Abstrak — Produk sarang burung walet merupakan komoditas yang memiliki nilai tinggi. Indonesia merupakan negara yang menghasilkan produk sarang walet terbesar di dunia yaitu sekitar 80%. Produk sarang walet Indonesia beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan harga jual yang drastis karena ditemukannya kandungan nitrit yang tinggi dan dikawatirkan terkena flu burung. Oleh karena itu, diperlukan sistem penelusuran yang mampu melakukan penelusuran produk mulai dari asal sarang walet diproduksi hingga sampai di tangan konsumen akhir. Sistem penelusuran tersebut akan dapat memberikan informasi terkait dengan produk sarang walet seperti tanggal produksi sarang walet, kandungan nitrit, dan jenis sarang walet dengan menggunakan bar code produk. Tugas Akhir ini mencoba melakukan perancangan sistem penelusuran produk sarang burung walet berorientasi ekspor di Jawa timur yang berbasis on line dan dapat digunakan oleh multi user. Untuk menggambarkan model perancangan sistem penelusuran digunakan Unified Modeling Language (UML) yang meliputi Use Cases Diagram, Class Diagram, dan Statechart Diagram. Hasil dari uji coba dan verifikasi oleh pihak pelaku bisnis sarang walet dan pakar IT dengan kuesioner menunjukkan bahwa sistem penelusuran yang dibuat telah sesuai dengan kondisi di lapangan dan memberikan manfaat bagi pelaku bisnis sarang walet untuk melakukan operasional bisnis.
Kata Kunci — Sarang Walet, Unified Modeling Language, Sistem Penelusuran, Bar code Produk, Serial Shipping Container Code
I. PENDAHULUAN
ndonesia merupakan negara penghasil sarang burung walet dengan produksi sekitar 400 ton per tahun.
Sebesar 90% produk sarang burung walet Indonesia di ekspor ke China dengan harga sekitar Rp.37 juta per kilogram [1]. Sedangkan harga jual produk sarang walet di dalam negeri berkisar antara Rp.12 juta hingga Rp.13 juta per kilogram [2]. Produk sarang walet ini sendiri memberikan banyak manfaat antara lain yaitu untuk kesehatan tubuh dan untuk keindahan kulit [3].
Berdasarkan pemaparan Amsyari (2013) pada saat ini ekspor produk sarang burung walet ke China belum bisa dilakukan secara langsung dan masih dalam negosiasi walaupun MOU sudah ditanda tangani sejak bulan April 2012. Beberapa hal yang menjadi hambatan yaitu adanya masalah teknis yang belum disepakati antara lain terkait dengan peninjauan langsung ke rumah burung walet dan tempat proses sarang walet oleh tim dari China (CNCA)
serta masalah kandungan Nitrit (NO 2 ) dalam sarang walet yang ditetapkan maksimum 30 ppm [4].
Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, menjelaskan alasan China menolak produk sarang burung walet adalah bahwa produk burung walet Indonesia saat ini tidak sesuai dengan standar sehingga tidak dapat diterima dan produk burung walet Indonesia telah dicampur dengan zat pewarna. Akibat dari ditolaknya produk sarang burung walet Indonesia oleh China ini adalah terjadinya penurunan harga jual produk burung walet yang biasanya dihargai US$ 2000/kg, sekarang hanya US$ 500-700/kg.
Selain itu, saat ini pihak dari Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan akan melakukan verifikasi terhadap 8 perusahaan utama pengekspor produk sarang burung walet ke China. Tujuan dari dilakukannya verifikasi ini adalah agar produk sarang burung walet dapat diterima kembali oleh China dengan harga yang kompetitif. Verifikasi meliputi pemeriksaan tempat sarang burung walet, tempat pengembangan sarang burung walet, kesehatan serta kepengurusan produksi sarang burung walet [5].
