• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan kerja dan kinerja karyawan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan kerja dan kinerja karyawan."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN

Studi Kasus PT. Jembatan Citra Nusantara

LUSIANA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Jembatan Citra Nusantara Papringan Yogyakarta pada bulan September.

Penelitian ini menggunakan populasi karena responden yang ada sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan observasi. Analisis data yang digunakan (1) Analisis deskriptif (2) Korelasi Product Moment (3) Regresi linear variabel dummy. Uji signifikansi menggunakan uji T dan uji F dengan taraf signifikansi sebesar 5%.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan kepuasan kerja dan kinerja karyawan ( Nilai Thitung = 2,301 lebih besar dari Ttabel = 1,70) dan nilai probabilitas sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05. Uji hipotesis menunjukkan tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan kerja dan kinerja karyawan (Fhitung = 2,650 lebih kecil dari Ftabel (2,28) = 3,34) dan nilai probabilitas sebesar 0,707 lebih besar dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05.

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF LEADERSHIP STYLE TOWARDS THE

RELATIONSHIP BETWEEN JOB SATISFACTION AND EMPLOYEE’S ACHIEVEMENT

A Case Study on PT. Jembatan Citra Nusantara

LUSIANA

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2009

This research purposes to examine whether the style of leadership influences job satisfaction and employee’s achievement. This research was done at PT. Jembatan Citra Nusantara Papringan Yogyakarta in September, 2008.

This research uses population method with 30 respodents. The data gathering methods were questionnaire, interview and observasion. The data analysis method were (1) Descriptive Analysis (2) Correlation Product Moment (3) Linear Regression Variabel Dummy. Significance test applied T-test and F-Test with 5% significance.

The result shows that there is relationship between satisfaction and employee’s achievement (Tcount = 2,301 is bigger than T table = 1,70) and probability value is 0,029, is smaller than 5% significance or 0,05. Hypotesis test shows that the style of leadership doesn’t influence job satisfaction and employee’s achievement (F count = 2,650 is smaller than F table (2,28) = 3,34) and probability value is 0,707 it is bigger than α = 5% significance or 0,05.

(3)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN

Studi Kasus: PT. Jembatan Citra Nusantara

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Lusiana 041334070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN

Studi Kasus: PT. Jembatan Citra Nusantara

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Lusiana NIM: 041334070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009

(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini untuk:

Allah Bapa, Yesus Kristus dan Bunda Maria

yang dalam lindungannya selalu menyertai,

memberkati dan tempatku memohon.

Kedua orang tuaku Fransiskus Supardi dan Maria Suwarti

Mbakku Bernadet Patrisia

(8)

M O T T O

Sesungguhnya Aku Ini Hamba Tuhan; Jadilah Padaku menurut

Perkataanmu itu (Luk 1:38).

Manusia Kadang Lupa Bahwa Tidak Selamanya Harus Maju Perlu

Istirahat Dan Susun Strategi Baru.

Orang Yang Berhasil Bukan Karena Dia Tidak Pernah jatuh Tapi

Karena Dia Bisa Bangkit Dari Jatuh.

Mungkin Kita Memang Tidak Dapat Memahami Makna Sepenuhnya

Dari Setiap KejadianTetapi Kita Dapat Meyakini Bahwa Setiap

Kejadian itu Bermakna.

Ketika Beban Itu Makin Berat Menindih, Bertahanlah Sebentar Lagi

Dan Jangan Menyerah, Lihatlah Betapa tepatnya Tuhan Menolong.

(9)
(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Terimakasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas bimbingan dan karunianya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir perkuliahan

di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan

Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan studi kasus PT. Jembatan Citra

Nusantara. Tujuan penulisan skripsi ini untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu secara

moril maupun materiil dalam penulisan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Romo Ir. P. Wiryono, SJ serta

staf karyawan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada

penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si., selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Unversitas Sanata Dharma.

(12)

5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA selaku Dosen Pembimbing yang selalu

sabar memberikan bimbingan, dukungan, kritik, saran dan meluangkan waktu

untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku yang kucinta dan kusayang Fransiskus Supardi dan Maria

Suwarti serta mbakku Bernadet Patrisia yang selalu memberikan doa yang

tiada hentinya, dukungan, semangat dan perhatian kepada penulis selama

kuliah dan penyelesaian skripsi ini.

7. Mbah Kakung, mbah Putri, bulek Endah, om Bambang yang tidak pernah

bosan untuk memberikan nasihat dan dukungan.

8. Bayu, Nunus dan Naning terimakasih buat bantuan yang diberikan selama ini

9. Karyawan – karyawan PT Jembatan Citra Nusantara khususnya untuk Mbak

Rita, Mas Rahmat, Mas Pran, Mas Polo, Pak Idon serta semua pihak yang

sabar membantu penulis dalam penelitian dan memberikan informasi dalam

penyelesaian skripsi.

10.Mas moko yang selalu sabar memberi dukungan, semangat dan meluangkan

waktu selama penulis kuliah dan penyelesaian skripsi.

11.Temen-temen kuliah Vivin, Sisil, Nova, Agnes, Via, Dwi dan Santi yang

selalu memberi semangat, belajar dan bermain bersama selama kuliah.

12.Teman-teman Pak ’04 terimakasih buat semua-muanya ...

13.Teman-teman kos Brojodento Tika, Eka, Mbak Agnes terimaksih ya...

14.Iyek terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis

15.Mbak Dini yang telah banyak memberikan bantuannya.

(13)

16.Mbak Olive, Koko dan Icha terimakasih atas dukungan, bantuan dan selalu

memberikan semangat yang tiada hentinya.

17.Mbak Dixta terimakasih atas doa, dukungan, semangat yang diberikan kepada

penulis, kapan maen lagi..?.

18.Temen-teman kos Beo 45 Mbak Wika, Nita, Agnes terimakasih ya...

19.Dedi terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan selama kuliah

dan peyelesaian skripsi.

20.Komputerku yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

21.Teman-temanku serta pihak yang telah memberikan semangat dukungan dan

membantu penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Yogyakarta, Februari 2009

Penulis

Lusiana

(14)

ABSTRAK

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN

Studi Kasus PT. Jembatan Citra Nusantara

LUSIANA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Jembatan Citra Nusantara Papringan Yogyakarta pada bulan September.

Penelitian ini menggunakan populasi karena responden yang ada sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan observasi. Analisis data yang digunakan (1) Analisis deskriptif (2) Korelasi Product Moment (3) Regresi linear variabel dummy. Uji signifikansi menggunakan uji T dan uji F dengan taraf signifikansi sebesar 5%.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan kepuasan kerja dan kinerja karyawan ( Nilai Thitung = 2,301 lebih besar dari Ttabel = 1,70) dan nilai probabilitas sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05. Uji hipotesis menunjukkan tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan kerja dan kinerja karyawan (Fhitung = 2,650 lebih kecil dari Ftabel (2,28) = 3,34) dan nilai probabilitas sebesar 0,707 lebih besar dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05.

(15)

ABSTRACT

THE EFFECT OF LEADERSHIP STYLE TOWARDS THE

RELATIONSHIP BETWEEN JOB SATISFACTION AND EMPLOYEE’S ACHIEVEMENT

A Case Study on PT. Jembatan Citra Nusantara

LUSIANA

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2009

This research purposes to examine whether the style of leadership influences job satisfaction and employee’s achievement. This research was done at PT. Jembatan Citra Nusantara Papringan Yogyakarta in September, 2008.

This research uses population method with 30 respodents. The data gathering methods were questionnaire, interview and observasion. The data analysis method were (1) Descriptive Analysis (2) Correlation Product Moment (3) Linear Regression Variabel Dummy. Significance test applied T-test and F-Test with 5% significance.

The result shows that there is relationship between satisfaction and employee’s achievement (Tcount = 2,301 is bigger than T table = 1,70) and probability value is 0,029, is smaller than 5% significance or 0,05. Hypotesis test shows that the style of leadership doesn’t influence job satisfaction and employee’s achievement (F count = 2,650 is smaller than F table (2,28) = 3,34) and probability value is 0,707 it is bigger than α = 5% significance or 0,05.

