• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN USAHA PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH DI DESA NAMLEA KECAMATAN NAMLEA KABUPATEN BURU NUR NAJMIN MUKADAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAPATAN USAHA PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH DI DESA NAMLEA KECAMATAN NAMLEA KABUPATEN BURU NUR NAJMIN MUKADAR"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

i PENDAPATAN USAHA PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH DI

DESA NAMLEA KECAMATAN NAMLEA KABUPATEN BURU

NUR NAJMIN MUKADAR 105960123112

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(2)

i

PENDAPATAN USAHA PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH DI DESA NAMLEA KECAMTAN NAMLEA

KABUPATEN BURU PROVINSI MALUKU

NUR NAJMIN MUKADAR 1059 60123 112

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pendapatan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku

Nama : Nur Najmin Mukadar Stambuk : 10596 01231 12 Konsentrasi : Sosial Ekonomi Program Studi : Agribisnis Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syamsiah, SP.,M.Si Ir. H. Saleh Molla, MM.

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Ir.Saleh Molla,M.M. Amruddin,S.Pt.,M.Si.

(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Pendapatan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku

Nama : Nur Najmin Mukadar Stambuk : 10596 01231 12

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Dr. Syamsiah, SP., M.Si Ketua Sidang

2. Ir. H. Saleh Molla, MM Sekretaris

3. Dr. Ir. Irwan Mado, MP Anggota

4. Ardi Rumallang, SP., MM Anggota

Tanggal Lulus :……….

(5)

iv

HALAMAN PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pendapatan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan Maupin tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, November 2016 Nur Najmin Mukadar

1015960123112

(6)

v

ABSTRAK

Nur Najmin Mukadar. 10596 0123 112. Pendapatan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih Cajuputi Oil di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku. Dibimbing oleh SYAMSIA dan SALEH MOLLA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa produksi dan pendapatan usaha penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil di Desa Namlea.

Pengambilan populasi dalam penelitian ini adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil yang ada di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku.

Sebanyak 4 Usaha Kecil Menengah (UKM) yaitu Rina Dahlan, Iksan Umasugi, Rijal Fatcei dan Sedek Hiku. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara. Sementara untuk penentuan sampel dilakukan dengan cara sensus yakni menelusuri keseluruhan populasi dijadikan sampel yakni 4 Usaha Kecil Menengah (UKM). Analisis data menggunakan analisis pendapatan.

Hasil penelitian menenjukan bahwa produksi pada Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku dalam satu kali produksi mendapatkan 10 liter dan Pendapatan yang di terima oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil di Desa Namlea Kecamtan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku sebesar Rp. 1.586.203.

Kata Kunci : Produksi dan Pendapatan Minyak Kayu Putih Cajuputi Oil

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah-Nya dan karunia-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW. Beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya, yang telah dilimpahkan kepada penulis dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Pendapatan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tampa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucaman terimah kasih kepada yang terhormat :

1. Kedua orang tua tercinta ayahanda Abdulah Mukadar dan ibunda Ujuwia Mukadar dan kaka-kaku Subhan Mukadar, Khalid Mukadar. Mohammad Agil Mukadar dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dr. Syamsia, SP.,M.Si, selaku Penasehat Akademik sekaligus pembimbing I dan Ir. H. Saleh Molla, MM. Selaku Dekan Fakultas Pertanian sekaligus

(8)

vii

pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Kepada pihak Pemerintah Kecamatan Namlea khususnya kepada Bapak Kepala Desa Namlea beserta jajaran yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.

6. Kepada saudara-saudari di jurusan Agribisnis Angkatan 2012 yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga Kristal-kristal Allah SWT. Senantiasa tercurahkan kepadanya. Amin.

Makassar, November 2016 Nur Najmin Mukadar 105960 123 112

(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGASAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERYNATAAN... iv

ABSTRAK...v

KARA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Tanaman Kayu Putih ... 5

2.2 Minyak Kayu Putih...6

2.2.1 Khasiat dan Kegunaan Minyak kayu putih...7

2.3 UKM ...8

2.3.1 Penyulingan...9

2.3.2 Proses Penyulingan Minyak Kayu Putih ...9

2.4 Produksi ... 14

(10)

ix

2.5 Biaya Produksi...14

2.6 Pendapatan...16

2.7 Kerangka Pikir...18

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 21

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 21

3.4 Teknik Penentuan Informan ... 22

3.5 Teknik Analisis Data ... 23

3.6 Defenisi Operasional ... 24

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografi, Batas dan Luas Wilayah...25

4.2 Keadaan Penduduk ...26

4.3 Perekonomian Desa ...28

4.4 Saran dan Prasarana...29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih...30

5.2 Produksi dan Penerimaan UKM Penyulingan Minyak Kayu Putih31 5.3 Biaya UKM Penyulingan Minyak Kayu Putih...33

5.4 Pendapatan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih...33

V1. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...36

6.2 Saran...36

(11)

x LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

(12)

xi

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman 1 Jumlah Koperasi dan UKM di Kabupaten Buru... ...3 2 Karakteristik Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Namlea...26 3 Karakteristik Peenduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal

di Desa Namlea Tahun 2016...27 4 Karakteristik Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa Namlea Tahun 2016...27 5 Perekonomian Desa Namlea Tahun 2016...28 6 Karakteristik UKM Penyulingan Minyak kayu Putih di

Desa Namlea Tahun 2016...30 7 Produksi UKM Minyak Kayu Putih di Desa Namlea Tahun 2016...32 8. Produksi dan Penerimaan UKM Minyak Kayu Putih di Desa Namlea

Kecamatan Namlea Kabupaten Buru...32 9. Biaya Total Minyak Kayu Putih Dalam Satu Kali Produksi di Desa Namlea Tahun 2016...34 10. Pendapatan Usaha Minyak Kayu Putih Untukl Satu Kali Produksi di Desa Namlea Kecamatan Namlea Tahun 2016...35

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman 1. Skema Kerangka Pikir...20

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Kuosioner...37

2. Data Karakteristik Responden...40

3. Data Karakteristi Produksi dan Penerimaan...41

4. Data Karakteristik Biaya Penyusutan...46

5. Data Karakteristik Biaya Variabel...47

6. Data Karakteristik Pendapatan...48

7. Data Foto Dokumentasi...49

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini pemerintah khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ingin terus mendorong percepatan pembangunan kehutanan yang berbasis pada peran serta masyarakat menuju kesejahteraan yang berkeadilan.

Oleh karenanya Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan telah menyiapkan IPTEK budidaya jenis unggulan dan peluncuran serta pelepasan bibit unggul yang bermanfaat baik untuk kegiatan rehabilitasi hutan, pembangunan Hutan Rakyat, Hutan Tanaman Rakyat maupun pembangunan Hutan Tanaman guna mendorong percepatan pembangunan kehutanan (Perum perhutani, 2010).

Tanaman kayu putih merupakan salah satu jenis yang cukup berpotensi untuk upaya rehabilitasi lahan, baik dari aspek ekologis maupun aspek ekonomis.

