• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN STRATEGI ESTAFET WRITING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS IX SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN STRATEGI ESTAFET WRITING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS IX SMP."

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan gunaMemperolehGelar SarjanaPendidikan

Oleh:

Septya Nugrahanto NIM 12201244012

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84)

“Jika anda terlalu lama memikirkan sesuatu, anda tidak akan pernah menjalankannya.”

(Bruce Lee)

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan

untuk berhasil.” (Buya Hamka)

“Proses adalah kesempatan mahal yang harus kita lewati sebagai manusia karena proseslah yang akan menentukan kualitas dan mental seseorang.”

(6)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua tercinta (Bapak Tri Asmara dan Ibu Nayutik)

Keluarga besar tercinta Teman seperjuangan

(7)

vi

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi (TAS) yang berjudul “Keefektifan Strategi Estafet Writing dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Kelas IX SMP”. TAS ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Tri Asmara dan Ibu Nayutik yang tidak berhenti memberikan semangat, dukungan, doa, restu dan segala upaya untuk membiayai kuliah dan TAS ini hingga selesai.

2. Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Kusmarwanti, M.Pd., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan TAS.

3. Guryadi, S.Pd. M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 4 Wates yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.

4. Tri Warsiyati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 4 Wates, yang telah banyak membantu selama proses penelitian.

(8)
(9)

viii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Penjelasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Deskripsi Teori ... 10

1. Menulis ... 10

a. Hakikat Menulis ... 10

b. Manfaat Menulis ... 11

c. Menulis Cerita Pendek ... 12

2. Cerita Pendek ... 17

a. Hakikat Cerita Pendek... 17

b. Unsur Pembangun Cerita Pendek... 17

c. Struktur Cerita Pendek ... 22

3. Strategi Estafet Writing ... 24

(10)

ix

b. Langkah Pembelajaran Strategi Estafet Writing ... 24

c. Kelebihan Strategi Estafet Writing ... 26

4. Penggunaan Estafet Writing dalam Pembelajaran Menulis Cerpen ... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Pikir ... 33

D. Hipotesis Tindakan... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Desain Penelitian ... 36

B. Variabel Penelitian ... 37

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

D. Subjek Penelitian ... 38

E. Prosedur Penelitian... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Instrumen ... 42

H. Analisis Data ... 47

I. Penerapan Analisis Data ... 48

J. Validitas ... 48

K. Hipotesis Statistik ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

1. Deskripsi Data Penelitian ... 51

a. Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen ... 51

b. Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Kontrol ... 53

c. Perbandingan Data Statistik Skor Pretes Kelompok Eksperimen ... 55

d. Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen ... 56

e. Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Kontrol ... 57

f. Perbandingan Data Skor Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 59

2. Uji Persyaratan Analisis ... 60

a. Uji Normalitas Sebaran Data ... 60

b. Uji Homogenitas Varians ... 60

3. Hasil Analisis Data untuk Pengujian Hipotesis ... 61

a. Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 61

(11)

x

2) Uji-t Skor Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ... 63

b. Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 64

c. Pengujian Hipotesis ... 65

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

1. Perbedaan Keterampilan Menulis Cerpen Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 66

2. Keefektifan Strategi Estafet Writing Pembelajaran Menulis Cerpen ... 76

C. Keterbatasan Penelitian ... 79

BAB V PENUTUP ... 81

A. Simpulan ... 81

B. Implikasi ... 82

C. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(12)

xi

Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen Menulis Cerpen Kelas IX Semester 1 KTSP ... 43

Tabel 5 : Pedoman Penilaian Teks Cerita Pendek ... 46

Tabel 6 : Kategori Berdasarkan Rentang Nilai ... 47

Tabel 7 : Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelompok Eksperimen ... 52

Tabel 8 : Distribusi Kategori Kecenderungan Skor Pretes Kelompok Eksperimen ... 52

Tabel 9 : Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelompok Kontrol... 54

Tabel 10 : Distribusi Kategori Kecenderungan Skor Pretes Kelompok Kontrol ... 54

Tabel 11 : Perbandingan Data Statistik Skor Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 12 : Statistik Deskriptif Skor Postes Kelompok Eksperimen ... 56

Tabel 13 : Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Postes Kelompok Eksperimen ... 57

Tabel 14 : Statistik Deskriptif Skor Postes Kelompok Kontrol ... 58

Tabel 15 : Kategori Kecenderungan Skor Postes Kelompok Eksperimen ... 58

Tabel 16 : Perbandingan Data Statistik Skor Postes Skor Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 59

Tabel 17 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Keterampilan Menulis Cerpen ... 60

Tabel 18 : Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Keterampilan Menulis Cerpen ... 61

(13)

xii

Tabel 20 : Uji Sampel Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 63 Tabel 21 : Uji-t Berhubungan Pretes dan Postes Keterampilan Menulis

Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 64 Tabel 22 : Perbedaan Skor Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Pie Chart Kategori Kecenderungan Skor Pretes Eksperimen ...53

Gambar 2 : Pie Chart Kategori Kecenderungan Skor Pretes Kontrol ...55

Gambar 3 : Pie Chart Kategori Kecenderungan Skor Postes Eksperimen ...57

Gambar 4 : Pie Chart Kategori Kecenderungan Skor Postes Kontrol ...59

Gambar 5 : Hasil Postes Karya siswa Kelopok Eksperimen (kategori tinggi) ...71

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian ... 86

Lampiran 2 : Distribusi Skor Pretes dan Skor Postes ... 122

Lampiran 3 : Uji Prasyarat Analisis Data & Uji Hipotesis ... 136

Lampiran 4 : Strategi Estafet Writing & Hasil Kerja Siswa ... 152

Lampiran 5 : Dokumentasi Penelitian ... 154

(16)

xv

KEEFEKTIFAN STRATEGI ESTAFET WRITING DALAM PEMBELAJARA MENULIS CERITA PENDEK

PADA SISWA KELAS IX SMP Oleh

Septya Nugrahanto 12201244012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan keterampilan menulis cerita pendek antara kelompok yang menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional siswa kelas IX SMP Negeri 4 Wates dan (2) keefektifan strategi estafet writing dalam pembelajaran menulis cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 4 Wates.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi eksperimen desain penelitian adalah Control Group Pretest Postest Design. Pengambilan data menggunakan teknik tes yang berupa tes menulis cerita pendek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 4 Wates yang terdiri dari enam kelas. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling. Sampel penelitian terdiri atas dua kelas, yaitu IXA dan IXC. Instrumen penelitian berupa soal menulis cerita pendek. Validitas instrumen menggunakan validitas isi dengan pertimbangan ahli. Teknik analisis data menggunakan uji-t. Sebelum data dianalisis, diperlukan uji persyaratan analisis data yaitu, uji normalitas dan uji homogenitas. Pengolahan data semua dibantu dengan IBM SPSS Statistics 22.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. Pertama, ada perbedaan keterampilan menulis cerita pendek antara kelompok eksperimen yang menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok kontrol yang menggunakan strategi konvensional, ditunjukkan dengan perolehan uji-t skor postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p 0,000. Nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (p<0,05). Kedua, strategi estafet writing efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek, ditunjukkan dengan perolehan uji-t pretes dan postes kelompok eksperimen dengan nilai p 0,000. Nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (p<0,05).

