• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISA DATA. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Usia. Jumlah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISA DATA. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Usia. Jumlah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISA DATA

4.1. Distribusi Frekuensi Responden Penelitian

Profil responden penelitian ini berdasarkan beberapa jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Distribusi frekuensi responden sebagaimana ditunjukkan Tabel 4.1. s/d Tabel 4.4.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah Responden Persentase (%)

Laki-Laki 52 35

Perempuan 98 65

Jumlah 150 100

Sumber : Lampiran 3

Laki-Laki 35%

Perempuan 65%

Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Data ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak yang tertarik terhadap pasar fashion sehingga lebih banyak yang mengunjungi Centro Department Store dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah

Responden

Persentase (%)

18 - 25 tahun 115 77

26 - 35 tahun 23 15

(2)

18 - 25 tahun 77%

36 - 45 tahun 6%

> 45 tahun 2%

26 - 35 tahun 15%

Gambar 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Distribusi berdasarkan usia, bisa dijelaskan bahwa proporsi terbesar responden penelitian ini pada usia antara 18-25 tahun yaitu sebesar 77%. Proporsi terbesar kedua dengan usia antara 26-35 tahun sebesar 15%, sedangkan terbanyak ketiga adalah responden usia antara 36-45 tahun yaitu sebesar 6%. Berdasarkan pada perbandingan usia pengunjung Centro Department Store, maka bisa dijelaskan bahwa Centro Department Store lebih banyak menarik perhartian masyarakat usia muda karena pada usia tersebut lebih banyak tertarik pada produk fashion. Untuk masyarakat usia tersebut cenderung menyukai produk-produk yang berhubungan dengan panampilan.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah

Responden

Persentase (%)

SMP 4 3

SMA 81 54

Diploma 4 3

S1 58 39

Lain-Lain 3 2

Total 150 100

Sumber : Lampiran 3

SMP 3%

Diploma 3%

S1 39%

Lain-Lain 2%

SMA 53%

(3)

Berdasarkan pada pendidikan terakhir responden, sebesar 54% dengan pendidikan SMA dan sebesar 39% dengan pendidikan S1. Jumlah terbanyak responden penelitian ini dengan pendidikan terakhir SMA berhubungan dengan dengan usia responden yaitu sebesar usia antara 18-25 tahun.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Responden Jumlah

Responden

Persentase (%)

Pelajar/Mahasiswa 89 59

Pegawai Swasta 25 17

Pegawai Negeri 1 1

Wiraswasta 23 15

Ibu Rumah Tangga 10 7

Lain-Lain 2 1

Total 150 100

Sumber : Lampiran 3

Pelajar/Mahasisw a 59%

Pegaw ai Negeri 1%

Wirasw asta 15%

Ibu Rumah Tangga 7%

Lain-Lain 1%

Pegaw ai Sw asta 17%

Gambar 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan pada pekerjaan responden, sebagian besar responden dengan

pekerjaan pelajar/mahasiswa yaitu sebesar 59%, jumlah terbanyak kedua dengan

pekerjaan pegawai swasta yaitu sebesar 17% dan sebesar 15% adalah responden

dengan pekerjaan wiraswasta. Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden pelajar / mahasiswa dan untuk pekerjaan tersebut lebih banyak waktu

luang dan digunakan untuk mengunjungi berbagai pusat perbelanjaan termasuk

Centro Department Store.

