i
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
KOMPETENSI DASAR 3.3 MENYELESAIKAN MASALAH
YANG BERKAITAN DENGAN SATUAN WAKTU, PANJANG,
DAN BERAT UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Agnes Devi Rianingsih NIM: 131134169
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan tulus karya ini saya persembahkan untuk:
Bapa di Surga, Bunda Maria, dan Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa
menuntunku dalam melalui segala proses dalam kehidupanku.
Kedua orangtuaku, Antonius Mugiyana dan Yuliana Rusmiyati yang tanpa
mengenal kata lelah untuk terus membimbing, mendidik, memberi
dukungan, mendoakan dan memberikan kasih sayang padaku.
Kakakku tersayang, Gregorius Ari Wibowo yang selalu memberi semangat
dan memberiku banyak pengalaman hidup yang sangat berharga.
Agustinus Dwiyatna yang selalu memberikan semangat dan memberikan
dukungan.
Saudara yang selalu memberikan dukungan.
Sahabat-sahabatku: Veronica Triyani, Christina Widhi, Dominicus Wayan
Aditya, Laurencia Dina, Maria Triwahyuningsih, dan Maria Kiky yang
selalu ada dalam suka maupun duka dan selalu ada untuk berbagi cerita dan
pengalaman hidup.
Teman-temanku yang selalu ada dalam suka maupun duka dan selalu
mendukungku.
Teman-teman payung dan PGSD yang selalu memberikan semangat
v
Keluarga besar Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
kesempatan menjadi mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan
2013.
Teman-teman Prodi PGSD angkatan 2013 yang selalu memberikan
semangat dan pengalaman tentang pentingnya menjalin ikatan sebagai
keluarga.
Segala pihak yang senantiasa mendukung dan membantu dalam setiap
proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan
vi MOTTO
“Bawalah aku berjalan dengan kebenaran-Mu dan ajarlah aku. Sebab
engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti nantikan
sepanjang hari “
(Mazmur 25:5)
“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
bagiku”
(Filipi 4:13)
“Jangan takut untuk melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai dengan langkah pertama”
vii
PERNAYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Desember 2016
Penulis
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Agnes Devi Rianingsih
Nomor Mahasiswa : 131134169
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR 3.3 MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN
SATUAN WAKTU, PANJANG, DAN BERAT UNTUK SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR”
beserta perangkat yang diperlukan.
Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari
saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 28 Desember 2016
Yang menyatakan,
ix ABSTRAK
Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 3.3 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Satuan Waktu, Panjang,
Dan Berat Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Agnes Devi Rianingsih
Universitas Sanata Dharma 2017
Penelitian ini dilakukan karena adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan pembuatan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi oleh guru kelas adalah kesulitan dalam membuat tes hasil belajar yang berkualitas baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan tes hasil belajar dan mengetahui kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan panjang, waktu, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Prosedur pengembangan dan penelitian produk tes hasil belajar matematika ini berdasarkan modifikasi dari model Borg and Gall. Terdapat 10 langkah prosedur penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Penelitian dan pengembangan hanya dilakukan hingga langkah ke 7 dari 10 langkah prosedur pengembangan. Subjek penelitian ini adalah 31 siswa kelas IVA dan 29 siswa kelas IVB SD Kanisisus Sorowajan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penelitian pengembangan yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (2) hasil analisis butir soal pada 60 butir soal tes diperoleh (a) soal valid sebanyak 35 butir soal atau 58,3% (b) hasil analisis reliabilitas menunjukkan bahwa soal reliabel serta termasuk ke dalam kategori cukup, (c) analisis daya pembeda dengan kategori baik dan kategori baik sekali, (d) analisis tingkat kesukaran diperoleh hasil 17,14% mudah, 51,43% sedang, dan 31,43% sukar, (e) analisis pengecoh diperoleh sebanyak 21 option tidak berfungsi dan telah direvisi. Soal yang telah memenuhi karakteristik kualitas butir soal yang baik kemudian disusun menjadi satu dalam sebuah prototype.
x ABSTRACT
Development Of Mathematics Assesment Test Result Basic 3.3 Competence To Solve Units Of Time, Units Of Length, And Units Of Mass Problem F or Student
Grade 5th Elementary School Agnes Devi Rianingsih Sanata Dharma University
2017
The background of this research because there was potential problem of achievement test making. The teacher’s class matter was to maked achievement test in good quality. This research intends for developing assessment test result, and knowing the quality of mathematics assessment test result as basic 3.3 competence to solve a problem related to the unit of time, length, and mass for the fourth grade students of Elementary School.
The method which is used in this research is Research and Development (R&D). Product research and development procedures tests results of learning math is based on the modification of the model of the Borg and Gall. There are a 10-step procedure research and development advanced by the Borg and Gall. Research and development is only done up to step 7 of the 10 steps of procedure development. The subjects of this research are thirty-one students in IVA class and 29 students in IVB class of Kanisius Sorowajan Elementary school.
This research showed (1) the ways of development research are: (a) potential problem, (b) collected data, (c) product desain, (d) design validation, (e) design revision, (f) product experiment, and (g) product revision, (2) analysis result from 60 question showed (a) total of valid questions are 35 item or 58,3%, (b) the questions are reliable and included enough categories, (c) analysis of the distinguishing good categories and excellent categories, (d) analysis of the difficulties result of 17,14% easy, 51,43% medium, and 31,43% difficult, (e) analysis of the distaction result 5 options did not work and had revision. Test item that have characteristic of good item then complied into one prototype.
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar 3.3 Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Satuan Waktu, Panjang,
dan Berat untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis juga menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
memeproleh banyak dukungan, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak baik
secara langsung maupun secara tidak langsung, sebab tanpa itu semua penulis
tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka dengan hatiyang
tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, yang memberi rahmat kesehatan dan kelancaran
selama proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
5. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing, mendukung, dan memberi bantuan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing, mendukung, dan memberi bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Para Dosen dan staf PGSD yang telah membantu penulis dalam
xii
8. Bapak Suwardi, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Kanisius Sorowajan yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah.
9. Ibu Rosalia Septi Wulansari, S.Pd., yang telah berkenan menerima serta
memeberikan waktu dan tempat bagi penulis dalam melaksanakan kegiatan
penelitian.
