• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR DALAM ACARA NEMOKAN ADAT JAWA PADA MASYARAKAT DESA SUKARAMAI SEI BEJANGKAR KABUPATEN BATU BARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINDAK TUTUR DALAM ACARA NEMOKAN ADAT JAWA PADA MASYARAKAT DESA SUKARAMAI SEI BEJANGKAR KABUPATEN BATU BARA."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR DALAM ACARA NEMOKAN ADAT JAWA

PADA MASYARAKAT DESA SUKARAMAI SEI BEJANGKAR

KABUPATEN BATU BARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

DWI RATIH MAISI

2101210004

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi yang berjudul “Tindak Tutur pada Acara Nemokan Adat Jawa di Masyarakat Desa Sukaramai Sei Bajangkar Kabupaten Batu Bara”, dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis dalam penyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur yang tidak terkira pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., Rektor Universitas Negeri Medan,

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni beserta Pembantu Dekan dan seluruh Staf Pegawai dan Administrasi,

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4. Muhammad Surip, S.Pd., M.Si., Ketua Program Studi Sastra Indonesia, 5. M. Oky Fardian Gafari, S.Sos., M.Hum., Dosen Pembimbing Skripsi, 6. Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik,

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, ilmu yang kalian berikan sangat bermanfaat dan menjadi bekal yang paling berharga,

8. Teristimewa kedua orang tua Marlik dan Suparni yang selalu memberi doa, semangat, dan dukungan dalam sagala hal,

9. Teristimewa kakanda Susiadai yang selalu memberi doa, semangat, dan dukungan dalam segala hal,

10.Teristimewa seluruh keluarga kakak, abang yang selalu memberi doa, semangat, dan dukungan,

11.Kepada teman-teman Sastra Indonesia yang sudah empat tahun bersama, terima kasih atas semangat dan dukungannya semua,

12.Kepada kakak senior terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah diberikan,

13.Terima kasih kepada adik-adik satu satu perguruan yang telah memberi semangat dan dukungan,

14.Kepada seluruh teman-teman Komunitas Tampa Nama terima kasih atas motivasi dan dukungannya.

(7)

iii

Penulis tidak dapat membalas semua yang telah diberikan, semoga Allah membalas setiap kabaikan apapun yang diperoleh. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, September 2014 Penulis,

(8)

i ABSTRAK

Dwi Ratih Maisi. NIM 2101210004. Tindak Tutur dalam Acara Nemokan Adat Jawa pada Masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini membahas tentang tindak tutur lokusi dan ilokusi pada acara Nemokan adat Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara, bertujuan untuk mengetahui apa saja yang termasuk jenis tindak tutur lokusi dan ilokusi dalam tuturan yang dipakai di acara tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah Desa Sukaramai dan subjek penelitiannya adalah masyarakat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah, yaitu jenis tindak tutur yang terdapat dalam tuturan pada acara Nemokan adat Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara, tindak tutur lokusi yang ditemukan ada 18 tuturan hanya ada empat jenis tindak tutur yang digunakan dalam percakapan, yaitu representative, direktif, ekspresif, dan deklararif. Pertama, tindak tutur represetatif yang meliputi :menyatakan (5 tuturan), melaporkan (2 tuturan), menunjukan (4 tuturan), menyebutkan (1 tuturan). Kedua, tindak tutur direktif, yang meliputi memohon (3 tuturan), menantang (1 tuturan). Ketiga, tindak tutur ekspresif, yang meliputi mengucapkan terima kasih (1 tuturan). Keempat, tindak tutur deklaratif, yang meliputi mengizinkan (1 tuturan).

Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa makna yang terkandung dalam acara Nemokan adat Jawa mengungkapkan nilai leluhur pada masa dulu yang sudah turun temurun dilakukan oleh nenek moyang anak cucu yang bersuku Jawa. Begitu juga dengan bahasa yang suda lekat dari mulut kemulut dipergunakan oleh kebayakan orang bersuku jawa, baik bahasa jawa kasar atau bahasa jawa halus. Tuturan yang digunakan cukup meyakinkan bahwa dari bahasa yang digunakan sudah mampu menandakan suku Jawa local.

