• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI SD NEGERI SINDUADI 2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI SD NEGERI SINDUADI 2."

Copied!
443
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI SD NEGERI SINDUADI 2

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dian Ayu Setiawati NIM. 12108244018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Banyak orang mengatakan kepintaran yang menjadikan seseorang ilmuwan besar. Mereka keliru. Itu adalah karakter.

(Albert Enstein)

Kecerdasan dan karakater adalah tujuan sejati pendidikan. (Martin Luther King Jr.)

Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada

1. Orang tua tercinta, kakak, dan adik yang telah memberi dukungan. 2. Almamater FIP UNY

(7)

vii

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI SD NEGERI SINDUADI 2

Oleh

Dian Ayu Setiawati NIM 12108244018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter pada peserta didik beserta faktor pendukung dan faktor penghambatnya di SD Negeri Sinduadi 2.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan peserta didik. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Sinduadi 2 dilakukan melalui (a) integrasi dalam proses pembelajaran, (b) pengembangan budaya sekolah seperti kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisisan, dan (c) kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, BTA, seni tari, karawitan, TIK. Proses penanamannya yaitu dengan hidden curriculum, sosialisasi peraturan, dan pembiasaan. Nilai karakter yang ditanamkan diantaranya religius, disiplin, sopan santun, semangat kebangsaan, cinta tanah air, cinta damai, peduli lingkungan, peduli kesehatan, peduli sosial, dan menghargai budaya. Dalam hal ini implementasinya sudah sampai tahap moral doing tapi belum maksimal karena belum semua peserta didik menjadikannya sebagai kebiasaan. (2) Faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter tersebut yaitu adanya keinginan peserta didik untuk berubah menjadi lebih baik, adanya motivasi dan kerjasama antarguru dalam mendidik, dan dilaksanakannya program sekolah yang mendukung karakter. (3) Faktor penghambatnya yaitu kebiasaan buruk peserta didik, keterbatasan pengawasan guru, kurangnya perhatian orang tua, dan kondisi lingkungan masyarakat yang kurang mendukung.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan taufiq-Nya sehingga pada kesempatan ini peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter pada Peserta Didik di SD Negeri Sinduadi 2”. Skripsi ini disusun sebagai realisasi untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Akhir Skripsi, sekaligus diajukan kepada Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan PSD FIP UNY yang telah memberikan kesempatan penulis untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi.

4. Drs. Suparlan, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan ikhlas membimbing peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

ix

6. Kepala sekolah SD Negeri Sinduadi 2, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan pengambilan data di SD Negeri Sinduadi 2.

7. Seluruh guru SD Negeri Sinduadi 2 yang telah memberi izin dan bersedia menjadi subjek penelitian.

8. Bapak, ibu, kakak, dan adik tercinta yang telah memberikan doa, motivasi, dan dukungan selama penyelesaian skripsi.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan peneliti dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini.

Demikianlah skripsi ini peneliti buat semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Februari 2016

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ………...

HALAMAN PERSETUJUAN ………...

HALAMAN PERNYATAAN ………..

HALAMAN PENGESAHAN ………...

HALAMAN MOTTO ………...

HALAMAN PERSEMBAHAN ………...

ABSTRAK ………....

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………...

B. Identifikasi Masalah ………..

C. Batasan Masalah ………...

D. Rumusan Masalah ……….

E. Tujuan Penelitian ………...

F. Manfaat Penelitian ……….

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter ………..

B. Tahapan Pengembangan Pendidikan Karakter ………..

C. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar ………...

D. Perkembangan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar …………. E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter ……..

F. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ………

(11)

xi

G. Hasil Penelitian yang Relevan ………...

H. Kerangka Berfikir ………..

I. Pertanyaan Penelitian ………

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ………...

B. Subjek Penelitian ………...

C. Teknik Pengumpulan Data ………

D. Instrumen Penelitian ………..

E. Teknik Analisis Data ……….

F. Pemeriksaan Keabsahan Data ………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………...

B. Hasil Penelitian ………..

1. Implementasi Pendidikan Karakter pada Peserta Didik melalui Pengintegrasian dalam Pembelajaran ……… 2. Implementasi Pendidikan Karakter pada Peserta Didik

melalui Kegiatan Pengembangan Budaya Sekolah ………… 3. Implementasi Pendidikan Karakter pada Peserta Didik

melalui Kegiatan Ekstrakurikuler ………... 4. Faktor Internal yang Mendukung dan Menghambat

Pendidikan Karakter pada peserta Didik ……… 5. Faktor Eksternal yang Mendukung dan Menghambat

Pendidikan Karakter pada peserta Didik ……… C. Pembahasan

1. Implementasi Pendidikan Karakter pada Peserta Didik di SD Negeri Sinduadi 2 ………

a. Terintegrasi dalam Pembelajaran ………

b. Budaya Sekolah ………...

c. Kegiatan Ekstrakurikuler ……….

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Karakter pada Peserta Didik di SD Negeri Sinduadi 2 ……... a. Faktor Pendukung Pendidikan Karakter pada Peserta

Didik di SD Negeri Sinduadi 2 ………... b. Faktor Penghambat Pendidikan Karakter pada Peserta

(12)

xii

Didik di SD Negeri Sinduadi 2 ………... D. Keterbatasan Penelitian ………. BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………

B. Saran ………..

DAFTAR PUSTAKA ………..

LAMPIRAN ……….

146 149

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Nilai Karakternya ……… 22

Tabel 2. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter SD/MI ……….. 30

Tabel 3. Nilai-nilai Karakter dan Indikatornya ………. 31

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi ……….. 50

Tabel 5. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ………. 51

Tabel 6. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ……….. 51

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Lembar Observasi ……….. 157

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ……… 163

Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Observasi ………. 168

Lampiran 4. Catatan Lapangan ……….. 298

Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Wawancara ……….. 331

Lampiran 6. Dokumentasi Implementasi Pendidikan Karakter ……. 387

Lampiran 7. Tabel Triangulasi ………... 403

Lampiran 8. Contoh RPP ………... 412

Lampiran 9. Surat Perijinan ………... 426

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter (Sri Narwanti, 2011: 14) adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah tetapi lebih pada penanaman kebiasaan (habit) mengenai hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik (H.E. Mulyasa, 2013: 3).