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

KATA PENGANTAR... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik... 6

1. Pengertian Kepemimpinan ... 6

(17)

2. Teori Kepemimpinan... 8

3. Ciri-ciri Pemimpin... 10

4. Tanggung Jawab Pemimpin ... 12

5. Sifat Pemimpin ... 13

6. Gaya Kepemimpinan ... 15

7. Kepuasan Kerja ... 15

8. Kinerja Karyawan... 22

9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kinerja ... 22

10.Hal-hal yang Dinilai Dalam Kinerja Karyawan ... 23

B. Kerangka Berpikir ... 27

C. Model Penelitian... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

D. Populasi ... 31

E. Operasional Variabel ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G..Teknik Pengujian Instrumen... 36

H. Teknik Analisis Data ... 41

(18)

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah PT. Jembatan Citra Nusantara ... 48

B. Profil Perusahaan... 49

C. Visi dan Misi ... 51

D. Profil Jaringan ... 52

E. Produk dan Layanan ... 54

F. Customer Citranet... 60

G. Struktur Organisasi ... 61

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden ... 64

B. Deskripsi Data Penelitian ... 64

C. Uji Normalitas ... 66

D. Uji Korelasi ... 67

E. Uji Hipotesis ... 68

F. Pembahasan Hasil Penelitian... 70

1. Gaya Kepemimpinan pada PT. Jembatan Citra Nusantara ... 70

2. Kepuasan Kerja pada PT. Jembatan Citra Nusantara ... 70

3. Kinerja Karyawan pada PT. jembatan Citra Nusantara... 71

4. Hubungan Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan... 71

5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Kinerja Karyawan ... 72

(19)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 74

B. Saran ... 75

C. Keterbatasan Penelitian ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Operasional Gaya Kepemimpinan... 31

Tabel II Skala Skor Pengukuran Variabel Gaya Kepemimpinan... 32

Tabel III Operasional Kepuasan Kerja ... 33

Tabel IV Skala Skor Pengukuran Kepuasan Kerja ... 33

Tabel V Operasional Kinerja Karyawan ... 34

Tabel VI Skala Skor Pengukuran Kinerja Karyawan ... 35

Tabel VII Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan... 37

Tabel VIII Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja ... 38

Tabel IX Uji Validitas Kinerja Karyawan ... 39

Tabel X PAP I... 42

Tabel XI Interval Skor Gaya Kepemimpinan ... 43

Tabel XII Interval Skor Kepuasan Kerja... 44

Tabel XIII Interval Skor Kinerja Karyawan... 45

Tabel XIV Kategori Data Gaya Kepemimpinan... 64

Tabel XV Kategori Data Kepuasan Kerja ... 65

Tabel XVI Kategori Data Kinerja Karyawan ... 66

Tabel XVII Coefficient Regresi ... 68

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN I Kuesioner I

(Gaya Kepemimpinan) ... 83

Kuesioner II (Kepuasan Kerja)... 84

Kuesioner III (Kinerja Karyawan) ... 85

LAMPIRAN II 1. Uji Validitas dan Reliabilitas... 87

2. Uji Normalitas Data... 92

3. Uji Korelasi ... 95

4. Uji Regresi Variabel Dummy... 96

LAMPIRAN III Surat Permohonan Ijin Penelitian... 99

Surat Telah Mengadakan Penelitian dari PT. Jembatan Citra Nusantara... 100

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan sangat berperan dalam hal manajemen khususnya

untuk mengajak karyawan bekerja sama agar mencapai tujuan organisasi.

Selain kerjasama, kepemimpin juga harus bersikap adil terhadap karyawan

yang dipimpinnya, misalnya ada karyawan yang berprestasi maka akan diberi

hadiah atau dipromosikan, sebaliknya karyawan yang kurang berprestasi

maka akan diberi kritikan atau teguran supaya kinerja karyawan meningkat.

Dalam kepemimpinan manajemen, faktor keberhasilan pemimpin

yang ada di dalam organisasi itu sendiri, yang terdiri dari 2 faktor yaitu gaya

kepemimpinan dan kemampuan mengendalikan dan mempengaruhi

kelompok terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya ( Moenir, 1988: 270).

Hubungan pemimpin dan karyawan yang didasari dengan hubungan kerja

yang baik akan membantu pimpinan membentuk kerjasama dan menanamkan

kewibawaan seorang pemimpin, sehingga pekerjaan yang dilaksanakan

sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, hubungan pemimpin dan

karyawan yang tidak terjalin dengan baik akan mengakibatkan tidak

terjalinnya kerjasama, sehingga pekerjaan yang dilaksanakan tidak sesuai

dengan yang diharapkan.

Untuk mendapatkan semangat kerja, kepuasan kerja dan kinerja

karyawan tergantung dari gaya kepemimpinan. Apabila seorang pemimpin

(23)

memperlakukan karyawan tidak baik maka kinerja karyawan akan menurun

sehingga karyawan tidak betah untuk bekerja di perusahaan tersebut, karena

mereka tidak mendapatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan

tingkatan kenikmatan yang diterima orang atau karyawan ketika mereka

mengerjakan suatu pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin. Keuntungan bila

para pekerja puas dan mempunyai semangat kerja yang tinggi bagi organisasi

adalah karyawan tidak mengeluh, bekerja menjadi cepat, masuk kerja setiap

hari dan lain-lain. Dengan demikian, karyawan-karyawan akan memberikan

sumbangan yang sangat berharga bagi organisasi.

Pada saat ini, banyak orang yang bersaing ingin menjadi pemimpin

misalnya sebagai presiden, kepala desa, kepala sekolah, direktur dan lain-lain.

Apabila keinginan tersebut tercapai, mereka merasa bangga atas prestasi yang

telah diraih atau berhasil mencapai tujuannya. Hal-hal tersebut merupakan

ungkapan kebahagiaan sebagai seorang pemimpin. Menurut Gordon

(1994:13), mereka yang baru menduduki jabatan kepemimpinan belum

berhasil. Mereka baru saja mulai. Maksud dari mulai yaitu banyak yang harus

dilakukan antara lain memimpin karyawan, mengambil keputusan, berusaha

agar diterima bawahan atau orang yang dipimpinnya. Orang-orang yang

menjadi pemimpin biasanya akan menemui beberapa kendala salah satunya

ditolak oleh para karyawan dikarenakan karyawan tidak setuju dengan gaya

kepemimpinan yang diterapkan.

Sebuah perusahaan yang sering berganti pimpinan akan berpengaruh

(24)

menyesuaikan diri dengan pemimpin yang baru, sehingga semangat, kinerja

dan motivasi karyawan menjadi menurun. Untuk mengatasi hal itu, banyak

perusahaan termasuk para pemimpinnya yang mencoba memenuhi dan

memperhatikan kebutuhan karyawan misalnya menyediakan bus untuk sarana

transportasi karyawan, ada juga perusahaan yang menyediakan makanan

untuk karyawannya.

Dahulu orang beranggapan bahwa yang pantas menjadi pemimpin

yaitu mereka yang mempunyai penampilan menarik, pandai dan berani

berbicara di depan publik. Namun sekarang orang sudah mulai beranggapan

lain bahwa pemimpin yang baik dapat dilihat pada perilaku atau gaya

kepemimpinannya. Ketika menghadapi para karyawan, setiap pemimpin

mempunyai gaya yang berbeda-beda.

Menurut teori kepemimpinan yaitu teori Kontingensi bahwa dalam

menerapkan gaya kepemimpinan dihadapkan pada tiga situasi yaitu hubungan

antara pemimpin dengan bawahan, struktur tugas dan kekuatan posisi.

Berdasarkan teori tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti gaya

kepemimpinan dengan menggunakan studi kasus pada PT. Jembatan Citra

Nusantara, karena karyawan yang bekerja pada PT. Jembatan Citra Nusantara

diprioritaskan selalu memberikan pelayanan selama 24 jam pada pelanggan

untuk mendapatkan loyalitas. Sebagai contoh jika ada kerusakan jaringan

komunikasi pada malam hari, karyawan tetap harus memberikan pelayanan

Hal ini merupakan salah satu strategi yang ditetapkan oleh pemimpin untuk

(25)

apa yang dilakukan pada perusahan tersebut dapat diketahui, sehingga dapat

meningkatkan kinerja karyawan dan kepuasan kerja.

