ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009 Studi Kasus di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Serba Usaha Migas Cepu
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Aloysius Yoga Widyatmoko NIM : 082114127
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009 Studi Kasus di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Serba Usaha Migas Cepu
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Aloysius Yoga Widyatmoko NIM : 082114127
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah
dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur “
( Filipi 4: 6 )
Skripsi ini kupersembahkan untuk : ♥ Tuhan Yesus dan Bunda Maria
♥ Bapak, ibu dan nenekku tercinta
♥ Kakak dan Susana Nugrahani
♥ Teman akt’08 terbaik
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Rm. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi kepada penulis,
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan
memberikan kesempatan belajar di Program Studi Akuntansi kepada
penulis.
4. M. Trisnawati Rahayu, S.E, M.Si., Ak., QIA selaku Pembimbing yang telah sabar membantu penulis dalam memberikan bimbingan, saran, dan
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vi
KATA PENGANTAR ...vii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ... . xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...xix
ABSTRAK ...xx
ABSTRACT ...xxi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...2
C. Tujuan Penelitian ...2
D. Manfaat Penelitian ...3
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6
A. Koperasi ...6
1. Pengertian Koperasi ...6
2. Prinsip Koperasi ...6
3. Fungsi dan Peranan Koperasi ...6
4. Jenis-jenis Koperasi ...7
B. Laporan Keuangan Koperasi ...9
1. Pengertian Laporan Keuangan ...9
2. Tujuan Laporan Keuangan ...12
C. Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi ...12
1. Pengertian Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi ...12
2. Tujuan dan Sasaran Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi.13 3. Kesehatan Koperasi ...13
4. Tata cara penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi ...14
BAB III METODE PENELITIAN ...35
A. Jenis Penelitian ...35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...35
C. Subjek dan Objek Penelitian ...35
D. Data yang dibutuhkan ...36
E. Teknik Pengumpulan Data ...36
xi
BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI ...53
A. Sejarah Koperasi ...53
B. Visi dan Misi Koperasi ...54
C. Jenis Usaha dan Kegiatan...55
D. Lokasi dan Tata Letak Koperasi ...55
E. Manajemen Koperasi ...56
F. Sturktur Organisasi Koperasi ...57
G. Pembagian Tugas Antar Bagian ...58
H. Kinerja Usaha Terkini Koperasi...63
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...64
A. Deskripsi Data ...64
B. Analisis Data ...64
1. Aspek Permodalan ...64
2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif ...71
3. Aspek Manajemen ...74
4. Aspek Efisiensi ...83
5. Aspek Likuiditas ...84
6. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan...86
7. Aspek Jatidiri Koperasi ...87
C. Hasil Perhitungan Skor Tingkat Kesehatan Koperasi ...89
1. Aspek Permodalan ...89
2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif ...91
xii
4. Aspek Efisiensi ...91
5. Aspek Likuiditas ...92
6. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan ...93
7. Aspek Jatidiri Koperasi ...94
BAB VI PENUTUP ...104
A. Kesimpulan ...104
B. Keterbatasan Penelitian ...105
C. Saran ...105
DAFTAR PUSTAKA ...106
xiii
DAFTAR TABEL
II.1 Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Koperasi ...15
II.2 Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset ...17
II.3 Standar Perhitungan Skor Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko ...18
II.4 Standar Perhitungan Skor Rasio Kecukupan Modal Sendiri ...19
II.5 Standar Perhitungan Skor Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap total volume pinjaman ...20
II.6 Standar Perhitungan Skor Rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan ...21
II.7 Standar Perhitungan Skor Rasio cadangan risiko koperasi terhadap pinjaman bermasalah ...22
II.8 Standar Perhitungan Skor Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman diberikan...22
II.9 Standar Perhitungan Skor Manajemen Umum ...24
II.10 Standar Perhitungan Skor Kelembagaan ...24
II.11 Standar Perhitungan Skor Manajemen Permodalan ...24
II.12 Standar Perhitungan Skor Manajemen Aktiva ...25
II.13 Standar Perhitungan Skor Manajemen Likuiditas ...25
II.14 Standar Perhitungan Skor Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto ...26
II.15 Standar Perhitungan Skor Rasio beban usaha terhadap SHU kotor ...27
II.16 Standar Perhitungan Skor Rasio efisiensi pelayanan ...28
xiv
II.18 Standar Perhitungan Skor Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap
dana yang diterima ...29
II.19 Standar Perhitungan Skor Rasio rentabilitas asset ...30
II.20 Standar Perhitungan Skor Rasio rentabilitas modal sendiri ...31
II.21 Standar Perhitungan Skor Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan ...32
II.22 Standar Perhitungan Skor Rasio partisipasi bruto ...33
II.23 Standar Perhitungan Skor Rasio Promosi Ekonomi Anggota ...34
III.1 Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset ...37
III.2 Standar Perhitungan Skor Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko ...38
III.3 Standar Perhitungan Skor Rasio Kecukupan Modal Sendiri ...39
III.4 Standar Perhitungan Skor Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap total volume pinjaman ...40
III.5 Standar Perhitungan Skor Rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan ...41
III.6 Standar Perhitungan Skor Rasio cadangan risiko koperasi terhadap pinjaman bermasalah ...41
III.7 Standar Perhitungan Skor Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman diberikan...42
III.8 Standar Perhitungan Skor Manajemen Umum ...43
III.9 Standar Perhitungan Skor Kelembagaan ...43
III.10 Standar Perhitungan Skor Manajemen Permodalan ...44
III.11 Standar Perhitungan Skor Manajemen Aktiva ...44
xv
III.13 Standar Perhitungan Skor Rasio beban operasi anggota terhadap
partisipasi bruto ...45
III.14 Standar Perhitungan Skor Rasio beban usaha terhadap SHU kotor ...46
III.15 Standar Perhitungan Skor Rasioefisiensi pelayanan ...46
III.16 Standar Perhitungan Skor Rasio Kas ...47
III.17 Standar Perhitungan Skor Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima ...48
III.18 Standar Perhitungan Skor Rasio rentabilitas asset ...48
III.19 Standar Perhitungan Skor Rasio rentabilitas modal sendiri ...49