(17)

2

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat.

Pendidikan karakter bukanlah hal baru. Akan tetapi saat ini mendapat perhatian serius karena terjadi krisis moral yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Krisis moral inilah yang dikhawatirkan nantinya dapat membuat bangsa Indonesia menjadi hancur. Hal ini sejalan dengan pendapat Thomas Lickona (Syamsul Kurniawan, 2013: 18) yang menyatakan bahwa suatu bangsa berada di tebing jurang kehancuran apabila terjadi kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, pengaruh peergroup yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya perilaku yang merusak diri, semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat pada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, dan adanya rasa saling curiga serta kebencian di antara sesama.

(18)

3

tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang sangat berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik.

Sekolah sebagai organisasi formal membantu peserta didik belajar dan berkembang. Sekolah tentu saja tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual saja, tetapi juga mempengaruhi kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib. Lewat sekolah dapat pula memfasilitasi pembentukan kepribadian peserta didik sesuai nilai dan norma, mewariskan nilai-nilai budaya, serta mendorong partisispasi demokrasi peserta didik.

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen pendidikan itu antara lain isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dapat optimal.

(19)

4

Melalui pendidikan karakter sejak dini diharapkan terlahir generasi muda masa depan yang berilmu, berbudaya, dan beradab di tengah-tengah era globalisasi.

Akan tetapi pada kenyataannya, saat ini masih banyak sekolah yang hanya fokus pada nilai akademik, sedangkan aspek non akademik sebagai unsur utama pendidikan karakter diabaikan. Selain itu, juga terjadinya pergeseran substansi pendidikan ke pengajaran. Makna pendidikan yang sarat dengan muatan nilai-nilai moral bergeser kepada pemaknaan pengajaran yang berkonotasi sebagai transfer pengetahuan. Terabaikannya sistem nilai yang semestinya menyertai proses pembelajaran dapat mengakibatkan ketimpangan intelektual dengan emosional yang pada gilirannya akan melahirkan sosok spesialis yang kurang peduli terhadap lingkungan sosial maupun alamiah.

(20)

5

Salah satu sekolah yang memberikan respon positif terhadap pendidikan karakter adalah SD Negeri Sinduadi 2. Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala sekolah dan guru di SD tersebut (13 Oktober 2015) diperoleh informasi bahwa SD Negeri Sinduadi 2 menerapkan pendidikan karakter ini sudah sejak lama kurang lebih 4 atau 5 tahun yang lalu. Hal ini dilakukan karena keprihatinan para guru dan kepala sekolah terhadap perilaku peserta didik yang kurang baik.

Dari hasil wawancara dengan guru kelas dan guru agama SD Negeri Sinduadi 2 (13 Oktober 2015) dijelaskan bahwa di SD Negeri Sinduadi 2 masih ada peserta didik yang berperilaku immoral meskipun pendidikan karakter telah diterapkan di SD ini. Hal tersebut diketahui karena hampir setiap hari ada peserta didik yang berkelahi bahkan hanya karena hal-hal sepele, kurangnya rasa hormat terhadap guru, kurang sopan santun terhadap sesama, saling mengejek antar peserta didik, suka membolos, berkata-kata kasar, membuat gaduh dan bermain sendiri saat kegiatan pembelajaran, menyontek, mudah sekali marah dan mengamuk. Selain itu, setiap hari selalu saja ada peserta didik yang terlambat datang, berpakaian kurang rapi, dan rasa tanggung jawab peserta didik di SD ini juga masih kurang.

(21)

6

untuk mengatasi permasalahan tersebut sekolah melakukan berbagai upaya salah satunya yaitu melalui pendidikan karakter.

Pendidikan karakter yang ditekankan oleh SD Negeri Sinduadi 2 menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah (13 Oktober 2015), menyangkut 3 hal yaitu tradisi seperti sopan dan santun terhadap sesama, budaya supaya saling bertoleransi, dan kebangsaan seperti cinta dan bangga terhadap bangsanya sendiri. Dari tiga hal tersebut dikembangkan ke dalam karakter-karakter lain yang telah diupayakan oleh pemerintah. Bentuk pendidikan karakter yang telah diupayakan oleh sekolah ini pun beragam seperti teguran, keteladanan, pembiasaan, dan kegiatan pengembangan diri. Melalui pendidikan karakter di sekolah ini diharapkan peserta didik di SD ini menjadi lebih baik sikap, perilaku, dan tingkah lakunya baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.

Implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Sinduadi 2 ini sesuai dengan visi yang diusung oleh SD tersebut yaitu unggul dalam prestasi, berdasarkan iman, takwa dan berbudaya. Untuk mewujudkan visi tersebut, SD Negeri Sinduadi 2 memiliki misi sebagai berikut:

1. Mendorong dan membantu semangat penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa,

(22)

7

3. Menumbuhkan semangat keunggulan dan mampu bersaing ditingkat nasional bidang akademik dan non akademik,

4. Menerapkan manejemen partisipatif dalam menciptakan tatanan kehidupan dan berkepribadian luhur dilingkungan sekolah,

5. Mengembangkan seni dan budaya daerah,

6. Menanamkan dan membina budaya tertib, berfikir ilmiah serta budaya kerja kepada seluruh warga sekolah,

7. Mengutamakan keteladanan dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada kemajuan peserta didik.

Akan tetapi, dalam pelaksanaannya tentu tak semulus yang diharapkan meskipun sekolah ini tergolong sekolah kecil. Ada faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga sampai saat ini masih terdapat peserta didik yang sikap dan perilakunya kurang sesuai dengan yang diharapkan. Meskipun upaya yang dilakukan sekolah sudah mendekati maksimal namun hasilnya belum optimal.

