program yang dicanangkanberdasarkan permasalahan kesehatan rill di
desa. Jika dinilai dari indikator proses maka desa siaga Kilensari masih dalam
tahap bina dan memerlukan pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan
sektor lainnya. Peran tokoh masyarakat terutama kepala desa masih bisa
ditingkatkan lagi untuk menggerakkan masyarakat agar berpasrtisipasi aktif
2.2Landasan Teor i
2.2.1 Kebijakan Publik
2.2.1.1 Penger tian Kebijakan Publik
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat sebagai
kelompok sosial dalam stuatu negara memerlukan adanya sebuah interaksi
antara pemimpin dengan kelompok masyarakatnya. Interaksi antara kelompok
masyarakat dengan pemimpin suatu negara harus berlandaskan atas
kemakmuran masyarakat dan cita-cita bangsa negara . Pemerintah dan
masyarakat memiliki peran masing-masing dalam mewujudkan tujuan dari
terbentuknya suatu negara.
Peran pemerintah dalam mewujudkan cita-cita bangsa negara yaitu
dengan memberikan dan merumuskan suatu peraturan-peraturan yang
nantinya akan diimplementasikan pada kehidupan masyarakat, hal ini
bertujuan untuk memberikan makna perubahaan bagi kehidupan sehingga
lebih tertata dan terarah. Aturan yang diberikan pemerintah untuk masyarakat,
tentunya akan membawa dampak positif maupun negatif. Positif hal ini
bermakna perubahan, dan negatif dalam hal ini membawa sebuah
pertentangan yang berisikan tidak setujunya sebagian masyarakat terhadap
suatu aturan yang dikeluarkan pemerintah.
Aturan-aturan yang diberikan pemerintah ,tentunya beriisikan sebuah
implementasikan pada masyarakat atau publik, sehingga harapan akan tujuan
dari kebijakan tersebut dapat terlaksana.
Konsep kebijakan publik menurut Eston dalam Tangkilisan (2003 : 1 )
yaitu pengalokasian nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaanya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan
suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk
dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari
pengalokasian nilai kepada masyarakat.
Menurut Fredericson dan Hart dalam Tangkilisan (2003 : 19)
mengatakan, kebijakan adalah “ suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
yang diusulkan oleh seorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan
tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu sambil
mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran
yang diinginkan.
Menurut Leaster dan Stewart dalam Winarno (2004 : 29) mengatakan,
kebijakan publik adalah “proses atau serangkaian keputusan atau aktivitas
pemerintah yang didesain untuk mengatasi masalah publik , apakah hal itu riil
ataukah masih direncanakan .
Selanjutnya menurut Chandler dan Plano dalam Harbani ( 2008:38)
mengemukakan, kebijakan publik yaitu pemanfaatan yang strategis terhadap
sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah masalah
Sedangkan menurut Udoji dalam Wahab ( 2005 : 5) kebijaksanaan
negara adalah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan
tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah yang
saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa kebijakan
publik adalah suatu aktivitas pemerintah yang merupakan keputusan
pemerintah untuk memecahkan suatu permasalahan publik baik secara
langsung maupun lembaga yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat.
2.2.1.2 Tahap- Tahap kebijakan Publik
Menurut Dunn dalam Tangkilisan (2003 : 8 ) tahap-tahap kebijakan
dibagi menjadi :
1. Penetapan agenda kebijakan (agenda setting )
tahap pertama penetapan agenda kebijakan adalah menentukan
masalah publik yang akan dipecahkan.
2. Formulasi kebijakan (policy setting )
Mengidentifikasikan kemungkinan kebijakan yang dapat
digunakan melalui prosedur forcasting untuk memecahkan
masalah yang didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap
pilihan kebijakan yang akan dipilih
Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan
pilihan kebijakan melalui dukungan para stakeholders atau
pelaku yang terlibat.
4. Isi Kebijakan (policy Implementation)
Implementasi berkaitan denganberbagai kegiatan
yangdiarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada
posisi ini eksecutif mengatur cara untuk mengorganisir,
menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah
diseleksi.
5. Evaluasi kebijakan (policy assesment)
Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian
terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam
penelitian ini semua proses implementasi dinilai apakah telah
sesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam
program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran
2.2.1.3 Sifat Kebijakan Publik
Menurut Agustino (2006 : 9 ) sifat kebijakan publik sebagai bagian dari suatu
kegiatan dapat dimengerti secara baik bila dibagi-bagi dalam beberapa kategori.
