BAB II KAJIAN TEORI
A. Sistem Bilangan Real
Definisi II.A.1
Sistem bilangan real R merupakan suatu sistem aljabar yang terhadap operasi penjumlahan dan operasi perkalian mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. R merupakan grup komutatif terhadap operasi penjumlahan.
2. R -{0} merupakan grup komutatif terhadap operasi perkalian.
3. Untuk setiap x,y,zR berlaku x.(yz) x.yx.z.
(Darmawijaya, 2006:19)
Definisi II.A.2
Jika x suatu bilangan real, nilai mutlak (absolute value) x yang dituliskan dengan x didefinisikan sebagai berikut.
Sifat-sifat nilai mutlak pada R adalah:
1. x 0 untuk setiap xR, x 0 jika dan hanya jika x = 0
2. x x untuk setiap xR 0 untuk x x x x untuk x0
3. xy x y untuk setiap x,yR, dan 4. , y x y x y0 5. Untuk a0 berlaku: a. x aaxa b. x axa atau xa
6. x2 x2 dan x x2 untuk setiap xR
7. x y x2 y2
8. xy x yuntuk setiap x,yR.(Ketaksamaan Segitiga)
Akibat dari sifat-sifat nilai mutlak di atas adalah:
y x y x y x untuk setiap x,yR B. Himpunan Definisi II.B.1
Setiap benda disebut objek (object). Beberapa objek atau sekelompok objek, karena suatu sebab, membentuk suatu kesatuan yang biasa disebut himpunan (set). Objek-objek yang membentuk
suatu himpunan disebut element atau anggota (member) himpunan tersebut.
(Darmawijaya, 2006:1)
Definisi II.B.2
Jika I suatu himpunan tertentu dan untuk setiap iI terdapat himpunan X , maka keluarga (family) atau koleksi (collection)i adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan himpunan dan ditulis singkat dengan
Xi atau
Xi:iI
.(Darmawijaya, 2006:6)
Definisi II.B.3
Jika A dan B masing-masing dua himpunan yang tak kosong
A dan B
maka himpunan yang didefinisikan dengan :
x y x A y B
B
A , : &
disebut himpunan hasil kali kartesius (Cartesian product) himpunan A dengan B.
(Darmawijaya, 2006:6)
1. Himpunan Terbatas
Definisi II.B.1.1
Jika pada suatu himpunan S telah didefinisikan suatu urutan, maka S dinamakan himpunan terurut.
Diberikan himpunan terurut S dan AS. Himpunan A dikatakan terbatas ke atas jika terdapat suatu pS, sehingga untuk semua
A
x berlaku x p. Jadi, p disebut batas atas himpunan A. Jika terdapat suatu qS dan untuk semua xA berlaku xq, maka A dikatakan terbatas ke bawah. Jadi, q disebut batas bawah himpunan A.
(Soemantri, 2000:1.3)
Definisi II.B.1.2
Jika S suatu himpunan terurut, dan AS. Himpunan A terbatas ke atas dan terdapat pS yang memenuhi sifat-sifat berikut:
a. p merupakan batas atas A, dan b. jika u < p maka u bukan batas atas A
maka p disebut batas atas terkecil atau supremum himpunan A, dan diberikan notasi psupA.
(Soemantri, 2000:1.4)
Definisi II.B.1.3
Batas bawah terbesar atau infimum dari suatu himpunan A yang terbatas ke bawah, didefinisikan sebagai qS dengan sifat bahwa q merupakan batas bawah A dan jika v > q maka v bukan batas bawah A. Untuk batas bawah terbesar himpunan A diberikan notasi qinf A.
2. Himpunan Bilangan Real
Definisi II.B.2
Himpunan bilangan real (himpunan bagian di dalam R) yang penulisannya khusus antara lain adalah himpunan-himpunan sebagai berikut. Jika a,bR dan ab, didefinisikan
a.
a,b
xR:a xb
disebut selang tertutup (closed interval)b.
a,b xR:a xb
disebut selang terbuka (open interval)c.
a,b
xR:a xb
disebut selang tertutup di kiri atau selang terbuka di kanand.
a,b
xR:a xb
disebut selang tertutup di kanan atau selang terbuka di kiri(Darmawijaya, 2006:46-47)
C. Fungsi
Definisi II.C
Diberikan A,BR, fungsi f :AB adalah suatu aturan yang mengaitkan setiap unsur xA dengan tepat satu unsur yB. Unsur y yang berkaitan dengan unsur x ini diberi lambang y = f(x) yang dinamakan aturan
fungsi. Lambang y = f(x), xA menyatakan sebuah fungsi dengan aturan y = f(x) yang terdefinisi pada himpuan A. Selanjutnya x dinamakan peubah bebas dan y peubah tak bebas yang nilainya bergantung dari x.
Apabila terdapat suatu fungsi y = f(x), maka daerah asal (domain) fungsi f adalah himpunan A, ditulis ADf , dan daerah nilai fungsi f adalah himpunan Rf
f(x):xADf
. Unsur f(x)Bdinamakan nilai fungsi di x. Jika yang diketahui hanya y = f(x), maka domain dan daerah nilai (range) fungsi f adalah Df
xR: f(x)R
dan Rf
f(x)R:xDf
.(Martono, 1999:29)
1. Fungsi Komposisi
Definisi II.C.1
Jika fungsi f dengan domain Df di A dan range Rf di B dan jika fungsi g dengan domain Dg di B dan range Rg di C.