(23)

8 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Terjadinya pergeseran makna pendidikan yang sarat dengan muatan nilai-nilai moral ke arah pemaknaan pengajaran yang berkonotasi sebagai transfer pengetahuan.

2. Masih rendahnya karakter yang terpuji dalam diri peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2.

3. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah yang sudah hampir maksimal tetapi hasilnya kurang optimal.

4. Kurangnya kerjasama dukungan dari lingkungan terhadap pendidikan karakter yang ada di SD Negeri Sinduadi 2.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah, dan dapat dikaji maka perlu pembatasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2. Selain itu juga mengkaji tentang faktor pendukung dan faktor penghambat dari implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2.

D. Rumusan Masalah

(24)

9

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter bagi peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Sinduadi 2?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari kegiatan penelitian ini yaitu

1. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter pada peserta didik yang diterapkan di SD Negeri Sinduadi 2.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian dan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan khususnya tentang implementasi pendidikan karakter di sekolah. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

(25)

10 b. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk mengupayakan peningkatan mutu pendidikan yang tidak hanya mementingkan aspek kognitif saja tetapi juga pembentukan karakter peserta didik yang mulia.

c. Bagi guru

(26)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter

Pendidikan menurut Sugihartono, dkk (2013:3) adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendapat tersebut sejalan dengan pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan yang berlangsung sepanjang hayat baik di dalam maupun luar sekolah.

Wyne (Mulyasa, 2013: 3) mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan cara mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakter menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976:445) adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,

(27)

12

dengan personality (kepribadian) seseorang, sehingga orang bisa disebut berkarakter jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral.

Karakter menurut Sigmund Freud (Zainal, 2011:30) adalah “character is a striving system which underly behavior”. Karakter diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang akan ditampilkan secara mantap. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya. Karakter (Zainal, 2011:30) merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri manusia melalui pendidikan, pola asuh, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku manusia.

Karakter menurut Thomas Lickona (2012: 81) memiliki tiga bagian yang berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Ketiga hal ini diperlukan untuk mengarahkan suatu kehidupan moral. Dengan begitu anak dapat menilai karakter yang benar, sangat peduli dengan karakter yang benar, dan kemudian melakukan karakter yang benar.

(28)

13

Pendidikan karakter menurut Zainal Aqib (2011:38) diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain. Pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan. Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi memiliki tujuan agar setiap pribadi semakin menghayati individualitasnya sehingga menjadi pribadi yang bebas dan bertanggung jawab.

Novan Ardy (2013:27) mengungkapkan pendidikan karakter adalah pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya, yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak yang bertujuan untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara tentang hal yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendapat tersebut juga sejalan dengan Agus Wibowo (2013:13) yang mendefinisikan pendidikan karakter sebagai pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya.

(29)

14

lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

B. Tahapan Pengembangan Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter, terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap peserta didik ada tahapan strategi yang harus dilalui. Lickona (2013, 74-87) menjelaskan mengenai tahapan pendidikan karakter dalam sebuah model yang dikenal dengan “components of good character”, meliputi 1. Moral Knowing/ Pengetahuan Moral

Pengetahuan moral ini maksudnya ialah seseorang dapat mengetahui mana yang baik dan buruk. Dimensi yang termasuk dalam moral knowing termasuk dalam ranah kognitif, di antaranya kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, keberanian mengambil keputusan, dan pengetahuan diri. Tujuannya diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Dalam pengetahuan moral ini peserta didik harus mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal juga memahami secara logis dan rasional pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan.

2. Moral Feeling/ Perasaan Moral

(30)

15

kesadaran akan jati diri, percaya diri, kepekaan terhadap derita orang lain, cinta kebenaran, pengendalian diri, dan rendah hati. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia.

Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional peserta didik, hati, atau jiwa. Bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi peserta didik sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan dalam diri peserta didik. Untuk mencapai tahapan ini guru bisa memasukinya dengan kisah-kisah yang menyentuh hati atau modelling. Hal itu dapat dengan menggunakan cerita rakyat tema budaya local atau ceria kepahlawanan. Selain itu, guru juga dapat melakukan keteladanan. Melalui tahap ini pun peserta didik diharapkan mampu menilai diri sendiri dan semakin mengetahui kekurangan-kekurangannya.

3. Moral Doing/ Tindakan Moral

Tindakan moral merupakan hasil dari dua komponen moral yaitu moral knowing dan moral feeling. Agar dapat terdorong untuk berbuat baik maka harus memenuhi tiga aspek karakter, yaitu kompetensi, keinginan, dan kebiasaan. Kompetensi disini maksudnya adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif.

(31)

16

Peserta didik menjadi semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan sayang, adil serta murah hati dan seterusnya. Jika hal tersebut telah tercapai maka tindakan selanjutnya adalah pembiasaan dan pemotivasian.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Karakter juga menjangkau emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral action (perbuatan bermoral).

C. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

(32)

17

Implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dalam beberapa cara. Berikut akan dijabarkan konsep implementasi pendidikan karakter tersebut, antara lain

1. Implementasi Pendidikan Karakter menurut Agus Wibowo

Implementasi pendidikan karakter menurut Agus Wibowo (2013:15-24) dapat dilakukan melalui

a. Terintegrasi dalam pembelajaran

Artinya pengenalan nilai-nilai, kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

b. Terintegrasi dalam pengembangan diri melalui ekstrakurikuler Artinya berbagai hal terkait dengan karakter diimplementasikan dalam kegiatan pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakrikuler seperti olahraga, keagamaan, seni budaya, kepramukaan, dan pasukan pengibar bendera.

c. Terintegrasi dalam manajemen sekolah

(33)

18

2. Implementasi Pendidikan Karakter menurut Novan Ardy

Implementasi pendidikan karakter menurut Novan Ardy (2013: 83-114) dapat dilakukan melalui

a. Manajemen sekolah yang berkarakter

Manajemen pendidikan karakter adalah strategi yang ditetapkan dalam pengembangan pendidikan karakter yang diselenggarakan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai luhur untuk mewujudkan misi sosial sekolah melalui kegiatan manajemen.

b. Terintegrasi dalam proses pembelajaran

Implementasi pendidikan karakter secara terintegrasi dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

c. Pengembangan budaya sekolah berbasis pendidikan karakter

Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri seperti kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengondisian.

d. Kegiatan ektrakurikuler

(34)

19

mengembangkan bakat, minat, kreativitas, dan karakter peserta didik di sekolah. Kegiatan ekstrakrikuler yang dapat mengembangkan karakter yaitu olahraga, keagamaan, seni budaya, kepramukaan, dan pasukan pengibar bendera.