Yaitu:
1. Policy Demands atau Permintaan Kebijakan
Merupakan permintaan atau kebutuhan atau klaim yang dibuat
oleh warga masyarakat secara pribadi atau kelompok dengan
resmi dalam sistem politik , oleh karena adanya masalah yang
mereka rasakan.
2. Policy Decision atau Putusan Kebijakan.
Adalah putusan yang dibuat oleh pejabat public yang
memerintahkan untuk memberi arahan pada kegiatan-kegiatan
kebijakan.
3. Policy Statement atau Pernyataan Kebijakan
Adalah ungkapan secara formal atau artikulasi dari keputusan
politik yang telah ditetapkan.
4. Policy Output atau Hasil kebijakan
Adalah perwujudan nyata dari kebijakan publik atau sesuatu
yangs esungguhnya dikerjakan menurut keputusan dan
pernyataan kebijakan.
Adalah konsekuensi kebijakan yang diterima masyarakat,baik
yang diinginkan atau yang tidak diinginkan, yang berasal dari
apa yang dikerjakan atau yang tidak dikerjakan oleh
pemerintah.
2.2.2 Implementasi Kebijakan Publik
2.2.2.1 Penger tian Implementasi
Implementasi menurut Mazmian dan Sabatier dalam Wahab ( 2002 : 65 ),
menyatakan bahwa implementasi yaitu memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus
perhatian pada suatu kebijakan.
Hartono dalam Alisjahbana (2004: 28 ) dapat diartikan sebagai suatu upaya
untuk memahami “apa yang senyatanya ada dan terjadi” sesudah suatu program yang
dirumuskan, yaitu peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah
proses pengesahan kebijakan publik, baik itu menyangkut peristiwa-peristiwa.
Wahab (2002:64) mengatakan bahwa “implementasi kebijaksanaan adalah
penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan menimbulkan dampak/akibat
terhadap sesuatu”. Implementasi biasanya berbentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden. Dengan
demikian, implementasi kebijaksanaan tidak memiliki kaitan dengan badan-badan
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan
politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung mempengaruhi
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah proses yang
sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administrative yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan program yang langsung atau tidak langsung
dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat.
2.2.2.2 Model Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan ada beberapa bentuk model implementasi
yang dikenal. Model ini berguna menyederhanakan sesuatu bentuk dan memudahkan
dalam pelaksanaan kebijakan.
Van Meter dan Van Horn dalam Wahab (2002:78) adalah “a model of the
policy implementation process”, berpendapat bahwa perbedaan-perbedaan dalam
proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijaksanaan yang akan
dilaksanakan. Kedua ahli ini menegaskan pula bahwa perubahan, kontrol, dan
kepatuhan bertindak merupakan konsep penting dalam menyusun prosedur
implementasi.
Hal lain yang dikemukakan oleh kedua ahli diatas adalah bahwa jalan yang
menghubungkan antara kebijaksanaan dan prestasi kerja dipisahkan oleh sebuah
variable bebas yang saling berkaitan. Variable tersebut adalah :
1. Ukuran dan tujuan kebijaksanaan.
2. Sumber-sumber kebijaksanaan.
5. Sikap para pelaksana, dan
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
Gambar 1.1
Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Hor n
Sumber : Van Meter dan Van Horn (2002:78)
Komunikasi antar organisasi & kegiatan
pelaksanaan
Ukuran dan t ujuan kebijaksanaan
Sumber-sumber kebijaksanaan
Ciri badan pelaksana
Sikap ekonomi, sosial, dan polit ik
Sikap para
pelaksana Prestasi
Variable-variable kebijaksanaan bersangkut paut dengan tujuan-tujuan yang
telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan-badan
pelaksana meliputi baik organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan pelaksanaanya
mencakup antar hubungan di dalam lingkungan sistem politik dan dengan
kelompok-kelompok sasaran. Akhirnya,pusat perhatian pada sikap para pelaksana mengantarkan
kita pada telaah mengenai orientasi dari mereka yang mengoperasionalkan program
dilapangan.
Dari model implementasi kebijakan diatas, maka dalam penelitian ini ,
peneliti akan menggunakan model tersebut untuk digunakan dalam menganalisa
fenomena tentang kebijakan KEPMENKES No 564/ MENKES/ SK / VIII/ 2006
tentang Pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga, yang menitik beratkan pada
Peran puskesmas dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi di kelurahan Jeruk
Kecamatan Lakasantri. Pilihan model ini ditetapkan dengan pertimbangan serta
kecocokan model tersebut dengan fenomena penelitian yang ada di Puskesmas Jeruk
Kecamatan Lakasantri.