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pembelajaran menulis merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari guru dan pihak-pihak yang terkait dalam pembelajaran di sekolah. Kegiatan menulis adalah suatu kegiatan yang menuntut kreativitas seseorang sehingga dapat menghasilkan karya yang baik. Untuk itu, tidak seharusnya jika pembelajaran menulis hanya dititikberatkan pada pemberian teori semata, melainkan harus ada wujud kegiatan praktik dalam pembelajaran menulis. Kurangnya kegiatan praktik menulis akan membuat siswa kesulitan untuk mengembangkan ide-ide yang mereka miliki menjadi sebuah karya tulis.

(18)

Penyebab lain dari kurangnya kemampuan menulis siswa adalah rasa antusias dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran menulis yang rendah. Hal tersebut bisa terjadi karena media dan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran dirasa kurang menarik bagi siswa. Kreativitas guru dalam memilih serta menggunakan media dan strategi pembelajaran dibutuhkan agar tercipta pembelajaran yang menarik dan efektif sehingga bisa menghasilkan hasil belajar yang baik. Bahan ajar, metode, strategi, dan media yang dipilih sebaiknya mempertimbangkan masalah kebutuhan, minat dan perhatian siswa, serta berkaitan dengan lingkungan kehidupan mereka.

Pendekatan tradisional yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis juga menjadi salah satu penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam menulis. Kegiatan ceramah dalam menerangkan materi, mencatat kemudian siswa diberikan tugas, membuat siswa kurang mendapatkan pengalaman praktik secara langsung. Kegitan tersebut membuat siswa menjadi pasif di dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui menulis karya sastra secara langsung, siswa sekaligus akan belajar tentang sastra dan tidak akan asing dengan karya sastra. Salah satu pembelajaran menulis karya sastra yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama adalah menulis cepen.

(19)

siswa serta guru juga harus bisa memanfaatkan media yang ada menjadi media yang mendukung proses pembelajaran dan menarik bagi siswa. Untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen, dapat dicapai dengan beberapa hal salah satunya dengan menggunakan strategi pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang cocok digunakan untuk menulis cerpen adalah strategi estafet writing, karena strategi ini berpusat pada siswa dan membuat pembelajaran menulis cerpen menjadi menyenangkan.

Dalam penelitian pembelajaran menulis cepren ini digunakan strategi estafet writing dan media gambar untuk membantu siswa dalam menulis cerpen. Penggunaan media gambar diharapkan dapat membantu siswa untuk menemukan ide-ide dan gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan. Strategi estafet writing diharapkan dapat membantu siswa dalam merealisasikan ide-ide yang siswa dapat sebelumnya ke dalam bentuk cerpen melalui diskusi dan curah gagasan dalam strategi ini.

Hamalik mengemukakan pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, minat, motivasi dan rangsangan belajar (Arsyad, 2011:15). Media gambar adalah salah satu media visual yang mampu menarik perhatian dan menumbuhkan minat siswa, seperti yang disampaikan Arsyad (2011:91) media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

(20)

dikuasai guru untuk mengajar kepada siswa agar pelajaran dapat ditangkap, dikuasai, dan digunakan siswa dengan baik (Roestiyah, 2012:1). Strategi estafet writing atau menulis berantai merupakan salah satu metode active learning atau learning by doing yang bertujuan membuat pembelajaran dikelas menjadi lebih aktif dan menyenangkan (Cahyono, 2011:14). Metode estafet writing diprediksi mampu meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi kata untuk membuat sebuah karangan.

Berkaitan dengan pembelajaran menulis cerpen yang masih kurang dan belum efekti, diperlukan sebuah solusi yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya penelitian tentang keefektifan strategi estafet writing untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen pada siswa SMP. Dipilihnya SMP dikarenakan kemampuan siswa SMP dalam menulis cerpen masih rendah. Selain itu minat dan perhatian siswa saat pembelajaran menulis cerpen masih sangat kurang. Hal tersebut mengakibatkan hasil karya cerpen siswa tidak dapat maksimal.

(21)

writing jika diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa SMP, maka perlu dilakukan penelitian eksperimen ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang muncul sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah pengembangan bahan ajar untuk pembelajaran menulis cerpen?

(2) Bagaimanakah proses pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing?

(3) Bagaimanakah langkah pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing?

(4) Apakah media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing?

(5) Siapa sajakah yang terlibat dalam proses pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen menggunakan media gambar dengan strategi estafet writing?

(6) Apa sajakah kendala yang dihadapi siswa ketika menggunakan strategi estafet writing?

(7) Apakah adaperbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP setelah penerapan strategi estafet writing?

(22)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan untuk memfokuskan pembahasan ini, batasan masalah yang sesuai adalah sebagai berikut.(1) Ada tidaknya perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional. (2) Keefektifan penggunaan strategi estafet writing dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalahan di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

(1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional?

(2) Apakah penggunaan strategi estafet writing efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut.

(23)

strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvesional.

(2) Menguji keefektifan strategi estafet writingdalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak berikut.

(1) Guru

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alternatif strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen, sehingga pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan menarik.

(2) Peserta didik

Penggunaan strategi estafet writing dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP. (3) Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah khususnya dalam menulis cerpen.

(4) Peneliti

(24)

G. Penjelasan Istilah

Keefektifan: suatu usaha atau perlakuan tertentu yang akan menunjukkan tingkat keberhasilan.

Menulis cerpen: kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, menemukan konflik, masalah, memberi informasi dan menghidupkan kejadian kembali secara utuh.

Strategi pembelajaran: suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar kepada siswa agar pelajaran dapat ditangkap, dikuasai, dan digunakan siswa dengan baik

Strategi estafet writing: salah satu strategi pembelajaran active learning yang melibatkan peserta didik secara aktif menulis karangan narasi dengan cara bersama-sama atau berantai yang bertujuan membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Pembelajaran menulis menjadi menyenangkan dan diminati.

(25)
(26)

10

BAB II

KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori

1. Menulis

a. Hakikat Menulis

Menulis adalah suatu keterampilan untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai alat dan medianya. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang sangat kompleks dalam pelaksanaannya. Kegiatan menulis dibutuhkan untuk mengekspresikan diri, berkomunikasi dengan orang lain, dan menyampaikan gagasan (Fishman, 2010: 5). Nurgiyantoro (2014: 499) menjelaskan kompetensi menulis adalah kemampuan memergunakan bahasa secara tertulis untuk mengekspresikan gagasan atau menyampaikan informasi sesuai konteks dan kebutuhan.

(27)

Keempat, tahap penulisan. Tahap ini adalah tahap pengeluaran hasil inkubasi yang telah dilakukan, dalam tahap ini semua ide dan gagasan yang diperoleh dari pertama hingga empat dituangkan dalam tulisan. Kelima, revisi. Pada tahap terakhir ini adalah tahap di mana tulisan yang sudah berhasil dibuat kemudian dinilai dan diperiksa berdasarkan pengetahuan serta apresiasi yang dimiliki penulis. Dalam tahap ini terjadi penambahan dan pengurangan tulisan yang dianggap perlu dan tidak perlu. Selain itu, dalam tahap ini juga terjadi pemindahan tulisan yang dianggap kurang tepat sehingga bentuk akhirnya mendekati bentuk tulisan yang ideal. Di sinilah tahap disiplin diri penulis diuji karena harus mengulangi menuliskannya kembali. Terakhir jika tulisan dirasa sudah ideal selanjutnya adalah tahap kritik dan saran sebagai bahan penilaian dari orang lain yang telah membaca tulisan penulis. Hal senada disampaikan Jauhari (2013: 16) bahwa ada tiga tahapan menulis, yakni fase persiapan, fase penulisan dan fase perbaikan.

