PELAKSANAAN PERKAWINAN MARLUA-LUA SESUAI ADAT BATAK
SIMALUNGUN DI DESA SONDI RAYA KECAMATAN RAYA
Skripsi
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Yenni Ngena Kristina Ginting NIM. 308111090
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan perkuliahan pada Program S-1 di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini ialah
“Pelaksanaan Pesta Perkawinan marlua-lua di Desa Sondi Raya Kecamatan raya, Kabupaten Simalungun”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan (UNIMED).
2. Bapak Drs. H. Restu, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED. 3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial (FIS) UNIMED.
4. Bapak Drs. Sugiharto, M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED.
5. Bapak Drs. Liber Siagian, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED
6. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn).
7. Bapak Parlaungan G. Siahaan SH.M Hum selaku Seketaris Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn).
iii
10.Bapak/Ibu Dosen jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn) yang telah membekali ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama dalam perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
11.Kepada Kepala Desa Bapak Sordiman Sinaga di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun dan Staf Pegawai beserta Sekretaris Desa yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data demi kesempurnaan skripsi ini.
12.Kepada Pengetua Adat Desa Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Bapak ST. Japiten Sumbayak telah memberikan sedikit waktunya dalam perolehan data dilapangan untuk kesempurnaan skripsi ini. 13.Kepada masyarakat Desa Sondi Raya Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun telah memberikan sedikit waktunya dalam perolehan data dilapangan untuk kesempurnaan skripsi ini.
14.Yang teristimewa kepada Bapak ku tercinta Raskita Ginting dan mama ku tersayang Rani Dame br Tondang yang selama ini selalu memberikan dukungan, semangat, doa serta moril dan materil kepada penulis.
15.Buat Adek-adeku Amelia Ginting , Abram Suria Ginting, Agung Prawira Ginting, Andreas Serasi Ginting telah memberikan dukungan, doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
16.Yang teristimewa juga kepada Kekasihku Harlan Musa Hottua Pasaribu yang selama ini selalu memberikan dukungan, semangat, beserta motivasi kepada penulis selama perkuliahan.
17.Buat semua teman-teman dan Ibu/Bapak kos ku di jalan Rela Gg. Danau Toba No. 07 yaitu khususnya Cesilia, Benny, Rahmat,Vrega, Jesika Samosir, Lastri, Septina, Frianto, Amri Galingging yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
18.Buat Semua keluargaku terkhusus di Desa Namoriam Pancur Batu Medan yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penulisan skripsi penulis ini.
Elvi Sembiring, Eva Siringo-ringo, Rifka Situmorang dan lain-lain yang tak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan, semangat dalam penulisan skripsi penulis ini.
20.Kepada teman-temanku Reguler A dan B 2008 yang telah banyak membantu penulis khususnya kepada Elvi Sembiring, Gokrulina Sitompul, Tarulina Simamora, Ida Simatupang, Enda Pradana, Aprianus Nadeak, Richard Saragih, dan teman-teman lainnya yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi isi maupun tata bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk melengkapi skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat membantu dan memberi manfaat bagi para pembaca.
Medan, Agustus 2012 Penulis,
Yenni Ngena Kristina Ginting
v DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING --- i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN --- ii
KATA PENGANTAR --- iii
ABSTRAK--- iv
DAFTAR ISI --- v
DAFTAR TABEL --- vii
DAFTAR LAMPIRAN --- viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang --- 1
B.Identifikasi Masalah --- 5
C.Pembatasan Masalah --- 5
D.Perumusan masalah --- 6
E.Tujuan Penelitian --- 6
F. Manfaat Penelitian --- 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis --- 8
1. Hukum perkawinan adatSimalungun --- 8
2. Pengertian Adat --- 12
3. Sistem Kemasyarakatan Simalungun Adat batak Simalungun 14 4. Pengertian Marlua-lua --- 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi Penelitian --- 20
B. Populasi dan Sampel --- 21