2.2.2.3 Faktor Keber hasilan Implementasi Kebijakan
Menurut Ripley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003 : 21 ) menyatakan
keberhasilan implementasi kebijakan ditinjau dari tiga faktor yaitu :
1. Perpektif Kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi dari
kepatuhan strat – level burcrants terhadap atas mereka.
3. Mengarah pada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama kelompok
penerima manfaat yang diharapkan.
Sedangkan Grindle dalam Syaukani (2002 : 296 ) mengidentifikasikan ada
dua hal yang sangat menentukan keberhasilam implementasi, yaitu :
1. Isi kebijaksanaan , meliputi :
a) Kepentingan siapa saja yang terlibat
b) Macam-macam manfaat
c) Sejauh mana peribahan akan diwujudkan
d) Tempat pembuatan keputusan
e) Siapa yang menjadi implementasi agensi
f) Sumberdaya yang disediakan
2. Konteks, Meliputi :
a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi para aktor yang terlibat
b) Karakteristik lembaga dan rezim
c) Sesuai dengan kaidah dan tingkat responnya.
2.2.2.4 Faktor Kegagalan Implementasi Kebijakan
Menurut Peters dalam Tangkilisan (2003 : 22 ) Implementasi kebijakan yang
1. Informasi
Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang
kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari
isi kebijakan yang akan dilaksanakannnya dan hasil-hasil dari kebijakan itu.
2. Isi Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samanya isi atau tujuan
kebijakan atau ketidak tepatan dan ketidaktegasan intern dan ektern atau
kebijakan itu sendiri, menunjukan adanya kekurangan yang sangat berarti atau
adanya kekurangan yang menyangkutsumberdaya pembantu.
3. Dukungan
Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya
tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut
4. Pembagian Potensi
Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor implementasi
dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya, dengan diferensiasi
tugas dan wewenang.
Sunarko (2000 : 185 ) mengemukakan bahwa pelaksanaan kebijakan itu dapat
mengalami kegagalan atau tidak dapat membuahkan hasil yang disebabkan oleh :
a) Teori yang menjadi dasar kebijakan tidak tepat, oleh karena itu harus
dilakukan reformulation terhadap kebijakan tersebut
c) Sarana yang digunakan tidak atau kurang dipergunakan sebagaimana
mestinya.
d) Isi dari kebijakan bersifat samar-samar
e) Tidak adanya kepastian faktor intern dan ekstern
f) Kebijakan yang ditetapkan mengandung banyak lubang
g) Dalam pelaksanaan kurang memperhatikan masalah teknis
h) Adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu (waktu, uang,
dan sumberdaya manusia).
2.2.2.5Pr ospek Untuk Memper baiki Implementasi Kebijakan
Proses Implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan komplek.
Kerumitan tersebut disebabkan banyak faktor, baik menyangkut karakteristik
program-program yang dijalankan maupun oleh aktor-aktor yang terlibat dlaam
implementasi ( winarno , 2007 : 216 )
Semua bentuk kebijaksanaan sebenarnya mengandung resiko untuk gagal.
Hogwood dan Gunn dalam Wahab (2005 : 61 ) membagi pengertian kegagalan
kebijaksanaan (policy failur) kedalam dua kategori yaitu non implementation (
implementasi yang tidak berhasil ).
Tidak terimplementasikan mengandung arti bahwa suatu kebijaksanaan tidak
dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak yang terlibat tidak mau
bekerja sama, atau mereke bekerja tidak efisien, bekerja setengah hati atau karena
mereka tidak sepenuhnya menguasai permasalahan yang dikerjakan diluar
ada tidak sanggup mereka tanggulangi, akibatnya implementasi yang efektif sukar
dipenuhi.
Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana , namun mengingat kondisi ekternal tidak
menguntungkan ( semisal terjadi peristiwa pergantian kekuasaan, bencana alam dan
sebagainya) sehingga kebijaksanaan tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau
hasil akhir yang dikehendaki.
Menurut Islamy ( 2004 : 107 ) kebijaksanaan akan menjadi efektif apabila
dilaksanakan dan berdampak positif bagi anggota masyarakat. Selain itu untuk
mencapai pelaksanaan kebijaksanaan proses komunikasi harus baik yaitu
menyebarluaskan kebijaksanaan kepada anggota masyarakat. Dengan kata lain,
tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian
dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah dan negara. Dengan demikian kalau
mereka tidak bertindak/ berbuat sesuai dengan keinginan pemerintah/ negara itu,
maka kebijaksanaan negara menjadi tidak efektif.