Terdapat keuntungan ganda yang diperoleh pada pengembangan tanaman kayu putih di lahan kritis antara lain untuk menunjang usaha konservasi lahan dan pemanfaatan lahan marginal menjadi lahan produktif serta memberikan kesempatan kerja sehingga berimplikasi meningkatkan penghasilan kepada petani.

Oleh karenanya penanaman kayuputih perlu lebih dikembangkan karena pertimbangan-pertimbangan diatas. Tanaman kayu putih banyak terdapat di Jawa dan di Kepulauan Maluku.

Minyak Kayu putih Melaleuca leuca dendrasyn. M .leucadendron tersebar secara alami di Kepulauan Maluku dan Australia bagian utara. Jenis ini telah berkembang luas di Indonesia, terutama di pulau Jawa dan Maluku dengan

(16)

2 memanfaatkan daunnya untuk disuling secara tradisional oleh masyarakat maupun secara komersial menjadi minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi. Jenis tanaman ini mempunyai daur biologis yang panjang, cepat tumbuh, dapat tumbuh baik pada tanah yang berdrainase baik maupun jelek dengan kadar garam tinggi maupun asam dan toleran ditempat terbuka serta tahan terhadap kebakaran.

Minyak Kayu putih sebagai salah satu produk Agribisnis/agroindustri di Indonesia dan mempunyai peluang pasar yang masih terbuka lebar. Minyak kayu putih adalah kelompok minyak atsiri yang dihasilkan dari proses penyulingan daun kayu putih. Produk ini telah dikembangkan sejak lama oleh masyarakat, pengusaha maupun Pemerintah dan dipergunakan sebagai bahan obat-obatan, kosmetik dan industri parfum untuk kebutuhan dalam negeri (Lutony dan Rahmayati,1994).

Kebutuhan minyak kayu putih di dalam negeri sampai saat ini diperkirakan masih defisit sehingga dalam industri farmasi diperlukan produk komplementer berupa minyak eucalyptus yang diimpor dari RRC dalam jumlah yang tidak sedikit. Melihat produksi minyak kayu putih yang belum memenuhi kebutuhan tersebut maka masih terbuka peluang untuk meningkatkan produksi minyak kayu putih di Indonesia dengan tingkat keterlibatan masyarakat yang lebih intensif. Pada umumnya perusahaan kecil di indonesi Memiliki kelemahan- kelemahan pada hal-hal berikut sehingga menimbulkan permasalahan dalam mengembangkan usahanya antara lain kurang baik, kurang pandai membaca peluang pasar, penerapan strategi pemasaran yang kurang efektif, terbatasnya modal kerja utunk menunjang strategi perusahan, dan sistem Produksi yang masih

(17)

3 belum memenuhi standar. Hal ini menjadi kendala dalam perkembangan industri- industri kecil yang ada di Indonesia. Secara internal permasalahan utama yang dihadap ialah pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) antara lain dari sisi manajemen usaha. Manajemen berfungsi memandu semua bagian agar mencapai apa yang diharapkan perusahaan kedepan. Panduan inilah yang menjadikan sebuah dasar dalam pelaksanaan dilapangan, evaluasi dan pelaporan dapat dijalankan dengan baik. Pada kenyataannya manajemen yang efektif kurang diterapkan karena semua hal dikerjakan Sendiri tanpa Pendelegasian yang jelas dalam menjalankan sistem manajemen yang ada.

Kenyataan ini juga kadang terjadi pada UKM-UKM yang ada di Indonesia maupun di Kota Namlea Kabupaten Buru Menurut data BPS Kota Namlea tahun 2016 pada 2 tahun terakhir ini, UKM mengalami peningkatan dari tahun ketahun.

Tabel 1. Jumlah Koperasi dan UKM di Kabupaten Buru No

Kecamtan

Tahun (2015)

Tahun (2016)

KUD UKM KUD UKM

1 2 3 4 5

Namlea Waplau Air Buaya Waeapo Batabual

1 1 2 12

1

62 7 12 34 7

1 1 2 12

1

64 8 13 44 8

Jumlah 17 122 17 137

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Buru

Dengan jumlah yang sangat banyak UKM berpotensi menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat dan menjadi solusi dan mengurangi tingkat kemisikinan dan merupakan pelaku ekonomi utama yang berinteraksi langsung dengan konsumen.

(18)

4 Seperti juga usaha kecil dan menengah lainya, permasalahan yang di hadapi oleh penyuling minyak kayu putih adalah produksi yang masih terlalu sedikit, pendapatan yang masih kecil dan kurangnya modal kerja untunk menunjang modal usaha, sistem ini sangat mempengerahui hasil produksi dan pendapatan dari usaha Penyulingan Minyak kayu putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan di atas maka secara kongkrit masalah dalam penelitian ini adalah “Berapa produksi dan pendapatan Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku”.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui berapa produksi, biaya produksi dan pendapatan yang diperoleh Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Prinvinsi Maluku.

Kegunaan penelitian sebagai berikut :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan pada usaha penyulingan minyak kayu putih mengenai biaya produksi dan pendapatan, agar usaha penyulingan minyak kayu putih Cajuputi oil dapat memberikan pendapatan.

(19)

5

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kayu Putih

Menurut Doran et al. (1998) mendiskripkan kayu putih sebagai pohon berukuran sedang dengan batang batang pokok dan tinggi kurang lebih 30 m.

Dalam keadaan tertentu pertumbuhantanya dapat berkurang sehingga pohon ini tumbuh menjadi belukar dengan cabang yang banyak, tetapi diwilayah Australia kayu putih dapat mencapai tinggi lebih dari 40 m dan diameter 1,2 m. Batang kayu putih berwarn abu-abu sampai putih, seperti kertas dengan pucuk pohon berwarna agak keperakan.

Daun kayu putih merupakan bagian tumbuhan yang terpenting, karena dari daun inilah yang akan di hasilkan minyak kayu putih. Tanaman kayu putih termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuh tanaman secara nyata memperlihatkan deferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu Akar radix, Batang Caulis dan Daun Folium. Daun kayu putih terdiri dari dua bagian, yaitu Tangkai

daun Petiolu dan Helai daun Lamina. Tangkai daun Petiolus, tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun, yang berfungsi untuk menempatkan helaian daun pada posisi yang tepat, sehingga dapat di peroleh cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Tangkai daun berbentuk bulat kecil, sedangkan panjang tangkainya berfariasi, (Craven dan Barlow 1997).

