viii
ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI DARATAN SEMESTER 2 TAHUN 2011
Dewi Agustiningsih Sanata Dharma University
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripikan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah. Selaian itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah.
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas IV di SD Negeri Daratan dengan jumlah 16 siswa putra dan putri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang meliputi tahap rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, kuesioner, tes evaluasi, dan refleksi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Negeri Daratan tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan motivasi belajar siswa terlihat dengan naiknya persentase keadaan awal motivasi belajar ke keadaan akhir motivasi belajar yaitu dari 37,50% menjadi 81,25% dengan rata-rata 70,81 pada kondisi awal serta rata-rata 77,44 pada kondisi akhir. Selain dapat meningkatkan motivasi, pembelajaran berbasis masalah ini juga dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Daratan. Hal itu dibuktikan dengan naiknya jumlah siswa yang lolos KKM mulai dari keadaan awal ke siklus I yaitu dari 8 siswa atau sebesar 50% meningkat menjadi 12 siswa atau sebesar 75%, sedangkan pada siklus I ke siklus II juga meningkat yaitu dari 12 siswa atau sebesar 75% meningkat menjadi 16 siswa atau sebesar 100%. Rata-rata prestasi belajar juga mengalami peningkatan yaitu dari 70,81 meningkat menjadi 73,69 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 82,94.
ix
ABSTRACT
INCREASING MOTIVATON AND ACHIEVEMENT OF SOCIAL SCIENCE LEARNING THROUGH PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO THE
GRADE IV STUDENTS OF DARATANSTATE ELEMENTARY SCHOOL IN THE SECOND SEMESTER 0F 2011
Dewi Agustiningsih Sanata Dharma University
2011
This research aims at describing students’ learning motivation in Social Science teaching and learning process through Problem-Based Teaching and Learning model. Furthermore, this research also aims at describing students’ learning achievement in Social Science teaching and learning process through Problem-Based Teaching and Learning model.
This research was carried out for grade IV students of Daratan State Elementary School which has 16 male and female students. This research used action research method. The data of this research were taken from interviews, questionnaires, evaluation test, and reflection. This research used percentage data analysis.
The findings of the study show that Problem-Based Teaching and Learning model could increase Social Science’s learning motivation of grade IV students of Daratan State Elementary School in the year of 2010/2011. The increase of students’ learning motivation can be seen from the increasing of the percentage from the initial condition to the post condition of the learning motivation that is from 37,50% to 81,25%. Instead of increasing motivation, Problem-Based teaching and learning process can also increase students’ achievement of Social science learning of the grade IV students of Daratan State Elementary School. This is demonstrated by the increasing number of the students which passed the KKM (Minimum Completeness Criteria) from the initial condition to cycle I that is from 8 students or 50% of the whole number to 12 students or 75%, and from the cycle I to the cycle II raise from 12 students or 75% to 16 students or 100%. The average of learning achievement also rises, that is from 70,81 into 73,69 and on the cycle II it raises again into 82,94.
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI DARATAN SEMESTER 2 TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh : DEWI AGUSTININGSIH
091134220
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI DARATAN SEMESTER 2 TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh : DEWI AGUSTININGSIH
091134220
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada ayah dan ibu yang selalu memberikan semangat dan doa. Selanjutnya, skripsi ini juga saya persembahkan kepada mas
v
MOTTO
“Bila Anda berpikir Anda bisa,maka Anda benar. Bila Anda berpikir Anda tidak bisa, Anda pun benar… karena itu ketika seseorang berpikir tidak bisa, maka
sesungguhnya dia telah membuang kesempatan untuk menjadi bisa” (Henry Ford)
Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi mereka.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Agustus 2011
Penulis
Dewi Agustiningsih
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Dewi Agustiningsih
NIM : 091134220
Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI DARATAN SEMESTER 2 TAHUN 2011 Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royaltikepada saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 27 Agustus 2011 Yang Menyatakan
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA
KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI DARATAN SEMESTER 2 TAHUN 2011
Dewi Agustiningsih Sanata Dharma University
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripikan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah. Selaian itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah.
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas IV di SD Negeri Daratan dengan jumlah 16 siswa putra dan putri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang meliputi tahap rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, kuesioner, tes evaluasi, dan refleksi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Negeri Daratan tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan motivasi belajar siswa terlihat dengan naiknya persentase keadaan awal motivasi belajar ke keadaan akhir motivasi belajar yaitu dari 37,50% menjadi 81,25% dengan rata-rata 70,81 pada kondisi awal serta rata-rata 77,44 pada kondisi akhir. Selain dapat meningkatkan motivasi, pembelajaran berbasis masalah ini juga dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Daratan. Hal itu dibuktikan dengan naiknya jumlah siswa yang lolos KKM mulai dari keadaan awal ke siklus I yaitu dari 8 siswa atau sebesar 50% meningkat menjadi 12 siswa atau sebesar 75%, sedangkan pada siklus I ke siklus II juga meningkat yaitu dari 12 siswa atau sebesar 75% meningkat menjadi 16 siswa atau sebesar 100%. Rata-rata prestasi belajar juga mengalami peningkatan yaitu dari 70,81 meningkat menjadi 73,69 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 82,94.
ix
ABSTRACT
INCREASING MOTIVATON AND ACHIEVEMENT OF SOCIAL SCIENCE LEARNING THROUGH PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO THE
GRADE IV STUDENTS OF DARATANSTATE ELEMENTARY SCHOOL IN THE SECOND SEMESTER 0F 2011
Dewi Agustiningsih Sanata Dharma University
2011
This research aims at describing students’ learning motivation in Social Science teaching and learning process through Problem-Based Teaching and Learning model. Furthermore, this research also aims at describing students’ learning achievement in Social Science teaching and learning process through Problem-Based Teaching and Learning model.
This research was carried out for grade IV students of Daratan State Elementary School which has 16 male and female students. This research used action research method. The data of this research were taken from interviews, questionnaires, evaluation test, and reflection. This research used percentage data analysis.
The findings of the study show that Problem-Based Teaching and Learning model could increase Social Science’s learning motivation of grade IV students of Daratan State Elementary School in the year of 2010/2011. The increase of students’ learning motivation can be seen from the increasing of the percentage from the initial condition to the post condition of the learning motivation that is from 37,50% to 81,25%. Instead of increasing motivation, Problem-Based teaching and learning process can also increase students’ achievement of Social science learning of the grade IV students of Daratan State Elementary School. This is demonstrated by the increasing number of the students which passed the KKM (Minimum Completeness Criteria) from the initial condition to cycle I that is from 8 students or 50% of the whole number to 12 students or 75%, and from the cycle I to the cycle II raise from 12 students or 75% to 16 students or 100%. The average of learning achievement also rises, that is from 70,81 into 73,69 and on the cycle II it raises again into 82,94.
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia_Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih ada kekurangan.
Skripsi in dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Strata 1 Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi in berjudul ‘ Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas IV di Sekolah Dasar Daratan.”