Selama dua tahun lebih sarang walet tidak dapat diekspor secara langsung ke China melainkan harus melalui pihak ketiga yaitu Malaysia, Kanada, Amerika Serikat, dan Hongkong padahal China adalah tujuan ekspor utama produk sarang walet Indonesia. Hal ini disebabkan oleh boikot yang dilakukan oleh China akibat merebaknya isu flu burung dan dikhawatirkan produk sarang walet Indonesia ter-suspect flu burung. Selain itu boikot yang dilakukan oleh China juga disebabkan oleh kualitas produk sarang walet Indonesia yang berada di bawah standar internasional. Berdasarkan pemaparan dari Menteri Pertanian RI, Suswono, Kementerian Pertanian sedang menyelesaikan proses regulasi teknis ekspor sarang walet ke China agar ekspor sarang walet dapat dilakukan dengan transparan dan tidak ada pihak yang dirugikan baik dari konsumen China maupun produsen sarang walet Indonesia.
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2012 sarang burung walet yang akan diekspor ke China harus memenuhi dua persyaratan utama. Pertama, telah memenuhi proses seleksi, pencucian, pembersihan dari kotoran, pemanasan sama atau lebih dari 70ºC (tujuh puluh derajat celcius) dalam waktu sekurang-kurangnya 3,5 detik (tiga koma lima detik). Kedua, dibungkus dalam kemasan dan dicantumkan label yang memuat informasi dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa China sekurang- kurangnya mengenai nama dan berat produk, nomor registrasi dan nama produsen peternak walet, nama, alamat, nomor registrasi produsen, persyaratan
PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN PRODUK SARANG BURUNG WALET BERORIENTASI EKSPOR DI JAWA TIMUR
Luluk Rahmawati dan Iwan Vanany
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail:vanany@ie.its.ac.id, luluk.rahmawati27@yahoo.com
I
penyimpanan, tanggal produksi, nomor kontrol veteriner (NKV) dan informasi terkait lainnya [6].
Menurut hukum Uni Eropa, sistem penelusuran atau traceability system adalah kemampuan untuk melacak pangan, pakan, makanan yang dihasilkan oleh hewan atau zat yang akan digunakan untuk konsumsi, melalui semua tahapan produksi, pengolahan dan distribusi [7].
Traceability menjadi sangat penting karena traceability adalah sebagai salah satu syarat legal bagi produk impor untuk masuk di beberapa negara [8]. Traceability juga dibutuhkan ketika suatu bisnis makanan mengidentifikasikan risiko yang dapat ditelusuri kembali pada sumber makanan tersebut dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan mencegah produk yang terkontaminasi dari jangkauan konsumen [7]. Sistem penelusuran atau traceability memberikan banyak manfaat antara lain adalah mampu mendukung keamanan pangan, memudahkan penelusuran produk recall serta membantu proteksi dan menghindari pemalsuan [8]. Karakteristik sistem penelusuran antara lain adalah membutuhkan identifikasi produk, penelusuran produk, dan pemeliharaan informasi yang berkaitan dengan produk dan pergerakkannya [9].
Terdapat dua jenis pengidentifikasi produk antara lain yaitu pengidentifikasi eksternal dan pengidentifikasi biometric yang digunakan untuk melengkapi pada penelusuran hewan. Pengidentifikasi eksternal meliputi metode manual dengan menggunakan label kertas, stempel, dan label plastik atau dengan metode elektronik seperti Radio Frequency Identification (RFID).
Keuntungan dari penggunaan pendekatan ini adalah pada kemampuan untuk menyandikan jenis informasi yang berbeda (simbol barcode dapat mengandung informasi yang berhubungan dengan produk dan sejarah prosesnya), dan data relatif mudah dibaca terutama dengan menggunakan metode elektronik.
Peneliti telah melakukan penelusuran literature di berbagai database jurnal internasional seperti sciencedirect namun belum ada penelitian terkait dengan sistem penelusuran untuk produk sarang walet. Penelitian pendahulu tentang sistem penelusuran adalah penelitian yang dilakukan oleh Li et al (2010) yaitu perancangan sistem penelusuran produk mentimun dengan menggunakan PDA (Personal Digital Assistant)-based record-keeping dan decision support system (PRDS).