Gambar 1.1 Diagram Panah Fungsi f(x) R R f x f(x) f R f D f R R f R f D x f(x)
Komposisi g f (notasi komposisi) adalah fungsi dari A ke C diberikan oleh
a c A C b B ab f b c g
f g , : dengan ( , ) dan( , )Jika f dan g adalah suatu fungsi dan jika xDf maka f (x) yang dikenai fungsi g dengan f(x)Dg. Domain dari komposisi
f
g adalah himpunan Dgf
xDf : f(x)Dg
. Untuk )(g f D
x , nilai dari g f di x yang diberikan oleh
g f
x g
f
x
. Range dari g f ditunjukkan oleh himpunan Rgf
g
f(x)
:xDgf
.(Bartle dan Shelbert, 2000:13)
2. Fungsi Invers
Definisi II.C.2.1
Jika fungsi f dengan domain D di A dan rangef Rf di B maka fungsi f dikatakan injektif (satu-satu) jika dan hanya jika
Gambar 1.2 Komposisi Fungsi f f g D g B C g D A f D f R g R f g R
a. f(a) f(a') maka aa'
b. a, a'Df dan aa' maka f(a) f(a')
(Bartle dan Shelbert, 2000:15)
Definisi II.C.2.2
Jika fungsi f injektif dengan domain Df di A dan range Rf di B. Jika g
b,a BA:
a,b f
maka g merupakan fungsi injektif dengan Dg Rf di B dan dengan range Rg Df di A. Fungsi g dikatakan invers fungsi dari f dan dinotasikan f1.Jika invers fungsi f1 merupakan suatu fungsi maka dikatakan bahwa f1 adalah fungsi invers.
(Bartle dan Shelbert, 2000:15)
Definisi II.C.2.3
Fungsi f :AB dikatakan fungsi bijektif (korespondensi 1– 1), jika untuk setiap yB terdapat tepat satu xA sehingga
) (x f
y .
Gambar 1.3 Invers Fungsi
1 f f D a b f R f A B
Definisi II.C.2.4
Jika fungsi f :AB merupakan fungsi bijektif maka kebalikan fungsi f :AB yaitu g:BA pasti merupakan fungsi invers dari f .
3. Jenis Fungsi
a. Fungsi Eksponen
Bentuk umum fungsi eksponen adalah sebagai berikut:
x
a x
f( ) dengan a = bilangan pokok
a0 dan a1
dan x = pangkat
xR
.(Varberg, dkk, 2010)
b. Fungsi Transenden
Fungsi transenden terdiri dari fungsi-fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi logaritma didefinisikan sebagai berikut: fungsi ,
log )
(x x
f a a0, a1, dan x0
2) Fungsi logaritma alami dapat dituliskan f(x)lnx, x0
3) Invers dari ln disebut fungsi eksponen alami dan dinyatakan exp ( e pangkat). Jadi, xexpyey lnx y, x0 4) Fungsi invers trigonometri
a) 2 2 , sin sin 1 x x y y x b) 2 0 , cos cos 1
x x y y x c) 2 2 , tan tan 1 x x y y x d) 2 dan 0 , sec sec1
x x x y y x (Varberg, dkk, 2010:357-359) 4. Fungsi Terbatas Definisi II.C.4Fungsi f dikatakan terbatas jika terdapat M > 0 sehingga M
x
f( ) untuk xDf.
(Martono, 1999:38)
Contoh:
a. Fungsi f(x)cos x terbatas karena f(x) cos x 1 untuk
f
D x
b. Fungsi f(x) x1 tidak terbatas pada interval
0, karena tidak ada M 0 sehingga f(x) x 1MD. Limit 1. Limit Fungsi di R Definisi II.D.1.1 L x f c x ( )
lim berarti bahwa untuk setiap 0, terdapat 0
yang berpadanan sedemikian rupa sehingga untuk 0 xc berlaku f(x)L ; yakni, 0 xc f(x)L
(Varberg, dkk, 2010:62)
Definisi II.D.1.2
Diberikan fungsi f yang terdefinisi pada interval (c,b). Limit kanan fungsi f di c adalah L (ditulis f x L
c xlim ( ) atau L x f( ) bila xc) jika 0, 0 c x f(x) L
0 dan jika diberikan fungsi f yang
terdefinisi pada interval (a,c) dengan limit kiri fungsi f di c adalah L (ditulis f x L
c
xlim ( ) atau f(x)L bila
c x ) jika 0 , 0 0 xc f(x)L (Martono, 1999:53) Contoh: Diberikan fungsi
Tentukan (jika ada):
9 , 2 3 x x ) (x f 9 , 3 9 2 x x x
a. lim ( ) 9 f x x b. lim ( ) 9 x f x c. lim ( ) 9 f x x Penyelesaian: a. 6 2 3 lim ) ( lim 9 9 x x f x x b.
lim
3
6 3 3 3 lim 3 9 lim ) ( lim 9 9 9 9 x x x x x x x f x x x xc. Karena limit kanan sama dengan limit kiri maka nilai limitnya ada dan lim ( ) 6
9
f x
x
Sifat-Sifat Limit Fungsi:
Jika n bilangan bulat positif, k konstanta, serta f dan g adalah fungsi-fungsi yang mempunyai limit di c, dengan f x L
c x ( ) lim dan M x g c x ( ) lim maka a. k k c x lim b. x c c x lim c. Jika
f x g x
L M c x ( ) ( ) lim d.
f x g x
L M c x ( ) ( ) lime.
