• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEKSPLANASI MUKJIZAT AL QUR AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGEKSPLANASI MUKJIZAT AL QUR AN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Mahfudhil Asror Dosen Universitas NU Sidoarjo

[email protected]

Abstrak

Al-Qur’an merupakan sumber rujukan utama yang menempati posisi sentral bagi seluruh disiplin ilmu keislaman. Kitab suci tersebut, disamping menjadi huda (petunjuk), juga bayyinat min al-huda (penjelasan bagi petunjuk- petunjuk tersebut) serta menjadi furqan (tolok ukur pemisah antara yang benar dan yang salah). Dari sini, tidak heran jika Al-Qur’an mendapat perhatian yang amat besar dari semua pihak yang ingin memperoleh cahaya petunjuk dan/atau mengenal lebih dekat ajaran-ajaran Islam.

Diantara keistimewaan Al-Qur’an bahawa ia merupakan kitab yang bersifat i’jaz (melemahkan dan meyakinkan para penentangnya). Allah menjadikannya sebagai tanda kekuasaan terbesar dan mukjizat teragung bagi pamungkas rasul-rasul-Nya, Muhammad saw. Bahkan Allah menjadikannya tanda kebesaran satu-satunya yang bersifat menantang. Allah tidak menantang orang-orang musyrik dengan setiap tanda (kejadian) yang Allah anugerahkan dengan segala keragaman dan kuantitasnya, kecuali Al-Qur’an.

Dan akhirnya penulis menyadari bahawa dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu dibutuhkan masukan serta perbaikan yang sifatnya membangun dari para pembaca. Semoga tulisan yang singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kata kunci: Al-Qur’an, Ijaz, furqon

(2)

A. Pendahuluan

Al-Qur’an Al-Karim merupakan sumber rujukan utama yang menempati posisi sentral bagi seluruh disiplin ilmu keislaman. Kitab suci tersebut, di samping menjadi petunjuk, juga sebagai penjelasan bagi petunjuk-petunjuk tersebut, serta menjadi tolok ukur pemisah antara yang benar dan yang salah

1

.

Diantara keistimewaan Al-Qur’an bahawa ia merupakan kitab yang bersifat i’jaz (melemahkan dan meyakinkan para penentangnya). Allah menjadikannya sebagai tanda kekuasaan terbesar dan mukjizat teragung bagi pamungkas rasul- rasul-Nya, Muhammad saw, bahkan Allah menjadikannya tanda kebesaran satu- satunya yang bersifat menantang. Allah tidak menantang orang-orang musyrik dengan setiap tanda (kejadian) yang Allah anugerahkan dengan segala keragaman dan kuantitasnya, kecuali Al-Qur’an

2

.

Allah menantang mereka untuk mendatangkan yang semisal dengannya.

Karena mereka tidak mampu, Allah menantang mereka untuk mendatangkan sepuluh surat yang semisal dengannya. Kemudian karena tidak mampu juga, Allah menantang mereka untuk mendatangkan satu surat saja yang semisal dengannya. Mereka tetap bungkam seribu bahasa, merasa tidak kuasa menghadapi tantangan ini, yang selalu berulang di Makkah, kemudian baru di Madinah.

Bahkan, dalam surat al-Baqarah, Allah menantang mereka dengan tantangan yang lain ketika menyatakan, walaupun mereka meminta bantuan orang yang mereka anggap mampu, tidak akan bisa berbuat apa-apa dan tidak akan mampu menjawab tentang ini

3

. Allah berfirman,

َا ىٰٓ لَع ُّن ِجْلا َو ُسْنِ ْلْا ِتَعَمَتْجا ِنِٕىَّل ْلُق َذ ه ِلْثِمِب ا ْوُتْأَّي ْن

ْلا ا ِن ا ْرُق َن ْوُتْأَي َلْ

ُهُضْعَب َناَك ْوَل َو ٖهِلْثِمِب ا ًرْيِهَظ ٍضْعَبِل ْم

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, nescaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lain". (Q.S.al-Isra’: 88)

4

.

1Dawud Al-Aththar, Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an, diterjemahkan Afif Muhammad dan Ahsin Muhammad, ( Bandung : Pustaka Hidayah, 1994), 7.

2 Yusuf Qardhawi, Al-‘Aqlu wal-‘Ilmu fil-Qur’anil-Karim, diterjemahkan Abdul Hayyie al- Kattani, Irfan Salim dan Sochimin, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1996 ), 315.