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini. Penulis tidak bisa membalas kebaikan yang telah diberikan. Hanya ucapan syukur dan terimakasih yang dapat penulis sampaikan kepada:
1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Drs. Puji Purnomo, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Theresia Sumini, M. Pd dan Drs. Paulus Wahana, M. Hum selaku dosen pembimbing yang yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran yang sangat berguna bagi penulis.
xi
5. Painem, S. Pd. SD selaku guru model yang telah bersedia untuk membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini, segenap Guru SD Negeri Daratan serta seluruh siswa dan siswi kelas IV SD Negeri Daratan yang banyak membantu terlaksananya penelitian ini.
6. Ibu, ayah dan seluruh keluarga besarku yang senantiasa selalu memberikan doa dan semangat,
7. Sahabat-sahabatku, Nining, Tyas, Sonnya, Andan, Mb Betris, Mb. Ika, Ulfa, Cha, Rahma, Koko, Make, dan Inge, pacar tercinta , teman-teman PGSD USD, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan penulis terima dengan senang hati untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya sebagai calon guru SD.
Yogyakarta, 27 Agustus 2011
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARY ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUN ... 1
A. Latar Belakang ... 3
B. Batasan Masalah ... 2
C. Pembatasan Istilah ... 3
D. Rumusan Masalah ... 3
E. Tujuan ... 3
F. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. KAJIAN TEORI ... 6
A. Motivasi Belajar ... 6
B. Prestasi Belajar ... 11
C. Pembelajaran IPS ... 17
D. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 22
E. Uraian Materi Penelitian ... 27
xiii
G. Kerangka Berpikir ... 31
H. Hipotesis Tindakan ... 32
BAB III. METODE PENELITIAN ... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Setting Penelitian ... 34
C. Rencana Tindakan ... 34
D. Instrumen Pengumpulan Data ... 41
E. Analisis Data ... 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Hasil Penelitian ... 56
B. Komparasi ... 93
C. Pembahasan ... 105
BAB V. PENUTUP ... 108
A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 110
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Langkah-lamgkah PBM ... 24
Tabel 2. Peubah, Indikator, Data dan Instrumen ... 41
Tabel 3. Kisi-kisi Motivasi Belajar ... 42
Tabel 3. Kisi-kisi soal evaluasi siklus I ... 44
Tabel 4. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 45
Tabel 5. Tingkat Penguasaan Kompetensi Dasar PAP II ... 49
Tabel 6. Skor Item Jawaban Kuesioner Motivasi ... 50
Tabel 7. Rubik Penilaian Proses Belajar ... 53
Tabel 8. Rubik Penilaian Produk ... 54
Tabel 9. Bobot Penilaian Akhir ... 54
Tabel 10.Indikator Keberhasilan Penelitian ... 55
Tabel 11.Kondisi Awal Motivasi Belajar Siswa ... 58
Tabel 12.Kriteria Kondisi Awal Motivasi Belajar Siswa ... 59
Tabel 13.Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 61
Tabel 14.Kriteria Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 62
Tabel 15.Partisipasi Siswa pada Siklus I ... 68
Tabel 16.Frekuensi Partisipasi Masing-masing Item ... 71
Tabel 17.Prestasi Belajar Tiap Siswa Siklus ... I73 Tabel 18.Kriteria Penilaian Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 74
Tabel 19.Partisipasi Siswa pada Siklus II ... 81
Tabel 20.Frekuensi Partisipasi Tiap Item Siklus II ... 84
Tabel 21.Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 86
Tabel 22.Kriteria Penilaian Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 87
Tabel 23.Kondisi Akhir Motivasi Belajar Siswa ... 90
Tabel 24.Kriteria Kondisi Akhir Motivasi Belajar Siswa ... 91
Tabel 25.Kenaikan Motivasi Belajar Setiap Siswa ... 93
Tabel 27.Komparasi Motivasi Belajar Siswa ... 95
Tabel 28. Komparasi Prestasi Belajar Siswa... 97
xv
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Masalah Sosial Kejahatan ... 28
Gambar 2. Skema Tahap Siklus PTK ... 33
Gambar 3. Diagram Kondisi Awal Motivasi Belajar ... 60
Gambar 4. Diagram Kondisi Awal Prestasi Belajar... 63
Gambar 5. Diagram Partisipasi Siswa Siklus I ... 72
Gambar 6. Diagram Penilaian Prestasi Belajar Siklus I ... 75
Gambar 7. Diagram Partisipasi Siswa Siklus II ... 85
Gambar 8. Diagram Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 88
Gambar 9. Diagram Kondisi Akhir Motivasi Belajar ... 91
Gambar 10. Perbandingan Motivasi Belajar Siswa... 96
Gambar 11. Diagram Rata-rata Prestasi Belajar ... 100
Gambar 12. Diagram Komparasi Persantase Kenaikan Prestasi Belajar ... 103
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ... 112
Lampiran 2. RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 115
Lampiran 3. RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 118
Lampiran 4. RPP Siklus II Pertemuan 1 ... 120
Lampiran 5. RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 123
Lampiran 6. LKS Siklus I Pertemuan 1 ... 125
Lampiran 7. LKS Siklus II Pertemuan 1 ... 128
Lampiran 8. Soal Evaluasi Siklus I ... 131
Lampiran 9. Soal Evaluasi Siklus II ... 135
Lampiran 10. Lembar Observasi ... 139
Lampiran 11. Lembar Kuesioner Motivasi Belajar ... 143
Lampiran 12. Validitas dan Reliabelitas Motivasi Belajar ... 145
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang sangat dekat
dengan kehidupan manusia. IPS merupakan pelajaran yang selalu dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari. Materi yang dipelajari dalm IPS diperkirakan
dapat membantu siswa untuk memecahkan masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.
Masalah adalah kesenjangan antara tujuan dengan kenyataan. Hal itu
juga terjadi dengan siswa SD kelas IV SD Negeri Daratan. Berdasarkan
observasi yang dilakukan terhadap siswa pada saat mata pelajaran IPS,
diperoleh hasil bahwa siswa terkesan merasa bosan. Hal itu terjadi saat guru
sudah berceramah terlalu lama. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara maka
diperoleh hasil bahwa guru hanya menulis hasil produk saja sehingga hal itu
menjadikan motivasi dan prestasi rendah. Oleh karena itu dalam penelitian ini
proses, produk dan tes hasil belajar perlu dihitung untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan data kondisi awal yang diperoleh, ada 50% siswa yang
tidak mencapai KKM. Kenyataan tersebut perlu dipahami dan dilihat dari segi
bagaimana guru mengajar dan bagaimana guru melakukan penilaian seperti
yang telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu model
yang sudah lama. Perbaikan metode ini dianggap lebih baik dan mampu
mengubah hasil pembelajarann yang lebih berkualitas. Siswa akan belajar
berfikir serta lebih aktif dibanding sebelumnya.
Salah satu materi IPS SD kelas IV semester 2 yang berjudul
Masalah-masalah Sosial di Lingkungan Setempat merupakan salah satu materi yang
dapat menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah. Materi masalah sosial
merupakan materi yang syarat akan kehidupan manusia sehari-hari serta
masalah sosial yang sering timbul sehingga metode belajar tersebut sangat
cocok.