III.20 Standar Perhitungan Skor Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan ...50
III.21 Standar Perhitungan Skor Rasio partisipasi bruto ...51
III.22 Standar Perhitungan Skor Rasio Promosi Ekonomi Anggota ...51
III.23 Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Koperasi ...52
V.1.1 Perhitungan Rasio modal sendiri terhadap total asset ...65
V.1.2 Perhitungan Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko ...66
V.1.3 Perhitungan Rasio Kecukupan Modal Sendiri ...66
V.1.3.1 Perhitungan Modal Sendiri Tertimbang tahun 2009 ...67
V.1.3.2 Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko tahun 2009...68
V.1.3.4 Perhitungan Modal Sendiri Tertimbang tahun 2010 ...68
V.1.3.5 Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko tahun 2010...69
V.1.3.6 Perhitungan Modal Sendiri Tertimbang tahun 2011 ...70
xvi
V.2.1 Perhitungan Rasio volume pinjaman anggota terhadap
volume pinjaman diberikan ...72
V.2.2 Perhitungan Rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan ...72
V.2.3 Perhitungan Rasio cadangan risiko koperasi terhadap pinjaman bermasalah. ...73
V.2.4 Perhitungan Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman diberikan...73
V.3 Daftar Pertanyaan Aspek Manajemen ...74
V.3.1 Penilaian Manajemen tahun 2009 ...81
V.3.2 Penilaian Manajemen tahun 2010 ...81
V.3.3 Penilaian Manajemen tahun 2011 ...82
V.4.1 Perhitungan Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto ...83
V.4.2 Perhitungan Rasio beban usaha terhadap SHU kotor ...84
V.4.3 Perhitungan Rasio efisiensi pelayanan...84
V.5.1 Perhitungan Rasio kas ...85
V.5.2 Perhitungan Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima ...85
V.6.1 Perhitungan Rentabilitas Asset ...86
V.6.2 Perhitungan Rentabilitas Modal Sendiri ...87
V.6.3 Perhitungan Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan ...87
V.7.1 Perhitungan Rasio Partisipasi Bruto ...88
V.7.2 Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota ...88
xvii
V.8.2 Perhitungan Skor Rasio modal sendiri terhadap
pinjaman diberikan yang berisiko ...89
V.8.3 Perhitungan Skor Rasio Kecukupan Modal Sendiri ...90
V.9.1 Perhitungan Skor Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap total volume pinjaman ...90
V.9.2 Perhitungan Skor Rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan ...90
V.9.3 Perhitungan Skor Rasio cadangan risiko koperasi terhadap pinjaman bermasalah ...90
V.9.4 Perhitungan Skor Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman diberikan...91
V.10 Perhitungan Skor Aspek Manajemen ...91
V.11.1 Perhitungan Skor Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto ...91
V.11.2 Perhitungan Skor Rasio beban usaha terhadap SHU kotor ...92
V.11.3 Perhitungan Skor Rasio efisiensi pelayanan ...92
V.12.1 Perhitungan Skor Rasio Kas ...92
V.12.2 Perhitungan Skor Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima ...93
V.13.1 Perhitungan Skor Rasio rentabilitas asset ...93
V.13.2 Perhitungan Skor Rasio rentabilitas modal sendiri ...93
V.13.3 Perhitungan Skor Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan ...94
V.14.1 Perhitungan Skor Rasio partisipasi bruto ...94
V.14.2 Perhitungan Skor Rasio Promosi Ekonomi Anggota ...94
V.15 Tabel Ringkasan Perhitungan Rasio, Nilai, Bobot, dan Skor KPRI Serba Usaha Migas Cepu tahun 2009-2011 ...96
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perhitungan Rasio KPRI Serba Usaha Migas Cepu
Tahun 2009-2011...108
Lampiran 2 : Standar Operasional Prosedur
KPRI Serba Usaha Migas Cepu ...124
xx ABSTRAK
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009
Studi Kasus di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Serba Usaha Migas Cepu
Aloysius Yoga Widyatmoko 082114127
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan KPRI Serba Usaha Migas Cepu tahun 2009, 2010 dan 2011. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang dilakukan adalah membandingkan antara hasil perhitungan aspek penilaian tingkat kesehatan koperasi dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009.
Dari hasil analisis data diperoleh hasil data sebagai berikut: 1) Aspek permodalan: rasio modal sendiri terhadap total assettahun 2009-2011:54,2% , 49,7% dan 50,2 %. Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko tahun 2009-2011:140%, 153%, 209%. Rasio kecukupan modal sendiri tahun 2009-2011: 82,3%, 96,7%, 123,4%. 2) Aspek kualitas aktiva produktif: rasio volume pinjaman terhadap volume pinjaman diberikan tahun 2009-2011: 100%, 100%, 100%. Rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan tahun 2009-2011: 100%, 100%, 100%. Rasio cadangan risiko koperasi terhadap pinjaman bermasalah tahun 2009-2011:63,1%, 70,4%, 98,2%. Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman diberikan tahun 2009-2011: 100%, 100%, 100%. 3) Aspek manajemen dikatakan baik. 4) Aspek efisiensi: rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto tahun 2009-2011: 89,5%, 94%, 101,1%.Rasio beban usaha terhadap SHU kotor tahun 2009-2011:54,6%, 69,8%, 108,3%. Rasio efisiensi pelayanan tahun 2009- 2011:13,31%, 13,91%, 18,25%. 5) Aspek likuiditas: rasio kas tahun 2009-2011: 20%, 29%, 11%. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima tahun 2009-2011: 3,99%, 2,84%, 1,74%. 6) Aspek kemandirian dan pertumbuhan: rentabilitas asset tahun 2009-2011: 5%, 3,45%, 2,3%. Rentabilitas modal sendiri dari tahun 2009-2009-2011:6,40%, 5,97%, 3,90%. Rasio kemandirian operasional pelayanan tahun 2009- 2011: 18,4%, 18%, 11%. 7) Aspek jatidiri koperasi: rasio partisipasi bruto tahun 2009-2011: 17,4%, 19,4%, 22,9%. Rasio promosi ekonomi anggota tahun 2009-2009-2011: 13,9%, 13%, 8,2%.
xxi ABSTRACT
THE ANALYSIS OF A COOPERATIVE’S SOLVENCY LEVEL BASED ON THE REGULATION OF THE STATE MINISTRY OF
COOPERATIVE AND SMALL-MEDIUM ENTERPRISE OF REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 14/PER/M.KUM/XII/2009
A Case Study of Indonesian Republic Employee Cooperative of Oil and Gas Multi Business of Cepu
Aloysius Yoga Widyatmoko 082114127
Sanata Dharma University of Yogyakarta 2013
This research was aimed to know a solvency level of Indonesian Republic Employee Cooperative of Oil and Gas Multi Businesses (KPRI Serba Usaha Migas) of Cepu in 2009, 2010 and 2011. This research was conducted in July-August 2012. Data gathering techniques were used documentation and interview. Data analysis technique conducted was by comparing between cooperative health level judgment aspect calculation result and The Regulation of The State Minister
of Cooperative and Small-Medium Enterprise (UKM) Number:
14/Per/M.KUM/XII/2009.