Berdasarkan beberapan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan berkomunikasi secara tulis bertujuan untuk menyampaikan gagasan dan informasi sesuai konteks yang dibutuhkan. Secara garis besar menulis dibagi kedalam tiga tahapan prapenulisan (persiapan, inkubasi dan inspirasi), menulis, dan pascamenulis (revisi).

b. Manfaat Menulis

(28)

melancarkan komunikasi yang jelas dan teratur dengan semua masyarakat. Kemahiran berbahasa adalah pemakaian bahasa secara baik untuk kepentingan individu di masyarakat dan untuk kebaikan umat manusia.

Jauhari (2013 :14-15) menyatakan bahwa banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dari menulis antara lain pertama, menulis sebagai peningkatan kecerdasan karena pada waktu menulis daya nalar akan berjalan. Kedua, menulis dapat mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas. Ketiga, menulis menumbuhkan keberanian karena banyak orang yang tidak berani menyampaikan gagasannya secara langsung atau lisan. Keempat, menulis dapat mendorong untuk mencari dan mengumpulkan informasi.

Dari uraian di atas menulis sebagai salah satu bentuk kemahiran berbahasa memiliki beberapa manfaat selain sebagai sebuah sarana komunikasi bagi penulis, menulis juga mampu meningkatkan kecerdasan, daya kreativitas, imajinatif dan menumbuhkan rasa percaya diri serta keberanian penulis.

c. Menulis Cerita Pendek

(29)

Sayuti (2009 : 8) berpendapat bahwa tulisan fiksi dibuat secara khayali atau tidak sungguh-sungguh terjadi dalam dunia nyata sehingga sering disebut juga cerita rekaan atau cerita yang direka-reka oleh pengarangnya. Menulis cerpen memiliki daya imajinasi yang tinggi, semakin tinggi imajinasi pengarang semakin bagus cerita yang dihasilkan. Pengembangan keterampilan menulis cerpen melalui beberapa tahap, yaitu mengembangkan unsur-unsur cerpen untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Tahap-tahap menulis cerpen dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Tahap Menemukan dan Menuangkan Ide Tulisan

Dalam menuangkan ide penulis harus memiliki referensi dari berbagai hal, baik membaca, melihat, atau merasakan. Penulis harus memiliki pengetahuam tentang informasi yang luas agar memiliki banyak ide dalam menulis cerpen, pengetahuan itu dapat diperoleh dari membaca koran, majalah atau buku. Selain itu harus ditopang oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar kehidupan penulis agar penulis lebih peka dan tulisan yang dihasilkan sesuai dengan kehidupan manusia sekarang. Menggali ide dari realita kehidupan bagi seorang penulis merupakan sarana untuk melatih kepekaan (Sayuti, 2009 : 21).

(30)

merevisi. Tahap merevisi adalah tahap memperbaiki atau menambahkan ide-ide baru dalam karya penulis. Keempat, tahap menyunting. Tahap menyunting adalah tahap memperbaiki kesalahan pada aspek kebahasaan dan mekanik yang lain seperti kesalahan menulis huruf, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, dan kosakata.

2. Mengembangkan Alur Cerita

Alur merupakan rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan sebab akibat. Peristiwa itu saling berhubungan maka jika tidak ada peristiwa satu peristiwa lain tidak akan terjadi (Sayuti, 2009 : 47). Pengembangan alur tidak semudah yang dibayangkan, untuk mempermudah mengembangkan alur ada beberapa hal yang perlu dilakukan.

a) Konflik harus tergarap dengan baik

Konflik yang tidak tegarap dengan baik tampak pada pengembangan alur cerita yang tidak selesai atau terlalu singkat. Tidak selesai maksudnya adalah penulis memaparkan cerita-cerita tetapi tidak sampai pada klimaks, cerita sudah diakhiri.

b) Struktur cerita harus proporsional

Beberapa kemungkinan ketidakproporsionalan struktur cerita tampak pada masalah panjang cerita dan pembuka cerita. Oleh karena itu, penulis tidak berbelit-belit dalam menulis agar tidak semakin mempersempit ruang cerita.

(31)

Akhir cerita hendaknya tidak mudah ditebak oleh pembaca, untuk memeroleh hal itu penulis harus lebih banyak berlatih sebab hal itu tidak mudah dilakukan. Akhir cerita yang mudah ditebak berawal dari ide cerita yang monoton sehingga jalan cerita mudah ditebak oleh pembaca.

3. Mengembangkan Tokoh Cerita

Dilihat dari sifatnya tokoh dibagi mejadi tokoh protagonis (baik) antagonis (buruk). Dilihat dari keterlibatan dalam cerita ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling sering mencul dan paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Sayuti (2009 : 58) memaparkan ada beberapa rambu pengembangan tokoh cerita antara lain sebagai berikut..

a) Penggambaran tokoh secara hidup (tidak datar)

Penggambaran tokoh tidak hanya digambarkan berdasarkan nama, bentuk fisik, pekerjaan dalam cerita. Tokoh dalam cerita harus memiliki karakter yang jelas.

b) Penggambaran tokoh bervariasi

Penokohan secara langsung menjadikan cerita tampak datar, membosankan, dan menyebabkan karakter tokoh tidak kuat. Keberhasilan penulis dalam memunculkan karakter yang kuat pada tokohnya akan membuat tokoh cerita menjadi hidup sehingga keterikatan tokoh dengan pembaca dapat terjalin baik.

(32)

Penulis memunculkan banyak tokoh tetapi tokoh tersebut tidak memiliki sumbangan dalam pengembangan cerita, hal ini menyebabkan cerita menjadi kedodoran, jalan cerita dan panjang tulisannya pendek tetapi tokoh yang disajikan terlalu banyak.

4. Menggambarkan Latar Cerita

Latar cerita merupakan unsur fiksi yang mengacu pada tempat, waktu, dan kondisi sosial cerita itu terjadi. Sayuti (2009 : 71) rambu-rambu pengembangan latar cerita adalah sebagai berikut.

a) Latar tergarap dengan baik

Latar seringkali disebutkan sebagai nama, misal di kampung, di malam hari, atau pada keluarga miskin, tidak dimanfaaatkan untuk membangun cerita. Selain itu, latar tidak digambarkan secara detail yang mengakibatkan penggambaran dalam cerita kurang mendalam.

5. Diksi dan Bahasa dalam Fiksi.

(33)

2. Cerita Pendek

a. Hakikat Cerita Pendek

Sayuti (2000 : 9) menjelaskan bahwa cerpen merupakan karya prosa fiksi yang dapat selesai dibaca sekali duduk dan ceritanya ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca. Hal yang hampir serupa juga disamapikan oleh Nurgiyantoro (2012 :10) menyatakan cerpen adalah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk kira-kira setengah sampai dua jam. Panjang cerpen bervariasi ada yang pendek, pendek sekali: berkisar 500 kata; cerpen yang panjangnya cukupan, serta ada cerpen yang panjang yang terdiri dari puluhan ribu kata.