Berdasarkan latar belakang tersebut mengenai gaya kepemimpinan

yang diharapkan para karyawan maka dalam penelitian ini penulis tertarik

untuk meneliti tentang “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap

Hubungan Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan, Studi Kasus pada PT. Jembatan Citra Nusantara “.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan

kerja dan kinerja karyawan PT Jembatan Citra Nusantara?

C. Batasan Masalah

Gaya kepemimpinan yang akan diteliti pada PT Jembatan Citra

Nusantara yaitu gaya kepemipinan otoriter dan demokratis menurut Ruky,

2002:148. Hal-hal yang berkaitan dengan kepuasan kerja, menurut Luthans

(2005:212) meliputi: Kerja, Gaji, Promosi, Pengawasan, Kondisi kerja.

Kinerja karyawan yaitu batasannya hal-hal yang dinilai dalam kinerja

meliputi Kecakapan kerja, Kualitas pekerjaan, Pengembangan, Tanggung

jawab, Prakarsa, Ketabahan, Kejujuran, Tingkat kehadiran, Kerja sama,

(26)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan

kepuasan kerja dan kinerja karyawan PT Jembatan Citra Nusantara.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini akan membantu pihak perusahaan

lebih memahami bahwa gaya kepemimpinan itu penting karena mampu

meningkatkan kinerja karyawan dan kepuasan kerja.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan referensi untuk penelitian mengenai pengaruh gaya

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan dan kepuasan kerja.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar dan

menambah pengalaman terkait dengan Teori Kepemimpinan dan

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Agus Dharma (1984:24) Kepemimpinan merupakan

suatu proses atau praktik dimana penampilan orang lain dipengaruhi oleh

seseorang yang berfungsi sebagai pemimpin.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi,

menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau

sekelompok orang, untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu

(Abi Sujak, 1990:1).

Susilo Martoyo (2000:173) menyatakan bahwa kepemimpinan

dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan atas

berhasil tidaknya suatu organisasi atau usaha. Sebab kepemimpinan yang

sukses, menunjukkan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil

dilaksanakan dengan sukses pula. Dengan demikian bahwa pimpinan

berhasil dalam tiga hal yaitu :

• Mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba dalam proses

pengelolaan organisasi.

• Berhasil mengoreksi kelemahan-kelemahan yang timbul.

• Sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu

yang sudah ditetapkan.

(28)

Menurut Arifin Abdulrachman (1971:21) kepemimpinan pada

umumnya memerlukan sifat kelebihan daripada yang memimpin terhadap

yang dipimpin.

Sifat kelebihan itu meliputi :

1. Kelebihan dalam penggunaan pikiran dan ratio

Yaitu memiliki pengetahuan tentang dasar organisasi yang

dipimpinnya dan pengetahuan tentang cara kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dalam organisasi sehingga dapat tercapai hasil yang

maksimal.

2. Kelebihan dalam rohaniah

Yaitu kelebihan memiliki sifat budi pekerti yang luhur dan moral yang

tinggi.

3. Kelebihan dalam badaniah

Yaitu memiliki kesehatan badan sehingga mampu memimpin

organisasi setiap hari.

Dari pengertian-pengertian kepemimpinan tersebut dapat

disimpulkan bahwa, pemimpin dalam kegiatannya mampu mengajak

bawahan atau orang-orang yang dipimpinnya untuk mewujudkan

tujuan organisasi dan pemimpin itu mempunyai kelebihan dalam hal

pengetahuan, rohani maupun kelebihan yang lain sehingga pemimpin

(29)

2. Teori Kepemimpinan

Menurut Agus Dharma (1984:25-27) ada tiga teori kepemimpinan

yang memiliki kesamaan unsur sekalipun tidak seluruhnya dapat

menjelaskan perbedaan antara kepemimpinan yang efektif dan

kepemimpinan yang tidak efektif dalam berbagai situasi, ketiga faktor

tersebut yaitu:

1. Teori karakteristik personalitas

Teori ini merupakan asumsi dasar bahwa individu-individu

lebih penting daripada situasi. Dengan demikian faktor lingkungan

tidak turut diperhitungkan dalam menentukan efektivitas

kepemimpinan. Teori ini terutama menekankan pada karakteristik

personalitas yang secara khusus terdapat pada pemimpin-pemimpin

atau manajer yang berhasil. Karakteristik personalitas itu antara lain

meliputi umur, kedewasaan, kemampuan, bentuk fisik, pendidikan,

karisma dsb.

2. Teori gaya

Asumsi dasar teori ini terletak pada anggapan bahwa pegawai

akan bekerja lebih keras (dan karenanya akan lebih efektif) jika

manajer menerapkan gaya tertentu. Teori ini terutama menyadari

bahwa dalam kepemimpinan terlibat hubungan interpersonal antara

pemimpin dan bawahan. Oleh karena itu, unsur yang paling kritis

(30)

meliputi rasa saling percaya, saling hormat, dukungan terhadap

ide-ide bawahan, dan komunikasi dua arah.

3. Teori Kontingensi

Ada tiga faktor situasional yang menentukan sesuai tidaknya

penerapan gaya kepemimpinan yaitu:

a) Hubungan antara pemimpin dengan bawahan

Kualitas hubungan antara pemimpin dengan bawahan

(baik, sedang, jelek), keyakinan bawahan terhadap pemimpin, dan

loyalitas. Pada umumnya hal-hal tersebut diukur berdasarkan

persepsi pemimpin mengenai atmosfir kelompok dalam sejumlah

dimensi.

b) Struktur tugas

Faktor struktur tugas menyangkut soal sampai seberapa

jauh suatu tugas merupakan pekerjaan rutin atau tidak. Faktor ini

umumnya diukur melalui persepsi pengamat atau sifat pekerjaan

yang ditegaskan.

c) Kekuatan posisi

Faktor kekuatan posisi dirujuk sebagai otoritas struktural

yang dimiliki pemimpin karena jabatan formalnya, termasuk kadar

kontrol yang dimilikinya atas penghargaan dan sanksi serta kabar

(31)

3. Ciri-Ciri Pemimpin

Menurut Sondang dalam Susilo Martoyo (2000:176) menjadi

pemimpin yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pendidikan umum yang luas

Seorang pemimpin tidak perlu memiliki pendidikan yang

tinggi untuk mempunyai pengetahuan yang luas. Tetapi pemimpin

mampu mengembangkan managerial skill dan tidak perlu menjadi

seorang spesialis dengan pemilikan technical skill yang mendalam.

2. Kemampuan berkembang secara mental

Seorang pemimpin harus mempunyai mental yang kuat

khususnya dalam kehidupan kepemimpinannya karena dalam

kepemimpinan akan mengahadapi banyak persoalan.

3. Ingin tahu

Karena seringnya perubahan lingkungan, teknologi, adat,

prosedur kerja maka pemimpin harus inovatif dan kreatif terhadap

perubahan tersebut dan pemimpin sebaiknya menghindari perasaan

puas terhadap hal-hal yang telah dicapainya.

4. Kemampuan Analitis

Pemimpin harus mampu menganalisis situasi yang dihadapi

secara teliti, matang dan mantap merupakan syarat untuk suksesnya

(32)

5. Memiliki daya ingat yang kuat

Dengan daya ingat yang kuat diharapkan pemimpin dapat

menyaring informasi yang bervolume besar dan orang-orang yang

jumlahnya banyak.

6. Keterampilan berkomunikasi

Dalam berkomunikasi misalnya dalam hal memberikan

perintah, pedoman, petunjuk sebaiknya pemimpin menguasai

teknik-teknik berkomunikasi dengan menggunakan bahasa dengan baik dan

teknik penyampaian secara tertulis maupun lisan.

7. Keterampilan mendidik

Apabila bawahan menghadapi kesulitan dalam melaksanakan

tugas maka sebagai pemimpin memberi petunjuk atau mendidik

kepada bawahan tersebut.