The data analysis resulted as follows: 1) Capital aspect: self-capital ratio towards total asset in 2009-2011: 54.2%, 49.7% and 50.2%. The self-capital ratio towards risky loan given in 2009-2011: 140%, 153%, 209%. 2009-2011 self-capital sufficiency ratios: 82.3%, 96.7%, 123.4%. 2) Aspect of productive active quality: loan volume ratio towards loan volume given in 2009-2011: 100%, 100%, 100%. A risky loan ratio towards loan given in 2009-2011: 100%, 100%, 100%. A cooperative risk reserve ratio towards a risky loan in 2009-2011: 63.1%, 70.4%, 98.2%. A risky loan ratio towards loan given in 2009-2011: 100%, 100%, 100%. 3) A management aspect was mentioned in good condition. 4) Efficiency aspect: member’s cooperative burden ratio towards gross participation in 2009-2011: 89.5%, 94%, 101.1%. Business burden ratio towards gross business revenue (SHU) in 2011: 54.6%, 69.8%, 108.3%. Service efficiency ratio in 2009-2011: 13.31%, 13.91%, 18.25%. 5) Liquidity aspect: cash ratio in 2009-2009-2011: 20%, 29%, 11%. Loan ratio given towards fund accepted in 2009-2011: 3.99%, 2.84%, 1.74%. 6) Independence and growth aspects: 2009-2011 asset rentability: 5%, 3.45%, 2.3%. Self capital rentability in 2009-2011: 6.40%, 5.97%, 3.90%. Service operational independence ratio in 2009-2011: 18.4%, 18%, 11%. 7) Cooperative self-identity aspect: gross participation ratio in 2009-2011: 17.4%, 19.4%, 22.9%. Cooperative member’s economic promotion ratio in 2009-2011: 13.9%, 13%, 8.2%.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Koperasi merupakan lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha
dan pelayanan yang sangat membantu dan diperlukan oleh anggota koperasi
dan masyarakat. Kegiatan usaha yang dimaksud dapat berupa pelayanan
kebutuhan keuangan, perkreditan, kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain.
Tujuan adanya koperasi ini adalah membantu memperbaiki keadaan
ekonomi khususnya anggota koperasi serta memberikan kemudahan dalam
kegiatan pinjaman serta membantu anggota dalam memperbesar
kemampuan penggunaan uang secara bijaksana. Hal ini dapat dilihat pada
peran beberapa koperasi dalam menyediakan pinjaman yang relatif mudah
bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk
memperoleh pinjaman dari Bank. Tujuan ini dapat terwujud apabila
koperasi berada dalam keadaan sehat.
Kesehatan koperasi menjadi hal penting baik bagi pengurus, anggota
koperasi maupun pihak luar koperasi demi perkembangan usaha koperasi.
Bagi pengurus kesehatan koperasi mempunyai kegunaan sebagai dasar
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan di bidang keuangan. Bagi
anggota koperasi digunakan untuk menilai perkembangan usaha koperasi
digunakan untuk menilai perkembangan usaha koperasi sehingga
pihak luar mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap keamanan dana
yang disimpan dalam koperasi.
Penilaian tingkat kesehatan koperasi berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor
14/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang pedoman penilaian tingkat kesehatan
koperasi meliputi 7 aspek yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva
produktif, efisiensi likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jati diri
koperasi. Ketujuh aspek tersebut menghasilkan skor masing-masing aspek
yang nantinya akan dijumlah secara keseluruhan dan ditetapkan
predikatnya. Tingkat kesehatan koperasi ditetapkan dalam 5 predikat, yaitu:
sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat kesehatan Koperasi Pegawai Republik Indonesia
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor:
14/Per/M.KUKM/XII/2009 tahun 2009, 2010 dan 2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
Tingkat Kesehatan Koperasi Pegawai Republik Indonesia Serba
Usaha Migas Cepu tahun 2009, 2010 dan 2011 berdasarkan Peraturan
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak antara lain :
1. Bagi Koperasi
Memberikan saran-saran dan ide untuk perkembangan koperasi setiap
tahunnya agar dapat memberikan pelayanan terbaik untuk para
anggotanya.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan
dan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca mngenai
analisis laporan keuangan suatu perusahaan.
3. Bagi Penulis
Melalui penelitian ini penulis dapat mengembangkan pengetahuan
yang telah diterima dalam bentuk perkuliahan selama perkuliahan
dengan membandingkan kenyataan yang sesungguhnya di perusahaan.
E. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan tentang pengertian koperasi, prinsip
koperasi, fungsi dan peranan koperasi, jenis koperasi,
pengertian laporan keuangan, tujuan laporan keuangan,
pengertian analisis tingkat kesehatan koperasi, tujuan dan
sasaran analisis tingkat kesehatan koperasi, pengertian
kesehatan koperasi, dan tata cara penilaian tingkat kesehatan
koperasi.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tentang jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan
meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, visi dan misi
perusahaan, jenis usaha dan kegiatan koperasi, lokasi dan tata
letak koperasi, manajemen perusahaan, sturktur organisasi
perusahaan, pembagian tugas antar bagian, dan kinerja usaha
Bab V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang deskripsi data, analisis data, perhitungan
skor tiap-tiap rasio, dan penilaian predikat tingkat kesehatan
koperasi terhadap total skor tiap-tiap rasio.
Bab VI : Penutup
Bab ini membahas tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian
dan saran-saran yang mungkin dapat diterima dan bermanfaat
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Pengertian Koperasi menurut Undang-Undang Perkoperasian
No.25 tahun 1992 menyatakan bahwa koperasi Indonesia adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Prinsip koperasi
Prinsip koperasi yang dimuat dalam Undang-Undang
Perkoperasian Nomor 25 tahun 1992 adalah sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
b. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
3. Fungsi dan Peranan Koperasi
Fungsi dan peranan koperasi menurut Undang-Undang
Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992 adalah sebagai berikut:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko
gurunya.
4. Jenis-jenis Koperasi
a. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang anggota-anggotanya
terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung
dengan konsumsi.
Fungsi dari koperasi konsumsi adalah:
1) Sebagai penyalur tanggal barang-barang kebutuhan rakyat
sehari-hari ke konsumen.
b. Koperasi Produksi
Koperasi Produksi adalah koperasi yang anggota-anggotanya
menghasilkan sesuatu bersama-sama. Koperasi produksi biasanya
didirikan oleh produsen-produsen kecil yang bekerja sama untuk
kepentingan bersama.
c. Koperasi Simpan Pinjam (Koperasi Kredit)
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang
anggota-anggotanya mempunyai kepentingan langsung dalam laporan
perkreditan.
Fungsi koperasi simpan pinjam:
1) Membantu keperluan kredit para anggotanya yang sangat
membutuhkan dengan syarat ringan.
2) Mendidik para anggotanya supaya giat menyimpan secara
teratur sehingga membentuk modal sendiri.
3) Mendidik anggotanya untuk hidup berhemat dengan
menyisihkan sebagian dari pendapatan.
d. Koperasi Jasa
Koperasi Jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang
penyediaan jasa tertentu bagi anggotanya dan masyarakat pada
umumnya.
e. Koperasi Serba Usaha/Koperasi Unit Desa (KUD)
Koperasi Serba Usahaadalah koperasi yang bertujuan
di mana satu uniyt desa terdiri dar beberapa desa dalam satu
kecamatan yang merupakan satu kesatuan potensi ekonomi
dianjurkan membentuk satu Koperasi Unit Desa.
B. Laporan Keuangan Koperasi.
1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2002: 105) Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas dari suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (1998:
No 27) tentang akuntansi koperasi, menyatakan bahwa laporan keuangan
koperasi terdiri dari :
a. Neraca.
Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi
mengenai aktiva, kewajiban,dan ekuitas koperasi pada waktu
tertentu.
b. Perhitungan Hasil Usaha.
Perhitungan hasil usaha adalah laporan keuangan yang menyajikan
informasi mengenaipendapatan dan beban-beban usaha dan beban
perkoperasian selamaperiode tertentu.Perhitungan hasil usaha
menyajikan hasil akhir yangdisebut sisa hasil usaha.Sisa hasil usaha
yang diperoleh mencakup hasilusaha dengan anggota dan laba atau
c. Laporan Arus Kas.
Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang menyajikan
informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas,
sumber penerimaan kas, pengeluarankas dan saldo akhir kas pada
periode tertentu.
d. Laporan Promosi Ekonomi Anggota.
Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan
yangmemperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota
koperasi selamasatu tahun tertentu. Laporan Promosi Anggota
mencakup empat unsur, yaitu:
1) Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa
bersama.
2) Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama.
3) Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.
4) Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.
e. Catatan atas laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang
menyajikan pengungkapan (disclosures) yang memuat:
a. Perlakuan akuntansi antara lain mengenai:
1) Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengantransaksi
koperasi dengan anggota dan non-anggota.
2) Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian persediaan,
3) Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan
non-anggota
b. Pengungkapan informasi lain antara lain:
1) Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggotabaik
yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaranrumah
tangga maupun dalam praktek, atau yang telahdicapai oleh
koperasi.
2) Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan
mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan
pelatihan perkoperasian, usaha, manajemen yang
diselenggarakan untuk anggota dan penciptaan lapangan usaha
baru untuk anggota.
3) Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dan transaksi
koperasi dengan anggota dan non-anggota.
4) Pengklasifikasian piutang dan hutang yang timbul daritransaksi
koperasi dengan anggota dan non-anggota.
5) Pembatasan penggunaan dan risiko atas aktiva tetap yang
diperoleh atas dasar hibah atau sumbangan.
6) Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik
koperasi.
7) Aktiva yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan
saham dari perusahaan swasta.
9) Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan
10) Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan
penting yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan
penyajian laporan keuangan.
2. Tujuan Laporan Keuangan Koperasi
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (1998:
No.27) laporan keuangan bertujuan sebagai berikut:
a. Mengetahui prestasi keuangan koperasi selama satu periode
dengan sisa hasil usaha.
b. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi,
kewajiban dan kekayaan bersih dengan pemisahan antara yang
berkaitan dengan anggota dan bukan anggota.
c. Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah
sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih selama
satu periode dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan
anggota dan bukan anggota.
d. Mengetahui informasi lainnya yang mungkin mempengaruhi
C. Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi
1. Pengertian Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi.
Pengertian analisis tingkat kesehatan koperasi menurut Peraturan
Menteri Negara Koperasi dan UKM No.20/Per/M.KUKM/XI/2008
adalah suatu analisis yang dapat mengunkapkan kondisi atau keadaan
koperasi yangdinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat
dan sangat tidaksehat.
2. Tujuan dan Sasaran Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi.
a. Tujuan Pedoman penilaian Kesehatan Koperasi.
Pedoman penilaian kesehatan koperasi bertujuan
untukmemberikan pedoman kepada pejabat penilai, gerakan
koperasi, dan masyarakatagar KSP dan USP Koperasi dapat
melakukan kegiatan usaha simpan pinjam,berdasarkan prinsip
koperasi secara profesional, sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
danmemberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota
dan masyarakat di sekitarnya.
b. Sasaran Pedoman penilaian Kesehatan Koperasi.
Sasaran Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasiadalah :
1) Terwujudnya pengelolaan Koperasi yang sehat dan
mantapsesuai dengan jatidiri koperasi .
2) Terwujudnya pengelolaan Koperasi yang efektif, efisien, dan
3) Terciptanya pelayanan prima kepada anggota, calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya.
3. Kesehatan Koperasi
Kesehatan koperasi adalah mempertahankan kelangsungan usaha
dan kelancaran proses koperasi serta menjadi tolok ukur untuk memanatu
sejauh mana koperasi mampu menjaga agar kelancaran koperasi
perusahaan atau organisasi tidak terganggu. Kesehatan koperasi dapat
dinyatakan sehat, cukup sehat, tidak sehat, dan sangat tidak sehat.
Penilaian kesehatan koperasi sangat bermanfaat untuk memberikan
gambaran mengenai kondisi aktual koperasi itu sendiri kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, dengan dengan mengetahui
kesehatannya berdasarkan peraturan menteri akan membantu
pihak-pihak tertentu dalam pengambilan keputusan untuk bisa melanjutkan
usahanya agar lebih maju.
4. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi
Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesi Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang
pedoman penilaian tingkat kesehatan koperasi.Penilaian kesehatan
merupakan hasil penilaian kuantitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi suatu koperasi. Melalui penilaian aspek
permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, kemandirian dan
Dari aspek-aspek tersebut diatas diberikan bobot penilaian sesuai
dengan besarmya pengaruh terhadap kesehatan koperasi.Untuk penetapan
kesehatan usaha, setelah perhitungan penilaian terhadap beberapa aspek,
sehingga diperoleh skor secara keseluruhan. Skor yang dimaksud
dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan koperasi
dibagi empat golongan yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak
[image:37.595.99.512.273.596.2]sehat.
Tabel II.1
Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Koperasi
Skor Predikat
80<X<100 SEHAT
60<X<80 CUKUP SEHAT
40<X<60 KURANG SEHAT
20<X<40 TIDAK SEHAT
<20 SANGAT TIDAK SEHAT
Aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian kesehatan koperasi
menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No 14/Per/M.KUKM/XII/2009 adalah
sebagai berikut:
a. Permodalan.
Modal adalah perbandingan antara modal sendiri terhadap total
asset. Modal sendiri atau modal ekuitas koperasi terdiri dari:
1) Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang
wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk
2) Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus
sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam
waktu tertentu.
3) Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dan
penyisihan sisa hasil usaha yang digunakan untuk memupuk modal
sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
Untuk menilai tingkat kesehatan koperasi jika dilihat dari aspek
permodalan terdiri dari:
1. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset.
Rasio ini membandingkan modal sendiri yang dimiliki
koperasi dengan total asset.
Modal Sendiri
Rasio Modal Sendiri = x 100%
Total Aktiva
Untuk memperoleh rasio antara modal sendiri terhadap total asset
ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio antara modal sendiri dengan total asset lebih kecil
atau sama dengan 0% diberikan nilai 0.
b. Untuk setiap kenaikan rasio 4% mulai dari 0 % nilai ditambah
5 dengan maksimum nilai 100.
c. Untuk rasio lebih besar dari 60% sampai rasio 100% setiap
d. Nilai dikalikan bobot sebesar 6 % diperoleh skor permodalan.
Tabel II.2
Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadapTotal Aset
Rasio Modal % Nilai Bobot % Skor
0<X<20 25 6 1,50
20<X<40 50 6 3,00
40<X<60 100 6 6,00
60<X<80 50 6 3,00
80<X<100 25 6 1,5
2. Rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang
berisiko.