(20)

6 2.2 Minyak kayu putih

Minyak kayu putih Cajuput oil, oleummelaleuca-cajeuti, atau oleum cajeput di dapatkan dari hasil penyulingan Daun kayu putih M. lecadendra

kandungan utama minyak kayu putih adalah Sineol. Semakin besar kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih semakin tinggi. Beberapa spesies melaleuca merupakan sejenis pohon yang tumbuh melimpah dikepulauan hindia

timur (Indonesia), semenanjung malaya, dan dibeberapa tempat lainnya. Pasaran utama bagi minyak atsiri merek cajeput oil antara lain Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Perancis, dan Belanda. Pada saat sekarang produksi minyak kayu putih indonesia mengalami penurunan, bahkan untuk mencukupi kebutuhan didalam negeri pun terpaksa mengimpornya, (Sunanto, 2003)

Minyak Atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawa padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan dalam pelarut organik dan keluratan dalam air yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga.Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan tumbuhan dengan beberapa sifat yaitu sangat mudah menguap bila dibiarkan diudara terbuka, memiliki bau khas seperti tumbuhan aslinya, umumnya tidak berwarna tetapi memiliki warna gelap karena mengalami oksidasi dan pendamaran. Karena sifatnya yang mudah menguap minyak atsiri sering disebut sebagai minyak menguap atau minyak eteris. Proses ekstraksi minyak kayu putih dari daun tanaman ini dilakukan dengan cara atau proses yang sederhana yaitu berupa penguapan minyak dari daun dan kemudian dikondensasikan. Selanjutnya dilakukan pemisahan antara

(21)

7 komponen minyak dengan air, yang diperoleh dari semua bahan cair yang diperoleh dalam proses kondensasi. . (Ketaren, 1985).

2.2.1. Khasiat dan Kegunaan Minyak Kayu Putih

Minyak kayu putih banyak digunakan dalam industri farmasi. Penduduk indonesia telah mengenal minyak kayu putih sejak berabad–abad serta mempergunakannya sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Kegunaan tumbuhan kayu putih antara lain sebagai obat sakit perut dan saluran pencernaan (internal), sebagai obat masuk angin untuk dewasa maupun anak – anak, sebagai obat kulit (obat luar), berkhasiat sebagai obat oles bagi penderita sakit kepala, kram pada kaki, reumatik dan sakit persendian. Sebagai obat dalam (internal), minyak kayu putih digunakan hanya dalam dosis kecil dan berkhasiat untuk mengobati rhinitis (radang selaput lendir hidung), dan berfungsi sebagai anthelmintic terutama efektif mengobati demam. Minyak kayu putih juga berfungsi sebagai ekspektoran dalam kasus laryngitis dan bronchitis, dan jika diteteskan ke dalam gigi dapat mengurangi rasa sakit gigi. Minyak kayu putih juga sangat efektif digunakan sebagai insektisida. Kutu pada anjing dan kucing akan mati jika diolesi minyak kayu putih. Juga dapat digunakan sebagai pembasmi kutu busuk dan berbagai jenis serangga (Sastrohamidjojo et el, 2004).

Menurut Bropy and Doran, (1996) Minyak astiri ini dipakai sebagai minyak pengobatan, dapat dikonsumsi, diminum atau lebih umum,di balurkan ke bagian tubuh. Khasiatnya sebagai penghayat tubuh., pelemas otot, dan mencegah perut kembung. minyak astiri dari M.cajuputi subsp. Cajuputi berisi senyawa utama

(22)

8 Minyak ini mengandung Eukaliptol (1,8-cineol) komponen paling banyak, sekitar 60%), terpineol dan ester asetatnya, pinen, dan limnen. minyak kayu putih banyak menjadi kompenen dalam, sebagai salep dan campuran minyak penghayat.

2.3 Usaha Kecil Menengah (UKM)

Menurut Harmaizar, (2001). Usaha atau dapat juga disebut suatu perusahaan adalah suatu bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan, baik yang diselenggarakan oleh perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbentuk badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan di suatu daerah dalam suatu negara.

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” (Mulyati, 2004)

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan suatu unit usaha kecil yang mampu berperan dan berfungsi sebagai katup pengaman baik dalam menyediakan alternatif kegiatan usaha produktif, alternatif penyaluran kredit, maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Usaha Kecil Menengah (UKM) dianggap penyelamat perekonomian Indonesia di masa krisisperiode 1999-2000 (Zulkarnaen 2004).

(23)

9 2.3.1 Penyulingan

Menurut Syukri, (1999). penyulingan adalah suatu teknik pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap. Dalam Penyulingan campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uapnya didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Metode ini termasuk sebagai unit opersai kimia jenis perpindahan massa. Destilasi atau penyulingan merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan-perbedaan titik didih atau titik cair dari masing- masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin.

Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair.

Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut

2.3.2 Proses Penyulingan Minyak Kayu putih

Amrullah, (2007). pengolahan daun kayu putih dimaksudkan untuk mengekstrak minyak kayu putih yang ada pada daun tanaman ini. Proses produksi dalam pembuatan minyak kayu putih diawali dengan pemetikan daun kayu putih.

Dalam proses pemetikan ada 2 macam cara, yaitu:

(24)

10 1. Pemetikan sistem rimbas, yaitu tegakan pohon kayu putih yang berumur 5 tahun ke atas, dengan ketinggian 5 meter, daunnya dipangkas. Satu tahun berikutnya, setelah tanaman kayu putih sudah mempunyai daun yang lebat, kemudian bisa dilakukan perimbasan lagi.

2. Pemetikan sistem urut, yaitu dengan cara dipotong dengan menggunakan alat (arit) khusus untuk daun-daun yang sudah cukup umur. Cara ini menjadi kurang praktis, karena pemetik harus memilih daun satu per satu.

Pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada saat sudah tidak banyak turun hujan sehingga tidak mengganggu pekerjaan pemetikan daun. Di samping itu, jika pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada akhir musim hujan (awal musim kemarau) tiap tanaman telah menumbuhkan daun dalam jumlah yang cukup banyak (Arnita, 2011). Dengan demikian, pemetikan atau pengambilan daun-daun kayu putih dapat dilakukan sekali dalam satu tahun, jika pertumbuhan tanaman subur . Setelah pemetikan daun, daun kayu putih yang siap untuk di suling disimpan terlebih daulu.

Menurut Gunawan (2004). Penyimpanan dilakukan dengan menebarkan daun di lantai yang kering dan memiliki ketinggian sekitar 20cm, dengan kondisi suhu kamar dan sirkulasi udara terbatas. Dalam penyimpanan ini, daun- daun tidak boleh disimpan dalam karung karena akan mengakibatkan minyak yang dihasilkan berbau apeg dan kadar sineol dalam minyak rendah.

Penyimpanan daun dilakukan maksimal selama satu minggu. Kerusakan minyak kayu putih akibat penyimpanan terutama terjadi karena proses hidrolisis dan pendamaran komponen-komponen yang terdapat dalam daun. Pengaruh hidrolisis

(25)

11 dapat dicegah dengan menyimpan daun ditempat yang kering dengan sirkulasi udara sekecil mungkin. Sedangkan pengaruh pendanmaran dapat dimeniimalkan dengan mempersingkat waktu penyimpanan dan menurunkan suhu penyimpanan.