Peneliti mengharapkan dapat mengatasi kendala yang dialami siswa
kelas IV SD N Daratan pada pelajaran IPS khususnya pada materi
Masalah-masalah Sosial di Lingkungan Setempat dengan menggunakan model
Pembelajaran Berbasis Masalah. Tidak hanya sekedar mengatasi masalah
kebosanan yang dialami siswa, akan tetapi peneliti mengharapkan motivasi
dan prestasi siswa juga dapat meningkat seperti yang diharapkan. Penyajian
masalah yang dilakukan guru terhadap siswa diperkirakan akan lebih tepat
dibanding dengan model pembelajaran yang lain sehingga siswa dapat berlatih
berfikir dan menyelesaikan masalah.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini sebenarnya lebih terkait dengan pembelajaran IPS pada
umumnya, namun berhubung dengan keterbatasan waktu penelitian ini hanya
pada mata pelajaran IPS kelas IV KD 2.4 “Mengenal permasalahan sosial di
C. Pembatasan Istilah
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu model pembelajaran
yang berawal dari suatu masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari yang
disajikan kepada siswa sehingga siswa dituntut untuk berfikir aktif dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
2. Motivasi belajar adalah suatu keinginan seseorang untuk mencapai tujuan
kegiatan belajar yang diinginkannya dengan berbagai usaha serta
menyediakan kondisi yang mendukung untuk pencapaian tujuan yang
diinginkan tersebut yang ditunjukkan dengan skor atau nilai.
3. Prestasi belajar IPS adalah bukti pencapaian keberhasilan atas usaha yang
diperoleh dari kegiatan belajar yang berkaitan dengan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap yang terinternalisasi dalam kehidupan
sehari-hari siswa yang ditunjukkan dengan skor atau nilai.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan
motivasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Daratan?
2. Apakah model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Daratan?
E. Tujuan
1. Mendeskripsikan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui
2. Mendeskripsikan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui
model Pembelajaran Berbasis Masalah.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat :
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Bagi Universitas Sanata Dharma penelitian ini dapat menambah
referensi tentang pembelajaran inovatif khususnya model Pembelajaran
Berbasis Masalah. Selain itu, penelitian ini juga dapat menambah referensi
tentang penanganan masalah dalam pembelajaran IPS di SD.
2. Bagi Peneliti
Bagi peneliti lain penelitian ini dapat menambah pengetahuan
tentang Pembelajaran Berbasis Masalah secara lebih dalam. Selain itu,
dengan penelitian ini peneliti juga bisa mendapat pengalaman berharga
dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam
pembelajaran IPS sehingga dapat menerapkannya untuk materi pokok
lainnya.
3. Bagi Guru
Bagi guru khususnya guru kelas yang mengajar IPS penelitian ini
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya terutama
dalam hal meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri
Daratan terutama dalam mata pelajaran IPS. Selain itu penelitian ini juga
dapat menambah pengetahuan guru dalam variasi mengajar sehingga
4. Bagi Siswa
Bagi siswa penelitian ini dapat meningkatkan prestasi dan motivasi
siswa kelas IV SD Negeri Daratan terhadap membelajaran IPS. Selain itu,
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata motif
maka timbul kata motivasi. Banyak sumber yang menjelaskan tentang arti
dari kata motivasi. Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2010: 73) motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Pengertian yang dikemukaakan oleh Mc. Donald tersebut
mengandung tiga elemen yang penting yaitu bahwa motivasi itu
mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu, motivasi
ditandai dengan munculnya rasa /“feeling” dan motivasi akan dirangsang
karena adanya tujuan yang jelas.
Menurut Heinz Kock (1979: 69) motivasi adalah mengembangkan
keinginan pada murid untuk belajar. Pengertian motivasi menurut Kock
lebih terfokus pada kegiatan belajar di sekolah. Keinginan untuk belajar
adalah poin penting dalam hal ini, sehingga dapat dikatakan bahwa
keinginan belajar merupakan hal yang penting bagi murid di sekolah.
Sumber lain mengatakan bahwa motivasi adalah usaha-usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak itu mau melakukannya, bila ia
merupakan hal yang penting dalam pengertian ini karena kondisi akan
mempengaruhi usaha-usaha anak.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka peneliti
menyimpulkan bahwa motivasi adalah suatu keinginan seseoarang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dengan berbagai usaha serta
menyediakan kondisi yang mendukung untuk pencapaian tujuan yang
diinginkan. Pengertian ini mencakup keinginan, usaha, kondisi dan
pencapaian tujuan.
2. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan tertentu tergantung dengan
apa yang menjadi keinginan seseorang. Dengan demikian, motivasi dapat
mempengaruhi adanya kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Sehubung
dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi secara umum yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Salah satu contonya adalah ketika seorang siswa akan
dengan nilai yang memuaskan . Dengan demikian, siswa tersebut akan
memilih untuk belajar dari pada bermain.
Sardiman (2010: 85) menyatakan bahwa motivasi berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dalam hal ini Sardiman lebih
menyoroti pada pencapaian hasil belajar. Adanya motivasi yang baik
dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar sangat penting bagi anak untuk memperoleh
pencapaian tujuan yang diinginkan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi
motivasi anak dalam belajar. Faktor-faktor tersebut merupakan salah satu
penentu keberhasilan belajar anak. Yang mempengaruhi motivasi belajar
anak adalah apa yang diharapkan oleh anak dengan apa yang ingin
dicapainya. Menurut Nasution (1982:64) beberapa faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar antara lain :
a. Adanya pemberian hadiah.
Hadiah sangat menarik bagi anak. Hadiah ini akan sangat berarti
bagi anak karena dengan hadiah itu anak akan merangsang kemauan
dalam diri anak secara tidak langsung
b. Pujian
Pujian adalah suatu dukungan yang diberikan atas apa yang
diperbuat oleh seseorang. Pujian lebih bermanfaat dari pada hukuman
atau celaan. Sebagai guru hendaknya mencari hal-hal pada setiap anak
yang dapat dipuji, seperti tulisannya, ketelitian tingakah laku, dan
c. Minat
Minat adalah suatu perhatian yang terus menerus dari seseorang
terhadap perbuatan belajar karena adanya harapan mendapatkan
kemanfaatan dari belajar. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara
berikut:
1) Bangkitkan suasan kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai
keindahan, untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya).
2) Hubungan dengan pengalaman yang lampau
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil baik. Untuk itu bahan
pelajaran disesuaikan dengan kemampuan individu.
4) Mengunakan pelbagai macam bentuk mengajar seperti kerja
kelompok, membaca, demontrasi.
d. Suasana yang menyenangkan
Suasana yang menyenangkan adalah perasaan akan dihargainya
diri seseorang dalam suatu kelompok. Anak-anak harus merasa nyaman,
senang dalam kelas sebagai angota yang dihargai dan dihormati, kasih
sayang dari orang tua, dan lingkungan sekitar.
e. Adanya saingan atau kompetensi
Saingan atau kompetensi adalah peningkatan prestasi belajar
dalam meraih prestasi. Saingan sering digunakan sebagai alat untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi.
f. Hasrat untuk belajar
Hasrat atau tekad adalah kemauan yang mendorong seseorang
tidak akan melakukan sesuatu hal. Hasil belajar akan maksimal apabila
anak memiliki hasrat untuk mendapatkan yang terbaik semaksimal
mungkin.