Rasio ini membandingkan modal sendiri dengan pinjaman
diberikan yang berisiko.
Modal Sendiri
Rasio modal sendiri terhadap = x 100% pinjaman diberikan yang berisiko Pinjaman diberikan
yang berisiko
Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap pinjaman
diberikan yang berisiko, ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang
berisiko lebih kecil atau sama dengan 0% diberi nilai 0.
b. Untuk setiap kenaikan rasio 1% mulai dari 0% nilai ditambah 1
dengan nilai maksimum 100.
c. Nilai dikalikan bobot sebesar 6%, maka diperoleh skor
Tabel II.3
Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko
Rasio % Nilai Bobot % Skor
0<X<10 0 6 0
10<X<20 10 6 0,6
20<X<30 20 6 1,2
30<X<40 30 6 1,8
40<X<50 40 6 2,4
50<X<60 50 6 3,0
60<X<70 60 6 3,6
70<X<80 70 6 4,2
80<X<90 80 6 4,8
90<X<100 90 6 5,4
>100 100 6 6,0
3. Rasio Kecukupan Modal Sendiri
Rasio ini membandingkan antara modal sendiri tertimbang
dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Modal Sendiri Tertimbang Rasio Kecukupan Modal Sendiri = x 100% ATMR
a. Rasio kecukupan modal sendiri yaitu perbandingan antara
Modal Sendiri Tertimbang dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) dikalikan dengan 100 %.
b. Modal tertimbang adalah jumlah dari hasil kali setiap
komponen modal KSP/USP koperasi yang terdapat pada neraca
dengan bobot pengakuan risiko.
c. ATMR adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva
KSP dan USP Koperasi yang terdapat pada neraca dengan
d. Menghitung nilai ATMR dilakukan dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca
dengan bobot risiko masing-masing komponen aktiva.
e. Rasio kecukupan modal sendiri dapat dihitung/diperoleh
dengan cara membandingkan nilai modal tertimbang dengan
[image:41.595.99.507.255.611.2]nilai ATMR dikalikan dengan 100 %.
Tabel II.4
Standar Perhitungan Skor Rasio Kecukupan Modal Sendiri Rasio % Nilai Bobot % Skor
< 4 0 3 0,00
4<X< 6 50 3 1,50
6<X< 8 75 3 2,25
> 8 100 3 3,00
b. Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan
penghasilan bagi koperasi yang bersangkutan.Aktiva produktif yang
diklasifikasikan adalah jumlah aktiva produktif yang kolektibilitasnya
tidak lancar. Rasio untuk mengukur kualitas aktiva produktif terdiri
dari 4 macam yaitu:
1. Rasio Volume Pinjaman Anggota Volume Pinjaman diberikan.
Rasio ini membandingkan volume pinjaman anggota dengan
volume pinjaman diberikan.
Rasio Volume Pinjaman Anggota = x 100%
Untuk menilai skor rasio antara volume pinjaman kepada anggota
[image:42.595.99.513.181.607.2]terhadap total volume pinjaman ditetapkan berikut :
Tabel II.5
Standar Perhitungan Skor Rasio Volume Pinjaman pada Anggota terhadap Total Pinjaman Diberikan.
Rasio % Nilai Bobot % Skor
< 25 0 3 0,00
25<X< 50 50 3 1,50
50<X< 25 75 3 2,25
> 75 100 3 3,00
2. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman yang
diberikan.
Rasio ini membandingkan pinjaman bermasalah terhadap
pinjaman yang diberikan.
Rasio Risiko Pinjaman Pinjaman Bermasalah
Bermasalah Terhadap = x 100% Pinjaman yang diberikan Pinjaman yang diberikan
Perhitungan penilaian tingkat kesehatan:
a. Untuk rasio 45 % atau lebih diberi nilai 0;
b. Untuk setiap penurunan rasio 1% dari 45 % nilai ditambah 2,
dengan maksimum nilai 100;
Tabel II.6
Standar Perhitungan Skor Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah terhadap Pinjaman diberikan
Rasio % Nilai Bobot % Skor
>45 0 5 0
40<X< 45 10 5 0,5
30<X< 40 20 5 1,0
20<X< 30 40 5 2,0
10<X< 20 60 5 3,0
0<X< 10 80 5 4,0
=0 100 5 5,0
3. Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah.
Rasio ini membandingkan cadangan risiko koperasi terhadap
pinjaman bermasalah.
Cadangan Risiko
Rasio cadangan risiko terhadap = x 100%
pinjaman bermasalah Pinjaman bermasalah
Untuk memperoleh rasio cadangan risiko terhadap pinjaman
bermasalah, ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk rasio 0%, berarti tidak mempunyai cadangan penghapusan
diberi nilai 0;
b. Untuk setiap kenaikan 1 % mulai dari 0 %, nilai ditambah 1
sampai dengan maksimum 100;
Tabel II.7
Standar Perhitungan Skor Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah.
Rasio % Nilai Bobot % Skor
0 0 5 0
0<X<10 10 5 0,5
10<X<20 20 5 1,0
20<X<30 30 5 1,5
30<X<40 40 5 2,0
40<X<50 50 5 2,5
50<X<60 60 5 3,0
60<X<70 70 5 3,5
70<X<80 80 5 4,0
80<X<90 90 5 4,5
90<X<100 100 5 5,0
4. Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman diberikan.
Rasio ini membandingkan pinjaman yang berisiko terhadap
pinjaman diberikan.
Pinjaman Berisiko
Rasio pinjaman yang berisiko = x 100%
terhadap pinjaman diberikan Pinjaman diberikan
Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan
diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel II.8
Standar Perhitungan Skor Rasio Pinjaman Berisiko Rasio % Nilai Bobot % Skor
> 30 25 5 1,25
26 - 30 50 5 2,50
21 - 26 75 5 3,75
c. Manajemen
Penilaian aspek manajemen KSP dan USP koperasi meliputi
limakomponen sebagai berikut:
a) Manajemen umum
b) Kelembagaan
c) Manajemen permodalan
d) Manajemen aktiva
e) Manajemen likuiditas
Perhitungan nilai didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban
pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan
komposisi pertanyaan sebagai berikut (pertanyaan bab V):
1) Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai untuk
setiap jawaban pertanyaan “ya”).
2) Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaan “ya”).
3) Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk
setiap jawaban pertanyaan “ya”).
4) Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaan “ya”).
5) Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk
a) Manajemen umum
Tabel II.9
Standar Perhitungan Skor Manajemen Umum Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,25
2 0,50
3 0,75
4 1,00
5 1,25
6 1,50
7 1,75
8 2,00
9 2,25
10 2,50
11 2,75
12 3,00
b) Kelembagaan
Tabel II.10
Standar Perhitungan SkorKelembagaan Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,50
2 1,00
3 1,50
4 2,00
5 2,50
c) Manajemen permodalan
Tabel II.11
Standar Perhitungan Manajemen Permodalan Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,60
2 1,20
3 1,80
4 2,40
d) Manajemen aktiva
Tabel II.12
Standar Perhitungan Manajemen Aktiva Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,30
2 0,60
3 0,90
4 1,20
5 1,50
6 1,80
7 2,10
8 2,40
9 2,70
10 3,00
e) Manajemen likuiditas
Tabel II.13
Standar Perhitungan Manajemen Likuiditas Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,60
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00
d. Efisiensi
Rasio efisiensi menggambarkan seberapa besar koperasi mampu
memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari
penggunaan asset yang dimilikinya. Penilaian efisiensi koperasi
didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu :
1. Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto.
Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto
membandingkan beban operasi dari anggota koperasi terhadap
Beban Operasi
Rasio beban operasi anggota = x 100%
terhadap partisipasi bruto Partisipasi Bruto
Cara perhitungan rasio beban operasi anggota atas partisipasi bruto
ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk rasio sama dengan atau lebih besar dari 100 diberi nilai 0
dan untuk rasio antara 95 persen hingga lebih kecil dari 100
diberi nilai 50, selanjutnya setiap penurunan rasio sebesar 5%
nilai ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai
100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor
penilaian.
Tabel II.14
Standar Perhitungan Skor Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto
Rasio % Nilai Bobot % Skor
> 100 0 4 1
95<X< 100 50 4 2
90<X< 95 75 4 3
0<X<90 100 4 4
2. Rasio beban usaha terhadap SHU kotor.
Rasio beban usaha terhadap SHU kotor membandingkan
beban usaha yang dimiliki koperasi dengan Sisa Hasil Usaha kotor.
Beban Usaha
Rasio beban usaha = x 100%
terhadap SHU kotor SHU Kotor
a. Untuk rasio lebih dari 80% diberi nilai 25 dan untuk setiap
penurunan rasio 20% nilai ditambahkan dengan 25 sampai dengan
maksimum nilai 100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor
penilaian.
Tabel II.15
Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko
Rasio % Nilai Bobot % Skor
> 80 25 4 1
60<X< 80 50 4 2
40<X< 60 75 4 3
0<X< 40 100 4 4
3. Rasio efisiensi pelayanan.
Rasio efisiensi pelayanan membandingkan biaya gaji dan
lembur karyawan koperasi terhadap volume pinjaman realisasi dar
anggota koperasi.
Biaya Gaji dan lembur
Rasio Efisiensi Pelayanan = X 100% Volume Pinjaman Realisasi
Perhitungan rasio efisiensi pelayanan dihitung dengan
membandingkan biaya karyawan dengan volume pinjaman, dan
ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih dari 15 persen diberi nilai 0 dan untuk rasio
antara 10 persen hingga 15 persen diberi nilai 50, selanjutnya setiap
penurunan rasio 1 persen nilai ditambah 5 sampai dengan
b. Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 2% diperoleh skor
penilaian.
Tabel II.16
Standar Perhitungan Skor rasio efisiensi pelayanan
Rasio % Nilai Bobot % Skor
< 5 100 2 2,0
5<X< 10 75 2 1,5
10<X< 15 50 2 1,0
> 15 0 2 0,0
e. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi.
Dalam hal ini penilaian tingkat kesehatan koperasi dari aspek likuiditas
dilakukan terhadap 2 (dua) rasio, yaitu :
1. Rasio Kas
Rasio Kas membandingkan kas dan bank yang dimiliki
koperasi dengan kewajiban lancar.
Kas + Bank
Rasio Kas = X 100%
Kewajiban Lancar
Pengukuran rasio kas + bank terhadap kewajiban lancar ditetapkan
sebagai berikut:
a. Untuk rasio kas lebih besar dari 10 % hingga 15 % diberi nilai
100, untuk rasio lebih kecil dari 15 % sampai dengan 20 % diberi
nilai 50, untuk rasio lebih kecil atau sama dengan 10 % diberi nilai
b. Nilai dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor penilaian.
Tabel II.17
Standar Perhitungan Skor Rasio Kas Rasio Kas % Nilai Bobot % Skor
<10 25 10 2,5
10<X<15 100 10 10
15<X<20 50 10 5
>20 25 10 2,5
2. Rasio pinjaman diberikan terhadap dana yang diberikan.
Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang
diterimamembandingkan antara pinjaman yang diberikan koperasi
dengan dana yang diterima koperasi.
Pinjaman yang diberikan
Rasio Pinjaman yang diberikan = x 100% terhadap dana yang diterima Dana yang diterima
Pengukuran rasio pinjaman terhadap dana yang diterima ditetapkan
sebagai berikut:
a. Untuk rasio pinjaman lebih kecil dari 60% diberi nilai 25, untuk
setiap kenaikan rasio 10 % nilai ditambah dengan 25 sampai dengan
maksimum 100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot 5% diperoleh skor penilaian.
Tabel II.18
Standar Perhitungan Skor Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
Rasio % Nilai Bobot% Skor
<60 25 5 1,25
60<X<70 50 5 2,50
70<X<80 75 5 3,75
f. Kemandirian dan Pertumbuhan
Dalam hal penilaian tingkat kesehatan koperasi yang digunakan untuk
menghitung kemandirian dan pertumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Rasio rentabilitas asset
Rasio rentabilitas asset membandingkan antara SHU sebelum pajak
yang akan dibagikan untuk anggota koperasi dengan total asset
yang dimiliki koperasi.
Rasio rentabilitas asset = X100%
Asset Total
pajak sebelum SHU
Rasio rentabilitas aset yaitu SHU sebelum pajak dibandingkan
dengan totall aset, perhitungannya ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio rentabilitas aset lebih kecil dari 5% diberi nilai 25,
untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai ditambah 25 sampai
dengan maksimum 100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.
Tabel II.19
Standar Perhitungan Skor Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
Rasio % Nilai Bobot % Skor
<5 25 3 0,75
5<X<7,5 50 3 1,5
7,5<X<10 75 3 2,25
<10 100 3 3,00
2. Rasio rentabilitas modal sendiri
Rasio rentabilitas modal sendiri membandingkan antara SHU
SHU setelah pajak
Rasio rentabilitas modal sendiri = x 100% Modal sendiri
Rasio rentabilitas modal sendiri yaitu SHU bagian anggota
dibandingkan total modal sendiri, perhitungannya ditetapkan
sebagai berikut:
a. Untuk rasio rentabilitas modal sendiri lebih kecil dari 3% diberi
nilai 25,
b. untuk setiap kenaikan rasio 1 % nilai ditambah 25 sampai
dengan maksimum 100.
c. Nilai dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian.
Tabel II.20
Standar Perhitungan Skor rasio rentabilitas modal sendiri
Rasio % Nilai Bobot % Skor
<3 25 3 0,75
3<X<4 50 3 1,5
4<X<5 75 3 2,25
>5 100 3 3,00
3. Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan
Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan membandingkan
partisipasi neto dengan beban usaha ditambah beban koperasi.