Sebuah cerpen dapat dikatakan sebagai cerpen yang baik apabila memenuhi beberapa ciri-ciri sebagai berikut. Sumardjo (1997 :91) menyatakan bahwa sebuh cerpen yang baik adalah cerpen yang merupakan suatu kesatuan, utuh, manunggal tak ada bagian yang tak perlu, tak ada yang terlalu banyak, semua pas, integral dan mengandung satu arti.

Jadi berdasarkan uraian di atas cerpen adalah prosa pendek yang di dalamnya menceritakan tentang kehidupan kisah manusia yang memiliki satu kesatuan cerita, alur sederhana, tokoh yang terlibat di dalamnya tidak banyak dan cerita tidak terlalu panjang kira-kira hanya 3-10 halaman.

b. Unsur Pembangun Cerita Pendek

(34)

1. Fakta Cerita

Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan diceritakan di dalam sebuah karya fiksi. Fakta cerita meliputi antara lain plot, tokoh dan latar. Sesuatu yang akan diceritakan dirangkai ke dalam ketiga subelemen tersebut.

a) Plot

Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas (Wiyatmi, 2009 :36). Foster berpendapat bahwa plot berisi tentang kejadian-kejadian yang bersifat misterius dan intelektual, mengandung konflik yang mampu menarik bahkan mencekam pembacanya (Nurgiyantoro, 2012 :114).

Wiyatmi (2009 : 39) menjelaskan bahwa plot dibedakan menjadi plot kronologis atau plot progresif dan regresif atau flash back. Dalam plot progresif peristiwa disusun awal-tengah-akhir, sedangkan regresif disusun tidak teratur (akhir-awal-tengah). Sementara itu, Sayuti (2000 : 32 ) menjelaskan bahwa plot dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagia awal, tengah dan akhir.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa plot atau alur adalah rangkaian peristwa yang terdapat dalam sebuah cerita. Dalam sebuah cerita biasanya terdapat alur progesif (kronologis) atau regesif (flash back).

b) Penokohan

(35)

Penokohan sering disamakan dengan karakter, perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.

Wiyatmi (2009: 30) menyatakan tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku atau pemeran yang terdapat dalam cerita dan bertugas untuk menjalankan cerita tersebut. Penokohan adalah sifat dan karakter yang dimiliki oleh masing-masing tokoh, biasanya digambarkan dan dijelaskan langsung oleh pengarang (analitik) atau bisa juga digambarkan melalui reaksi tokoh lain dan lingkungan terhadap tokoh utama.

c) Latar

Sayuti (2000 : 126-127) menjelaskan bahwa latar adalah di mana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung atau landas tumpu, yakni lingkungan tempat peristiwa terjadi. Secara garis besar deskripsi latar dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni latar tempat , waktu, dan latar sosial.

(36)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan latar adalah gambaran suasana, tempat, waktu, sosial, budaya yang dialami oleh tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang ada di cerita.

2. Sarana Cerita

Sarana cerita adalah hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerita. Dengan sarana cerita akan tercipta pola yang bermakna sehubungan dengan fakta yang diceritakan. Sarana cerita meliputi judul, sudut pandang, gaya dan nada (Sayuti, 2000 : 147).

a) Judul

Sayuti (2000 :147) berpendapat judul adalah hal pertama dibaca oleh pembaca fiksi, judul merupakan elemen lapisan luar fiksi. Sebagai elemen paling luar judul paling mudah dikenali oleh pembaca, biasanya judul menjadi acuan yang sejalan dengan jalan cerita.

b) Sudut Pandang

Nurgiyantoro (2012 : 248) menjelaskan bahwa sudut pandang adalah strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan ceritanya. Sementara itu, Sayuti (2000 : 158) menyampaikan bahwa sudut pandang dipergunakan pengarang untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa dalam cerita sehingga tercipta suatu kesatuan yang utuh.

Lebih lanjut Sayuti (2000 : 159) membagi sudut pandang ke dalam empat jenis.

(37)

Pada sudut pandang ini pencerita menjadi tokoh utama, kata ganti pemeran atau tokoh utama menggunakan kata ganti aku.

b. Sudut pandang first person-peripheral atau akuan taksertaan

Pada sudut pandang ini pencerita tidak menjadi tokoh utama melainkan sebagai tokoh pembantu,

c. Sudut pandang third-person-omniscient atau diaan maha tau

Pada sudut pandang ini pencerita berada di luar cerita dia bertugas menceritakan cerita tersebut (dalang) yang mengetahui secara detail. d. Sudut pandang third-person-limited atau diaan terbatas

Pada sudut pandang ini pencerita ada dilur cerita dan hanya menceritakan tokoh yang menjadi tumpuan cerita.

c) Gaya dan Nada

Gaya dapat didefinisikan sebagai cara pemakaian bahasa yang spesifik oleh seorang pengarang. Gaya juga merupakan cara pengungkapan yang khas dari seorang pengarang, unsur pembangun gaya antara lain diksi, imajeri, dan sintaksis (Sayuti, 2000: 173-174).

Nada dalam karya fiksi merupakan kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan juga terhadap pembaca karyanya. Nada bergantung pada gaya yaitu bagaimana pengarang memperlakukan bahasa yang menjadi sarananya (Sayuti, 2000: 176-177).

3. Tema

(38)

Pengertian tema dapat dipandang dari dua sudut yaitu sudut karangan yang telah selesai dan sudut penyusunan karangan. Dilitihat dari sudut karangan tema adalah amanat yang disampaikan penulis melalui karangannya, sedangkan dilihat dari sudut penyusunan karangan tema adalah suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik (Keraf, 2004:121-122).

Sayuti (2000 : 187) menjelaskan bahwa tema merupakan gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi. Wujud tema dalam karya fiksi biasanya berpangkal pada alasan tindak atau motif tokoh.

Berdasarkan uraian di atas maka tema adalah sesuatu hal yang akan disampaikan oleh penulis dalam ceritanya kepada pembaca melalui karyanya, yang kemudian sesuatu yang ingin disampaikan penulis itu mendasarinya untuk membuat sebuah cerita.

c. Struktur Cerita Pendek

(39)

Syathariah (2011 :23-24) menjelaskan bahwa struktur cerpen terdapat enam tahap yaitu permulaan, pertikaian, perumitan, klimaks, peleraian, dan akhir.

1) Tahap permulaan, berisi perkenalan tokoh, tempat, memperkenalkan peristiwa yang akan terjadi.

2) Tahap pertikaian, berisi muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, pandangan yang saling bertentangan antar tokoh. Dalam tahap ini suasana emosional semakin memanas karena tokoh dalam cerita mulai terlibat konflik.

3. Tahap perumitan, berisi suasana yang semakin panas karenan konflik sudah mendekati puncaknya. Dalam bagian ini disajikan peristiwa yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan atau kesukaran yang dialami tokoh.

4. Tahap klimaks, pada tahap ini peristiwa yang terjadi dalam cerita berfungsi sebagai pengubah nasib para tokoh. Bagian ini adalah bagian yang paling mendebarkan.

5. Tahap peleraian, pada tahap ini ketegangan emosional mulai menurun, suasana panas dikembalikan pada keadaan semula sebelum timbul konflik.

(40)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan secara garis besar struktur cerpen terbagi dalam tiga bagian orientasi (tahap permulaan), komplikasi (tahap pertikaian, perumitan dan klimaks), dan resolusi (tahap peleraian dan tahap akhir).