4. Jenis-jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Menurtut Sardiman (2010: 86). Jenis-jenis motivasi dapat dibedakan
menjadi :
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motif-motif bawaan
Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi
itu ada tanpa dipelajari.
Contoh : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum dan
dorongan bekerja
2) Motif-motif yang dipelajari
Motif –motif ini timbul karena dipelajari .
Contoh : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan
Motif-motif dalam kelompok ini sering disebut dengan motif-motif
yang diisyaratkan secara sosial, sebab manusia hidup di dalam
lingkungan bersama orang lain sehingga motif ini terbentuk.
b. Motivasi berdasarkan bentuk motif di sekolah
1) Motivasi intrinsik
Motivasi yang berasal dari dalam individu. Dalam hal ini ada
hubungan tindakan dan tujuan, bersifat fungsional dan organik.
Motivasi yang berasal dari luar individu, dapat berupa peristiwa dari
luar diri individu yang mempengaruhi individu.
B. Prestasi Belajar 1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Banyak ahli yang menjelaskan tentang pengertian dari belajar.
Hilgard dan Bower (1975) mengemukakan bahwa belajar berhubungan
dengan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu,
dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat
seseorang, seperti ketika seseorang sedang berada dalam pengaruh
obat.
Menurut Hilgard ( 1984) dalam Wens Tanlain ( Modul SBM :
2007: 6) belajar adalah proses dalamnya terbentuk tingkah laku atau
terjadi perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Menurut
Hilgrad Hilgrad merumuskan bahwa belajar(learning) adalah proses
yang di dalamnya terbentuk tingkah laku melalui praktik atau latihan.
Rumusan ini menegaskan dua hal yaitu:
1) Kegiatan yang bersifat latihan dan bersifat praktik.
2) Perubahan yang terjadi dalam diri berupa pengetahuan,
pemahaman, sikap, ketrampilan yang menampak dalam tingkah
Menurut Kingsley dan Gerry (1957: 12) dalam Wens Tanlain
(Modul SBM: 2007: 6) belajar merupakan suatu kegiatan yang harus
dilakukan oleh tiap individu/tiap orang dan menjadi tanggung
jawabnya . Sedangkan menurut Cropley belajar adalah proses dan
melalui proses tersebut terjadi pendidikan. Serta proses ini terjadi
dalam diri anak sejak dia lahir.
Menurut definisi psikologi kognitif, belajar adalah suatu proses
yang aktif, konstruktif dan berorientasi pada tujuan yang kesemuanya
tergantung pada aktivitas mental peserta didik. Sedangkan menurut
Gagne belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang
untuk mengubah perilaku seseorang dengan cukup cepat.
Siswa belajar adalah siswa melakukan kegiatan mengolah bahan
pelajaran, bahan pembimbingan, bahan pelatihan sehingga ia
memperoleh kemampua baru tertentu yang menjadi tujuan pengajaran,
pembimbingan, pelatihan dan menyempurnakan kemampuan yang
sudah ia miliki.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
terjadi pada diri siswa sejak lahir, berupa kegiatan praktik dan latihan
sehingga terjadi perubahan tingkah laku maupun penyempurnaan
tingkah laku yang bersifat menetap.
b. Jenis-Jenis Belajar
Banyak ahli yang menjelaskan tentang jenis-jenis belajar.
jenis –jenis belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik meliputi:
1) Ranah Kognitif
a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan tentang hal-hal khusus,
pengetahuan tentang cara dan sarana tentang hal-hal khusus,
pengetahuan universal dan abstaksi.
b) Tipe belajar pengertian
Belajar pengertian yang dimaksud adalah belajar yang meliputi
kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, ekstrapolasi.
c) Aplikasi
Hal ini merupakan kemampuan menerapkan suatu abstraksi
pada situasi kongrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut bisa
berbentuk ide, teori, petunjuk teknis prinsip atau generalisasi.
d) Tipe belajar analisis
Yaitu upaya untuk memisahkan satu kesatuan menjadi
unsur bagian-bagian sehingga jelas hierakinya/eksplisit
unsur-unsurnya. Tipe ini meliputi analisis unsur-unsur, analisis
hubungan-hubungan dan analisis prinsip, organisasi.
e) Tipe belajar sintesis
Yaitu menyatukan unsur-unsur/bagian-bagian sehingga jelas
menjadi satu bentuk menyeluruh. Dalam hal ini menyatukan
unsur/unsur dari hasil analisis bukanlah sintesis sebab sintesis
selalu memasukkan unsur baru dalam mengintegrasikan
komunikasi unik menghasilkan rencana, operasi dari suatu
tugas / problem dan kecakapan mengabstraksikan sejumlah
fenomena, data dan hasil observasi.
f) Tipe hasil belajar evaluasi
Yaitu memberi keputusan tentang nilai sesuatu yang ditetapkan
dengan mempunyai sudut pandang tertentu, misalnya sudut
pandang tujuan, metode, dan lain-lain. Tipe ini mencakup
kemampuan memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu
karya, keajegan, dalam argumentasi memahami nilai
mengevaluasi dengan cara membandingkan dengan
menggunakan kriteria eksternal atau kriteria yang eksplisit.
2) Ranah Afektif
a) Menyimak
Yaitu meliputi taraf sadar memperhatikan kesediaan menerima,
dan mempertimbangkan secar selektif/ terkontrol.
b) Merespon
Hal ini meliputi manut ( memiliki sikap responsive, bersedia
merespon atas pilihan sendiri dan merasa puas dalam merespon.
c) Menghargai
Hal ini mencakup menerima nilai, mendambakan nilai dan
merasa wajib mengabdi pada nilai.
d) Mengorganisasi nilai
e) Mewatak
Yaitu memberlakukan secara umum seperangkat nilai,
menjunjung tinggi dan memperjuangkan nilai.
3) Ranah Psikomotorik
a) Mengindra
Hal ini beebentuk mendengarkan, melihat, meraba, mengecap
dan membau.
b) Kesiagaan diri
Meliputi konsentrasi mental, berpose badan dan
mengembangkan perasan.
c) Bertindak secara terpimpin
Meliputi gerakan menirukan, dan mencoba melakukan tindakan.
d) Bertindak secara kompleks
Maksud dari bertindak secara kompleks adalah menunjuk pada
taraf mahir dan gerak/ ketrampilan sudah disertai berbagai
improvisasi.
2. Prestasi Belajar
Banyak sekali pengertian tentang prestasi belajar. Dalam kehidupan
sehari-hari orang mengartikan prestasi belajar hanya terbatas ketika
seseorang mendapatkan juara saja. Arti belajar sebenarnya tidak sesempit
itu.