8. Rasionalitas dan obyektivitas

Khususnya dalam mengambil keputusan sebaiknya pemimpin

menggunakan rasionalitas dan obyektivitas dan tidak menggunakan emosi karena dapat mengakibatkan keputusan yang diambil akan

menjadi kurang tepat.

9. Kesederhanaan

Pemimpin harus memberikan teladan kepada bawahan,

kesederhanaan dan kewajaran dalam cara hidup, cara bertindak

(33)

10.Keberanian

Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi perlu

pula memiliki keberanian yang semakin besar dalam melaksanakan

tugas pokok yang telah dipercayakan.

11.Kemampuan Mendengar

Pemimpin perlu memiliki sifat mampu dan mau mendengar

pendapat atau saran-saran dari orang lain terutama dari bawahannya.

12.Ketegasan

Ketegasan dalam menghadapi bawahan diperlukan dalam

usaha menjamin stabilitas organisasi meskipun dihadapkan pada masa

depan yang kurang diketahui sifatnya.

4. Tanggung Jawab Pemimpina

Robert C.Miljus dalam Susilo Martoyo (2000:180) mengatakan

bahwa, tanggung jawab para pemimpin yaitu:

1. Menentukan tujuan pelaksanaan kerja realities (kuantitas, kualitas,

keamanan dsb)

2. Melengkapi para karyawan dengan sumber dana-sumber dana yang

diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

3. Mengkomunikasikan pada para karyawan tentang apa yang

diharapkan dari mereka.

4. Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi.

5. Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang

(34)

6. Meghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif.

7. Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya.

8. Menunjukkan perhatian kepada karyawan.

5. Sifat Pemimpin

Seorang pemimpin tidak hanya memiliki sifat-sifat yang baik dan

tepat saja tetapi juga diterapkan dalam praktik pada waktu dan situasi

yang tepat pula, George R. Terry dalam Susilo Martoyo (2000:182-184)

sifat-sifat tersebut yaitu :

1. Penuh energi (Energic)

Agar kepemimpinan tercapai diperlukan energi, jasmani dan

rohani yang baik juga, karena sewaktu-waktu tenaga dibutuhkan

mengingat kedudukan dan fungsinya, jadi kesehatan fisik dan mental

sangat diperlukan bagi seorang pemimpin.

2. Memiliki stabilitas emosi

Sifat mencurigai, berprasangka buruk terhadap bawahan

merupakan sifat yang harus dihindari seorang pemimpin. Tetapi

seorang pemimpin harus memiliki tindakan-tindakan yang percaya

diri, konsekuen dan konsisten terhadap bawahannya.

3. Memiliki pengetahuan tentang hubungan antara manusia

Seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang hubungan

antar manusia, memahami sifat-sifat orang dan

kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas yang

(35)

4. Motivasi pribadi

Hal ini tercermin pada keteguhan pendiriannya, kemauan yang

keras dalam bekerja, kegembiraan dalam bekerja dan penerapan

sifat-sifat pribadi yang baik dalam pekerjaannya.

5. Kemahiran mengadakan komunikasi

Seorang pemimpin harus mampu berkomunikasi dengan baik

secara tertulis maupun lisan. Hal ini sangat penting bagi pemimpin

agar dapat mendorong bawahan dalam memberi ataupun menerima

informasi bagi kemajuan organisasi dan kepentingan bersama.

6. Kecakapan mengajar

Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk-petunjuk

mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi, mengajukan

saran-saran, menerima saran-saran dan sebagainya.

7. Kecakapan sosial

Seorang pemimpin harus mampu bekerjasama dengan

orang-orang yang memiliki berbagai sifat, sehingga mereka benar-benar

dengan penuh kemauan dan kesetiaan bekerja di bawah

kepemimpinanya. Selain itu pemimpin juga mampu menghargai

pendapat dan mengadakan pendekatan terhadap orang lain.

8. Kemampuan teknis

Dengan dimilikinya kemampuan teknis ini seorang pemimpin

mudah mengadakan koreksi bila terjadi suatu kesalahan pelaksanaan

(36)

6. Gaya Kepemimpinan

a. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yaitu cara pemimpin membawa diri sebagai

pemimpin dan sikap pemimpin terhadap persoalan, terhadap masalah

dan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul (Riberu, 1982).

b. Macam Gaya Kepemimpinan

Menurut Ruky, 2002:148 gaya kepemimpinan diidentifikasi

menjadi 2 yaitu:

1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (Otoriter),

ciri-cirinya:

a) Pemimpin selalu memberikan pengarahan kepada

karyawannya.

b) Pemimpin mengawasi secara ketat karyawan untuk menjamin

tugas yang dilaksanakan secara memuaskan.

c) Pemimpin lebih mementingkan tugas itu terlaksana daripada

pengembangan dan pertumbuhan karyawan.

2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan

(Demokratis), ciri-cirinya:

a) Pemimpin lebih memotivasi daripada mensupervisi bawahan.

b) Pemimpin dalam mengambil keputusan juga mengikutsertakan

karyawannya.

c) Pemimpin membina hubungan yang akrab, penuh kepercayaan

(37)

7. Kepuasan Kerja

Locke dalam Syahdhyni (2001:460) mendefinisikan kepuasan

kerja sebagai suatu keadaan emosional yang positif atau menyenangkan

yang dihasilkan dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman

kerja. Lain halnya dengan Schermerborah dan Osborn dalam Syahdhyni

(2001:461) yang mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu tingkatan

perasaan yang positif/negatif tentang beberapa aspek dari pekerjaan,

situasi kerja dan hubungan rekan sekerja. Sedangkan menurut Martoyo

(2000:142) kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan dimana

terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja

karyawan dari perusahaan/organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang

memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan

Dari definisi kepuasan kerja diatas dapat disimpulkan bahwa

kepuasan kerja merupakan kenikmatan yang dialami oleh karyawan yang

bekerja di suatu perusahaan dimana mereka puas terhadap pekerjaannya.

Adanya kepuasan kerja maka berpengaruh terhadap (Martoyo

2000:142-145) :

1. Tingkat absensi karyawan

Apabila karyawan yang bekerja di perusahaan puas maka

tingkat absensi karyawan menjadi kecil dan karyawan akan datang

(38)

2. Perputaran tenaga kerja

Ada hubungan antara kepuasan kerja dengan perputaran

karyawan serta absensinya. Makin puas mereka bekerja dalam suatu

organisasi, makin kecil perputaran dan makin jarang adanya absensi

karyawan. Sebaliknya kepuasan kerja yang rendah, akan

mengakibatkan perputaran karyawan dan ketidakhadiran karyawan

yang tinggi.

3. Semangat kerja

Karena kebutuhan karyawan terpenuhi maka karyawan yang

bekerja mempunyai semangat kerja yang tinggi, semangat tersebut

meliputi kepuasan kerja misalnya hadiah, tunjangan lain-lain

4. Masalah-masalah personalia yang vital lainnya.

Karyawan dalam bekerja kadang sering merasa kurang

termotivasi dikarenakan adanya masalah pribadi, ekonomi atau karena

lingkungan kerja yang kurang mendukung. Martoyo (2000:145) juga

mengatakan umur dan jenjang pekerjaan mempunyai korelasi dengan

kepuasan kerja. Semakin tua umur karyawan, biasanya mereka makin

terpuaskan dengan pekerjaan mereka. Para karyawan yang lebih muda

biasanya kurang puas, karena harapan-harapannya yang tinggi tidak

cepat terwujud, kurang penyesuaian dan sebagainya. Mereka yang

memiliki jenjang pekerjaan yang makin tinggi akan memperoleh

kepuasan kerja yang lebih baik dari sebelumnya. Hubungan yang

(39)

dengan meningkatkan kepuasan kerja yaitu meliputi : (Kreitner dan

Kicki, 2005:273-275)

a). Motivasi

Para manajer disarankan dalam memimpin meningkatkan motivasi

para karyawan melalui berbagai usaha untuk meningkatkan

kepuasan kerja.

b). Keterlibatan dalam pekerjaan

Keterlibatan dalam pekerjaan merupakan keterlibatan seorang

individu dengan peran dalam pekerjaannya. Maka para manajer

terdorong untuk memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan

dengan tujuan untuk mendorong keterlibatan para karyawan dalam

pekerjaannya.

c). Perilaku sebagai anggota organisasi baik

Perilaku sebagai anggota organisasi yang baik pada karyawan

lebih ditentukan oleh kepemimpinan dan karakteristik lingkungan

kerja daripada oleh kepribadian seorang karyawan.

d). Komitmen organisasi

Para manajer sebaiknya meningkatkan kepuasan kerja dengan

tujuan untuk mendapatkan tingkat komitmen yang lebih tinggi.