10.Ibu Al. Sandra K, S.Pd., yang telah berkenan menerima serta
memeberikan waktu dan tempat bagi penulis dalam melaksanakan kegiatan
penelitian.
11.Ibu Selly Anggun P, S.Pd., selaku wali kelas IVA yang telah membentu
penulis dalam melaksanakan penelitian.
12.Ibu Anna Wiwit Kurniawati, S.Pd., selaku wali kelas IVB yang telah
membentu penulis dalam melaksanakan penelitian.
13.Siswa dan siswi kelas IVA dan IVB di SD Kanisius Sorowajan yang telah
memberikan waktu dan kerjasama yang baik dalam melaksanakan
penelitian.
14.Bapak Antonius Mugiyana dan Yuliana Rusmiyati selaku orangtua penulis
yang telah setia memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi dan doa
sehingga skripsi ini dapat terselsaikan dengan baik.
15.Gregorius Ari Wibowo selaku kakak penulis yang telah setia memberikan
kasih sayang, dukungan, motivasi, dan doa sehingga skripsi ini dapat
terselsaikan.
16.Seluruh keluarga penulis yang memberikan dukungan dan doa bagi penulis
dalam meneyelesaikan skripsi ini.
17.Agustinus Dwiyatna yang selalu memberikan semangat, memberikan
dukungan, dan mendoakan.
18.Sahabat-sahabat ku yang telah memeberikan dukungan, dorongan dan
motivasi yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselsaikan dengan
xiii
19.Teman-teman kelompok payung yang telah memberikan waktu, ide,
dorongan, dukungan, dan motivasi yang luar biasa sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Proses penyelesaian skripsi ini ada beberapa kendala baik dalam
diri maupun dari luar. Namun, kendala tersebut bukanlah suatu hambatan
dan penghalang bagi peneliti melainkan menjadi suatu cambukan dan
pengalaman agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi yang telah disusun ini dapat berguna untuk para
pembaca dan bermanfaat bagi mutu pendidikan di Sekolah Dasar. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan keterbatasan, oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua
Peneliti
xiv DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Batasan Istilah ... 8
xv
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Kajian Pustaka ... 11
1. Tes Hasil Belajar ... 11
a) Definisi Tes ... 11
b) Definisi Belajar ... 12
c) Definisi Hasil Belajar ... 13
d) Definisi Tes Hasil Belajar... 13
2. Tes Pilihan Ganda ... 15
a) Definisi Tes Pilihan Ganda ... 15
b) Pedoman Penyusunan Tes Pilihan Ganda ... 16
c) Kelebihan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda ... 19
3. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 22
a. Validitas ... 22
b. Reliabilitas ... 26
c. Karakteristik Butir Soal ... 29
4. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 31
5. Taksonomi Tes Hasil Belajar ... 41
6. Program TAP (Test Analysis Program) ... 44
7. Matematika ... 45
8. Kompetensi Dasar ... 47
B. Penelitian yang Relevan ... 48
C. Kerangka Berpikir ... 54
D. Pertanyaan Penelitian ... 57
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
A. Jenis Penelitian ... 59
C. Prosedur Pengembangan ... 63
D. Teknik Pengumpulan Data ... 66
1. Wawancara ... 66
2. Kuesioner ... 67
3. Tes ... 68
E. Instrumen Penelitian ... 68
1. Pedoman Wawancara ... 68
xvi
3. Tes ... 72
F. Teknik Analisis Data ... 75
1. Data Kuantitatif ... 75
2. Data Kualitatif ... 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 86
A. Hasil Penelitian ... 86
a. Prosedur Pengembangan Tes ... 86
b. Kualitas Tes ... 92
B. Pembahasan ... 110
1. Prosedur Pengembangan Tes ... 110
2. Kualitas Tes ... 118
BAB V KESIMPULAN ... 129
A. Kesimpulan ... 129
B. Keterbatasan Masalah ... 132
C. Saran ... 123
DAFTAR REFERENSI ... 135
LAMPIRAN ... 137
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ... 68
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner ... 70
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Matematika ... 73
Tabel 3.4 Kategori Interval Skor ... 76
Tabel 3.5 Konversi Kategori Skor ... 78
Tabel 3.6 Kriteria Validitas ... 80
Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas ... 81
Tabel 3.8 Kriteria Daya Beda ... 82
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 83
Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Validator ... 88
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tipe A ... 92
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tipe B ... 93
Tabel 4.4 Hasil Uji Daya Beda Butir Soal Tipe A ... 95
Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Beda Butir Soal Tipe B ... 96
Tabel 4.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Tipe A ... 98
Tabel 4.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Tipe B ... 99
Tabel 4.8 Hasil Uji Pengecoh Butir Soal Tipe A ... 101
Tabel 4.9 Hasil Uji Pengecoh Butir Soal Tipe B ... 105
Tabel 4.10 Hasil Revisi Pengecoh Butir Soal Tipe A ... 115
Tabel 4.11 Hasil Revisi Pengecoh Butir Soal Tipe B ... 117
Tabel 4.12 Hasil Analisis Validitas dan Kategori Butir Soal Tipe A ... 118
Tabel 4.13 Hasil Analisis Validitas dan Kategori Butir Soal Tipe B ... 119
xviii
Tabel 4.15 Hasil Analisis Daya Beda dan Kategori Butir Soal Tipe B ... 121
Tabel 4.16 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran dan Kategori Butir Soal Tipe A ... 122
Tabel 4.17 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran dan Kategori Butir Soal Tipe B ... 123
Tabel 4.18 Hasil Analisis Pengecoh dan Kategori Butir Soal Tipe A ... 124
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Literature Map dan Penelitian yang Relevan ... 53
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Borg and Gall ... 60
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 138
Lampiran 2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 139
Lampiran 3 Surat Ijin Melakukan Uji Validitas Penelitian ... 140
Lampiran 4 Pedoman Wawancara ... 142
Lampiran 5 Rekapitulasi Hasil Validasi Soal Tipe A ... 148
Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Validasi Soal Tipe B ... 149
Lampiran 7 Spesifikasi Tes ... 150
Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal ... 151
Lampiran 9 Lembar Soal Tipe A ... 154
Lampiran 10 Lembar Soal Tipe B ... 179
Lampiran 11 Hasil Validasi Ahli ... 204
Lampiran 12 Soal Tipe A ... 220
Lampiran 13 Soal Tipe B ... 229
Lampiran 14 Data Jawaban Siswa Pada Soal Tipe A ... 238
Lampiran 15 Data Jawaban Siswa Pada Soal Tipe B ... 240
Lampiran 16 Hasil Analisis Soal Tipe A ... 242
Lampiran 17 Hasil Analisis Soal Tipe B ... 249
Lampiran 18 r Tabel Validitas ... 256
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab 1 ini akan menjelaskan tujuh hal yaitu latar belakang masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting, karena
kemajuan suatu bangsa tidak akan pernah terlepas dari aspek pendidikan.