Implementasi kebijakan adalah tahap paling krusial dalam proses kebijakan.
Untuk memperbaiki implementasi kebijakan, maka ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan, menurut Winarno (2007 : 216 ) yaitu :
1. Dalam mengusulkan langkah-langkah perbaikan harus dipahami lebih dulu
hambatan yang muncul dalam proses implementasi dan mengapa hambatan
2. Perlu mengubah keadaan-keadaan yang menghasilkan faktor-faktor
penghambat tersebut.
2.2.2.6 Aktor -aktor Yang Ber per an Dalam Pr oses Kebijaksanaan
Menurut Jones, dalam Wahab ( 2005 : 29 ) dalam proses kebijaksanaan
sedikitnya ada empat golongan atau tipe aktor (pelaku) yang terlibat dalam proses
kebijakan, antara lain :
1. Golongan rasionalis
Ciri-ciri utama dari kebanyakan golongan atau aktor rasionalis ialah
bahwa dalam melakukan pilihan alterntif, kebijakan mereka selalu menempuh
metode dan langkah –langkah berikut :
a. Mengidentifikasikan masalah dan semua alternatif kebijaksanaan
b. Merumuskan tujuan dan perumusannya dalam jenjang tertentu
c. Meramalkan atau memprediksi akibat-akibat dari alternatif.
d. Membandingkan akibat tersebut dengan selalu mengacu pada tujuan
e. Memilih alternatif terbaik.
2. Golongan Teknisi
Nilai-nilai yang diyakini oleh golongan ini adalah nilai-nilai yang
berkaitan erat dengan latar belakang keahlian profesional mereka. Tujuan
yang ingin dicapai biasanya ditetapkan oleh pihak lain, mungkin oleh salah
satu diantara golongan aktor yang lain.
Golongan ini memandang tahap-tahap perkembangan kebijaksanaan dan
implementasinya sebagai suatu rangkaian proses penyesuaian yang terus
menerus terhadap hasil akhir dari suatu tindakan.
4. Golongan Reformis
Golongan ini mengakui akan terbatasnya informasi dan pengetahuan yang
dibutuhkan dalam proses kebijakan sehingga kita harus menerima sebagai
kebenaran akan perlunya mengarahkan diri kita langsung pada persoalan yang
berlangsung hari ini untuk memperoleh jawaban singkat dan cepat dengan
memanfaatkan perangkat analisisi serta teori-teori mutakhir yang tersedia ,
betapapun tidak memadainya perangkat analisis dan teori-teori tersebut.
2.2.2.7 Pendekatan-Pendekatan Implementasi Kebijakan
Menurut Wahab (2004 : 110 ), pendekatan-pendekatan yang biasa digunakan
dalam implementasi kebijakan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan struktural
Secara umum dapat dikatakan bahwa struktur yang bersifat organisasi
tampaknya amat cocok untuk situasi implementasi diaman memerlukan
rancang bangun struktur yang mampu melaksanakansuatu kebijaksanaan yang
senantiasai berubah bidal dibandingkan dengan merancang bangun suatu
struktur khusus untuk program yang sekali selesai.
2. Pendekatan-pendekatan Prosedural dan Manajerial ( Managerial dan
Memiliki struktur yang cocok bagi implementasi, kurang begitu penting bila
dibandingkan dengan upaya mengembangkan proses dan prosedur-prosedur
yang tepat termasuk prosedur manajerial beserta teknik manajemen yang
relevan
3. Pendekatan kepribadian (Behavioural Approaches)
Ada keterbatasan-keterbatasan tertentu mengenai apa yang dapat dicapai
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan struktural dan prosedural
diatas. Perilaku Manusia beserta segala sikapnya harus pula dipengaruhi jika
kebijaksanaan ingin dapat diimplemenatsikan dengan baik. Pendekatan
kepribadian diawali dengan suatu kesadaran bahwa seringkali terdapat
penolakan terhadap perubahan.
4. Pendekatan Politik (Political Approaches)
Pengertian politik disini lebih mengacu pada pola kekuasaan dan pengaruh
diantara dan didalam organisasi. Implementasi kebijakasanaan harus juga
memperhatikan realita-realita kekuasaan misalnya kemampuan
kelompok-kelompok penentang kebijaksanaan untuk memblokir usaha-usaha dari pada
pendukung kebijaksanaan.