3. Implementasi Pendidikan Karakter menurut Syamsul Kurniawan

Implementasi pendidikan karakter menurut Syamsul Kurniawan (2013: 109-115) dapat dilakukan melalui

a. Integrasi dalam mata pelajaran yang ada

Pengembangan nilai-nilai karakter diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dan setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP.

b. Mata pelajaran dalam mulok

Mulok artinya program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah setempat yang perlu diajarkan kepda siswa. Mulok ini dipilih dan ditetapkan oleh sekolah/daerah seperti pelajaran bahasa daerah. Pengembangan nilai karakter dalam mulok bertujuan untuk menjembatani kesenjangan peserta didik dengan lingkungannya. c. Kegiatan pengembangan diri

(35)

20

Dari ketiga model diatas dapat diketahui bahwa konsep implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui berbagai macam cara. Ketiganya pun memiliki kesamaan dalam pengimplementasiannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan dan mereduksi ketiga model pengimplementasian tersebut. Model yang dipilih disesuaikan dengan SD Negeri Sinduadi 2 yaitu

1. Terintegrasi dalam proses pembelajaran

Implementasi pendidikan karakter secara terintegrasi dalam proses pembelajaran (Agus Wibowo, 2013:16) adalah pengenalan nilai, kesadaran akan pentingnya nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran tidak hanya menjadikan peserta didik menguasai kompetensi yang ditargetkan tapi juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikan perilaku. Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran ini tidak hanya pada pendidikan agama dan PKn saja tapi juga pada mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan lainnya.

2. Pengembangan budaya sekolah

(36)

21 a. Kegiatan rutin

Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat (Novan Ardy, 2013:104). Kegiatan rutin ini seperti upacara bendera, senam, shalat berjamaah, piket, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, serta mengucap salam.

b. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan (Syamsul Kurniawan, 2013:115) adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik pada saat itu juga dan tidak terjadwal. Kegiatan ini seperti menegur jika ada peserta didik yang berlaku kurang baik, memberikan pujian, dan melerai jika terjadi pertengkaran.

c. Keteladanan

Keteladanan (Mulyasa, 2013:167) merupakan perilaku dan sikap guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan yang baik sehingga dapat menjadi panutan bagi peserta didik lain. Keteladanan ini seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik, datang tepat waktu, dan jujur. d. Pengkondisian

(37)

22 3. Kegiatan ektrakurikuler

Kegiatan ektrakurikuler (Mamat Supriatna, 2010:1) merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan karakter akan dijelaskan sebagai berikut Tabel 1. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Nilai Karakternya

No Kegiatan

Ekstrakurikuler Nilai yang Diajarkan

1 Kepramukaan Demokratis, disiplin, kerja sama, rasa kebangsaan, toleransi, peduli sosial dan lingkungan, cinta damai, kerja keras 2 UKS dan PMR Peduli sosial, toleransi, disiplin,

komunikatif

3 Olahraga Sportivitas, menghargai prestasi, kerja keras, cinta damai, disiplin, jujur

4 Kerohanian Religius, rasa kebangsaan, cinta tanah air

5 Seni Budaya Disiplin, jujur, sopan santun, peduli budaya, peduli sosial, cinta tanah air, semangat kebangsaan.

(38)

23

dalam sistem pendidikan tersebut dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebajikan (moral).

D. Perkembangan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar

Pada implementasi pendidikan karakter, guru juga harus memperhatikan tahapan perkembangan karakter peserta didik. Peserta didik usia SD berada pada usia 7-12 tahun. Pada usia tersebut menurut Piaget (John W. Santrock, 2007: 117-118), anak berada pada tahap transisi dan moralitas otonom. Tahap transisi biasanya dimiliki oleh peserta didik di kelas rendah. Oleh karena itu, anak kadang-kadang menunjukkan ciri-ciri moral pada periode heteronom dan kadang-kadang menunjukkan ciri-ciri moral pada periode otonom. Hal ini berbeda dengan peserta didik di kelas tinggi yang berada pada tahap moralitas otonom.

Anak dalam pekembangan moral heteronom, memandang tingkah laku baik/buruk dari akibat yang ditimbulkan. Pada tahap ini pemahaman terhadap peraturan adalah mutlak (tidak dapat diubah) dan baik/buruknya suatu tingkah laku ditentukan oleh orang dewasa. Jadi, anak bertingkah laku baik untuk menjauhi hukuman dan tekanan dari orang tua maupun guru.

(39)

24

Piaget (Hurlock, 1978:80) menyatakan antara usia 5 sampai 12 tahun, konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku tentang benar dan salah yang telah dipelajari dari orang tua menjadi berubah. Anak yang lebih muda ditandai dengan moral heteronomous (kaku) sedangkan anak usia 10 tahun sudah bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas autonomous (relatif).

Pendapat lain mengenai moral juga diungkapkan oleh Kohlberg (Santrock, 2007:118-119) yang menyatakan ada enam tahap perkembangan moral. Keenam tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yaitu pra-konvensional, pra-konvensional, dan pasca-konvensional. Dari tahapan tersebut, anak usia SD tergolong dalam tahap berikut

1. Pra-konvensional (4-9 tahun)

Pada tahap ini, anak menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkah laku individu tunduk pada peraturan dari luar.

Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman

(40)

25 Tahap 2. Orientasi minat pribadi

Perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Anak kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri. Anak menyesuaikan diri terhadap harapan sosial untuk memperoleh penghargaan.

2. Konvensional (10-15 tahun)

Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat (bersifat konformitas)

Tahap 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik)

Seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menyesuaikan dengan orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut.

Tahap 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan)

(41)

26

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa Kohlberg (Rita Eka Izzaty dkk, 2008:110-111) memperluas teori Piaget dan menyebut tingkat kedua dari perkembangan moral anak usia 5 sampai 12 tahun sebagai tingkat moralitas dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama disebut moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan hubungan yang baik. Dalam tahap kedua Kohlberg menyatakan bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok, anak harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan.

Berdasarkan teori-teori yang telah diungkapkan diatas dapat dijelaskan bahwa pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhirnya anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Dengan demikian, pada usia sekolah dasar sudah dapat ditanamkan nilai-nilai karakter bahkan sangat penting bagi perkembangan moral selanjutnya. Hal ini karena sejalan dengan pertambahan usia anak, biasanya anak mulai memberontak pada disiplin yang diterapkan di rumah atau sekolah.

Perilaku minimal yang dapat dikembangkan untuk jenjang SD/MI menurut Nurul Zuriah (2008:70) antara lain

(42)

27 3. Tumbuhnya disiplin diri

4. Memiliki rasa menghargai diri sendiri 5. Memiliki rasa tanggung jawab

6. Tumbuhnya potensi diri

7. Tumbuhnya cinta dan kasih sayang

8. Memiliki kebersamaan dan gotong royong 9. Memiliki rasa kesetiakawanan

10. Memiliki sikap saling menghormati 11. Memiliki tata krama dan sopan santun 12. Tumbuhnya kejujuran

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter individu pada umumnya melalui berbagai proses dan banyak faktor yang berperan selama proses pembentukan karakter berlangsung. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. V. Campbell dan R. Obligasi (http://eprints.uny.ac.id/21225/1/Membangun%20karakter%20-nur%20 cholimah.ppt) menyatakan ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan karakter seseorang, yaitu

1. Faktor keturunan

2. Pengalaman masa kanak-kanak

3. Pemodelan oleh orang dewasa atau orang yang lebih tua 4. Pengaruh lingkungan sebaya

(43)

28

6. Subtansi materi di sekolah atau lembaga pendidikan lain 7. Media massa

Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter juga diungkapkan oleh Sjarkawi (2006: 19-20) yang mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi dua faktor yaitu

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor biologis. Faktor biologis yang dimaksud dapat membentuk karakter seseorang bukan hanya faktor genetik tetapi juga faktor fisiknya.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya berasal dari lingkungan seseorang seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat.

a. Keluarga

Keluarga menjadi kelompok sosial pertama yang dialami oleh anak. Di keluarga, anak tumbuh dan berkembang sehingga akan mempengaruhi kepribadiannya. Terutama dari cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya.

(44)

29

menanamkan karakter pada anak sehingga anak mempunyai karakter yang baik.

b. Sekolah

Pertumbuhan karakter tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, sehingga baik dan buruknya akhlak seseorang sangat tergantung pada pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri, salah satu diantaranya ialah menjadikan manusia sebagai insan kamil.

Sekolah mengembangkan proses pendidikan karakter melalui proses pembelajaran, habituasi, kegiatan ekstrakurikuler dan bekerjasama dengan keluarga dan masyarakat dalam pengembangannya. Setiap sekolah pasti akan memberikan kesempatan untuk melaksanakan karakter baik kepada peserta didiknya. Faktor sekolah yang dipandang berpengaruh yaitu iklim kelas, sikap guru, tata tertib, dan prestasi belajar (Sagimun, 1955:49).

c. Masyarakat

(45)

30

atau cara berperilaku. Seorang yang hidup dalam lingkungan sosial yang baik secara langsung atau tidak dapat membentuk kepribadian manusia menjadi baik, begitu pula sebaliknya jika seseorang yang hidup dalam lingkungan sosial yang tidak mendukung dalam proses pembentukan karakter maka setidaknya dia akan terbawa atau terpengaruh oleh lingkungan tersebut.

F. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Keberhasilan pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A (Muchlas Samani & Hariyanto, 2013:27-28) sebagai berikut

Tabel 2. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter SD/MI

No Indikator Pendidikan Karakter Nilai Karakter 1 Menjalankan ajaran agama yang dianut

sesuai dengan tahap perkembangan anak

iman dan takwa, bersyukur

2 Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri

Jujur, mawas diri 3 Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku

dalam lingkungannya

disiplin 4 Menghargai keberagaman agama, budaya,

suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya

terbuka, nasionalistik, menghargai,

harmonis, dan toleran 5 Menggunakan informasi tentang lingkungan

sekitar secara logis, kritis, dan kreatif

bernalar, kreatif, kritis, dan tanggap 6 Menunjukkan kemampuan berpikir logis,

kritis, dan kreatif dengan bimbingan guru/pendidik

bernalar, kreatif, kritis

7 Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya

bernalar,

kuriositas/kepenasaran intelektual

8 Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari

bernalar, mampu memecahkan masalah 9 Menunjukkan kemampuan mengenali gejala

alam dan sosial di lingkungan sekitar

(46)

31

10 Menujukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan

peduli, tanggung jawab

11 Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air

12 Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal

nasionalistik 13 Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat,

bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang

bersih, tanggung jawab, menghargai kesehatan, kreatif 14 Berkomunikasi secara jelas dan santun santun

15 Bekerjasama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya

gotong royong, peduli

16 Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis

gigih, tekun 17 Menunjukan keterampilan menyimak,

berbicara, membaca, menulis, dan berhitung

bernalar, teliti

Selain menurut indikator di atas, pendidikan karakter juga memiliki nilai-nilai karakter. Berikut ini akan disajikan nilai-nilai karakter utama beserta indikatornya, baik indikator sekolah maupun indikator sekolah.