Berdasarkan pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 (dalam
Badrudin, 2014:1) , menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan di Indonesia dibagi menjadi 3
jenjang yaitu pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pendidikan
memiliki banyak manfaat dan tujuan bagi siapa saja yang terlibat di
dalamnya.
Pendidikan merupakan sesuatu paling dasar yang memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup
2015: 17) tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh sebab itu
untuk mencapai tujuan dari pendidikan, maka diperlukan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memadai.
Suatu bangsa dan negara dapat dikatakan maju apabila kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) baik. Suardi (2012: iii) mengungkapkan
bahwa pendidikan harus memberikan sumbangan yang besar bagi
peningkatan SDM agar menjadi lebih berkualitas. Kualitas suatu
pendidikan dapat dilihat pada kemampuan lulusan pada suatu jenjang
pendidikan. Mardapi (2008: 5) menjelaskan bahwa salah satu upaya
peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan perbaikan sistem
penilaian. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan
meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas penilaian.
Penilaian merupakan kegiatan untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menafsirkan suatu data tentang hasil belajar siswa dan
mengolah data tersebut menjadi sebuah nilai yang digunakan untuk
menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Penilaian hasil
belajar tersebut akan membantu guru dalam mengukur kemampuan siswa
mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan
baik mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen, pelaksanaan
penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut hasil
penilaian. Hal tersebut dilakukan agar hasil dari penilaian dapat mengukur
aspek yang menjadi tujuan suatu pembelajaran. Untuk mengetahui
kemampuan dari masing-masing peserta didik maka dapat dilakukan
pengujian atau pemberian tes dalam setiap akhir pembelajaran. Untuk
melakukan pengujian, guru harus membuat alat ukur atau tes yang akan
dikerjakan oleh peserta didik.
Masidjo (1995: 38) memaparkan bahwa tes adalah suatu alat ukur
yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja
dalam suatu situasi yang distandarisasikan, dan yang dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Sebuah
tes akan dikatakan baik jika memenuhi persyaratan tes yaitu validitas,
reliabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis. Banyak ragam bentuk
tes yang dilaksanakan oleh suatu lembaga pendidikan, diantaranya adalah
bentuk soal tes pilihan ganda. Item tes pilihan ganda yang baik tersebut
juga harus memuat karakteristik butir soal, yaitu daya pembeda, tingkat
kesulitan soal dan pengecoh pada soal. Pemberian soal tersebut akan dapat
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kemampuan siswa
Peneliti mendapatkan informasi yang didapat saat melakukan
wawancara dengan guru kelas IVA dan IVB di SD Kanisius Sorowajan.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada hari Senin, 01 Agustus
2016 di SD Kanisius Sorowajan menunjukkan bahwa guru belum
sepenuhnya membuat soal sendiri, karena masih ada soal yang diambil
dari buku LKS, buku paket, atau buku kumpulan soal. Guru masih merasa
kesulitan dalam membuat soal. Jenis soal yang dibuat oleh guru adalah
soal pilihan ganda dan uraian. Guru belum melakukan pengujian validitas
dan reliabilitas pada setiap soal yang diujikan. Dalam pembuatan soal
pilihan ganda, guru belum sampai pada ranah kognitif mencipta. Guru
biasanya membuat soal sampai pada ranah menganalisis. Hal tersebut
terjadi karena anggapan guru yang memandang bahwa ranah mengevaluasi
dan mencipta itu lebih tepat digunakan pada soal uraian karena
berhubungan langsung dengan praktik dan percobaan. Materi yang
dianggap sulit dan membutuhkan contoh soal yang berkualitas adalah
materi pengukuran. Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa
guru membutuhkan prototipe soal matematika yang sudah valid, reliabel,
mempunyai daya beda, pengecoh, dan indeks kesukaran.
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti merasa terdorong untuk
melakukan penelitian dan pengembangan (Reserch and Development). Tes
yang dikembangkan berpedoman pada ranah kognitif dalam taksonomi
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta berdasarkan tingkatan
taksonomi Bloom yang telah direvisi. Penelitian yang dikembangkan
berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompentesi Dasar
3.3 Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Satuan Waktu,
Panjang, dan Berat untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.
B. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan agar tetap
fokus pada tujuan yang akan dicapai. Batasan-batasan permasalahan
tersebut adalah:
1. Alat ukur yang dikembangkan oleh peneliti berupa soal tes pilihan
ganda dengan jumlah 60 soal.
2. Kisi-kisi dalam soal hanya mengukur ranah kognitif yaitu
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta.
3. Tes hasil belajar yang akan dibuat adalah untuk mata pelajaran
matematika kelas IV Sekolah Dasar.
4. Kompetensi dasar yang akan digunakan adalah 3.3 menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat.
5. Materi yang digunakan adalah materi satuan waktu, panjang, dan
berat. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan empat
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana langkah-langkah mengembangkan tes hasil belajar
matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD?
2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika kompetensi
dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu,
panjang, dan berat untuk kelas IV SD?
D. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar
matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD.