Secara umum, menurut Prof. Dr. J. S Badudu dan Prof. Sutan
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau
diusahakan.
Sutratinah Tirtanegoro ( 1998: 43) menyatakan bahwa prestasi
merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang
dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan kemampuan dalam
mencapai hasil kerja dalam waktu tertentu. Dari pernyataan tersebut, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pencapaian prestasi itu dapat dinyatakan
dalam bentuk simbol dan keberhasilan belajar dapat dilihat dalam symbol
tersebut.
Prestasi Belajar adalah hasil belajar dari suatu aktivitas belajar yang
dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan
belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berupa angka-angka
dalam ulangan harian.
Prestasi Belajar siswa merupakan hasil kerja sama antara beberapa
komponen, yang dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Komponen kemampuan siswa belajar.
b. Komponen kondisi belajar siswa.
c. Komponen usaha belajar siswa.
Apabila ada suatu masalah dalam salah satu komponen tersebut, maka
akan menyebabkan terjadinya kesulitan belajar pada diri siswa yang
mengakibatkan prestasi belajar menjadi rendah.
Berdasarkan pengertian belajar menurut Hilgard, maka dalam
pembelajaran di kelas sangat berpengaruh disini maka perlu diperhatikan
oleh semua guru.
Sesuai dengan pendapat beberapa ahli maka dapat ditarik
kesimpulan, prestasi belajar IPS adalah bukti pencapaian keberhasilan atas
usaha yang diperoleh dari kegiatan belajar yang berkaitan dengan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang terinternalisasi
dalam kehidupan sehari-hari siswa. Bukti keberhasilan pencapaian tersebut
berupa nilai.
Model pembelajaran berbasis masalah dianggap akan menaikkan
prestasi belajar siswa karena dengan model pembelajaran berbasis masalah
guru menampilkan materi dengan cara menyajikan masalah kepada siswa.
Penyajian masalah yang menarik akan membuat siswa memiliki motivasi
untuk mengikuti pembelajaran. Dengan demikian siswa akan memahami
materi dengan cara menyelesaikan masalah dengan bekerja berkelompok.
Pemahaman siswa tersebut akan membuat prestasi belajar meningkat.
C. Pembelajaran IPS 1. Pengertian IPS
Secara umum IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dikenal oleh banyak
orang di sekolah-sekolah karena termasuk dalam bidang pendidikan sosial
yang masuk dalam kurikulum pendidikan. Arti dari IPS sebenarnya sudah
dijelasjkan oleh beberapa ahli dengan lebih spesifik dan detail.
Menurut Wesley (1968:2) dalam Saripudin (1989:14) menyebutkan
pengetahuan yang terorganisasikan mengenai manusia dan masyarakat.
IPS merupakan bagian dari IIS (Ilmu - Ilmu Sosial) yang menurut Wesley
dan Cartwrigh (1968) dalam Saripudin (1989:14), merupakan gabungan
dari berbagai konsep dari berbagai pelajaran sosial.
Menurut Nursid Sumaatmadja ( 1984: 7 ) IPS adalah bidang-bidang
keilmuan yang mempelajari manusia sebagai angota masyarakat. Secara
mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang
melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.
IPS berkaitan dengan cara manusia menggunakan usaha untuk
memenuhi kebutuhannya, kebutuhan budayanya, kebutuhan jiwanya,
pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi dan sebagainya.
Secara tidak langsung setiap hari manusia telah mengamalkan pelajaran
IPS dalam setiap hal. Oleh karena itu, manusia sangat identik dengan ilmu
sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial yang biasa disingkat IPS adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan mata pelajaran dengan cakupan luas
yang meliputi perilaku dan interaksi manusia dengan lingkungan alam dan
sosial di masa kini dan masa lalu. IPS tidak memusatkan diri pada satu
topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas
terhadap masyarakat. Subjek yang biasanya tercakup dalam IPS
diantaranya: sejarah, ekonomi, geografi, tata negara, budaya, psikologi,
sosiologi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
IPS terkait dengan konsep dan masalah-masalah sosial yang terjadi
Dengan kata lain hakekat pembelajaran IPS adalah
mempelajari-menelaah-mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi, dan
menyelesaikan masalah-masalah sosialnya dengan apa yang telah
dipelajari dalam IPS tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa IPS adalah pengetahuan yang berkaitan dengan manusia,
masyarakat, tingkah laku dan kebutuhan hidup manusia.
2. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran IPS a. Tujuan Pembelajaran IPS
1) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya di masyarakat (Daldjoeni 1981:23).
2) Mengembangkan kemampuan anak menggunakan penalarannya
dalam mengambil keputusan dalam setiap persoalan atau masalah
yang dihadapinya (Daldjoeni 1981:23).
Selain tujuan pembelajaran IPS diatas, adapun tujuan
pembelajaran yang mengarah pada tiga aspek :
1) Aspek Kognitif
Yaitu pembelajaran yang mengarah pada tujuan memperoleh
pengetahuan, pengertian, intelegensi dan ketrampilan berfikir
(Sumaatmadja 1980:50). Dalam kaitanya dengan IPS supaya siswa
mendapat pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan masyarakat.
Yaitu tujuan pembelajaran yang menekankan pada warna
perasaan emosi, derajad penerimaan atau penolakan (Sumaatmadja
1980:55). Dalam mata pelajaran IPS misalnya sifat menghormati
sesama manusia, tenggang rasa, serta menghormati kebudayaan
dari daerah lain.
3) Aspek Psikomotor
Yaitu tujuan yang menekankan pada keterampilan otot/fisik
yang berhubungan dengan manipulasi material dan alat-alat antara
urat syaraf dengan kekuatan fisik. Dengan kata lain pembelajaran
untuk melatih mengungkapkan ketrampilan motorik dalam
mencapai tujuan belajarnya (Sumaatmadja 1980:58). Misalnya saja
dalam mata pelajaran IPS yaitu tentang pembuatan peta
Jadi peneliti mengambil kesimpulan bahwa pengajaran IPS
merupakan pembelajaran yang mengarah pada kemampuan siswa
untuk lebih siap dan pandai dalam memenuhi kebutuhan hidup,
mampu bersosialisasi dengan masyarakat serta mampu menentukan
sikap dalam suatu situasi sosial, berbangsa dan bernegara.
b. Manfaat Pembelajaran IPS di SD
Menurut Saripudin manfaat pembelajaran IPS Di SD adalah
sebagai berikut :
1) Untuk mempersiapkan para siswa agar dapat melibatkan diri dalam
kehidupa masyarakat secara aktif dengan cara berpikir dan
2) Untuk mempersiapkan para siswa untuk dapat memenuhi tuntutan
perkembangan masyarakat modern. Khususnya berkenaan dengan
cara berpikir, bersikap, dan berperilaku positif dari perkembangan
ilmu, teknologi, dan masyarakat.