2.2.3 Konsep Desa Siaga
2.2.3.1 Penger tian Desa Siaga
Menurut KEPMENKES No 564/MENKES/SK/VIII/2006 Desa siaga dapat
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri.
Desa yang dimaksud disini dapat berarti kelurahan atau nagari atau
istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah ,
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.2.3.2 Tujuan Desa Siaga
Tujuan dari adanya pelaksanaan Desa Siaga menurut KEPMENKES No
564/MENKES/SK/VIII/2006 yaitu :
1. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap
resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (
bencana, wabah, kegawat daruaratan, dan sebagainya)
c. Meningkatnya keluargayang sadar gizi dan melaksanakan perilaku
e. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong diri sendir di bidang kesehatan
2.2.3.3 Sasaran Pengembangan Desa Siaga
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan desa siaga
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
a. Semua individu dan keluarga didesa yang diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, serta peduli terhadap permasalahan kesehatan di wilayah
desanya.
b. Pihak pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu
dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan
perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat , termasuk tokoh agama, tokoh
perempuan dan pemuda, kader desa, serta petugas kesehatan.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan
perundang undangan, dana ,tenaga, sarana, dan lain-lain seperti Kepala desa,
Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur dan pemangku kepentingan
lain.
2.2.3.4 Peran Puskesmas Dalam Pengembangan Desa Siaga
Departemen Kesehatan (1991) seperti yang dikutip dalam
www.wikimedya.blogspot.com menjelaskan defenisi puskesmas yaitu : suatu
kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Kaitannya dengan hal tersebut maka, dalam rangka pengembangan desa siaga
puskesmas merupakan ujung tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara
dan penggerak masyarakat desa dalam mengimplementasikan program desa siaga.
Adapun peran puskesmas dalam program desa siaga menurut KEPMENKES No
564/MENKES/SK/VIII/2006 yaitu :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar , termasuk pelayanan Obstetrik
dan Neonatal emergency dasar (PONED) yaitu pelayanan yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan agar menekan angka kematian ibu dan bayi.
b. Mengembangkan komitmen dan kerja sama tim di tingkat kecamatan dan desa
dalam rangka pengembangan desa siaga
c. Memfasilitasi pengembangan desa siaga dan Poskesdes
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 J enis Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka diperlukan
tekhnik-tekhnik tertentu secara ilmiah yang disebut Metode penelitian. Untuk
mencapai hal itu maka perlu dipelajari sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
Hal tersebut sangat penting karena metode penelitian akan dapat diperoleh data-data
dan informasi yang relevan serta valid dengan sebuah tujuan penelitian yang
diinginkan. Oleh karena itu, metode penelitian mempunyai peran yang sangat penting
dalam menentukan arah dari aktifitas penelitian sehingga tujuan yang diinginkan
dapat tercapai dengan maksimal.
Sesuai dengan judul dari penelitian ini, maka penelitian ini dinamakan
penelitian deksriptif yaitu mencoba menggambarkan secara mendalam dari suatu
obyek penelitian yang sesuai fakta-fakta yang ditemukan. Hal ini juga selaras dengan
pendapat Hadi (1993 : 03 ) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan
bentuk penelitian yang bertujuan untuk melukiskan keadaan suatu objek atau
peristiwa tertentu tanpa maksud mengambil kesimpulan yangberlaku secara umum.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan maksud member gambaran komprehensif dan mendalam terhadap
Surabaya. yang tertuang dalam implementasi kebijakan KEPMENKES NOMOR
564/ MENKES/ SK/ VIII/ 2006 Tentang Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga.
Secara teoritis, Eogdan dan Taylor dalam Moleong ( 2007 : 4) menjelaskan,
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Menurut
pendapat tersebut, pendekatan penelitian ini diharapkan pada latar dan individu yang
dimasukkan kedalam variable atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai
bagian dari sebuah keutuhan.
Sejalan dengan defenisi diatas, Kirk dan Miller dalam Moleong ( 2007 : 4 )
mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Hal tersebut juga selaras dengan pendapat Denzin dan Lincoln dalam
Moleong (2007 : 5) yang mengatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Dari defenisi-defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan dan memahami fenomena tentang
apa yang dialami pada subjek penelitian , sehingga dapat mengambarkan secara jelas
fenomena fenomena seperti, perilaku, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya dengan
3.2 Fokus Penelitian
Penentuan fokus penelitian sangat diperlukan guna membantu pelaksanaan
penelitian , focus penelitian digunakan untuk menentukan apa saja yang akan dikaji
dari sebuah penelitian sehingga lebih jelas arah yang dinginkan. Jika penelitian di
tentukan tepat sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, maka penelitian yang
dilakukan akan terarah dan berhasi dengan baik.