Pada penelitian tersebut diberikan contoh aplikasi pada pemberian rekomendasi untuk melakukan pemupukan dan penggunaan pestisida dengan menggunakan teknik khusus untuk keseimbangan pemupukan dan pedoman dalam memberikan pestisida yang aman di China. Sistem penelusuran pada penelitian tersebut memungkinkan beberapa user yaitu teknisi dan petani untuk menggunakan sistem penelusuran produk mentimun di China. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sistem penelusuran yang dibangun memberikan manfaat baik bagi teknisi maupun petani. Dengan adanya PRDS teknisi tidak perlu lagi melakukan distribusi dan pengumpulan data yang ditulis dikertas lalu mengetik di computer lagi karena data masuk ke dalam sistem secara langsung sedangkan bagi petani manfaat PRDS adalah dapat mencari informasi dan bertanya dengan menggunakan modul peta dengan nyaman.
Sampai saat ini tidak banyak pengusaha sarang burung walet yang berorientasi ekspor memiliki sistem traceability untuk produknya khususnya bagi Asosiasi Pengusaha Peternak Sarang Walet Indonesia (APPSWI) di Jawa Timur. Padahal sistem penelusuran ini dirasa penting untuk memenuhi persyaratan dari beberapa Negara importir terutama China. Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan sistem penelusuran yang terintegrasi antar user atau para pelaku rantai pasok produk sarang walet. Berdasarkan isu tentang penolakan produk sarang burung walet Indonesia tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan perancangan sistem penelusuran produk sarang burung walet untuk mempermudah stakeholder yang terlibat dalam melakukan penelusuran produk sarang burung walet mulai dari hulu hingga hilir yaitu mulai dari petani, tengkulak, pedagang pengepul, pedagang besar, hingga eksportir. Perancangan sistem penelusuran produk sarang burung walet ini akan menggunakan barcode sebagai pengidentifikasi produk (product identifier) karena cukup mudah digunakan dan dapat mengandung informasi yang berhubungan dengan produk dan sejarah proses pembuatan produk sarang burung walet sehingga dalam setiap tahap produksi sarang walet dan perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya dapat terekam dengan baik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Distribusi Produk Sarang Burung Walet
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 51/M-DAG/PER/7/2012, sarang burung walet adalah produk yang berasal dari air liur burung walet (Collacolia sp.) yang berfungsi sebagai tempat untuk bersarang, bertelur, menetaskan dan membesarkan anaknya serta memerlukan proses lebih lanjut sebelum di konsumsi.
Menurut Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 374/Kpts/KH.210/L/5/2010 tentang Petunjuk Teknis dan Pemeriksaan Sarang Burung Walet dan Sriti dalam pubilkasi pada situs resmi Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang (2013), sarang burung walet dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu [10]:
1. Sarang putih (Edible-nest Swiftlet)
Sarang walet ini dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus fushipagus dengan ciri-ciri berbentuk seperti mangkuk dibelah, warnanya putih, bening, Kristal, utuh, tidak retak maupun cacat, serta bersih dari kotoran dan bulu. Ukuran dari sarang walet jenis ini adalah berkisar antara 6-10 cm dan tinggi mangkukan kurang lebih 4-5 cm.
2. Sarang hitam (Black-nest Swiftlet)
Sarang burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus maximus dengan cirri-ciri sarang walet yang dilapisi oleh liur dan tampak berwarna hitam karena bulu-bulu direkatkan pada dinding gua batu kapur dengan liur. Ukuran dari sarang jenis ini adalah berkisar antara 5-7 cm.
3. Sarang rumput (White Bellied Swiftlet)
Sarang burung walet hitam dihasilkan oleh walet
jenis Collacalia esculanta, Aerodramus fushipagus
atau Aerodramus maximus. Sarang walet jenis ini
cenderung berwarna kehijauan karena bercampur
dengan lumut, rumput kering, daun pinus, dan cemara.
4. Sarang sriti lumut (Mostnest Swiftlet)
Sarang burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Collacalia vanikorensis dengan cirri-ciri berwarna hijau dan sarang yang telah lama akan mempunyai warna cokelat kehitaman dan kering.