3. Strategi Estafet Writing

a. Hakikat Strategi Estafet Writing

Estafet writing atau menulis berantai merupakan metode pembelajaran active learning yang melibatkan peserta didik secara aktif menulis karangan narasi dengan cara bersama-sama atau berantai (Cahyono, 2011 : 14). Senada dengan hal tersebut, Syathariah (2011: 41-42) menyampaikan bahwa estafet writing atau menulis berantai adalah salah satu metode active learning yang bertujuan agar siswa mengasosiasikan belajar sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan.

Metode inovatif ini merupakan salah satu metode yang melibatkan siswa belajar dengan cara bersama-sama, tetapi tidak secara berkelompok. Kegiatan menulis dengan menggunakan metode ini membuat siswa aktif mengembangkan daya khayal, berimajinasi, dan langsung menghasilkan sebuah produk cerpen.

(41)

b. Langkah Pembelajaran Estafet Writing

(42)

Strategi ini merupakan salah satu strategi pembelajaran inovatif yang mampu meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengembangkan imajinasi untuk menulis sebuah karangan dan menumbuhkan keberanian peserta didik untuk mulai menuangkan gagasan dan pendapatnya.

c. Kelebihan Strategi Estafet Writing

Kelebihan strategi estafet writing yaitu, (1) membuat peserta didik antusias dalam pembelajaran. (2) Membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. (3) Peserta didik menjadi lebih cepat dan cermat dalam menghasilkan sebuah cerpen. (4) Belajar berkelompok dengan strategi estafet writing dapat membantu siswa yang sulit menemukan dan mengembangkan ide dalam menulis. (5) Dalam pembelajaran menulis cerpen aktif menuangkan imajinasi dan berusaha untuk mampu melanjutkan kalimat yang dibuat oleh teman mereka sebelumnya (Syathariah, 2011 : 41)

(43)

4. Penggunaan Estafet Writing dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa SMP dengan mengadopsi strategi estafet writing seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya diperlukan sedikit modifikasi dalam penerapan strategi tersebut. Selain strategi hal lain yang dapat membantu keefetifan pembelajaran menulis cerpen adalah adanya media yang tepat yang mampu membantu siswa dalam mengembangkan tema dan imajinasinya.

Sebelum melakukan pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing ada beberapa hal, seperti materi dan media yang harus disiapkan oleh guru. Ada beberapa media yang bisa digunakan dalam merangsang ide siswa dalam menulis cerpen seperti media gambar, media vidio (film), contoh cerpen dan masih banyak media lain yang bisa dimanfaatkan guru untuk memunculkan ide cerita.

(44)

secara kelompok atau satu kelas, apabila dilakukan secara berkelompok guru membagi kelas kedalam 4 atau 5 kelompok.

(45)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tetang keefektifan strategi estafet writing dalam pembelajaran menulis cerita pendek pada siswa kelas IX SMP ini mengacu pada sejumlah penelitian yang relevan sebagai berikut.

1.Penelitian skripsi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang oleh Anjani Yekti Mahanani pada tahun 2015 yang berjudul Peningkatan Keterampilan Memproduksi Teks Pantun Secara Tulis dengan Metode Tulis

Berantai Melalui Media Kartu Pintar pada Peserta Didik Kelas XI Teknik

Sepeda Motor SMK Negeri 10 Semarang.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan memproduksi teks pantun secara tulis dengan metode tulis berantai melalui media kartu pintar pada peserta didik kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 10 Semarang sebesar 11,87%. Nilai rerata kelas siklus I sebesar 2,97 menajdi 3,38 pada siklus II. Setelah digunakan metode tulis berantai dan media kartu pintar perubahan perilaku belajar peserta didik ke arah yang positif. Peserta didik yang sebelumnya malas, kurang aktif, tidak berkonsentrasi, dan tidak bersemangat, menjadi aktif, antusias, bersemangat, dan berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.

(46)

memproduksi teks pantun secara tulis dengan baik. Bagi peneliti lain hendaknya menggunakan metode dan media yang berbeda dalam memproduksi teks pantun secara tulis sehingga dapat menambah metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternaitf dalam pembelajaranmemproduksi teks pantun secara tulis

2. Penelitian skripsi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta oleh Praeska Andre Rosaliana pada tahun 2014 yang berjudul Keefektifan Metode Estafet Writing dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa

Jerman Peserta Didik Kelas XI di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul.

(47)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Wulandari yang berjudul Peningkatan Motivasi dan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penerapan Metode Menulis

Berantai (estafet Writing) pada Siswa Sekolah Menengah Atas, yang dimuat dalam BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya volume 1 nomer 1, April 2012.

(48)

mengalami peningkatan yaitu sebesar 75,88% pada siklus II dan 89,70% pada siklus III. Metode menulis berantai dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi. Hal ini dapat diketahui dari adanya peningkatan persentase nilai menulis siswa setiap siklusnya. Pada siklus I persentase keberhasilan siswa sebanyak 55,88%, pada siklus II persentase tersebut naik mencapai 70,59%, dan pada siklus III mencapai 87,88%. Persentase ini dihitung dari banyaknya siswa yang telah mencapai nilai KKM sebesar 65 yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah.

4. Penelitian tesis Program Megister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2016 yang dilakukan oleh Khusnul Khotimah berjudul Efektifikas Metode Picture and Picture dengan Metode Estafet Writing dalam Meningkatkan

Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pada Siswa Kelas 3 MIN Malang.

(49)

siswa. Hal tersebut didukung oleh hasil posttest kelas eksperimen yang unggul 23,6% daripada kelas kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan metode pembelajaran picture and picture dengan estafet writing cenderung menghasilkan penguasaan keterampilan menulis karangan narasi yang lebih baik dibandingkan hasil pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

C. Kerangka Pikir

Kegiatan menulis seringkali dianggap menjadi kegitan yang dirasa kurang menarik bagi siswa dan sulit untuk dilakukan. Permaslahan yang biasanya sering muncul dalam pembelajaran menulis cerpen adalah siswa kesulitan dalam mengembangkan ide atau gagasan yang akan dikembangkan menjadi sebuah cerita. Siswa juga mengalami kesulitan dalam merangkai kalimat-kalimat menjadi urutan cerita yang baik. Hal tersebut disebkan karena guru hanya mengunakan strategi konvensional seperti tanya jawab, pemodelan, ceramah, dan penugasan.

Strategi estafet writing diasumsikan baik diterapkan selama proses pembelajaran di kelas dibandingkan dengan menggunakan strategi konvensional yang selama ini digunakan di sekolah. Diharapkan dengan strategi ini dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen. Penggunaan strategi ini dapat menghidupkan suasana di kelas dan proses belajar mengajar menjadi menarik. Strategi ini menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

(50)

bersama-sama atau berantai. Setelah tema di tentukan oleh guru, masing-masing siswa harus membuat paragraf pembuka yang selanjutnya akan dilanjutkan oleh teman-teman mereka secara berantai sehingga menjadi sebuah cerpen yang utuh. Setelah itu pemilik cerpen pertama bertugas meneliti dan memperbaiki kalimat yang tidak sesuai yang dibuat oleh temannya.

Strategi ini dipilih karena pembelajarannya menyenangkan bagi siswa dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional, selain itu strategi ini diharapkan mampu memberikan perubahan terhadap kemampuan siswa menulis cerpen ke arah yang lebih baik apabila dibandingkan dengan penggunaan strategi konvensional yang selama ini digunakan oleh guru di sekolah.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

1. Hipotesis Nol (Ho)

a) Tidak ada perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional.