(4)

4.2. Pengujian Data Penelitian 4.2.1. Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali dan Fuad (2005, p. 37), ada dua output normalitas yang dihasilkan, yaitu univariate normality dan multivariate normality. Berdasarkan ketentuannya bahwa terdapat persyaratan data sebelum diolah dengan menggunakan structural equation model yaitu data harus diketagorikan normal secara univariat. Output univariate normality sebagaimana ditunjukkan Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Univariate Normality

No Indikator Variabel Variabel Penelitian

Skewness and Kurtosis

Kesimpulan Chi-Square P-Value

1 Mengikuti mode terbaru

Fashion Involvement

0,615 0,735 Normal

2 Berpakaian secara “smart” 0,361 0,835 Normal

3 Memilih departement store

khusus 0,727 0,695 Normal

4 Tidak sembarangan berpakaian 4,641 0,098 Normal

1 Mrasa gembira

Positive Emotion

2,198 0,333 Normal

2 Menikmati lingkungan belanja 0,748 0,688 Normal

3 Selalu bersemangat 3,839 0,147 Normal

1 Membeli meskipun tidak terencana

Impulse Buying

0,705 0,703 Normal 2 Membeli tanpa berpikir

panjang 0,339 0,844 Normal

3 Membeli meskipun tidak

dianggarkan 1,152 0,562 Normal

Sumber : Lampiran 4

Univariate normality didasarkan pada tingkat probabilitas nilai chi square dan kurtosis dan dinyatakan normal jika probabilitasnya > 0,05. Keseluruhan indikator dari setiap variabel penelitian dengan nilai priobabilitas berkisar antara 0,098 s/d 0,844. Temuan ini menjelaskan bahwa setiap indikator kuesioner dinyatakan normal.

4.2.2. Uji Validitas

Validitas adalah bentuk pengujian untuk memastikan bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian benar-benar mengukur apa yang ingin diukur, atau kuesioner penelitian ini bisa dipahami oleh responden. Ketentuan yang digunakan bahwa keseluruhan indikator dinyatakan valid jika nilai t-value > 1,96.

Tabel 4.6 meningkat hasil uji validitas indikator kuesioner penelitian.

(5)

Tabel 4.6. Uji Validitas Indikator Kuesioner

No Indikator Variabel t-value Keterangan

1 Mengikuti mode terbaru

Fashion Involvement

9,68 Valid

2 Berpakaian secara “smart” 8,06 Valid

3 Memilih departement store khusus 7,70 Valid

4 Tidak sembarangan berpakaian 6,12 Valid

1 Merasa gembira

Positive Emotion

9,54 Valid

2 Menikmati lingkungan belanja 8,36 Valid

3 Selalu bersemangat 9,07 Valid

1 Membeli meskipun tidak terencana

Impulse Buying

6,97 Valid

2 Membeli tanpa berpikir panjang 5,83 Valid

3 Membeli meskipun tidak dianggarkan 7,58 Valid

Sumber : Lampiran 5

Nilai t-value untuk setiap indikator kuesioner penelitian berkisar antara 5,83 s/d 9,68. Pernyataan dinyatakan valid jika nilai t value > 1,96 sehingga bisa dikatakan bahwa indikator adalah valid dan layak untuk digunakan (Ghozali dan Fuad, 2005, p. 318). Berdasarkan pada hasil pengujian ini bisa dijelaskan bahwa setiap pernyataan kuesioner bisa dipahami oleh responden dengan baik.

4.2.3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kekonsistensi jawaban responden atas setiap pertanyaan kuesioner. Tujuannya adalah memastikan bahwa jawaban responden untuk keseluruhan pernyataan kuesioner bisa dipercaya atau memiliki konsistensi yang tinggi. Menurut Bagozzi dan Yi (1988) dalam Ghozali dan Fuad (2005, p.

333), reliabilitas konstruk dikatakan baik jika nilai composite reliability > 0,6.

Berdasarkan hasil pengujian dinyatakan bahwa keseluruhan variabel penelitian

memenuhi kriteria. Adapun hasil pengolahan data diperoleh hasil uji reliabilitas

sebagai berikut:

(6)

Tabel 4.7. Uji Reliabilitas

No Indikator Variabel

Loading Factor

Error

Variance Keterangan

 

c

= ()

2

/[()

2

+ ()]