5. Sarang merah (Red nest)
Sarang burung walet hitam dihasilkan oleh walet jenis Aerodramus fushipagus yang merupakan sarang yang memiliki harga yang paling mahal. Sarang merah yang memiliki kualitas yang baik tidak terdapat noda dan kotoran pada sarangnya. Ukuran dari sarang walet jenis ini adlaah sekitar 9 cm dengan bobot dapat mencapai 9 gram.
Menurut Mardiastuti (1997), jaringan distribusi sarang burung walet dapat terjadi secara pendek maupun panjang. Rantai distribusi yang pendek terjadi bila dari petani atau peternak walet langsung menyalurkan ke pengusaha atau eksportir. Sedangkan rantai distribusi secara panjang melibatkan kelima pelaku dalam jaringan distribusi.
Petani/
Peternak Walet
Tengkulak/
Makelar
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar/ Antar
Pulau
Pengusaha/
Eksportir Alur Distribusi
(a)
Petani/ Peternak Walet Pengusaha/
Eksportir Alur Distribusi
(b)
Gambar 1 Alur Distribusi Produk Sarang Walet (a) Rantai Distribusi Panjang, (b) Rantai Distribusi Pendek [11]
2.2 Sistem Penelusuran (Traceability System)
Pengertian dari traceability system menurut hukum Uni Eropa adalah kemampuan untuk melacak pangan, pakan, makanan yang dihasilkan oleh hewan atau zat yang akan digunakan untuk konsumsi, melalui semua tahapan produksi, pengolahan dan distribusi [7]. Traceability menjadi sangat penting karena sebagai salah satu syarat legal bagi produk impor untuk masuk di beberapa negara [8]. Sistem penelusuran atau traceability memberikan banyak manfaat antara lain adalah mampu mendukung keamanan pangan, memudahkan penelusuran produk recall serta membantu proteksi dan menghindari pemalsuan [8].
Standar ISO 8402 mendefinisikan sistem penelusuran (traceability system) sebagai sebuah kemampuan untuk menunjukkan asal produk, sejarah proses, kegunaan dan sumber dengan mengacu pada dokumen yang tertulis.
ISO 8402 tidak mendefinisikan parameter yang diukur atau bagimana sejarah atau asal produk harus ditentukan [9]. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa menurut Golan diuraikan tiga kunci parameter yang dapat digunakan untuk mengenali sistem penelusuran yaitu pertama, luas sistem yang merupakan jumlah informasi yang didokumentasikan, seperti perawatan yang dilakukan oleh dokter hewan, rezim pakan, atau atau silsilah hewan.
Kedua, kedalaman sistem yaitu bagaimana ujung yang paling belakang dan yang paling depan pada sistem penelusuran. Ketiga, ketelitian yaitu merupakan tingkat kepastian dimana sistem penelusuran dapat menunjukkan
sesuatu perpindahan dari suatu produk dengan tepat, dan didiskripsikan dengan keterangan tingkat eror yang dapat diterima, atau apa yang seharusnya terjadi jika ada kesalahan pada penelusuran produk.
2.3 Unified Modeling Language (UML)
Unified Modeling Language (UML) diluncurkan oleh Object Management Group (OMB) pada tahun 1997.
Tujuan dari UML adalah untuk menyediakan pengembangan komunitas dengan desain bahasa yang stabil dan sederhana yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan membangun aplikasi komputer.
Dengan menggunakan UML para profesional teknologi informasi saat ini dapat membaca dan menyebarkan rencana struktur dan rancangan sistem [12]. UML terdiri dari beberapa diagram antara lain adalah use case diagram, class diagram, sequence diagram, statechart diagram, activity diagram, component diagram, dan deployment diagram .
2.4 Global Trade Item Number (GTIN)
Global Trade Item Number (GTIN) adalah penomoran unik secara global yang digunakan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa secara unik. GTIN tidak mengandung informasi terkait dengan produk atau item yang diidentifikasi, namun GTIN memberikan kunci untuk mengakses informasi dan data dari database.