Moleong ( 2007 : 94 ) menjelaskan, bahwa ada dua maksud tertentu yang
ingin dicapai peneliti dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan
memanfaatkan focus. Pertama, focus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini focus
akan membatasi bidang inkuiri sehingga peneliti tidak perlu kesana kemari untuk
mencari subjek penelitian. Kedua, penetapan focus itu berfungsi untuk memenuhi
criteria inklusi- eksklusi atau criteria masuk – keluar suatu informasi yang diperoleh
dilapangan. Jadi, dengan penetapan yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat
membuat keputusan yang tepat tentang data yang dikumpulkan dan mana yang
diperlukan dan mana yang tidak di butuhkan..
Adapun fokus dalam penelitian Implementasi Program Desa Siaga di
Kelurahan Jeruk Kecamatan Lakasantri Kota Surabaya adalah :
1. Pelayanan Kesehatan dasar yaitu pemberian pelayanan yang dilakukan oleh
bidan kelurahan maupun dokter yang ditugaskan di poskeskel kelurahan
Jeruk. Pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan pemeriksaan
Kehamilan,pelayanan imunisasi bayi, dan pengobatan yang dilakukan oleh
2. Upaya kerja sama yaitu upaya yang dilakukan oleh puskesmas dalam bentuk
mengajak masyarakat untk bekerja sama antara stakeholders (RT, RW, )
maupun kepada kelompok masyarakat (Paguyuban Kader-kader), untuk
mengoptimalkan program desa siaga.
3. Memfasilitasi (fasilitator) yaitu pemberian fasilitas yang diberikan oleh
Puskesmas Jeruk maupun Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang digunakan
sebagai penunjang dalam mengoptimalkan program desa siaga.
Sumber :( KEPMENKES NOMOR 564/ MENKES/ SK/ VIII/ 2006 dan Puskesmas Jeruk Kec Lakasantri)
1.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data
yang akurat. Agar dapat memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran
yang sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih dan menetapkan lokasi
penelitian ini di Puskesmas Jeruk dan Kelurahan Jeruk kecamatan Lakasantri.
Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan secara disengaja (puposive) yaitu lokasi
yang dipilih dengan pertimbangan yang berkaitan dengan judul objek penelitian yang
dipilih.
Pemilihan lokasi penelitian itu dimaksudkan agar peneliti dapat lebih
memahami tentang peran puskesmas dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi
agar mengetahui bagaimana peran serta puskesmas yang sebagai ujung tombak dalam
pelaksanaan program desa siaga.
3.4 Sumber Data
Lofland dalam Moleond ( 2007 : 157 ) mengatakan, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan.
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data adalah
tempat dimana peneliti menemukan data-data dan dokumen yang diperlukan untuk
penunjang penelitian.
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah : subyek dimana data
diperoleh dari informasi yang diperlukan berkenan dengan dengan penelitian ini yang
diperoleh melalui informan,peristiwa serta dokumen yaitu :
1. Informan
Informan dipilih berdasarkan purposive (purposive sampling ) yang didasarkan
pada subyek yangmenguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia
memberikan data yang benar-benar relevan dan komprehensif dengan masalah
penelitian. Sedangkan informan yang selanjutnya diminta pula untuk menunjuk
orang lain yang dapat memberikan informasi yang mendukung fokus penelitian.
Adapun informan dalam penelitian ini adalah :
a. Bidan Kelurahan Jeruk,Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas
2. Tempat atau peristiwa
Tempat atau peristiwa yang dimana fenomena ini terjadi atau yang pernah terjadi
berkaitan dengan fokus penelitian, tentang bagaimana peran puskesmas terhadap
upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program desa siaga.
3. Dokumen
Dokumen disini adalah dipakai sebagai sumber data yang lain yang sifatnya
melengkapi data utama yang relevan terhadap masalah dan fokus penelitian,
seperti data demografi dan monografi di lokasi penelitian
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian,karena hakekat dari
peneliti adalah mencari data yang nantinya diinterpretasikan dan dianalisis dalam
penelitian kebijakan pengumpulan data diperlukan suatu teknik pengumpulan data
dilapangan.