Komitmen yang lebih tinggi dapat mempermudah terwujudnya

(40)

e). Ketidakhadiran

Dengan meningkatnya kepuasan kerja maka ketidakhadiran

karyawan akan menurun.

f). Berhentinya karyawan

Dengan banyaknya karyawan yang berhenti maka akan

mengganggu kelangsungan organisasi dan menghabiskan biaya.

Untuk mengurangi tingkat berhentinya karyawan maka dengan

meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

g). Stres yang dirasakan

Stres dapat memiliki dampak yang sangat negatif pada perilaku

organisasi dan kesehatan seorang individu. Stres berhubungan

positif dengan kertidakhadiran, berhentinya karyawan, penyakit

jantung koroner dll. Oleh karena itu para manajer sebaiknya

mengurangi dampak negatif dari stres dengan memperbaiki

kepuasan kerja.

h). Prestasi kerja

Beberapa pendapat mengatakan bahwa kepuasan kerja yang tinggi

itu timbul justru karena adanya prestasi kerja yang tinggi. Karena

dengan prestasi kerja yang tinggi tersebut mengakibatkan balas

atau penghargaan yang tinggi pula dan penghargaan yang tinggi

kalau dirasakan adil dan memadai, akan dapat meningkatkan

(41)

Menurut Sondang P.Siagian (1989:128-134) adanya kepuasan

kerja di perusahaan dikarenakan :

1. Pekerjaan yang penuh tantangan

Karyawan perusahaan apabila bekerja lebih tertarik pekerjaan

yang membutuhkan tantangan, karena dengan adanya tantangan dapat

dituntut mengenai inovativ, kreatifitas, imajinasi dan pelaksanaannya,

apalagi ditambah hasil dari pekerjaan itu mencapai hasil yang

maksimal. Tetapi dalam memberikan pekerjaan kepada karyawan

jangan terlalu mudah dan jangan terlalu sulit. Apabila pekerjaan yang

terlalu mudah diberikan kepada karyawan maka segala keterampilan,

tenaga, waktu yang dimiliki oleh karyawan tidak dikerahkan

sepenuhnya dan karyawan kurang berkembang. Sebaliknya apabila

karyawan diberikan pekerjaan yang terlalu sulit maka pekerjaan tidak

selesai dan karyawan menjadi frustasi dan tingkat kepuasan yang akan

dicapai pun juga rendah.

2. Penerapan sistem penghargaan yang adil

a) Pengupahan dan penggajian

Adalah balasan yang diterima oleh seseorang yang bekerja

diperusahaan, balas jasa yang diberikan yang meliputi berupa

waktu, tenaga, keahlian dan ketrampilan. Biasanya dalam

menentukan gaji dan upah dibandingkan dalam hal tingkat

pendidikan, pengalaman, masa kerja, jumlah tanggungan, status

(42)

b) Sistem promosi

Dalam sistem promosi sebaiknya pemimpin juga

memperhatikan kebutuhan karyawannya khususnya karyawan

yang telah bekerja lama di perusahaan tersebut untuk melakukan

promosi yang berupa promosi dalam arti golongan maupun

jabatan agar kepuasan karyawan tersebut meningkat.

c) Kondisi kerja

Pada kondisi kerja ini tidak hanya tempat kerja yang

nyaman, ventilasi yang cukup, penerangan lampu yang memadai,

keamanan, kebersihan saja tetapi pemimpin juga memperhatikan

kebutuhan karyawan dalam hal tempat tinggal. Misalnya

pemimpin memberikan fasilitas mobil untuk karyawan sehingga

dapat menghemat biaya transportasi dan waktu.

3. Kondisi kerja yang mendukung

Agar mempunyai karyawan yang berdisiplin dan berdedikasi

tinggi tetapi tanpa sarana dan prasarana kerja ia tidak akan berbuat

banyak apalagi meningkatkan efeisiensi, efektifitas dan produktivitas

kerjanya. Tingkat ketrampilan yang tinggipun tidak akan banyak

artinya apabila tidak didukung oleh kondisi kerja yang memadai.

Misalnya ruang kerja yang pengab sehingga karyawan menjadi cepat

(43)

4. Sikap orang lain dalam organisasi

Dalam organisasi seseorang harus berinteraksi baik itu dengan

rekan kerjanya maupun dengan atasannya. Dalam interaksi ini muncul

karena adanya saling ketergantungan dan keterkaitan antara tugas

yang satu dengan yang lain. Dengan demikian keberhasilan

menyelesaikan pekerjaan sangat ditentukan oleh interaksi antara

orang-orang yang terlibat pada pekerjaan itu.

Ada tiga pernyataan umum tentang dimensi dari kepuasan

kerja yaitu (Luthans, 2005:212)

1. Kepuasan kerja adalah respon emosi dari situasi kerja.

2. Kepuasan kerja sering menentukan bagaimana hasil dari

pekerjaan.

3. Kepuasan kerja menggambarkan beberapa sikap relasi.

Dimensi-dimensi kepuasan kerja menurut Luthans (2005:212)

meliputi:

1. Kerja : ketertarikan dari dalam dan kesempatan untuk sukses

2. Gaji : Jumlah gaji dan metode pembayaran

3. Promosi: Kesempatan untuk promosi dan dasar promosi

4. Pengawasan: Pengaruh pengawasan dan gaya pengawasan

(44)

8. Kinerja Karyawan

Menurut Ambar Teguh S. dan sulistiyani (2003:223) kinerja

merupakan kombinasi dari kemampuan usaha dan kesempatan yang dapat

dinilai dari hasil kerjanya.

Menurut Bernadin russel dalam Ambar Teguh S. dan Sulistiyani

(2003:223-224) kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari

fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode

waktu tertentu. Jadi kinerja karyawan dapat disimpulkan sebagai hasil

yang diberikan oleh karyawan untuk perusahaan.

9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2006:155) dalam

mempengaruhi kinerja karyawan meliputi dua faktor yaitu :

1. Faktor Intrinsik

Faktor personal / individu, meliputi unsur pengetahuan,

keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen

yang dimiliki oleh tiap individu karyawan.

2. Faktor Ekstrinsik

a) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team

leader dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja kepada karyawan.

b) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang

diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama

(45)

c) Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau

infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan

kultur kinerja dalam organisasi.

d) Faktor kontekstual, meliputi tekanan dan perubahan lingkungan

eksternal dan internal.

10.Hal-hal yang Dinilai dalam Kinerja Karyawan

Nilai prestasi kerja karyawan diperoleh dari pengumpulan nilai,

sesuai golongannya yang diperoleh dari daftar penilaian yang meliputi

hal-hal berikut ini : (Susilo Martoyo, 2000:108)

1. Kecakapan kerja

2. Kualitas pekerjaan

3. Pengembangan

4. Tanggung jawab

5. Prakarsa

6. Ketabahan

7. Kejujuran

8. Tingkat kehadiran

9. Kerja sama

(46)

Tujuan penilaian kinerja karyawan (Henry Simamora, 2003:

344-348) yaitu:

1. Tujuan Evaluasi

Untuk menilai kinerja masa lalu sebagai basis untuk pelaksanaan

keputusan personalia, yang meliputi :

a) Penilaian kinerja dan telaah gaji

Dengan adanya penilaian ini untuk memutuskan karyawan yang

berprestasi akan menerima bayaran yang lebih tinggi daripada

karyawan yang kurang berprestasi.

b) Penilain kinerja dan kesempatan promosi

Karyawan yang terus berusaha untuk meningkatkan kinerja tentu

akan mendapatkan kesempatan promosi atau kenaikan golongan.