Dalam proses selanjutnya, daun kayu putih masuk dalam proses pembuatan minyak kayu putih. Proses penyulingan minyak kayu putih ini terbagi dalam 3 tahap, yaitu:

1. Pembuatan Uap

Alat-alat yang digunakan pada pembuatan uap sebagai pensuplai uap panas antara lain:

a. Boiler berfungsi untuk memproduksi uap yang akan digunakan untuk mendestilasi minyak kayu putih dari daun kayu putih pada bak daun yang dihasilkan air yang berasal dari water softener yang dimasukkan ke dalam boiler pompa. Pada boiler dilengkapi dengan panel automatic, yang berfungsi sebagai pengontrol boiler agar aman dan berfungsi dengan baik. Panel Automatic juga berfungsi mengontrol boiler untuk berhubungan dengan kipas penghisap asap keluar, pompa pengisi air boiler dan pompa water softner.

b. Ruang bakar berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar dari daun bekas masak kayu putih (bricket) dan sebagai tempat pemanasan air awal yang dihubungkan dengan boiler.. Konstruksi dinding api dari pipa-pipa uap yang melengkung dan menjadi satu di atas dengan pipa uap diameter 10” dan digabungkan dengan uap yang terbentuk di boiler. Lantai ruang bakar terbuat dari semen tahan api dan berlubang-lubang untuk pemasukan udara segar dari luar yang dihisap oleh exhaust fan.

(26)

12 c. Exhaust Fan berfungsi menghisap udara panas yang telah dipakai untuk memanasi ruang bakar dari ketel uap dan memasukkan udara segar ke dalam ruang bakar untuk kemudian dihembuskan ke cycloon.

d. Cycloon berfungsi memisahkan debuyang terlihisab dari boiler oleh exhaust fan agar tudak keluar ke udara bebas.

e. Chimney Berfungsi mengalirkan asap pembakaran ke udara. Sedangkan untuk pengumpan air digunakan alat-alat sebagai berikut.

f. Pompa feeding water berfungsi mempo air untuk masuk kedalam boiler secara otomatis dari tangki airbumpan yang telah dilakukan dalam tangki water softtener.

g. Watersoftener berfungsi melunakkan air yang masuk ke dalam boilerdari kadar kapur, agar tidak mudah membentuk lapisan kapur yang menempel di bagian dalam boiler.

h. Feed pump water softener berfungsi memompa air yang akan dilakukan ke dalam water softener dari bak air.

i. Feed tank berfungsi menyimpan air yang sudah dilewatkan water softener dan sudah lunak untuk dipompa masuk ke dalam boiler.

2. Penguapan Daun

Alat-alat yang digunakan pada penguapan atau pemasakan daun adalah sebagai berikut:

a. Bak Daun berfungsi sebagai wadah untuk keranjang yang berisi daun kayu putih yang akan diberi uap panas dari ketel uap. Kapasitas bak adalah 1.500 kg. Jumlah bak daun di pabrik ini ada 2 unit.

(27)

13 b. Keranjang Daun berfungsi untuk tempat daun kayu putih yang akan dimasak / diuapi dalam bak daun, sehingga mudah untuk dimasukkan dan dikeluarkan.

Kapasitas keranjang adalah 1.250 kg daun kayu putih. Jumlahnya 2 unit.

c. Hoist Crane berfungsi untuk memasukkan dan mengangkat keranjang daun dari bak daun yang akan dan telah selesai dimasak. Kapasitas daya angkat 1 ton, sedang jumlahnya 1 buah.

3. Pendinginan dan Pemisahan Minyak dengan Air

Alat-alat yang digunakan pada proses pendinginan uap minyak daun kayu putih, antara lain adalah:

a. Condensor Berfungsi mengembunkan uap minyak air dan uap air yang keluar dari ketel uap untuk dijadikan cairan dengan cara didinginkan.

b. Pompa air condensor berfungsi memompa air pendingin dar bak air pendimgin untuk dipompa masuk kedalam condensor dan keluar lagi menuju cooling tower.

c. Cooling tower Berfungsi mendinginkan air dari bak air yang akan dialirkan melalui condensor, dari suhu 1040F (400C) menjadi 920F (330C). Sedangkan untuk memisahkan air dengan minyak kayu putih, alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Separator berfungsi memisahkan minyak kayu kayu putih dari air yang keluar bersamaan dari kondensor dengan menggunakan sistem grafitasi. Air akan keluar dari bagian bawah dan langsung dibuang ke sungai, sedangkan minyak kayu putih akan keluar bagian atas. Proses pemisahan ini dikontrol melalui kaca pengamat.

(28)

14 2. Tangki penampung minyak kayu putih Berfungsi menampung minyak kayu

putih dari separator.

2.4 Produksi

Produksi adalah suatu proses dimana barang-barang dan jasa yang disebut input, diubah menjadi barang-barang dan jasa lain yang disebut output. Selain produksi pertanian sebagai mengusahakan masukan untuk menghasilkan keluaran, dimana masukan adalah semua yang diikut sertakan didalam proses produksi seperti penggunaan lahan, alat-alat tenaga kerja, saranya produksi lainya.

Sedangkan untuk keluaran adalah semua hasil produk yang dihasilkan oleh perusahan atau usaha sehingga bermanfaat bagi manusia (Mosher, 1984).

Penerimaan dari suatu usaha senantiasa dipengaruhi oleh jumlah produksi yang meningkat akan memberikan keuntungan yang lebih besar pula. Harga persatuan produk, waktu pemasaran, kualitas hasil, dan posisi perusahan dalam tawar menawar sangat mempengerahui atau berperan terhadap tingkat penerimaan usaha penyulingan secara umum, dengan demikian ini dapat diasumsikan akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar. (Anonim, 1987).

2.5 Biaya Produksi

Menurut Ginting, (2007). biaya produksi dalam usaha dapat dibedakan atas:

1. Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertenutu. Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya

(29)

15 kuantaitas produksi yang dihasilkan, Yang termasuk biaya tetap, seperti gaji, yang dibayarkan tetap, pajak bangunan, alat dan mesin dan bunga pinjaman.

2. Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan dengan perubahan volume produksi atau pinjaman. Artinya variabel berubah menurut tinggi rendahnya output yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala produksi yang dilakukan. Yang termasuk biaya variabel dalam usaha adalah biaya air, biaya bahan baku, biaya bahan bakar dan biaya untuk upah tenaga kerja yang dibayar berdasarkan penghitungan volume produksi.

3. Biaya tunai adalah biaya yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.

Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel).

Biaya mempunyai peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan usaha, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu menentukan besarnya harga pokok dari produksi yang akan dihasilkan. Secara umum hal-hal yamg mempengaruhi besarnya biaya produksi dari suatu cabang usaha adalah kurangnya pemelihan varietas, tingkat tekhnologi yang digunakan.

Berusaha adalah sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilapangan.

Pada dasarnya akan dinilai berapa biaya yang dikeluarkan dari kegiatan usaha tersebut. (Patong, 1978).

Besar kecilnya biaya produksi sangat mempengaruhi pembangunan usaha.

Terbatasnya biaya-biaya pengembangan pertanian, karena pemakaian untuk

(30)

16 pembelian bibit unggul. Dan faktor produksi lainnya memerlukan biaya yang dikeluarkan dalam usaha tani yaitu biaya tetap dan biaya variabel (Soehardjo, 1987).