Dalam pengumpulan data, terdapat tiga proseskegiatan yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Wawancara atau interview
Menurut Bungin (2007 : 108 ), wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai.
informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. kelonggaran semacam ini
mampu mendapatkan kejujuran informan untuk memberikan informasi
yang sebenarnya, terutama yang berkenan dengan perasaan, sikap, atau
pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya. Teknik wawancara
semacam ini dilakukan dengan semua informan yang ada pada lokasi
peneliti terutama untuk mendapatkan data valid guna menjawab
permasalahan penelitian.
Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah: Kepala
puskesmas Jeruk,bidan kelurahan Jeruk, Kader desa siaga, dan masyarakat
kelurahan Jeruk
2. Pengamatan atau Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengungkap dan
memperoleh deskripsi secara utuh dengan pengamatan langsung
kepada lokasi tempat dimana Implementasi Program Desa Siaga di
Kelurahan Jeruk Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapat data sekunder
yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data pada kelurahan
3.6. Analisa Data
Menurut Sugiyono (2005 : 85), analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara cacatan
laporan, dan dokumen, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka setelah data terkumpul, proses
selanjutnya adalah menyederhanakan data yang diperoleh kedalam bentuk yang
mudah dibaca, dipahami, dan diinterpresentasikan yang pada hakekatnya merupakan
upaya mencari jawaban atas permasalahan yang ada sesuai dengan tipe penelitian
deskriptif kualitatif. Karena itulah data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisa
secara kualitatif, artinya dari data yang ada di analisa serinci mungkin dengan jalan
mengabstraksikan secara teliti setiap informasi yang diperoleh di lapangan, sehingga
diharapkan dapat diperoleh kesimpulan yang memadai.
Menurut Miles dan Huberman (1992:16) teknik analisis data kualitatif
meliputi tiga unsur alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjadi pada saat sebelum,
selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun suatu
analisis, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.
Huberman (2007:15-21). Dalam model ini terdapat beberapa komponen analisis,
yaitu sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata dan bukan
angka-angka. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi , wawancara, dokumentasi.
b. Reduksi Data
Redusi Data diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan, pemusatan
perhatiaan pada penyerderhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data kasar
yang muncul dari cacatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan
diverifikasi. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data di lapangan
dalam uraian yang jelas dan lengkap, yang nantinya akan direduksi, diragakai,
difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema
atau pola (melalui proses penyuntingan,pemberian kode dan pembuatan tabel).
c. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara
terpadu dan sudah dipahami yang memberi kemungkinan adanya penarikan
d. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses
penelitian sejak peneliti memasuki lokasi penelitian dan proses pengumpulan
data langsung. peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema,
hubungan, persamaan, dan hal-hal yang sering timbul yang dituangakn dalam
kesimpulan.
Proses analisis data secara interaktif ini dapat disajikan dalam bentuk skema
berikut :
Gambar 1.2
Analisis Data Model Inter aktif
Sumber : Miles dan Huberman, Terjemahan Rohidi (1992:20)
Pengumpulan Data
Penyajian Dat a
Reduksi Data
3.7 Keabsahan Data
Menurut Moleong (2007:324), untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness)
data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 (empat) kriteria yang
digunakan,yaitu :
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya
menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium
ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga
tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan,
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan
jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang
diteliti.
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan secara terus menerus dan peneliti terjun langsung ke
lokasi penelitian untuk kepentingan pengumpulan data, sehingga
data yang diperoleh memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi.
Dengan pengamatan secara terus menerus, peneliti dapat
memperhatikan sesuatu lebih cermat, terperinci dan mendalam.
b. Membicarakan dengan orang lain, serta mendiskusikan hasil kajian
penelitian yang diterapkan. Pembicaraan ini antara lain bertujuan
untuk memperoleh kritik dan saran guna mendapatkan kebenaran
hasil penelitian.
c. Melakukan triangulasi, yaitu pengecekan kebenaran data tertentu,
dan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada
berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan
dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data
para informan dengan dokumen yang ada. Dalam penelitian ini,
data yang diperoleh melalui tekhnik wawancara, pengamatan
lapangan, maupun penelususran dokumen senantiasa diolah,
disusun dan disekripsikan secara selaras yakni dibandingkan sesuai
fokus penelitian.
2. Keteralihan (transferality)
Keteralihan sebagai persoalanempiris bergantung pada kesamaan
antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan penglihan
tersebut seorang peneliti hendaknya mencaridan mengumpulkan
kejadian empiris tentang kesamaan konteks dengan demikian
penelitian bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif
secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan
tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian kecil
Dalam penelitian ini, peneliti mencari dan mengumpulkan data
kejadian dan empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian
peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data dskriptif
secukupnya. Data ini berupa catatan-catatan lapangan,
peraturan-peraturan, petunjuk-petunjuk, laporan pelaksanaan dan wawancara
informan.