1 Mengikuti mode terbaru

Fashion Involvement

0,78 0,43

0,745

2 Berpakaian secara “smart” 0,60 0,48

3 Memilih departement store

khusus 0,65 0,63

4 Tidak sembarangan berpakaian 0,47 0,60

1 Merasa gembira

Positive Emotion

0,57 0,17

0,805

2 Menikmati lingkungan belanja 0,45 0,21

3 Selalu bersemangat 0,50 0,18

1 Membeli meskipun tidak terencana

Impulse Buying

0,66 0,61

0,727

2 Membeli tanpa berpikir panjang 0,52 0,66

3 Membeli meskipun tidak

dianggarkan 0,84 0,26

Sumber : Lampiran 5

Uji reliabilitas digunakan uji composite reliability dengan ketentuan bahwa composite reliability cukup bagus adalah di atas 0,6 menurut Bagozzi dan Yi (1988) dalam Ghozali dan Fuad (2005, p. 321). Berdasarkan ketentuan ini, maka keseluruhan variabel dalam penelitian ini dengan composite reliability di atas 0,6 sehingga composite reliability dinyatakan cukup baik.

4.3. Deskripsi Data

4.3.1. Klasifikasi Nilai Rata-Rata

Statistik deskriptif menjelaskan nilai rata-rata jawaban responden dan deviasi standar dari setiap indikator variabel fashion involvement, positive emotion, dan impulse buying. Untuk bisa menyimpulkan nilai rata-rata jawaban responden, maka perlu dilakukan kategorisasi nilai rata-rata jawaban responden penelitian. Pengelompokkan nilai rata-rata tersebut dengan perhitungan sebagai berikut:

Nilai tertinggi – Nilai terendah 5 - 1

Range skala =  =  = 0,80

Jumlah kelas 5

(7)

Nilai range dari hasil perhitungan adalah sebesar 0,80 sehingga setiap kelas penilaian dengan jarak kelas sebesar 0,80. Lima kelas klasifikasi penilaian rata-rata jawaban responden penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Klasifikasi Variabel Penelitian

No Skala Penilaian Klasifikasi

1 1,00 – 1,80 Sangat tidak setuju

2 1,81 – 2,60 Tidak setuju

3 2,61 – 3,40 Netral

4 3,41 – 4,20 Setuju

5 4,21 – 5,00 Sangat setuju

Berdasarkan pada kategori setiap jawaban di atas, maka nilai rata-rata jawaban responden dimasukkan sesuai dengan kategori tersebut. Tabel 4.9. s/d Tabel 4.11.

Tabel 4.9. Mean dan Deviasi Standar Variabel Fashion Involvement

No Pernyataan Nilai Rata-Rata Deviasi

Standar Nilai Kategori

1 Mengikuti mode terbaru 3,193 Netral 1,021

2 Berpakaian secara “smart” 3,420 Setuju 0,914 3 Memilih departement store khusus 3,127 Netral 1,032 4 Tidak sembarangan berpakaian 3,960 Setuju 0,911

Rata-Rata 3,425 Setuju 0,970

Sumber : Lampiran 5

Nilai rata-rata menjelaskan mengenai tinggi rendahnya penilaian responden terhadap setiap pernyataan dalam kuesioner penelitian. Nilai rata-rata dari fashion involvement adalah sebesar 3,425. Nilai rata-rata ini termasuk setuju.

Nilai tertinggi dari keterlibatan konsumen pada produk fashion adalah penilaian

bahwa responden menilai tidak boleh sembarangan dalam berpakaian. Responden

menilai penting untuk memiliki perhatian terhadap produk fashion. Nilai deviasi

standar menunjukkan keragaman jawaban responden penelitian untuk setiap

pernyataan. Semakin tinggi deviasi standar berarti semakin beragam jawaban

(8)

Tabel 4.10. Mean dan Deviasi Standar Variabel Positive Emotion

No Pernyataan Nilai Rata-Rata Deviasi

Standar Nilai Kategori

1 Merasa gembira 3,320 Netral 0,698

2 Menikmati lingkungan belanja 3,527 Setuju 0,642

3 Selalu bersemangat 3,280 Netral 0,657

Rata-Rata 3,376 Netral 0,666

Sumber : Lampiran 5

Penilaian terhadap positive emotion dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 3,376 dan termasuk netral. Artinya bahwa positive emotion responden penelitian dikategorikan netral. Nilai tertinggi untuk positive emotion adalah responden menyatakan bisa menikmati lingkungan belanja di Centro Department Store. Berdasarkan nilai deviasi standar sebesar 0,666 maka bisa dijelaskan bahwa jawaban responden cukup beragam.