2.6 Pendapatan

Menurut Soeharjo dan Patong (1978). Pendapatan adalah selisih antara nilai produksi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Pendapatan kotor usaha penyulingan minyak kayu putih dalam jangka waktu tertentu merupakan nilai produksi total usaha, baik dijual maupun tidak. Jadi pendapatan kotor adalah pendapatan yang diperoleh dalam proses produksi dengan menghitung pengeluaran yang diberikan pada waktu pengelolaan usaha

Menurut Soekartawati, (1986). menguraikan dan membagikan pendapatan usaha menjadi dua yaitu pendapatan kotor usahatani dan pendapatan bersih usahatani (net form income). Pendapatan kotor usaha yaitu: nilai produk total usaha adalam jangka waktu tertentu yang meliputi seluruh produk yang dihasilkan, baik yang dijual, dikonsumsi rumah tangga dan digunakan dalam usaha.

Sementara pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor usaha dengan pengeluaran total usaha. pendapatan diperoleh oleh penerimaan Usaha dan biaya produksi. pendapatan usaha ditentukan oleh harga jual produk yang diterima maupun harga-harga faktor produksi yang dikeluarkan sebagai biaya produksi.

Jika harga harga produk atau harga faktor produksi berubah, maka pendapatan usaha juga akan mengalami perahan.

(31)

17 Analisa pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani atau pengusaha maupun pemilik faktor produksi. Dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu :

1. menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha

2. menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan Soehardjo dan Patong, (1978). dalam sebuah usaha pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah usahanya berhasil atau tidak.

Menganalisa pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaraan selama dalam jangka waktu yang diperlukan. Penerimaan usaha adalah hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan. Sedangkan pengeluaran usaha adalah nilai penggunaan sarana produksi (input) dan lain-lain yang diperlukan atau dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan (Tjakrawiralaksana ,1983).

Besarnya produksi dan pendapatan yang diterima tidak hanya ditentukan dari besarnyasuatu usaha, tetapi kombinasi cabang usaha serta cara memilih cabang usaha apa yang mnguntungkan, memegang peranan penting dalam menentukan upaya pemilik usaha mempertimbangkan pola pengelolaan usahanya, pemilik usaha dalam mengelola usahanya selalu berupaya untuk mempertinggi hasil produksinya. Selain itu tenaga kerja dan efesien produksi juga mempengerahui tingkat pendapatan. Untuk mengetahui tingkat pendapatan yang dapat diterima atau yang dapat diperoleh dari suatu kegiatan usaha dapat diukur dengan suatu analisis, kegunaan alat anlisis ini penting bagi pemilik faktor produksi, karena ada dua tujuan utama analisis pendapatan yaitu : menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencaaan atau tindakan dan

(32)

18 menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha. Bagi pengusaha, analisis pendapatan berguna untuk memberikan bantuan atau mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soehardjo dan Patong, 1987).

Menurut Soekarwati (1995) pendapatan adalah nilai di peroleh pemilik dari hasil usaha yang diuasahakan. Pendapatan terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Pendapatan kotor (Penerimaan total) pendapatan kotor merupakan total nilai produksi usaha dalam jangka waktu tertentu dikali dengan harja jual.

2. Pendapatan bersih (Keuntangan) pendapatan bersih yaitu selisih antara pendapatan kotor dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Total biaya).

Pendapatan usaha adalah total pendapatan bersih yang diperoleh dari seluruh aktivitas usaha penyulingan yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan (Hadisaputra, 1979). Jumlah uang yang diterima oleh perusahan atau asaha dari aktifitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan.

2.7 Kerangka Pikir

Usaha penyulingan minyak kayu putih didirikan oleh generasi jaman dulu.

Dengan pertimbangan bahwa dilokasi Desa Namlea merupakan daerah penghasil daun kayu putih. Ketel adalah salah satu wadah atau alat yang digunakan untuk pengukusan. Masyarakat Desa Namlea menyebut usaha ini adalah ketel minyak kayu putih. Jika mendengar kata ketel, perlu anda ketahui bahwa ketel merupakan tempat atau lokasi pembuatan usaha penyulingan minyak kayu putih. Usaha

(33)

19 Dalam setiap usaha memiliki kelemahan-kelemahan diantaranya kelemahan dalam meningkatkan pendapatan usaha.

Upaya peningkatan produksi tidak akan menguntungkan bila penggunaan bahan produksi tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dan modal yang dikeluarkan oleh pengusaha. Pengusaha yang rasional tidak hanya beriontasi pada produksi yang tinggi, akan tetapi lebih menitip beratkan pada semakin tingginya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Sehingga dapat mengambil sikap untuk mengurangi atau menambah bahan produksi.

Dalam proses produksi untuk menghasilkan produksi usaha yang diinginkan adalah biaya yang dikeluarkan dengan harga (jual) yang di tawarkan dapat mengembalikan modal dan mendapatkan penerimaan dan pendapatan yang maksimal. Maka oleh itu peneliti ingin mengetahui berapa banyak produksi yang diperoleh dari usaha penyulingan minyak kayu putih ini. Jika ada produksi maka akan adanya harga produk berapa harga dan biaya yang dikeluarkan selama produksi untuk mendapatkan penerimaan dan pendapatan untuk usaha penyulingan minyak kayu putih.

Dalam usaha adanya produksi yang dimana akan mengahasilkan Jumlah barang (Rp) yang dijual dikalikan dengan harga (Rp) maka akan medapatkan penerimaan, dan penerimaan dikurangi Biaya Total maka akan Mendapatkan Pendapatan atau keuntungan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kerangka pikir berikut :

(34)

20 Gambar 1. Skema kerangka pendapatan penyulingan minyak kayu putih di

Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Pulau Buru. UKM Penyulingan MinyakKayu Putih

Pendapatan Usaha Harga Biaya Produksi

(35)

21

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut Desa Namlea merupakan salah satu daerah penghasil minyak kayu putih. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2016.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang melaksanakan usaha penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil yang berada di Desa Namlea, Kecamatan Namlea, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku sebanyak 4 Usaha Kecil Menengah (UKM) yaitu Rina Dahlan, Iksan Umasugi, Rijal Fatcei dan Sedek Hiku. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus, yaitu mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:

1. Wawancara terstruktur, adalah menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya., Tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan.

(36)

22 2. Observasi, adalah Mengamati secara langsung dan mendalam, tentang keadaan dan tingkah laku objek yang diteliti serta sekaligus menyediakan pencatatan tentang aktifitas yang dilakukan itu. Jenis Observasi yang dipilih dalam mengungkapkan masalah yang dibahas itu adalah teknik observasi partisipan. Hal ini dilakukan guna mengungkapkan pendapatan yang bersifat tertutup yang hanya diungkapakan manakala pengamat dan pencatat secara sisitematis terhadap obyek penelitian.

3. Pencatatan, adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen- dokumen dari lembaga suatu instansi yang berkaitan dengan penelitian.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Kuantitatif, yaitu data yang dijelaskan dalam bentuk angka-angka.