2. Tujuan Pengembangan

Untuk memotivasi dan mengarahkan kinerja individu dan upaya

pengembangan karir yang meliputi :

a) Meningkatkan karir

Tujuan penilaian ini untuk mengenali kekuatan dan kelemahan

kinerja masa lalu dan menentukan arah apa yang harus diambil

karyawan guna memperbaikinya sehingga di masa mendatang

dapat bekerja lebih baik.

b) Menentukan kebutuhan pelatihan

Dalam penilaian kelemahan keahlian atau kebutuhan

(47)

Setelah itu manajer pelatihan memakai formulir ini untuk

menentukan jenis pelatihan apa yang sebaiknya ditawarkan oleh

perusahaan dan siapa yang perlu mengikutinya.

Menurut Mathis (2006:118-119), manfaat-manfaat penilaian

kinerja karyawan adalah:

1. Perbaikan Kinerja

Umpan balik perbaikan kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer

dan spesialis dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki

kinerja karyawan.

2. Penyesuaian Kompensasi

Menentukan siapa yang seharusnya menerima penyesuaian

kompensasi dalam bentuk upah dan bonus yang didasari pada sistem

merit

3. Keputusan Penempatan

Keputusan penempatan dalam bentuk promosi, perpindahan dan

penurunan jabatan biasanya didasari pada kinerja masa lalu dan

antisipatif.

4. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan

Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan

pelatihan kembali.

5. Perencanaan dan Pengembangan Karir

Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan

(48)

6. Keakuratan data dan Informasi

Kinerja buruk mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis

pekerjaan atau hal lain dari sistem manajemen personal, sehingga

mengarah pada ketidaktepatan dalam keputusan menyewa karyawan,

pelatihan dan keputusan konseling.

7. Memperbaiki Kesalahan rancangan pekerjaan

Karena melalui penilaian ini maka dapat diperbaiki apabila rancangan

pekerjaan yang digunakan menghasilkan kinerja yang buruk.

8. Tantangan-tantangan eksternal

Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti keluarga,

finansial, kesehatan dan lain-lain.

9. Umpan Balik pada SDM

Informasi tentang kinerja yang baik dan buruk diseluruh jajaran

organisasi sebagai suatu proses umpan balik mengindikasikan

bagaimana sebaiknya fungsi departemen SDM diterapkan.

B. Kerangka Berpikir

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Karyawan

Secara teoritis, kepuasan kerja tinggi maka kinerja karyawan juga

tinggi. Apabila karyawan yang bekerja mendapatkan kepuasan yang tinggi

(49)

yang mempengaruhi kinerja karyawan yang memberikan dororngan,

semangat, arahan dan dukungan kerja kepada karyawan.

Gaya kepemimpinan otoriter selalu menentukan tugas yang harus

dilakukan oleh karyawan, karyawan tidak diberi kesempatan untuk

mengutarakan pendapat ataupun saran. Selain itu, setiap karyawan yang

bekerja akan selalu diawasi oleh pemimpin. Karyawan yang bekerja pada

gaya kepemimpinan otoriter kemungkinan akan mendapatkan kepuasan kerja

yang tinggi bila mereka mendapatkan gaji yang memuaskan namun disisi lain

mereka tetap tertekan karena selalu diawasi oleh pemimpin sehingga mereka

tidak punya kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, mematikan

kreativitas sehingga dapat menyebabkan kinerja karyawan menurun.

Sebaliknya gaya kepemimpinan demokratis selalu melibatkan

karyawan dalam proses pengambilan keputusan, karyawan diberi kesempatan

untuk memberikan saran dan pendapat, dengan kondisi tersebut akan

mendorong karyawan untuk berusaha bekerja sebaik mungkin sesuai dengan

tanggung jawabnya dan berprestasi sesuai kemampuan masing-masing.

Karyawan yang bekerja pada gaya kepemimpinan demokratis cenderung

memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan kepuasan kerja yang

tinggi karena dengan mempunyai hubungan rekan kerja yang baik apalagi

(50)

C. Model Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tersebut

dirumuskan sebagai berikut :

Ho : Tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan

kerja dan kinerja karyawan

Ha : Ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan kerja

dan kinerja karyawan

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode studi

kasus. Studi kasus adalah penelitian yang menggambarkan subjek yang

diteliti yang ada dalam keseluruhan selama periode waktu tertentu (Arikunto,

2003:314). Metode studi kasus ini akan melibatkan kita dalam penyelidikan

yang lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah

laku seseorang individu (Consuelo, 1993:73). Dalam penelitian ini diterapkan

untuk meneliti pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan

kerja dan kinerja karyawan. Kesimpulan terhadap hasil penelitian hanya

berlaku di PT. Jembatan Citra Nusantara.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di PT. Jembatan Citra Nusantara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2008.

C. Subjek Dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah karyawan-karyawan yang bekerja di PT.

Jembatan Citra Nusantara yang meliputi administration officer, tehnical

support officer, security dan umum.

(52)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan

kinerja karyawan.

D. Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang

mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002:115).

Populasi dalam penelitian ini yaitu karyawan PT. Jembatan Citra

Nusantara yang jabatannya bukan sebagai manajer. Penelitian ini adalah

penelitian populasi karena seluruh karyawan yang bekerja di PT.

Jembatan Citra Nusantara yang meliputi administration officer, tehnical

support officer, security dan umum berjumlah 30 orang, akan dijadikan responden dalam penelitian.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Gaya Kepemimpinan

Menurut Fiedler dalam Ruky, (2002:162-163) ada tiga dimensi

yang menentukan gaya kepemimpinan yang efektif yaitu hubungan

pemimpin dengan anak buah, struktur tugas, kekuasaan yang melekat

pada posisi hal-hal tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel I

Operasional Gaya Kepemimpinan

Variabel Dimensi Indikator Nomor item pertanyaan 3. Bekerja sama

(53)

anak buah 2.Struktur

tugas

1. Pemberian tugas 2. Kepercayaan

2. Saling mendukung 3. Kompromi

7 8 9

Pengukuran untuk variabel menggunakan Skala Likert. Skala

Likert adalah skala yang disusun dalam bentuk suatu pernyataan yang

menunjukkan alternatif jawaban. Alternatif jawaban pada penelitian ini

terdiri dari pertanyaan positif maupun pertanyaan negatif.

Tabel II

Skala Skor Pengukuran Variabel Gaya Kepemimpinan

Alternatif Jawaban Selalu Sering Kadang Tidak Pernah

Pertanyaan positif 4 3 2 1

Pertanyaan negatif 1 2 3 4

2. Variabel Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan yang bekerja di

perusahaan berbeda-beda ada yang tingkat kepuasan lemah dan ada

tingkat kepuasan yang kuat. Menurut Luthans (2005: 212) Ada lima

dimensi pekerjan yang dapat mengidentifikasi untuk menggambarkan

pentingnya karakteristik dari sebuah pekerjaan tentang karyawan yang

(54)

Tabel III

Operasional Kepuasan Kerja

Variabel Dimensi Indikator Nomor item pertanyaan

1. Kerja 1. Ketertarikan

dari dalam

3. Promosi 1. Kesempatan

untuk

4. Pengawasan 1. Pengaruh

Pengawasan

Pengukurannya variabel ini juga menggunakan skala likert yaitu

terdiri dari pernyataan positif dan negatif dengan pilihan jawaban

berjumlah 4 yaitu :

Tabel IV

Skala Skor Pengukuran Kepuasan Kerja

Alternatif Jawaban Selalu Ssering Kadang Tidak Pernah

Pertanyaan positif 4 3 2 1

(55)

3. Kinerja Karyawan

Apabila penilaian prestasi kerja tersebut dilaksanakan dengan baik

tertib, dan benar, dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan

sekaligus juga meningkatkan loyalitas organisasi organisasional dari para

karyawan (Martoyo, 2000:92). Dimensi penilaian kinerja karyawan

disajikan tabel berikut ini :

