• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Derajat Keparahan Asma Pada Pasien Asma Di Ruang IGD RSUD dr. Soeratno Gemolong Sragen Gemolong. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Derajat Keparahan Asma Pada Pasien Asma Di Ruang IGD RSUD dr. Soeratno Gemolong Sragen Gemolong. Abstrak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Derajat Keparahan Asma Pada Pasien Asma Di Ruang IGD RSUD dr. Soeratno Gemolong Sragen Gemolong

Lilik Subagyo1, Happy Indri Hapsari2, Anissa Cindy Nurul Afni3 1)

Mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2)

Staff Pengajar S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 3)

Staff Pengajar S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Abstrak

Prevalensi kasus asma di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Kasus asma pada tahun 2010 sebesar 1,09%, tahun 2011 sebesar 2 0,69%, tahun 2012 sebesar 0,68% dan tahun 2013 sebesar 0,58%. Kemudian di Kabupaten Sragen berdasarkan Data P2PPL DKK Sragen 2015 tercatat kasus asma pada kelompok 15 – 44 tahun sebanyak 72 orang. Asma dapat menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari dan gangguan emosi (cemas, depresi). Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas hari tetapi dapat pula bersifat menetap dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran derajat keparahan asma pada Pasien Asma di Ruang IGD RSUD dr Soeratno Gemolong Sragen

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif. Sampel dalam penelitian ini 32 pasien. Tempat penelitian dilakukan di Ruang IGD RSUD dr Soeratno Gemolong Sragenpada bulan Juni 2016. Variabel yang digunakan hanya variabel tunggal yaitu derajat keparahan asma dan penelitian ini hanya menggambarkan derajat keparahan asma pada pasien asma di Ruang IGD RSUD dr Soeratno Gemolong Sragen.

Hasil penelitian menunjukkan Derajat keparahan asma di Ruang IGD RSUD dr Soeratno Gemolong Sragen yaitu asma ringan sebanyak 6 responden (13,3%), asma sedang sebanyak 38 responden (84,4%) dan asma berat sebanyak 1 responden (2,3%).

Kata Kunci : derajat keparahan asma,

The degree of severity of Asthma picture asthma patients in emergency room dr. Soeratno Gemolong Sragen Gemolong

The prevalence of asthma cases in Central Java from year to year decline. Cases of asthma in 2010 amounted to 1.09%, in 2011 amounted to 2 0.69%, in 2012 by 0.68% and 0.58% in 2013. Then in Sragen Sragen based Data P2PPL DKK 2015 recorded cases of asthma in the group 15-44 years as many as 72 people. Asthma can cause interference with daily activities and emotional disorders (anxiety, depression). Asthma can be mild and do not interfere with everyday activities but can also be settled and interfere with daily activities. The purpose of this research is to know the description of the severity of asthma in asthma patients in the emergency room dr Soeratno Gemolong Sragen

The design of this research uses descriptive. The sample in this study 32 patients. Place of research conducted in emergency room dr Soeratno Gemolong Sragen in June 2016. The variables used only a single variable, it is the severity of asthma, and this study only describes the degree of severity of asthma in patients with asthma in the emergency room dr Soeratno Gemolong Sragen.

(2)

The results showed severity of asthma in the emergency room dr Soeratno Gemolong Sragen ie mild asthma by 6 respondents (13.3%), moderate asthma were 38 respondents (84.4%) and severe asthma as one respondent (2.3%).

(3)

LATARBELAKANG

World Health Organization

(WHO) memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat (WHO, 2013). Dinas Kesehatan Jawa Tengah 2015 Triwulan 3 mencatat 27.061 kasus asma. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 secara keseluruhan prevalensi asma di Indonesia 3,5%. Di tahun 2013 penderita asma meningkat menjadi 4,5% (Kemenkes, 2013).

Prevalensi kasus asma di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Kasus asma pada tahun 2010 sebesar 1,09%, tahun 2011 sebesar 2 0,69%, tahun 2012 sebesar 0,68% dan tahun 2013 sebesar 0,58%. Kasus penyakit asma terbesar di Jawa Tengah yaitu di Kota Semarang. Jumlah penderita asma tahun 2011 di Semarang sebanyak 17.670 kasus, Kabupaten Brebes sebesar 15.317 kasus, Kabupaten Klaten sebesar 14.718 kasus. Terendah di Kabupaten Batang sebesar 1.378 kasus. Tahun 2012 sebesar 17.814 kasus dan 2013 sebesar 17.875 kasus. Kemudian di Kabupaten Srgen berdasarkan Data P2PPL DKK Sragen 2015 tercatat kasus asma pada kelompok 15 – 44 tahun sebanyak 72 orang (Dinkes Jateng, 2012).