3 Ibid., 316.

4 Departemen RI, Al-Qur’an dan terjemahan, ( Jakarta : Halim, 2009), 282

(3)

Seringkali orang-orang musyrik menuntut dan mendesak diturunkannya tanda-tanda kekuasaan Allah yang luar biasa (mukjizat) sebagaimana mukjizat yang diberikan kepada rasul-rasul terdahulu, semisal unta Nabi Saleh, tongkat Nabi Musa, mukjizat Nabi Isa dalam menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang-orang yang terjangkit penyakit kusta dengan izin Allah, dan meniup tanah yang telah dibentuk dengan bentuk burung lalu menjadi burung dengan izin Allah.

Namun, Allah tidak mempedulikan tuntutan mereka. Hal ini dihikayatkan Al- Qur’an dalam beberapa surat dengan beberapa macam jawaban

5

.

Seperti Firman Allah,

ٌةَي ا ِهْيَلَع َل ِ زُن َلْ ْوَل ا ْوُلاَق َو ِداَق َ هاللّٰ َّنِا ْلُق ٖٖۗهِ ب َّر ْن ِم

َع ٌر ْنَا ىٰٓ ل َي ا َل ِ زَنُّي َي َلْ ْمُه َرَثْكَا َّنِك ل َّو ًة َن ْوُمَلْع

Dan mereka (orang-orang musyrik Mekah) berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah:

"Sesungguhnya Allah Kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (al-An’am : 37)

6

.

Kajian mengenai masalah I’jaz pada dasarnya kajian tentang karakteristik teks yang membedakannya dari teks-teks lain dalam kebudayaan, dan yang menjadikannya lebih unggul dari pada teks-teks tersebut. Tidak disangsikan bahawa dalam hubungannya dengan teks-teks yang lain itu, teks mengandung tanda-tanda yang menegaskan kemiripannya, selain juga perbedaannya, dengan teks-teks yang lain. Bahkan Al-Qur’an dianggap sebagai mukjizat yang lebih agung daripada mukjizat-mukjizat sebelumnya

7

B. Pembahasan

Berikut ini adalah eksplanasi atau uraian-uraian runtut tentang kemukjizatan Al-Qur’an atau juga diisitilahkan dengan i’jaz Al-Qur’an

5 Ibid., 316.

6 Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 128

7 Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an Kritik terhadap Ulumul Qur’an, ( Yogyakarta : LKIS, 2005 ), 169.

(4)

1. Pengertian I’jaz Al-Qur’an dan Mukjizat

Menurut bahasa kata i’jaz adalah mashdar dari kata kerja a’jaza, yang berarti melemahkan. Kata a’jaza ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari fi’il tsulasi mujarrad ajaza yang berarti lemah, lawan dari qadara yang berarti kuat/mampu

8

.

Dalam hal ini

Dawud Al-Aththar dalam kitabnya Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an,

menjelaskan bahawa

I’jaz secara bahasa berarti “keluputan”. Dikatakan: A’jazani

al-amru”, artinya: Perkara itu luput dariku”. Juga berarti ”membuat tidak mampu”. Seperti dalam contoh A’jaza akhahu (dia telah membuat saudaranya tak mampu) manakala dia telah menetapkan ketidakmampuan saudaranya itu dalam suatu hal atau berarti juga “dia telah menjadikan saudaranya itu tidak mampu”

9

.

I’jaz menurut Istilah adalah sesuatu yang membuat manusia tidak mampu, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, untuk mendatangkan yang seperti itu

10

.

Sedangkan kata mukjizat dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kejadian ajaib yang sukar diungkap oleh kemampuan akal manusia.”

Kata mukjizat terambil dari kata bahasa arab َزَجْعَا (a’jaza) yang berarti

“melemahkan atau menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka ia dinamai ة َز ِجْعُم (mukjizat).

Tambahan ta’ marbutah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif).

Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain sebagai “suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu

11

.

Bisa dikatakan bahawa mukjizat adalah apa yang dibawa oleh seorang manusia (nabi) yang memperoleh penguatan dari Allah dan yang tak mampu

8 Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, ( Surabaya : Dunia Ilmu, 2012 ), 267.

9 Dawud Al-Aththar, Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an, diterjemahkan Afif Muhammad dan Ahsin Muhammad, 50.

10 Ibid., 50.

11 Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1997), 23.