f x g x
L M c x ( ). ( ) . lim f. , 0 ) ( ) ( lim M M L x g x f c x g. k f x k L c x ( ) . lim (Leithold, 1991:99) Teorema II.D.1.3 Jika f x L c x ( ) lim , maka f x L c x ( ) lim (Martono, 1999:54) Bukti: Jika f x L c x ( )lim , maka lim f(x) L lim f(x)
c x c x . Diketahui f x L c x ( ) lim maka f x L c x ( )
lim . Teorema ini
dibuktikan dengan menggunakan definisi limit dimana L
x f
c x ( )
lim berarti bahwa untuk setiap 0, maka harus dibuktikan terdapat 0 sehingga
jika 0 xc maka f(x) L Diketahui bahwa f x L
c x ( )
lim , maka dari definisi limit diperoleh
bahwa untuk 0 terdapat 1 0 sehingga
Misalkan adalah lebih kecil dari1, maka 1. Karena itu jika 0 xc maka f(x)L
karena f(x) L f(x)L dan f(x)L maka sesuai dengan sifat ketaksamaan segitiga diperoleh
L f x L x f( ) ( ) . 2. Limit Fungsi di R2 Definisi II.D.2
Fungsi f adalah fungsi dua variabel dengan domain D maka dapat dikatakan bahwa limit dari f(x,y) L dan ditulis
L y x f b a y x,lim)( , ) ( , )
( , jika untuk setiap 0 terdapat 0
sedemikian sehingga f(x,y)L bilamana (x,y)D dan ( , ) ( , ) 0 x y a b dengan
2
2 ) , ( ) , (x y a b xa yb .(Purcell dan Varberg, 1999:238)
3. Limit Fungsi di Rn
Definisi II.D.3
Definisi yang telah diungkapkan untuk limit fungsi di R dan di
2
R tersebut sedemikian sehingga dapat diperluas untuk fungsi tiga peubah (atau lebih). Secara umum, jika z f(x1,x2,...,xn) adalah fungsi n-variabel dengan domain D maka dapat dikatakan
bahwa limit dari f(x1,x2,...,xn)L dan ditulis L x x x f n x x x x x x n o o no ( , ,..., ) lim 1 2 ) ,..., , ( ) ,..., , (1 2 1 2 , jika untuk 0, 0
sedemikian sehingga f(x1,x2,...,xn)L bilamana D
x x
x , ,..., n)
( 1 2 dan 0 (x1,x2,...,xn)(x1o,x2o,...,xno) . (Purcell dan Varberg, 1999:239)
E. Kekontinuan
1. Kekontinuan Fungsi di R
Definisi II.E.1.1
Kekontinuan fungsi di satu titik dapat didefinisikan sebagai berikut dimisalkan f terdefinisi pada suatu interval terbuka yang mengandung c. Dikatakan bahwa f kontinu di c jika
) ( ) ( lim f x f c c
x . Jadi, fungsi f dikatakan kontinu di titik c jika
memenuhi syarat sebagai berikut : a. f(c) ada; b. lim f(x) c x ada; c. lim f(x) f(c) c x
Jika satu atau lebih dari ketiga syarat ini tidak dipenuhi di c, maka fungsi f dikatakan tidak kontinu di c.
Definisi II.E.1.2
Fungsi f terdefinisi pada interval (a,c) maka fungsi f dikatakan kontinu kanan di c jika lim f(x) f(c)
c
x
.
Fungsi f terdefinisi pada interval (c,b) maka fungsi f dikatakan kontinu kiri di c jika lim f(x) f(c)
c
x
.
(Martono, 1999:59)
Definisi II.E.1.3
Fungsi f dikatakan kontinu pada interval terbuka (a,b) jika f kontinu di setiap titik (a,b). Fungsi f kontinu pada interval tertutup [a,b] jika kontinu pada interval terbuka (a,b), kontinu kanan di a, dan kontinu kiri di b.
(Martono, 1999:61)
2. Kekontinuan Fungsi di R2
Definisi II.E.2.1
Fungsi f(x,y) dikatakan kontinu di titik (a,b)D, DR2 jika ) , ( ) , ( lim ) , ( ) ,
(xyab f x y f a b . Fungsi f dikatakan kontinu pada
domain D jika f kontinu di setiap titik (a,b) dalam D.
Definisi II.E.2.2
Fungsi f(x,y) dikatakan kontinu pada suatu himpunan S, jika f(x,y) kontinu di setiap titik pada himpunan S.
(Purcell dan Varberg, 1999:239)
3. Kekontinuan Fungsi di Rn
Definisi II.E.3
Secara umum, jika fungsi z f(x1,x2,...,xn) dikatakan kontinu di titik (x1o,x2o,...,xno)D, D Rn jika ) ,..., , ( ) ,..., , ( lim 1 2 1 2 ) ,..., , ( ) ,..., , (1 2 1 2 no o o n x x x x x x n o o no f x x x f x x x . Fungsi f
dikatakan kontinu pada domain D jika f kontinu di setiap titik ) ,..., , (x1o x2o xno dalam D. F. Turunan 1. Turunan Fungsi di R Definisi II.F.1.1
Jika f fungsi dari [a,b] ke R dan c[ ba, ] maka L disebut diferensial atau turunan f di c jika 0, 0 sehingga untuk x[ ba, ] dengan 0 xc berlaku
Gambar 1.4 Himpunan S S
A
B
L c x c f x f( ) ( )
. Jadi, L merupakan turunan dari f di c jika
L c x c f x f c x ) ( ) ( lim .
(Bartle and Sherbert, 2000:158)
Fungsi f dikatakan mempunyai turunan (diferensiable) di c atau )
( ' c
f ada, jika f'(c) f'(c) dan f'(c) f'(c) f'(c) dengan c x c f x f c f c x ) ( ) ( lim ) ( ' dan c x c f x f c f c x ) ( ) ( lim ) ( ' Contoh:
Selidiki apakah terdiferensial di
2
x . Jika ya, tentukan f'(2)!