Tabel V

Operasional Kinerja Karyawan

Variabel Dimensi Indikator Nomor

item

3. Pengembangan Mengembangkan

potensi

5. Prakarsa 1. Meningkatkan

kualitas

2. Meningkatkan

kuantitas

5

6

6. Ketabahan Mengatasi

masalah

7

7. Kejujuran Tidak menyalah

gunakan

dengan orang lain

10 Kinerja

Karyawan

(56)

Pengukurannya variabel ini menggunakan skala likert yaitu terdiri

dari pertanyaan positif dan negatif dengan pilihan jawaban berjumlah 4

yaitu

Tabel VI

Skala Skor Pengukuran Kinerja Karyawan

Alternatif Jawaban Selalu Sering Kadang Tidak Pernah

Pertanyaan positif 4 3 2 1

Pertanyaan negatif 1 2 3 4

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan 3 teknik pengumpulan data yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan yang digunakan oleh seseorang untuk

mendapatkan jawaban atau keterangan dari responden dengan

memberikan pertanyaan kepada responden. Tujuan wawancara ini untuk

mendapatkan data atau keterangan mengenai kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh karyawan khususnya mengenai kinerja karyawan dan

kepuasan kerja.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah pengumpulan data dimana data itu berupa

pertanyaan dan dijawab oleh responden yang bentuknya secara tertulis.

Teknik kuesioner ini untuk mengumpulkan data berupa pengaruh gaya

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan dan kepuasan kinerja yang

(57)

3. Observasi

Observasi adalah kegiatan untuk mengamati kondisi tingkah laku,

hasil yang dicapai oleh responden, situasi yang dialami responden. Tujuan

observasi untuk penelitian ini untuk mendapatkan gambaran tentang

kegiatan yang dilakukan oleh karyawan.

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat (Arikunto, 2006:168). Untuk menghitung kevalidan data

digunakan rumus Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product

moment sebagai berikut :

( )( )

Jika r positif, serta nila r hitung > r tabel maka butir variabel tersebut

(58)

Uji validitas ini menggunkan komputer program SPSS versi 12.00,

apabila diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r tabel

dengan N = 15 dimana untuk df = 15 – 2 = 13 dengan taraf signifikansi 5 %

menunjukkan nilai r tabel 0,346. Maka butir-butir soal yang telah disusun ke

dalam instrumen dinyatakan valid sehingga pengambilan data penelitian

dapat digunakan.

1. Uji Validitas Gaya Kepemimpinan

Uji validitas kepemimpinan ini diujicobakan kepada 15 responden.

Kuesioner tentang gaya kepemimpinan ini terdiri dari 9 item pertanyaan

dan setiap item mempunyai 4 pilihan jawaban. Dari tabel VII dibawah ini,

dapat dilihat kepemimpinan mempunyai nilai r hitung yang lebih besar

dari r tabel 0,346, sehingga dapat dikatakan bahwa item tersebut valid dan

dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

Tabel VII

Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X2)

(59)

2. Uji Validitas Kepuasan Kerja

Uji validitas kepemimpinan ini diujicobakan kepada 15 responden.

Kuesioner tentang kepuasan kerja ini terdiri dari 10 item pertanyaan dan

setiap item mempunyai 4 pilihan jawaban. Dari tabel VIII dibawah ini,

dapat dilihat kepemimpinan mempunyai nilai r hitung yang lebih besar

dari r tabel 0,346, sehingga dapat dikatakan bahwa item tersebut valid dan

dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

Tabel VIII

Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja (X1)

No item rxy r tabel N = 15 / σ = 5% Keterangan

3. Uji Validitas Kinerja Karyawan

Uji validitas kepemimpinan ini diujicobakan kepada 15 responden.

Kuesioner tentang kinerja karyawan ini terdiri dari 11 item pertanyaan

dan setiap item mempunyai 4 pilihan jawaban. Dari tabel IX dibawah ini,

(60)

dari r tabel 0,346, sehingga dapat dikatakan bahwa item tersebut valid dan

dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

Tabel IX

Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan (Y)

No item rxy r tabel N = 15 / σ = 5% Keterangan

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu

instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

Instrumen yang dapat dipercaya, akan menghasilkan data yang dapat

dipercaya juga (Arikunto, 2006:178). Dalam menghitung reliabilitas ini

menggunakan rumus Alpha Cronbach, rumusnya sebagai berikut :

(61)

Keterangan :

11

r : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σσb2 : jumlah varians butir

Σt2 : Varians total

Apabila r11>r tabel maka kuesioner memenuhi syarat reliabel.

Uji reliabilitas ini menggunkan komputer program SPSS versi 12.00,

apabila diperoleh hasil r hitung untuk setiap butir lebih besar dari r tabel

dengan N = 15 dimana untuk df = 15 – 2 = 13 dengan taraf signifikansi 5 %

menunjukkan nilai r tabel 0,346. Maka butir-butir soal yang telah disusun ke

dalam instrumen dinyatakan reliabilitas sehingga pengambilan data penelitian

dapat digunakan.

1. Uji Reliabilitas Gaya Kepemimpinan

Uji validitas kepemimpinan ini diujicobakan kepada 15 responden.

Kuesioner tentang kepemimpinan ini terdiri dari 9 item pertanyaan dan

setiap item mempunyai 4 pilihan jawaban. Setiap butir pada gaya

kepemimpinan mempunyai nilai alpha 0,812 lebih besar dari r tabel

0,346, sehingga dapat dikatakan bahwa item tersebut reliabel dan dapat

digunakan untuk pengambilan data penelitian.

2. Uji Reliabilitas Kepuasan Kerja

Uji validitas kepemimpinan ini diujicobakan kepada 15 responden.

Kuesioner tentang kepemimpinan ini terdiri dari 10 item pertanyaan dan

(62)

kepemimpinan mempunyai nilai alpha 0,828 lebih besar dari r tabel

0,346, sehingga dapat dikatakan bahwa item tersebut reliabel dan dapat

digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3. Uji Reliabilitas Kinerja Karyawan

Uji validitas kepemimpinan ini diujicobakan kepada 15 responden.

Kuesioner tentang kepemimpinan ini terdiri dari 11 item pertanyaan dan

setiap item mempunyai 4 pilihan jawaban. Setiap butir pada gaya

kepemimpinan mempunyai nilai alpha 0,912 lebih besar dari r tabel

0,346, sehingga dapat dikatakan bahwa item tersebut reliabel dan dapat

digunakan untuk pengambilan data penelitian.

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif, terdiri dari tiga bagian yaitu mendeskripsikan

variabel gaya kepemimpinan, kinerja karyawan dan kepuasan kerja. Skala

skor pengukuran pada analisis deskriptif pada variabel gaya

kepemimpinan menggunakan mean (nilai rata-rata), yaitu membagi

jumlah nilai data oleh banyak data (Sudjana, 1996:66). Karena mean

mudah untuk mengkategorikan skor yang termasuk demokratis dan

otoriter. Pada variabel kepuasan kerja dan kinerja karyawan menggunakan

Pedoman Acuan Patokan (PAP) tipe I karena passing score 65 pada PAP

tipe I merupakan persentil maksimal, maka semakin tinggi skor kinerja

(63)

kepuasan kerja dikategorikan sangat puas. Tabel PAP I sebagai berikut

(Masidjo, 1995:153) :

Tabel X

PAP I

90% - 100%

80% - 89%

65% - 79%

55% - 64%

< 55%

a. Gaya Kepemimpinan

Kuesioner pada gaya kepemimpinan ini terdiri dari 9

pertanyaan Menurut Sudjana (1996:66) untuk mencari rata-rata

dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh banyak data,

maka rata-rata variabel gaya kepemimpinan yaitu 859/30 = 28,63

dibulatkan menjadi 29. Data dikelompokkan menjadi dua yaitu

apabila skor diatas atau sama dengan 29 maka gaya kepemimpinan

demokratis dan apabila kurang dari 29 maka gaya kepemimpinan

otoriter. Berikut ini skala skor pengukuran variabel gaya

(64)