2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika
kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian tentang pengembangan soal ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang
pembuatan soal sesuai dengan karakteristik pembuatan soal pilihan
dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu,
panjang, dan berat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam
menyusun soal sesuai dengan karakteristik pembuatan soal pilihan
ganda. Peneliti juga menganalisis soal pilihan ganda tersebut
berdasarkan jawaban dari peserta didik.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi
untuk mengembangkan soal pilihan ganda yang memperhatikan
karakteristik pembuatan soal dan memberikan contoh soal tes hasil
belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat.
c. Bagi Siswa
Siswa memperoleh pengalaman dalam mengerjakan soal
pengembangan tes hasil belajar matematika berbentuk pilihan
ganda yang sesuai dengan ranah kognitif dari mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta pada kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat yang sudah
d. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
dalam bentuk arsip soal tes hasil belajar matematika kompetensi
dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan
waktu, panjang, dan berat yang sudah diketahui kualitas dari setiap
butir soal.
F. Batasan Istilah
Berikut ini merupakan batasan istilah dan diuraikan sebagai berikut:
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah salah satu tipe instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data tentang kemajuan atau memberi nilai
peserta didik dalam belajar.
2. Matematika
Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir
dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat
untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah tujuan pembelajaran yang memiliki
cangkupan luas tentang tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang
harus dimiliki siswa agar tugas pembelajaran dapat sesuai dengan jenis
4. Validitas
Validitas adalah sebuah konsep yang mempunyai hubungan dengan
tingkat sejauh mana tes telah mengukur yang seharusnya diukur.
5. Reliabilitas
Reliabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi, reliabilitas dapat
diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan.
6. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan butir soal dalam membedakan
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah.
7. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk
indeks.
8. Pengecoh
Pengecoh adalah penyesat atau penggoda yang merupakan jawaban
tetapi bukan merupakan merupakan kunci jawaban.
G. Spesifikasi Produk
Produk tes hasil belajar terdapat spesifikasi tes, berikut ini spesifikasi
produk tes hasil belajar :
1. Produk tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang,
berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar, (b) indikator, (c)
soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah kognitif,
dan (f) tingkat kesukaran soal.
2. Soal matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk kelas IV SD
dengan bentuk soal pilihan ganda dengan empat option jawaban yang
siap untuk digunakan.
3. Produk tes hasil belajar matematika yang dikembangkan valid.
4. Produk tes hasil belajar matematika yang dikembangkan reliabel.
5. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembeda. Daya pembeda
yang digunakan adalah kategori “baik” dengan dan kategori “baik
sekali”.
6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji tingkat kesukaran. Proporsi
tingkat kesukaran adalah 25% soal kategori “mudah, 50% “sedang”,
dan 25% “sukar”.
7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji analisis pengecoh.
Pengecoh-pengecoh dalam instrumen tes ini berfungsi dengan baik.
8. Instrumen pilihan ganda disusun menggunakan bahasa Indonesia yang
baku dan sesuai EYD (penggunaan tanda baca, huruf kapital, kata
11 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini akan menjelaskan empat hal yaitu kajian teori, penelitian yang
relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.
A. Kajian Pustaka
Kajian teori ini berisi tentang teori-teori relevan yang berhubungan
dengan tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil
belajar, taksonomi Bloom, matematika, dan kompetensi dasar.
1. Tes Hasil Belajar a) Definisi Tes
Yusuf (2015: 93) tes adalah suatu prosedur yang spesifik dan
sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang; atau suatu
pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang,
sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan
angka, skala atau dengan sistem kategori. Menurut Arifin (2009: 118),
tes merupakan suatu tehnik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat
berbagai pertanyaan-pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek
perilaku peserta didik. Masidjo (1995: 38) memaparkan bahwa tes
dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang distandarisasikan, dan
yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar
individu atau kelompok. Sedangkan menurut pendapat Kusaeri (2012:
6), tes merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur sampel
tingkah laku dari peserta tes yang berbentuk suatu pertanyaan.
Menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa definisi tes adalah
suatu alat ukur yang di dalamnya terdapat berbagai
pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman,
penguasaan materi serta tingkah laku seseorang agar dapat digambarkan
dengan bantuan angka, atau skala.
b) Definisi Belajar
Menurut Susanto (2013: 4) belajar merupakan suatu aktivitas
yang dilakukan secara sengaja untuk memperoleh suatu konsep,
pemahaman, dan pengetahuan baru yang memungkinkan menimbulkan
perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan
bertindak.
Winkel (dalam Sulistyorini 2009: 5), belajar merupakan suatu
kegiatan mental berhubungan dengan atau fisik yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang kemudian menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berproses yang menuju pada
suatu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang akan menambah
limu pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang akan membawa
suatu perubahan dalam berperilaku.
c) Definisi Hasil Belajar
Sudjana (1989: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu
kemampuan yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajar.
Menurut Winkel (2004: 61) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam hal sikap dan
tingkah laku. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 36)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang ditunjukkan
dari suatu interaksi tindak belajar dan ditunjukkan melalui nilai tes yang
diberikan oleh guru.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai dari hasil
pengalaman belajar yang kemudian dipelajari kembali untuk
mendapatkan perubahan.
d) Definisi Tes Hasil Belajar
Yusuf (2015: 93) menyatakan bahwa tes hasil belajar
atau pendidik di lembaga pendidikan tinggi, untuk memahami tingkat
keberhasilan peserta didik dalam belajar. Tes hasil belajar juga sering
disebut dengan tes prestasi belajar, merupakan alat yang dapat
digunakan oleh pendidik di sekolah atau pendidik di lembaga
pendidikan tinggi untuk memahami tingkat keberhasilan peserta didik
dalam belajar. Tes hasil belajar adalah salah satu tipe instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemajuan atau memberi
nilai peserta didik dalam belajar. Tes hasil belajar dilakukan dalam
semester, akhir semester, tengah catur wulan dan catur wulan maupun
di tahun ajaran. Menurut Gronlund (dalam Yusuf, 2015: 183) tes hasil
belajar mensupport dan memperkuat komponen-komponen yang lain
dalam menilai kesiapan belajar, memantau proses belajar serta
mendiagnosis belajar. Sedangkan Purwanto (2008: 144)
mengungkapkan bahwa tes hasil belajar adalah alat ukur yang
digunakan untuk melakukan pengukuran guna pengumpulan data hasil
belajar. Berdasarkan pendapat Trianto (2010: 144) tes hasil belajar
merupakan butir tes yang yang digunakan untuk mengetahui hasil
belajar mengajar.
Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa tes hasil belajar adalah tes atau suatu tipe instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa untuk
untuk melihat perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah
dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan
pengajaran.
2. Tes Pilihan Ganda
a) Definisi Tes Pilihan Ganda
Menurut Sudjana (1990: 48) soal pilihan ganda adalah bentuk tes
yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Widoyoko
(2009: 59) tes pilihan ganda adalah tes di mana setiap butir soalnya
memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Pada umumnya
jumlah alternatif jawaban berkisar antara 2 (dua) atau 5 (lima). Kusaeri
(2012: 107) soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya
harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (steam)
dan pilihan jawaban (option). Mardapi (2008: 71) menyatakan tes bentuk
pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan
memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dalam tes pilihan
ganda ini, bentuk tes terdiri atas: pernyataan (pokok soal), alternatif
jawaban yang mencangkup kunci jawaban dan pengecoh. Soal tes bentuk
pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih
kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri atas
persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan dapat pula
dalam bentuk pernyataan (statement) yang belum sempurna yang sering
disebut stem, sedangkan pilihan jawaban itu mungkin berbentuk
perkataan, bilangan, atau kalimat dan sering disebut option. Pilihan
jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau yang paling benar disebut
kunci jawaban dan kemungkinan jawaban yang salah dinamakan
pengecoh (distractor atau decoy atau fails).
Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa tes pilihan ganda adalah salah satu jenis objektif yang terdiri dari
pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa alternatif jawaban.
Dalam alternatif jawaban pilihan ganda terdiri dari jawaban yang benar
atau yang paling benar disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban
yang salah dinamakan pengecoh (distractor).
b) Pedoman Penyusunan Tes Pilihan Ganda
Widoyoko (2012: 77) menyatakan bahwa kualitas butir soal pilihan
ganda sangat bergantung pada kemampuan orang yang menyusun butir
soal. Penyusunan butir soal ini perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal.
Pokok soal tersebutlah yang dapat membantu siswa dalam
2. Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan jawaban.
Peniadaan pengulangan kata ini berarti menyangkut waktu
menulis dan membaca serta menghemat tempat.
3. Hindari rumusan kata yang berlebihan. Rumusan kata yang baik
adalah rumusan yang berisi, padat, dan jelas.
4. Jika pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap,
maka kata-kata untuk melengkapinya harus diletakkan di ujung
pernyataan, bukan di tengah-tengah kalimat.
5. Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana dengan
menyusun secara berderet atau dari atas ke bawah. Jika
penyusunan berupa kata maka penyusunan dilakukan secara
berderet maka urutannya harus disusun berdasarkan alfabet. Jika
yang disusun berupa bilangan maka penyusunan dimulai dari atas
ke bawah maka harus diurutkan sesuai dengan panjang bilangan.
6. Ciri khas dari tes pilihan ganda dari tes objektif yang lain adalah
pada pilihan ganda semua alternatif jawaban ada kemungkinan
sebagai jawaban benar. Pembuat soal tes harus membuat soal
yang bisa membuat peserta tes harus membaca dan memikirkan
ulang semua pilihan jawaban sebelum menemukan jawaban yang
7. Hindari jawaban yang benar ditulis lebih panjang dari jawaban
yang salah. Penyusunan butir soal tes harus merinci jawaban dan
pengecoh dengan tulisan yang sama panjangnya.
8. Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar.
9. Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban.
10.Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau
kata-kata yang bermakna tidak pasti, misalnya: kebanyakan, seringkali,
kadang-kadang, dan sejenisnya.
11.Pokok soal berisi pertanyaan atau pernyataan yang bersifat
positif.
Berdasarkan dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa pedoman penyusunan tes pilihan ganda adalah sebagai
berikut: (1) mencantumkan inti permasalahan dalam pokok soal,
(2) mengindari pengulangan kata dalam pilihan jawaban, (3)
menghindari perumusan kata yang berlebihan, (4) untuk
melengkapi pernyataan yang belum lengkap, maka kata untuk
melengkapinya harus diletakkan di ujung pernyataan, (5) susunan
alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana, (6) penyusun soal
harus membuat soal yang bisa membuat peserta tes harus
membaca dengan teliti soal sebelum menemukan jawaban yang
tepat, (7) menghindari jawaban yang terlalu panjang, (8)
yang benar, (9) gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban,
(10) hindari pokok soal yang menggunakan ungkapan atau
kata-kata yang bermakna tidak pasti, dan (11) pokok soal yang berisi
pertanyaan atau pernyataan yang bersifat positif.
c) Kelebihan dan Kelemahan tes pilihan ganda
Jenis tes pilihan ganda mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Widoyoko (2009: 68) menjelaskan tentang kelebihan dan kelemahan
soal pilihan ganda.
1) Kelebihan soal pilihan ganda adalah
a) Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur
segala level tujuan pembelajaran, mulai dari yang sederhana
sampai dengan yang paling kompleks, kecuali tujuan yang
berupa kemampuan mendemonstrasikan, keterampilan
menyatakan sesuatu secara ekspresif.
b) Karakteristik butir soal pilihan ganda hanya menuntut waktu
mengerjakan sangat minimal, maka setiap perangkat tes yang
menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat
menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak dan karena
itu penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat
lebih luas.
d) Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga
menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai
tingkatan kebenaran.
e) Jumlah pilihan yang disediakan melebihi dua, sehingga akan
dapat mengurangi keinginan peserta tes untuk menebak.
f) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis
butir soal secara baik.
g) Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan hanya
mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.
h) Informasi yang diberikan lebih kaya. Butir soal ini dapat
memberikan informasi tentang peserta tes lebih banyak kepada
guru, terutama bila butir soal itu memiliki homogenitas yang
tinggi.
2) Kelemahan soal pilihan ganda antara lain :
a) Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. Kesulitan
menyusun butir soal tipe pilihan ganda ini terutama untuk
menemukan alternatif jawaban yang homogen.
b) Ada kecenderungan bahwa guru menyusun butir soal tipe
pilihan ganda dengan hanya menguji atau mengukur aspek
ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif.