Studi pendahuluan di Ruang IGD RSUD dr Soeratno Gemolong Sragen didapatkan data bulan Januari - Maret 2016 sebanyak 81 pasien asma. Berdasarkan observasi penulis dari 5 pasien asma diketahui 3 dengan asma sedang (60%), 1 pasien dengan asma ringan (20%) dan 1 pasien dengan asma berat (20%). Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Gambaran Derajat Keparahan Asma pada Pasien Asma di Ruang IGD RSUD dr Soeratno Gemolong Sragen".

METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan

deskriptif. Sampel dalam penelitian

ini45 pasien. Tempat penelitian dilakukan di Ruang IGD RSUD dr Soeratno Gemolong Sragen.pada bulan Juni 2016. Variabel yang digunakan hanya variabel tunggal yaitu derajat keparahan asma dan penelitian ini hanya menggambarkan derajat keparahan asma pada pasien asma di Ruang IGD RSUD dr Soeratno Gemolong Sragen.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr Soeratno Gemolong Sragen dengan mengambil judul gambaran derajat keparahan asma pada pasien asma di Ruang IGD RSUD dr Soeratno

(4)

Gemolong Sragen. Hasil penelitian dapat sebagai berikut:

Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Usiaresponden

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia (N = 45) No Usia F % 1 2 3 Masa Anak Dewasa Lansia 13 15 17 28,9 33,3 37,8 Total 45 100

Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui dari 45 responden dapat diketahui mayoritas lansia sebanyak 17 responden (37,8%).

Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (N = 45)

No Pendidikan F % 1 2 Laki-laki Perempuan 16 29 35,6 64,4 Total 45 100

Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2016)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dari 45 responden dapat diketahui mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 29 responden (64,4%).

Pekerjaan

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan (N =45) No Pekerjaan F % 1 2 Tidak Bekerja Petani 13 16 40,0 42,2 3 4 Wiraswasta Swasta 7 9 17,8 20,0 Total 45 100

Hasil penelitian pada tabel 4.3 di atas karakateristik berdasarkan pekerjaan mayoritas bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 16 responden (42,2%).

Analisis Univariat

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan hanya variabel tunggal yaitu derajat keparahan asma. Derajat keparahan asma dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4Derajat Keparahan Asma No Derajat Keparahan Asma F % 1 2 3 Ringan Sedang Berat 6 38 1 13,3 84,4 2,3 Total 45 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dari 45 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar derajat keparahan asma sedang sebanyak 38 responden (84,4%).

PEMBAHASAN

Karakteristik responden

Hasil penelitian dapat diketahui dari 45 responden mayoritas lansia sebanyak 17 responden (37,8%). Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan

(5)

penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.

Berdasarkan mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 29 responden (64,4%). Menurut Atmoko (2009), bahwa perempuan lebih sering memiliki asma yang tidak terkontrol berhubungan dengan cara perempuan dalam melaporkan gejalanya, bahwa perempuan lebih sering mencari pengobatan ke rumah sakit. Bagaimanapun juga, faktor fisik juga merupakan faktor yang potensial. Hiperresponsif bronkus nonspesifik ditemukan lebih sering pada perempuan daripada laki – laki. Perempuan juga memiliki kaliber saluran pernapasan yang lebih kecil dibandingkan dengan pria.

Menurut Antarrudin (2013), sejumlah besar zat –zat yang ada pada lingkungan pertanian dapat menjadi penyebab asma kerja. Secara umum zat – zat ini dapat menjadi 3 grup yaitu tumbuhan , binatang arthopoda, berasal dari bahan baku. Paparan terhadap tumbuhan yang berasal dari bahan baku seperti debu padi dan debu kapas,

memberikan gambaran asma like syndrom yang lebih baik dari asma. Walaupun para petani telah menunjukkan menjadi sensitive terhadap kutu – kutu kandang dan gudang dalam serbuk padi dan berkembang menjadi asma. Masalah klinis pada pekerja – pekerja pertanian saat ini adalah masalah penyakit saluran pernafasan. Banyak peneliti dibeberapa kota telah menunjukkan peningkatan secara bermakna angka kesakitan pada pernafasan dan angka kematian diantara petani – petani dan pekerja pertanian, meskipun resiko ini lebih rendah dari pada prevalensi Asma pertanian memerlukan penjelasan yang baik tentang hubungannya terhadap kerja pertanian khusus yang dapat menyebabkan asma. Riwayat sering membantu dalam mengenal suatu etiologi; sebagai contoh asma yang disebabkan oleh zat – zat ditempat kerja memperberat gejala selama minggu kerja dan berkurang pada akhir minggu dan liburan, atau riwayat pemaparan terhadap gas iritasi dengan konsentrasi tinggi misalnya ammonia atau nitrogen oxida penting untuk menimbulkan gejala – gejala tidak seperti pasien dengan asma kerja. Pekerja pertanian biasanya tinggal pada lingkungan kerjanya dan sering bekerja tujuh hari dari pada lima hari, kemudian hubungan temporal

(6)

antara pemaparan dan gejalanya mungkin sulit untuk diketahui.