C. Variabel Penelitian dan Defenisi operasional --- 22
D.Teknik Pengumpulan Data --- 23
E. Teknik Analisis Data --- 24
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil penelitian --- 25
B. Pembahasaan Hasil Penelitian --- 33
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan --- 57
B. Saran --- 60
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
Tabel 1. Luas Desa Sondi Raya Ditinjau dari
Pemanfaatan Lahan ... 25
Tabel 2. Sarana Jalan Desa Sondi Raya ... 26
Tabel 3. Alat Transportasi Yang Dimiliki Masyarakat ... 27
Tabel 4. Sarana Komunikasi Yang Dimiliki Masyarakat ... 28
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 29
Tabel 6. Jumlah Responden menurut Agama yang dianut ... 30
Tabel 7. Jumlah bangunan menurut agama yang dianut ... 30
Tabel 8. Jumlah Responden Persentase Komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 31
Tabel 9. Sarana pendidikan yang ada di tempat penelitian ... 32
Tabel 10. Tanggapan responden tentang Arti dari perkawinan marlua-lua ... 34
Tabel 11. Tanggapan Responden Tentang Bentuk-bentuk dari perkawinan marlua-lua ... 36
Tabel 12. Tanggapan Responden Tentang Alasan dari perkawinan marlua-lua ... 38
Tabel 13. Tanggapan Responden Tentang Faktor penyebab terjadinya perkawinan marlua-lua ... 39
Tabel 14. Tanggapan Responden Tentang Hamil
terjadinya perkawinan marlua-lua ... 41
Tabel 15. Tanggapan Responden Tentang Pihak orangtua
Si laki-laki kurang mampu untuk memenuhi biaya
dalam pesta merupakan salah satu faktorpenyebab terjadinya
perkawinan marlua-lua... 42
Tabel 16.Tanggapan Responden Tentang Jika dari awal
kedua orangtua tidak menyetujui hubungan antara
Si laki-laki jadi Hela (menantunya laki-laki) dan
Si perempuan jadi Parumaen (menantunya perempuan)
merupakan satu faktor terjadinya perkawinan Marlua-lua ... 43
Tabel 17. Tanggapan Responden Tentang Perjodohan
yang awalnya sudah dilakukan oleh kedua orangtua
belah pihak merupakan satu faktor
terjadinya perkawinan Marlua-lua ... 44
Tabel 18 Tanggapan Responden Tentang Tata cara
pelaksanaan perkawinan marlua-lua ... 45
Tabel 19 Tanggapan Responden Tentang Tahapan-tahapan
dalam tata acara pelaksanaan perkawinan marlua-lua
sebelum dan sesudah upacara perkawinan dilaksanakan ... 47
Tabel 20. Tanggapan Responden Tentang Dalam
perkawinan adat tidak dilaksanakan sesuai dengan
ix
Tabel 21. Tanggapan Responden Tentang Sanski Adat dari
perkawinan marlua-lua ... 49
Tabel 22. Tanggapan Responden Tentang Sanksi Agama
dari perkawinan marlua-lua ... 51
Tabel 23. Tanggapan Responden Tentang Cara
pemulihan dari sanksi bagi masyarakat yang
sudah pernah melaksanakan perkawinan marlua-lua ... 53
Tabel 24. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden pada setiap
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket
2. Wawancara
3. Nota Tugas
4. Surat Penelitian dari Jurusan
5. Surat penelitian dari Fakultas
6. Surat Penelitian dari Tempat Penelitian
7. Surat Keterangan bebas Perpustakaan PPKn
8. Surat Keterangan bebas Perpustakaan UNIMED
9. Surat keterangan telah menyerahkan skripsi ke tempat penelitian
10.Persyaratan Keaslian Tulisan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kawin adalah perilaku mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar
manusia berkembang biak. Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu
budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya manusia dalam
kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,”
perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan untuk jangka waktu yang lama”. Menurut Saleh (2001 : 23),
Perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri. Perkawinan juga merupakan kebutuhan bagi setiap
manusia selain merupakan panggilan alamiah juga dianggap suci untuk
meneruskan keturunan.
Djaren Saragih (1980: 26). mengatakan :“bahwa hukum perkawinan adat
batak adalah keseluruhan kaidah- kaidah hukum yang menentukan prosedur apa
yang harus ditemuh oleh orang laki-laki dan seorang wanita, didalam menuju
kehidupan bersama dalam satu rumah tangga beserta akibat- akibat hukum yang
timbul sebagai nakibat dari proses itu”.
Menurut Nalom dalam Bukunya Adat Batak (1982:50). mengatakan :
“bahwa hukum perkawinan adat batak adalah upacara adat yang terpenting bagi
orang batak oleh karena hanya orang nyang sudah kawin berhak mengadakan
upacara adat nikah”.