Penyelesaian:
2 1 2 . 3 2 2 5 3 lim 2 ) 2 ( ) ( lim ) 2 ( ' 2 2 2 x x x x x f x f f x x
2
lim3 3 ) 2 )( 2 ( 3 lim 2 4 4 3 lim 2 12 12 3 lim 2 14 7 2 5 3 lim 2 7 2 2 5 3 lim 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
2 1 2 . 3 1 3 lim 2 ) 2 ( ) ( lim ) 2 ( ' 2 2 x x x f x f f x x 2 , 1 3x x ) (x f 2 , 2 2 5 3 2 x x x x3 3 lim 2 ) 2 ( 3 lim 2 6 3 lim 2 7 1 3 lim 2 2 2 2 x x x x x x x x x x
Jadi, f terdiferensial x = 2 dan f'(2)3
Teorema II.F.1.2
Jika fungsi f terdiferensial di c maka fungsi f kontinu di c
(Varberg, dkk, 2010:102)
Bukti:
f terdiferensial di c artinya f' c( ) ada
c x c f x f c f c x ) ( ) ( lim ) ( ' ) ( ) ( ) ( ) (x f x f c f c f
Untuk xc 0 x c maka diperoleh
) ( ) ( ) ( ) ( f c c x c x c f x f x f ) ( . ) ( ) ( ) ( x c f c c x c f x f x f Untuk xc maka . ( ) ) ( ) ( lim ) ( lim x c f c c x c f x f x f c x c x ) ( lim lim . ) ( ) ( lim ) ( lim x c f c c x c f x f x f c x c x c x c x ) ( ) ( lim 0 . ) ( ' c f c f c f c x Karena ( ) ( ) lim f c f c c x f kontinu di c.
Akibatnya:
Jika fungsi f tidak kontinu di c maka f tidak terdiferensial di c.
a. Sifat–Sifat Turunan:
1) f(x)k, k konstan f'(x)0
2) f(x) x f'(x)1
3) f(x)xn f'(x)n xn1
Jika u' x( ) dan v' x( ) ada maka:
4) f(x)u(x)v(x) f'(x)u'(x)v'(x) 5) f(x)c.u(x) f'(x)c.u'(x), dengan c konstan 6) f(x)u(x).v(x) f'(x)u'(x).v(x)u(x).v'(x) 7)
2 ) ( ) ( ' . ) ( ) ( . ) ( ' ) ( ' ) ( ) ( ) ( x v x v x u x v x u x f x v x u x f (Leithold, 1991:199)b. Turunan Fungsi Komposisi
Jika y f(u) dengan ug(x) dan fungsi g(x) kontinu pada domainnya, maka menurut definisi (aturan rantai) dapat dituliskan sebagi berikut:
dx du du dy dx dy .
Jika y f(u) dengan ug(v) dan vh(x) maka: dx dv dv du du dy dx dy y' . .
(Purcell dan Varberg, 1993:138-139)
c. Turunan Fungsi Trigonometri
1) f(x)sinx f'(x)cosx
2) f(x)cosx f'(x)sinx
3) f(x)tanx f'(x)sec2x
4) f(x)cot x f'(x)csc2x
5) f(x)sec x f'(x)secx.tanx
6) f(x)csc x f'(x)csc x.cotx
(Varberg,dkk, 2010:114-116)
d. Turunan Fungsi Invers Trigonometri
Jika xsiny maka y sin1x
1) 2 1 1 1 ) ( ' sin ) ( x x f x x f 2) 2 1 1 1 ) ( ' cos ) ( x x f x x f
3) 1 2 1 1 ) ( ' tan ) ( x x f x x f 4) 1 2 1 1 ) ( ' cot ) ( x x f x x f 5) 1 1 ) ( ' sec ) ( 2 1 x x x f x x f 6) 1 1 ) ( ' csc ) ( 2 1 x x x f x x f
e. Turunan Fungsi Logaritma dan Eksponensial
1) Turunan fungsi logaritma ini dapat dituliskan sebagai
berikut: f(x) alogx maka
a x x f ln 1 . 1 ) ( '
2) Turunan fungsi logaritma alami dapat dituliskan sebagai
berikut: f(x)lnx maka
x x f'( )1
3) Turunan fungsi eksponensial dapat dituliskan sebagai berikut: f(x)ax maka f'(x)ax.lna
4) Turunan fungsi eksponensial alami dapat dituliskan sebagai berikut: f(x)ex maka f'(x)ex
f. Turunan Fungsi pada Suatu Interval
Definisi II.F.1.f
Jika fungsi y f(x) terdefinisi pada selang I. Turunan fungsi f pada selang I, ditulis f' x( ), adalah suatu fungsi yang aturannya di setiap xI ditentukan oleh
h x f h x f x f h ) ( ) ( lim ) ( ' 0
, limit ini ada.
Catatan:
1) Lambang lain untuk turunan adalah
) ( , ), ( , , ' f x D y D f x dx d dx dy y x x . Lambang dx dy dikenal
sebagai notasi Leibniz.
2) Jika I adalah selang tertutup [a,b], maka f' a( ) berarti )
( ' a
f sedangkan f' b( ) berarti f' b( ).
(Martono, 1999:89)
g. Turunan Tingkat Tinggi
Definisi II.F.1.g
Pendiferensialan mengambil sebuah fungsi f dan menghasilkan sebuah fungsi baru f . ' Jika f' dideferensialkan, masih menghasilkan fungsi lain, dinyatakan oleh fungsi f '' (dibaca “f double aksen”) dan disebut turunan
kedua dari f. Dan jika f '' masih dapat diturunkan lagi maka yang demikian menghasilkan f''', yang disebut turunan ketiga, dan seterusnya.