(9)

ii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORETIS DANKERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoretis ... 9

1. Pengertian Tinddak Tutur ... 9

2. Jenis-Jenis Tindak Tutur ... 11

a. Lokusi ... 11

b. Ilokusi ... 13

c. Perlokusi ... 16

3. Tindak Tutur Lansung dan Tindak langsung ... 17

a. Tindak Tutur Langsung Literal dan Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ... 18

b. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dan Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal ... 18

4. Pengertian Pragmatik ... 19

5. Tindak Tutur sebagai kajian Semantik ... 21

6. Konteks... 21

B. Kerangka Konseptual ... 23

(10)

iii BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu Penelitian ... 25

B. Subjek dan Sumber Data Penelitian ... 25

C. Metode Penelitian ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E Instrumen Penelitian ... 27

F Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian………....29

a.Tindak Tutur Lokusi dan Ilokusi………..29

b.Makna Tuturan ……….39

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 42

1 Tindak Tutur Representatif-Menyatakan ... 42

2 Tindak Tutur Representatif-Menunjukan... 46

3 Tindak Tutur Representatif-Melaporkan ... 50

4 Tindak Tutur Representatif-Menyebutkan ... 51

5 Tindak Tutur Direktif-Memohon ... 52

6 Tindak Tutur Direktif-Menantang ... 55

7 Tindak Tutur Ekspresif-Mengucapkan Terima Kasih ... 55

8 Tindak Tutur Deklaratif-Mengizinkan ... 56

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana

komunikasi dalam kehidupan manusia untuk menyampaikan maksud dan

tujuan terhadap sesamanya. Komunikasi yang paling utama adalah bahasa,

dengan bahasa manusia dapat berinteraksi kepada sesama dan mampu

mengungkapkan gagasan, pikiran, isi hati, perasaan, maupun emosi, baik

secara lisan, maupun tulisan. Karena suatu komunikasi itu tidak terlepas

dari aturan yang mengatur adanya interaksi komunikasi yang terjalin

dengan baik.

Proses tindak tutur dalam percakapan untuk saling berinteraksi

tidak terlepas dari bahasa, karena bahasa digunakan sebagai sarana

komunikasi untuk berinteraksi dengan orang lain. Tindak tutur merupakan

salah satu aspek penting dalam kajian pragmatik, karena proses

komunikasi seseorang tidak terlepas dari tindak tutur. Richar dan Jack C.

Richard (dalam Antilan Purba, 2002:77) menjelaskan bahwa “tindak tutur

adalah segala tindak yang kita lakukan melalui bahasa, segala yang kita

lakukan ketika kita berbicara’’. Merujuk dengan hal itu, Sinclair dan

Coulthard 1975 (dalam Antilan Purba, 2002:77) menjelaskan bahwa

“tindak tutur adalah unit terkecil berbicara yang bisa dikatakan

mempunyai satu fungsi misalnya keterangan atau bertanya’’.

(12)

2

Masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupanya masih ada keterkaitan

antara suku yang satu dengan suku yang lainya, keberagaman tidak

menjadikan setiap suku hidup sendiri, akan tetapi sebagai mahluk sosial

manusia tidak dapat hidup sendiri dalam menjalani kehidupanya, namun

tetap saling membutuhkan. Begitu juga dengan hubungan manusia yang

berbeda jenis yaitu antara laki-laki dan perempuan saling membutuhkan

untuk di jadikan teman hidup, dipersatukan lewat perkawinan sebagai awal

kehidupan dalam sebuah keluarga.

Perkawinan adalah ikatan sosial antar pribadi yang membentuk

hubungan kekeluargaan, meresmikan hubungan antar pribadi yang di

dasari ikatan perjanjian hukum, agama dan budaya. Bentuk dan tata cara

perkawinan berbeda-beda, tergantung pada budaya daerah setempat,

karena melalui hal inilah seorang pria dan wanita memiliki status baru di

lingkungan masyarakat. Perkawinan tidak hanya melibatkan kedua

mempelai, tetapi juga melibatkan keluarga dan seluruh masyarakat daerah

(suku) setempat.