Tabel 3. Nilai-nilai Karakter dan Indikatornya

No Nilai Deskripsi Indikator

Sekolah Indikator Kelas 1 Religius Sikap dan

perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

a. Merayakan hari-hari besar keagamaan. b. Memiliki

fasilitas yang dapat peserta didik untuk peserta didik untuk

(47)

32 2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

a. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang. temuan barang hilang.

2) Tempat pengumuman barang temuan atau hilang. 3) Larangan

menyontek.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang

lain yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status perilaku tertib dan patuh pada berbagai

(48)

33

berdisiplin. e. Menegakkan

aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah. 5 Kerja Keras Perilaku yang

menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan

belajar, tugas dan tentang slogan atau motto tentang kerja keras. kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar.

3) Memiliki pajangan tentang slogan atau motto dan bertindak kreatif.

1) Menciptakan situasi belajar yang bisa

perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

a. Menciptakan situasi sekolah yang

membangun kemandirian

1) Menciptakan suasana kelas yang

(49)

34 menyelesaikan tugas-tugas

peserta didik. kepada peserta didik untuk bekerja

mandiri. 8 Demokratis Cara berpikir,

bersikap, dan bertindak yang menilai sama warga sekolah dalam setiap yang dialogis dan interaktif. 9 Rasa Ingin

Tahu

Sikap dan

tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari atau informasi (media cetak

warga sekolah untuk teknologi, dan budaya.

1) Menciptakan suasana kelas yang

mengundang rasa ingin tahu. 2) Eksplorasi

lingkungan secara terprogram. 3) Tersedia media

komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).

10 Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

(50)

35 menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

hari-hari besar nasional.

11 Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

a. Menggunakan produk buatan dalam negeri.

1) Memajang foto presiden dan

produk buatan dalam negeri.

12 Menghargai Prestasi

Sikap dan

(51)

36

orang lain. pembelajaran

untuk memotivasi peserta didik berprestasi. 13 Bersahabat/

Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan menjaga jarak dengan peserta didik.

14 Cinta Damai

Sikap,

perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas seluruh warga sekolah yang penuh kasih sayang.

1) Menciptakan suasana kelas yang damai. 2) Membiasakan

perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. 3) Pembelajaran

yang tidak bias gender.

(52)

37

berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya. fasilitas dan suasana peserta didik. 2) Frekuensi

tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah dan air bersih. d.Pembiasaan

(53)

38

tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

fasilitas untuk menyumbang.

1) Berempati kepada sesama teman kelas.

seseorang untuk melaksanakan

tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

a. Membuat laporan setiap kegiatan yang

Sumber: Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter, Endah Sulistyowati, 2012

(54)

39

antara satu sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah. Budaya sekolah tersebut maksudnya yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut. Dengan demikian, akan tercipta sekolah yang tidak hanya melahirkan generasi muda yang berprestasi saja tetapi juga berkarakter.

Peserta didik dinilai telah mencapai kriteria pendidikan karakter di kelas apabila mereka mampu menilai hal yang baik dan buruk. Selain itu, mereka sangat peduli dengan hal yang benar dan melakukan hal-hal yang benar tersebut sesuai dengan aturan yang ada. Jadi peserta didik tidak hanya mengetahui nilai-nilai karakter yang baik saja tapi juga menyadari hal yang baik dan buruk dan menerapkannya dalam kehidupan. Dengan demikian, akan tercipta kelas yang kondusif.

G. Hasil Penelitian yang Relevan

(55)

40

pemahaman yang berbeda mengenai pendidikan karakter. Nilai karakter yang dikembangkan di sekolah yaitu nilai religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sekolah tersebut menggunakan model gabungan yaitu model terintegrasi pada setiap mata pelajaran serta luar pengajaran.

Wulandari Endah Ayu (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Penanaman Nilai-Nilai Karakter di Sekolah Dasar Negeri 4 Wates, menyimpulkan bahwa SD Negeri 4 Wates telah menanamkan nilai-nilai karakter. Penanaman nilai-nilai karakter di SD Negeri 4 Wates dilakukan melalui pembiasaan dan pembudayaan. Selain itu, juga dengan mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran yang sudah ada.

Esa Yusti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pembentukan Karakter Peserta Didik melalui Penyelenggaraan Kantin Kejujuran di SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas, menyimpulkan bahwa penyelenggaraan kantin kejujuran telah memberikan dampak positif terhadap karakter peserta didik di SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas. Karakter yang hendak dibentuk oleh SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas ialah kejujuran peserta didik. Menurut penelitiaannya nilai kejujuran peserta didik semakin hari semakin baik dan mulai tertanam dalam diri peserta didik.

(56)

41

Keputran VII untuk menanamkan karakter pada siswanya. Penelitian Wulandari Endah Ayu hanya menekankan pada proses penanaman nilai-nilai karakter, sedangkan penelitian Esa Yusti menekankan pada pengimplementasian nilai kejujuran melalui kantin kejujuran. Hal tersebut tentu berbeda dengan penelitian ini. Perbedaannya terletak pada settingnya. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sinduadi 2 yang merupakan sekolah berorientasi pendidikan karakter dan telah menerapkan pendidikan karakter sejak beberapa tahun yang lalu. Selain itu, penelitian ini lebih menekankan pada proses pendidikan karakter yang diimplementasikan pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2 dan faktor-faktor yang mendukung serta menghambat proses implementasi pendidikan karakter di SD tersebut.

H. Kerangka Berfikir

Sekolah sebagai sebuah lembaga formal membantu peserta didik belajar dan berkembang. Sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual saja. Akan tetapi, sekolah juga bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter peserta didiknya (character building).