Tabel 4.11. Mean dan Deviasi Standar Variabel Impulse Buying

No Pernyataan Nilai Rata-Rata Deviasi

Standar Nilai Kategori

1 Membeli meskipun tidak terencana 3,400 Netral 1,023 2 Membeli tanpa berpikir panjang 2,873 Netral 0,964 3 Membeli meskipun tidak dianggarkan 3,587 Setuju 0,978

Rata-Rata 3,287 Netral 0,988

Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan pada tinggi rendahnya impulse buying, secara keseluruhan dengan nilai rata-rata sebesar 3,287. Nilai rata-rata ini menjelaskan adanya penilaian netral terhadap impulse buying. Penilaian tertinggi untuk impulse buying ini adalah pernyataan bahwa pembelian meskipun tidak dianggarkan untuk dibeli, namun ketika konsumen melihat produk fashion yang menarik maka akan dibeli.

Sedangkan dilihat dari deviasi standar bisa dijelaskan bahwa nilai deviasi standar

sebesar 0,988 yang bisa diartikan bahwa jawaban responden untuk impulse buying

adalah beragam.

(9)

4.3.2. Pengujian Model Fit

Model penelitian dinyatakan fit berarti model penelitian yang digambarkan didukung oleh data hasil isian responden penelitian. Pengujian model fit didasarkan pada berbagai pengukuran, dan menurut Ghozali dan Fuat (2005, p.

35) maka hasil pengujian model ditunjukkan berikut:

1 Chi-square dan probabilitasnya = 37,33 (P = 0.24)

Probalitas Chi-square diharapkan tidak signifikan. P adalah probabilitas untuk memperoleh penyimpangan (deviasi) besar sebagaimana ditunjukkan oleh nilai chi-square. Sehingga, nilai chi-square yang signifikan (kurang daripada 0,05)  model fit

2 Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) 0,034 RMSEA tidak kurang dari 0,08  model fit

3 Expected Cross-Validation Index (ECVI)

Expected Cross-Validation Index (ECVI) 0,56

ECVI for Saturated Model = 0.74 0,74

ECVI for Independence Model = 5.21 3,35 Nilai ECVI model yang lebih rendah daripada ECVI yang diperoleh pada independence model, mengindikasikan bahwa model adalah fit  model fit

4 Model AIC dan Model CAIC

Independence AIC 499,15

Model AIC 83,52

Saturated AIC 110.00

Independence CAIC 539,25

Model CAIC 175,76

Saturated CAIC 330.58

AIC dan CAIC digunakan untuk menilai perbandingan dari dua atau lebih model yang terpengaruh oleh ukuran sampel dan kompleksitas model, Nilai AIC dan CAIC yang lebih kecil daripada AIC model saturated dan independence berarti memiliki model fit yang lebih baik  model fit

5 Goodness of fit Index (GFI) 0,95

Nilai GFI > 0,8  model fit

6 Adjusted Goodness of fit Index (AGFI) 0,92 Nilai AGFI > 0,8  model fit

7 Normed Fit Index (NFI) 0,92

Non-Normed Fit Index (NNFI) 0,98

Comparative Fit Index (CFI) 0,99

Incremental Fit Index (IFI) 0,99

Relative Fit Index (RFI) 0,89

NFI, NNFI, CFI, IFI, RFI > 0,8 maka  model fit

(10)

4.4. Pengujian Hipotesis Penelitian

Terdapat tiga hipotesis penelitian yang diajukkan yaitu menjelaskan pengaruh fashion involvement terhadap positive emotion, pengaruh positive emotion terhadap impulse buying, dan pengaruh fashion involvement terhadap impulse buying. Untuk menguji terbukti tidaknya hipotesis tersebut didasarkan pada nilai t-value dengan batasan harus di atas 1,96. Jika lambda () mempunyai t test > 1,96, maka nilai lambda () tersebut adalah signifikan. Ilustrasi nilai t-value sebagaimana ditunjukkan Gambar 4.5.