(Purcell dan Varberg, 1993:141)
2. Turunan Fungsi di n
R
Definisi II.F.2.1
Fungsi f adalah suatu fungsi dua peubah x dan y. Jika y dianggap sebagai suatu konstanta, misalnya y y0, maka f(x,y0) menjadi fungsi satu peubah x. Turunan fungsi f di xx0 disebut turunan parsial f terhadap x di f(x0,y0) dan dinyatakan sebagai
) , (x0 y0 fx . Jadi, x y x f y x x f y x f x x ) , ( ) , ( lim ) , ( 0 0 0 0 0 0 0
Demikian pula, turunan parsial f terhadap y di (x0,y0) dinyatakan oleh fy(x0,y0) dan dituliskan sebagai
y y x f y y x f y x f y y ) , ( ) , ( lim ) , ( 0 0 0 0 0 0 0
Rumus tersebut mencari fx(x,y) dan fy(x,y) dengan menggunakan aturan baku untuk turunan; kemudian mensubstitusikan xx0 dan y y0
Contoh:
Carilah fx(1,2) dan fy(1,2) jika f(x,y)x2y3y3
Penyelesaian: 4 2 . 1 . 2 ) 2 , 1 ( 0 2 ) , ( x x x y xy f f 37 2 . 9 1 ) 2 , 1 ( 9 ) , ( 2 2 2 2 y y x y x y f f Catatan:
Jika z f(x,y), dapat dituliskan
x y x f x z y x fx ( , ) ) , ( y y x f y z y x fy ( , ) ) , ( ) , ( 0 0 0 0 ) , ( y x x x z y x f ) , ( 0 0 0 0 ) , ( y x y y z y x f Definisi II.F.2.2
(Turunan Parsial Tingkat Tinggi) Secara umum, karena turunan parsial suatu fungsi x dan y adalah fungsi lain dari dua peubah yang sama, turunan tersebut dapat diturunkan secara parsial terhadap x atau y untuk memperoleh empat buah turunan parsial kedua fungsi f yaitu:
a. 2 2 x f x f x fxx , b. 2 2 y f y f y fyy ,
c.
x y f x f y f fxy x y 2 , dan d.
y x f y f x f f x y yx 2 . Contoh:Carilah keempat turunan parsial dari ( , ) sin x3y2 y x y x f ! Penyelesaian: 2 2 3 cos 1 ) , ( x y y x y y x fx y x y x y x y x fy 3 2 cos 2 ) , ( 2 2sin 6 1 ) , ( xy y x y y x fxx 3 4 2 3cos sin 2 2 ) , ( x y x y x y x y x y x fyy y x y x y x y x y y x fxy( , ) 12 cos 3 sin 6 2 y x y x y x y x y y x fyx( , ) 12cos 3sin 6 2
Definisi II.F.2.3
Untuk turunan parsial tingkat tiga dan lebih tinggi didefinisikan dengan cara yang sama dan ditulis dengan cara yang sama. Jadi, jika f suatu fungsi dua peubah x dan y, turunan-parsial ketiga f yang diperoleh dengan menurunkan f secara parsial, pertamakali terhadap x dan kemudian dua kali terhadap y, akan ditunjukkan oleh xyy f x y f x y f y 2 3 2
(Purcell dan Varberg, 1999:235)
Definisi II.F.2.4
Secara umum, jika f adalah suatu fungsi n peubah yaitu
n
x x
x1, 2,..., . Jika x ,...,2 xn dibuat konstan, misalnya
no o
n x x
x
x2,..., 2 ,..., , maka f(x1,x2o,...,xno) menjadi fungsi satu peubah x1. Turunanya di x1 x1o disebut turunan parsial f terhadap x1 di (x1o,x2o,...,xno) dan dinyatakan sebagai
) ,..., , ( 1 2 1 o o no x x x x f atau 1 2 1, ,..., ) ( x x x x f n . Jadi, 1 2 1 2 1 1 0 2 1 ) ,..., , ( ) ,..., , ( lim ) ,..., , ( 1 1 x x x x f x x x x f x x x f o o no o o no x no o o x
Demikian pula, turunan parsial f terhadap x di2 (x1o,x2o,...,xno) dan dinyatakan sebagai ( 1 , 2 ,..., )
2 o o no x x x x f atau 2 2 1, ,..., ) ( x x x x f n
dan dituliskan sebagai
2 2 1 2 2 1 0 2 1 ) ,..., , ( ) ,..., , ( lim ) ,..., , ( 2 2 x x x x f x x x x f x x x f o o no o o no x no o o x
Turunan parsial terhadap x3,x4,...,xn didefinisikan dengan cara yang sama. Jadi, untuk turunan turunan parsial f terhadap x din
) ,..., ,
(x1o x2o xno dan dinyatakan sebagai fx (x1o,x2o,...,xno)
n atau n n x x x x f ( 1, 2,..., )
dan dituliskan sebagai
n no o o n no o o x no o o x x x x x f x x x x f x x x f n n ) ,..., , ( ) ,..., , ( lim ) ,..., , ( 1 2 1 2 0 2 1 Definisi II.F.2.5
Jika fungsi w adalah fungsi yang teriferensialkan pada n variabel yaitu u1,u2,...,un dimana u adalah fungsi dari n variabel yaitui
n
x x
x1, 2,..., maka untuk w f(u1,u2,...,un) diperoleh:
n n n n n x u u w x u u w x u u w x w x u u w x u u w x u u w x w x u u w x u u w x u u w x w ... . . . ... ... 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1
G. Integral
1. Integral Tak-Tentu (Anti-Turunan)
Definisi II.G.1.1
Suatu fungsi F disebut suatu anti-turunan f pada interval I jika )
( ) (
' x f x
F pada I, yakni jika F'(x) f(x) untuk semua x dalam I.