(57)

42

satu cara untuk memcetak generasi muda yang berkarakter mulia adalah melalui pendidikan karakter.

Pendidikan karakter di sekolah merupakan tanggung jawab seluruh komponen yang terlibat dalam pendidikan di sekolah tersebut. Guru dan kebijakan dalam sekolah memiliki peran pokok dalam pembentukan karakter peserta didik. Melalui kebijakan-kebijakan maupun peraturan-peraturan dalam sekolah, guru dapat mengaktualisasi pendidikan karakter pada peserta didik. Pendidikan karakter yang berisi nilai-nilai karakter yang ditelah ditentukan oleh sekolah dan strategi yang diimplementasikan pihak sekolah menentukan keberhasilan pendidikan karakter di sekolah tersebut.

I. Pertanyaan Peneliti

Pertanyaan peenelitian dikembangkan berdasarkan rumusan masalah dan digunakan sebagai rambu-rambu untuk memperoleh data penelitian. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2 melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran?

2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2 melalui kegiatan pengembangan budaya sekolah? 3. Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD

Negeri Sinduadi 2 melalui kegiatan ekstrakurikuler?

(58)

43

(59)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sinduadi 2 yang terletak di Kutu Patran kelurahan Sinduadi kecamatan Mlati kabupaten Sleman. Alokasi waktu penelitian ini selama 1 bulan yaitu dari bulan November sampai Desember 2015.

2. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sugiyono (2011:15) mengemukakan

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Selain itu, penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Nana Syaodih, 2010:60).

(60)

45

bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. Penelitian ini lebih memperhatikan karakteristik, kualitas, dan keterkaitan antarkegiatan. Dalam penelitian deskriptif kualitatif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2. Selain itu, juga untuk mengetahui faktor pendukung maupun faktor penghambat dari implementasi pendidikan karakter di SD tersebut. Oleh karena itu, data yang diperlukan berupa uraian kata-kata. Hasilnya pun dalam bentuk deskripsi kata-kata dan gambar bukan dalam bentuk angka/statistik.

B. Subjek Penelitian

Moleong (2012:132) memaparkan subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi. Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2013:88) subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jadi, subjek penelitian merupakan sumber data yang diperlukan peneliti dalam rangka untuk memperoleh data penelitian.

(61)

46

pengambilan subjek menggunakan teknik snow ball. Teknik snow ball memulai dari jumlah subjek yang sedikit semakin lama berkembang menjadi banyak. Subjek yang melalui teknik ini jumlah informan yang menjadi subjeknya akan terus bertambah sesuai dengan terpenuhinya kebutuhan informasi. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu

1. Kepala sekolah

Sebagai sumber informasi kunci untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2.

2. Guru

Sebagai sumber informasi utama terkait proses pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2 beserta faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Guru yang dipilih menjadi informan yaitu guru kelas, guru agama, dan guru olahraga.

3. Peserta didik

Sebagai sumber informasi yang merasakan implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Sinduadi 2. Peserta didik yang dijadikan subjek penelitian yaitu peserta didik dari kelas I sampai kelas VI. Peneliti mewawancarai kelas rendah dan kelas tinggi secara bertahap.

C. Teknik Pengumpulan Data

(62)

47

dengan teknik yang lainnya. Berikut ini teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain

1. Observasi

Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 220) mendefinisikan observasi (observation) merupakan suatu metode atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi menurut Arikunto (2013:199) meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara teliti. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Sugiyono (2011:205) mengemukakan bahwa dari segi instrumen yang digunakan, observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipatif. Dari segi instrumen, peneliti menggunakan observasi terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh data yang lengkap, akurat, dan objektif.

(63)

48 2. Wawancara

Michalak dan Yager (Wardani dkk, 2011: 2.29) menjelaskan wawancara adalah metode pengumpulan informasi/data yang dilakukan melalui pengajuan pertanyaan secara kontak langsung. Pendapat lain mengenai wawancara juga dikemukakan Arikunto (2013: 198) yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Esterberg (Sugiyono, 2011:319-320) menjelaskan bahwa wawancara terbagi menjadi 3 macam, antara lain a. Wawancara terstuktur, yaitu wawancara dengan mengggunakan

pedoman wawancara yang disusun secara terperinci disertai dengan alternatif jawabannya.

b. Wawancara semiterstuktur, yaitu wawancara yang lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstuktur, sehingga responden memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menyampaikan pendapat dan ide-idenya. Wawancara jenis ini termasuk dalam kategori in-depth interview.

(64)

49

yaitu untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Selain itu juga cukup objektif tapi tetap menyajikan informasi yang mendalam tentang pendapat dan alasan responden.

Metode wawancara ini dilakukan dengan kepala sekolah yang dilanjutkan pada guru dan peserta didik SD Negeri Sinduadi 2. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah yang sangat memahami hal-hal yang berhubungan dengan implementasi pendidikan karakter pada peserta didiknya. Wawancara terhadap guru difokuskan pada proses pendidikan karakter pada peserta didik serta faktor pendukung dan faktor penghambatnya, sedangkan wawancara terhadap peserta didik dilakukan untuk mengetahui tanggapan peserta didik terhadap proses pendidikan karakter yang dilakukan di SD Negeri Sinduadi 2.

3. Dokumentasi

(65)

50

Untuk memperoleh data dokumentasi tentang implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Sinduadi 2, peneliti menggunakan foto yang diambil secara langsung dan arsip sekolah. Peneliti juga menggunakan catatan pribadi dan catatan dari guru. Selain itu, studi dokumentasi juga diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada di sekolah seperti tata tertib, jadwal, dan lain sebagainya.

D. Instrumen Penelitian

Nurul Zuriah (2008: 168) menyatakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Penelitian ini dibantu dengan pedoman instrumen observasi, pedoman wawancara, dokumentasi alat perekam, kamera, dan alat tulis. Oleh karena itu peneliti memerlukan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan panduan dokumentasi.