Derajat Keparahan Asma

Hasil penelitian menunjukkan keparahan asma pada responden yaitu derajat ringan sebanyak 6 responden (13,3%) derajat keparahan asma sedang sebanyak 38 responden (84,4%) dan derajat asma berat sebanyak 1 responden (2,3%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Imelda (2007), pasien asma derajat sedang berkisar 4,64 (1,01) untuk domain gejala sampai 4,80 (1,25) untuk domain fungsi emosi lebih rendah dibandingkan pasien asma derajat ringan (p<0,05). Nilai fungsi paru dengan kualitas hidup mempunyai korelasi lemah. Disimpulkan derajat asma mempengaruhi kualitas hidup pada kelompok asma derajat ringan dibandingkan derajat sedang dan berat tetapi tidak mempengaruhi kualitas hidup pada kelompok asma derajat sedang dibandingkan derajat berat. SIMPULAN

Responden mayoritas lansia sebanyak 17 responden (37,8%), mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 29 responden (64,4%), mayoritas bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 16 responden (42,2%).Derajat keparahan asma di Ruang IGD RSUD dr Soeratno

Gemolong Sragen yaitu asma ringan sebanyak 6 responden (13,3%), asma sedang sebanyak 38 responden (84,4%) dan asma berat sebanyak 1 responden (2,3%).

DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Jateng, (2012). Buku Profil

KesehatanProvinsi Jawa

TengahTahun 2012.

www.dinkesjatengprov.go.id. Diakses 3 Januari 2016

Hidayat, Alimul Aziz. (2011). Metode

Penelitian Keperawatan dan

Teknik Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika

Imelda, Syifa (2007). Hubungan Derajat

Asma dengan Kualitas Hidup yang Dinilai dengan Asthma Quality of Life Questionnaire.

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 12, Desember 2007. indonesia.digitaljournals.org/ind ex.php/idnmed/article/download /.../550. Diakses 12 Maret 2016 Erlita, Osa (2014). Hubungan Antara

Tingkat Kontrol Asma Dengan Kualitas Hidup Pasien Asma Umur Delapan Belas Sampai

Dengan Lima Puluh Lima

Tahun di BBKPM Surakarta. eprints.ums.ac.id/29464/10/NAS KAH_PUBLIKASI.pdf. diakses 11 Maret 2016

Kemenkes, 2013). Profil Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia. http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2016

(7)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.

darihttp://perpustakaan.depkes. go. Id. Diakses 12 Maret 2016 Naga, S.Sholeh. (2013). Buku Panduan

Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.

Jogjakarta: Diva Press.

Ni Made Wedri Saturasi Oksigen Perkutan dengan Derajat Keparahan Asma. poltekkes-denpasar.ac.id/.../Ni%20Made%2 0Wedri. Diakses 11 Maret 2016 Nototatmodjo, Soekidjo. (2010).

MetodologiPenelitian Kesehatan.

Jakarta : Rineka Cipta

Nurarif dan Kusuma. (2015) Aplikasi

Asuhan Keperawatan

Berdasarakan Nanda NIC-NOC.

Jakarta: EGC

Nursalam (2013). Konsep dan

Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika. Riwidikdo, Handoko. (2013). Statistik

Kesehatan. Yoyakarta: Mitra

Cendikia Press

Saputra, Lyndon (2009). Intisari Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta:

Binarupa Aksara

Silalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT.

Refika Aditama

Smeltzer & Bare. (2007). Buku ajar

Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta: EGC

Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Wedri, Ni Made (2013). Saturasi

Oksigen dengan Derajat

Keparahan Asma. Jurnal

Politeknik Denpasar. Diakses 20 Maret 2016

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik responden  berdasarkan usia  (N = 45)  No  Usia  F  %  1  2  3  Masa Anak Dewasa Lansia   13 15 17  28,9 33,3 37,8  Total  45  100

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan kortikosteroid pada penyakit asma pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

lembar keperawatan pasien rawat inap berdasarkan shift kerja di RSUD dr.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skpipsi dengan judul “ Evaluasi Penggunaan Inhaler Pada Pasien Asma Rawat Jalan RSUD Dr.. Moewardi Surakarta Periode

3. Tentang &#34;Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Untuk Menurunkan Nyeri Pada Saat Inseri Intra Vena Pada Pasien Di Ruang IGD.. Di RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata

Meskipun distribusi pasien infeksi primer cenderung ditemukan pada derajat keparahan ringan dan pasien infeksi sekunder dapat ditemukan pada semua derajat

Analisis Regresi Logistik Ordinal Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Keparahan Demam Berdarah Dengue (DBD) : Studi.. Kasus di

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Latihan ROM Terhadap Derajat Rentang Gerak Sendi Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RSUD

Penelitian ini merupakan suatu studi retrospektif cross-sectional analytic untuk melihat hubungan eosinofil dan neutrofil darah tepi terhadap derajat keparahan