Gambar 4.5. t-value Structural Equation Model Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan pada nilai t-value dari persamaan gambar 4.5. di atas, maka pengujian hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Pengujian Hipotesis Penelitian

Laten eksogen Laten endogen t value Kriteria Keterangan Fashion Involvement Positive Emotion 4,46 > 1,960 Terbukti Fashion Involvement

Impulse Buying 4,18 > 1,960 Terbukti Positive Emotion 1,60 > 1,960 Tidak Terbukti Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis penelitian di atas, dijelaskan

(11)

Temuan ini menunjukkan bahwa ketika tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk fashion menguat, maka akan meningkatkan perasaan emosi yang positif pada konsumen (positive emotion) pada produk fashion. Hal ini juga berlaku kebalikannya yaitu ketika fashion involvement menurun (melemah) maka positive emotion juga melemah.

Pengujian kedua menunjukkan bahwa fashion involvement terbukti berpengaruh terhadap impulse buying, artinya bahwa seberapa tingginya keterlibatan konsumen terhadap produk fashion ternyata mempengaruhi perilaku pembelian tanpa perencanaan yang dilakukan oleh konsumen. Berdasarkan temuan ini maka fashion involvement memiliki dampak terhadap perilaku impulse buying.

Pengujian hipotesis yang ketiga menunjukkan bahwa positive emotion tidak memiliki pengaruh terhadap impulse buying. Temuan ini menjelaskan bahwa seberapa kuat emosi positif konsumen terhadap produk fashion tidak mempengaruhi perilaku impulse buying konsumen pada produk fashion.

4.5. Pembahasan

Tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk fashion memiliki dampak

positif terhadap positive emotion. Dampak yang positif ini maksudnya bahwa

ketika fashion involvement mengalami peningkatan maka positive emotion juga

akan meningkat. Demikian halnya sebaliknya yaitu ketika fashion involvement

menurun maka akan melemahkan positive emotion konsumen terhadap produk

fashion. Temuan penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Pattipeilohy, et al., (2013, p. 36) bahwa keterhubungan antara fashion involvement

dan positive emotion juga bisa dilihat dari kemampuan positive emotion untuk

memediasi pengaruh fashion involvement terhadap impulse buying “fashion

involvement also affect positive emotions which could act as mediators which

influence impulse buying behavior.” Maksudnya bahwa positive emotion

memiliki keterhubungan dengan fashion involvement karena positive emotion

mampu menjadi mediasi pengaruh fashion involvement terhadap impulse buying.

(12)

fashion. Berbagai pengorbanan yang dilakukan tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya perasaan “bisa menikmati” dari aktivitas yang dilakukan. Keterlibatan tinggi identik dengan rasa ketertarikan yang tinggi sehingga semakin tinggi rasa ketertarikan tersebut menyebabkan semakin tingginya emosi yang positif terhadap produk fashion.

Temuan penelitian kedua menunjukkan bahwa fashion involvement terbukti mempengaruhi impulse buying. Artinya bahwa kuat lemahnya impulse buying yang dilakukan oleh konsumen tergantung pada keterlibatan konsumen pada produk fashion. Temuan penelitian ini mendukung penelitian Fairhurst, et al., (1989) dalam Pattipeilohy, et al., (2013, p. 38) bahwa keterlibatan konsumen terhadap produk fashion memiliki hubungan positif dengan pembelian produk fashion “Fashion involvement has a positive relationship with apparel purchase.”