(5)

didatangkan oleh orang lain; ia tidak bersifat mustahil secara rasional; ia melanggar hukum-hukum alam, guna menguatkan perutusan Ilahi yang didakwa kanya

12

.

Dalam hal ini al-Zarqani menjelaskan bahawa mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang tak dapat ditantang atau dikalahkan oleh yang menantangnya, yang dibawa oleh orang yang mengklaim menjadi Nabi utusan Allah sebagai bukti atas risalahnya seperti tongkat Nabi Musa, ketika dijatuhkannya berubah wujudnya menjadi seekor ular besar yang menakutkan.

Ketika diambil kembali oleh Nabi Musa, lantas ular itu berubah lagi menjadi tongkat seperti biasa

13

.

Oleh karena itu Ilmu I’jazil Quran ialah ilmu yang menerangkan kekuatan susunan lafal dan kandungan Al-Qur’an, hingga dapat melemahkan semua ahli bahasa arab maupun ahli-ahli lain dalam bidang yang lain pula. Memang mukjizat itu sendiri memiliki lingkup yang luas seperti yang dikatakan oleh Manna Qathan:

َحَّتلاِب ن ْو ُرْقَم ِةَدَاعْلِل ق ِرَاخ رْمَا ُة َز ِجْعُمْلَا ِةَض َرَاعُمْلا ِنَع مِلَاس ىِ د

“Mukjizat adalah sesuatu yang menyalahi adat, hadir bersama kemenangan dan terbebas dari kontroversial

14

.

Oleh karena itu, barangsiapa yang mendatangkan suatu perkara yang didasarkan pada panca indera dan pengalaman, maka itu bukanlah mukjizat, karena tidak adanya unsur pelanggaran hukum alam didalamnya. Jadi, kemampuan untuk terbang ke bulan, misalnya atau ke planet Mars, bukanlah mukjizat, sebab ia ditegakkan di atas dasar pengalaman dan percobaan, didahului oleh proses belajar, penelitian dan percobaan, dan tak memiliki sifat melanggar hukum alam.

Begitu pula halnya dengan kepandaian mengobati penyakit-penyakit yang sulit. Sebab ketidakmampuan orang lain untuk melakukan hal-hal seperti itu

12 Dawud Al-Aththar, Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an, diterjemahkan Afif Muhammad dan Ahsin Muhammad, 51.

13 Muhammad ‘Abd. Al-Azhim al-Zarqani, Manahil Irfan fi Ulum al-Qur’an, Isa al-Bab al-Halabi, 73-75

14 Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif, ( Yogyakarta : Gama Media, 2003 ), 212.

(6)

bukanlah ketidakmampuan yang bersifat mutlak, melainkan relatif yang disebabkan oleh tidak adanya ilmu atau pengalaman

15

.

2. Tujuan I’jaz Al-Qur’an

Setelah diketahui pengertian I’jazil Quran, perlu dijelaskan tujuannya, agar tidak menimbulkan salah sangka. Sebab mukjizat walaupun dari segi bahasa berarti melemahkan sebagaimana dikemukakan di atas, namun dari segi agama, ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihan-Nya untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi. Secara garis besar ada dua tujuan I’jaz Al- Qur’an yaitu diantaranya;

Pertama, bagi yang telah percaya pada nabi, maka ia tidak lagi

membutuhkan mukjizat. Ia tidak lagi ditantang untuk melakukan hal yang sama.

Mukjizat yang dilihat atau dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan, serta menambah keyakinannya akan kekuasaan Allah Swt. Kedua, tetapi tentu saja ada diantara anggota masyarakat yang meragukan sang nabi sebagai utusan Tuhan, antara lain dengan dalih bahawa “dia adalah manusia biasa seperti kita”.

Dari sini dibutuhkan khususnya bagi mereka yang ragu atau tidak percaya bukti kenabian langsung dari Allah Swt yang mengutusnya. Bukti tersebut tidak lain kecuali apa yang dinamai mukjizat

16

.

Dalam Hal ini Muchotob Hamzah menguraikan beberapa fungsi kemukjizatan Al-Qur’an antara lain:

a. Sebagai bukti kebenaran pengakuan Nabi Muhammad Saw, sebagai utusan Allah SWT

b. Sebagai bukti bahawa Al-Qur’an bukan produk insany, akan tetapi produk Ilahy

c. Sebagai pematah hujah penentangan orang-orang kafir

d. Sebagai penguat perjuangan Rasulullah, dalam mengemban risalah e. Sebagai pemantap iman kaum muslimin

15 Dawud Al-Aththar, Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an, diterjemahkan Afif Muhammad dan Ahsin Muhammad, 51.