Seperti dalam upacara Panggih atau Temu Penganten “Nemokan”

pada adat perkawinan suku Jawa. Secara tradisional

upacara Panggih atau Temu Penganten Nemokan” dilaksanakan dirumah

orang tua penganten putri yang artinya mempertemukan manten laki-laki

(13)

3

penganten pria diantar oleh orang tua dan saudara-saudaranya yang hadir

dalam acara ini, tiba didepan rumah pengantin putri dan berhenti didepan

pintu rumah. Sementara itu, pengantin wanita dengan dikawal

saudara-saudaranya dan diikuti kedua orang tuanya, menyongsong kedatangan

rombongan pengantin pria dan berhenti dipintu rumah depan. Pada acara

perkawinan adat Jawa ini ada yang dikatakan dengan melempar sirih

(Balangan Suruh) dalam arti bahasa Jawanya yang ada dalam pelaksanaan

pertemuan manten, maksudnya kedua penganten bertemu dan berhadapan

langsung pada jarak sekitar dua atau tiga meter, keduanya berhenti dan

dengan sigap saling melempar ikatan daun sirih yang diisi dengan kapur

sirih dan diikat dengan benang. Kedua penganten dengan

sungguh-sungguh saling melempar sambil tersenyum, diiringi kegembiraan semua

pihak yang menyaksikan. Menurut kepercayaan dulu, daun sirih punya

daya untuk mengusir roh jahat, sehingga dengan saling melempar daun

sirih, kedua pengantin adalah benar-benar pengantin sejati, bukan palsu.

pelakasanan Nemokan ini ketika pengantin saling berhadapan diberi jarak

2-3 meter dengan pembatas kain atau yang disebut sebagai pintu

didepannya, yang artinya bahwasannya petunjukan mempertemukan

manten putri dan manten laki-laki dalam adat suku Jawa dinamankan

saembara dilengkapi dengan persyaratan dan ketentuan yang diajukan oleh

(14)

4

Pada acara Nemokan ada yang juga dinamakan ritual wiji dadi,

setelah pelaksanan saembara selesai dengan perbagai macam persyaratan

dan ketentuan yang diajukan dan diinginkan sudah dipenuhi, maka pintu

pembatas yang mengunakan kain tersebut dibuka. Acara yang selanjutnya

adalah ritual wiji dadi, maksudnya penganten pria menginjak sebuah telur

ayam kampung hingga pecah dengan telapak kaki kanannya, kemudian

kaki tersebut dibasuh oleh penganten putri dengan air kembang. Artinya

adalah rumah tangga yang dipimpin seorang suami yang bertanggung

jawab dengan istri yang baik, tentu menghasilkan hal yang baik pula

termasuk anak keturunan.

Acara perkawinan ini tidak terlepas juga dengan acara istri meminta izin

kepada suami atau dalam bahasa Jawa disebut dengan acara Sungkeman,

maksudnya acara meminta izin kepada suami dengan makasud jika ada keslahan

yang dilakukan oleh istri kepada suami, maka suami harus memberi maaf kepada

istri. Diacara ini sepasang pengantin akan wajib juga melakukan sungkem kepada

kedua belah pihak orang tua. Mula-mula kepada orang tua pengantin wanita

kemudian kepada orang tua pengantin pria. Sungkem adalah merupakan bentuk

penghormatan tulus kepada orang tua. Pada waktu sungkem ( menghormat dengan

posisi jongkok, kedua telapak tangan menyembah dan mencium lutut yang

di-sungkemi).

Percakapan yang dilakukan selama dalam proses acara Nemokan

berlangsung oleh Perias Temanten pihak pengantin putri dan pihak pengantin

(15)

5

untuk menyambut belah pihak mempelai dalam hal apapun ketika acara besar dan

sakral berlangsung. Tindak tutur dalam hal ini termasuk dalam konteks tindak

tutur lisan. Kajian pragmatik mengkaji makna yang ada dalam konteks baik secara

tersurat maupun tersirat sesuai dengan konteks pembicaraan. Pragmatik fokus

pada bagaimana penutur atau penulis menggunakan pengetahuan mereka untuk

menyatakan suatu makna kepada pendengar sehingga komunikasi berjalan lancar.

Dalam hal ini tindak tutur juga merupakan gejala individual yang di tuturkan oleh

seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam

tuturannya itu (Chaer, 2010:27).