(51)

2. Hipotesis Kerja (Ha)

a) Ada perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMP antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional.

(52)

36

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data yang disajikan dalam bentuk skor. Penggunaan kuasi eksperimen dalam penelitian ini dikarenakan menggunakan manusia (peserta didik) sebagai subjek penelitian untuk diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah penerapan strategi estafet writing pada kelompok eksperimen. Sebagai pembanding terdapat kelompok kontrol untuk menguji efektivitas perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah random sampling dengan model desain grup kontrol pre tesdan pos tes.

Tabel 1: Desain Penelitian

Kelompok Tes Awal Variabel Bebas Tes Akhir

E O1 X O2

K O3 - O4

Keterangan

E : Kelompok eksperimen (kelompok yang diberi perlakuan strategi estafet writing)

K : Kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan dengan strategi estafet writing atau dengan strategi konvensional)

(53)

B. Variabel Penelitian

Variabel bebas : merupakan variabel yang menjadi penyebab perubahan variabel terikat. Variabel bebas adalah penggunaan strategi estefet writing dalam menulis cerpen.

Variabel terikat : variabel yang menjadi akibat variabel bebas. Variabel terikat adalah kemampuan siswa menulis cerpen.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 4 Wates Kulonprogo. Alasan pemilihan tempat, dikarenakan sekolah memiliki jumlah siswa cukup memadai untuk diberi perlakuan. SMPN 4 Wates juga memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai dan mendukung dilakukannya penelitian. Penelitian dilakukan pada saat jam pelajaran bahasa Indonesia dengan kesepakatan dari guru mata pelajaran behasa Indonesia dan disesuaikan dengan kondisi di kelas. Proses penelitian dilaksanakan pada bulan agustus 2016, dengan jadwal penelitian sebagai berikut.

Tabel 2. Jadwal Penelitian

No. Hari, Tanggal Kegiatan

1. Selasa, 9 Agustus 2016 Pretes kelompok eksperimen 2. Rabu, 10 Agustus 2016 Pretes kelompok kontrol

3. Kamis, 11 Agustus 2016 Pembelajaran dan perlakuan I kelompok eksperimen

4. Kamis, 11 Agustus 2016 Pembelajaran dan perlakuan I kelompok kontol

5. Jum’at, 12 Agustus 2016 Pembelajaran dan perlakuan II kelompok eksperimen

6. Sabtu, 13 Agustus 2016 Pembelajaran dan perlakuan II kelompok kontol

(54)

D. Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Populasi adalah siswa kelas IX SMPN 4 Wates yang berjumlah enam kelas sebanyak 165 siswa.

Tabel 3 : Populasi siswa kelas IX SMP 4 Wates

NO. Kelas Jumlah Siswa Keterangan

1. Kelas IX A 28 Kelompok Kontrol

2. Kelas IX B 28

3. Kelas IX C 28 Kelompok Eksperimen

4. Kelas IX D 28

5. Kelas IX E 26

6. Kelas IX F 27

Jumlah 165

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik random sampling, yaitu penentuan sampel populasi dengan cara acak, setiap populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Setelah melakukan random sampling, terpilih kelas IX C sebagai kelompok eksperimen, dan IX A sebagai kelompok kontrol.

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Praeksperimen

(55)

b. Menyiapkan materi ajar dan media ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen. Membuat RPP untuk panduan kegiatan belajar mengajar selama penelitian.

c. Sebelum melakukan sebuah eksperimen dilakukan pengambilan nilai atau pretes kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes yang diberikan berupa tes keterampilan menulis cerpen dengan tema bebas. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam menulis cerpen sebelum dilakukan sebuah perlakuan.

d. Hasil cerpen siswa selanjutnya dianalisis. Nilai yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan uji-t untuk mengetahui adakah perbedaan kemampuan awal menulis cerpen pada kelompok eksperimen dan kontrol.

2. Tahap Eksperimen

Setelah mendapatkan hasil dari pretes kelompok eksperimen dan kontrol, langkah selanjutnya adalah pemberian perlakuan dengan memberikan strategi estafet writing dalam pembelajaran menulis cerpen pada kelompok eksperimen sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan menggunakan strategi pembelajaran yang biasa digunakan guru di sekolah.

Adapun tahap-tahap eksperimen sebagai berikut a. Kelompok eksperimen

(56)

menyenangkan selain itu siswa mudah mendapatkan ide, kemudian proses pengembangan ide menjadi tulisan menjadi lebih cepat.

Langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen dengan strategi estafet writing sebagai berikut.

1) Guru menjelaskan tentang materi cerpen dan unsur-unsur pembangun cerpen meliputi: alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya (bahasa), dan tema.

2) Guru menentukan tema cerpen yang harus ditulis oleh siswa, guru juga memberikan contoh cerpen, gambar atau vidio (film) untuk merangsang ide siswa untuk mengawali tulisannya.

3) Setelah siswa menemukan ide menulis mereka, guru menjelaskan aturan main dari strategi estafet writing. Strategi ini bisa dilakukan secara kelompok atau satu kelas, apabila dilakukan secara berkelompok guru membagi kelas kedalam 4 atau 5 kelompok.

4) Guru meminta masing-masing siswa membuat satu kalimat atau paragraf pembuka.

5) Setelah siswa membuat kalimat atau paragraf pembuka berarti mereka adalah pemilik ceritanya masing-masing sekaligus sebagai orang pertama, kemudian guru memberi hitungan satu, pada hitungan satu siswa diminta mengangkat bukunya. Kemudian pada hitungan dua siswa memberikan bukunya pada teman yang berada disamping kanannya. 6) Siswa tersebut menjadi orang kedua yang harus melanjutkan cerpen dari

(57)

paragraf untuk menyambung cerpen dari orang pertama, mereka harus membaca dan memperhatikan kalimat sebelumnya agar kalimat yang ditambahkan sesuai dan menyambung dengan kalimat sebelumnya. 7) Setelah orang kedua selesai guru kembali melanjutkan hitungan untuk

diserahkan pada siswa selanjutnya yang berada disebelah kanan, begitu seterusnya searah jarum jam dan setiap siswa wajib melanjutkan cerita yang sudah dibuat oleh teman sebelumnya hingga waktu yang ditetapkan selesai.

8) Setelah selesai cerpen harus dikembalikan kepada pemilik awalnya, selanjutnya pemilik membaca cerpen dari hasil menulis berantai dan menandai kalimat atau paragraf yang tidak sesuai.

9) Setelah kalimat-kalimat yang tidak sesuai diperbaiki guru meminta siswa membacakan atau menuliskan kedepan hasil karyanya.

10)Guru membahas hasil cerpen siswa dari strategi menulis berantai ini, baik dari kesulitan yang dialami siswa maupun kekurangan hasil cerpen mereka.

b. Kelompok Kontrol

Kelompok Kontrol mendapatkan pembelajaran dengan strategi konvensional yaitu strategi yang sudah biasa diterapkan oleh guru disekolah. 1) Langkah awal guru memberikan materi tentang cerpen.