16 Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, 35.

(7)

f. Sebagai pengganti mukjizat para Nabi terdahulu yang merupakan mukjizat hissiyah dan hanya dibuktikan oleh umat-umat yang sejaman dengan nabi pembawa mukjizat. Sedangkan Al-Qur’an bersifat ma’nawiyah aqliyah yang dapat dibuktikan oleh umat zaman Nabi hingga akhir zaman

17

.

3. Macam-Macam I’jaz Al-Qur’an

Dalam menjelaskan macam-macam I’jazil Quran ini para ulama berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing. Abd.

Razzaq Naufal, dalam kitab Al-I’jaz Al-Adady lil Quranil Karim menerangkan bahawa I’jazil Quran itu ada 4 macam, sebagai berikut:

a. Al-I’jazul Balaghi, yaitu kemukjizatan segi sastra balaghahnya.

b. Al-I’jaz at Tasyri’i, yaitu kemukjizatan segi pensyariatan hukum- hukum ajarannya.

c. Al-I’jazul Ilmu, yaitu kemukjizatan segi ilmu pengetahuan.

d. Al-I’jaz Adady, yaitu kemukjizatan segi kuantitas atau matematis/statistik

18

.

Sebagai gambaran I’jazul Adadi menurut Dr. Abd. Razzaq Naufal, berikut diberikan contoh-contohnya:

a. Dalam Al-Qur’an kata iblis disebutkan sampai 11 kali/ayat, maka ayat yang menyuruh mohon perlindungan dari iblis itu juga disebutkan 11 kali pula.

b. Kata musibah dengan segala bentuk tasrifnya dalam Al-Qur’an disebutkan sampai 75 kali. Dan dengan jumlah 75 kali pula lafal syukur dan semua bentuknya yang merupakan ungkapan bahagia terhindar dari musibah itu

19

.

Imam Al-Khoththoby dalam buku Al-Bayan Fi I’jazil Quran mengatakan, bahawa kemukjizatan Al-Qur’an itu terfokus pada bidang kebalaghahan saja.

Dengan kata lain, beliau menganggap bahawa I’jazul Quran itu hanya satu macam saja intinya, iaitu hanya Al-I’jazul Balaghi. Sebab, kemukjizatan Al-Qur’an itu

17 Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif, 235.

18 Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, 272.

19 Ibid., 272

(8)

hanya terdiri dari segi balaghah saja, sekalipun dengan lafal dan maknanya bersama. Maksudnya dengan susunan uslub yang demikian itu bisa mencakup kefasihan lafal, kebaikan susunan, dan keindahan makna.

Sebenarnya, segala yang ada dalam Al-Qur’an itu mu’jiz atau menjadi mukjizat, baik keserasian susunan huruf-hurufnya, ketertiban kalimat-kalimatnya, atau kefasihan lafal-lafalnya, maupun keindahan uraian isi maknanya

20

. Ada dua macam mukjizat yang Allah berikan kepada Rasul-rasul-Nya, yaitu:

a. Hissiyah atau indrawi.

Contoh mukjizat ini berupa tongkat Nabi Musa, unta Nabi Shalih, dan lain- lain

21

. Umat para nabi khususnya sebelum Nabi Muhammad Saw amat membutuhkan bukti kebenaran, yang harus sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Nah ketika itu bukti tersebut harus demikian jelas dan langsung terjangkau oleh indra mereka. Tetapi setelah manusia mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, maka bukti yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi.

Itu sebabnya Nabi Muhammad Saw. Ketika dimintai bukti-bukti yang sifatnya demikian oleh mereka yang tidak percaya, beliau diperintahkan oleh Allah untuk menjawab

22

:

ْلُق ٖۗ هُؤ َرْقَّن اًب تِك اَنْيَلَع َل ِ زَنُت ىهتَح َكِ يِق ُرِل َنِم ْؤُّن ْنَل َوٖۗ ِءۤاَمَّسلا ىِف ى ق ْرَت ْوَا ٍفُرْخ ُز ْنِ م ٌتْيَب َكَل َن ْوُكَي ْوَا ًل ْوُس َّر ا ًرَشَب َّلِْا ُتْنُك ْلَه ْيِ ب َر َناَحْبُس

"Maha Suci Tuhanku, bukankah Aku Ini Hanya seorang manusia yang menjadi rasul?" ( QS. Al-Isra’: 93 )

23

.