(Varberg, dkk, 2010:196)
Teorema II.G.1.2
Jika n bilangan rasional dengan n1, maka c n x dx x n n
11(Purcell dan Varberg, 1993:233)
Bukti: Misal: f(x)xn dan 1 ) ( 1 n x x F n diperoleh
f(x)dxF(x)c dibuktikan c x F dx x f
( ) ( )maka akan ditunjukkan
) ( ) ) ( ( x f dx c x F d
) ( ) 1 ( 1 1 1 ) ) ( ( 1 x f n x n x n dx c n x d dx c x F d n n n berarti
f(x)dxF(x)c atau c n x dx x n n
11 . Untuk n0 diperoleh xndx x dx x cxc
0 0011 Jadi,
dxxcDari hasil di atas maka dapat dianalogikan untuk integral pada fungsi trigonometri adalah sebagai berikut
a.
sinx dxcosxc b.
cosx dxsinxc c.
sec2x dxtanxc d.
csc2x dxcotxc e.
secx tanxdxsecxc f.
cscx cotxdxcscxc(Martono, 1999:170)
Teorema II.G.1.3
Jika fungsi f dan g mempunyai anti turunan (integral tak-tentu) dari k suatu konstanta maka:
b.
f(x)g(x)
dx
f(x)dx
g(x)dx(Purcell dan Varberg, 1993:235)
Bukti:
a.
k f(x)dxk
f(x)dxf mempunyai anti-turunan misal F + c,
jika
f(x)dxF(x)c artinya ( ( ) ) f(x) dx c x F d misalkan H(x)k F(x) maka
) ( ) ( ) ( ) ( ' k f x dx c x F d k dx x F d k x H b.
f(x)g(x)
dx
f(x)dx
g(x)dx Jika f(x)g(x) mempunyai anti-turunan misal) ( ) (x G x
F
maka dapat dituliskan
f(x)g(x)
dxF(x)G(x) dimana f mempunyai anti-turunan misal F dan g mempunyai anti-turunan misal G jika
f(x)dxF(x)c artinya ( ( ) ) f(x) dx c x F d danjika
g(x)dxG(x)c artinya ( ( ) ) g(x) dx c x G d maka
f x g x
dx F x G x
f x dx
g x dx
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Teorema II.G.1.4Jika g suatu fungsi yang dapat didiferensialkan, dan jika daerah nilai dari g adalah suatu selang I dimana ada sebuah fungsi f yang didefinisikan pada I dan bahwa F merupakan anti turunan dari f pada I, maka
f
g(x)
g'(x)dx
F(g(x))c (Leithold, 1991:396) Bukti: )) ( ( )) ( ( ' g x f g x F dan menurut aturan rantai untuk pendiferensialan
F(g(x))
F'(g(x))
g'(x)
dx d diperoleh
F(g(x))
F'(g(x))
g'(x)
f(g(x))
g'(x)
dx d kesimpulanya
g x dx
F g x c x g f
( ( )) '( ) ( ( ))Teorema II.G.1.5
Jika g suatu fungsi yang dapat didiferensialkan dan n suatu bilangan rasional dengan n1, maka
c n x g dx x g x g n n
( ) '( ) ( )1 1(Purcell dan Varberg, 1993:236)
Bukti:
Jika ug(x) adalah suatu fungsi yang dapat didiferensialkan dan n suatu bilangan rasional dengan n1, maka
dx du u dx n u d n n . 1 1
atau dalam cara penulisan fungsional,
) ( ' . )) ( ( )) ( ( . )) ( ( 1 )) ( ( 1 x g x g dx x g d x g dx n x g d n n n Teorema II.G.1.6
(Integral Parsial) Jika f dan g fungsi-fungsi yang dapat terdiferensial pada interval I, maka
udvuv
vduBukti :
Jika F(x) f(x).g(x) dengan u f(x) dan vg(x) maka
du v v u dv u du v dv u v u dx v dx du dx dx dv u dx v u dx v u dx v u dx v u v u v u v u x g x f x g x f x F
' ' ' ' ' ' ' ) ( ) ( ' ) ( ' ) ( ) ( ' 2. Integral Tentua. Integral pada Fungsi Satu Variabel
Definisi II.G.2.a.1
Sebuah fungsi f yang didefinisikan pada selang tertutup [a,b]. Himpunan P
ax0,x1,x2,...,xn b
denganb x x
x x
a 0 1 2... n adalah partisi pada [a,b]. Partisi P membagi interval [a,b] menjadi n selang bagian yaitu
x0,x1
, x1,x2
,..., xn1,xn
dengan panjang selang bagian ke-i1 xi xi xi , i = 1, 2, 3, ..., n dan
i n
P maksxi; 1,2,...,disebut norma (norm) partisi P sehingga dapat dibentuk jumlah Riemann fungsi f yang terkait dengan partisi P yaitu
n i i i x x f f P S 1 ) ( ) , ( .Suatu jumlah Riemann ditafsirkan sebagai sebuah jumlah aljabar dari luas-luas
3
4
5 6 2 1 6 1 ) ( ) (x x A A A A A A f i i i
Kesimpulannya:Jika suatu fungsi f yang didefinisikan pada selang tertutup
[a,b]. Jika
n i i i P f x x 1 0 ( )lim ada, dikatakan f terintegralkan
pada [a,b].
b a
dx x
f( ) disebut integral tentu (atau integral
Riemann) f dari a sampai b, diberikan oleh
n i i i P b a x x f dx x f 1 0 ( ) lim ) ((Purcell dan Varberg, 1993) y y = f(x) 1 A y 6 A y 4 A y 5 A y 3 A y 2 A y 0 x a y x1 2 x x3 4 x x5 x6b 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x 6 x x
Definisi II.G.2.a.2
Jika f R[ ba, ], fungsi F:[a,b]R dengan rumus
0 ) (a F dan
x a f xF( ) untuk setiap x( ba, ] disebut
primitif (primitive) Riemann fungsi f pada [a,b]
Catatan:
Beberapa penulis merumuskan primitif fungsi f R[ ba, ]
tersebut sebagai berikut
x a f a F x F( ) ( ) .
Hal ini berarti
f F(a)F(a)0a a
.