2) Guru dan siswa melakukan diskusi tentang materi yang sudah diberikan. 3) Setelah semua siswa paham guru memberikan sebuah tema pada siswa dan

(58)

3. Tahap Pascaeksperimen

Pada tahap ini dilakukan pengambilan nilai akhir dengan melakukan tes pada siswa atau postes yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah tes menulis cerpen dengan tema yang sudah ditentukan.

Dari hasil pascaeksperimen ini, dapat diketahui perbedaan skor atara sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Perbedaan skor diperoleh setelah dilakukan perbandingan skor pretes dengan pascates, kemudian dilihat apakah ada pengkatan, menurun, atau sama saja.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperoleh dari tes. Tes yang digunakan adalah tes menulis cerpen. Tes tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis cerpen baik kelas kontrol maupun eksperimen. Penilaian tes cerpen mencakup penilaian proses dan penilaian hasil kerja siswa. Penilaian proses didapat dari pengamatan minat dan respon siswa selama pembelajaran. Sementara itu, penilaian hasil didapatkan dari cerpen yang telah dibuat siswa. G. Instrumen penelitian

1. Kisi-kisi instrumen

(59)

Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen Menulis Cerpen Kelas IX Semester 1 dengan

Indikator : 1. Mampu mendata peristiwa-peristiwa yang dialami 2. Mampu menentukan konflik yang ada dalam

peristiwa yang dipilih

3. Mampu menentukan alur cerita

4. Mampu menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang dialami

5. Mampu menyunting cerita pendek

No. Materi Pokok Indikator No. konflik, memuat cerita yang menyebabkan efek tertentu bagi pembaca. memiliki sifat sesuai rekaan

(60)

cerita

5. Amanat: pesan yang disampaikan penulis dalam cerita

6. Judul: Kepala cerita yang mewakili isi cerita 7. Sudut pandang: cara penulis memposisikan diri dalam cerita

8. Gaya dan Nada : gaya bahasa dan sikap emosi yang digunakan dalam cerita

2. Tahap-tahap menulis cerpen adalah sebagai berikut. pendek bertolak dari peristiwa yang dialami 5. Mampu menyunting cerita

(61)

2. Soal Menulis teks Cerpen

Soal menulis cerpen terdiri atas pretes dan postes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Bentuk soal adalah sebagai berikut.

A. Soal Pretes Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Buatlah sebuah cerpen bertema bebas, dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Tulislah nama, presensi, kelas dan kelompok di bagian kanan atas lembar kerja!

b. Gunakanlah bahasa yang baik (pilihan kata, penulisan, ejaan dan tanda baca) harus tepat!

c. Panjang cerpen satu-dua halaman!

B. Soal Postes Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Buatlah sebuah cerpen bertema “persahabatan” dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Tulislah nama, presensi, kelas dan kelompok di bagian kanan atas lembar kerja!

b. Gunakanlah bahasa yang baik (pilihan kata, penulisan, ejaan dan tanda baca) harus tepat!

(62)

Tabel 5: Pedoman Penilaian Teks Cerita Pendek

Aspek Kriteria Indikator Skor

IS

Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria

23-30 Teks cerpen yang cukup baik

memenuhi 2 kriteria

14-22 Teks cerpen yang kurang baik

hanya memenuhi 1 kriteria

8-13

ORGANIS

ASI

Organisasi tulisan yang baik harus memenuhi kriteria:

3. unsur cerita ditulis padu

Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria

16-20 Teks crpen yang cukup baik

memenuhi 2 kriteria

11-15 Teks cerpen yang kurang baik

memenuhi 1 kriteria

2. pilihan kata tepat dan komunikatif

3. penempatan kata penghubung tepat

Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria

16-20 Teks cerpen yang cukup baik

memenuhi 2 kriteria

11-15 Teks cerpen yang kurang baik

memenuhi 1 kriteria 3. makna kalimat jelas, tidak

ambigu

Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria

13-15 Teks cerpen yang baik cukup

memenuhi 2 kriteria

10-12

Teks cerpen yang kurang baik memenuhi 1 kriteria

7-9

M

E

KANIK

Secara mekanis tulisan peserta didik baik apabila memenuhi kriteria:

1. penulisan ejaan tepat 2. penggunaan tanda baca

sesuai

3. tulisan tangan rapi dan dapat dibaca

Teks cerpen yang baik memenuhi 3 kriteria

13-15 Teks cerpen yang cukup baik

memenuhi 2 kriteria

10-12 Teks cepen yang kurang baik

memenuhi 1 kriteria

7-9

(63)

Penelitian ini menggunakan skala seratus (1-100). Pengkategorian kemampuan menulis terdiri dari lima tingkat kemampuan, yaitu 1) amat baik, 2) baik, 3) cukup, 4) kurang baik dan 5) Sangat kurang.

Tabel 6: Kategori Berdasarkan Rentang Nilai

No Skor Kualifikasi

1. 90-100 Amat baik

2. 80-89 Baik

3. 70-79 Cukup

4. 50-69 Kurang baik

5. 10-49 Gagal

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas Sebaran Data a. Uji Normalitas Sebaran Data

(64)

b. Uji Homogenitas varian

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesamaan kemampuan sampel yang diambil. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada sampel yang diambil dari populasi, yang memiliki varian sama atau tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Interpretasi hasil uji homogenitas dapat diketahui dengan melihat Sig. Jika signifikan lebih kecil dari taraf signifikansi Alpha 5% (Sig. < 0,05), maka varian berbeda secara signifikan atau tidak homogen. Namun apabila signifikan lebih besar dari taraf signifikansi Alpha 5% (Sig. > 0,05), maka varian tidak berbeda secara signifikan atau homogen. Hasil uji homogenitas penelitian ini disajikan secara lengkap dalam Lampiran 3b

I. Penerapan Analisis Data

Tenik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t (t- tes). T-tes bertujuan menguji apakah nilai rata-rata dari kelompok eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan signifikan atau tidak. Teknik analisis menggunakan program IBM SPSS Statistic 22.0. Penafsiran uji-t dengan melihat nilai Sig. (2-tailed), dibandingkan dengan nilai signifikansi 0,05.

J. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

(65)

Indonesia SMPN 4 Wates. Validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen telah mencerminkan isi yang dikehendaki atau belum. Instrumen dalam penelitian ini berpedoman pada KTSP dan sesuai dengan materi menulis cerpen yang di ajarkan pada kelas IX SMPN 4 Wates. Selanjutnya, instrumen yang disetujui dinyatakan valid dan siap digunakan pada penelitian. Selanjutnya instrumen yang sudah disetujui dinyatakan valid diberikan saat penelitian (ditunjukan pada Lampiran 1b)

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah tes dapat mengukur secara konsisten keterampilan menulis cerpen pada siswa.Uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, karena tes yang diberikan mempunyai skor berskala. Artinya, prosedur uji reliabilitas ini diterapkan pada hasil pengukuran berjenjang, misalnya: 1-4, 1-5, 1-6 atau yang lain tergantung maksud penyusunannya. Perhitungan rumus alpha cronbach dihitung menggunakan bantuan komputer SPSS versi 22.0. Adapun kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel yakni jika koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,6. Untuk uji reliabilitas soal menulis cerpen dalam penelitian sebesar 0,620 (reliabel). Perhitungan reliabilitas soal dengan SPSS 22.0 disajikan pada Lampiran 1d.

K. Hipotesis Statistik

(66)

Ho =μ1 = μ2 Ha =μ1 ≠ μ2 Keterangan :

Ho : hipotesis nihil. Tidak ada perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMPN 4 Wates antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional.