Bukan berarti bahwa aspek ini tidak penting dalam hasil belajar,
aspek kognitif, maka perangkat tes tidak terlalu berarti sebagai
alat pengukur keberhasilan belajar secara menyeluruh.
c) Memberikan pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk
pilihan ganda (testwise) terhadap hasil tes peserta. Peserta tes
semakin terbiasa dengan bentuk tes tipe pilihan ganda makin
besar kemungkinan ia akan memperoleh skor yang lebih tinggi.
Jihad (2012: 77) menjelaskan tentang kelebihan dan
kelemahan soal pilihan ganda.
1) Kelebihan soal pilihan ganda adalah :
a) Hasil belajar dari yang sederhana sampai yang kompleks
dapat diukur
b) Terstruktur dan petunjuknya jelas.
c) Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi
diagnostik.
d) Tidak dimungkinkan untuk menerka atau menebak jawaban.
e) Penilaian mudah, objektif, dan dapat dipercaya.
2) Kelemahan soal pilihan ganda antara lain :
a) Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama.
b) Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecah masalah,
kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa kelebihan dari soal tes pilihan ganda adalah (1) mampu mengukur
hasil belajar dari yang sederhana sampai yang kompleks, (2) bentuk soal
tes tersebut terstruktur dan jelas, (3) terdapat alternatif-alternatif jawaban
yang mampu memberikan informasi diagnostik, (4) tidak mungkinkan
peserta untuk menerka jawaban, dan (5) proses penilaian menjadi lebih
mudah, objektif, dan dapat dipercaya. Sedangkan kelemahan pada soal tes
pilihan ganda adalah (1) penyusunan soal tes membutuhkan waktu yang
cukup lama dan (2) nilai dapat dipengaruhi oleh kemampuan baca yang
baik.
3. Konstruksi Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar yang baik dikonstruksi dengan memenuhi
validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir soal yaitu dengan tingkat
kesulitan , daya beda, dan pengecoh alternatif jawaban.
a. Validitas
Surapranata (2004: 50) menyatakan bahwa validitas adalah
sebuah konsep yang mempunyai hubungan dengan tingkat sejauh
mana tes telah mengukur yang seharusnya diukur. Ratnawulan (2015:
59) validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Menurut
Gronlund (dalam Sukardi 2008: 30) valid dapat diartikan sebagai
evaluasi. Sukardi (2008: 31) menyatakan validitas adalah derajat yang
menunjukkan di mana mengukur apa yang hendak diukur.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa validitas merupakan sebuah konsep yang
berhubungan dengan “ketepatan” yang mempunyai hubungan dengan
tingkat sejauh mana tes telah mengukur yang seharusnya diukur.
Sedangkan menurut Sukiman (dalam Ratnawulan 2015: 59)
validitas suatu instrumen evaluasi mempunyai beberapa makna
penting di antaranya adalah seperti berikut:
a) Validitas berhubungan dengan ketepatan interprestasi hasil
tes atau instrumen evaluasi untuk grup individual dan bukan
instrumen sendiri.
b) Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan
kategori yang bisa mencangkup kategori rendah, menengah,
dan tinggi.
c) Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes
yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia
hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Tes valid untuk
bidang studi metrologi industri belum tentu valid untuk
bidang lain misalnya bidang mekanik teknik.
Secara metodologis, validitas suatu tes dapat dibedakan
a) Validitas Isi
Validitas isi adalah kesesuaian antar butir-butir soal dalam
tes dengan deskripsi bahan yang diajarkan. Sebuah soal yang
dikatakan memiliki validitas isi apabila sesuai dengan isi
kurikulum yang hendak diukur. Semua materi yang diajarkan
tertera dalam kurikulum, oleh sebab itu validitas isi ini disebut
validitas kurikulum. Cara yang digunakan dalam menentukan
validitas isi adalah dengan mengkaji isi tes. Kriteria yang menjadi
dasar pengujian validitas isi adalah kisi-kisi yang telah
direncanakan.
b) Validitas Konstruk
Konstruk (Construct) adalah suatu yang berkaitan dengan
fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat di amati
dan dapat diukur. Validitas konstruk mengandung arti bahwa
suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan
konstruksi teoritik di mana tes tersebut dibuat. Dengan kata lain
sebuah tes akan dikatakan memiliki validitas konstuk apabila
soal-soalnya mampu mengukur aspek berpikir seperti yang telah
diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator yang terdapat pada kurikulum. Konstruksi yang
berkaitan dengan aspek mengingat, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
c) Validitas Prediksi
Validitas Prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu
tes dapat memprediksi tentang bagaimana seseorang akan
melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang
direncanakan. Validitas prediksi (predictive validity)
menunjukkan hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes
dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu yang akan datang.
Sebuah tes akan dikatakan memiliki validitas prediksi apabila
mempunyai kemampuan untuk memprediksi atau memperkirakan
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
d) Validitas “ada sekarang” (Concurrent Validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris.
Sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas empiris jika
hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu
ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini, hasil tes
dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu
mengenai hal yang telah lampau, sehingga data pengalaman
tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent).
b. Reliabilitas
Ratnawulan (2015: 60) kata “reliabilitas” dalam bahasa
Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, yang
berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Purwanto
(2008: 154) reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan
oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Alat ukur yang reliabel
akan menghasilkan ukuran “yang sebenarnya”. Alat ukur yang
reliabel akan memberikan hasil pengukuran yang relatif stabil dan
konsisten karena pengukurannya menghasilkan alat yang minimal.
Sukardi (2008: 48) menyatakan bahwa reliabilitas adalah karakter lain
dari hasil evaluasi. Reliabilitas dapat diartikan sama dengan
konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen evaluasi, dikatakan
mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat tersebut
mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak
diukur. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas adalah ketepatan atau kestabilan suatu instrumen sehingga
apabila dilakukan sebuah uji reliabilitas hasilnya akan tetap sama
(konsisten).