Bahwa perkawinan atau dalam bahsa simalungun marhajabuon, dalam hukum adat batak simalungun bertitik tolak dari pemikiran (cita-cita) yaitu :
a. Melanjutkan atau meneruskan keturunan.
b. Sebagai perpautan tali perhubungan kekeluargaan dalam rangka family.
Dalam kehidupan masyarakat simalungun salah satu bentuk perkawinan
yaitu kawin lari (Marlua-lua) seperti di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya.
Kawin lari atau Marlua-lua
atas kesepakatan kedua calon mempelai sangat sering terjadi. kasus ini timbul
karena orang tua tidak merestui si pemuda (laki-laki) atau si pemudi (perempuan)
pilihan anaknya. Atau dengan kata lain, Kawin lari merupakan tindakan melarikan
seorang wanita tanpa izin, yang bertujuan untuk hidup bersama maupun menikah.
Menurut Hilman Hadikusuma, ( http //.Wikipedia .org/ wiki/ pelaksanan kawin
lari. Hukum- adat. Com) diakses hari selasa, 08 Mei 2012: jam 15.00 WIB, bahwa
latar belakang terjadinya kawin lari adalah dikarenakan :
1. Syarat-syarat pembayaran (tuhor/sinamot), pembiayaan dan upacara perkawinan yang
diminta pihak perempuan tidak dapat dipenuhi pihak laki-laki. 2. Perempuan belum diijinkan oleh orang tuanya untuk bersuami tetapi
dikarenakan keadaan perempuan bertindak sendiri.
3. Orang tua akan keluarga perempuan menolak lamaran pihak laki-laki, lalu perempuan bertindak sendiri.
4. perempuan yang telah bertunangan dengan seorang pemuda yang tidak disukai oleh si perempuan.
5. Perempuan dan laki-laki telah berbuat yang bertentangan dengan hak adat dan hukum agama (perempuan sudah hamil, dan lain-lain).
Berdasarkan pengertian perkawinan diatas maka dapat dikatakan bahwa
perkawinan merupakan anugrah pemberian yang diberikan oleh Tuhan Yang
3
indah, dengan kata lain perkawinan menurut Budaya Simalungun bukan hanya
mengikuti ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan maksud membentuk keluarga bahagia dan sejahtera, tetapi
menyangkut hubungan antara keluarga dari kedua belah pihak, serta membawa
dampak yang luas dalam tata pergaulan dan adat-istiadat di tengah – tengah
keluarga dan masyarakat pada umumnya. Demikianlah pentingnya arti
perkawinan itu oleh karenanya harus dengan terang sesuai dengan kaidah- kaidah
hukum dan aturan- aturan yang ada ditengah- tengah masyarakat, maupun
adat-istiadat dan kesiapan yang telah terpelihara dengan baik.
Pelaksanaan perkawinan marlua-lua dalam Adat- istiadat Simalungun jika
ditinjau dari segi hukum adat yang berlaku. Berbicara tentang adat zaman
sekarang ini sering kali orang tua dulu sampai sekarang mengingatkan kepada
anak-anak khususnya agar setiap orang harus belajar dari adat atau dengan kata
lain yang paling umumnya, adat itu harus diingat jangan dilupakan, karena
adat/suku kita sendiri ini adalah tempat dimana kita lahir. Jangan malu sebagai
orang Batak Simalungun tetapi kita bangga akan tempat dimana kita dilahirkan
khususnya orang Batak Simalungun. Adat-istiadat Simalungun jika dilihat dari
segi perkawinan sampai sekarang relatif sama tata cara/proses pelaksanan
perkawinan pada Batak Simalungun.
Tetapi kenyataannya sekarang ini masih ada orang atau masyarakat yang
melakukan perkawinan marlua-lua khususnya di daerah Batak, seperti di daerah
mengadakan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Pesta Perkawinan Marlua-lua Sesuai Adat Batak Simalungun Di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya”.
B. Identifikasi Masalah
Menurut Supranto (2003:180)” Agar bisa mengidentifikasikan masalah
dengan baik perlu dilakukan studi eksploisasi, yaitu dengan sengaja mencari
seluruh kemungkinan faktor yang menjadi penyebab timbulnya persoalan atau
masalah”.
Dengan adanya identifikasi masalah dapat mempermudah penulis dalam
melakukan analisis secara mendalam dan dapat menghindari istilah yang tidak
tepat. Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Faktor penyebab terjadinya pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua.
2. Pengaruh Hukum Adat dalam perkawinan marlua-lua dalam adat Batak
Simalungun.