3) Sebagai program pendidikan yang menjadi alat bagi perubahan
perilaku para siswa dalam kehidupan masa depan
4) Untuk mempersiapkan para siswa agar menjadi seorang yang
cerdas, berpikir nalar, berpikir positif, peka dan tanggap pada
kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi serta mampu
menghadapi dan menyelesaikan masalah kehidupan sosial
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5) Mengembangkan sikap tanggung jawab, cinta tanah air,
berdisiplin, kesetiakawanan sosial, berkepribadian dan semangat
kebangsaan.
Berdasarkan uraian manfaat pembelajaran IPS di atas maka dapat
kita hubungkan dengan penelitian yang dilaksanakan, terutama pada
materi masalah sosial. Dalam hal ini siswa akan belajar untuk menjadi
seorang yang cerdas, berpikir nalar, berpikir positif, peka dan mampu
menghadapi dan menyelesaikan masalah kehidupan sosial
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Kendala-kendala dalam Pembelajaran IPS
Secara umum siswa beranggapan bahwa IPS adalah pelajaran
dalam bidang Sejarah. Menurut Numan Sumantri (2001) ada beberapa
angapan tentang masalah atau kendala dalam pembelajaran IPS yaitu:
a. Sifat ilmu sosial yang berbeda dengan mata pelajaran lain
b. Bahasa dalam ilmu sosial ditafsirkan dari beberapa sudut
c. Buku teks ilmu sosial yang kurang menghubungkan teori dengan
kegiatan dasar manusia
d. Kemampuan guru dalam berbahasa (Indonesian, Asing)
e. Metode mengajar yang monoton
Berdasarkan uraian kendala-kendala dalam pembelajaran IPS diatas
maka akan sangat cocok bila siswa diberikan materi pelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai sehingga metode dan
model yang digunakan guru tidak monoton. Model pembelajaran berbasis
masalah dianggap cocok untuk menghantarkan materi kepada peserta didik
karena peserta didik diajak berpikir sehingga tidak pasif begitu saja.
Berpikir yang dimaksud adalah siswa menghubungkan antara teori dengan
kegiatan yang harus dilakukan manusia untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Hal itu akan berpengaruk kepada keadaan kelas yang lebih hidup
dan tidak monoton.
D. Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Ada beberapa definisi tentang pembelajaran berbasis masalah
(PBM). Menurut Susento (2006:23) Pembelajaaaran Berbasis Masalah
pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan
(bersangkut paut) bagi siswa dan memungkinkan siswa memperoleh
pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Menurut Boud dkk (Wena, 2009:91) Pembelajaran berbasis masalah
(PBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat
konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis open-ended
melalui stimulus dalam belajar.
Dari beberapa uaraian tentang definisi pembelajaran berbasis
masalah (PBM) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah
(PBM) adalah suatu model pembelajaran yang berawal dari suatu masalah
nyata dalam kehidupan sehari-hari yang disajikan kepada siswa, dalam hal
ini siswa dituntut untuk berfikir aktif dalam menyelesaikan masalah
tersebut.
2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Sovie dan Hughes dalam Made Wena ( 2008: 91-92) menyatakan
bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik antara lain;
a. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.
b. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia
nyata siswa.
c. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan bukan di
seputar disiplin ilmu.
d. Memberikan tanggungjawab yang besar dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.
f. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang dipelajari
dalam bentuk produk atau kinerja.
3. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah (PBM)
Menurut Arens (Triyanto, 2009:97) pada pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari lima langkah yaitu :
Tabel 1: Langkah-langkah PBM Langkah-langkah
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tingkah Laku Guru
Orientasi siswa pada masalah • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
Mengorganisir siswa dalam belajar
• Guru membagi siswa ke dalam kelompok.
• Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
• Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
• Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dalam membantu mereka membagi tugas dengan temannya Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
[image:44.612.70.538.205.687.2]4. Kelebihan dan kelemahan pembelajaaraan berbasis masalah (PBM) a. Kelebihan
Menurut Wina Sanjaya ( 2006: 218-219) kelebihan pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1) Pemecahan masalah merupakan tehnik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi
siswa.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa.
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran
yang mereka lakukan. Di samping itu juga dapat mendorong untuk
melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses
belajarnya.
6) Melalui pemecahan masalah bisa mempertimbangkan kepada siswa
bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir
dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku.
8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk
terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berkhir.
b. Kelemahan
Menurut Triyanto (2009:96) dan Wina Sanjaya ( 2006:219)
kelemahan pembelajaran berbasis masalah adalah:
1) Sulitnya mencari problem yang relevan.
2) Memerlukan waktu banyak untuk penyelidikan.
3) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa malas untuk mencoba.
5. Penilaian dalam PBM
Penilaian dalam PBM menyangkut penilaian proses dan hasil. Adapun
penilaian yang dilakukan meliputi :
a. Keaktifan berdiskusi kelompok dalam kelas.
Keaktifan siswa dapat dinilai melalui rubik penilaian. Dalam rubik
penilaian akan diketahui keaktifan dari masing-masing siswa saa
b. Presentasi dan hasil laporan
Prestasi yang dimaksud adalah hasil dari evaluasi yang telah dikerjakan
oleh siswa secara individu. Laporan yang dimaksud adalah hasil kerja
siswa yang berupa tugas yang dilakukan secara berkelompok.
c. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar dilakukan di akhir siklus. Tes tersebut berisi soal yang
mencakup materi yang telah diajarkan sebelumnya.
E. Uraian Materi Penelitian
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi
Standar Kompetensi dalam penelitian ini adalah ” 2. Mengenal
Sumber Daya Alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi”, sedangkan Kompetensi
Dasarnya adalah ” 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya”.
Materi yang akan dibahas adalah Permasalahan Sosial. Indikator yang
akan dicapai dalam pembelajaran ini yaitu :
2.4.1 Siswa mampu menyebutkan masalah-masalah sosial yang ada di
daerahnya.
2.4.2 Siswa mampu menjelaskan penyebab munculnya masalah sosial
yang ada di daerahnya.
2.4.3 Siswa mampu menjelaskan upaya untuk mengatasi permasalahan
sosial.
2.4.4 Siswa mampu menjelaskan peran pemerintah dalam mengatasi
2. Pengertian Masalah Sosial
Masalah sosial adalah masalah yang dihadapi oleh banyak orang
serta akibatnya dapat dirasakan oleh banyak orang/masyarakat. Contoh
masalah sosial yang ada di lingkungan setempat antara lain tindak
kejahatan. Tindakan kejahatan merupakan salah satu masalah sosial yang
meresahkan masyarakat. Hal itu disebabkam karena tindakan kejahatan ini
dapat mengancam jiwa dan harta seseorang. Salah satu contoh tindak
[image:48.612.67.536.247.633.2]kejahatan adalah seperti gambar di bawah ini.
Gambar 1. Masalah Sosial Kejahatan
Selain tindak kejahatan, contoh dari masalah sosial adalah
kemiskinan, masalah sampah, serta pencemaran lingkungan. Kemiskinan
dirasakan oleh banyak orang karena sempitnya lapangan pekerjaan
sehingga mereka tidak memiliki tempat tinggal dan tidak tercukupi
kebutuhan hidup dengan baik.