Ha : hipotesis alernatif. Ada perbedaan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX SMPN 4 Wates antara kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi estafet writing dengan kelompok yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi konvensional.

Ho =μ1 = μ2 Ha =μ1 = μ2 Keterangan:

Ho : hipotesis nihil. Strategi estafet writing tidak efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX SMPN 4 Wates.

(67)

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan menulis cerpen antara kelompok yang menggunakan strategi estafet writing dan kelompok yang menggunakan strategi konvensional di SMPN 4 Wates sekaligus untuk menguji keefektifan strategi estefet writing dalam pembelajaran menulis cerpen kelas IX SMPN 4 Wates. Data dalam penelitian ini meliputi skor pretes dan skor postes menulis cerpen dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil perhitungan data selengkapnya disajikan sebagai berikut.

a. Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen

(68)

Tabel 7 Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelompok Eksperimen

Std. Error of Kurtosis ,858

Range 17

Minimum 58

Maximum 75

Sum 1906

Kecenderungan perolehan skor pretes keterampilan menulis cerpen kelompok eksperimen dikategorikan menjadi tiga yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Perhitungan kategori kecenderungan nilai ditunjukan dalam Lampiran 2g. Distribusi kategori kecenderungan skor pretes keterampilan menulis cerpen kelompok eskperimen disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Kategori Kecenderungan Skor Pretes Kelompok Eksperimen

No. Kategori Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1. Rendah < 63,7 5 17,8

2. Sedang 63,7 s.d. 69,3 11 39, 3

3. Tinggi >69,3 12 42,8

(69)

Tabel distribusi kategori kecenderungan perolehan skor dapat digambarkan dalam Pie Chart pada Gambar 1

Gambar 1. Pie Chart Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretes Kelompok Eksperimen

b. Pretes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Kontrol

Keterampilan awal menulis cerpen kelompok kontrol diuji menggunakan pretes. Perhitungan statistik deskriptif skor pretes akan ditunjukan Tabel 9. Tabel distribusi skor pretes kelompok kontrol dan histogram skor pretes ditunjukan Lampiran 2b.

18%

39% 43%

Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretes Kelompok Eksperimen

(70)

Tabel 9. Statistik Deskriptif Skor Pretes Kelompok Kontrol

Std. Error of Skewness ,441

Kurtosis -1,090

Std. Error of Kurtosis ,858

Range 18

Minimum 59

Maximum 77

Sum 1908

Kecenderungan perolehan skor pretes keterampilan menulis cerpen kelompok kontrol dikategorikan menjadi tiga yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Perhitungan kategori kecenderungan nilai ditunjukan pada Lampiran 2g. Distribusi kategori kecenderungan skor pretes keterampilan menulis cerpen kelompok konrol disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretes Kelompok Kontrol

No. Kategori Interval Kelas

Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1. Rendah <65 7 25

2. Sedang 65 s.d. 71 11 39,2

3. Tinggi >71 10 35,7

Jumlah 28 100

(71)

25%

39% 36%

Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretes Kelompok Kontrol

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 2. Pie Chart Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Pretes Kelompok Kontrol

c. Perbandingan Data Statistik Hasil Pretes Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Pretes keterampilan menulis cerpen, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol cenderung sama, yakni berkategori tinggi-rendah. Untuk lebih jelasnya, pada Tabel 11 di bawah ini disajikan perbandingan hasil pretes menulis cerpen kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 11. Perbandingan Data Statistik Skor Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

(72)

menulis crpen kedua kelompok relatif sama. Perbandingan skor pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ditunjukan dalam Lampiran 2c.

d. Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen

Pelaksanaan postes dimaksudkan untuk melihat tingkat pencapaian nilai menulis cerpen siswa setelah dilakukan perlakuan dengan menggunakan strategi estafet writing. Statistik deskriptif skor postes kelompok eksperimen ditunjukan Tabel 12. Sementara itu, untuk distribusi frekuensi skor postes dan histogram skor postes ditunjukan pada Lampiran 2d.

Tabel 12 Statistik Deskriptif Skor Postes Kelompok Eksperimen

N Valid 28

Std. Error of Skewness ,441

Kurtosis ,913

Std. Error of Kurtosis ,858

Range 20

Minimum 65

Maximum 85

Sum 2164

(73)

Tabel 13. Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Postes Kelompok Eksperimen

No. Kategori Interval Kelas

Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1. Rendah <71 3 10,8

2. Sedang 71 s.d. 78,3 14 50

3. Tinggi >78,3 11 39,3

Jumlah 28 100

Tabel distribusi kategori kecenderungan perolehan skor dapat digambarkan dalam Pie Chart pada Gambar 3.

Gambar 3. Pie Chart Kecenderungan Perolehan Skor Postes Kelompok Eksperimen

e. Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Kontrol

Pelaksanaan postes kelompok kontrol dimaksudkan untuk melihat tingkat ketercapaian nilai keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Statistik deskriptif skor postes kelompok kontrol ditunjukan pada Tabel 14 dan distribusi frekuensi skor postes kelompok kontrol dan histogram skor postes ditunjukan pada Lampiran 2e

11%

50% 39%

Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Postes Kelompok Eksperimen

(74)

Tabel 14. Statistik Deskriptif Skor Postes Kelompok Kontrol

Std. Error of Skewness ,441

Kurtosis -,873

Std. Error of Kurtosis ,858

Range 15

Minimum 65

Maximum 80

Sum 2027

Kecenderungan perolehan skor postes keterampilan menulis cerpen kelompok kontrol dikategorikan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Perhitungan kategori kecenderungan nilai ditunjukan dalam Lampiran 2g. Distribusi kategori kecenderungan skor postes keterampilan menulis cerpen kelompok kontrol disajikan dalam Tabel 15.

Tabel 15. Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Postes Kelompok Kontrol

No. Kategori Interval Kelas

(75)

29%

Gambar 4. Pie Chart Kategori Kecenderungan Perolehan Skor Postes Kelompok Kontrol

f. Perbandingan Data Statistik Postes Keterampilan Menulis Cerpen Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Skor postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mengalami peningkatan dibandingkan dengan skor pretes. Perbandingan data statistik postes keterampilan menulis cerpen kelompok eksperimen dan kelompok kontroldisajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Perbandingan Data Statistik Skor Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Gambar

Tabel 1: Desain Penelitian
Tabel 2. Jadwal Penelitian
Tabel 3 : Populasi siswa kelas IX SMP 4 Wates
Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen Menulis Cerpen Kelas IX Semester 1 dengan KTSP
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Batasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Batasan Istilah ... Deskripsi Teori ... Membaca Pemahaman ...

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, masalah penelitian ini sebagai berikut. Kemampuan menulis tegak bersambung siswa kelas II A SD Negeri 1 Pedes

 Peserta didik mencatat elemen-elemen penting yang membentuk Episodic Mapping seperti tema, latar, tokoh, pengenalan cerita, masalah/tujuan (konflik), dan resolusi

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Pembatasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Batasan Istilah

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan menulis puisi antara kelompok kelas yang mendapatkan pembelajaran menulis puisi

Hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang mendapatkan pembelajaran menulis teks cerita pendek

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara keterampilan menulis teks cerita pendek pada siswa yang mengikuti pembelajaran

Berdasarkan uraian yang telah dilakukan pada latar belakang masalah pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana metode conference writing