(Darmawijaya, 2006:207)
Teorema II.G.2.a.3
Jika fungsi f dapat diintegralkan pada selang tertutup [a,b], [a,c], dan [c,b] maka
b c c a b a dx x f dx x f dx x f( ) ( ) ( ) dengan acb. (Leithold, 1991:438-439)Bukti:
Dimisalkan P suatu partisi dari [a,b]. Dibentuk partisi P dari' [a,b] dengan cara sebagai berikut:
Jika c satu titik dari partisi P, maka P tepat sama dengan P.' Karena itu selang-selang bagian dari partisi P , sama seperti' selang-selang bagian dari P, kecuali selang bagian [xi1,xi] dari P yang dibagi menjadi dua selang bagian [xi1,c] dan
] ,
[c xi . Jika P' adalah norm dari P dan jika' P adalah norm dari P, maka P' P.
Jika di dalam partisi P selang [a,c] dibagi menjadi r selang' bagian dan [c,b] dibagi menjadi (n – r) selang bagian, maka bagian dari partisi P' dari a ke c memberikan jumlah Riemann dalam bentuk
r i i i x x f f P S 1 ) ( ) , ' (dan bagian lain dari partisi P , dari c ke b, memberikan' jumlah Riemann dalam bentuk
n r i i i x x f f P S 1 ) ( ) , ' (dengan menggunakan definisi dari integral tertentu dan sifat-sifat notasi sigma, didapatkan
n r i i i P r i i i P n r i i i r i i i P n i i i P b a x x f x x f x x f x x f x x f dx x f 1 0 1 0 1 1 0 1 0 ) ( lim ) ( lim ) ( ) ( lim ) ( lim ) (Karena 0 P' P , P 0 dapat digantikan oleh 0 ' P menghasilkan
n r i i i P r i i i P b a x x f x x f dx x f 1 0 ' 1 0 ' ( ) lim ( ) lim ) (dengan menerapkan definisi integral tertentu pada ruas kanan persamaan di atas diperoleh
b c c a b a dx x f dx x f dx x f( ) ( ) ( ) Teorema II.G.2.a.4(Teorema Dasar Kalkulus). Jika suatu fungsi f kontinu pada selang tertutup [a,b] dan misalkan F suatu fungsi sedemikian sehingga F’(x) = f(x) dan untuk semua x di dalam [a,b] maka
b a a F b F dx x f( ) ( ) ( ) (Leithold, 1991:452)Bukti :
Jika f kontinu pada semua titik di dalam [a,b], F’(x) = f(x), maka dapat dituliskan bahwa
x a dt t f x F( ) ()dengan mengambil x = b dan x = a, maka diperoleh
c dx x f b F b a
( ) ) ( dan F a f x dx c a a
( ) ) ( dapat disimpulkan
a a b a dx x f dx x f a F b F( ) ( ) ( ) ( ) dengan definisi
( ) 0 a a dx x f maka
b a dx x f a F b F( ) ( ) ( ) Contoh: Hitunglah
1 0 3 3 4 4x dx x . Penyelesaian:
7 3 1 0 1 7 3 7 3 4 3 4 10 7 1 0 3 3 4
x x dx x xb. Integral Lipat-Dua Atas Daerah Persegi Panjang
Definisi II.G.2.b.1
Tetapkan D berupa suatu persegi panjang dengan sisi-sisi
sejajar sumbu-sumbu koordinat yakni
x y a x b c y d
D ( , ): , . Bentuk suatu partisi P dari D dengan menggunakan garis-garis sejajar sumbu x dan sumbu y dan membagi D menjadi beberapa persegi panjang kecil, semuanya n buah, yang ditunjukkan dengan
. ,..., 3 , 2 , 1 ,k n
Dk Tetapkan xkdan yk adalah panjang sisi-sisi Dk dan Ak xkyk adalah luasnya. Pada D ,k diambil sebuah titik
x ,k yk
dan bentuk jumlahan
n k k k k y A x f 1 , Gambar 1.6 Daerah D
x,y:axb,c yd
z
x ,k yk
c d a b k D c D x yyang berpadanan (jika f(x,y)0) dengan jumlah volume dari n kotak. Dengan membuat partisi semakin halus sehingga semua D menjadi lebih kecil dan akan menuju kek konsep yang diinginkan serta dengan ketentuan tambahan bahwa norma dari partisi P yang dinyatakan oleh P adalah panjang diagonal terpanjang dari setiap persegi panjang bagian dalam partisi.