3. Bagaimana pelaksanan Proses tata cara Pelaksanaan Pesta Perkawinan
marlua-lua sesuai Hukum Adat Simalungun.
C. Pembatasan Masalah
Mengenai pembatasan dalam masalah, menurut Supranto (2003:181)
menyatakan :
5
Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi pembatasan masalah
dalam penelitian ini, Penulis membuat Rumusan Masalah adalah:
1. Faktor penyebab terjadinya pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua.
2. Proses tata cara Pelaksanaan Pesta Perkawinan marlua-lua sesuai
Hukum Adat Simalungun.
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah merupakan
rumusan formal yang operasional dari masalah yang diteliti. Berdasarkan
uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatassan masalah maka
diperoleh perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelaksanaan pesta
perkawinan marlua-lua (kawin lari) pada masyarakat Simalungun?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua sesuai
Hukum Adat Simalungun?
E. Tujuan Penelitian
Menurut Ali (2000:9), “Tujuan penelitian sangat besar pengaruhnya
terhadap komponen atau elemen penelitian yang lain terutama metode,
teknik, alat maupun generalisasi yang diperoleh, oleh karena itu diperlukan
ketajaman seseorang melalui kegiatan atau penelitian yang dilakukannya”.
Setiap penelitian mempunyai tujuan tertentu dalam melaksanakan
penelitiannya, tujuan dalam penelitian dapatlah di ibaratkan sebagai
kompas. Mengingat betapa pentingnya tujuan dalam penelitian, maka
1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya proses pelaksanaan pesta
perkawinan marlua-lua.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pesta perkawinan marlua-lua
sesuai Hukum Adat Simalungun.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka manfaat penelitian yang
diharapkan penulis adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum adat Simalungun
khususnya dalam hal pelaksanaan adat perkawinan.
2. Sebagai bahan kajian maupun menambah literatur dalam bidang Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan.
3. Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan tentang Pelaksanaan
Pesta Perkawinan marlua-lua Sesuai Hukum Adat Masyarakat Batak
59 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
1. Perkawinan adalah Anugrah dari pemberian Allah Tuhan kita yang
terwujud/terbentuk dalam suatu ikatan lahir batin dari hubungan antara Suami
dan Isteri (kedua mempelai/pengantin) yang sudah di berkati di Gereja, dan
disaksikan oleh jemaat (Kuria) dalam Gereja tersebut. Dan mereka (kedua
mempelai/pengantin) bukan lagi dua daging melainkan satu yang tidak boleh
dipisahkan oleh manusia, kecuali kematian (berpisah karena sudah dipanggil
Allah). Perkawinan Marlua-lua (kawin lari) sekarang ini masih ada di
Simalungun. Yang mana pengertian dari marlua-lua (kawin lari) yaitu :
tindakan melarikan diri, yang mana membawa Si laki-laki membawa pergi
diam-diam Si perempuan ketempat( kekampung) Si laki-laki tanpa
sepengetahuan orangtua Si perempuan maupun orangtua Si laki-laki. Salah satu
penyebab ada/terjadinya marlua-lua (kawin lari) ini adalah masalah ekonomi,
yang mana salah satu dari kedua belah pihak orangtua (Si paranak/ laki-laki)
tersebut menilai bahwa orang tua Si perempuan (Parboru) misalnya adalah
keturunan dari keluarga miskin. Maka dengan keadaan seperti ini perkawinan
marlua-lua (kawin lari) mempunyai dua (2) yaitu:
a. Marlua-lua itu ada yang diadatkan (berjalan sesuai dengan Adat simalungun)
Maksudnya adalah jika kedua belah pihak orangtua sama-sama tidak menyetujui
hubungan antara Silaki-laki yang menjadi menantunya( Hela) dari orangtua
orangtua Silaki-laki, maka silaki-laki ini bisa membujuk orangtuanya agar sudi
kiranya merestui hubungan dengan si perempuan sampai kejenjang pernikahan
dalam berumahtangga, begitu juga halnya dengan Si perempuan. Dalam hal ini
jika orangtua dari silaki-laki maupun orangtua si perempuan sudah
menyetujuinya maka dengan rasa hormat, maka dilaksanakan adat Simalungun
sebagaimana mestinya.
b. Marlua-lua itu tidak diadatkan (adat tidak berjalan)
Maksudnya disini adalah hanya dilakukan pemberkataan di gereja saja, ini sering
kali terjadi misalnya karena tidak ada izin atau restu (persetujuan) dari kedua
belah pihak orangtua. Maka Adat dapat berjalan ketika kedua mempelai (Si
perempuan dan si laki-laki ) sudah memiliki anak dari hubungan ikatan suami
isteri, yang mana anak ini yang akan menjadi cucu (Pahoppu) dari kedua belah
pihak orangtua mereka. Dan adat ini dijalankan jika ada rezeki (uang dari
silaki-laki dan si perempuan tadi) untuk biaya adat nantinya, dan ini sering
disebut dengan Mangadati/Manggalar adat (membayar adat).