Permasalahn sampah dan pencemaran lingkungan sebenarnya saling
berkaitan. Sebagian besar masyarakat suka membuang sampah
sembarangan sehingga terjadi penumpikan sampah dan akhirnya terjadi
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan bisa juga disebabkan
Upaya yang harus dilakukan untuk menanggulangi permasalahan
sosial di masyarakat adalah dengan cara meningkatkan ketegasan hukum
sehingga masyarakat takut untuk berbuat kejahatan, memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang masalah sampah serta pencemaran
lingkungan sehingga kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan
akan tumbuh, serta memberikan lapangan pekerjaan dan pelatihan bagi
warga yang tidak memiliki pekerjaan. Selain beberapa hal tersebut, masih
ada upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
permasalahan sosial, antara lain memperluas lapangan pekerjaan dan
penyediaan tempat sampah umum serta masih banyak hal lain yang harus
dilakukan oleh pemerintah setempat ataupun pusat.
3. Pentingnya penggunaan PBM dalam materi Masalah Sosial
Pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya adalah model
pembelajaran yang mengkaitkan antara masalah yang ditampilkan guru
dengan cara berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
tersebut. Model pembelajaran ini sangat cocok digunakan pada
materi-materi yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah.
Pembelajaran yang menampilkan suatu masalah salah satunya
terdapat dalam pelajaran IPS. Materi masalah-masalah sosial di
lingkungan setempat merupakan suatu materi di mana di dalamnya
terdapat penjabaran tentang masalah-masalah sosial di lingkungan
setempat. Dengan demikian siswa harus mencari pemecahan
Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ini sangat cocok
dan penting untuk digunakan dalam menyampaikan materi masalah sosial
karena pada dasarnya telah sama yaitu tentang pemecahan masalah. Model
pembelajaran berbasis masalah mendasarkan pada pemecahan masalah
sehingga akan cocok bila materi masalah-masalah sosial menggunakan
model pembelajaran ini. Dengan demikian PBM akan membantu siswa
untuk memecahkan masalah sosial yang ditampilkan dalam pembelajaran
serta lebih memahami materi yang dipelajari.
F. Hubungan Mata Pelajaran IPS dengan PBM
IPS merupakan pelajaran yang dekat dengan kehidupan manusia
sehari-hari. Materi yang dipelajari dalam IPS sebagian besar merupakan kebiasaan
yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar siswa, bahkan masalah-masalah
yang dipelajari dalam IPS merupakan masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Materi-materi IPS yang dipelajari siswa akan lebih baik apabila
disampaikan oleh guru dengan model pembelajaran yang tepat. PBM adalah
model pembelajaran yang mengutamakan pada penyajian masalah kepada
siswa. Model penyajian masalah sangat cocok digunakan dalam mata
pelajaran IPS karena IPS juga membahas masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran berbasis masalah akan tepat apabila digunakan dalam
menyampaikan mata pelajaran IPS karena anak akan merasakan pembelajaran
memecahkan masalah yang dihadapi dan belajar untuk bersosialisasi dengan
teman satu kelompok.
G. Kerangka Berpikir
Pembelajaran di kelas IV akan sangat menarik jika siswa ikut
mengalami pembelajaran itu sendiri dan mendapat pengalaman tentang
kehidupan dan masalah sosial, sehingga akan memberikan kesan
pembelajaran tersendiri bagi siswa. Dalam pembelajaran mata pelajaran IPS
KD 2.4 “Mengenal permasalahan sosial di daerahnya” dengan penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), memiliki beberapa keunggulan yaitu
di antaranya, siswa dapat ikut aktif dalam pembelajaran karena siswa
menemukan sendiri masalah yang disajikan oleh guru sehingga pengetahuan
siswa dapat terbentuk.
Dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah siswa dapat
bekerjasama dalam kelompok untuk memecahkan masalah serta melatih
keberaniannya. Keadaan tersebut membuat siswa merasa senang dan motivasi
belajarnya akan meningkat. Motivasi belajar yang meningkat akan membuat
siswa lebih memahami materi yang dipelajari sehingga prestasi belajar siswa
juga akan meningkat. Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah motivasi dan
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan motivasi
belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Daratan.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan prestasi
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan
kelas. Menurut Suharsimi (2006: 102) penelitian tindakan kelas merupakan
bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap
kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar,
mengembangkan keahlian mengajar, dan sebagainya. Dalam melakukan
penelitian tindakan kelas pengumpulan data tidak boleh terlalu banyak
menyita waktu sehingga penelitian harus dipersiapkan sebaik mungkin dengan
berbagai hal yang mendukung yang dianggap tepat.
Menurut Kasbolah (2001: 10) tahapan dalam setiap siklus dapat
[image:53.612.72.536.247.626.2]digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Skema tahapan siklus PTK
Siklus I Siklus II
Rencana tindakan
Observasi
Pelaksanaan tindakan Refleksi
Rencana tindakan
Refleksi Pelaksanaan tindakan
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Daratan, Daratan 3,
Sendangarum, Minggir, Sleman, Yogyakarta.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah semua kelas IV SD Negeri Daratan
yang terdiri dari satu kelas, dengan sampel seluruh siswa kelas IV SD
Daratan Sleman, DIY yang berjumlah 16 siswa, laki-laki 6 siswa dan
perempuan 10 siswa.
3. Obyek Penelitian
Obyek yang diteliti adalah motivasi dan prestasi belajar siswa dalam
mata pelajaran IPS pada Kompetensi Dasar 2.4 Mengenal permasalahan
sosial di daerahnya dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah. Pembelajaran pada KD 2.4 diikuti oleh siswa kelas IV SD N
Daratan tahun pelajaran 2010/2011.
4. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-Juni tahun 2011.
C. Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus dimana setiap
siklus dilaksanakan 2 pertemuan (2x2 JP). Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan
yaitu persiapan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Persiapan
a. Permintaan ijin kepada Kepala SD Negeri Daratan.
Permintaan ijin di sini dimaksudkan agar kegiatan penelitian
dapat berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan
mendapatkan data yang sesuai.
b. Wawancara.
Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV. Wawancara di sini
dimaksudkan untuk mencari informasi tentang kondisi awal motivasi
belajar dan prestasi belajar siswa serta kendala-kendala yang dialami
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
c. Identifikasi masalah.