Dalam ayat lain Nabi Muhammad Saw diperintahkan oleh Allah Swt. Untuk menjawab:

ٌنْي ِبُّم ٌرْيِذَن ۠اَنَا ٰٓاَمَّنِا َوٖۗ ِ هاللّٰ َدْنِع ُت ي ْلْا اَمَّنِا ْلُق ٖۗ ٖهِ ب َّر ْنِ م ٌت ي ا ِهْيَلَع َل ِزْنُا ٰٓ َلْ ْوَل ا ْوُلاَق َو

Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat- mukjizat itu terserah kepada Allah.

dan Sesungguhnya Aku Hanya seorang pemberi peringatan yang nyata".(QS. Al- Ankabut: 50)

24

.

20 Ibid., 273

21 Ibid., 213

22 Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, 37

23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 284

24 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 396

(9)

b. Aqliyah.

Mukjizat ini diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, berupa Al-Qur’an.

Dalam Hal ini Rasulullah bersabda :

“ Tiada seorang pun Nabi dari Nabi-nabi Allah terdahulu kecuali mereka diberi mukjizat yang sesuai, agar manusia percaya kepadanya. Tetapi mukjizat yang diberikan kepadaku adalah berupa wahyu yang disampaikan Allah kepadaku. Aku berharap agar diriku menjadi Nabi yang terbanyak pengikutnya “ (HSR. Bukhary)

Begitulah, mukjizat Al-Qur’an bersifat abadi. Penafsiran Al-Qur’an dan pengkajiannya, tidak akan selesai meskipun seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi tinta serta ditambahkan tujuh laut sesudah keringnya, niscaya tidak akan ada habis-habisnya kalimat Allah SWT

25

. Seperti firman Allah:

َرَجَش ْنِم ِض ْرَ ْلْا ىِف اَم َّنَا ْوَل َو ي ُّدُمَي ُرْحَبْلا َّو ٌم َلَْقَا ٍة

ِم ه ْعَب ْْۢن َا ُةَعْبَس ٖهِد ِهاللّٰ ُت مِلَك ْتَدِفَن اَّم ٍرُحْب

َ هاللّٰ َّنِاٖۗ

ٌمْيِكَح ٌزْي ِزَع

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Luqman : 27)

26

.

4. Segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an

Yang dimaksud segi-segi I’jaz Al-Qur’an adalah hal-hal yang ada pada Al- Qur’an yang menunjukkan bahawa kitab itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, dan ketidakmampuan jin dan manusia untuk membikin hal-hal yang sama seperti yang ada pada Al-Qur’an

Untuk menentukan segi-segi I’jaz Al-Qur’an, para ulama berbeda pandangan antara lain. Syekh Abd. Azim Az-Zarqani mengatakan bahawa: orang yang mengamati Al-Qur’an dengan seksama akan mengetahui segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an yang sangat menakjubkan, diantaranya sebagai berikut:

25 Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif, 213

26 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 411

(10)

a. Distingsi bahasa Al-Qur’an

Cara penyusunan bahasanya tampak baik, tertib, dan berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga tidak kelihatan adanya perbedaan-perbedaan antara surah satu dengan yang lain, meski Al-Qur’an itu diturunkan secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit selama 22 tahun lebih. Tidak kelihatan sedikitpun adanya perbedaan gaya bahasa, loncatan kata, dan kelainan ungkapan.

Bahkan tampak kebulatan dan kesinambungan serta keterkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga pembaca tidak menduga kalau turunnya secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama

27

. Keindahan susunan yang berlainan dengan setiap susunan manapun dalam bahasa Arab. Susunannya tidak tersamai oleh apapun. Ia bukan syair, dan bukan pola prosa. Sejarah dibawah ini menjadi saksi:

1). Imam Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah menceritakan; intinya bahawa Walid bin Mughirah sebagai orang terkaya dan terpandai dari kalangan kafir Quraisy diminta Abu Jahal agar sebisanya membujuk, menandingi, atau mengalahkan Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi setelah berdialog dengan Nabi, ia malah bicara dengan Abu Jahal:

Demi Allah ! ucapan (Muhammad) itu manis dan indah yang atas berbuah, dan yang bawah subur. Sungguh Al-Qur’an itu tinggi dan tidak ada yang melebihinya”. Mendengar ucapan walid seperti itu, Abu Jahal langsung menjawab: “Demi Allah, kaummu tidak rela dengan ucapanmu itu”.