Bahasa percakapan yang dilakukan memiliki makna, fungsi dan tujuan,

percakapan yang dilakukan dapat dilihat dari tindak bahasa atau tindak tutur

lokusi, ilokusi. Untuk mengetahui percakapan yang terkait dengan tindak tutur

Nemokan yang dilakukan oleh perias temanten dapat dikaji melalui bahasa

percakapan, dan konteks situasi ujaran. Bahasa percakapan merupakan tindak

tutur atau tindak ujar yang diucapkan secara langsung saat berkomunikasi dengan

dengan mitra tuturnya. Konteks yang dimaksudkan adalah konteks situasi acara

Nemokan pada adat perkawinan suku Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei

Bejangkar Kabupaten Batu Bara yang dilakukan secara langsung dengan bertatap

muka, sehingga tercipta proses komunikasi yang sesuai dengan konteks situasi

ujarannya. Tindak tutur atau bahasa percakapan tersebut termasuk dalam kajian

(16)

6

Pragmatik adalah studi tentang kaitan antara bahasa dengan konteksnya

yang merupakan dasar penentuan pemahaman. Leech (dalam Antilan Purba,

2002:6) mengungkapkan bahwa pragmatik adalah sebagai studi menganai makna

ujaran di dalam situasi dan sebagai kajian mengenai kondisi-kondisi umum

penggunaan bahasa secara komunikatif. Konteks adalah uraian atau kalimat yang

dapat menambah kejelasan dalam kalimat, konteks juga dapat mempengaruhi

interprestasi tindak tutur. Konteks juga merupakan tuturan dalam kajian linguistik

yang terdapat semua aspek sosial dari tuturan yang bersangkutan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk menganalisis

tindak tutur dalam acara Nemokan pada adat perkawinan suku Jawa di

masayarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara. Oleh karena

itu, penelitian ini akan dikaji dengan menggunakan teori Pragmatik. Pendekatan

pragmatik yaitu mengkaji tentang bahasa dengan konteksnya. Peneliti akan

melihat makna tindak tutur dalam acara Nemokan di masyarakat Desa sukaramai

Sei Bejangkar dengan mengangkat judul “Tindak Tutur dalam Acara

Nemokan” Adat Jawa pada Masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar

Kabupaten Batu Bara”.

B. Identifikasi Masalah

(17)

7

1. Tindak tutur lokusi pada acara Nemokan adat perkawinan suku Jawa di

masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara.

2. Tindak tutur Ilokusi pada acara Nemokan adat perkawinan suku Jawa di

masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara.

3. Tindak tutur Perlokusi pada acara Nemokan adat perkawinan suku Jawa di

masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara.

4. Makna dari tindak tutur lokusi, ilokusi pada acara Nemokan adat perkawinan

suku Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu

Bara.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis melakukan

pembatasan masalah untuk mempermudah dalam melakukan penelitian dan fokus

dalam satu tujuan. Penelitian ini dibatasi pada makna tindak tutur pada acara

Nemokan adat perkawinan suku Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei

Bejangkar Kabupaten Batu Bara.

D. Rumusan Masalah

(18)

8

1. Jenis Tindak tutur apa yang terdapat pada acara Nemokan adat perkawinan

suku Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu

Bara?

2. Apakah makna dari tindak tutur pada acara Nemokan adat perkawainan suku

Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten Batu Bara?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1 Mendeskripsikan bentuk tindak tutur yang digunakan pada acara Nemokan

adat perkawinan suku Jawa.

2 Mendeskripsikan makna tindak tutur pada acara Nemokan adat perkawinan

suku Jawa.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan untuk menilai

sebuah bahasa yang baik dalam percakapan. Hasil penelitian dapat bermanfaat

sebagai berikut:

1. Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan melengkapi khazanah keilmuan

yang berkaitan tentang tindak tutur.

2. Dapat menambah pengetahuan tentang pembejaran studi pragmatik yang

berkaitan dengan tindak tutur.

3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca dalam pengkajian tindak tutur

(19)

9

4. Dapat menjadi rujukan penelitian lanjutan yang relevan.

2. Manfaat Praktis

1. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan terhadap tindak tutur pada

acara perkawinan yang terjadi di masyarakat.

2. Mampu menelaah tindak tutur pada acara Nemokan adat perkawinan suku

(20)

58

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sesuai dengan

rumusan masalah, yaitu jenis tindak tutur yang terdapat dalam tuturan pada acara

Nemokan adat Jawa di masyarakat Desa Sukaramai Sei Bejangkar Kabupaten

Batu Bara, tindak tutur lokusi yang ditemukan ada18 tuturan hanya ada empat

jenis tindak tutur yang digunakan dalam percakapan, yaitu representative, direktif,

ekspresif, dan deklararif. Pertama, tindak tutur represetatif yang meliputi

:menyatakan (5 tuturan), melaporkan (2 tuturan), menunjukan (4 tuturan),

menyebutkan (1 tuturan). Kedua, tindak tutur direktif, yang meliputi memohon (3

tuturan), menantang (1 tuturan). Ketiga, tindak tutur ekspresif, yang meliputi

mengucapkan terima kasih (1 tuturan). Keempat, tindak tutur deklaratif, yang

meliputi mengizinkan (1 tuturan).