Setelah diperoleh data dari hasil wawancara maka peneliti
mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan tindakan
lanjutnya.
d. Menyusun Silabus, RPP, LKS, dan media belajar.
e. Merancang bahan ajar tentang masalah sosial.
f. Membuat kisi-kisi dan soal untuk tes hasil belajar.
g. Memepersiapkan media.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan terdapat prosedur-prosedur. Prosedur penelitian
ini meliputi prosedur umum dan prosedur khusus.
a. Prosedur umum
Secara umum kegiatan pembelajaran ini didasarkan pada sistematika
1) Kegiatan awal
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru pada awal
pembelajaran, yaitu mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa
dan yang terpenting adalah mengadakan apersepsi untuk menarik
perhatian siswa agar lebih bersemangat mengikuti proses
pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan ini berisi tentang langkah-langkah pembelajaran yang
akan diberikan kepada siswa. Langkah-langkah pembelajaran tersebut
juga harus runtut, jelas, dan sistematis supaya siswa dapat menerima
pembelajaran yang diberikan guru dengan mudah. Selain itu dalam
kegiatan inti guru juga memberikan soal evaluasi untuk mengetahui
sejauh mana kemajuan prestasi belajar siswa.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan ini berupa kegiatan penutup dimana guru dan siswa
dapat menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan dan
mengadakan refleksi untuk mengetahui apakah siswa masih
mengalami kesulitan atau tidak.
b. Prosedur Khusus
Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu
menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
2) Menyusun lembar kerja siswa.
3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.
4) Menyusun penilaian.
5) Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar.
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan 1
a) Guru melakukan salam pembuka dan apersepsi sesuai
dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
c) Guru menyampaikan materi pelajaran
Guru menampilkan gambar di depan kelas yang memuat
masalah sampah dan melakukan tanya jawab kepada
siswa secara singkat.
d) Siswa membentuk kelompok sesuai instruksi guru.
e) Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru secara
berkelompok.
f) Siswa maju ke depan kelas dan mempresentasikan tugas
kelompok masing-masing.
g) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
h) Siswa dan guru secara bersama-sama merangkum materi
yang dibahas.
2) Pertemuan 2
a) Guru membagikan soal evaluasi dan menjelaskan cara
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
c. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada akhir siklus I untuk mengetahui
prestasi belajar siswa.
d. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti pada waktu
berlangsungnya kegiatan belajar. Observasi yang dilakukan
adalah mencatat peristiwa yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan.
e. Refleksi
Peneliti menyimpulkan hasil pengamatan atau observasi
berupa catatan-catatan tentang kendala yang dialami saat
pembelajaran berlangsung serta data-data penting lain yang
berguna untuk kemajuan pada tindakan selanjutnya. Data
tersebut digunakan untuk menilai apakah pelaksanaan tindakan
tersebut lebih efektif dan efisien untuk menemukan daftar
permasalahan yang muncul pada saat tindakan. Temuan di atas
digunakan dasar untuk melaksanakan perencanaan berulang
dan menentukan langkah-langkah berikutnya.
Siklus II
a. Perencanaan
Sebelum melakukan perbaikan, peneliti terlebih dahulu
menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
2) Menyusun lembar kerja siswa.
3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.
4) Menyusun penilaian.
5) Menyiapkan media pembelajaran berupa video contoh
masalah sosial.
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan 1
a) Guru melakukan salam pembuka dan apersepsi sesuai
dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
c) Guru menyampaikan materi pelajaran
Guru menampilkan video di depan kelas dan melakukan
tanya jawab kepada siswa.
d) Siswa membentuk kelompok sesuai dengan instruksi
guru.
e) Siswa mengerjakan LKS yang dibagikan guru secara
berkelompok.
f) Siswa maju ke depan kelas dan mempresentasikan tugas
kelompok masing-masing.
g) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
h) Siswa dan guru secara bersama-sama merangkum
2) Pertemuan 2
a) Guru membagikan soal evaluasi dan menjelaskan cara
pengerjaanya.
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
c. Evaluasi
Evaluasi dilakukan di akhir siklus untuk mengetahui
kenaikan prestasi siswa disbanding siklus I.
d. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti pada waktu
berlangsungnya kegiatan belajar. Observasi yang dilakukan
adalah mencatat peristiwa yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan.
e. Refleksi
Peneliti menyimpulkan hasil pengamatan atau observasi
berupa catatan dan data dari hasil pelaksanaan tindakan tentang
jalannya pembelajaran dan kendala-kendala yang dihadapi.
Data tersebut digunakan untuk menilai apakah pelaksanaan
tindakan tersebut lebih efektif dan efisien untuk menemukan
daftar permasalahan yang muncul pada saat tindakan. Temuan
di atas digunakan dasar untuk melaksanakan perencanaan
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Ubahan, Data, Pengumpulan Data, dan Instrumen
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran dengan tes
hasil belajar dan kuesioner. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa. Tes hasil belajar dilakukan peneliti
pada akhir pertemuan. Tes kuesioner digunakan untuk menlihat motivasi
siswa. Adapun untuk melihat data dan instrumen yang digunakan adalah
[image:61.612.71.535.235.614.2]seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 : Peubah, Data dan Instrumen
No Peubah Data Pengumpulan Instrumen
1 Motivasi Belajar a.Wawancara b. Skor kuesioner c. Hasil Pengamatan a.Kuesioner b. Lembar observasi Kuesioner motivasi (berjumlah 32 soal)
2 Prestasi belajar
Skor ulangan Data
dikumpulkan setiap akhir siklus
Siklus I = 15 soal pilihan ganda dan 3 soal uraian.
Siklus II = 15 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian
Dalam kegiatan pengukuran ini peneliti menggunakan tes tertulis
untuk mengukur prestasi belajar siswa kelas IV semester 2 SD Negeri
Daratan tahun pelajaran 2010/2011. Pada dasarnya instrumen merupakan
data. Dalam pendidikan, instrumen alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data dapat berupa tes atau non tes.
2. Penyusunan Instrumen
Instrumen-instrumen yang disusun oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Instrumen motivasi belajar
Instrumen motivasi belajar adalah berupa kuesioner. Kuesioner
motivasi belajar dibuat berdasarkan kisi-kisi seperti pada tabel di
[image:62.612.74.536.165.627.2]bawah ini.
Tabel 3. Kisi-kisi Motivasi Belajar
Variabel Indikator No. Soal
Motivasi belajar
IPS siswa SD kelas
IV
Motivasi Intrinsik
a. Pantang menyerah 2,3,20,21,24
b. Perhatian 25
c. Kemampuan 4,9,17,18,19,26,29
d. Kesadaran 5,6,22,23,27,28,30,31
Motivasi Ekstrinsik
a.Lingkungan belajar 1,7,8,10,12,14,16,32
b. Silabus (terlampir)
c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)
d. Penyusunan LKS (terlampir)
e. Lembar observasi (terlampir)
f. Penyusunan soal-soal evaluasi (terlampir)
Evaluasi belajar siswa berupa tes tertulis. Tes ini bertujuan
untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah siswa mengikuti
pembelajaran berbasis masalah. Dalam tes ini soal yang diguanakan
adalah soal pilihan ganda dan uraian. Soal disusun berdasarkan
Kompetensi dasar indicator hasil belajar. Soal-soal dipersiapkan oleh
penulis lalu dikonsultasikan dengan dosen dan guru kelas. Adapun
rincian dari soal tes prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut :
1) Soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda berjumlah 15 dengan ketentuan :
Skor 1 : Jawaban benar
Skor 0 : Jawaban salah
Total skor : 1 x 15 = 15
2) Soal Uraian
Soal uraian pada siklus I berjumlah 3 sedangkan pada siklus
II berjumlah 5. Perbedaan