2). Imam Muslim menceritakan yang intinya, bahawa Anis Al-Ghiffari ( saudara abu Dzarrin) datang ke Makkah bertemu dengan orang islam yang meyakini bahawa Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Menurut orang Islam itu, ia (Muhammad) oleh khalayak ramai dikatakan penyair, tukang tenung, dan tukang sihir. Setelah mendengar Al-Qur’an, maka Anis berkata:

“Aku telah mendengar ucapan tukang tenung, tetapi (Al-Qur’an) bukan ucapan mereka. Aku terapkan (Al-Qur’an) pada macam-macam bentuk syair, tapi tidak ada persesuaiannya dengan salah seorangpun dari ahli syair bahawa (Al- Qur’an) itu syair. Demi Allah, mereka adalah pendusta, dan (Muhammad) adalah orang yang benar”

28

.

27 Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, 282

28 Ibid., 215.

(11)

b. Gramatika bahasa Arab.

Keindahan bahasa dan uslub Al-Qur’an. Al-Uslubul ‘Ajib (Uslubnya yang ajaib). Segi bahasa dan uslubnya sangat indah dan amat menarik merupakan kemukjizatan Al-Qur’an, karena memiliki kekhususan yang tinggi, sehingga amat mengherankan dan bahkan dapat melemahkan manusia yang mendengarkannya.

Hal ini terbukti banyak orang masuk Islam karena hanya mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Uslub Al-Qur’an begitu menakjubkan dan berbeda dengan uslub manusia. Ia mempunyai keistimewaan antara lain:

1). Kelembutan Al-Qur’an secara lafzhiyah yang terdapat dalam susunan suara dan keindahan bahasanya seperti lafal ُ بَاواكَ الَْا, ُ بَابالَ الَْا yang selalu diucapkan dalam bentuk jama’. Terhadap lafadz-lafadz tersebut , Al-Qur’an tidak pernah menyebut bentuk mufradnya. Sebaliknya ada lafadz yang selalu disebut mufradnya karena keindahannya

29

, meskipun untuk menyebut banyak seperti firman Allah (QS. At-Thalaq:12)

ِ لُك ى لَع َ هاللّٰ َّنَا ا ْٰٓوُمَلْعَتِل َّنُهَنْيَب ُرْمَ ْلْا ُلَّزَنَتَي َّٖۗنُهَلْثِم ِض ْرَ ْلْا َنِم َّو ٍت و مَس َعْبَس َقَلَخ ْيِذَّلا ُ ه َاللّٰ

اًمْلِع ٍءْيَش ِ لُكِب َطاَحَا ْدَق َ هاللّٰ َّنَا َّو ۙە ٌرْيِدَق ٍءْيَش

c. Yurisprudensi dalam Al-Qur’an.

Undang-undang Ilahy yang sempurna. Yang membuktikan bahawa Al-Qur’an itu mu’jiz atau menjadi mukjizat ialah karena kitab suci ini bisa memenuhi segala kebutuhan manusia, baik yang berupa petunjuk-petunjuk dalam berbagai segi kehidupan, ataupun berwujud tuntunan dalam bermacam-macam peribadatan, maupun yang berbentuk benih-benih dalam beraneka disiplin ilmu pengetahuan di sepanjang zaman. Hal ini tidak pernah terjadi di dalam kitab suci lain. Atau pun agama lain

30

.

Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok aqidah, hukum-hukum ibadah, norma- norma keutamaan dan sopan santun, undang-undang hukum ekonomi, politik,

29 Ibid., 218

30 Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, 284

(12)

sosial dan kemasyarakatan. Al-Qur’an mengatur kehidupan individu, keluarga dan masyarakat

31

.

d. Selaras dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang telah dipastikan kebenarannya.