Partisipasi Neto
Rasio Kemandirian = x 100%
Operasional Pelayanan B.Usaha + B.Koperasi
Rasio kemandirian operasional yaitu Partisipasi Netto
dibandingkan Beban Usaha ditambah beban perkoperasian,
a. Untuk rasio kemandirian operasional lebih kecil atau sama
dengan 100% diberi nilai 0, dan untuk rasio lebih besar dari 100
% diberi nilai 100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot 4% diperoleh skor penilaian.
Tabel II.21
Standar Perhitungan Skor rasio kemandirian operasional pelayanan
Rasio % Nilai Bobot % Skor
< 100 0 4 0
> 100 100 4 4
g. Jatidiri Koperasi
Jatidiri koperasi adalah penilaian untuk mengukur keberhasilan
koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi
anggota. Untuk menilai tingkat kesehatan koperasi digunakan rasio
yaitu sebagai berikut :
1. Rasio partisipasi bruto.
Rasio parisipasi bruto adalah tingkat kemampuan koperasi dalam
melayani anggota.
SHU sebelum pajak
Rasio Partisipasi Bruto = x 100% SHU sebelum pajak + Pendapatan
Pengukuran rasio partisipasi bruto dihitung dengan
membandingkan partisipasi bruto terhadap partisipasi bruto
a. Untuk rasio lebih kecil dari 25% diberi nilai 25 dan untuk setiap
kenaikan rasio 25% nilai ditambah dengan 25 sampai dengan
rasio lebih besar dari 75% nilai maksimum 100.
b. Nilai dikalikan dengan bobot 7 % diperoleh skor penilaian.
Tabel II.22
Standar Perhitungan Skor rasio partisipasi bruto
Rasio % Nilai Bobot % Skor
<25 25 7 1,75
25<X<50 50 7 3,5
50<X<75 75 7 5,25
>75 100 7 7,00
2. Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA).
Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA)membandingkan PEA
dengan simpanan pokok ditambah dengan simpanan wajib anggota
koperasi.
SHU setelah pajak
Rasio PEA = x 100% Simpanan pokok + Simpanan wajib
Pengukuran rasio promosi ekonomi anggota dihitung dengan
membandingkan promosi ekonomi anggota terhadap simpanan
pokok ditambah simpanan wajib, yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih kecil dari 5% diberi nilai 0 dan untuk rasio
antara 5 hingga 7,5 diberi nilai 50. Selanjutnya untuk setiap
kenaikan rasio 2,5 %, nilai ditambah dengan 25 sampai dengan
nilai maksimum 100.
Tabel II.23
Standar Perhitungan Skor Rasio Promosi Ekonomi Anggota
Rasio % Nilai Bobot % Skor
<5 0 3 0,00
5<X<7,5 50 3 1,50
7,5<X<10 75 3 2,25
35 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah studi kasus di KPR Serba Usaha Migas Cepu.
Studi kasus yaitu penelitian mengenai objek tertentu yang menghasilkan
gambaran yang berlaku pada jangka waktu tertentu.
B. Tempat dan Waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KPRI Serba Usaha Migas Cepu di Jl.
Pemuda 63.A Cepu, Blora, Jawa Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus
2012
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah orang-orang yang berhubungan
dengan penelitian ini yaitu ketua, bendahara dan sekretaris koperasi.
2. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah berupa laporan keuangan yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi dan perhitungan hasil usaha dari koperasi
35 D. Data yang dibutuhkan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Gambaran umum koperasi.
2. Laporan keuangan koperasi tahun 2009, 2010 dan tahun 2011.
E. Teknik pengumpulan data
1. Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaaan langsung kepada
manejemen KPRI Serba Usaha Migas Cepu. Tujuannya adalah untuk
mengetahui gambaran umum perusahaan, aspek manajemen koperasi
dan mendapatkan laporan keuangan tahhunan KPRI Serba Usaha
Migas Cepu.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara melihat catatan, berkas, dan
dokumen-dokumen lain berkaitan dengan masalah yang diteliti.
F. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah teknik analisis data untuk menjawab rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Melakukan penilaian aspek kesehatan koperasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah membandingkan antara hasil
2011 dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik
Indonesia No 14/Per/M.KUKM/XII/2009. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
a. Aspek permodalan
1) Menghitung skor rasio modal sendiri terhadap total assetdari tahun
2009 sampai dengan tahun 2011.
Modal Sendiri
Rasio Modal Sendiri = x 100%
Total Aktiva
Untuk memperoleh rasio antara modal sendiri terhadap total asset
ditetapkan sebagai berikut:
a) Untuk rasio antara modal sendiri dengan total asset lebih kecil
atau sama dengan 0% diberikan nilai 0.
b) Untuk setiap kenaikan rasio 4% mulai dari 0 % nilai ditambah
5 dengan maksimum nilai 100.
c) Untuk rasio lebih besar dari 60% sampai rasio 100% setiap
kenaikan rasio 4% nilai dikurangi 5.
d) Nilai dikalikan bobot sebesar 6 % diperoleh skor permodalan.
Tabel III.1
Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadapTotal Asset Rasio % Nilai Bobot % Skor
0<X<20 25 6 1,50
20<X<40 50 6 3,00
40<X<60 100 6 6,00
60<X<80 50 6 3,00
2) Menghitung skor rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan
yang berisiko dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
Modal sendiri
Rasio modal sendiri terhadap = x 100% pinjaman diberikan yang berisiko Pinjaman diberikan
Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap pinjaman
diberikan yang berisiko, ditetapkan sebagai berikut :
a) Untuk rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang
berisiko lebih kecil atau sama dengan 0% diberi nilai 0.
b) Untuk setiap kenaikan rasio 1% mulai dari 0% nilai ditambah 1
dengan nilai maksimum 100.
c) Nilai dikalikan bobot sebesar 6%, maka diperoleh skor
permodalan.
Tabel III.2
Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko
Rasio % Nilai Bobot % Skor
0<X<10 0 6 0
10<X<20 10 6 0,6
20<X<30 20 6 1,2
30<X<40 30 6 1,8
40<X<50 40 6 2,4
50<X<60 50 6 3,0
60<X<70 60 6 3,6
70<X<80 70 6 4,2
80<X<90 80 6 4,8
90<X<100 90 6 5,4
3) Menghitung skor rasio kecukupan modal sendiri dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2011.
Modal Sendiri
Rasio Kecukupan Modal Sendiri = x 100%
ATMR
a) Rasio kecukupan modal sendiri yaitu perbandingan antara
Modal Sendiri Tertimbang dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) dikalikan dengan 100 %.
b) Modal tertimbang adalah jumlah dari hasil kali setiap
komponen modal KSP/USP koperasi yang terdapat pada neraca
dengan bobot pengakuan risiko.
c) ATMR adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva
KSP dan USP Koperasi yang terdapat pada neraca dengan
bobot pengakuan risiko.
d) Menghitung nilai ATMR dilakukan dengan cara menjumlahkan
hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca
dengan bobot risiko masing-masing komponen aktiva.
e) Rasio kecukupan modal sendiri dapat dihitung/diperoleh
dengan cara membandingkan nilai modal tertimbang dengan
nilai ATMR dikalikan dengan 100 %.