Seperti data mengenai jumlah biaya investasi, biaya produksi, dan pendapatan usaha.

2. Data Kualitatif, yaitu data yang dijelaskan dalam bentuk kalimat-kalimat.

Seperti identitas responden.

Sumber Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer, yaitu data yang di peroleh secara langsung dari responden dengan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder, yaitu data yang di peroleh dari instansi/lembaga pemerintah.

(37)

23 3.5 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis pendapatan usaha minyak kayu putih pada Usaha ini digunakan analisis kuantitatif meliputi hasil perhitungan data dengan menggunakan Rumus sebagai berikut (Saekartawi,1986).

1. Perhitungan Penggunaan Biaya Total (Total Cost).

TC = TVC+TFC Dimana:

TC = Total Biaya (Total Cost) (rp)

TVC = Total Biaya Variabel (Total variable Cost) (Rp) TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) (Rp)

2. Total Penerimaan (Total Revenue) secara matematika dirumuskan sebagai berikut:

TR = Y.Py Dimana:

TR = Total penerimaan (RP)

Y = Jumlah barang yang dijual (Rp) Py = Harga (Price) (Rp)

3. Pendapatan secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

II= TR – TC Dimana:

II = Pendapatan/Keuntungan TR = Penerimaan (Rp)

(38)

24 TC = Biaya Total yang merupakan gabungan dari biaya variable dan biaya tetap (variable Cost dan faxibel Cost) (Rp).

3.6 Definisi Opersional

Agar diperoleh pengertian yang sama dan tidak menimbulkan kesalapahaman tentang pengertian dasar sehubungan dengan penulisan ini, maka perlu diberikan batasan opersaional

Defenisi operasional dalam penelitian ini didefenisikan sebagai berikut:

1. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi, dinyatakan dalam rupiah.

2. Produksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk minyak kayu putih, dinyatakan dalam yang dinyatakan dalam milliliter.

3. Biaya total adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dinyatakan dalam rupih.

4. Biaya produksi adalah satuan nilai yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produksi persatuan luas yang dinyatakan dalam rupiah.

5. Penyulingan adalah pemisahan minyak kayu putih dengan zat lain.

6. Penerimaan adalah jumlah keseluruhan hasil usaha yang diterima dalam satu kali proses produksi yang dinyatakan dalam rupiah.

7. Minyak Atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawa padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cair.

(39)

25

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografi, Batas dan Luas Wilayah

Desa Namlea merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan Namlea.

Namlea adalah sebuah Kelurahan di Kabupaten Buru, Maluku, Indonesia. Namlea merupakan Ibukota Kabupaten Buru. Desa Namlea mempunyai luas pemukiman 800 Ha/m2 Luas kuburan 5 Ha/m2 Luas taman 10 Ha/m2 Luas perkantoran 600 Ha/m2. Secara geografi Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatas dengan Laut Seram

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Batu Boy - Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Kayeli - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lala

Wilayah Desa Namlea didominasi dataran rendah yang berasosiasi dengan daerah pantai serta perbukitan yang menempati bagian barat laut dengan ketinggian mencapai sekitar 400 meter. Selain itu terdapat juga bukit di bagian selatan dan barat Desa Namlea dengan ketinggian sekitar kurang dari 100 meter.

Wilayah Desa Namlea sebagian besar diperuntukan untuk tanah pemukiman dan sisanya diperuntukan untuk tanah pertanian dan perkantoran.

(40)

26 4.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru yang peneliti dapatkan dari data BPS Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru. Sampai tahun 2016 tercatat sebanyak 29952 jiwa atau 8.930 KK yang terdiri dari 15761 laki-laki dan 14191 perempuan. 29952 jiwa merupakan angka yang melebihi jumlah maksimal untuk satu Desa. Jumlah 8.930 KK bukan merupakan jumlah penduduk asli Desa Namlea, jumlah ini suda termasuk dengan masyarakat perantauan, mencari kerja di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru.

Sementara itu, keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Namlea Tahun 2016

No Kelompok Umur (Tahun)

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

L P

1 2 3 4 5

5-20 26-41 46-66 71-81

>86

1280 1885 108 1876

28

1007 1002 915 120 26

2287 2887 1023 1996 54

30%

30%

20 15 5%

Jumlah 5177 3070 8247 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 2 di atas menjelaskan bahwa, karakteristik penduduk menurut kelompok umur pada lokasi penelitian di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru. Sebagian besar masyarakat Desa Namlea berada pada umur 5 tahun sampai 20 tahun dengan jumlah laki-laki 12820 jiwa dan perempuan sejumlah 2287 jiwa dengan presentase (30%).

(41)

27 Tabel 3. Karakteristik Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa

Namlea

No Tingkat Pendidikan Formal

Jumlah (Jiwa) Presentase (%) 1

2 3 4 5 6

Yang sedang TK Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat S1 Tamat S2

2.552 1.462 2.527 2.870 1.867 544

35%

20%

25%

10%

4%

1%

Jumlah 10.141 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 3 di atas menjelaskan bahwa, karakteristik penduduk Desa Namlea menunjukan bahwa, sebagian besar masyarakat Desa Namlea sedang menjalankan pendidikan di Taman Kanak-kanak yang berjumlah 2.552 Jiwa, sementara tamat SD dengan Jumlah 1462 Jiwa, tamat SMP dengan jumlah 2527 Jiwa, tamat SMA dengan jumlah 2870 Jiwa, tamat S1 1867 Jiwa dan Tamat S2 sebanyak 544 Jiwa.

Tabel 4. Karakteristik Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan di Desa Namlea Tahun 2016.

No Agama Yang Dianut Jumlah (Jiwa)

1 2 3 4 5 6

Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghucu

29.726 138

46 5 13 26

Jumlah 29.954

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4 di atas menjelaskan bahwa masyarakat Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru didomisili oleh agama islam.

(42)

28 4.3 Perekonomian Desa

Sebagai daerah penelitian yang berada di salah satu Desa dari Kecamatan Namlea Kabupaten Buru yaitu Desa Namlea. Pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk di Desa Namlea adalah sektor perkantoran. Karakteristik perekonomian Desa Namlea menurut sumber mata pencaharian disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Perekonomian Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru 2016.

No Mata Pencaharian Jumlah KK Presentase (%) 1

2 3 4 5 6

Pegawai Negeri Sipil Petani

Buruh Tani Tukang Kayu Pengusaha Besar Pengusaha Kecil dan Menengah

4.863 1.673 1.762 4.715 176 1.735

30%

12%

13%

30%

1%

14%

Jumlah 14.92 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 5 di atas menjelaskan bahwa, mata pencaharian di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru menjelaskan bahwa mata pencaharian yang lebih tinggi dalam Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru adalah pegawai negeri sipil dengan jumlah 4.863 (30%) kemudian disusul dengan mata pencaharian tukang kayu dengan jumlah 4.715 (30%) mengingat bahwa Desa Namlea merupakan Desa yang memiliki banyak hutan. Kemudian disusul oleh pengusaha kecil dan menengah dengan jumlah 1.735 (14%) dan yang terendah adalah mata pencaharian pengusaha besar dengan jumlah 176 (1%).

(43)

29 4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasana pada lokasi penelitian yaitu Desa Namlea saat ini dinilai sudah cukup memadai. Hal ini dilihat dari aktifitas masyarakat Desa Namlea.

Untuk saat ini Kantor Desa Namlea tidak mengetahui berapa jumlah sarana dan prasana yang berada di Desa Namlea kecamatan Namlea Kabupaten Buru.

(44)

30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristi Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih

Usaha penyulingan minyak kayu putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku sudah ada sekitar 18 tahun yang lalu.

Pembuatan minyak kayu putih merupakan mata pencaharian yang membantu masayarakat desa, khususnya pada daerah yang memiliki banyak tanaman kayu putih.

Usaha Kecil Menengah (UKM) yang melakukan usaha minyak kayu putih ada 4 Usaha Kecil Menengah (UKM) yaitu Rina Dahlan, Iksan Umasugi, Rijal Fatcei dan Sedek Hiku. yang telah melakukan usaha sekitar 11 sampai 18 tahun.

dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Karakteristik UKM Penyulingan Minyak Kayu Putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru 2016

No UKM Pendidikan Umur

(Tahun)

Lama Usaha 1

2 3 4

Rina Dahlan Iksan Umasugi Rijal Fatcei Sedek Hiku

SMA SMP SMP SD

34 51 54 60

11 17 14 18

Jumlah 199 60

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukan bahwa tingkat pendidikan pemilik UKM adalah SD sampai SMA, dari empat usaha pendidikan tertinggi adalah SMA yang pemilik usaha saudari Rina Dahlan dan pendidikan terendah adalah SD yang pemilik usahanya saudara Sedek Hiku yaitu SD.

(45)

31 Berdasarkan umur, pemilik Usaha Kecil Menengan (UKM) berumur 34 sampai 60, pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) yang terendah adalah Saudari Rina Dahlan dengan umur 34 tahun dengan lama usaha 11 tahun. Usaha ini berdiri pada tanggal 28 Oktober tahun 2005, umur tertinggi adalah saudara Sedek Hiku yaitu 60 tahun dengan lama usaha 18 tahun. Usaha ini berdiri pada tanggal 14 juni 2001.

5.2 Produksi dan Penerimaan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih

Kegiatan penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil di Desa Namlea berlangsung setiap bulan, kegiatan produksi dilakukan dengan menggunakan metode atau cara tradisional, dengan memanfaatkan tenaga kerja dalam rumah tangga. Proses produksi minyak kayu putih dilakukan dengan cara memotong daun dan ranting tanaman kayu putih alat yang digunakan yaitu keranjang, pisau dan karung, kemudian daun disimpan dalam bak penampung yang terbuat dari papan dan kayu. Selanjutya daun dan ranting dimasukkan ke dalam bak ketel (wadah pengukusan minyak terbuat dari kayu). Ketel yang telah berisi penuh di letakan di atas wajan besar yang berisi air alat yang digunakan untuk mengangkat air ke wajan adalah pompa air. Selanjutnya dimasak selama 6 jam menggunakan kayu bakar. Daun dan ranting tanaman kayu putih akan mengalami penguapan melalui besi penyuling dan ditampung dalam jargen yang diletakan dalam wadah besar yang berisi air. Selanjutya minyak kayu putih yang dihasilkan dimasukan kedalam botol ukuran besar (1liter) botol sedang (300ml) dan botol kecil (140ml).

(46)

32 Produksi minyak kayu putih untuk satu kali penyulingan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah 93 botol yang terdiri atas botol besar, botol sedang dan botol kecil. dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Produksi Minyak Kayu Putih Untuk Satu Bulan di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru.

Sumber : Data Primer, Diolah 2016

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat di ketahui bahwa, total produksi dari 4 Usaha Kecil Menengah (UKM) minyak kayu putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru untuk satu kali produksi mendapatkan 93 botol.

Berdasarkan hasil wawancara harga minyak kayu putih dengan berdasarkan ukurannya, botol besar harganya Rp 150.000, botol sedang Rp 80.000 dan botol kecil Rp 50.000, dapat di lihat pada pada tabel berikut :

No UKM Produksi (botol) Total

Produksi (Botol) Besar Sedang Kecil

1 2 3 4

Rina Dahlan Iksan Umsugi Rijal Fatcei Sedek Hiku

4 4 4 3

8 8 8 7

12 12 12 11

24 24 24 21

Total 15 31 47 93

(47)

33 Tabel 8. Produksi dan Penerimaan UKM Penyulingan Minyak Kayu Putih

No UKM Produksi Penerimaan

1 2 3 4

Rina Dahlan Iksan Fatcei Rijal Umasugi Sedek Hiku

24 24 24 23

1.840.000 1.840.000 1.840.000 1.560.000

Jumlah 93 7.080.000

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa, jumlah produksi dan harga minyak kayu putih di lokasi penelitian usaha penyulingan minyak kayu putih adalah 1.560.000 sampai 1.840.000. Untuk lebih jelaasnya dapat di lihat pada lampiran.

Berdasarkan hasil wawancara pada lokasi penelitian UKM penyulingan minyak kayu putih ditemukan bahwa hasil produksi dicampurkan dengan minyak tanah untuk memperbanyak hasil produksi. Dari empat usaha, yang sedikit hasil produksi adalah usaha Sedek Hiku. Hal ini disebabkan karena bapak Sedek mengalami kendala. Umur bapak Sedek tergolong umur yang tidak produktif.

5.3 Biaya Usaha Kecil Menengah (UKM) Penyulingan Minyak Kayu Putih

Biaya produksi minyak kayu putih dibagi atas dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel, biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha penyulingan minyak kayu putih untuk peralatan yang dibutuhkan selama proses produksi seperti kerenjang, pisau, karung, ketel masak, besi penyuling, pompa air, jargen. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk membeli dalam proses produksi yaitu daun dan ranting, air, bahan bakar, bahan pembungkus (botol).

(48)

34 Besarnya biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh UKM penyulingan minyak kayu putih secara berturut-turut adalah Rp 17.023 dan 472.150, dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut :

Tabel 9. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Produksi Minyak Kayu Putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru.

No Uraian Biaya Tetap Uraian Biaya Penyusutan (Rp) 1

1

-Karung -Pisau

-Bak Penampung -Ketel Masak -Pompa Air -Wajan -Keranjang -Besi Penyuling -Jargen Kecil -Jargen Besar

1.897 2.667 4.375 3.444 1.300 1.447 13.230

1.563 250 250

Total biaya tetap 30.422

No Uraian Biaya Variabel Uraian Biaya Penyusutan (Rp) -Daun dan Ranting

-Air

-Bahan Bakar -Bahan Pembungkus

33.150 30.000 6.850 83.375

Total Biaya Variabel 153.375

Total Biaya 183.797

Sumber : Data Primer, Diolah 2016

Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat dikethui bahwa, biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan adalah Rp 83.375 bahan baku bahan pembungkus. total biaya yang diperoleh dari 4 Usaha Kecil Menengah (UKM) minyak kayu putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru sebesar Rp 183.797 per usaha.

5.4 Pendapatan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih

(49)

35 Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. dalam penelitian pada Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil ini, dapat diketahui penerimaan, total biaya produksi dan pendapatan

pada UKM penyulingan minyak kayu putih, dapat dilihat pada tabel 11. berikut : Tabel 10. Penerimaan dan Pendapatan UKM Penyulingan Minyak Kayu Putih

Dalam Satu Kali Produksi di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru.

No Uraian Nilai

(Rp) 1

2

Penerimaan Biaya Total

1.770.000 183.797 3 Pendapatan

(Penerimaan – Total Biaya) 1.586.203

Sumber : Data Primer, Diolah 2016

Berdasarkan Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa, jumlah pendapatan yang diterima Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil dalam satu kali produksi adalah Rp 1.586.203. Penerimaan usaha

penyulingan kinyak kayu putih Cajuputi Oil didapatkan dari rata-rata produksi dikali rata-rata harga. pendapatan didapatkan dari rata-rata penerimaan dikurangi rata-rata total biaya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

(50)

36 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa produksi pada Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu Cajuputi Oil putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru. Dalam satu kali produksi mendapatkan 10 liter. Pendapatan yang di terima oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil di Desa Namlea Kecamtan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku sebesar Rp. 1.586.203.

6.2 Saran

Saran yang diberikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak kayu putih Cajuputi Oil di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru Provinsi Maluku. Sebaiknya kebijakan pemerintah Kabupaten Buru mengenai harga jual minyak kayu putih, pemerintah dapat memberikan bantuan berupa alat modern, membuka cabang pemasaran (marketing) di luar daerah untuk memasarkan hasil produksi. Pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) penyuling minyak kayu putih dapat memanfaatkan informasi melalui media sosial untuk memasarkan hasil produksi dengan harga jual yang lebih baik. Pemilik usaha menjaga keunggulan hasil produksi pertanian minyak kayu putih agar, kualitas minyak kayu putih cajuputi oil dapat terjaga.

Lampiran 1. Koisioner Penelitian

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(51)

37 FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS Nur Najmin Mukadar (105960 1231 12) DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

Judul Penelitian

Pendapatan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih di Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru)

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Informan :...

Tingkat umur :...tahun

Pendidikan terakhir :TT SD/ SD/SLTP/ SLTA/ Diploma/ Sarjana Jabatan :

2. Apa visi dan misi dari usaha ini,?

a. Ada (apa misi dan visinya) b. Tidak ada visi dan misinya

3. Apakah Usaha ini rutin melalukan Rapat untuk meningkatkan produksi,?

a. 3 bulan sekali b. 6 bulan sekali

c. Tidak ada samasekali

4. Apakah ada pengarahan sebelum kegiatan produksi di lakukan,?

a. Jika ada bagaimana cara pengarahanya b. Jika tidak ada kenapa tidak ada

5. Dalam kegiatan produksi apakah ada pemelihan tenaga kerja untuk meningkatkan produksi,?

a. Jika ada tenaga kerja sesuai usia atau bagaimana b. Jika tidak ada kenapa tidak ada

6. Apakah usaha ini bekerja sama dengan pihak lain dalam memasarkan hasil produk?

a. Ada, cabang apa saja b. Tidak samasekali

(52)

38 B. PENDAPATAN

1. Produksi

Dalam usaha ini berapa banyak produksi yang di dapatkan

No Minyak kayu putih ( perbotol) Jumlah produksi (perbulan) 1. Besar

2 Sedang 3 Kecil

2. Harga (Jumlah barang yang di jual x harga Jual) a. Berapa harga per botol :

No Minyak kayu putih (perbotol) Harga Jual (Perborol) 1. Besar

2. Sedang 3. Kecil

3. Biaya Total (Total Biaya Variabel-Total Biaya Tetap) a. Biaya tetap

No Nama Alat Harga beli (Rp/unit)

Jumlah (unit)

Nilai (Rp)

Umur Ekonomis

(tahun)

Penyusutan

(Rp/Musim) Pajak ( Rp)

Total Biaya Penyusutan (Rp) 1 Keranjang

2 Karung 3 Bak daun 4 Ketek Masak 5 Pompa Air 6 Wajan

7 Bam Penyuling 11 Jargen Besar 12 Jargen Kecil

b. Biaya Variabel

No Uraian Satuan (unit) Jumlah (unit) Harga (Rp/unit) Nilai (Rp) 1. Biaya Bahan Baku

a.

3. Bahan Bakar

(53)

39 a.

b

Rp 4. Bahan Pembungkus

a.botol besar b.botol sedang cbotol kecil

Rp

6. Biaya Lisrtik a.

4. Pendapatan Perbotol (Penerimaan-Total Biaya) Ukuran Botol

No Botol Besar Botol Sedang Botol Kecil

Lampiran 2. Data Karakteristik Responden UKM

No Nama Umur (Tahun) Pendidikan Lama Usaha

1 Rina Dahlan 42 SMA 11

2 Iksan Umasugi 51 SLTA 17

(54)

40

3 Rijal Fatcei 54 SLTA 18

4 Sedek Hiku 60 SD 20

Lanpiran 3. Data Produksi Harga dan Penerimaan UKM

No Nama

Produksi

Besar Sedang Kecil Total

Penerimaan

Gambar

Tabel 1. Jumlah Koperasi dan UKM di Kabupaten Buru  No      Kecamtan  Tahun (2015)  Tahun (2016)
Tabel  2.  Karakteristik  Penduduk  Menurut  Kelompok  Umur  di  Desa  Namlea  Tahun 2016
Tabel  4.  Karakteristik  Penduduk  Menurut  Agama  dan  Kepercayaan  di  Desa  Namlea Tahun 2016
Tabel 5. Perekonomian Desa Namlea Kecamatan Namlea Kabupaten Buru 2016.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) strategi yang digunakan BPJS Ketenagakerjaan KCP Pangkep dalam menyosialisasikan program jaminan pensiun yakni dengan mengenal

Adibide horien bitartez, naturaren oinarrizko legeak ongi ezagutu arren, naturak bere baitan gordetzen dituen hainbat egoera aurreikustea ezinezkoa dela azaltzen saia- tzen gara,

a) Nyeri pada waktu pemasangan. Kalau nyeri sekali, dapat dilakukan anestesi paraservikal. b) Kejang rahim, terutama pada bulan-bulan pertama. Hal ini dapat diatasi

[r]

Menurut ayat 3, penangguhan sementara demikian mulai berlaku paling cepat 7 (tujuh) hari setelah pemberitahuan dan penngumuman. Dalam rangka mengimplementasikan

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki pengalaman buruk dengan kegiatan investasi maka cenderung

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran selengkap- lengkapnya tentang pembinaan karier kepangkatan dan

■How does charisma as a type of authority interact with modern Indonesian society (Weber). ■Is charisma culturally