Sejalan dengan ilmu pengetahuan modern. Diantara segi kemukjizatan Al- Qur’an yaitu adanya beberapa petunjuk detail tentang sebagian ilmu pengetahuan umum yang telah dinyatakan lebih dahulu dalam Al-Qur’an, sebelum ditemukan oleh sains modern. Temuan-temuan ilmiah tak lain akan menguatkan kebenaran Al-Qur’an. Seperti firman Allah SWT:

ُهَل َنَّيَبَتَي ىهتَح ْمِهِسُفْنَا ْٰٓيِف َو ِقاَف ْلْا ىِف اَنِت ي ا ْمِهْي ِرُنَس َا ْم

ْلا ُهَّن ْمَل َوَا ُّٖۗقَح ُك ى لَع هَّنَا َكِ ب َرِب ِفْكَي

ٌدْيِهَش ٍءْيَش ِ ل

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahawa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahawa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushilat :53)

32

e. Memenuhi segala kebutuhan manusia ( ُ رَشَبالا ةَجَاح بُ ه ؤَاف َو)

Aspek ini sangat jelas. Al-Qur’an datang dengan petunjuk-petunjuk yang sempurna, fleksibel dan luwes, memenuhi segala kebutuhan manusia, antara lain : perbaikan individu, perbaikan masyarakat, perbaikan aqidah, perbaikan ibadat, perbaikan akhlak, perbaikan hukum dan politik, perbaikan urusan keuangan, perbaikan urusan perang, perbaikan kebudayaan ilmiah, dan pembebasan akal dan pikiran dari segala bentuk khurafat

33

.

f. Antikontradiksi ُ( ُ ض قَانَّتلاَُن مُ ه تَمَلاَس)

Terhindar dari kontradiksi, berbeda dengan kata-kata manusia. Seperti firman Allah:

ِ هاللّٰ ِرْيَغ ِدْنِع ْنِم َناَك ْوَل َو ٖۗ َن ا ْرُقْلا َن ْو ُرَّبَدَتَي َلََفَا ا ًرْيِثَك اًف َلَِتْخا ِهْيِف ا ْوُدَج َو َل

31 Ibid., 219

32 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 477

33 Ibid., 223

(13)

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? kalau kiranya Al- Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. An-Nisa:82)

34

.

g. Indikasi sosiologis Kemukjizatan

Al-Qur’an menempuh cara yang sangat bijaksana sehingga amat mengherankan dalam mengarahkan umat menuju jalan kebaikan, kemaslahatan, dan kesejahteraan dalam berbagai segi kehidupan. Cara Al-Qur’an itu jelas berbeda dengan cara yang sering ditempuh manusia. Hal itu membuktikan bahawa cara Al-Qur’an itu bukan rekayasa Nabi Muhammad SAW, sehingga menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an. Suatu misal:

1). Cara Al-Qur’an melarang sesuatu barang/perbuatan ditempuh secara bertahap, sehingga mudah dikerjakan orang, setelah dia bisa menyesuaikan diri.

Hal ini seperti cara Al-Qur’an mengharamkan minuman keras (khamar). Mula- mula ia (khamar) hanya disebutkan ada manfaat dan mudaratnya (ayat 219 surah Al-Baqarah). Setelah itu diturunkan ayat 43 surah An-Nisa. Yakni, ayat yang melarang minuman keras (khamar) jika sudah dekat waktu sholat. Setelah umat bisa meninggalkan minuman keras itu, barulah diturunkan ayat 90 surah Al- Maidah, yang mengharamkan minuman keras secara tegas.

i. Ayat teguran

Di dalam Al-Qur’an terkadang terdapat ayat-ayat teguran, yang menegur kekeliruan pendapat Nabi Muhammad SAW. Kadang-kadang teguran itu secara tegas dan keras, kadang-kadang secara lunak dan lemah lembut.

Orang yang berfikiran sehat, tentu mengakui bahawa Al-Qur’an itu wahyu Allah SWT, bukan bikinan Nabi Muhammad SAW. Hal itu dibuktikan dengan adanya ayat-ayat teguran kepada Nabi tadi. Sebab, seandainya Al-Qur’an itu bikinan Nabi Muhammad sendiri, tentunya tidak mungkin di dalamnya ada teguran-teguran terhadap dirinya sendiri, bahkan orang itu biasanya cenderung

34 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 77

(14)

akan selalu membela dirinya, bukan malah memperlihatkan kesalahan pribadi dan menegur dirinya sendiri

35

.

Contoh teguran keras kepada Nabi Muhammad SAW ialah, seperti ayat 1- 11 surah ‘Abasa:

ٰٓىهل َوَت َو َسَبَع ٖۗى مْعَ ْلْا ُهَءۤاَج ْنَا.

ٰۙٓىهك َّزَي هَّلَعَل َكْي ِرْدُي اَم َو. ُهَعَفْنَتَف ُرَّكَّذَي ْوَا

ٖۗى رْكِ ذلا .

(1). Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (2). Karena Telah datang seorang buta kepadanya (3)Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) (4) Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? (5). QS. Abasa : 1-5).