Tabel III.3
Standar Perhitungan Skor Rasio Kecukupan Modal Sendiri Rasio % Nilai Bobot % Skor
< 4 0 3 0,00
4<X< 6 50 3 1,50
6<X< 8 75 3 2,25
b. Aspek kualitas aktiva produktif
1) Menghitung skor rasio volume pinjaman terhadap volume
pinjaman diberikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
Volume pinjaman pada anggota
Rasio Pinjaman = x 100% Volume pinjaman yang diberikan
Untuk menilai skor rasio antara volume pinjaman kepada anggota
terhadap total volume pinjaman ditetapkan berikut :
Tabel III.4
Standar Perhitungan Skor Rasio Volume Pinjaman pada Anggota terhadap Total Pinjaman Diberikan. Rasio % Nilai Bobot % Skor
< 25 0 3 0,00
25<X< 50 50 3 1,50
50<X< 25 75 3 2,25
> 75 100 3 3,00
2) Menghitung skor rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman
yang diberikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
Pinjaman bermasalah
Rasio risiko pinjaman bermasalah = x 100% terhadap pinjaman diberikan Pinjaman diberikan
Perhitungan penilaian tingkat kesehatan:
a) Untuk rasio 45 % atau lebih diberi nilai 0;
b) Untuk setiap penurunan rasio 1% dari 45 % nilai ditambah 2,
dengan maksimum nilai 100;
Tabel III.5
Standar Perhitungan Skor Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah terhadap Pinjaman diberikan
Rasio % Nilai Bobot % Skor
>45 0 5 0
40<X< 45 10 5 0,5
30<X< 40 20 5 1,0
20<X< 30 40 5 2,0
10<X< 20 60 5 3,0
0<X< 10 80 5 4,0
=0 100 5 5,0
3) Menghitung skor rasio cadangan risiko koperasi terhadap pinjaman
bermasalah dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
Cadangan Risiko
Rasio cadangan risiko terhadap = x 100% pinjaman bermasalah Pinjaman bermasalah
a) Untuk rasio 0%, berarti tidak mempunyai cadangan
penghapusan diberi nilai 0;
b) Untuk setiap kenaikan 1 % mulai dari 0 %, nilai ditambah 1
sampai dengan maksimum 100;
c) Nilai dikalikan bobot sebesar 5 % diperoleh skor.
Tabel III.6
Standar Perhitungan Skor Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah.
Rasio % Nilai Bobot % Skor
0 0 5 0
0<X<10 10 5 0,5
10<X<20 20 5 1,0
20<X<30 30 5 1,5
30<X<40 40 5 2,0
40<X<50 50 5 2,5
50<X<60 60 5 3,0
60<X<70 70 5 3,5
70<X<80 80 5 4,0
80<X<90 90 5 4,5
4) Menghitung skor rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman
diberikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
Pinjaman Berisiko
Rasio pinjaman yang berisiko = x 100%
terhadap pinjaman diberikan Pinjaman diberikan
Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan
diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel III.7
Standar Perhitungan Skor Rasio Pinjaman Berisiko Rasio % Nilai Bobot % Skor
> 30 25 5 1,25
26 - 30 50 5 2,50
21 - 26 75 5 3,75
< 21 100 5 5,00
c. Aspek manajemen
Menghitung jumlah jawaban ”Ya” atas pertanyaan wawancara yang
terdiri dari :
1) Manjemen umum
2) Kelembagaan
3) Manajemen permodalan
4) Manajemen aktiva
5) Manajemen likuiditas
Perhitungan nilai didasarkan kepada hasil penilaian atas jawaban
pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen dengan
komposisi pertanyaan sebagai berikut :
a) Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0,25 nilai untuk
b) Kelembagaan 6 pertanyaan (bobot 3 atau 0,5 nilai untuk setiap
jawaban pertanyaan “ya”).
c) Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk
setiap jawaban pertanyaan “ya”).
d) Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai untuk
setiap jawaban pertanyaan “ya”).
e) Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0,6 nilai untuk
[image:65.595.97.498.269.690.2]setiap jawaban pertanyaan “ya”).
Tabel III.8
Standar Perhitungan Skor Manajemen Umum Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,25
2 0,50
3 0,75
4 1,00
5 1,25
6 1,50
7 1,75
8 2,00
9 2,25
10 2,50
11 2,75
12 3,00
Tabel III.9
Standar Perhitungan SkorKelembagaan Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,50
2 1,00
3 1,50
4 2,00
Tabel III.10
Standar Perhitungan Manajemen Permodalan Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,60
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00
Tabel III.11
Standar Perhitungan Manajemen Aktiva Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,30
2 0,60
3 0,90
4 1,20
5 1,50
6 1,80
7 2,10
8 2,40
9 2,70
10 3,00
Tabel III.12
Standar Perhitungan Manajemen Likuiditas Jumlah jawaban “Ya” Skor
1 0,60
2 1,20
3 1,80
4 2,40
5 3,00
d. Aspek Efisiensi
1) Menghitung skor rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi
bruto dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
Beban Operasi
Rasio beban operasi anggota = x 100%
Cara perhitungan rasio beban operasi anggota atas partisipasi bruto
ditetapkan sebagai berikut :
a) Untuk rasio sama dengan atau lebih besar dari 100 diberi nilai 0
dan untuk rasio antara 95 persen hingga lebih kecil dari 100
diberi nilai 50, selanjutnya setiap penurunan rasio sebesar 5%
nilai ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai
100.
b) Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor
[image:67.595.99.511.255.611.2]penilaian.
Tabel III.13
Standar Perhitungan Skor Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto
Rasio % Nilai Bobot % Skor
> 100 0 4 1
95<X< 100 50 4 2
90<X< 95 75 4 3
0<X<90 100 4 4
2) Menghitung skor rasio beban usaha terhadap SHU kotor dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2011
Beban Usaha Rasio beban usaha terhadap SHU kotor = x 100%
SHU Kotor
Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor ditetapkan sebagai berikut:
a) Untuk rasio lebih dari 80% diberi nilai 25 dan untuk setiap
penurunan rasio 20% nilai ditambahkan dengan 25 sampai
b) Nilai dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor
[image:68.595.97.516.151.706.2]penilaian.
Tabel III.14
Standar Perhitungan Skor Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko
Rasio % Nilai Bobot % Skor
> 80 25 4 1
60<X< 80 50 4 2
40<X< 60 75 4 3
0<X< 40 100 4 4
3) Menghitung skor rasio efisiensi pelayanan dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011
Biaya Gaji dan lembur
Rasio Efisiensi Pelayanan = x 100% Volume Pinjaman Realisasi
Perhitungan rasio efisiensi pelayanan dihitung dengan
membandingkan biaya karyawan dengan volume pinjaman, dan
ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio lebih dari 15 persen diberi nilai 0 dan untuk rasio
antara 10 persen hingga 15 persen diberi nilai 50, selanjutnya