Informasi dan data dapat digunakan untuk mendukung proses bisnis dalam jangkauan yang luas seperti menejemen inventory, pemesanan kembali secara otomatis, analisa penjualan atau secara sederhana untuk mendaftarkan sebuah penjualan. Pada transaksi di retail, ketika bar code di-scan pada Point of Sale (POS), GTIN diwakili oleh bar code yang ada di data base. Data diperlukan dalam penjualan khususnya harga dari item yang diakses dan dilaporkan balik ke POS ketika ditambahkan ke tagihan pelanggan.
Perusahaan yang menggunakan GTIN akan menggunakan Company Prefix serta nomor item dan GS1 Check Digit. Sebuah perusahaan akan diberikan Company Prefix ketika bergabung pada anggota organisasi GS1.
Berikut adalah contoh dari struktur data pada GTIN-13.
Check
Digit N 1 N 2 N 3 N 4 N 5 N 6 N 7 N 8 N 9 N 10 N 11 N 12 N 13 Gambar 2 Struktur Data GTIN-13 [13]
2.5 Serial Shipping Container Code (SSCC)
Serial Shipping Container Code (SSCC) adalah standar yang dirancang untuk memberikan kode dan simbol standar yang dapat digunakan untuk semua bagian dalam rantai pasok mulai dari manufaktur hingga transporter, untuk melacak distribusi produk. SSCC lebih banyak digunakan pada area sistem penelusuran yang melacak dan menelusuri kontainer pengirim. SSCC sesuai untuk mengidentifikasi campuran produk tertentu, memungkinkan barang dagangan yang dikemas secara berbeda dari kemasan transportasi satu ke transportasi lain [14].
GS1 Company Prefix Item Reference
SSCC terdiri dari 18 digit angka yang tidak memiliki arti. SSCC akan menjadi unik ketika sudah dipastikan unik meliputi seluruh dunia. Berikut adalah struktur dari SSCC yang didefinisikan oleh UCC dan EAN Internasional.
Gambar 3 Struktur SSCC [14]
Struktur SSCC terdiri dari beberapa komponen antara lain adalah :
1. Extension digit, yaitu digunakan untuk meningkatkan kapasitas dari SSCC
2. UCC/EAN company prefix, memungkinkan SSCC digunakan pada sistem terbuka dan perusahaan harus memperoleh UCC/EAN company prefix untuk dapat membuat SSCC
3. Serial reference number, memungkinkan keterangan otomatis terkait dengan informasi mengenai isi kontainer, tujuan, jumlah pemesanan dan sebagainya
4. Check digit, dihitung dari tujuh belas digit sebelumnya berdasarkan algoritma standar dari UCC/EAN. Verifikasi dari check digit memungkinkan perangkat lunak untuk secara otomatis untuk memastikan bahwa nomor telah dibuat dengan benar. Check digit juga digunakan untuk meningkatkan integritas data ketika manual entry digunakan seperti pada kasus bar code yang tidak dapat dibaca oleh scanner.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 4 merupakan metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini yang menjelaskan langkah- langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
Studi Pustaka Mulai
Identifikasi kondisi eksisting traceability produk sarang walet
Pengumpulan data melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan
Penggambaran flowchart pada aliran traceability produk sarang walet dan
menentukan letak trace point Menetapkan data-data yang direkan maupun
di lacak pada sistem penelusuran produk sarang walet
Penentuan sistem pemberian label
Pembuatan program perangkat lunak untuk sistem penelusuran produk sarang walet
Uji coba perangkat lunak
Penarikan kesimpulan dan saran
Selesai Ya Verifikasi dan analisa sistem penelusuran produk sarang walet
Tidak
Gambar 4 Metodologi Penelitian
IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data
Asosiasi Peternak Pedagang Sarang Walet Indonesia (APPSWI) merupakan wadah bagi para peternak dan pedagang (pengepul dan eksportir) sarang walet yang ada di Indonesia yang didirikan pada tanggal 18Juli 1996 di Surabaya dan terdaftar di Depkumham Jakarta. ASBI bergabung dengan APPSWI pada tanggal 9 Agustus 2006. APPSWI mempunyai lokasi sekretariat di Jl.