2. Faktor yang mempengaruhi timbulnya perkawinan ( marlua-lua), adalah :
a. Karena orangtua kurang mampu dalam biaya pesta atau mengenai biaya Tuhor/
Sinamot (jual beli)
b. Ada dari pihak orangtua baik dari Si perempuan maupun Si laki-laki, dari
awalnya tidak menyetujui hubungan kedua anaknya (Si laki-laki dan Si
perempuan) sampai ke jenjang pernikahan untuk membangun suatu rumah
61
c. Calon pengantin (Si laki-laki dan Si perempuan) sudah ada pelanggaran Adat,
seperti Hamil di luar nikah.
d. Laki-laki dan Si perempuan satu marga, misalnya Sinaga dengan Sipayung
(fakta di Daerah sondi raya)
e. Silaki-laki tidak menyukai boru tulangnya/ marboru Tulang yang sebelumnya
sudah dijodohkan oleh kedua orangtuanya.
3. Alasan para orang tua khususnya tidak menyetujui adanya perkawinan
(marlua-lua) apabila terjadi sama Borunya (anak perempuannya), karena
marlua-lua seringkali dikategorikan/diartikan Adat tidak berjalan sesuai
dengan mestinya, hanya sekedar Pamasuon (Pemberkatan di Gereja saja).
Kalau diadatkan misalnya, itu waktu sudah ada biaya kedua mempelai ini
nantinya maka adat bisa berjalan dengan lancar, hal ini disebut dengan
Mangadati/ manggalar adat(membayar Adat).
4. Pengaruh Agama (Kristen Prostestan Simalungun) dalam pelaksanaan
perkawinan (marlua-lua) di Desa Sondi Raya, memang Ada, seperti dari sisi
positifnya Marlua-lua dalam Agama berjalan dengan lancar tapi dengan
catatan Si perempuan dibawa oleh Silaki-laki kerumah pengurus Gereja.
Dengan demikian orangtua harus hadir untuk membicarakan kapan
daidakannya Pamasu-masuon Martupol ( Pemberkatan pernikahan), sesudah itu
membicarakan mengenai Adat. Sedangkan dari sis negatifnya, misalnya jika
salah satu dari orangtua (Pihak Perempuan) tidak menyetujui/ tidak datang
kerumah pengurus Gereja yang mana tempat tinggal sementara Perempuan itu
(pemberkatan Gereja) tidak dilaksanakan kecuali ada perwakilan dari keluarga
Si perempuan menyetujui, atau dengan kata lain bisa diwakilkan saudaranya
agar pelaksanaan Pamasu-masuon Gereja (Pemberkatan Gereja) dapat
terlaksana baik sebagaimana mestinya.tetapi Adat tidak berjalan, hanya sekedar
Pemberkatan Gereja saja dan ini sering dinamakan Perkawinan Marlua-lua
(kawin lari) tidak berjalan adat/tidak diadatkan.
5. Tata cara pelaksanaan pesta perkawinan (marlua-lua) di desa sondi raya ,
kecamatan raya kabupaten simalungun ini, adalah Jika sudah ada persetujuan
dari kedua mengenai hubungan Silaki-laki dan Si perempuan apalagi sampai
pada pelaksanaan Adat, maka Adat dapat di jalankan/ di teruskan. Atau dengan
kata lain kalau musyawarah berjalan dengan baik, antara kedua belah pihak
maka adat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
6. Pengaruh hukum adat dalam perkawinan (marlua-lua) saat ini yaitu : sesuai
dengan Istilah Adat Budaya Simalungun, menyatakan Adat Budaya
Simalungun adalah nilai-nilai luhur yang didasari oleh Firman Tuhan
(keagamaan) maka pihak Adat akan mendukung pernikahan yang sesuai
dengan Adat.