3. Kebergantungan (dependability) yaitu pemeriksaan terhadap
ketepatan pengumpulan dan analisa data untuk mengecek apakah hasil
penelitian ini benar atau salah, maka peneliti mendiskusikannya
dengan Dosen Pembimbing, melalui langkah ini akan diperoleh
banyak masukan demi kesempurnaan hasil penelitian.
4. Kepastian (confirmability) yaitu melakukan pemeriksaan yang cermat
terhadap seluruh komponen dan proses penelitian dab hasil penelitian.
Penelitian ini menekankan pada kepastian sumber data termasuk
waktu dan tempat penelitian serta logika penarikan kesimpulan dari
data yang ada dibawah pengawasan pembimbing, sehingga apabila
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ga mbar an Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Visi dan Misi Puskesmas J er uk Kecamatan Lakar santr i Kota Sur abaya
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan strata pertama yang bertugas
menyelenggarakan upaya kesehatan di satu wilayah kecamatan. Upaya kesehatan
yang diselenggarakan termasuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu demi terlaksananya
pembangunan berwawasan kesehatan, puskesmas harus dapat meningkatkan kinerja
pelayanan kesehatan dengan efektif dan efisien. Hal itu tentunya tidak lepas dari
berbagai kendala yang muncul dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat baik dari segi internal maupun eksternal puskesmas. Pelayanan kesehatan
yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang mengutamakan kepuasan pelanggan.
Puskesmas Jeruk di kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya sudah berdiri sejak
tahun 1982 dan telah melayani masyarakat kelurahan Jeruk maupun sekitarnya,
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. Puskesmas
Jeruk pada tahun 2011 telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001 : 2008 yang menjadi
pembuktian bahwa puskesmas Jeruk telah memberikan pelayanan yang
mengutamakan pada kepuasan pelanggan, serta kemudahan pelayanan yang berbasis
Puskesmas Jeruk terletak di Jl. Raya Menganti Jeruk 277A Kecamatan
Lakarsantri Kota Surabaya. dengan kode Puskesmas 12011901. Secara Batas
wilayah, puskesmas Jeruk berbatasan dengan Citra land untuk bagian utara,kelurahan
Lidah Kulon untuk bagian Timur, Kelurahan Laban untuk bagian selatan dan
Kelurahan Driorejo untuk bagian Barat.
Puskesmas Jeruk memiliki luas wilayah yakni 5,62 Km2 dan dalam
memberikan pelayanannya, puskesmas Jeruk mempunyai 2 (dua ) wilayah kerja yang
terperinci menjadi 2 (dua) kelurahan, yaitu kelurahan Jeruk dan kelurahan Lakar
yang secara keseluruhan terbagi menjadi 7 rukun warga, dan 32 rukun tetangga.
Dalam memberikan pelayanannnya, Puskesmas Jeruk tidak terlepas dari
adanya sebuah visi yang bertujuan untuk menjadi sebuah tujuan yang akan dicapai.
Visi dari puskesmas Jeruk adalah : “ Menjadi yang terdepan dalam memberikan
pelayanan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas Jeruk” artinya, puskesmas Jeruk
terus berupaya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terdepan di wilayah
kerjanya sehingga dapat menciptakan rasa puas bagi pelanggan (pasien) yang berobat
atau membutuhkan pelayanan kesehatan secara baik dan profesional.
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis dalam
mewujudkan visi yang telah ada, langkah tersebut di wujudkan dalam sebuah Misi
yang akan membawa pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Adapun misi dari
a. Meningkatkan kualitas SDM dalam rangka memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas meliputi kegiatan promotif, preventif,
akuratif dan rehabilitatif
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat
c. Meningkatkan partisipasi kesehatan di masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat
Dalam misi yang ditetapkan, artinya puskesmas Jeruk terus
berupaya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
dan terjangkau oleh masyarakat , serta Puskesmas Jeruk terus
berupaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatan melalui mengajak masyarakat untuk
hdiup bersih dan sehat.
4.1.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas J er uk Kecamatan Lakarsantr i Kota
Sur abaya
a. Tugas Puskesmas J er uk
Puskesmas Jeruk merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) Dinas
kesehatan kota Surabaya ,yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan Wilayah kerja Puskesmas Jeruk. Puskesmas Jeruk sebagai pusat pelayan