Widoyoko (2009: 145) memaparkan bahwa ada dua cara
untuk menguji reliabilitas, yaitu dengan menggunakan metode bentuk
skor non diskrit. Berikut penjelasan tentang cara untuk menguji
reliabilitas:
1. Reliabilitas Eksternal (External Reliability) a. Metode Bentuk Paralel (Equivalent Method)
Metode pararel dilakukan dengan cara menyusun dua
instrumen yang hampir sama (equivalent). Instrument paralel atau
equivalent adalah dua buah instrumen yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesulitan dan susunan, tetapi butir-butir
pertanyaan/pernyataan berbeda. Kelemahan metode ini adalah
membutuhkan waktu dan biaya yang lebih karena harus
menyusun dua instrumen, dan harus tersedia waktu yang lama
untuk melakukan uji coba sebanyak dua kali.
b. Metode tes Berulang (Test-retest Method)
Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan
instrumen dua kali. Dengan menggunakan metode ini, kita hanya
menyusun satu perangkat instrumen. Untuk tes yang banyak
mengungkap pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, metode ini
kurang mengena karena responden masih ingat akan butir-butir
soalnya. Pada Umumnya hasil tes yang kedua cenderung lebih
baik daripada hasil tes pertama. Hal ini dimungkinkan karena
2. Reliabilitas Internal (Internal Reliability) a. Instrumen Skor Diskrit
Instrumen skor diskrit, nominal atau pilah adalah
instrumen yang skor jawaban/responsnya hanya dua, yaitu 1 (satu)
dan 0 (nol). Dengan kata lain hanya dua jawaban yaitu benar dan
salah. Jawaban benar diberi skor 1 (satu) sedangkan jawaban salah
diberi skor 0 (nol). Metode belah dua ini dikemukakan oleh
Spearman-Brown.
Ada dua cara membelah butir instrumen, yaitu :
1) Membelah butir instrumen menjadi kelompok butir nomor
genap dan kelompok butir nomor ganjil yang selanjutnya
disebut dengan belahan genap-ganjil.
2) Membelah butir instrumen menjadi kelompok butir nomor
awal dan kelompok butir nomor akhir, yaitu separuh jumlah
pada nomor-nomor awal dan separuh pada nomor-nomor
akhir yang selanjutnya disebut dengan belahan awal-akhir.
b. Instrumen Skor Non Diskrit
Instrumen skor non diskrit adalah instrumen pengukuran
yang dalam sistem skoringnya bukan 1 dan 0 (satu dan nol), tetapi
bersifat gradual, yaitu ada penjenjangan skor, mulai dari skor
c. Karakteristik butir soal a) Daya pembeda
Ratnawulan (2015: 169) menyatakan bahwa daya pembeda
soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara
siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang
tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Menurut
Purwanto (2009: 102) daya pembeda adalah kemampuan butir soal
membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah.
Arifin (2009: 133) daya pembeda soal adalah kemampuan soal
untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (menguasai
materi) dengan peserta didik yang kurang pandai (kurang/tidak
menguasai materi).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
daya beda adalah kemampuan item soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (menguasai materi pelajaran) dengan siswa yang
kurang pandai (tidak menguasai materi pelajaran).
b) Tingkat kesukaran
Menurut Aiken (dalam Ratnawulan, 2015: 169) tingkat
kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang dinyatakan dalam bentuk
indeks. Indeks tingkat kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam
99) memaparkan tingkat kesulitan adalah proporsi siswa peserta tes
yang menjawab benar. Rentang nilai tingkat kesulitan antara 0-1.
Semakin tinggi tingkat kesulitan, maka butir soal semakin mudah
dan banyak yang menjawab dengan benar. Sebaliknya jika semakin
rendah tingkat kesulitan maka butir semakin sukar dan sedikit yang
menjawab benar. Tingkat kesukaran diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu sukar, sedang, dan mudah.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
tingkat kesukaran adalah sebuah peluang untuk menjawab dengan
benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu. Kriteria yang
sudah ditentukan dalam tingkat kesukaran ada tiga yaitu sukar,
sedang, dan mudah. Semakin tinggi tingkat kesukaran maka soal
tersebut akan dikategorikan dalam soal yang mudah namun apabila
soal tersebut tingkat kesukarannya rendah maka soal tersebut
c) Analisis pengecoh
Menurut Purwanto (2009: 108) pengecoh disebut sebagai
penyesat atau penggoda yang merupakan jawaban tetapi bukan
merupakan kunci jawaban. Pengecoh dibuat untuk menyesatkan
siswa dan mengoda siswa yang kurang begitu jelas dengan materi
untuk memilih jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban.
Arifin (2009:279) menjelaskan bahwa butir soal dapat
dikatakan baik apabila pengecohnya dipilih secara merata oleh
peserta tes, sedangkan butir soal dapat dikatakan kurang baik
apabila pengecohnya dipilih secara tidak merata. Arikunto (2012:
234) mengungkapkan bahwa sebuah distraktor dapat dikatakan
berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% peserta
tes.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
pengecoh adalah sebuah pilihan jawaban yang bukan termasuk
dalam kunci jawaban yang berfungsi sebagai pengecoh atau
penggoda peserta tes agar memilih pengecoh tersebut. Pengecoh
tersebut akan berfungsi dengan baik jika jawaban pengecoh
tersebut dipilih secara merata oleh peserta tes paling sedikit dipilih
4) Pengembangan Tes Hasil Belajar
Menurut Djaali (dalam Sudaryono dkk 2013: 65) penyusunan
dan pengembangan tes dimaksudkan untuk memperoleh tes yang valid,
sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar
atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta
tes setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Langkah-langkah
konstruksi tes yang di tempuh adalah sebagai berikut :
a) Menetapkan tujuan tes. Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk
bermacam-macam tujuan, seperti: (1) tes yang bertujuan untuk
mengadakan ujian nasional atau ujian lain yang sejenis, (2) tes
yang bertujuan untuk mengadakan seleksi, (3) tes yang
bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa yang
dikenal dengan tes diagnosis.
b) Analisis kurikulum. Analisis kurikulum bertujuan untuk
menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan
dasar dalam menentukan jumlah item atau butir soal untuk
setiap pokok bahasan soal objektif atau bobot soal untuk untuk
uraian, dalam membuat kisi-kisi tes.