(Purcell dan Varberg, 1999:283)
Definisi II.G.2.b.2
Jika f suatu fungsi dua variabel yang kontinu dan terdefinisi pada persegi panjang D. Jika
n k k k k P f x y A 1 0 , lim Gambar 1.7 Permukaan z f(x,y) ( P e r m u k a a n ) c d a b z y x Dk c D ) , (x y f z k k k y A x f ( , ) Volumeada, maka f terintegral pada D. Nilai limit ini disebut integral ganda-dua dari f pada D dan diberikan oleh:
D n k k k k P f x ,y A f(x,y)dA lim 1 0 (Neswan, 2011:3)Sifat-Sifat Integral Lipat-Dua:
Jika f(x,y),g(x,y) kontinu dan kR maka:
1) Integral lipat-dua adalah linear; yaitu:
a)
D D dA y x f k dA y x kf( , ) ( , ) b)
D D D dA y x g dA y x f dA y x g y x f( , ) ( , ) ( , ) ( , )2) Integral lipat-dua adalah aditif pada persegi panjang dimana D1D2D maka
2 1 ) , ( ) , ( ) , ( D D D dA y x f dA y x f dA y x f3) Sifat perbandingan berlaku jika f(x,y)g(x,y) untuk semua (x,y) di bidang D, maka
D D dA y x g dA y x f( , ) ( , ) (Neswan, 2011:5)c. Integral Lipat-Dua Atas Daerah Bukan Persegi Panjang
Jika kurva S tertutup dan terbatas di bidang (Gambar 1.8). Kelilingi S oleh suatu persegi panjang D dengan sisinya sejajar sumbu-sumbu koordinat (Gambar 1.9). Jika f (x,y) terdefinisi pada S dan didefinisikan f (x,y) = 0 pada bagian D di luar S maka dikatakan f dapat diintegralkan pada S jika dapat diintegralkan pada D dan ditulis
D S dA y x f dA y x f( , ) ( , )(Purcell dan Varberg, 1999:295)
d. Perhitungan Integral Lipat-Dua Atas Daerah Bukan Persegi Panjang
Himpunan dengan batas-batas melengkung dapat menjadi sangat rumit. Untuk itu cukup menganalisis apa yang disebut himpunan x sederhana dan himpunan y sederhana. Suatu himpunan y Gambar 1.10 Kurva S:z f(x,y)
f(x,y) = 0
S
Gambar 1.8 Kurva S Tertutup
Gambar 1.9
Kurva S Dikelilingi oleh Persegi Panjang D S
sederhana (Gambar 1.11) jika terdapat fungsi-fungsi kontinu g1(x) dan g2(x) pada [a,b] sedemikian sehingga
(x,y):a x b,g1(x) y g2(x)
S
Suatu himpunan S adalah x sederhana (Gambar 1.12) jika terdapat fungsi yang kontinu h1(y) dan h2(y) pada [c,d] sederhana sehingga
x y h y x h y c y d
S ( , ): 1( ) 2( ),
Jika akan menghitung integral lipat-dua dari suatu fungsi f(x,y) atau suatu himpunan S dengan y sederhana. Kita lingkungi S dalam suatu persegi panjang D (Gambar 1.13) dan f(x,y) = 0 di luar S, maka
D S dA y x f dA y x f( , ) ( , ) , dapat dituliskan
b x a x x g y x g y b x a x d y c y D S dx dy y x f dx dy y x f dA y x f dA y x f ) ( ) ( 2 1 ) , ( ) , ( ) , ( ) , ( yg2(x) ) ( 1 x g y y S D a b x 0 x d cGambar 1.12 Kurva x Sederhana S ) ( 1 y h x xh2(y) d c 0 y x a b ) ( 2 x g y ) ( 1 x g y y x 0 S
Secara ringkas
b a x g x g S dx dy y x f dA y x f ) ( ) ( 2 1 ) , ( ) , (Untuk integral sebelah kanan, x dipertahankan tetap; jadi pengintegralan itu adalah sepanjang garis tebal (Gambar 1.13). Pengintegralan ini menghasilkan A(x) diintegralkan mulai dari a sampai b. Jika himpunan S adalah x sederhana (Gambar 1.13), penalaran serupa menuju rumus
d d y h y h S dy dx y x f dA y x f ) ( ) ( 2 1 ) , ( ) , ((Purcell dan Varberg, 1999:296)
e. Integral Lipat-Dua pada Koordinat Kutub
Kurva-kurva tertentu pada bidang, seperti lingkaran, kardioid, dan mawar, lebih mudah diuraikan dalam bentuk koordinat polar daripada dalam koordinat Cartesius (persegi panjang). Jadi, integral ganda dua atas daerah yang di lingkungi oleh kurva-kurva yang demikian lebih mudah dihitung dengan menggunakan koordinat kutub. Jika D mempunyai bentuk yang diperlihatkan pada Gambar 1.14, yang merupakan suatu persegi panjang kutub. Jika z = f(x,y) menentukan suatu permukaan atas D dan jika f adalah fungsi yang kontinu dan tak-negatif. Maka volume V dari benda pejal di bawah
permukaan ini dan di atas D (Gambar 1.15) diberikan oleh
D dA y x f V ( , ) ... (1)Dalam koordinat kutub, suatu persegi panjang kutub D berbentuk D
r, :arb,
dengan a0 dan
2 sehingga persamaan permukaannya dapat dituliskan sebagai ) , ( ) sin , cos ( ) , (x y f r r F r f z
Partisi D dibagi kedalam persegi panjang kutub yang lebih kecil
n
D D
D1, 2,..., dengan menggunakan suatu kisi kutub dan jika rk dan
k
menunjukkan ukuran kepingan Dk yang khas, seperti diperlihatkan pada Gambar 1.16. Luas A(Dk) diberikan oleh
k k k k r r D A( ) Sumbu kutub D b r a r
Gambar 1.14 Persegi Panjang Kutub
Gambar 1.15 Kurva z f(x,y)F
r, D z y x z = f(x,y) = F(r,) D Dk k k r dengan r adalah radius rata-ratak D . Jadi,k k k k n k k k r r r F V
1 ) , (Jika diambil limit untuk norma (norm) dari partisi mendekati nol, maka diperoleh volume yang sebenarnya. Limit ini adalah suatu integral ganda-dua.
D D d dr r r r f d dr r r F V ( ,) ( cos, sin) ... (2)Jadi, dari (1) dan (2) diperoleh dua rumus untuk V yaitu:
D D d dr r r r f dA y x f( , ) ( cos, sin) (Purcell dan Varberg, 1999:305)
f. Teorema Fubini
Jika f(x,y) kontinu pada persegi panjang D:a xb,cyd,
maka f x y dA f x y dy dx f x y dx dy d y c y b x a x b x a x d y c y D
( , ) ( , ) ) , ( (Neswan, 2011:7)Akibatnya, untuk integral lipat-dua atas daerah bukan persegi panjang berlaku:
1) Jika D
(x,y):axb,g1(x)yg2(x)
. g1 dan g2kontinu pada[a,b], maka
x b a x x g y x g y D dx dy y x f dA y x f ) ( ) ( 2 1 ) , ( ) , ( 2) Jika D
(x,y):h1(y)xh2(y),cyd,
. h1 dan h2 kontinu pada[ dc, ], maka
d y c y y h x y h x D dy dx y x f dA y x f ) ( ) ( 2 1 ) , ( ) , (Dapat disimpulkan bahwa