Dari hasil perolehan data ditemukan 18 tuturan lokusi , termasuk tindak

tutur ilokusi, yang paling dominan adalah tindak tutur representatif sebanyak 12

tuturan, selanjutnya tindak tutur direktif sebanyak 4 tuturan, tindak tutur ekspresif

sebanyak 1 tuturan, dan yang terakhir tindak tutur deklaratif sebanyak 1 tuturan.

Berdasarkan 18 tuturan lokusi, ilokusi yang ditemukan, terjawab bahwa kajian

pragmatik dapat dijadikan tolok ukur untuk menentukan jenis tindak tutur yang

cenderung digunakan dalam acara perkawinan Adat Jawa.

(21)

59

Beberapa penelitian kerap menggunakan kajian pragmatik, khususnya

tindak tutur untuk mengetahui tindakan yang dimaksudkan dalam sebuah tuturan.

Dengan analisis tindak tutur lokusi, ilokusi dapat mengungkap ciri dan pola pikir

seseorang, yang amat berguna bagi pengembangan ilmu bahasa. Dengan kata lain,

tindak tutur ilokusi bahkan dapat memprediksi pribadi seseorang melalui bahasa

yang dipilihnya.

Sekiranya lebih banyak penelitian dalam cakupan tindak tutur yang

berobjek pada acara perkawinan adat Jawa buku yang di bawah oleh pembawa

acara dan perias temanten sanat berpengaruh. Sehingga tindak tutur berkesan

(22)

60

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leoni, Agustina. 2004. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

_____. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Cakrawala Baru. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press

Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Granfindo Persada

Nadar, F.X.2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta :Graha Ilmu

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius

Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media

Sumarsono. 2002. Sosiolingistik. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R& D. Bandung: Alfabeta

_____.2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta

Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia dalam Konteks. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

(23)

RIWAYAT HIDUP

Dwi Ratih Maisi, lahir di Sukaramai, 22 April 1993. Putri kedua belas dari Bapak Marlik dan Ibu Suparni.

Beliau mengakhiri pendidikannya dari bangku

Sekolah Dasar (SD) tahun 2004, tepatnya di SD

Negeri Sukaramai, setelah itu ia melanjutkan jenjang

pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama, tepatnya di MTs Nurul Ulum Sei

Bejangkar dan selesai tahun 2007, dan mengakhiri pendidikannya di Sekolah

Menengah Atas, tepatnya di SMA Swasta Daerah Sei Bejangkar pada tahun 2010.

Kini telah menyelesaikan studi S-1 Jurusan Sastra Indonesia di Universitas Negeri

Medan (UNIMED), dengan judul Skripsi “Tindak Tutur dalam Acara Nemokan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga menganalisis hubungan antara karateristik anak (jenis kelamin,umur, uang saku, dan riwayat orangtua), frekuensi makan, dan aktivitas fisik dengan

[r]

Kegiatan Praktik Profesi Ada/Tidak Bukti Pelaksanaan ( Perolehan SKP-Praktik ).. 1) Bekerja selama 5 tahun di bidang rumah sakit 2) Melakukan dan atau bertanggung jawab

11 Bahwa benar berdasarkan keterangan Terdakwa dengan diperkuat oleh keterangan Saksi-1 dan Saksi-2 dipersidangan setiap anggota Denmako Koarmatim yang akan tidak

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat kesukaan dim sum surimi lele dapat disimpulkan bahwa penggunaan surimi ikan lele untuk semua perlakuan disukai panelis,

Jika Anda telah memasang kartu layar yang kompatibel dengan DPM dari VESA atau menginstal perangkat lunak di komputer, maka monitor akan secara otomatis mengurangi penggunaan

(4) Dalam pemberian sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disebutkan jenis pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan dari beberapa kegagalan yang terjadi pada saat melakukan smash pada permainan bolavoli Pada Tim Bola voli Pendor Universitas Riau, diduga faktor