Maksudnya bahwa ketika seseorang memiliki keterlibatan yang kuat dengan produk fashion maka kecenderungan untuk melakukan pembelian terhadap produk fashion lebih besar meskipun konsumen sebelumnya tidak memiliki perencanaan untuk melakukan pembelian terhadap produk fashion. Keterlibatan yang tinggi terhadap produk fashion merupakan gambaran dari rasa ketertarikan yang tinggi pula terhadap produk fashion. Ketika terdapat rasa ketertarikan tinggi terhadap produk fashion maka terdapat dorongan untuk memiliki produk fashion meskipun seseorang tidak memiliki perencanaan sebelumnya untuk membeli.

Terdapat kebahagiaan dalam diri konsumen ketika memiliki lebih banyak koleksi produk fashion karena ketertarikan pada produk fashion dianggap sebuah sebuah kebutuhan. Untuk itu, cukup masuk akal jika keterlibatan seseorang yang tinggi terhadap produk fashion menyebabkan orang tersebut memiliki dorongan lebih kuat untuk melakukan pembelian atas produk fashion yang dilihatnya menarik meksipun sebelumnya tidak ada perencanaan.

Temuan penelitian ketiga menunjukkan bahwa positive emotion tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap impulse buying, artinya bahwa ketika

perasaan konsumen merasa senang tidak menyebabkan konsumen untuk

berperilaku lebih hedonis yaitu lebih suka melakukan pembelian meskipun tanpa

perencanaan sebelumnya. Pembelian tanpa perencanana yang dilakukan oleh

konsumen tidak disebabkan luapan perasaan yaitu perasaan senang. Temuan

(13)

penelitian ini berbeda dengan penelitian Sherman, et al., (1997) dalam Pattipeilohy, et al., (2013, p. 38) yang menjelaskan bahwa positive emotion bisa menjadi mediasi terjadinya impulse buying “positive emotion can act as a mediator for impulse buying.” sedangkan Donovan and Rositer (1982) dalam Pattipeilohy, et al., (2013, p. 38) menjelaskan bahwa impulse buying seringkali terjadi ketika seseorang menunjukkan positive emotion yang tinggi sehingga berperilaku lebih hedonis ketika berbelanja “an impulse buyer often shows greater positive emotions, and spends more money when shopping.” Perbedaan temuan penelitian ini lebih disebabkan karakteristik-karakteristik konsumen yang berbeda. Dalam penelitian Pattipeilohy, et al., (2013, p. 38) konsumen yang menjadi sampel penelitian lebih umum tetapi penelitian sekarang sebesar 77%

adalah masyarakat usia 18 - 25 tahun dan 59% dengan pekerjaan

Pelajar/Mahasiswa. Karakteristik ini menyebabkan sampel penelitian lebih

terbatas dalam sumber daya keuangan karena sebagian besar adalah mahasiswa

yang belum mendapatkan penghasilan sifatnya tetap. Untuk itu, perasaan emosi

yang positif terhadap produk fashion tidak serta merta mereka langsung

membelinya karena memang mereka memiliki keterbatasan dalam kondisi

keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.. Field guide for fishery purposes: The marine fishery resources

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

Tujuan para investor melakukan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan baik untuk masa saat ini maupun masa yang akan datang dengan mempertimbangkan

Dalam distribusi hasil tanaman hortikultura jarang sekali ada pedagang perantara, karena sifat barangnya yang sangat mudah rusak dan juga gampang layu, maka pada umumnya para

Faktor keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh pihak-pihak yang memiliki hubungan darah secara langsung serta kerabat dekat terhadap status anak

NAMA PERUSAHAAN Jumlah Dividen Delta Ket.. Jumlah Dividen Delta

Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu hal yang menjadi kendala dalam penyusunan anggaran.Ketidakpastian lingkungan yang tinggi mengurangi kemampuan individu

Five from six students were liked learning English vocabulary by using guessing game, the reasons were because learning process become more challenging, game