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi disusun sebelum kegiatan observasi dilaksanakan agar tetap fokus pada konteks penelitian. Berikut ini tabel kisi-kisi pedoman observasi.

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi

Aspek Sub Aspek Indikator No Butir

Keadaan sekolah

Fisik Keadaan

geografis

1 Non fisik Visi dan misi 2

Kurikulum 3a

Komponen sekolah

4a, 4b, 4c, 4h, 4i

Implementasi pendidikan karakter

Pembelajaran Silabus dan RPP 3b, 3c, 4e, 5h Pelaksanaan

pembelajaran

(66)

51

Budaya kelas 5d Budaya

sekolah

Kegiatan rutin 7 Kegiatan spontan 8 Keteladanan 9 Pengkondisian 10 Ekstrakurikuler Pelaksanaan 6 2. Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan kegiatan wawancara terlebih dahulu peneliti membuat pedoman wawancara sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan wawancara agar tetap terfokus pada tujuan utama. Berikut ini merupakan kisi-kisi pedoman wawancara.

Tabel 5. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Aspek Sub Aspek Indikator No Butir Ekstrakurikuler 28, 29

Faktor yang mempengaruhi

Pendukung 23, 30, 31, 32, 33 Penghambat 34, 35

Tabel 6. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru

(67)

52 Faktor yang mempengaruhi

Pendukung 30, 31, 32, 33 Penghambat 34, 35

Tabel 7. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Peserta Didik

Aspek Sub Aspek Indikator No Butir

Keadaan sekolah

Komponen sekolah

Keadaan peserta didik

1, 2, 3, 4 Pendidikan

karakter

Program sekolah

Proses

pembelajaran

6, 7, 8, Budaya sekolah 9, 10, 11 Ekstrakurikuler 5

3. Dokumentasi

Panduan dokumentasi diperlukan untuk mempermudah peneliti dalam penyusunan pembahasan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumen catatan pribadi, buku harian, foto, dan dokumen-dokumen yang ada di sekolah seperti jadwal pelajaran, tata tertib dan lain sebagainya.

E. Teknik Analisis Data

(68)

53

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman (2009:16-20) yaitu sebagai berikut

Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) a. Reduksi Data

Reduksi data (Miles dan Huberman 2009:16) diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data “kasar” yang muncul dari catatan -catatan tertulis di lapangan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Selain itu, akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung.

(69)

54

pendidikan karakter pada peserta didik. Selain itu juga tentang kondisi fisik dari SD Negeri Sinduadi 2 serta faktor yang mendukung dan menghambat pengimplementasian pendidikan karakter.

b. Penyajian Data

Display data merupakan penyajian data dalam bentuk uraian singkat (keterangan atau penjelasan mengenai suatu hal secara singkat), bagan (gambaran/sketsa buram untuk memeperlihatkan atau menerangkan sesuatu), hubungan antar kategori, flowchart (suatu bagan dengan simbol-simbol tertentu yang menggambarkan urutan proses secara mendetail dan hubungan antara suatu proses dengan proses lainnya dalam suatu program), dan sejenisnya. Display data memudahkan untuk mengetahui hal-hal yang terjadi. Setelah itu dapat merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan hal-hal yang telah dipahami.

Dalam penelitian ini data yang disajikan berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2 beserta faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Data disajikan dalam bentuk uraian singkat yang bersifat deskriptif dan tabel. Data diperoleh dari hasil observasi kegiatan sekolah, hasil wawancara, dan dokumentasi.

c. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

(70)

55

menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang bersifat tentatif, akan tetapi dengan bertumbuhnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus maka diperoleh kesimpulan yang bersifat grounded. Dengan kata lain, setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan yang dilakukan secara induktif. Induktif maksudnya ialah cara berpikir yang terbebas dari asumsi awal. Kesimpulan dalam penelitian ini berkaitan dengan proses implementasi pendidikan karakter pada peserta didik di SD Negeri Sinduadi 2 beserta faktor pendukung dan faktor penghambatnya.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

(71)

56

(72)

57 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 2 merupakan sekolah yang beralamatkan di Kutu Patran, Sinduadi, Mlati, Sleman. Lokasi SD tersebut merupakan kawasan padat penduduk dan dekat dengan pusat perbelanjaan seperti mall serta tempat hiburan. Sekolah ini didirikan pada tahun 1980 di atas tanah seluas 3000 m2 dengan luas bangunan 620 m2

.

Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 2 memiliki 10 orang guru yang terdiri dari guru kelas I sampai kelas VI, seorang guru agama, seorang guru olahraga, seorang guru bahasa inggris, dan seorang kepala sekolah. Selain itu, untuk mendukung kegiatan sekolah bidang kebudayaan maka pihak sekolah juga memfasilitasi seorang pengampu seni tari dan karawitan. Pihak sekolah juga bekerjasama dengan komite, museum, dan kepolisian untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik.

Gambar

Tabel 3. Nilai-nilai Karakter dan Indikatornya
gambar gambar kehidupan
gambar gambar kehidupan
gambar gambar kehidupan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan sumber acuan bagi penelitian lebih lanjut mengenai pelat timbal bekas tutup instalasi listrik pada atap rumah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil simpulan bahwa ciri khas soal penalaran model TIMSS yang dikembangkan yaitu soal berupa tes tertulis

Indium diaktivasi dengan dosis neutron lamb at pada nilai dosis 70 mrem - 2300 mrem, dan aktivitas yang terjadi diukur dengan alat cacah gamma.. Hasil percobaan ini diharapkan

Pelapisan benih merupakan pembungkusan benih dengan zat tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja benih pada waktu dikecambahkan, melindungi benih dari

“ Pada saat ini tingkat kepatuhan wajib pajak masih sangat rendah, hal ini disebabkan dikarenakan para wajib pajak enggan untuk membyar pajak. Hal tersebut

(3) Kawasan perikanan budidaya air laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tersebar di Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten

[r]