c) Analisis buku pelajaran sumber materi belajar lainnya. Analisis
ini mempunyai tujuan yang sama dengan analisis kurikulum,
yaitu menentukan bobot setiap pokok bahasan. Namun dalam
berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku
pelajaran atau sumber materi belajar lainnya.
d) Membuat kisi-kisi. Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin
sampel soal yang baik, dalam arti mencangkup semua pokok
bahasan secara proporsional. Agar item-item atau butir-butir tes
mencangkup keseluruhan materi (pokok bahasan atau sub pokok
bahasan) secara proporsional, maka sebelum menulis butir-butir
tes terlebih dahulu membuat kisi-kisi sebagai pedoman.
e) Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Penulisan TIK
harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. TIK harus
mencerminkan tingkah laku siswa, oleh karena itu harus
dirumuskan secara operasional, dan secara teknis menggunakan
kata-kata operasional.
f) Penulisan soal. Setelah kisi-kisi dalam bentuk tabel spesifikasi
telah tersedia, maka yang kemudian dibuat adalah butir-butir
soal. Petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat
butir-butir soal adalah:
a) Soal yang dibuat harus valid (validitas konstruk) dalam arti
mampu mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran
b) Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan
menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi
kemampuan lain yang tidak relevan.
c) Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau
diselesaikan dengan langkah-langkah lengkap sebelum
digunakan pada tes yang sesungguhnya.
d) Menetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak
diukur untuk setiap soal matematika yang dibuat.
e) Dalam membuat soal matematika, hindari sejauh mungkin
kesalahan-kesalahan ketik, kerena hal itu akan
mempengaruhi validitas soal.
f) Memberikan petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan
jelas untuk setiap bentuk soal metematika dalam suatu tes.
g) Telaah soal (face validity). Soal-soal yang dibuat masih
mungkin terjadi kekuranagan atau kekeliruan yang
menyangkut aspek kemampuan spesifik yang diukur,
bahasa yang digunakan, kesalahan ketik dan lain
sebagainya. Untuk itu sebelum diperbanyak maka soal
terlebih dahulu harus ditelaah oleh teman sejawat yang
mendalami materi tes maupun teknik penulisan soal untuk
h) Produksi soal terbatas. Tes yang sudah diperbanyak dalam
jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba atau
jumlah peserta yang akan mengerjakan tes tersebut dalam
suatu kegiatan uji coba tes.
i) Uji coba tes. Tes yang sudah diperbanyak itu akan
diuji-cobakan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan.
Sampel uji coba harus mempunyai karakteristik yang
kurang lebih sama dengan karakteristik peserta tes yang
sesungguhnya.
j) Analisis hasil uji coba. Berdasarkan data hasil ujicoba
dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang
meliputi validitas butir, reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan fungsi pengecoh. Berdasarkan validitas
butir soal tersebut dilakukan seleksi soal menggunakan
kriteria validitas tertentu.
k) Revisi soal. Soal-soal yang valid berdasarkan kriteria
validitas empirik dikonfirmasikan dengan kisi-kisi.
Apabila soal-soal tersebut sudah memenuhi syarat dan telah
mewakili semua materi semua materi yang akan diujikan,
soal-soal tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes,
namun jika masih ada soal-soal yang valid belum
kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan terhadap soal yang
diperlukan.
l) Merakit soal menjadi tes. Urutan soal dalam suatu tes
dilakukan dengan mengurutkan tingkat kesukaran soal,
yaitu dari soal yang mudah sampai dengan soal yang sulit.
Sedangkan menurut Widoyoko (2009: 88) menyatakan
bahwa ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam
mengembangkan tes hasil belajar, di antaranya adalah :
1. Menyusun spesifikasi tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah
menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang berisi uraian yang
menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu
tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal.
Penyusunan spesifikasi tes mencangkup kegiatan: (1) menentukan
tujuan tes, (2) menyusun kisi-kisi tes, (3) memilih bentuk tes, (4)
menentukan panjang tes.
a) Menentukan tujuan tes
Ditinjau dari segi tujuan ada empat macam tes yang banyak
digunakan di lembaga pendidikan, yaitu
1. Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran, untuk
mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta
2. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar
yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman
konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa
sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses
pembelajaran. Tes ini memberikan informasi tentang
konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Tes
ini berisi materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun
tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.
3. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukkan tentang
tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Hal
ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini
dilakukan secara periodik sepanjang semester.
4. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir
semester, untuk menentukan keberhasilan belajar peserta
didik untuk mata pelajaran tertentu. Tingkat keberhasilan
tersebut dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian
sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes
sumatif bervariasi.
b) Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi atau biasa juga disebut sebagai tabel
spesifikasi tes merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi
bagi penulis soal, sehingga menulis soal akan menghasilkan
soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
Empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi
tes, yaitu: (1) menulis standar kompetensi dan kompetensi
dasar, (2) menentukan indikator, (3) membuat daftar pokok
bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan, (4)
menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan sub
pokok bahasan.
c) Memilih bentuk tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes,
jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa
lembar jawaban tes, cangkupan materi, dan karakteristik mata
pelajaran yang diujikan. Bentuk soal tes objektif pilihan
ganda sangat tepat digunakan bila jumlah peserta banyak,
waktu koreksi singkat, dan cangkupan materi yang diujikan
banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar
jawaban dapat diperiksa dengan komputer sehingga
objektivitas penskoran dapat dijamin.
d) Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes didasarkan pada cangkupan materi
2. Menulis soal tes
Penulisan soal merupakan langkah penjabaran indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan
perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Pertanyaan perlu
dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel.
3. Menelaah soal tes
Menelaah soal perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika
ternyata dalam pembuatan soal masih ditemukan kekurangan dan
kesalahan. Sering kali kelemahan dan kekurangan terjadi baik
dari segi tata bahasa maupun dari substansi yang tidak terlihat
oleh pembuat soal. Menelaah soal dilakukan oleh sejumlah orang
yang terdiri dari para ahli yang secara bersama-sama dalam tim
menelaah atau mengkoreksi soal.
4. Melakukan uji coba tes
Sebelum soal digunakan maka uji coba dilakukan untuk
memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dilakukan sebagai sarana
untuk memperbaiki data empirik tentang tingkat kebaikan soal
yang telah disusun. Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang
reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas