1. Latar Belakang
Kota Semarang memiliki daerah daerah rawan longsor karena permukaan yang berbukit terutama di wilayah tengah dan selatan, sedangkan warga yang membutuhkan tempat tinggal melakukan pembangunan pemukiman dengan tidak memperhatikan tingkat keamanan daerah tersebut.
Dengan menggunakan ilmu analisis spasial penentuan daerah rawan tanah longsor dapat dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan sehingga didapatkanhasil pemetaan pemukiman warga yang rawan tanah longsor.
2. Permasalahan
Penelitian ini mengacu pada permasalahan bagaimana memetakan daerah pemukiman yang rawan tanah longsor di Kota Semarang. Peneliian ini lebih membahas kearah klasifikasi kawasan-kawasan yang rawan bencana sesuai dengan parameter yang ada.
Adapun tujuan penelitian ini adalah memetakan daerah rawan tanah longsor di Kota Semarang yang telah menjadi pemukiman warga.
3. TinjauanPustaka 3.1 Peta
Peta merupakan pengambaran dari unsur alam dan atau buatan manusia, baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi sertadigambarkan
pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.(PP 10 Tahun 2000)
Fungsi Peta :
a. Menunjukkan posisi atau lokasi relatif suatu tempat dari suatu tempat lainnya.
b. Menunjukkan ukuran dalam pengertian jarak dan arah.
c. Menunjukkan bentuk dari unsur-unsur permukaan bumi yang disajikan.
d. Menghimpun unsur permukaan bumi tertentu dalam suatu bentuk penegasan.
Jenis Peta berdasarkan informasi :
1. Peta Umum atau Peta Ikhtisar yaitu peta yang menggambarkan semua yang ada dalam suatu daerah. Pada peta Umum terdapat berbagai informasi umum mengenai sungai, jalan, sawah, jalan KA dan lain-lain.
2. Peta Khusus atau Peta Tematik yaitu peta yang menggambarkan kenampakan tertentu pada permukaan bumi. Contohnya adalah peta kepadatan penduduk, peta pertanian, peta populasi ternak, peta daerah rawan banjir.
3.2 Tanah Longsor
Tanah longsor adalah fenomena gerakan massa tanah dalam mencari keseimbangan baru karena terjadi gangguan luar yang menyebabkan berkurangnya kuat geser tanah dan meningkatnya tegangan geser tanah (Suryolelono, 2002).
ANALISIS SPASIAL PEMETAAN PEMUKIMAN WARGA PADA AREA RAWAN BENCANATANAH LONGSOR DI KOTA SEMARANG
Rohmad Abidin1, Sri Yulianto J.P2
1,2Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1 [email protected],2[email protected]
Abstract
Semarang city has a diverse land contours. However, people do not know that the area for residence is located in the area prone to landslides. Spatial analysis became one of the alternatives for conducting the mapping process of landslide prone areas. Spatial is one technique by involving a number of calculations and logic evaluations done in order to find or discover the potential relationships or patterns that exist between the geographic elements contained in the digital data. Processed data are contour, rainfall, earthquake, soil movement, land use, rock type, population data and resident data. The result of this mapping process resulted in the information of the residential area in the very vulnerable zone of the landslide 2%, landslide-prone zones 5% and moderately vulnerable zones 7%.
Kata kunci : spatial analysis; landslide; residential area
Grafik1.1 Intensitas Tanah Longsor per Bulan 2010-2015 (Sumber : BPBD Kota Semarang, 2011-
2015) 3.3 Analisis Spasial
Analisis spasial adalah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika (matematis) dilakukan untuk mencari atau menemukan hubungan (relationships) atau pola diantara unsur-unsur geografis.
Analisis spasial dilakukan dengan cara melakukan overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang berbeda seperti menganalisis daerah rawan bencana tanah longsor dengan melakukan overlay data kelerengan, jenis tanah dan curah hujan.
4. Metodologi Penelitian
Metode penelitian menggunakan teknik yang terdapat pada geoprocessing antar lain :
a) Dissolve, yaitu menggabungkan object-object dalam sebuah layer yang mempunyai nilai/isi field tertentu yang sama.
b) Merge, yaitu menggabungkan beberapa peta menjadi satu peta dengan mengambil bentuk susunan tabel dari salah satu peta yang digabungkan.
c) Clip, yaitu memotong peta dengan bentuk potongan berdasar bentuk object dari peta yang lain.
d) Intersect, yaitu memotong input theme dan secara otomatis mengoverlay antara theme yang dipotong dengan theme pemotongnya, dengan output theme memiliki atribut data dari kedua theme tersebut.
e) Union, yaitu menggabungkan 2 theme. Output theme yang dihasilkan merupakan gabungan dari kedua features, berikut atribut datanya.
f) Assign Data, yaitu menggabungkan data attribut dari dua theme yang bertampalan.
Fungsi-fungsi geoprocessing ini sering juga digunakan sebagai pelengkap dari fungsiBuffer.
Buffer digunakan untuk mewakili suatu jangkauan pelayanan ataupun luasan yang diasumsikan dengan jarak tertentu untuk suatu kepentingan analisis spasial.
5. Pembahasan
5.1 Tinjauan Umum Objek Penelitian a. Letak Geografis Kota Semarang
Kota Semarang memiliki luas wilayah 373,70 Km2. Secara administratif Kota Semarang terbagi
menjadi 16 Kecamatan. Dengan 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km2. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitanyang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan dan hutan. Kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2.
Gambar 4.1 : Peta Administratif Kota Semarang b. Kondisi Geografis kota Semarang
1. Kontur Kota Semarang
Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai ketinggian antara 0,75 – 348,00 mdpl serta kemiringan tanah berkisar antara 0 persen sampai 40 persen (curam).
Tabel 4.1 : Ketinggian Tempat di Kota Semarang (Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009)
NO Bagian Wilayah Ketinggian (MDPL)
1 Daerah Pantai 0.75
2 Daerah Dataran Rendah - Pusat Kota (Depan Hotel Dibya Puri)
2.45 - Simpang Lima 3.49 3 Daerah Perbukitan
- Candi Baru 90.56 - Jatingaleh 136.00
- Gombel 270.00
- Mijen 253.00
- Gunungpati Barat 259.00 - Gunungpati Timur 348.00 2. Curah Hujan
Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir dan diukur dengan satuan milimeter. Curah hujan di Kota Semarang bervariasi sesuai dengan kondisi musim, akan tetapi secara umum memiliki intensitas tinggi.
Tabel 4.2 : Curah hujan Kota Semarang tahun 2015 Sumber : BPS Kota Semarang
Bulan Curah hujan
Januari 238
Februari 273
Maret 212
April 258
Mei 185
Juni 69
Juli 2
Agustus 6
September 1
Oktober 0
November 280
Desember 209
3. Kegempaan
Kegempaan Kota Semarang terbagi menjadi 3 kategori yaitu MMI (Modified Mercalli Intensity) Kurang dari 4, MMI 4-5, dan MMI 5-6.
Gambar 4.2 : Peta Kegempaan Kota Semarang Sumber : Geodesi Undip Semarang
4. Gerakan Tanah
Gambar 4.3 : Gerakan tanah Kota semarang Sumber : Geodesi Undip Semarang 5. Penggunaan Lahan
Gambar 4.4 : Penggunaan Lahan Kota Semarang
( Sumber : BPS Kota Semarang )
6. Jenis Batuan
Faktor geologi yang terdiri dari litologi batu lempung, breksi volkanik, batupasir krakalan, endapan alluvium, dan batu gamping klastik memiliki kerentanan terhadap proses pelapukan, terlebih lagi batu lempung. Terdapat pula beberapa struktur geologi yang berpengaruh terhadap gerakan tanah, karena menjadi zona lemah yang dapat memicu gerakan tanah. (jinan & Yusrizhal, 2016)
Gambar4.5 : Peta Geologi Kota Semarang (Sumber: Geologi Undip Semarang) c. Kependudukan
1. Jumlah Penduduk
Tabel 4.3 : Jumlah Penduduk Kota Semarang Des2016
( Sumber : BPS Kota Semarang )
Kecamatan Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
Semarang
Tengah 30,118 32,521 62,639
Semarang
Barat 79,106 80,898 160,004
Semarang
Utara 62,028 63,928 125,956
Semarang
Timur 36,692 38,781 75,473
Gayamsari 36,971 37,187 74,158
Gajah
Mungkur 29,637 30,443 60,080
Genuk 54,623 53,910 108,533
Pedurungan 93,582 94,356 187,938
Candisari 40,121 41,246 81,367
Banyumanik 67,906 68,960 136,866 Gunungpati 45,190 44,619 89,809 Tembalang 85,971 86,022 171,993
Tugu 16,518 16,355 32,873
Ngaliyan 68,244 68,547 136,791
Mijen 34,120 33,922 68,042
Semarang
Selatan 37,234 38,523 75,757
Total 818,061 830,218 1,648,279 2. Permukiman warga
Gambar 4.6 : Persebaran Pemukiman Kota Semarang
( Sumber : BPPD Kota Semarang Tahun 2015 )
5.2 Analisis Daerah Rawan Longsor 1. Skoring
Tabel 4.4: Acuan pemberian skor dalam menentukan daerah rawan longsor
No Aspek Kondisi Skor
1 Curah Hujan 0.00 – 13.6 10 13.6 – 20-.7 20 20.7 – 27.7 30 27.7 – 34.8 40
> 34.8 50
2 Lereng 0 – 8 % 20
8 – 15 % 40 15 – 25 % 60 24 – 45 % 80
> 45 % 100 3 Penggunaan
Lahan
Ladang Terbuka
10
Ladang 25
Hutan 50
Pemukiman 25 Perkebunan 25
Sawah 25
4 Jenis Tanah Aluvial, Glei, Planosol, Hidromorf, Kelabu, Laterit, Air tanah
15
Latosol 30
Non Clasic, Mediteran
45 Andosol,
Grumosol, Pedsolic
60
Regosol, Litosol, Organosol, Renzima
75
5 Pergeseran Tanah (cm)
0.125 – 0.5 10 0.5 – 2.0 30 2.0 – 6.35 50 6.35 - 12.7 70 12.7 – 35.4 90
6 Gempa Bumi I – II 20
III – V 40
VI 60
VII – VIII 80 IX – XII 100 5.3 Analis Spasial
Analisis dilakukan menggunakan teknik Overlay yaitu teknik yang menggabungkan beberapa data menjadi satu yang saling keterhubungan : a. Analisa hubungan data Kegempaan dengan
Kelerengan Lahan Kota Semarang :
Gambar 4.7 : Data kegempaan dan kelerengan lahan Kota Semarang
Daerah yang memiliki resiko tinggi terhadap gempa dan kelerengan sebagian besar berada di sekitar Kecamatan Gunungpati, Tembalang, Ngaliyan dan Mijen, sebagian kecil berada di Banyumanik, Gajahmungkur, dan Semarang Barat.Sementara daerah Genuk, Tugu, Semarang Utara, Semarang Tengah dan Semarang Selatan memiliki sedikit resiko.
b. Pengaruh hubungan kelerengan, jenis batuan dan penggunaan lahan
Gambar 4.8 : Hubungan Kelerengan, Jenis Batuan Dan Penggunaan Lahan
Daerah yang yang memiliki resiko lebih besar dengan melihat jenis batuan, tingkat kelerengan dan penggunaan lahan dengan terpusat pada daerah Gunungpati dan Mijen, daerah dengan resiko lebih rendah berada di sekitar daerah Banyumanik, Tembalang, Gajahmungkur dan Ngaliyan.Daerah dengan resiko rendah berada di daerah utara yaitu Semarang Selatan, Semarang Barat, Tugu, Semarang Timur, Gayamsari dan Genuk.
c. Analisis Pengaruh Curah Hujan dengan pergerakan tanah
Gambar 4.9 : Daerah terpengaruh curah hujan dan pergerakan tanah
Dari data analisis diperoleh daerah rawan berada di tengah Kota Semarang yang meliputi sebagian Gunungpati, Banyumanik, Gajahmungkur dan sebagian kecil Tembalang.Daerah kurang rawan berada di daerah sebagian gunungpati, sebagian Banyumanik, Ngalian, Mijen, Tembalang, Semarang Selatan. Sedangkan daerah aman berada didaerah Genuk, Pedurungan, Semarang Utara, Tugu, Semarang Timur dan Gayamsari.
d. Analisis area rawan tanah longsor
Area rawan longsor dianalisis tematik berdasarkan data jenis batuan, data penggunaan lahan, data pergerakan tanah, data gempa, kelerengan dan curah hujan.
Gambar 4.10 : Area rawan tanah longsor di Kota Semarang
Klasifikasi data adalah tindakan menggolongkan atau mengelompokkan atas kriteria tertentu terhadap data penelitian ini data yang telah dianalisis dikelompokkan untuk tingkat bahaya tanah longsor.
Perhitungan tingkat masing-masing kelas dalam tingkat bahaya tanah longsor ditunjukkan sebagai berikut:
𝐼 =𝑥 − 𝑦 𝑧 Keterangan :
I = Interval Kelas Tanah Longsor x = nilai tertinggi
y = nilai terendah z = jumlah parameter I = 4200−60
6 = 690
Setiap kelas akan terdapat interval 690 point dalam klasifikasi tingkat bahaya tanah longsor, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 4.5 : Kelas Interval Klasifikasi daerah rawan Tanah Longsor
Kelas Interval Keterangan
I 0 ~ 690 daerah sangat aman II 691 ~ 1381 daerah aman III 1382 ~ 2072 daerah cukup aman IV 2073 ~ 2763 daerah cukup rawan
V 2764 ~ 3454 daerah rawan VI 3455 ~ 4145 daerah sangat rawan Dari hasil analisis didapat data sebagai berikut :
1) Kecamatan Mijen meliputi sekitar 20% wilayah rawan longsor
2) Kecamatan Gunungpati meliputi sekitar 78 % wilayah rawan longsor
3) Kecamatan Banyumanik meliputi sekitar 60%
wilayah rawan Longsor
4) Kecamatan Tembalang meliputi sekitar 40 % wilayah rawan longsor
5) Kecamatan Semarang Barat meliputi 10%
wilayah rawan longsor
e. Analisis pemukiman warga yang berada di daerah rawah longsor
Gambar 4.11 : Pemukiman warga terhadap area rawan bencana longsor
Analisis dilakukan dengan membandingkan daerah rawan longsor dengan data pemukiman penduduk. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 : Persentase pemukiman warga terhadap area rawan bencana
Pemukiman %
Daerah sangat aman 58
Daerah aman 17
Daerah cukup aman 11
Daerah cukup rawan 7
Daerah rawan 5
Daerah sangat rawan 2
Daerah pemukiman dengan nilai sangat rawan terdapat di Kecamatan Banyumanik.Pemukiman dengan daerah rawan berada di daerah Banyumanik, Gunungpati, Tembalang, dan Mijen.Pemukiman warga di daerah cukup rawan berada didaerah Gunungpati, Mijen, Gajahmungkur dan Tembalang.
Pemukiman warga dengan nilai cukup aman terdapat di daerah sebagian Banyumanik, Tembalang, Mijen dan sebagian kecil Gunungpati dan Ngaliyan.
Pemukiman warga daerah aman terdapat di sebagian Mijen, sebagian kecil di Tembalang, Gajahmungkur, Ngaliyan. Sedangkan Daerah dengan klasifikasi sangat aman dari tanah longsor berada di wilayah kecamatan Semarang Selatan, Semarang Timur, Semarang Barat, Semarang Utara, Genuk, sebagian Ngaliyan, Tugu, Gayamsari dan sebagian kecil Gajahmungkur.
6. Kesimpulandan Saran 6.1 Kesimpulan
Hasil Analisis spasial daerah rawan longsor di Kota Semarang terhadap pemukiman warga menunjukkan bahwa masih ada warga yang tidak mengetahui bahwa daerah pemukimannya berada di zona sangat rawan tanah longsor. ( 2%), zona rawan longsor (5%) dan zona cukup rawan (7%) yang sebagian besar berada diwilayah Selatan Kota Semarang.
6.2 Saran
Perlu dilakukan sosialisasi dan pembelajaran bagi warga untuk memilih daerah yang dianggap aman untuk mendidikan rumah.Terutama di daerah selatan Kota Semarang yaitu kecamatan Gunungpati, Banyumanik, Mijen, Tembalang, Ngaliyan dan Gajahmungkur. Selain itu, diperlukan pelatihan dan simulasi penanggulangan tanah longsor, serta penentuan lokasi-lokasi yang akan dijadikan Basecamp.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika.
2015. Gempa Bumi.(www.bmkg.go.id)
BadanPenanggulanganBencana Kota Semarang.
2017. (bpbd.semarangkota.go.id)
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2017.
(www.bpssemarangkota.go.id)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang. 2015. (www.bppdsemarangkota.go.id) Suryolelono, Kabul B, 2002, BencanaAlam Tanah Longsor Perspektif Ilmu Geoteknik, Pidato Pengukuhan Jabatan GuruBesar, Yogyakarta:
FakultasTeknik UGM.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan RuangWilayah
Jinan, Alfa M. & M. Yuzrizhal. 2016. Penelitian Potensi Gerakan Tanah di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Beserta Penanggulangannya.
Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.