Dalam hal ini Prof DR. Nashruddin Baidan juga menjelaskan tentang segi kemukjizatan Al-Qur’an. Beliau membedakan ke dalam dua kelompok besar.

Pertama dari segi redaksi yang mencakup aspek susunan ayat demi ayat, surat

demi surat dalam mushaf, beserta penempatan suatu kata dan susunannya dalam kalimat, dan lain-lain.

Kedua dari segi makna. Ini mencakup aspek makna atau semantik yang

terkandung oleh ayat-ayat Al-Qur’an seperti pemberitaan Al-Qur’an tentang hal- hal yang ghaib, baik pada masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang.

Demikian pula konotasi ayat-ayat Al-Qur’an mengisyaratkan kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua itu merupakan mukjizat bagi Al-Qur’an yang tak dapat ditandingi oleh siapapun

36

.

C. KESIMPULAN

Diantara keistimewaan Al-Qur’an bahawa ia merupakan kitab yang bersifat i’jaz (melemahkan dan meyakinkan para penentangnya). Allah menjadikannya sebagai tanda kekuasaan terbesar dan mukjizat teragung bagi pamungkas rasul- rasul-Nya, Muhammad saw. Dengan adanya kemukjizatan tujuannya adalah kaum nabi benar-benar percaya bahawa beliau adalah utusan Allah SWT.

Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan: “apa

35 Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, 290.

36 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005 ), 120.

(15)

yang dinyatakan sang Nabi adalah benar. Dia adalah utusan Allah, dan buktinya adalah melakukan mukjizat itu.

Segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an, Indah susunannya, berbeda dengan setiap susunan yang ada dalam bahasa orang-orang Arab, Uslubnya yang aneh dan berbeda dengan semua uslub bahasa Arab, Keagungan sifatnya yang mustahil bagi makhluk untuk menandinginya, Kedalaman undang-undangnya lagi sempurna, melebihi semua undang-undang produk manusia dan lain sebagainya.

Sehingga tampaklah bahawa dengan mempelajari aspek-aspek yang terkandung di dalam Al-Qur’an diantaranya adalah macam-macam I’jaz Al- Qur’an, segi-segi I’jaz Al-Qur’an, tujuan I’jaz Al-Qur’an, semuanya itu membuktikan bahawa Al-Qur’an benar-benar datangnya dari Allah, firman Allah yang disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga sekaligus sebagai bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan bahawa Al-Qur’an adalah karangan Nabi, Syair buatan Nabi dan lain sebagainya.

Daftar Pustaka

Shihab, M Quraish. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: PT Mizan, 1997.

Al-Aththar, Dawud. Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Hidayah, 1994.

Abu Zaid, Nasr Hamid. Tekstualitas Al-Qur’an Kritik terhadap Ulumul Quran.

Yogyakarta: LKIS, 2005.

Qardhawi, Yusuf. Al-‘Aqlu wal-‘Ilmu fil-Quranil-Karim terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dan Irfan Salim. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Hamzah, Muchotob. Studi Al-Qur’an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media, 2003.

Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahan. Bandung: Media fitrah

Rabbani, 2012

(16)

Muhammad ‘Abd. Al-Azhim al-Zarqani, Manahil Irfan fi Ulum Al-Qur’an, Mesir, Isa al-Bab al-Halabi (Tanpa Tahun)

Djalal, Abdul. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu, 2012

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengulangan al-Qur’an sebagai bagian dari roses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian al- Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah saw di luar

Mukjizat di defenisikan oleh pakar agama islam antara lain, sebagai hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya

Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur’an.. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan

adalah merealisir tujuan umum yang dibawa oleh al-Qur’an untuk menyeru dan memberi petunjuk kepada manusia ke jalan yang benar. Agar mereka selamat di dunia dan

Berdasarkan beberapa penelitian tentang metode pembelajaran Al- Qur‟an yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, penulis dalam penelitian ini membahas mengenai

Mutmainnah 22 dalam skripsinya menjelaskan Pondok pesantren Al- Qur’aniyyah merupakan lembaga yang mencetak santri agar dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar agar

kepada Rasul-rasulNya, petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, di samping itu Al Qur’an juga menunjukkan dan menjelaskan kesalahan dan perubahan pada

Makalah ini berjudul "Al-Qur'an Sebagai Mukjizat Nabi Muhammad SAW" yang disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Qur'an Hadits di Madrasah Aliyah Negeri I