Kertopaten 19 E Surabaya. Adapaun susunan dari pengurus Asosiasi Peternak Pedagang Sarang Walet Indonesia (APPSWI) adalah Pembina, Penasehat, Ketua, Ketua Bidang Budidaya dan pelestarian, Ketua Bidang Perdagangan, Ketua Bidang Organisasi, Sekertaris, Bendahara, Wakil sekertaris, Wakil bendahara, Biro Penelitian dan Pengembangan (R&D), Biro Sosial dan Ekonomi, Biro Humas.
4.2 Pengolahan Data
Di dalam pengolahan data dilakukan penentuan titik penelusuran produk sarang burung walet yang ditunjukkan pada Gambar 5.
Mulai Pengiriman ke pengepul
Penerimaan sarang
Mengirim ke
luar negeri Selesai
Pengambilan Sampel Oleh
Badan Karantina Pembuatan
sertifikat
Penerimaan sarang
Penyortiran sarang berdasarkan bentuk, kadar air, bulu, dan
warna
Pengiriman ke eksportir
Penyortiran sarang berdasarkan grade, bentuk, kadar air, warna,
kandungan hama dan nitrit.
SSCC 3
BP 7
TP 4
TP 6
TP 11
TP 14
TP 18 SSCC 20 BP 16
SD 1
SD 2
SD 5 SD 8 SD 13
SD 15
SD 17 SD 19
SSCC 10
SD
12 ‘
Peternak
Pengepul
Eksportir
TP 9
Gambar 5 Titik Penelusuran Sistem Penelusuran Produk Sarang Burung Walet
Di dalam perancangan sistem penelusuran ini terdapat label produk dan serial shipping container code yang digunakan untuk mengidentifikasi produk dan pengiriman. Barcode produk terdapat pada pengepul dan eksportir sedangkan serial shipping container code digunakan pada pengiriman peternak, pengiriman pengepul, dan pengiriman eksportir. Gambar merupakan contoh label produk yang ada pada pengepul, dan Gambar 6 dan Gambar 7 merupakan contoh serial shipping container code peternak.
Gambar 6 Label Produk Pengepul
Gambar 7 SSCC Peternak
V. PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN PRODUK SARANG BURUNG WALET Pada bagian ini dilakukan perancangan sistem penelusuran untuk produk sarang burung walet berorientasi ekspor di Jawa Timur yang meliputi perancangan use cases diagram, class diagram, statechart diagram, activity diagram, dan sequence diagram untuk proses-proses yang ada dalam sistem penelusuran. Namun karena keterbatasan halaman maka hanya use case diagram saja yang ditampilkan. Use cases diagram digunakan untuk menunjukkan proses-proses yang ada di dalam sistem penelusuran yang dilakukan oleh masing-masing pelaku sesuai dengan kapasitasnya masing-masing
Peternak
Pengepul (penerima)
Eksportir Penerima
Di dalam sistem Di luar sistem
Badan Karantina Pertanian
Konsumen
APPSWI Pengepul (sortir)
Pengepul pengirim
Eksportir Pengirim Eksportir Sortir
Input data sarang
walet Simpan data sarang
walet
Cetak label pengiriman
Input data pengiriman
Simpan data pengiriman
Input data
penerimaan Simpan data
penerimaan
Simpan data label produk Input data label
produk
Cetak label produk
Input data label pengiriman Cetak label pengiriman
Simpan data pengiriman
Simpan data label pengiriman
Input data pengiriman
Simpan data penerimaan Input data penerimaan
Input data label produk Simpan data label
produk
Cetak label produk
Cetak sertifikat dari Badan Karantina Pertanian
Input data label pengiriman
Cetak label pengiriman Simpan data pengiriman Input data label pengiriman
Input data pengiriman
Persetujuan pendaftaran Penelusuran