Tabel XI

Interval Skor Gaya Kepemimpinan

Interval Skor Keterangan

29 - 36 Demokratis

1 - 28 Otoriter

Jadi apabila skor penilaian makin tinggi maka gaya kepemimpinan

yang digunakan yaitu gaya demokratis sedangkan skor penilaian

makin rendah maka gaya kepemimpinan yang digunakan yaitu gaya

otoriter.

b. Kepuasan Kerja

Kuesioner kepuasan kerja terdiri dari 10 item pertanyaan

Untuk pengukuran skala skor kepuasan kerja, perhitungannya sebagai

berikut:

90% X 40 = 36 maka intervalnya 36 – 40

80% X 40 = 32 maka intervalnya 32 – 35

65% X 40 = 26 maka intervalnya 26 – 31

55% X 40 = 22 maka intervalnya 22 – 25

< 55% maka intervalnya 10 - 21

(65)

Tabel XII

Interval Skor Kepuasan Kerja

Interval Skor Keterangan

36 - 40 Sangat puas

32 - 35 Puas

26 - 31 Cukup puas

22 - 25 tidak puas

10 - 21 Sangat tidak puas

Apabila skor penilaian makin tinggi maka kepuasan kerja sangat puas

sedangkan skor penilaian makin rendah maka kepuasan kerja sangat

tidak puas.

c. Kinerja Karyawan

Kuesioner kinerja karyawan ini terdiri dari 11 pertanyaan

perhitungannya sebagai berikut:

90% X 44 = 40 maka intervalnya 40 – 44

80% X 44 = 35 maka intervalnya 35 – 39

65% X 44 = 29 maka intervalnya 29 – 34

55% X 44 = 24 maka intervalnya 24 – 28

< 55% maka intervalnya 11 - 23

(66)

Tabel XIII

Interval Skor Kinerja Karyawan

Interval Skor Keterangan

40 - 44 Sangat baik

35 - 39 Baik

29 - 34 Cukup Baik

24 - 28 Tidak baik

11 - 23 Sangat tidak baik

Apabila skor penilaian makin tinggi maka kinerja karyawan sangat

baik sedangkan skor penilaian makin rendah maka kinerja karyawan

sangat tidak baik

2. Uji Normalitas

Untuk menggunakan statistik inferensial dalam menganalisis data

terlebih dahulu harus melakukan pengujian terhadap data yang dimiliki

(Suharsimi Arikunto, 2003:391-392). Untuk menguji data salah satunya

dengan normalitas data. Untuk menguji normalitas data menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test yang dihitung dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS versi 12.00. Dengan uji signifikansi 5%,

data dianggap normal apabila p > 0,05.

3. Uji Korelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan antara

(67)

pengaruh tentu saja ada hubungan antara kedua variabel tersebut maka

rumus yang digunakan (Sudjana, 2002:369) sebagai berikut :

(

)(

)

4. Uji Hipotesis

Setelah memenuhi prasyarat, pengujian hipotesis dapat dilakukan,

pengujian hipotesis menggunakan variabel dummy. Analisis variabel

dummy adalah alat untuk menguji variabel yang membagi kelasnya dalam

dua kategori (Sudrajat M, 1984:271). Nama lain untuk variabel dummy

adalah “indicator variables”, “binary variables”, “categorical variables”,

“qualitative variables” dan “dichotomous variables”.

Dalam penelitian ini gaya kepemimpinan merupakan variabel

dummy dan dilambangkan X2 dimana angka 0 untuk demokratis dan

angka 1 untuk otoriter sedangkan kepuasan kerja merupakan variabel

(68)

dilambangkan Y. Jika signifikan > 0,05 maka Ho diterima, apabila

signifikan < 0,05 maka Ho ditolak. Hipotesisnya sbb:

Ho : Tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan

kepuasan kerja dengan kinerja karyawan.

Ha : Ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan kepuasan

kerja

dengan kinerja karyawan.

Dalam model persamaan variabel dummy langkah-langkahnya sebagai

berikut (Ghozali, 2001: 128-129)

(1). Merubah data untuk jumlah skor termasuk kategori demokratis diberi

angka 0 dan yang termasuk kategori otoriter diberi angka 1.

(2). Memasukkan data tersebut pada program komputer SPSS versi 12.00

dengan rumus regresi.

(3). Setelah melakukan regresi dengan memasukkan variabel dummy

kemudian dihitung dengan persamaan regresi. Persamaan regresi

(69)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah PT. Jembatan Citran Nusantara

CitraNet mulai beroperasi di kota Yogyakarta sejak tahun 2001

dengan berawal dari 1 koneksi internet melalui VSAT ke internasional

backbone dan hanya didukung oleh 4 orang personil. Dengan resource yang masih terbatas saat itu, CitraNet baru memiliki pelanggan warnet dan

beberapa perusahaan kelas menengah. Tetapi dengan segala keterbatasan

yang ada, CitraNet tetap mengutamakan kualitas jaringan internet yang bagus

dan pelayanan yang maksimal kepada semua pelanggan CitraNet saat itu.

Untuk lebih meningkatkan kecepatan akses ke situs-situs nasional,

pada tahun 2003 CitraNet terkoneksi ke jaringan Indonesia Internet Exchange

langsung ke gedung Cyber Building, Jakarta. Leased line Fiber Optik Jakarta

- Yogyakarta menggunakan layanan leased line milik PT Excelcomindo

Pratama dan end point langsung turun di kantor CitraNet yang ada di

Yogyakarta. Kapasitas terpasang saat itu hanya 1xE1 dan mulai maraknya

Games Online di jaringan Indonesia Internet Exchange sehingga koneksi CitraNet banyak diminati oleh Games Center yang ada di kota Yogyakarta.

Pada tahun 2006 ini, CitraNet sudah memiliki 4 backbone

internasional dan tergabung dengan Indonesia Internet Exchange serta Yogya

Internet Exchange dengan menggunakan implementasi BGP IPv4 untuk interkoneksi antar backbone serta internet exchange tersebut. Saat ini layanan

(70)

CitraNet sudah dapat melayani lebih dari 80 pelanggan dedicated internet

dengan bandwidth lebih dari 10 Mbps.

Saat ini, CitraNet telah memiliki lebih dari 4 buah Base Transmission

Station (BTS) di kota Yogyakarta yang dihubungkan dengan menggunakan wireless backhaul berkapasitas lebih dari 10 Mbps/ titik dan terhubung dengan dalam 1 kesatuan network redundant link yang akan selalu menjamin

koneksi CitraNet memiliki lebih dari 99% uptime.

B. Profil Perusahaan

CitraNet adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa

koneksi broadband internet yang memiliki ijin operasional di seluruh Indonesia sesuai dengan aspek legal berikut ini :

a. Surat Keterangan Laik Operasional No. 2981 / PT. 003 / DITTEL / SRT /

XII / 01 dari Depertemen Perhubungan dan Telekomunikasi Republik

Indonesia.

b. Surat Izin Penyelenggaraan Jasa Akses Internet (Internet Service

Provider) No. 358 / Dirjen / 2006 dari Departemen Komunikasi dan Informatika Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Republik

Indonesia.

c. Terdaftar sebagai Anggota Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia ( APJII ) dengan nomor registrasi 89 / APJII / K-2005 dan

Gambar

Tabel I Operasional Gaya Kepemimpinan
Tabel II Skala Skor Pengukuran Variabel Gaya Kepemimpinan
Tabel IV Skala Skor Pengukuran Kepuasan Kerja
Tabel V  Operasional Kinerja Karyawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1)secara serempak, gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, (2) secara parsial,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan, kompensasi, dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. Populasi dalam penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh budaya organisasi, gaya kepemimpinan, dan motivasi terhadap kinerja karyawan PT Coca-Cola Distribution

Berdasarkan uji statistik bahwa faktor masa kerja tidak berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan kinerja karyawan, hal ini dibuktikan dengan

Djarum Secondary (SKM) bagian Material Preparation Kudus, serta (4) untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan, komunikasi, dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kompensasi finansial, kompensasi nonfinansial dan gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan melalui

mengangkatnya dalam suatu penelitian yang berjudul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan bagian Produksi pada PT. Garda Wahana

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Pengembangan Karir dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT Patria Maritime Lines.. Rivai, Sagala, 2009, Manajemen sumber Daya