7. Perbedaan pelaksanaan pesta perkawinan adat-istiadat simalungun dengan
pelaksanaan perkawinan (marlua-lua) dulu dengan sekarang ini. Alasannya
karena,
1. Adanya musyawarah saat pernikahan
63
8. Sanski bagi orang yang melakukan perkawinan (marlua-lua) sebelum
mendapat restu dari kedua-belah pihak/ sebelum diadatkan sesuai dengan adat
Simalungun, yang mana sanskinya adalah kalau adat belum dilaksanakan,
maka mereka (Silaki-laki dan Si perempuan) tidak bisa menerima adat
darimana pun. Misalnya, anaknya ingin berkeluarga (menjalin hubungan rumah
tangga)/ menjalankan adat maka orangtua yang belum diadatkan sebelumnya
harus lebih dahulu membayar utang adat (Manggalar Adat/ Mangadati).
9. Perkawinan (marlua-lua) dalam adat Simalungun itu adalah calon pengantin
laki-laki dan pengantin perempuan yang didampingi oleh keluarga (Sanina/
Saudara dan Boru) orangtua pihak laki-laki membawa calon pengantin tersebut
kerumah pengurus Gereja, dan kelemahan dari adanya perkawinan
(marlua-lua ) adalah tidak ada persetujuan orangtua kedua belah pihak mengenai
hubungan antara Si laki-laki dan Siperempuan atau dengan kata tidak diretui
orangtua, dan Adat tidak dijalankan hanya sekedar pemberkatan di Gereja saja.
Tetapi kalau jaman sekarang sudah jarang sekali ditemukan hal seperi
perkawinan Marlua-lua (kawin lari) yang mana perkawinan marlua-lua (kawin
lari) saat ini sudah rata-rata diadatkan meskipun sesame kedua orangtua belah
pihak belum sepenuhnya menyetujui hubungan mereka (Silaki-laki dan Si
perempuan). contohnya di desa sondi raya ini adalah Silaki-laki membawa
diam-diam kekasihnya (Si perempuan) kerumah kekampung Silaki-laki,
tetapnya kerumah Pengurus Gereja tanpa sepengetahuan dari sesama kedua
10. S istem kekerabatan/kemasyarakatan pada masyarakat di desa sondi raya
ini yaitu:
1. STM (Serikat Tolong Menolong)
2. Gotong Royong
3. Sapangambei Manoktok Hitei (Kerjasama untuk kehidupan bersama).
B.Saran
Bertitik-tolak dari kesimpulan yang telah diutarakan diatas, maka saran-saran
yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Walaupun pelaksanaan perkawinan marlua-lua sesuai Adat Batak Simalungun
di Desa Sondi Raya Kecamatan Raya pada umunya dapat dikatakan telah
terlaksana dengan baik . Namun, hendaknya setiap masyarakat desa tersebut
harus sadar dan mengerti betapa pentingnya Adat perkawinan dalam suatu
upacara perkawinan.
2. Dalam rangka upaya pelestarian Budaya Bangsa, diharapkan kepada generasi
muda agar tetap mempertahankan nilai-nilai budaya tersebut. Dalam hal ini
termasuk Budaya Adat perkawinan Simalungun, setiap masyarakat Simalungun
pada umunya dan masyarakat Desa Sondi Raya pada khususnya agar lebih
mengerti dan menerapkan pelaksanaan fungsi Adat dalam upaya cara
perkawinan, sebagaimana mestinya sehingga menjadi suatu keharusan dan
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dalam menyelenggarakan suatu upacara perkawinan hendaknya bekerjasama
65
dengan masyarakat desa agar terpelihara sehingga akan memberikan hasil yang
DAFTAR PUSTAKA
Anya, Peterson, (2007). The Antropology of Dance terjemahan F.X Widaryanto. Bandung : STSI Press
Aziz Alimut Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Surabaya : Salemba Media
S.H, Mueljatno. Prof (1996). Undang- Undang Pokok Perkawinan.jakarta: Bumi Aksara.
Sinaga, Salmon,Drs. (2008). Adat Ni Simalungun.Pematang Siantar: Presidium PMS
Ali, Muhammad. (2000). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta;
Darsono Sonykartika (2007) Estetika, Bandung : Rekayasa sains
Japiten Sumbayak. (2001). Refleksi Habonaron Do Bona Dalam Adat Budaya
Simalungun
Wikipedia http//:www.kebudayaan simalungun.com
(http//www.kesultanasahan.com/ jendela%20adat.htm)